MAKALAH MANUSIA, AKHLAK, BUDI PEKERTI, DAN MASYARAKAT
Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6. M dz Habibullah Wilis
Kurniawan Muhammad Thariq Vincent Irfan Sriyono P Susilo Ady
Saputro 090 090 090 090 090 0906556370
Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2009
MAKALAH MANUSIA, AKHLAK, BUDI PEKERTI, DAN MASYARAKAT
Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6. M dz Habibullah Wilis
Kurniawan Muhammad Thariq Vincent Irfan Sriyono P Susilo Ady
Saputro 090 090 090 090 090 0906556370
Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2009
2
Daftar Isi
Halaman Judul Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah BAB II MANUSIA, AKHLAK, BUDI PEKERTI DAN
MASYARAKAT 2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu, Sosial dan Budaya
2.2 Ruang Lingkup Akhlak dan Budi Pekerti 2.3 Agama, Tradisi dan
Budaya 2.4 Nilai Cinta Kasih, Kebersamaan dan Keadilan 2.5
Multikulturalisme 2.6 Etika dan Dempak Kemajemukan BAB III PENUTUP
2.1 Kesimpulan Daftar Pustaka
2 3 4 4 4 5 5 12 16 19 22 26 28 28 29
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. Hal ini
ditandai dengan keragaman suku, agama, bahasa, seni, dan budaya.
Fenomena tersebut berpengaruh terhadap interaksi pada
masyarakatnya. Pada kehidupan sehari-hari, interaksi itu dapat
menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga diperlukan suatu
pemahaman atau pandangan yang dapat menyerasikan atau
mengharmoniskan interaksi dari seluruh keberagaman itu. Hal itu
sangat diperlukan untuk menjaga kerukunan dan ke-bhineka tunggal
ika-an bangsa Indonesia. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk
membahas lebih lanjut dalam makalah ini mengenai multikulturalisme
bangsa Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 Mengapa multikulturalisme
muncul di Indonesia? Apa dampak multikulturalisme bagi masyarakan
Indonesia? Apa yang harus dilakukan untuk menghindari konflik yang
terjadi karena multikulturalisme bangsa.
4
BAB II MANUSIA, AKHLAK, BUDI PEKERTI, DAN MASYARAKAT
2.1
Manusia Sebagai Makhluk Individu, Sosial dan Budaya
2.3.1 Manusia sebagai makhluk individu 2.3.1.1 Pengertian
individu
Kata individu berasal dari kata latin individuum artinya yang
tak terbagi. Individu merupakan sebutan yang dapat dipakai untuk
menyebut suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas yaitu
sebagai manusia perseorangan.
Individu adalah seseorang manusia yang tidak hanya memilki
peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Manusia sebagai individu merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang
memiliki tiga aspek yang melekat pada dirinya yaitu aspek organic
jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek social. Individu
mempunayi ciri ciri memiliki suatu pikiran dan diri yang
dikonsepkan sebagai proses, bukan sebagai suatu kesautan yang
statis.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya masyarakat
yang menjadi latar belakang keberadaanya. Kehadiran individu dalam
masyarakat biasanya ditandai dengan perilaku individu yang berusaha
menempatkan dirinya sidepan individu individu lain yang telah
mempunyai pola-pola tingkah laku lain yang sesuai dengan norma
norma dan kebudayaan di tempat ia berada. Di sini individu berusaha
membentuk perilakunya agar selaras dengan kebiasaan dan keadan yang
sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya. Proses yang
meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang disebut proses
individualisasi atau aktualisasi diri.
5
Dalam proses ini, inidividu akan dibebani berbagai peranan yang
berasal dari kondisi kebersamaan hidup, yang akhirnya memunculkan
kelompok yang menentukan kamantapan suatu masyarakat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa manusia merupakan
individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan
jiwa-raga,melainkan juga merupakan pribadi yang khas, menurut corak
kepribadianya, dan termasuk kecakapanya sendiri.
2.1.1.2
Perkembangan Individu
Manusia merupakan makluk yang diciptakan tuhan terdiri dari
unsure jasmani dan rohani. Suatu perkembangan individu diperlukan
keterpaduan antara pertumbuhan jasmani dan rohani. Manusia adalah
makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Manusia selalu hidup di
tengah tengah kelompok sosial, yang berawal dari keluarga. Rasa
saling tergantung di dalam keluarga membentuk individu berkembang
untuk beradaptasi dalam masyarakat. Perkembangan manusia dapat ke
segala arah untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Prinsip prinsip
perkembangan pada manusia 1. Perkembangan mengikuti pola- pola
tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini perkembangan
mulai dari kepala ke kaki, dari pusat ke bagian lainnya. 2.
Perkembangan menuju difrensiasi dan integrasi. Gerakan yang
bersifat masal berkembang menjadi gerakan gerakan khusus (memungut
benda, makan dengan sendok, dll) dan terjadi koordinasi dan
integrasi antara organ yang satu dengan organ lainnya. 3.
Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara teratur, berangsur
angsur dan terus menerus. 4. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi
oleh sifat perkembangan sebelumnya. 5. Perkembangan antara satu
anak dengan yang lain berbeda, baik dalam perkembangan fisik dan
jiwa dan kecepatan perkembangan itu sendiri.
6
2.1.2
Manusia Sebagai Mahkluk Sosial
2.1.2.1 Manusia sebagai Makhluk Sosial Pada dasarnya manusia
adalah makhluk Individu, tetapi Manusia juga merupakan makhluk
Sosial, Individu dan Sosial, tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya, karena sebagai makhluk Individu, Manusia tidak dapat
berkembang sendiri tanpa ada bantuan dan pengaruh dari lingkungan
sekitar. Pada hakikatnya, alasan yang paling utama, yang
mengakibatkan mengapa manusia selalu hidup bermasyarakat,
diantaranya ialah, dorongan hasrat yang kuat. Faktor lain: 1.
