Model Pembelajaran Problem Based Learning
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Metode Pembelajaran Problem Based Learning untuk memenuhi
tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.Kami sangat berterima
kasih kepada Kadek Ayu Astiti, S. Pd, M.Pd. yang telah memberikan
tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan pengetahuan baru
dan bisa berbagi pengetahuan ini kepada pembaca makalah ini.Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai Pengertian, Karakteristik.
Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan, serta Keebihan dan
Kekurangan dari Metode Pembelajaran Problem Based Learning. Kami
menyadari di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari apa yang diharapkan.Semoga makalah ini dapat
dipahami pembaca.Sekiranya makalah dapat memberi manfaat tidak
hanya bagi kami tetapi juga bagi para pembacanya.Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan bagi
pembaca.
Kupang, 30 April 2015 Penyusun
Daftar isiKATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan6
D. Manfaat 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pembelajaran berbasis masalah 7
B. Teori yang mendasari pembelajaran berbasis masalah9
C. Ciri-ciri utama strategi pembelajaran berbasis masalah 10
D. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah 11
E. Tujuan strategi pembelajaran berbasis masalah14
F. Komponen-komponen pembelajaran berbasis masalah15
G. Konsep dasar pembelajaran berbasis masalah15
H. Langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan)
dalam Pembelajaran Berbasis Masalah16
I. Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran berbasis
masalah23
J. Kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk strategi
pembelajaran berbasis masalah25
K. Penilaian dan evaluasi pada strategi pembelajaran berbasis
masalah26
L. Pembelajaran berbasis masalah dalam perencanaan
kurikulum27
M. Infrastruktur dan Sumber Daya Pengajar dalam Menerapkan
Metode PBL27
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan 29
1. Saran 30
Daftar Pustaka 31
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga
ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek
belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi
yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik.
Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato
guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa
bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak
paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru. Hal ini
disebabkan karena proses belajar didalam kelas yang begitu-begitu
saja, sehingga siswa merasa jenuh belajar.Oleh karena itu, sekarang
banyak inovasi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh
sekolah-sekolah. Misalnya inovasi pembelajaran kuantum, kompetensi,
kontekstual, dan problem based learning. Untuk mengatasi kejenuhan
dalam proses belejar-mengajar dan meningkatkan kualitas diri
siswa.Salah satu inovasi dalam pembelajaran yaitu problem based
learning, problem based learning ini merupakan progam student
center yang dimana siswa belajar tentang subjek dalam konteks yang
beraneka ragam, dan masalah yang benar-benar terjadi (nyata).
Tujuan dari problem based learning ini sendiri adalah untuk
menolong perkembangan pengetahuan siswa secara fleksibel, efektif,
dan terampil dalam memecahkan masalah. Berdasarkan uraian diatas
kami akan memaparkan hasil kajian pustaka mengenai Problem Based
Learning yang kemudian dituangkan dalam bentuk makalah yang
berjudul Pembelajaran Problem Based Learning.Pada model
pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran
yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan
memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan
dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah
apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru
menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat
meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik
dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik
mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model
pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan
lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi
berbagai masalah.Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar,
model pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang
berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini
peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya
perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang
dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui
masalah yang dihadapi.Model pembelajaran berbasis masalah mengambil
psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran
pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik pikirkan
selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa
yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.Seperti halnya model
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini
menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam
Democracy and Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan
tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang
lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan
dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong
guru untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek
berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai
masalah sosial dan intelektual penting.Namun, pada kenyataannya,
tidak semua guru memahami konsep PBL tersebut, baik disebabkan oleh
kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas
keilmuan maupun karena kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan
kualitas keilmuan tenaga pendidik. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang mendalam tentang apa dan
bagaiamana Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)
ini untuk selanjutnya diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran,
sehingga dapat memberi masukan, khususnya kepada para guru tentang
Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) ini
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang relevan dengan
tuntunan abad ke 21 dan umumnya kepada para ahli dan praktisi
pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan dan
invovasi dalam sistem pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah
yiatu:
A. Apa pengertian strategi pembelajaran berbasis masalah ?B. Apa
saja teori yang mendasari pembelajaran berbasis masalah?C. Apa
ciri-ciri utama strategi pembelajaran berbasis masalah ?D. Apa saja
karakteristik pembelajaran berbasis masalah ?E. Apa saja tujuan
strategi pembelajaran berbasis masalah ?F. Apa saja
komponen-komponen pembelajaran berbasis masalah?G. Apa saja konsep
dasar pembelajaran berbasis masalah?H. Bagaimanakah langkah-langkah
serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah?I. Apa keunggulan dan kelemahan strategi
pembelajaran berbasis masalah ?J. Bagaimana kriteria pemilihan
bahan pelajaran untuk strategi pembelajaran berbasis masalah ?K.
