BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem
kardiovaskuler termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan
mikrosirkulasi. Menurut Robert Virchow, terjadinya trombosis adalah
sebagai akibat kelainan dari pembuluh darah, aliran darah dan
komponen pembekuan darah (Virchow triat). Trombus dapat terjadi
pada arteri atau pada vena, trombus arteri di sebut trombus putih
karena komposisinya lebih banyak trombosit dan fibrin, sedangkan
trombus vena di sebut trombus merah karena terjadi pada aliran
daerah yang lambat yang menyebabkan sel darah merah terperangkap
dalam jaringan fibrin sehingga berwarna merah
Deep Vena Trombosis (DVT) adalah Suatu kondisi dimana terbentuk
bekuan darah dalam vena sekunder akibat inflamasi / trauma dinding
vena atau karena obstruksi vena sebagian, yang mengakibatkan
penyumbatan parsial atau total sehingga aliran darah terganggu
(Doenges, 2000) Trombosis vena merupakan salah satu penyakit yang
tidak jarang ditemukan dan dapat menimbulkan kematian kalau tidak
di kenal dan di obati secara efektif. Kematian terjadi sebagai
akibat lepasnya trimbus vena, membentuk emboli yang dapat
menimbulkan kematian mendadak apabila sumbatan terjadi pada arteri
di dalam paru-paru (emboli paru). Insidens trombosis vena di
masyarakat sangat sukar diteliti, sehingga tidak ada dilaporkan
secara pasti. Banyak laporan-laporan hanya mengemukakan data-data
penderita yang di rawat di rumah sakit dengan berbagai diagnosis.
Di Amerika Serikat, dilaporkan 2 juta kasus trombosis vena dalam
yang di rawat di rumah sakit dan di perkirakan pada 600.000 kasus
terjadi emboli paru dan 60.000 kasus meninggal karena proses
penyumbatan pembuluh darah.
Pada kasus-kasus yang mengalami trombosis vena perlu pengawasan
dan pengobatan yang tepat terhadap trombosisnya dan melaksanakan
pencegahan terhadap meluasnya trombosis dan terbentuknya emboli di
daerah lain, yang dapat menimbulkan kematian
Pada makalah ini akan dibicarakan lebih lanjut tentang deep vein
thrombosis (DVT) atau penyumbatan vena dalam meliputi, defenisi
DVT, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, komplikasi,
penatalaksanaan, dan pencegahannya. Semoga bermanfaat bagi para
pembaca.B. RUMUSAN MASALAH1. Jelaskan defenisi DVT (deep vein
thrombosis) atau penyumbatan vena dalam!
2. Jelaskan etiologi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan
vena dalam!
3. Jelaskan manifestasi klinis DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam!
4. Jelaskan patofisiologi DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam!
5. Jelaskan komplikasi DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam!
6. Jelaskan penatalaksanaan DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam
7. Jelaskan pencegahan DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam!
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu menjelaskan defenisi DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam
2. Mampu menjelaskan etiologi DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam
3. Mampu menjelaskan manifestasi klinis DVT (deep vein
thrombosis) atau penyumbatan vena dalam
4. Mampu menjelaskan patofisiologi DVT (deep vein thrombosis)
atau penyumbatan vena dalam
5. Mampu menjelaskan komplikasi DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam
6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan DVT (deep vein thrombosis)
atau penyumbatan vena dalam
7. Mampu menjelsakan pencegahan DVT (deep vein thrombosis) atau
penyumbatan vena dalam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi DVT (Deep Vein Thrombosis)
Trombosis adalah suatu pembentukan bekuan darah (trombus) di
dalam pembuluh darah. Bekuan darah pada keadaan normal terbentuk
untuk mencegah perdarahan. Trombus adalah bekuan abnormal dalam
pembuluh darah yang terbentuk walaupun tidak ada kebocoran. Trombus
merupakan massa seluler yang menjadi satu oleh jaringan fibrin.