Adanya dorongan seksual 2. Adanya kenyataan bahwa manusia itu
adalah serba tidak dapat atau sebagai makhluk lemah 3. Terjadinya
habit pada tiap tiap diri manusia. 4. Adanya kesamaan keturunan,
kesamaan territorial, kesamaan nasib, kesamaan keyaknan/ cita cita,
dll
Sebagai makhluk social manusia harus bertindak sesuai dengan
pola masyarakat dan bertanggung jawab serta mempertanggung jawabkan
perbuatannya kepada masyarakat. Berbicara tentang Makhluk social,
makhluk social juga tidak bisa terlepas dengan yang namanya
interaksi social, interaksi social itu sendiri adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial,
dan masyarakat, Interaksi social antar individu terjadi manakala
ada dua individu saling bertemu. Interaksi sosial terjadi dengan
didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Imitasi adalah
suatu proses peniruan atau meniru. b. Sugesti adalah suatu poroses
di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau
peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih
dahulu
7
Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang
datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada
umumnya diterima tanpa adanya kritik. c. Identifikasi dalam
psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang
lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. d. Simpati adalah
perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan
berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses
identifikasi.
2.1.2.2 Masyarakat sebagai Tempat antar-Hubungan Sosial Berikut
ini adalah beberapa penggolongan-penggolongan dan tmpat manusia
berinteraksi sosial dalam kelompok masyarakat : 1. Kelompok Primer
dan Sekunder Kelompok primer adalah kelompok yang ditandai
ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya, serta kerja
sama erat dan bersifat pribadi contohnya adalah kelompok keluarga.
Kelompok sekunder adalah kelompok yang para anggotanya tidak saling
mengenal antar hubungan langsung, hubungan sosial yang tidak akrab,
atau hanya dengan hubungan rasional (Soerjono Soekanto, 1982) 2.
Gemeinschaft dan Gesellschaft Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan
bersama yang unsur pengikatnya berupa hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah. Dalam hal ini Tonnies membedakan menjadi 3 tipe
yaitu Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft of place, Gemeinschaft of
mind. Gesellschaft adalah bentuk ikatan bersama berupa ikatan lahir
yang bersifat pokok dalam jangka waktu tertentu, didasarkan pada
adanya kebutuhan timbal balik, seperti ikatan pedagang, serikat
buruh, dan sebagainya. (Soerjono Soekanto, 1982 : 86)
8
3. Formal Group dan Informal Group Formal Group adalah suatu
kelompok sosial yang di dalamnya terdapat tata aturan yang tegas
yang sengaja dibuat dalam rangka mengatur hubungan antar
anggotanya. Informal Group adalah kelompok soial yang mempunyai
struktur dan organisasi pasti. Kelompok semacam ini didorong oleh
suatu pertemuan-pertemuan yang terjaadi berulang kali untuk
kepentingan tertentu atas dasar pengalaman yang sama. 4. Community
Community adalah kelompok yang memperhitungkan keanggoataanya
berdasarkan hubungan anggotanya dengan lingkungan setempat. Dengan
kata lain, Community adalah kelompok lokal yang merupakan
masyarakat berkat adanya institusi, status, dan minat sehingga
dapat disebut sebagai sebuah masyarakat yang lengkap. 5. Masyarakat
Desa dan Masyarakat Kota Salah satu perbedaan yang ada dalam
masyarakat modern adalah antara desa dan kota.
2.1.3 Manusia Sebagai Mahkluk Budaya
2.1.3.1 Hakikat Keberadaan Manusia Manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan paling beradab dibandingksn
dengan makhluk lainnya. Beberapa faktor yang menjadikan manusia
lebih tinggi daripada yang lainnya antara lain: 1. Manusia memiliki
akal yang dapat mempertimbangkan tindakannya yang kompleks melalui
proses belajar yang terus-menerus. 2. Manusia dikatakan sebagai
makhluk budaya yang mempunyai pikiran atau akal budi. Aspek yang
terkait dengan hakikat manusia sebagai makhluk budaya adalah unik
dan universal.
9
Secara umun, dimanapun manusia berada adalah sebagai makhluk
budaya yang mempunyai pikiran, sehingga terdapat keanekaragaman
budaya sebagai hasil pikiran manusia yang menyesuaikan lingkungan
dan kebutuhanya yang berbeda. Manusia juga disebut animal
simbolikum karena selalu mampunyai dorongan untuk menciptakan
simbol-simbol, contohnya adalah bahasa. Sebagai animal simbolikum,
manusia adalah unik karena setiap manusia mempunyai cara yang
berbeda dalam mencipta simbol dan bersifat universal karena manusia
dianugerahi Tuhan akal yang dapat berkembang terus melalui proses
belajar.
2.1.3.2 Manusia Budaya dan Nilai Budaya Seperti pada pembahasan
sebelumnya, yaitu manusia dapat dilihat dari sisi dirinya sebagai
individu (pribadi) dan sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai
tubuh dan jiwa yang menyusun dirinya. Sebagai makhluk budaya,
manusia mempunyai akal dan jiwa yang mengatur atau menentukan I
bagaimana berperilaku. Setiap individu mempunyai kepribadian
masingmasing yang sangat unik dan khas. Kepribadan dapat diartikan
sebagai ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang
memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.
Kepribadian manusia terdiri atas pengetahuan, perasaan, dan
dorongan naluri. Pengetahuan merupakan unsur-unsur atau segala
sesuatu yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar,
secara nyata terkandung di dalam otak manusia melalui penerimaan
pancaindranya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang
lain (Koentjaraningrat, 1986: 101-111). Perasaan merupakan suatu
keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya
dinilai sebagai keadaan positif atau negatif. Dan yang terakhir
adalah dorongan naluri, merupakan kesadaran manusia yang tidak
ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia melainkan karena
sudah terkandung dalam organismanya yang disebut naluri. Manusia
mempunyai kemauan yang sudah merupakan naluri yang disebut dorongan
naluri. Menurut Koentjaraningrat, macam-macam dorongan naluri
manusia adalah sebagai berikut:10
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
dorongan untuk mempertahankan hidup; dorongan seks; dorongan
untuk usaha mencari makan; dorongan untuk bergaul atau berinteraksi
dengan sesame manusia; dorongan untuk meniru tingkah laku
sesamanya; dorongan untuk berbakti; dorongan akan keindahan, dalam
arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak (Koentjaraningrat,
1986: 109-111).