Bagaimana penilaian dan evaluasi pada strategi pembelajaran
berbasis masalah ?L. Apa saja pembelajaran berbasis masalah dalam
perencanaan kurikulum ? M. Apa saja Infrastruktur dan Sumber Daya
Pengajar dalam Menerapkan Metode PBL ?
C. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan untuk
mengetahui rumusan masalah diatas.1. Mengetahui pengertian strategi
pembelajaran berbasis masalah 2. Mengetahui teori yang mendasari
pembelajaran berbasis masalah3. Mengidentifikasi ciri-ciri utama
strategi pembelajaran berbasis masalah 4. Mengetahui karakteristik
pembelajaran berbasis masalah5. Memahami tujuan strategi
pembelajaran berbasis masalah 6. Mengetahui komponen-komponen
pembelajaran berbasis masalah7. Memahami konsep dasar pembelajaran
berbasis masalah8. Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks
(implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran Berbasis Masalah9.
Mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran
berbasis masalah 10. Mengetahui kriteria pemilihan bahan pelajaran
untuk strategi pembelajaran berbasis masalah 11. Mengetahui
penilaian dan evaluasi pada strategi pembelajaran berbasis masalah
12. Memahami pembelajaran berbasis masalah dalam perencanaan
kurikulum 13. Mengtahui Infrastruktur dan Sumber Daya Pengajar
dalam Menerapkan Metode PBL
Penyusunan makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Belajar dan Pembelajran, juga untuk menambah wawasan kita
mengenai Pembelajaran Berbasis Masalah ini ( Problem Based
Learning), dan diharapkan kita akan menjadi calon guru yang
profesional.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk dapat memahami
dan mengerti apa yang tertuang dalam makalah ini yaitu tentang
problem based learning.
BAB IIPEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Problem Based Learning (PBL) pertama kali dikembangkan dan
diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University
Kanada pada tahun 60-an. PBL sangat efektif untuk sekolah
kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan kemudian
dituntut untuk memecahkannya. Katerampilan untuk memecahkan masalah
sangat dibutuhkan dalam profesi dokter karena pada kenyataannya
para dokter selalu dihadapkan pada masalah pasiennya sehingga harus
mampu menyelesaikannya. Walaupun pertama dikembangkan dalam
pembelajaran di sekolah kedokteran tetapi pada perkembangan
selanjutnya diterapkan dalan pembelajaran secara umum.Pembelajaran
Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa InggrisProblem-based
Learningadalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu
peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.Menurut Barrow dalam Arend (2004: 392) dalam
menyatakan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang merupakan hasil
dari suatu proses menginvestigasi, pemahaman dan memberikan solusi
dari suatu masalah. Dengan demikian prinsip utama dari PBL adalah
pemecahan masalah yang otentik. Masalah yang dibawa ke dalam kelas
merupakan stimulus awal dan kerangka utama proses pembelajaran.