Trombus terbagi 3 macam yaitu: merah (trombus koagulasi), putih
(trombus aglutinasi) dan trombus campuran. Trombus merah dimana sel
trombosit dan lekosit tersebar rata dalam suatu massa yang terdiri
dari eritrosit dan fibrin, biasanya terdapat dalam vena. Trombus
putih terdiri atas fibrin dan lapisan trombosit, leukosit dengan
sedikit eritrosit, biasanya terdapat dalam arteri. Bentuk yang
paling banyak adalah bentuk campuran.
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT) adalah
suatu kondisi dimana trombus terbentuk pada vena dalam, terutama di
tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah dapat menghambat darah
dari tungkai bawah ke jantung. DVT merupakan penyakit yang sering
terjadi dan dapat berakibat fatal serta kematian jika tidak
didiagnosa dan diobati secara efektif. Kematian dapat terjadi
ketika trombus pada vena pecah dan membentuk emboli pulmo, yang
kemudian masuk dan menyumbat arteri pulmonalis
Deep Vein Trombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah
penggumpalan darah yang terjadi di pembuluh darah balik (vena)
sebelah dalam. DVT seringkali diawali dari paha atau kaki oleh
karena adanya perlambatan aliran darah pada pembuluh balik. Hal ini
bisa terjadi oleh karena ada masalah pada jantung, infeksi, atau
akibat imobilisasi lama dari anggota gerak. Gumpalan darah
beku yang terjadi disebut emboli yang bisa terbawa ke jantung
hingga menyebabkan komplikasi serius. Proses koagulasi atau
penggumpalan darah terjadi melalui mekanisme kompleks yang diakhiri
dengan pembentukan fibrin
B. Etiologi DVT (Deep Vein Thrombosis)
Berdasarkan Triad of Virchow, terdapat 3 faktor yang berperan
dalam etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu
kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah dan
perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit
intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan
beberapa komponen trombosit dan lekosit.
Etiologi terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut :
1.Stasis vena.
2.Kerusakan pembuluh darah.
3.Aktivitas faktor pembekuan.
Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis
vena adalah statis aliran darah dan hiperkoagulasi.
1.Statis Vena
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi
statis terutama pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi
dalam waktu yang cukup lama. Statis vena merupakan predis posisi
untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat menimbulkan gangguan
mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor pembekuan darah
sehingga memudahkan terbentuknya trombin.2. Kerusakan pembuluh
darah
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan
trombosis vena, melalui :
a) Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.b)
Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai
akibat kerusakan jaringan dan proses peradangan.
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel
endotel. Endotel yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel
endotel menghasilkan beberapa substansi seperti prostaglandin
(PG12), proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-modulin,
yang dapat mencegah terbentuknya trombin. Apabila endotel mengalami
kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini
akan menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir
akan melekat pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen,
membran basalis dan mikro-fibril. Trombosit yang melekat ini akan
melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan A2 yang akan merangsang
trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan saling
melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan
sistem pembekuan darah.
3.Perubahan daya beku darah
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem
pembekuan darah dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya
trombosis, apabila aktifitas pembekuan darah meningkat atau
aktifitas fibrinolisis menurun. Trombosis vena banyak terjadi pada
kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti
pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi
protein C, defisiensi protein S dan kelainan plasminogen
C. Manifestasi Klinis DVT (Deep Vein Thrombosis)
Sebanyak 50% pasien dengan thrombosis vena ektremitas bawah
tidak menunjukkan gejala yang bervariasi dan biasnya tidak khas
tromboflebitis. Namun meskipun bermacam-macam setiap tanda klinis
harus diselidiki dengan cermat
Trombosis vena terutama mengenai vena-vena di daerah tungkai
antara lain vena tungkai superfisialis, vena dalam di daerah betis
atau lebih proksimal seperti vena poplitea, vena femoralis dan
viliaca. Sedangkan vena-vena di bagian tubuh yang lain relatif
jarang di kenai. Trombosis vena superfisialis pada tungkai,
biasanya terjadi varikositis dan gejala klinisnya ringan dan bisa
sembuh sendiri. Kadang-kadang trombosis vena tungkai superfisialis
ini menyebar ke vena dalam dan dapat menimbulkan emboli paru yang
tidak jarang menimbulkan kematian.