Nilai-nilai budaya adalah suatu system nilai budaya masyarakat.
Sistem nilai budaya merupakan inti yang menjiwai semua pedoman yang
mengatur tingkah laku warga masyarakat. Sistem nilai budaya berbeda
dengan pedoman tingkah laku dalam masyarakat. Pedoman tingkah laku
menyangkut soal-soal yang terbatas ruang lingkupnya, dapat
didefinisikan dengan ketat dan bersifat rasional, serta dapat
diubah bila perlu. Sedangkan sistem nilai budaya bersifat umum,
sangat luas ruang lingkupnya, bersifat kabur dan sangat sulit
didefinisikan, terdapat rasa emosional dan sangat sulit diubah.
Dilihat dari contohnya, aturan adat istiadat perkawinan merupakan
pedoman tingkah laku yang bersifat khusus untuk masalah perkawinan
saja, tetapi nilai gotong royong merupakan sistem nilai budaya yang
bersifat umum. Wujud ideal dari kebudayaan adalah sistem nilai
budaya dan pedoman tingkah laku. Wujud ideal itu terbagi dalam
beberapa tingkatan, yaitu: 1. tingkat nilai budaya, bersifat paling
abstrak yang merupakan pedoman tertinggi bagi perilaku manusia.
Contohnya nilai gotong royong; 2. tingkat norma, bersifat abstrak.
Contohnya norma kesopanan; 3. tingkat sistem hokum, baik tertulis
maupun lisan, bersifat agak konkrit. Contohnya undang-undang; 4.
tingkat aturan-aturan khusus, bersifat konkrit. Contohnya
aturan-aturan pelaksanaan dari suatu undang-undang 2.1.3.3
Orientasi Nilai Budaya Nilai-nilai yang hidup dalam kehidupan
manusia bergantung dengan hubungan manusia dalam berinteraksi.
Contohnya manusia dengan Tuhan, nilai yang berlaku adalh nilai
keyakinan, dan berbeda untuk hubungan yang berbeda.11
Setiap masyarakat mempunyai nilai budaya yang berbeda satu sama
lain karena dipengaruhi oleh orientasi nilai budayanya. Orientasi
nilai-nilai budaya dapat dilihat dalam table berikut :
Masalah dalam Hidup
Dasar Orientasi Nilai Budaya
Hakikat hidup (MH)
Hidup itu buruk
Hidup itu baik
Hidup itu buruk tetapi manusia harus berusaha agar hidup menjadi
baik
Hakikat karya (MK)
Katya
itu
untuk Karya itu untuk Karya kedudukan, kehormatan, sebagainya
dan
itu
untuk
nafkah hidup
menambah karya
Persepsi tentang (MW)
manusia Orientasi ke masa Orientasi ke masa Orientasi ke masa
depan waktu kini lalu.
Pandangan manusia Manusia terhadap alam (MA) pada dasyat
alam
tunduk Manusia mencoba Manusia yang menjaga keselarasan dengan
alam. menguasai alam
berhasrat
Hakikat manusia
hubungan Orientasi
kolateral Orientasi vertikal, Individualisme, rasa rasa
ketergantungan
menilai
dengan (horizontal), ketergantungan kepada (berjiwa royong)
tinggi usaha atas kekuatan sendiri.
sesamanya (HM)
sesamanya pada tokoh-tokoh gotong atasan berpangkat dan
2.2
Ruang Lingkup Akhlak dan Budi Pekerti Pada kehidupan nyata,
manusia selalu berinteraksi dengan Tuhan, manusia lainnya, dan
alam. Dalam berinteraksi itu, manusia membutuhkan suatu peran
baik agar dapat berinteraksi12
dengan hal lain, baik di dalam, maupun di luar dirinya, yakni
akhlak yang merupakan tingkah laku manusia yang identik dengan budi
pekerti. Oleh karena itu, ruang lingkup akhlak meliputi:
2.2.1
Akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan merupakan inti dari setiap agama. Tanpa kepercayaan
terhadap Tuhan, agama tidak memiliki eksistensi dalam kehidupan
nyata. Dalam beragama, Tuhan menempati kedudukan tertinggi. Oleh
sebab itu, umat beragama bersyukur, memohon perlindungan, dan
memanjatkan doa kepada Tuhan. Dalam berkomunikasi dengan Tuhan
inilah manusia membutuhkan akhlak agar pantas menghadap Tuhan dalam
doa. Perilaku dan tutur kata yang sopan, penyembahan secara
langsung, dan tradisi dalam agama merupakan bentuk akhlak
2.2.2
Akhlak terhadap Manusia
1) Akhlak terhadap Rasul utusan Allah Rasul merupakan manusia
utusan Allah. Meskipun manusia, Rasul berbeda dengan manusia biasa
karena Rasul senantiasa menjaga perilaku. Kita sebagai manusia
dapat meneladani kehidupan para Rasul sebagai bentuk akhlak
terhadap Raul. 2) Akhlak terhadap diri sendiri Menyayangi diri
sendiri dan menjaga diri dari perbuatan buruk. Hal ini dapat
direalisasikan dengan cara: y Menjaga dan memelihara hati agar
memiliki hati yagn bersih dan jernih, selalu berbicara sesuai hati
nurani. y Menata keikhlasan hati merupakan hakikat diri seseorang,
perbuatan apapun akan sia-sia tanpa ada keikhlasan hati. y y y
Menjadikan diri mau bersyukur (berterima kasih). Melatih diri
menjadi penyabar. Melatih pola hidup bersih.13
y
Memaksa diri mau berbuat taat terhadap peraturan-peraturan.
