BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSebagian besar senyawa organik bahan alam
adalah senyawa-senyawa aromatik. Senyawa-senyawa ini tersebar luas
sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu
pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat
alizarin.Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu
cincin aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon seperti
benzene, naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya
tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus
lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu
senyawa bahan alam aromatic ini sering disebut sebagai
senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian diantaranya bersifat netral
karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas.Dalam
makalah ini akan diuraikan tentang senyawa Flavonoid, biosintesis
senyawa flavonoid.
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini, yaitu:1. Apa itu
senyawa flavonoid?2. Bagaimana biosintesis flavonoid?
C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:1. Untuk mengetahui senyawa flavonoid2. Untuk mengetahui
biosintesis flavonoid.
D. Manfaat PenulisanMakalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan dan sebagai bahan
pelajaran untuk dapat menngetahui biosintesis senyawa
flavonoid.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flavonoid
Gambar Struktur 2.2 FlavonoidSenyawa flavonoid adalah suatu
kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan dialam tersebar luas
dalam berbagai bahan makanan dan dalam berbagai konsentrasi.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru
sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Senyawa flavonoid juga terbukti mempunyai efek biologis yang sangat
kuat, yaitu sebagai antioksidan yang dapat menghambat penggumpalan
keping-keping sel darah. Flavonoid merupakan senyawa polihidroksi
(gugus hidroksil) sehingga bersifat polar dan dapat larut dalam
pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air. Disamping itu
dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid
sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
Dilaporkan sebagai antioksidan , flavonoid berpotensi lebih kuat
dibandingkan dengan vitamin C dan E (Fitri, 2013).
2.2 BiosintesisBiosintesis merupakan proses pembentukan suatu
metabolit (produk metabolisme) dari molekul yang sederhana hingga
menjadi molekul yang lebih kompleks yang terjadi pada organisme
hidup (Neumann et al. 1985). Metabolisme pada makhluk hidup dapat
dibagi menjadi metabolisme primer dan sekunder. Metabolisme primer
menghasilkan metabolit primer sedangkan metabolisme sekunder
menghasilkan metabolit sekunder.Metabolisme primer pada tumbuhan,
seperti respirasi dan fotosintesis, merupakan proses yang esensial
bagi kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya metabolisme primer, suatu
organisme akan terganggu pertumbuhan, perkembangan, serta
reproduksinya, dan akhirnya mati. Berbeda dengan metabolisme
primer, metabolisme sekunder merupakan proses yang tidak esensial
bagi kehidupan organisme. Tidak ada atau hilangnya metabolit
sekunder tidak menyebabkan kematian secara langsung bagi tumbuhan,
tapi dapat menyebabkan berkurangnya ketahanan hidup tumbuhan secara
tidak langsung (misalnya dari serangan herbivore dan hama),
ketahanan terhadap penyakit, estetika, atau bahkan tidak memberikan
efek sama sekali bagi tumbuhan tersebut.Pada fase pertumbuhan,
tumbuhan utamanya memproduksi metabolit primer, sedangkan metabolit
sekunder belum atau hanya sedikit di metabolisme. Sedangkan
metabolism sekunder terjadi pada saat sel dalam tahap diferensiasi
menjadi sel yang lebih terspesialisasi (fasestasioner) (Schripsema
& Verpoorte 1994, Mohr & Schopfer 1995).Hasil metabolism
dalam organism hidup dapat dibagi menjadi dua kelompok besar:
metabolit primer dan sekunder. Yang tergolong dalam metabolit