Manifestasi klinik trombosis vena dalam tidak selalu jelas,
kelainan yang timbul tidak selalu dapat diramalkan secara tepat
lokasi / tempat terjadinya trombosis.Trombosis di daerah betis
mempunyai gejala klinis yang ringan karena trombosis yang terbentuk
umumnya kecil dan tidak menimbulkan komplikasi yang hebat. Sebagian
besar trombosis di daerah betis adalah asimtomatis, akan tetapi
dapat menjadi serius apabila trombus tersebut meluas atau menyebar
ke lebih proksimal.
Trombosis vena dalam akan mempunyai keluhan dan gejala apabila
menimbulkan :
-bendungan aliran vena.
-peradangan dinding vena dan jaringan perivaskuler.
-emboli pada sirkulasi pulmoner.
Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa :
1. Nyeri
Intensitas nyeri tidak tergantung kepada besar dan luas
trombosis. Trombosis vena di daerah betis menimbulkan nyeri di
daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian medial dan anterior
paha.
Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa
nyeri atau kaku dan intensitasnya mulai dari yang enteng sampai
hebat. Nyeri akan berkurang kalau penderita istirahat di tempat
tidur, terutama posisi tungkai ditinggikan.
2. Pembengkakan
Pembengkakan disebabkan karena adanya edema. Timbulnya edema
disebabkan oleh sumbatan vena di bagian proksimal dan peradangan
jaringan perivaskuler. Apabila pembengkakan ditimbulkan oleh
sumbatan maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak
nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan perivaskuler
maka bengkak timbul pada daerah trombosis dan biasanya di sertai
nyeri. Pembengkakan bertambah kalau penderita berjalan dan akan
berkurang kalau istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki agak
ditinggikan.3. Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan
pada trombosis vena dalam dibandingkan trombosis arteri. Pada
trombosis vena perubahan warna kulit di temukan hanya 17%-20%
kasus. Perubahan warna kulit bisa berubah pucat dan kadang-kadang
berwarna ungu.Perubahan warna kaki menjadi pucat dan pada perubahan
lunah dan dingin, merupakan tanda-tanda adanya sumbatan cena yang
besar yang bersamaan dengan adanya spasme arteri, keadaan ini di
sebut flegmasia alba dolens.(6)
4. Sindroma post-trombosis.
Penyebab terjadinya sindroma ini adalah peningkatan tekanan vena
sebagai konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena
besar. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding
vena dalam di daerah betis sehingga terjadi imkompeten katup vena
dan perforasi vena dalam.
Semua keadaan di atas akan mengkibatkan aliran darah vena dalam
akan membalik ke daerah superfisilalis apabila otot berkontraksi,
sehingga terjadi edema, kerusakan jaringan subkutan, pada keadaan
berat bisa terjadi ulkus pada daerah vena yang di kenai.
Manifestasi klinis sindroma post-trombotik yang lain adalah nyeri
pada daerah betis yang timbul / bertambah waktu penderitanya
berkuat (venous claudicatio), nyeri berkurang waktu istirahat dan
posisi kaki ditinggikan, timbul pigmentasi dan indurasi pada
sekitar lutut dan kaki sepertiga bawah
Tabel Perbandingan Tromboflebitis Superfisi dan Dalam
SuperfisialDalam
Manifestasi KlinisPembengkakan local; memar dan knotty indurasi
local, merah, nyeri tekan
Vena safena (sisi medial tungkal) terasa seperti yang
menonjolRasa berat saat berdiri
Nyeri tungkai dan kram
Bengkak:
Trombus vena betis-tidak ada
Trombus vena femoral-ringan samapi sedang
Trombus vena iliofemoral-berat
Penatalaksanaan
Tirah baring
Kompres basah, hangat
Peninggian tungkai; kemudian balut elastic setelah stadium
akut
Heparin, intermiten atau terus-menerus
Asetaminofen untuk nyeri
Antibiotik bila perlu
Apabila vena dalam masih paten, vena flebitis superfisial dapat
diangkatTirah baring
Kompres basah hangat
Peninggian tungkai sampai 15cm (6 inci).