3) Akhlak kepada orang tua Akhlak terhadap orang tua perlu kita
nyatakan karena orang tua berkedudukan sebagai orang yang
melahirkan, membesarkan, member makan, membimbing, mendidik,
menyayangi, melindungi, dan menjaga kita dari bahaya. Kita harus
berbicara yang sopan dan bertutur kata yang baik terhadap orang
tua. Selain itu, kita dapat melakukan beberapa hal di bawah ini
untuk dapat berakhlak terhadap orang tua: y y y Memelihara orang
tua apabila telah lanjut usia. Mendoakan keselamatan dan ampunan
bagi orang tua. Berkomunikasi dengan cara menjenguk di tempat
kediamannya.
4) Akhlak terhadap keluarga Dalam hidup ini, manusia hidup
sebagai makhluk individu dan sosial. Dalam kehidupan sosial,
terutama berkeluarga, manusia memiliki kesepakatan dalam
melaksanakan kehidupan berkeluarganya untuk saling pengertian,
saling berkorban, dan saling memberikan perhatian. Berakhlak dalam
keluarga dapat dilakukan dengan: y y y y y y Menjaga nama baik
keluarga. Saling membina rasa cinta dan kasih saying dalam
keluarga. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
Berbakti kepada ibu bapak. Mendidik anak-anak dengan kasih saying.
Memelihara silahturahmi dan melanjutkan silaturahmi dengan orang
tua yang telah meninggal dunia. 5) Akhlak terhadap tetangga Dalam
kajian sosiologi, tetangga merupakan kumpulan keluarga yang saling
berinteraksi, hidup berdampingan, dan berada dalam suatu
lingkungan. Dalam bertetangga, bentuk akhlak yang dapat kita
lakukan adalah: y y y y y Saling mengunjungi. Saling membantu di
waktu senang, terlebih lagi di masa sulit Saling memberi. Saling
menghormati. Saling menghindari permusuhan dan pertengkaran.14
6) Akhlak terhadap masyarakat Masyarakat merupakan komunitas
yang lebih besar lagi dibandingkan keluarga atau tetangga. Di dalam
masyarakat, terdapat bermacam-macam ideologi, budaya, maupun
keyakinan/agama. Perbedaan yang massif ini dapat menyebabkan
multikulturalisme. Namun, perbedaan yang banyak ini seharusnya
tidak menjadi pokok utama dalam hubungan masyarakat. Sebagai
anggota masyarakat, kita harus bisa menghargai kemajemukan yang ada
itu. Adapun yang harus dilakukan dalam bermasyarakat: y Mewujudkan
kemauan bersama untuk perdamaian dengan menggalang kesadaran
kolektif. y Merumuskan solusi-solusi terbaik untuk menciptakan
perdamaian dengan mengedepankan kepentingan bersama daripada
kepentingan golongan atau kelompok. y Bersama menahan diri untuk
tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang mengarah pada
konfrontasi fisik secara massal. y 2.2.3 Mengedepankan persaudaraan
bersama dalam mencari upaya untuk
menciptakan kesadaran kolektif, tanpa ada kepentingan pribadi.
Akhlak terhadap Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berdaulat, merdeka, dan
terdiri dari banyak kepulauan Nusantara. Indonesia memiliki
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang menjadi ideologi dan
konstitusi negara. Di dalam kehidupan bernegara, Indonesia memiliki
kemajemukan, baik dari segi budaya, maupun agama. Di tengah
kemajemukan masyarakatnya ini, bangsa Indonesia dituntut agar dapat
menghargai perbedaan-perbedaan tersebut. Istilah Bhineka Tunggal
Ika, bersatu meskipun berbeda-beda, pantas dilaksanakan di dalam
negara yang multikulturalisme ini. Sikap mencintai negeri dan taat
berbangsa wajib dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat
Indonesia demi tercapainya cita-cita bangsa untuk mendukung
pembangunan nasional dan wawasan nasional. 2.2.4 Akhlak terhadap
Alam15
Alam ini diciptakan oleh Tuhan demi kepentingan hidup manusia.
Namun, manusia harus mampu mengolah alam secara bertanggung jawab.
Manusia tidak boleh mengeksploitasi alam tanpa memperbaiki alam
karena alam tidak hanya dimiliki sebagian orang, tetapi juga banyak
orang dan generasi-generasi yang akan dating. Selain itu, alam
dapat merugikan manusia apabila manusia tidak menjaga keseimbangan
di dalamnya. Penebangan liar yang dilakukan secara missal dapat
mengakibatkan erosi, banjir, dan tanah longsor. Pengerukan pasir
pantai dapat merusak ekosistem laut. Pembuangan limbah kea lam
bebas dapat merusak ekosistem pula. Hal-hal semacam inilah yang
merupakan tindakan tidak berakhlak kepada alam dan harus dihindari
setiap manusia.
2.3
Agama, Tradisi dan Budaya 2.3.1 Agama
Agama adalah ikatan yang berasal dari sesuatu kekuatan yang
lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat
ditangkap oleh pancaindra, nmun mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap kehidupan manusia. Secara terminologi, maka agama
dapat diungkapakan dalam pengertian : 1. kepercayaandiri pada
bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang
berada di luar diri manusia dan memengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia. 2. kepercayaaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan
cara hidup tertentu 3. suatu sistem tingkah laku yang berasal dari
sesuatau kekuatan gaib 4. pengakuan terhadap adanya kewajiban yang
diyakini bersumber pada kekuatan gaib 5. pemujaan terhadap kekuatan
gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap
kekuatan gaib tersebut 6. ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan
kepada manusia melalui seorang Rasul
Agama sebagai sistem keyainan dapat menjadi bagian dan inti dari
sistem-sistem nilai yang ada dalam keudayaan dari masyarakat
bersangkutan, dan menjadi pendorong dan penggerak, serta pengontrol
bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut agar tetap
berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran
agamanya.16
Salah satu ciri mencolok dalam agama, yang berbeda dengan
isme-isme laiannya, adalah penyerahan diri secara total kepada
Tuhan. Penyerahan ini tidak terwujud dalam bentuk ucapan, melainkan
dalam tindakan-tindakan keagamaan sehari-hari. Tidak ada satu agama
pun yang tidak menuntut adanaya penyerahan total dari
penganutnya.