primer adalah senyawa-senyawa yang diproduksi dan terlibat pada
jalur metabolisme primer (contohnya glikolisis, siklus asam
sitrat/siklus Krebs, dan fotosintesis). Contoh metabolit primer
adalah protein, karbohidrat, lipid, asam amino, nukleotida,
danasetil CoA (Siegler 1998).2.3 Biosintesis FlavonoidBiosintesis
flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada awalnya para
peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan hasil dari
fenil propanoid. Tetapi selama bertahun-tahun diperoleh teori
sintesis flavonoid dan telah dibuktikan di laboratorim.Secara
umumsintesis flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu jalur
poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini
merupakan serangkaian reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau
malonat. Sedangkan jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur
shikimatA. Jalur poliketidaReaksi yang terjadi pada jalur ini
diawali dengan adanya reaksi antara asetilCoA dengan CO yang akan
menghasilan malonat CoA. Setelah itu malonatCoA akanbereaksi dengan
asetilCoA menjadi asetoasetilCoA. AsetoaseilCoA yang terbentukakan
bereaksi dengan malonatCoA dan reaksi ini akan berlanjut sehingga
membentuk poliasetil. Poliasetil yang terbentuk akan berkondensasi
dan berekasi dengan hasil dari jalur fenilpropanoid akan membentuk
suatu flavonoid. Jenis flavonoid yang terbentuk dipengaruhi dari
bahan fenilpropanoidB. Jalur Fenilpropanoid.Jalur ini merupakan
bagian dari glikolisis tetapi tidak memperoleh suatu asam piruvat
melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi ini melibatkan eritrosa
dan fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentuk akan
ditransformasikan menjadi suatu asam amino yaitu fenilalanin dan
tirosin. Fenilalanin akan melepas NH3 dan membentuk asam sinamat
sedangkan tirosin akan membentuk senyawa turunan asam sinamat
karena adanya subtitusi pada gugus benzennya
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Struktur FlavonoidBiosintesis flavonoid secara
alami diturunkan dari asam shikimat dan asam pirufat yaitu senyawa
yang diturunkan dari karbohidrat (hasil fotosintesis tanaman)
melalui glikolisis. Kerangka dasar senyawa flavonoid sangat
spesifik sehingga mudah dikenal. Struktur molekul senyawa ini
tergolong sederhana sehingga identifikasi strukturnya mudah
ditentukan. Kerangka dasar senyawa ini mempunyai atom karbon
sebanyak lima belas (C15), terdiri dari dua inti fenol (C6) yang
dihubungkan oleh satu unit tiga karbon (C3). Ke lima belas atom
karbon pada kerangka dasar tersebut secara umum ditulis C6-C3-C6
dan dibagi menjadi empat tipe yaitu khalkon, flavan, isoflavan, dan
auron. Antara satu tipe dengan tipe yang lain hanya dibedakan oleh
unit C3, seperti terlihat pada gambar
Sebagian besar flavonoid alami pada tumbuhan mengikat gula dan
disebut flavonoid glikosida dan yang lainnya (sebagian kecil) tidak
mengikat gula disebut flavonoid aglikon. Flavonoid glikosida larut
di dalam pelarut polar (air dan alkohol) dan mudah terhidrolisis
menjadi aglikon yang tidak larut di dalam pelarut polar. Flavonoid
dibagi menjadi sebelas golongan didasarkan pada perbedaan struktur
C3 dan posisi cincin B pada unit C3 yaitu flavon, glavonol,
isoflavon, flavanon, flavanonol, isoflavanon, khalkon,
dihidrokhalkon, auron, antosianidin dan flavan (Sabirin, 2004).3.2
Biosintesis Senyawa Flavonoid Flavonoid merupakan kelompok
metabolit sekunder yang banyak tersebar di alam, tersebar banyak di
tumbuhan dan senyawa tertentu menunjukkan aktivitas farmakolgis
estrogenik, antioksidan, antiviral, antibakteri, antiobesitas, dan
anticancer. Biasanya, flavonoid dibagi menjadi 3 kategori yaitu:A.
Flavon, turunannya adalah flavonol, isoflavon.B. FlavanC.
AntosianIkatan rangkap, hidroksilasi, dan posisi cincin adalah
pembeda dari kategori tersebut. Kemampuan farmakolois flavonoid
sangat luas dan sekarang mendapat perhatian yang lebih.