Pembedahan, apabila mungkin, mencegah terjadinya emboli.
Terapi trombolitik
Valvuloplasti vena
D. Patofisiologi DVT (Deep Vein Thrombosis)
DVT adalah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada
vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai
peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Trombosis vena
dapat terjadi pada semua vena, namun yang paling sering terjadi
adalah pada vena ekstremitas . Gangguan ini dapat menyerang baik
vena superficial maupun vena dalam ungkai. Pada vena superficial,
vena safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam
tungkai, yang paling sering terkena adalah vena iliofemoral,
popliteal dan betis.
Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada
dinding vena , disepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang
mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah. Ekor dapat
tumbuh membesar atau memanjang sesuai arah aliran darah akibat
terbentuknya lapisan bekuan darah. Trombosis vena yang terus tumbuh
ini sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan
mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi
thrombus dapat terjadi secara spontan karena bekuan secara alamiah
bisa larut, atau dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan
tekanan vena, seperti saat berdiri tiba-tiba atau melakukan
aktifitas otot setelah lama istirahat
E. Komplikasi DVT (Deep Vein Thrombosis)
Komplikasi berat dari trombosis vena dalam adalah emboli paru.
Komplikasi ini sering menyebabkan kematian pederita. Ini timbul
akibat lepasnya trombus dari tempatnya, kemudian mengikuti aliran
darah kembali ke jantung dan menyangkut di arteri pulmonalis
sehingga terjadinya penurunan mendadak aliran darah ke paru
penderita
Komplikasi yang lain adalah sindroma pasca trombosis. Sindroma
ini tidak mematikan tetapi akan mengganggu kualitas hidup penderita
dan mengakibatkan penderita terganggu secara sosial ekonomis.
Sebanyak 29% sampai 79% penderita akan terganggu akibat manifestasi
penyakit yang berlangsung lama seperti nyeri, edema,
hiperpigmentasi maupun luka kronik dikaki sesudah suatu episode
akut dari serangan trombosis vena dalam. Kondisi ini terjadi akibat
hipertensi vena yang diakibatkan kombinasi beberapa faktor seperti
gangguan katup vena, timbulnya refluks atau akibat sumbatan vena
dalam yang menetap
F. Penatalaksanaan DVT (Deep Vein Thrombosis)
1. Penatalaksanaan Farmakologis
tujuan pengobatan farmakologis adalah:
a).Mencegah meluasnya trombosis dan timbulnya emboli paru.
b).Mengurangi morbiditas pada serangan akut.
c).Mengurangi keluhan post flebitis
d).Mengobati hipertensi pulmonal yang terjadi karena proses
trombo emboli.
Meluasnya proses trombosis dan timbulnya emboli paru dapat di
cegah dengan pemberian anti koagulan dan obat-obatan fibrinolitik.
Pada pemberian obat-obatan ini di usahakan biaya serendah mungkin
dan efek samping seminimal mungkin. Pemberian anti koagulan sangat
efektif untuk mencegah terjadinya emboli paru, obat yang biasa di
pakai adalah heparin.
Prinsip pemberian anti koagulan adalah Save dan Efektif. Save
artinya anti koagulan tidak menyebabkan perdarahan. Efektif artinya
dapat menghancurkan trombus dan mencegah timbulnya trombus baru dan
emboli.