Secara struktural fungsional, agama melayani kebutuhan-kebutuhan
manusia untuk mencari kebenaran dan mengatasi serta menetralkan
berbagai hal buruk dalam kehidupan. Semua agama menyajikan
formula-formula tersebut yang pada hakikatnya bersifat mendasar dan
umum berkenaan eksistensi dan perjalanan hidup manusia, yang masuk
akal dan rasional sesuai dengan keyakinan keagamaannya.
Jika agama dikaitkan denagan masyarakat, ada 4 tipe tingkat
keagamaan yaitu: 1. Tingkat rahasia yaitu seseorang memegang ajaran
agama yang dianut untuk dirinya sendiridan tidak dinyatakan atau
didiskusikan kepada orang lain 2. tingkat privat yaitu orang yang
mendiskusikan ajaran agamanya dengan orang lain yang secara pribadi
dekat hubungannya 3. tingkat denominasi yaitu orang yang mempunyai
keyakinan keagamaan ang sama dengan yang dipunyai individu-individu
lainnya dalam suatu kelompok besar. 4. tingkat masyarakat, yaitu
individu yang memiliki keyakinan keagamaan dari warga tersebut.
2.3.2 Tradisi Tradisi adalah adat kebiasaan yang dimunculkan oleh
kehendak atau perbuatan sadar yang telah menjadi kebiasaan
sekelompok orang. Ada dua faktor penting yang melahirkan adat
kebiasaan: 1. adanya kecenderungan hati kepada perbuatan itu, dia
merasa senang untuk melakukannya 2. diikutinya kecenderungan hati
itu dengan praktik yang diulang ulang sehingga menjadi biasa17
Di antara dua faktor itu yang kedua itulah yang sangat
menentukan, sebab walaupun ada kecenderungan hati tetapi apabila
tidak ada kesempatan untuk memunculkan perbuatan, umpamanya ada
pencegahan, ada halangan maka kecenderungan hati itu tidak
teralisir. Sebaliknya mungkin tidak ada kecenderungan hati tetapi
terpaksa untuk mengerjakan perbuatan itu dan hali itu dilakukan
terus menerus maka hal itu menjadi kebiasaan.
Kadang-kadang tradisi yang terjadi di masyarakat justru berbeda
dengan ajaran agama. Hal ini dilakukan karena menurut kehendak hati
perbuatan ini harus terjadi. Yang menjadi ukuran penilaian baik
danburuk terhadap perbuatan adalah kesepakatan bersama masyarakat
setempat. Oleh karena itu, jika masing-masing suku bangsa
mempertahankan tradisi masing-masing yang begitu ketat sebagai
sumber dari perilakunya, maka hal ini sangat rentan terhadap
timbulnya konflik-konflik sosial yang disebabkan oleh masing-masing
etnis.
2.3.3 Budaya Budaya dapat didefinisikan secara sempit dan luas.
Definisi secara sempit mencakup kesenian dengan semua
cabang-cabangnya dan definisi budaya secara luas mencakup semua
aspek kehidupan manusia. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, budaya
dalam arti sempit adalah adat istiadat, kepercayaan, seni. Budaya
dalam arti luas melingkupi segala perbuatan manusia, hasil budi
manusia, kehidupan manusia sehari-hari. Secara formal budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai sikap, makna, hierarki agama, waktu, peranan, hubungan ruang,
konsep alam semesta, objekobjek materi dan milik yang diperoleh
sekelompok besar orang dari generasike generasi melalui usaha
individu dan kelompok. Budaya mempengaruhi cara berpikir seseorang,
merasa, mempercayai, bahasa, persahabatan, kebiasaan makan,
kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi dan sebagainya.
Budaya secara tidak sadar telah mempengaruhi kita sejak dalam
kandungan hingga mat. Bahkan setelah mati pun kita dikuburkan
dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya-budaya kita
18
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar dan
mempengaruhi banyak hal dalam kegiatan sosial manusia. Unsur budaya
ini tidak dapat langsung dilihat, misalnya norma dan nilai-nilai
yang berlaku dalam budaya. Makin tinggi perkembangan kebudayaan,
makin kompleks pula gagasan-gagasan maupun wawasan-wawasan
kebudayaan ang bersangkuatan. Walaupun budaya-budaya itu
berbeda-beda, namun ia dapat dilihat dari unsur-unsur yang
membedakannya. Semua budaya juga banyak memiliki persamaannya dalam
unsur universal.
2.4
Nilai Cinta Kasih, Kebersamaan dan Keadilan Dalam menjalani
kehidupannya, manusia dihadapkan dengan berbagai macam
permasalahan. Agar lebih mudah mengatasi masalahnya tersebut
setiap individu melakukan interaksi dengan individu yang lain.
Namun dalam interaksinya tersebut sering kali terjadi pertikaian.
Pertikaian ini terjadi karena manusia masih belum memahami
nilai-nilai kemanusiaan seperti cinta kasih, kebersamaan dan
keadilan. 2.4.1 Cinta Kasih Cinta Kasih merupakan sesuatu yang
tidak dapat dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap orang
membutuhkan cinta sebagai kebutuhan yang fundamental. Cinta kasih
lebih melibatkan perasaan. Cinta adalah perasaan simpati yang
melibatkan emosi yang mendalam dalam terjadi antara manusia dengan
Sang Pencipta, manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan
alam dan manusia dengan dirinya sendiri. Di dalam pengertian
simpati terkandung unsur pengenalan, dan di dalam emosi terkandung
unsur tanggung jawab, pengorbanan, perhatian, saling menghormati
dan kasih sayang. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat utama yang
harus dipenuhi untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu: 1. Knowledge
(pengenalan), dengan demikian yang bersangkutan akan menerima
sebagaimana adanya;
19
2.