Pengembangan tidak hanya ke arah suplemen, namun juga ke arah
treatment untuk penyakit kronis termasuk kanker dan diabetes
(Popiolkiewicz et al. 2005). Sebagai contoh pada percobaan in vivo
menggunakan tikus sebagai model untuk diabetes, pemberian
glucosylated flavanone hesperidin dan flavanone naringenin
memberikan hasil yang sangat efektif pada perbaikan metabolisme
lemak, dengan cara mengubah aktivitas enzim dan pada saat yang sama
menurunkan level gula dengan cara down-regulasi hepatic GLUT2 dan
glucose-6-phosphotase dan secara simultan up-regulasi hepatic
glucokinase dan adipocyte GLUT4 (Ae Park et al., 2006).
3.2.1 Biosintesis FlavanonFlavanon, merupakan prekursor langsung
pada kebanyakan flavonoid, disintesis dari asam amino fenilalanin
atau tirosin (Gambar 1). Proses dimulai dengan enzyme
phenylalanine/tyrosine ammonia lyase (PAL/TAL), mengubah buillding
block asam amino menjadi phenyl-propanoic acid. Jalur biosintetik
flavanon jga melibatkan enzim cytochrome-P450, cinnamate
4-hydroxylase (C4H), dengan cara menambahkan gugus 4-hydroxyl
cincin aromatik phenylalanine. Esters CoA selanjutnya disintesis
dari phenylpropanoic acids dengan bantuan enzim phenylpropanoyl-CoA
ligases, seperti 4- coumaryl: CoA ligase (4CL). Type III polyketide
synthase chalcone synthase (CHS) kemudian mengkatalisis kondensasi
berurutan 3 malonyl-CoA demgam 1 CoA-ester membentuk chalcones. Ini
adalah langkah biosintesis yang menghasilkan flavonoid pertama, ada
juga jalur alternatif yaitu enzim type III polyketide synthases
yang memiliki homologi yang tinggi dengan CHS (>70%) menggunakan
prekursor yang sama membentuk stilbenes (menggunakan 3 unit
malonyl-CoA), benzylacetolactone (hanya menggunakan 1 unit
malonyl-CoA), dan molekul aromatik yang lain.Struktur akhir
flavanon terbentuk hanya jika chalcones diisomerisasi menjadi
(2S)-flavanone oleh chalcone isomerase (CHI), reaksi ini terjadi
secara spontan pada suasana basa. Setelah terbentuk flavanon,
banyak sekali senyawa enzim yang bisa mengubah ggus fungsi atau
mengubah konformasi dari inti 3-cincin fenilpropan ini menghasilkan
hingga 8000 struktur senyawa berbeda. Fungsionalisasi bisa berupa
hidroksilasi, reduksi, alkilasi, oksidasi, dan glukosilasi,
sendirian masing-masing atau kombinasi. Secara alami, enzim-enzim
tersebut ada di tumbuhan, namun menurut laporan Ueda et al. (1995)
bahwa terdapat type III polyketide synthases yang berasal dari
mikroorganisme. Informasi ini sangat berarti dalam produksi senyawa
flavanon dalam skala bioreaktor (Fowler et al., 2009).
Gambar Tahapan mendetail biosintesis flavanon dan diversifikasi
flavonoid.Penambahan secara berturut-turut atom karbon dari
malonyl-CoA oleh CHS ditunjukkan dengan warna hijau, merah, dan
biru. Gugus R menunjukkan pola hydroxylation pada natural flavonoid
walaupun substitusi unnatural dapat terjadi pada posisi ini.
Singkatan: DFR dihydroflavanone reductase, LAR leucoanthocynanidin
reductase, ANS anthocyanidin synthase, 3GT uridine, flavanone
3-glucoside transferase, FSI flanone synthase, CHR chalcone
reductase, IFS isoflavanone synthase, FHT flavanone
hydroxytransferase, FLS flavonol synthase
3.2.2 DihidrokhalkonMeskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di
alam, namun satu senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan
konstituen umum famili Rosaceae juga terdapat dalam jenis
buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal
dalam bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi
seperti diabetes.Phlorizin merupakan -D-glukosida phloretin.
Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusinol dan
asam p-hidroksihirosinamat (asam phloretrat). Jika glukosida
phlorizin, dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka
ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan
phloroglusinol -O-glukosida. Akhirnya, kedudukan sisa glukosa yang
dibentuk oleh reaksi ditunjukkan dalam persamaan 1 ; interaksi
gugus asetoksil dengan satuan CHCH2CH2Ar menunjukkan bahwa satuan
glukosa harus terikat pada kedudukan 2 dalam phlorizin. Glikolisasi
gugus hidroksil orto terhadap gugus karbonil di dalam adalah tidak
umum, hal ini terutama karena ikatan yang efektif antara OH dan
O=C. Adanya gugus-gugus hidroksil pada kedudukan -2,6 relatif
terhadap gugus karbonil mengakibatkan satu daripadanya reaktif dan
dapat terjadi glikosilasi.
Senyawa ini dipisahkan secara kromatografi kertas memakai
pengembang yang biasa. Mereka dideteksi dengan menyemprot kertas
dengan -nitroanilina yang terdiazotasi dan dengan AlCl3 dalam
alcohol. Floridzin menghasilkan warna merah jingga dengan pereaksi
pertama dan fluoresensi kehijauan yang kuat dengan pereaksi
kedua.
3.2.3 Kalkhon Senyawa kalkon merupakan salah satu senyawa
flavonoid, yaitu senyawa yang kerangka karbonnya terdiri atas gugus
C6-C3-C6.Strukturnya dapat dibedakan dari senyawa flavonoid lain
dari cincin C3 yang terbuka. Kalkon adalah aglikon flavonoid yang
pertama kali terbentuk dalam biosintesis semua varian flavonoid
melalui jalur prazat dari alur siklimat dan alur asetat
malonat.Kalkon umumnya terdapat dalam tanaman yang termasuk
keluarga Heliantheaetribe, Coreopsidinae, dan Compositae
Pada struktur senyawa kalkon, subtituen pada 2 cincin aromatis
yang mengapit enon akan memberikan pengaruh terhadap
elektrofilisitas struktur enon melalui peningkatan ataupun
penurunan kerapatan elektron pada cincin aromatis. Adanya gugus
pemberi elektron akan menurunkan elektrofilisitas dari cincin enon.
Demikian pula sebaliknya, adanya gugus penarik elektron pada cincin
c aromatis akan meningkatkan aktivitasnya sebagai agen pengalkil
nukleofil biologis dalam biosintesis IL-1 sebagai antiinflamasi.
Senyawa kalkon memiliki aktivitas inhibisi angiogenesis melalui
adisi nukleofilik pada gugus enon. Jembatan enon pada senyawa
2-kalkon tersubtitusi memegang peranan penting dalam mekanisme aksi
inhibitor biosintesis IL-1 karena dapat berperan sebagai agen
elektrofilik pengalkilasi. Para agen pengalkilasi memberikan efek
sitotoksik melalui transfer alkyl group untuk berbagai konstituen
seluler. Alkilasi DNA dalam inti atom mungkin mewakili interaksi
utama yang menyebabkan kematian sel. Senyawa pengalkilasi dapat
membentuk senyawa kationik antara yang tidak stabil, diikuti
pemecahan cincin membentuk ion karbonium reaktif. Ion ini bereaksi,
melalui reaksi alkilasi,membentuk ikatan kovalen dengan gugus-gugus
donor elektron, seperti gugus-gugus karboksilat, amin, fosfat, dan
tiol, yang terdapat pada struktur asam amino, asam nukleat dan
protein, yang sangat dibutuhkan untuk proses biosintesis sel.
Reaksi ini membentuk hubungan melintang (cross-lingking) antara dua
rangkaian DNA dan mencegah mitosis. Akibatnya proses pembentukan
selter ganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker.