Dalam PBL, siswa akan menimbulkan keterampilan memecahkan masalah
secara efektif, yang nantinya berguna di kehidupan
profesionalnya.Berangkat dari asumsi bahwa belajar merupakan proses
konstruksi pengetahuan secara aktif dan dipengaruhi oleh faktor
sosial. PBL menggunakan pendekatan student-center dimana siswa
diberikan kebebasan untuk menentukan topik yang menarik baginya dan
menentukan bagaimana akan mempelajarinya. Dalam PBL, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator, bukan sebagai sumber informasi. Guru
sebagai fasilitator harus dapat membangun motivasi siswa secara
intrinsik tertarik dengan materi, membagi siswa dalam kelompok
kerja dan membantu siswa untuk menjadi pebelajar mandiri. Walaupun
siswa diberi kebebasan untuk menentukan topik, namun guru harus
tetap memberikan tema permasalahannya sehingga masalah yang
diangkat relevan dengan kehidupan sehari-hari dan relevan dengan
materi yang dibahas.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah
yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih
realistik (nyata).Bern dan Erickson (2001:5) menegaskan bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran siswa
dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep
dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi
mengumpulkan dan menyatukan informasi, mempresentasikan
penemuan.Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik
dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada
peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah
dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta
didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan,
kemudian menyelesaikan masalahnya dibawah petunjuk fasilitator
(guru).Pembelajaran berbasis masalah menyarankan kepada peserta
didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang
relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada
peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik
lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit
bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional,
peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang
diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.Pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik.
PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
ketrampilan untuk memecahkan masalah.Untuk mencapai hasil
pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah perlu dirancang dengan baik mulai
dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan
dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik,
peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan.
Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri
melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan
pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.Pada
pembelajaranberbasisMasalah siswa dituntut untuk melakukan
pemecahan-pemecahan masalah yang disajikan dengan cara menggali
informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi
dari permasalahan yang ada.Dalam ruang lingkup
PembelajaranBerbasisMasalah, siswa berperan sebagai seorang
professional dalam menghadapi permasalahan yang muncul, meskipun
dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang
minimal.Siswa tetap dituntut untuk menemukan solusi terbaik yang
mungkin ada. PembelajaranBerbasisMasalah membuat perubahan dalam
proses khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri
di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam
menyelesaikan permasalahan dengan memberikan langkah-langkah
penyelesaian yang sudah jadi melainkan guru berkeliling kelas
memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa
untuk menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran.Oleh karena itu,
pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantupeserta didikuntuk memproses informasi yang sudah jadi
dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
B. TEORI YANG MENDASARI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
PBL mengikuti tiga aliran pikiran utama yangberkembang pada abad
duapuluh yaitu sebagai berikut :a.Pemikiran John Dewey dan Kelas
Demokratisnya (1916). MenurutDewey,sekolah seharusnya mencerminkan
masyarakat yang lebih besar dan kelasmerupakan laboratorium untuk
pemecahan masalah kehidupan yang nyata.Pendapat Dewey ini
memberikan dasar filosofis dari PBL.b.Pemikiran Jean Piaget
(1886-1980). MenurutPiaget, anak memiliki rasaingin tahu bawaan dan
secara terus menerus berusaha memahami dunia disekitarnya. Rasa
ingin tahu itu memotivasi anak untuk secara aktifmembangun tampilan
dalam otak mereka tentang lingkungan yang merekahayati. Ketika
tumbuh semakin dewasa dan memperoleh lebih banyak kemampuan bahasa
dan memori, tampilan mental mereka tentang duniamenjadi lebih luas
dan lebih abstrak. Pada semua tahap perkembangan, anakperlu
memahami lingkungan mereka, memotivasi mereka untuk menyelidikidan
membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.c.Pemikiran
Lev Vygotsky (1896-1934) dengan Konstruktivismenya, sertaJerome
Bruner dengan Pembelajaran Penemuannya.Vygotskyberpandangan bahwa
interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.Brunermenyatakan
pentingnya pembelajaran penemuan, yaitu modelpembelajaran yang
menekankan perlunya membantu siswa memahamistruktur atau ide dari
suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalamproses
pembelajaran dan yakin bahwa pembelajaran yang sebenarnya
adalahyang terjadi melalui penemuan pribadi.
C. CIRI-CIRI UTAMA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Ciri-ciri utama pembelajaran berbasis masalah ada 3
yaitu:1)Strategipembelajaran berbasis masalahmerupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak
mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi
pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.2)Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran.3)Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses
berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis
artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu,
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan
pada data dan fakta yang jelas.