Responssibilty (tanggung jawab), yaitu masing-masing pihak
mempunyai tanggung jawab yang sama;
3. 4.
Care (pengasuhan, perhatian, perlindungan, saling peduli)
Respect (saling menghormati) Untuk memperjelas uraian tentang cinta
kasih, berikut ini adalah bentuk-bentuk cinta
kasih yang antara lain adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Cinta terhadap
tuhan Cinta persaudaraan Cinta keibuan Cinta erotis Cinta diri
sendiri
Indonesia sebagai negara yang terdiri dari berbagai kultur dan
bangsa pasti menghadapi masalah adanya multikulturalisme. Setiap
suku mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam menjalani kehidupan
mereka dan kita harus mampu menyikapi perbedaan itu dengan baik
agar tidak terjadi konflik. Salah satu caranya adalah meningkatkan
rasa cinta kasih, khususnya cinta persaudaraan. Kita tidak boleh
melihat kita sebagai suku yang berbeda melainkan kita satu bangsa,
yaitu bangsa Indonesia. Dengan adanya rasa cinta persaudaraan yang
tinggi maka perbedaan kultur bukan lagi menjadi hambatan melainkan
hal yang mempererat persaudaraan bangsa Indonesia. 2.4.2
Kebersamaan Secara kodrati, kebersamaan merupakan suatu kata yang
tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial. Manusia menghadapi tantangan dari alam, dari sesama, juga
dari dirinya sendiri. Hanya melalui kerja sama dengan pihak lain,
tantangan itu dapat lebih mudah dan lebih ringan dihadapi. Menurut
Koentjaraningrat, dalam pergaulan manusia ada 2 azas yang
mempengaruhi pergaulan manusia yaitu azas egoisme dan azas
altruisme. Azas egoisme adalah azas yang mendahulukan kepentingan
diri sendiri di atas kepentingan orang lain. Sebaliknya azas
altruisme adalah hidup berbakti untuk kepentingan yang lain. Dengan
azas altruisme maka manusia mampu20
mengembangkan sutu hubungan bantu membantu dan kerja sama yang
serasi. Menurut Koentjaraningrat secara antropologis, manusia
adalah makhluk sosial atau sebagai makhluk kolektif yang mempunyai
ciri-ciri yang umum sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Pembagian kerja
yang tetap Ketergantungan individu kepada individu lain Kerja sama
antar individu Komunikasi antar individu Diskriminasi antara
individu-individu warga kolektif dan individu lain Sebagai bagian
dari suatu kolektif manusia yaitu masyarakat Indonesia, kita
menyadari bahwa Indonesia adalah masyarakat majemuk yang
keheterogenitasnya dapat dilihat dari jumlah suku bangsa yang
beragam, bahasa, agama yang dianut, demografi, jenis pekerjaan dan
sebagainya. Meskipun kita mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika
untuk menjaga persatuan bangsa, kita bangsa Indonesia seringkali
menghadapi masalah disintegrasi bangsa. Nilai-nilai kebersamaan
masih belum dijunjung tinggi sehingga rasa egoisme di antara
masyarakat masih tinggi. Upaya-upaya yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan masalah disintegrasi bangsa antara
lain : 1. 2. 3. 4. Sosialisasi Nilai-nilai Kebaikan/Moral
Komunikasi Antar Budaya Kebudayaan Nasional Indonesia Pembagian dan
pemanfaatan Sumber Daya Alam yang Berkeadilan
2.4.3 Keadilan Keadilan yang berasal dari kata adil, dapat
diartikan sebagai suatu yang seimbang sehingga keadilan lebih jauh
lagi dapat diartikan sebagai suatu tuntutan sikap yang seimbang
antara hak dan kewajiban. Tiap-tiap manusia pada zamannya mempunyai
ukuran keadilan yang berbeda-beda dan relatif, hal itu diibaratkan
dua sisi mata uang. Kita dapat menilai bahwa sesuatu tindakan itu
adil berdasarkan suatu acuan tertentu, tetapi orang lain juga bisa
mengatakan bahwa tindakan tersebut tidak adil berdasarkan telaah
pemikirannya. Namun, kita harus tetap pada pengertian bahwa
keadilan Tuhan adalah keadilan yang bersifat mutlak. Berbeda dengan
keadilan tuhan, keadilan manusia bersifat universal dan21
unik. Universal artinya rasa keadilan itu suatu kebutuhan
dimanapun dan pada masa apapun manusia berada. Sedangkan yang
dimaksud dengan unik adalah tiap manusia pada zamannya mempunyai
ukuran keadilan yang relatif. Indonesia sebagai bangsa yang plural
dengan berbagai macam etnis, agama, suku bangsa dan budaya
mengalami banyak hal yang bertentangan dengan sikap persatuan
bangsa, seperti berbagai pemberontakan dan tindakan separatisme.