1) Pemberian Heparin standar
Heparin 5000 ini bolus (80 iu/KgBB), bolus dilanjutkan dengan
drips konsitnus 1000 1400 iu/jam (18 iu/KgBB), drips selanjutnya
tergantung hasil APTT. 6 jam kemudian di periksa APTT (Activated
Partial Thromboplastin Time) untuk menentukan dosis dengan target
1,5 2,5 kontrol.
Bila APTT 1,5 2,5 x kontrol dosis tetap.
Bila APTT < 1,5 x kontrol dosis dinaikkan 100 150 iu/jam.
Bila APTT > 2,5 x kontrol dosis diturunkan 100 iu/jam.
2) Pemberian Low Milecular Weight Heparin (LMWH)
Pemberian obat ini lebih di sukai dari heparin karena tidak
memerlukan pemantauan yang ketat, sayangnya harganya relatif mahal
dibandingkan heparin.
3) Pemberian Oral Anti koagulan oral
Obat yang biasa di pakai adalah Warfarin. Pemberian Warfarin di
mulai dengan dosis 6 8 mg (single dose) pada malam hari. Dosis
dapat dinaikan atau di kurangi tergantung dari hasil INR
(International Normolized Ratio)
Heparin yang diberikan selama 10-12 hari dengan infus
intermitten intravena atau infus berkelanjutan dapat mencegah
berkembangnya bekuan darah dan tumbuhnya bekuan baru. Dosis
pengobatan diatur dengan memantau waktu tromboplastin partial
(PTT). Empat sampai 7 hari sebelum terapi heparin intravena
berakhir, pasien mulai diberikan antikoagulan oral. Pasien mendapat
antikoagulan oral selama 3 bulan atau lebih untuk pencegahan jangka
panjang.
Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, terapi trombolitik,
menyebabkan bekuan mengalami dekompensasi da larut. Terapi
trombolitik diberikan dalam 3 hari pertama setelah oklusi akut,
dengan pemberian streptokinase, mokinase atau activator plasminogen
jenis jaringan. Kelebihan terapi litik adalah tetap utuhnya katup
vena dan mengurangi insidens sindrompasca flebotik dan insufisiensi
vena kronis. Namun, terapi trombolitik mengakibatkan insidens
perdarahan sekitar tiga kali lipat disbanding heparin. PTT, waktu
protrombin, hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit dan tingkat
fibrinogen pasien harus sering dipantau. Diperlukan observasi yang
ketat untuk mendeteksi adanya perdarahan. Apabila terjadi
perdarahan, dan tidak dapat dihentikan, maka bahan trombolitik
harus dihentikan.
Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam (DVT)
diperlukan bila ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau
trombolitik, ada bahaya emboli paru yang jelas dan aliran darah
vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen
pada ekstremitas. Trombektomi (pengangkatan trombosis) merupakan
penanganan pilihan bila diperlukan pembedahan. Filter vena kava
harus dipasang pada saat dilakukan trombektomi, untuk menangkap
emboli besar dan mencegah emboli paru.2. Penatalaksanaan
Non-Farmakologis
Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian
ekstremitas yang terkena, stoking elastik dan analgesik untuk
mengurangi nyeri adalah tambahan terapi DVT. Biasanya diperlukan
tirah baring 5 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih
sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada
dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien
mulai berjalan, harus dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan
lebih baik daripada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan ditempat
tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga
dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena
dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. Analgesik
ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai resep akan menambah rasa
nyaman
G. Pencegahan DVT (Deep Vein Thrombosis)
Beberapa tips mencegah DVT sebagai berikut:1. Meningkatkan
aktivitas otot kaki selama periode panjang dengan duduk dapat
meningkatkan aliran darah di kaki. Ini mungkin termasuk berkeliling
kabin atau berolahraga dengan menggerakkan kaki dan pergelangan
kaki.2. Minum banyak air, dan menghindari minum apa pun misalnya
alkohol atau kafein.3. Mengenakan pakaian longgar.