Ciri-ciri khusus dari PBL adalah sebagai berikut :a.Pengajuan
pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah yang diajukan pada
awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara sosial penting dan
secara pribadi bermakna bagi siswa.b.Berfokus pada keterkaitan
antar disiplin. Masalah yang diangkat hendaknya dipilih yang
benar-benar nyata sehingga dalam pemecahannya siswa dapat
meninjaunya dari banyak mata pelajaran.c.Penyelidikan autentik.
Penyelidikan autentik, berarti siswa dituntut untuk menganalisis
dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan
kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang
dipelajari.d.Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya.
Siswa dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk
karya nyata atau artefak. Artefak yang dihasilkan antara lain dapat
berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video, program
komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk penyelesaian
masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat dilakukan
dengan presentasi, simulasi, peragaan.
D. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Problem based learning dengan pengharapan peserta didik belajar
di lingkungan kecil atau kelompok kecil akan membantu perkembangan
masyarakat belajar. Bekerja dalam kelompok juga membantu
mengembangkan karakteristik esensial yang dibutuhkan untuk sukses
setelah siswa tamat belajar seperti dalam berkomunikasi secara
verbal, berkomunikasi secara tertulis dan keterampilan membangun
team kerja. Dari berbagai model pembelajaran yang mulai
dikembangkan itu memiliki masing-masing karakteristik. Para
pengembang pembelajaran problem based learning (Krajcik,
Blumenfeld, Marx, Soloway, Slavin Maden, Dolan, Wasik, Cognition
dan Teknology Group at Vanderbit) telah mendeskripsikan
karakteristik sebagai berikut (Arends, 2009: 42): 63
Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Pembelajaran problem based learning mengorganisasi pembelajaran
dengan diseputar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara
sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi peserta didik.
Pengajuan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi
untuk situasi itu.
Berfokus pada interdisipliner.
Meskipun problem based learning dipusatkan pada subjek tertentu
atau mata pelajaran tertentu, akan tetapi masalah yang dipilihkan
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah
itu dari banyak mata pelajaran
Investigasi autentik
Problem based learning mengharuskan siswa untuk melakukan
investigasi autentik atau peyelidikan autentik untuk menemukan
solusi riil. Mereka harus menganalisis, mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melaksanakan eksprimen (bila memungkinkan)
membuat inferensi dan menarik kesimpulan.
Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Problem based learning menuntut siswa untuk menghasilkan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat, debat
bohong-bohongan, dan dapat juga dalam bentuk laporan, model fisik,
video, maupun program computer. Karya nyata itu kemudian di
demonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar
terhadap laporan tradisional atau makalah.
Kolaborasi
Problem based learning dicirikan oleh siswa yang bekerjasama
satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok-kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk
keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan
meningkatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan dialog
bersama dan untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial dan
keterampilan berpikir. Jadi problem based learning tidak dirancang
untuk membantu guru menyampaikan informasi dengan jumlah besar
kepada peserta didik, akan tetapi problem based learning dirancang
terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektualnya,
mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui
berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan, dan menjadi
peserta didik yang mandiri dan otonom. Illustrasi karakteristik
yang dijalani pada proses pembelajaran dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 1 Hasil Pelaksanaan PBL
KELOMPOK 2 | PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH 19
E. TUJUAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pembelajaran berbasis masalah merupakanmodel pembelajaran yang
bertujuan merangsang terjadinya proses berpikir tingkat tinggi
dalam situasi yang berorientasi masalah.. Lebih lanjut dikemukakan
PBL utamanya dikembangkan untuk membantu siswa sebagai berikut
:
1. Mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi2. Belajar
berbagai peran orang dewasaDengan melibatkan siswa dalam pengalaman
nyata atau simulasi (pemodelan orang dewasa),membantu siswa untuk
berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar melakukan
peran orang dewasa3. Menjadi pelajar yang otonom dan
mandiriKemampuan untuk menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri
ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kemampuan belajar secara
autodidak dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat yang
merupakan bekal penting bagi siswa dalam mengarungi kehidupan
pribadi, sosial maupun dunia kerja selanjutnya.4. Membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah5. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.6. Menjadikan
siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan
analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri.7. Memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir
sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir
terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks
F. KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAHKomponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah diantaranya
adalah :1)Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis
masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial
dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi
peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban
yang sederhana.2)Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta
didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai
perspektif keilmuan.3)Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan
untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk
menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik
kesimpulan.4)Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk
hasil pengamatan. Produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan
didemonstrasikan kepada orang lain.5)Kolaborasi. Dapat mendorong
penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan sosial.
G. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
menekankan padaproses penyelesaian masalah. Dalam implementasi
model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika
:1)Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan
hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan
memahaminya.2) Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan
masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah.3)Guru
menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam
belajarnya.4)Guru menginginkan agar peserta didik dapat
menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan
kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.5)Guru bermaksud
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.H.
LANGKAH-LANGKAH SERTA SINTAKS (IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN) DALAM
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Ada beberapa pilihan dalam model ini, model-model tersebut
diantaranya yaitu:
Model Pannen dkk.
Menurut Pannen dkk., (2001) proses pembelajaran PBL biasanya
mengikuti tahapan-tahapannya seperti roda (gambar 1)
Melukiskan tahapan utuh yang seyogyanya muncul dalam problem
based learning. Namun dikarenakan berbagai kendala, maka tahapan
yang dilakukan hanya mencakup empat tahap saja, yaitu: identifikasi
masalah, mengumpulkan data, analisis data, dan menghasilkan
pemecahan masalah. Gambar 1 Model The Problem Solving Wheel
Model ArendTahapan pembelajaran model PBL yang biasa dilakukan
adalah proses belajar model Arend (2004) yang disajikan seperti
pada tabel 2.1 berikut:Langkah-langkahStrategi PembelajaranProblem
Based LearningKegiatan yang dilakukan guru
1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi
siswa yang terlibat dalam pemecahan masalah
Mengorganisir siswa dalam belajar Guru membagi siswa dalam
kelompok Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisir
tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
3. Membimbing penyelidikan (inqury) individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, model dan membantu mereka membagi tugas dengan
temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang digunakan
Tchudi dan Laferciri-ciri masalah yang baik sebagai berikut:1.
Masalah tersebut cukup membingungkan dan menimbulkan keingintahuan
serta menjadi alasan untuk belajar.2. Memicu untuk berpikir tentang
berbagai hal baru dengan cara yang baru.3. Membantu para pebelajar
menemukan tentang apa yang telah mereka ketahui dan belum
ketahui.4. Memastikan bahwa para pebelajar dapat menjangkau di luar
apa yang mereka ketahui.5. Menimbulkan rasa membutuhkan dan
menginginkan terhadap keterampilan dan pengetahuan dalam diri
pebelajar.6. Mengarahkan pemahaman tentang hubungan yang ada dalam
prosedur masalah tersebut sehingga prosedur tersebut masuk akal.7.
Secara alami mendorong ke arah penyelidikan (inquiry).8. Membangun
kelompok pebelajar yang kompak9. Mendorong kepada kerja sama yang
kompak berdasarkan kehendak dan keinginan untuk berhasil daripada
hanya sekedar perilaku yang didikte yang dianjurkan demi
kesopanan.
John Dewey
Seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6
langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :1)Merumuskan
masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah
yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya
guru telah menetapkan masalah tersebut.2)Menganalisis masalah.
Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.3)Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik
merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan
yang dimiliki.4)Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari
dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.5)Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik
dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan
dan penolakan hipotesis yang diajukan6)Merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan
rumusan kesimpulan.
David Johnson & Johnson
memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :
1)Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa
tertentu yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan
masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta
didik tentang masalah yang sedang dikaji.2)Mendiagnosis masalah,
yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.3)Merumuskan
alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas.4)Menentukan & menerapkan strategi
pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang
dilakukan.5)Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun
evaluasi hasil.