Tindakan mendiskreditkan suatu suku tertentu atau hanya
mengembangkan suatu budaya dari daerah tertentu juga merupakan
salah satu bentuk ketidakadilan. Padahal itu hanya berdasarkan ego
dan kepentingan sempit suatu kelompok tertentu yang akan
menyengsarakan masyarakat lain. Hendaknya kita mengingat bahwa kita
pada dasarnya adalah makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Kita tidak boleh menghalalkan segala cara yang malah akan
menimbulkan ketidakadilan bagi orang lain. Berbagai macam budaya
yang ada di Indonesia juga harus selalu kita lestarikan agar
akhirnya tidak hilang begitu saja. 2.5 Multikulturalisme 2.5.1
Definisi & pengertian Di dalam kamus, multi berarti banyak,
sedangkan kultur berarti kebudayaan dan kulturalisme adalah adalah
paham tentang kebudayaan. Oleh karena itu, kulturalisme memiliki
arti paham atau pemikiran yang mendalam tentang perihal kebudayaan
yang banyak. Multikulturalisme dipandang sebagai paham yang dapat
menyelesaikan berbagai masalah dalam masyarakat yang beraneka ragam
budaya. Dapat disimpulkan bahwa multikulturalisme merupakan suatu
pemahaman yang mengajarkan kita agar kita dapat menerima perbedaan
antar budaya dan saling menghormati satu sama lain sehingga tidak
terjadi perselisihan serta terjalin hubungan yang baik antar
budaya. 2.5.2 Isu-isu dalam multikulturalisme Secara faktual
beberapa isu besar multikulturalisme antara lain berupa kemajemukan
(vs ketunggalan) identitas/afiliasi/asosiasi individu dan kelompok,
kebebasan dalam berbudaya (gaya hidup), salah paham dan kekerasan
antarbudaya serta perbedaan perwujudan nilai dalam kebudayaan dan
agama.22
Untuk mengatasi problem ini perlu kembali disadari bahwa budaya
baik atau buruk adalah hasil daya dari budi, kekuatan, dan
kecerdasan akal budi manusia. Salah satu cara utamanya adalah
berlatih menerapkan kaidah-kaidah logika secara nyata dalam membuat
keputusan, besar atau kecil. 2.5.3 perkembangan multikulturalisme
di berbagai Negara Paling tidak ada tiga kelompok sudut pandang
yang biasa berkembang dalam menyikapi perbedaan identitas kaitannya
dengan konflik yang sering muncul. Pertama, pandangan primordialis.
Kelompok ini menganggap, perbedaan-perbedaan yang berasal dari
genetika seperti suku, ras (dan juga agama) merupakan sumber utama
lahirnya benturan-benturan kepentingan etnis maupun agama. Kedua,
pandangan kaum instrumentalis. Menurut mereka, suku, agama dan
identitas yang lain dianggap sebagai alat yang digunakan individu
atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar, baik dalam
bentuk metril maupun non-materiil. Konsepsi ini lebih banyak
digunakan oleh politisi dan para elit untuk mendapatkan dukungan
dari kelompok identitas. Dengan meneriakkan "Islam" misalnya,
diharapkan semua orang Islam merapatkan barisan untuk mem-back up
kepentingan politiknya. Oleh karena itu, dalam pandangan kaum
instrumentalis, selama setiap orang mau mengalah dari prefence yang
dikehendaki elit, selama itu pula benturan antar kelompok identitas
dapat dihindari bahkan tidak terjadi. Ketiga, kaum konstruktivis,
yang beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku,
sebagaimana yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas, bagi
kelompok ini, dapat diolah hingga membentuk jaringan relasi
pergaulan sosial. Karenanya, etnisitas merupakan sumber kekayaan
hakiki yang dimiliki manusia untuk saling mengenal dan memperkaya
budaya. Bagi mereka, persamaan adalah anugrah dan perbedaan adalah
berkah.
2.5.4 Multikulturalisme di indonesia Indonesia merupakan salah
satu negara multikulturalisme, bahkan salah satu yang terbesar di
dunia. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural dan
geografis, seperti :23
penduduk yang mencapai 210 juta jiwa, 13.000 pulau, 300 suku,
dan 200 bahasa. Serta didukund dari segi agama dan kepercayaan yang
beraneka ragam. Keanekaragaman yang seperti ini dapat menimbulkan
dampak positif maupun negatif. Diantara dampak negatifnya adalah
korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, perseteruan politik,
kekerasan, separatisme, perusakan lingkungan, dan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia. Selain itu, bangsa kiya juga pernah
mengalami masa kelam pada zaman kerajaan dan penjajahan. Tetapi
kita masih dapat mengambil dampak positifnya seperti : banyak
pelajaran yang akan kita petik dari perbedaan yang ada, dan bila
kita sudah dapat menerima semua perbedaan yang ada maka kita akan
menjadi bangsa yang tangguh dan disegani. Semua hal buruk perlu
dihindari dan dampak positif harus kita timbulkan oleh karena itu
kita perlu strategi yang tepat dalam rangka memecahkan persoalan
yang ada. Dan itu dapat diatasi dengan pendidikan multikulturalisme
mulai dari jenjang yang terendah. 2.5.5 Macam-macam
multikulturalisme Lima jenis multikulturalisme; pertama,
multikulturalisme asosianis yang mengacu pada masyarakat dimana
kelompok berbagai kultur menjalankan hidup secara otonom dan
menjalankan interaksi minimal satu sama lain. Kedua,
multikultualisme akomodatif nyakni masyarakat plural yang memiliki
kultura dominan, yang membuat penyesuaian, mengakomodasi tertentu
bagi kebutuhan kultur minoritas. Masyarakat multikultural
akomodatif merumuskan dan menarapkan undang-undang, hukum dan
kekuatan sensitif secara kultural, memberikan kesempatan kepada
kaum minoritas untuk mengembangkan kebudayaannya Ketiga
multikultural otomatis masyarakat yang plural dimana kelompok
kultura yang utama berusaha mewujudkan kesetaraan dan menginginkan
kehidupan otonom dalam kerangka politik secara kolektif dan dapat
diterima. Keempat multikulturalisme kritikal interaktif masyarakat
yang plural dimana kelompok kultur tidak terlalu concern dalam
kehidupan kultur otonom; tetapi lebih menuntut penciptaan kultur
kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perfektif distingtif
mereka.24
Kelima multikultural kosmopolitan, yang berusaha menghapuskan
kultur sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana
individu tidak lagi terikat dan committed kepada budaya tertentu.