4. Beberapa dokter merekomendasikan memanfaatkan waktu tidur
siang yang singkat , bukannya yang panjang, untuk menghindari tidur
berkepanjangan.5. Berolahraga secara teratur, menjaga berat badan
yang sehat, dan tidak merokok.
Jika Anda memiliki salah satu faktor risiko untuk DVT,
konsultasikan dengan dokter Anda sebelum perjalanan panjang. Dokter
banyak yang merekomendasikan untuk menggunakan kaos kaki khusus
atau stoking karena dapat mengurangi penumpukan darah di kaki
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Trombosis vena cukup sering ditemukan pada penderita yang di
rawat di rumah sakit, terutama terjadi pada immobilisasi yang lama
dan post operatif ortopedi.Penyakit ini tidak menimbulkan kematian,
akan tetapi mempunyai resiko besar untuk timbulnya emboli paru yang
dapat menimbulkan kematian.Manifestasi kliniknya tidak spesifik,
sehingga memerlukan pemeriksaan obyektif lanjutan. Pengobatan
adalah mencegah timbulnya embol paru, mengurangi morbiditas dan
keluhan post flebitis dan mencegah timbulnya hipertensi
pulmonal.Pengobatan yang di anjurkan adalah pemberian heparin dan
dilanjutkan dengan anti koagulun oral.
Saran:
Berdasarkan makalah yang penyusun buat ini, penyusun dapat
menyarankan ke semua Tim Kesehatan khususnya perawat untuk lebih
dapat mengetahui, memahami tentang DVT (Deep Vein Thrombosis)
beserta etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, kompikasi,
penatalaksanaan, dan pencegahannya. Dan penyusun mengundang kritik
yang membangun dari pembaca untuk kelengkapan makalah
berikutnya.DAFTAR PUSTAKAC Smeltzer, Suzanne & G Bare, Brenda.
2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.dochttp://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.htmlhttp://eprints.undip.ac.id/37814/1/Valentino_Rangga_G2A008189_Lap.KTI.pdf.
http://eprints.undip.ac.id/37423/1/BHIMO_PRIAMBODO,G2A008037,LAPORAN_KTI.pdf.
http://www.news-medical.net/health/Deep-Vein-Thrombosis-(DVT)-Treatment-and-Prevention-(Indonesian).aspx.
TROMBOSIS VENA
Vena tetap oklusi
Trombi dapat lepas mengakibatkan emboli paru (5-7)%
Vena dapat mengalami rekanalisasi namun katupnya sudah rusak
Banyak vena mengalami obstruksi
Peningkatan tekanan vena distal
Insufisiensi vena kronis
Peningkatan tekanan vena
Statis cairan
Edema
Varises
Gangren vena
HYPERLINK
"http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc"
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
h HYPERLINK
"http://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html"
ttp://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html
HYPERLINK
"http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc"
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
HYPERLINK
"http://eprints.undip.ac.id/37814/1/Valentino_Rangga_G2A008189_Lap.KTI.pdf"
http://eprints.undip.ac.id/37814/1/Valentino_Rangga_G2A008189_Lap.KTI.pdf.
HYPERLINK
"http://eprints.undip.ac.id/37423/1/BHIMO_PRIAMBODO,G2A008037,LAPORAN_KTI.pdf"
http://eprints.undip.ac.id/37423/1/BHIMO_PRIAMBODO,G2A008037,LAPORAN_KTI.pdf.
HYPERLINK
"http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc"
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
C Smeltzer, Suzanne & G Bare, Brenda. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah. EGC: Jakarta
HYPERLINK
"http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc"
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
http://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html
HYPERLINK
"http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc"
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
HYPERLINK
"http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc"
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
HYPERLINK
"http://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html"
http://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html.
http://www.news-medical.net/health/Deep-Vein-Thrombosis-(DVT)-Treatment-and-Prevention-(Indonesian).aspx.