Dari pernjabaran beberapa tokoh diatas dapat kita pahmai bahwa
Secara umum langkah- langkah model pembelajaran ini adalah :
1)Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang
harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah
peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang
dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.2)Merumuskan Masalah.
Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi
tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus
dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas
masalah.3)Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat
menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan
dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian
masalah.4)Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk
mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah
peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta
menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah
dipahami.5)Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki
kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan
masalah yang diuji.6)Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan
memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan
serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi
sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
SINTAKS (IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN) DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH
Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 fase dan prilaku.
Perilaku tersebut merupakan tindakan pola. Pola ini diciptakan agar
hasil pembelajaran dengan pengembangan pembelajaran berbasis
maslaha dapat diwujudkan. Sintak pembelajaran berbasis masalah
sebagai berikut contoh:
FASEPERILAKU GURU
Fase 1Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada
peserta didikGuru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
berbagai kebutuhan logistic penting dan memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Fase 2Mengorganisasikan peserta untuk menelitiGuru membantu
peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas
belajar terkait atau berhubungan dengan permasalahannya.
Fase 3Membantu investigasi/penyelidikan mandiri atau
kelompokGuru mendorong peserta didik untuk mendapatkan atau
mengumpulkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan
mencari penjelasan seta solusi atau pemecahan masalah
Fase 4Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karyaGuru
membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
seuai/tepat seperti laopran, rekaman video, dan model-model serta
membantu mereka untuk berbagi tugas kepada orang lain
Fase 5Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalahGuru
membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
investigasinya atau penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
Pengimplementasian Metode PBL dalam Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana
suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi
yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik
dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan
dasar kecendrungan-kecendrungan reaksi asli, kematangan, atau
perubahan-perubahan sementara dari organisme.(Learning is the
process by which an activity originates or is changed through
reacting to an encountered situation, provided that the
characteristics of the change in activity cannot be explained on
the basis of native response tendencies, maturation, or temporary
state of the organism) (Hilgard dan Bower,1996,hal 2, di
Bonoma,1987).Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran.
Secara umum, penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang
harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh mahasiswa. Masalah
tersebut dapat berasal dari mahasiswa atau mungkin juga diberikan
oleh pengajar. Mahasiswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar
masalah tersebut, dengan arti lain, mahasiswa belajar teori dan
metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat
perhatiannya (I Wayan Dasna dan Sutrisno, 2007).Pemecahan masalah
dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan
demikian mahasiswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan
terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan
pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada
mahasiswa.Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL
paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu:
1.Mengidentifikasi masalah,2.Mengumpulkan data,3.Menganalisis
data,4.Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan
analisisnya,5.Memilih cara untuk memecahkan masalah,6.Merencanakan
penerapan pemecahan masalah,7.Melakukan uji coba terhadap rencana
yang ditetapkan, dan8.Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan
masalah.Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai
kategori tingkat berpikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus
dicapai bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).Langkah
mengidentifikasi masalah merupakan tahapan yang sangat penting
dalam PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan
pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi
masalah bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang kurang
luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau suatu
masalah yang sangat menyimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat
menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.Oleh sebab itu,
sangat penting adanya pendampingan oleh dosen pada tahap ini.
Walaupun dosen tidak melakukan intervensi terhadap masalah tetapi
dapat memfokuskan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan agar
mahasiswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap masalah yang
dipilih. Dalam hal ini dosen harus berperan sebagai fasilitator
agar pembelajaran tetap pada bingkai yang direncanakan. Suatu hal
yang sangat penting untuk diperhatikan dalam PBL adalah pertanyaan
berbasis why bukan sekedar how.Setiap tahap dalam pemecahan
masalah, keterampilan mahasiswa dalam tahap tersebut hendaknya
tidak semata-mata keterampilan how, tetapi kemampuan menjelaskan
permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi. Namun yang
harus dicapai pada akhir pembelajaran adalah kemampuannya untuk
memahami permasalahan dan alasan timbulnya permasalahan tersebut
serta kedudukan permasalahan tersebut dalam tatanan sistem yang
sangat luas.
I. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis
masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.2) Pemecahan masalah dapat menantang
kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan
pengetahuan baru bagi peserta didik.3) Pemecahan masalah dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.4) Pemecahan
masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.5)
Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan6) Melalui pemecahan masalah dianggap lebih
menyenangkan dan disukai peserta didik.7) Pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.9) Pemecahan masalah dapat mengembangkan
minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.10) PBL
dirancang utamanya untuk membantu pebelajar dalam membangun
kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan intelektual
mereka, dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan
dengan pengetahuan baru.11) Membuat mereka menjadi pebelajar yang
mandiri dan bebas.12) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup
bagus untuk memahami isi pelajaran, dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa,13) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata,14) Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan di samping
itu, juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik
terhadap hasil maupun proses belajarnya.15) Melalui problem based
learning bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru
atau dari buku-buku.16) Dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang
harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik
pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh
peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat
menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai
fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan,
yaitu :
1)Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.2)Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem
solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.3)Tanpa pemahaman
mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
J. Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran Untuk Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Bahan Pelajaran mengandung isu-isu konflik (conflict issue)
bersumber dariberita,rekaman, video. Bahan yang dipilih bersifat
familiar dengan siswa. Bahan yang dipilih yang berhubungan dengan
orang banyak (universal) Bahan yang dipilih yang mendukung tujuan
atau kompetensi yang dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum
yang berlaku. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga
siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
K. Penilaian Dan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan
pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru
adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan
valid.Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah
ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi
juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan
performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan
ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk
mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi
harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya,
dan mulai lagi proses penyelesaian baru.Seperti yang telah
disebutkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Dalam pembelajaran berbasis
masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan
pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan
prosedural. Oleh karena itu penilaian tidak cukup hanya dengan tes.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran
berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh
siswa sebagai hasil penyelidikan mereka. Penilaian proses dapat
digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian itu
antara lain asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio.
Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa
merencanakan pemecahan masalah melihat bagaimana siswa menunjukkan
pengetahuan dan keterampilan. Karena anyakan problema dalam
kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan jaman dan
konteks/lingkungannya, maka perlu dikembangkan model pembelajaran
yang memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan kemampuannya
untuk belajar (Learning how to learn). Dengan kemampuan atau
kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah beradaptasi.
L. Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Perencanaan Kurikulum
Langkah pertama dalam perencanaan kurikulum kaitannya dengan PBM
adalah menentukan tujuan dalam memanfaatkan PBM dan tujuan program
kurikulum, seperti yang disebutkan di atas mega level, makro level,
dan mikro level. Seperti halnya proses pengembangan kurikulum,
adanya standar dalam pengembangan, dimulai dengan menetukan tujuan
sesuai kebutuhan, kemudian perlu mempersiapkan dokumen yang
meliputi : 1) rasional pengunaan PBM ; 2) apa PBM dan apa yang
diperlukan; 3) tujuan PBM dan hasil yang ingin dicapai. Struktur
pembelajaran biasanya digambarkan dalam sebuah bentuk formulasi
seperti berikut : 1. Menemukan masalah Analisa Masalah Penemuan dan
Pelaporan Integrasi dan Evaluasi 1. Menemukan Masalah Inquiry
Masalah Mengangkat Isu Belajar Penemujan dan Peer Teaching