2.5.6 dampak kulturalisme Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari
masyarakat multicultural adalah sebagai berikut:: y Melalui
hubungan yang harmonis antarmasyarakat, dapat digali kearifan
budaya yang dimiliki oleh setiap budaya y Munculnya rasa
penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap toleransi
yang merupakan syarat utama dari masyarakat multicultural y
Merupakan benteng pertahanan terhadap ancaman dari budaya capital
yang cenderung melumpuhkan budaya yang beragam. Paham kapitalisme
cenderung diskriminatif dan cenderung mengabaikan eksistensi budaya
setempat y Kebenaran itu tidak dimonopoli oleh satu orang atau satu
kelompok saja. Tetapi kebenaran itu ada dimana-mana, tergantung
daru sudut pandang setiap orang. y Daya tarik wisatawan
Dampak negatifnya antara lain: y y y Mudah terjadi konflik
antarsuku Pertikaian, konflik, dan pengejekkan yang berbau SARA
Masalah ideologi, HAM, serta hak budaya komuniti golongan
minoritas
2.6
Etika dan Dampak Kemajemukan Bangsa dan Negara Indonesia adalah
bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia
dapat dilihat dari berbagai segi. Mulai dari kemajemukan
pulaunya,sehingga disebut Negara25
Kepulauan Republik Indonesia, juga kemajemukan masyarakatnya
yang terdiri dari kemajemukan agama, ras, bahasa, seni dan budaya
yang kita kenal dengan istilah multikulturalisme. Apabila kita
membicarakan multikulturalisme, salah satunya atau bahkan mungkin
satu-satunya yang memenuhi kriteria multikulturalisme adalah negara
kita, Indonesia. Namun multikulturalisme itu sendiri tidak hanya
membuahkan efek yang positif saja, justru dampak negatif dari
kemajemukan atau multikulturalisme di Indonesia juga banyak
ditemui. Oleh karena itu, kami membahas kemajemukan yang terjadi di
Indonesia dan etika untuk menyikapi hal tersebut juga dampak-dampak
yang terjadi akibat kemajemukan atau multikulturalisme itu.
Multikulturalisme, sangat erat kaitannya dengan Indonesia.
Bagaimana tidak, Indonesia yang merupakan Negara kepulauan yang
cukup luas ini di isi dengan rakyatnya yang berasal dari berbagai
ras, suku dan bangsa. Semua keberagaman itu di untai menjadi satu,
oleh bhineka tunggal ika, serta rasa nasionalisme yang mendalam
yang ditanam di setiap individu rakyat Indonesia. Multikulturalisme
di Indonesia yang walaupun sudah di untai oleh berbagai macam
persamaan seperti persamaan bahasa dan negara, seringkali menemui
suatu permasalahan yang merupakan dampak negatif. Salah satu dampak
negatif nya adalah konflik antar suku seperti yang terjadi di
Papua, yaitu konflik antara masyarakat Kimberly dan Banti.
Masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang
berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau Bhineka Tunggal
Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur masyarakat
Indonesia pada tingkat nasional dan lokal.
Gelombang demokrasi memang membawa dampak positif terhadap
masyarakat. Sehingga Hak Asasi Manusia (HAM) dan eksistensi
kelompok bisa dihormati. Tetapi tidak mustahil juga mengandung
bahaya dan perpecahan. Perpecahan pada akhirnya akan beruntut
kepada benturanbenturan yang diakibatkan oleh adanya beberapa
faktor: politik, sosial, budaya, ras, ekonomi, bahkan agama.
Dampak negatif dari multikulturalisme seperti perikaian,
konflik, pengejekan yang berbau SARA, dan lain-lain ada
solusinya,seperti pada contoh kasus di atas, yaitu mempertemukan
dua kelompok yang bertikai untuk berdiskusi agar mendapatkan solusi
dari26
permasalahan tersebut. Etika kemajemukan dapat diartikan sebagai
norma-norma moral yang menjadi pedoman dalam menjalani dan mengatur
perilaku kehidupan dalam masyarakat yang multikulturalsime ini.
Pedoman-pedoman kemajemukan, yaitu : 1. Bergaul dengan siapa saja
dengan sifat saling menghargai 2. Hiasi pergaulan dengan
berperilaku sopan 3. Jangan menjadikan ajang pertemuan sebagai
sarana merusak kebenaran 4. Materi pembicaraan dalam pertemuan
jangan mengarah pada perselisihan 5. Kerja sama dalam pergaulan
hendaknya diarahkan untuk kebaikan bersama 6. Jangan memanfaatkan
kerja sama untuk mencari kepentingan pribadi 7. mengakhiri
pertemuan dengan sikap saling minta maaf dan berkomitmen untuk
meneruskan persahabatan 8. Beri teladan perilaku yang baik dalam
pergaulan. Aspek-aspek kehidupan dalam sistem budaya, antara lain :
1. Sistem budaya dari berbagai kelompok etnik di Indonesia 2.
Sistem budaya yang terdiri atas sistem-sistem budaya agama besar
yang berasal dari luar NKRI 3. Sistem budaya Indonesia 4. Sistem
budaya yang terdiri atas sistem-sistem udaya asing. untuk
melaksanakan prinsip-prinsip pergaulan dalam etika
Indonesia, seperti anggapan banyak orang mengandung muatan yang
sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat
strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif,
sehingga konflik yang muncul sebagai dampak dari transformasi dan
reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan menjadi bagian
dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan melalui pendidikan BAB
III PENUTUP27
3.1 Kesimpulan
3.1.1
Multikulturalisme timbul karena hakikat manusia sebagai makhluk
budaya yang mempunyai akal, sehingga timbulah berbagai macam
kebudayaan sebagai hasil piker manusia yang sesuai dengan
lingkungan tempat tinggal masing-masing dan kebutuhan.
3.1.2 Ada dampak positif dan negative mengenai multikulturalisme
di Indonesia. Jika masyarakat Indonesia menyikapinya secara
positif, hal itu bisa menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar,
tetapi apabila disikapi dengan negatif, sebaliknya akan menjadi
pemicu utama timbulnya pertikaian. 3.1.3 Untuk menghindari
pertikaian karena multikulturalisme yaitu dengan memupuk rasa
tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama, selain
itu perlu juga pemahaman yang mendalam terhadap semboyan Bhineka
Tunggal Ika.
28
Daftar Pustaka
Dewi, Ismala R, dkk.2009.Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan
Masyarakat.UI Press: Jakarta
29