Menyajikan Solusi Review 3. Menemukan Masalah Analisis Penelitian
dan Kerja Lapangan Pelaporan dan Peer Teaching Menyajikan Temuan
Refleksi dan EvaluasiM. Infrastruktur dan Sumber Daya Pengajar
dalam Menerapkan Metode PBLSebelum melaksanakan kehiata belajar
mengajar dengan metode PBL perlu dilakukan persiapan yang lebih
intensif. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode PBL ada
tiga komponen yang akan bekerja yaitu (1) insitusi, (2) guru, dan
(3) siswa. Ketiga komponen ini bekerja sesuai peran atau tugas
masing-masing untuk mencapai pembelajaran dalam mata kuliah ber-PBL
secara optimal.InstitusiInstitusi dalam hal ini adalah sekolah atau
satuan pendidikan. Institusi ini akan mendukung pelaksanaan
pembelajaran ber-PBLantara lain: (1) mempersiapkan sarana
perkuliahan, perpustakaan, dan alat-alat laboratorium, (2) menjamin
keterlaksanaan perkuliahan dengan mengganti kuliah yang tak
terselenggara dan bila mana diperlukan membentuk tim guru mata
pelajaran (3) menyediakan guru penganti apabila berhalangan, (4)
mempersiapkan sarana jaringan komputer, dan (5) merekam kehadiran
siswa dalam database sehingga informasinya dapat digunakan untuk
evaluasi akhir sekolah atau yang sering kita kenal sebagai
Penerimaan raportGuruGuru dalam PBM terus berpikir tentang beberapa
hal, yaitu : 1. Bagaimana dapat merancang dan menggunakan
permasalahan yang ada didunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai
hasil belajar ?1. Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses
pemecahan masalah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya
?1. Dan bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri sebagai
pemecahan masalah yang aktif ?Guru dalam PBM juga memusatkan
perhatiannya pada : 1. Memfasilitasi proses PBM, mengubah cara
berpikir, mengembangkan keterampilan inquiry, menggunakan
pembelajaran kooperatif. 1. Melatih siswa tentang strategi
pemecahan masalah, pemberian masalah, pemberian alasan yang
mendalam, metakognisi, berpikir kritis, dan berpikir secara sistem
dan 1. Menjadi prantara proses penguasaan informasi, meneliti
lingkungan informasi, mengakses sumber informasi yang beragam, dan
mengadakan koneksi.Hal-hal yang harus berperan dalam pembelajaran
berbasis masalah yaitu :1. Menyiapkan Perangkat berpikir siswa 1.
Menenekankan belajar kooperative 1. Memfasilitasi pembelajaran
kelompok kecil dalam pembelajaran berbasis masalah 1. Melaksanakan
pembelajaran berbasis masalah
SiswaPeran siswa secara umum dalam kegitan belajar negajar
ber-PBLadalah mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara
kelompok serta berperan aktif dalam kuliah. Peran serta mahasiswa
yang dimaksud adalah seperti menghadiri dan mengikuti keseluruhan
perkuliahan dan tidak diperkenankan mendrop mata kuliah disaat mata
kuliah tersebut sedang berjalan
BAB IIIPENUTUP
A.Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa
InggrisProblem-based Learningadalah suatu pendekatan pembelajaran
yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk
menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru
untuk dapat menyelesaikannya. Pembelajaran berbasis masalah
(Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan
kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model
pembelajaran vang, nielibatknn siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalahCiri-ciri utama
strategi pembelajaran berbasis masalah antara
lainstrategipembelajaran berbasis masalahmerupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.Tujuan yang ingin
dicapai pleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis,
analistus dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan
sikap ilmiah.Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah
dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah Permasalahan autentik,
Fokus interdisipliner, Pengamatan autentik, Produk, Kolaborasi.John
Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6
langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini : merumuskan
masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, pengujian hipotesis, merumuskan rekomendasi pemecahan
masalah.Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 fase dan
prilaku. Perilaku tersebut merupakan tindakan pola.Strategi
pembelajaran berbasis masalah memiliki keunggulan, salah satunya
pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran. Sedangkan salah satu kekurangannya yaitu
keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
B.Saran
1)Bagi Mahasiswa Pendidikan FisikaDiharapkan makalah ini menjadi
referensi bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai problem Based
Learning.2)Bagi masyarakatDiharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi baru sebagai sarana pendukung untuk memperluas wawasan
khususnya dibidangmetodik khusus, khususnya tentang problem Based
Learning.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Iqbal. Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
http://iqbalpgrismg.blogspot.com. 28 April 2015 Pukul 13.00 WITA
Sunartombs. 2009. Pengertian Cooperative Learning.
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertian-cooperative-learning/.
28 April 2015 Pukul 13.00 WITA Buanatiwi. Kelebihan Dan
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
http://buanatiwi.wordpress.com.30 April 2015 Pukul 15.00 WITA