3.2.4 KartaminCarfhanus tinctorius L. (fam. Compositae),
mengandung pigmen bunga kuning yang berubah menjadi merah bila umur
bunga bertambah. Ekstrak bunga juga berwarna merah, dengan
pembentukkan bunga merah. Pigmen merah pertama kali disebut
kartamin, merupakan glikosida dan bila dihidrolisis dengan asam
fosfat berair memberikan dua senyawa isomer yaitu kartamidin dan
isokartamidin. Sekarang pigmen merah dinyatakan sebagai Kartamon.
Kartamidin dan isokartamidin merupakan isomer flavanon seperti
ditunjukkan dalam persamaan (3a) dibawah ini oleh sintesis senyawa
termetilasi sepenuhnya dan demitilasi menjadi tetrahidroksi
flavanon.
Pembentukan dua flavanon dari precursor tunggal segera terbentuk
dengan terjadinya transformasi. Zat antara khalkon dapat melakukan
siklisasi baik dengan adisi gugus hidroksil -2 atau -6 terhadap
ikatan rangkap. Kartamon berwarna merah, dan polihidroksi khalkon
merupakan senyawa yang berwarna kuning hingga jingga kuning ;
sebagai contoh koreopsin. Prekursor berwarna kuning ini sekarang
dipandang sebagai khalkon glukosida yang mengalami oksidasi menjadi
quinonoid glikosida yang berwarna merah (kartamon). Pembentukkan
flavanon pada hidrolisis kartamon harus melibatkan reduksi terhadap
quinon, kemungkinan pada hidrolisis melepaskan glukosa.
Berdasarkan percobaa yang terakhir menunjukkan bahwa kartamon
(pigmen merah) diubah menjadi khalkon kuning oleh reduksi dengan
belerang dioksida, dan senyawa yang diperoleh ini dapat
direoksidasi menjadi kartamon. Hingga pembentukkan flavanon dengan
cara hidrolisis precursor merah, yaitu struktur enol khalkon tidak
dapat diterima.
3.2.5 FlavanFlavan tidak lazim sebagai konstituen tanaman.
Sejauh ini hanya ada satu contoh dalam kelompok ini yang merupakan
senyawa yang terdapayb di alam.Senyawa fenolat kompleks yang
merupakan konstituen resin dari tanaman genus Xanthorrhoea
mengandung berbagai senyawa flavanoid yan ternyata pemisahan dan
pemurniannya sukar dilakukan. Metilasi (dengan metal sulfat dan
kalium karbonat dalam aseton) terdapat resin kotor dari X, preissii
menghasilkan sejumlah senyawa flavanoid. Salah satu dari padanya
adalah 4 , 5 , 7 -trimetoksi flavan (penomoran system sesuai dengan
gambit tipe umum senyawa flavanoid). Reduksi flavan dengan natrium
dan etanol dalam cairan ammonia dan metilasi fenol yang diperoleh
menghasilkan senyawa yang dikenal
1-p-metoksifenil-3-(2,4,6-trimetoksifenil) propana.
4.2.6 FlavonApigenin dan luteolin terdistribusi secara luas dai
alan dan merupakan contoh dasar bentuk subtitusi yang diturunkan
dari kombinasi yang diturunkan dari bagian C6-C3 dengan satuan
asetat :(B) C6-C3+3C2 (B) C6-C3-C6 (A)Hampir setiap bentuk yang
mungkin dikenal di alam, dari flavon sendiri hingga nobiletin
5,6,,7.8,3, 4-heksametoksiflavon. Gambar dibawah ini memuat
beberapa flavon alami. Kebanyakan hidroksiflavon terdapat sebagai
glukosida
Gambar : Flavon AlamFlavon mudah dipecah oleh alkali,
menghasilkan diasilmetan atau tergantung pada kondisi reaksi asam
benzoate yang diturunkan dari cincin - B dan 0-hidroksiasetonfenon
pada cincin A. Reaksi diberikan pada persamaan 9. Diasilmetan yang
diturunkan dari flavon seperti dalam persamaan 9, mudah dikenal
sebagai hasil degradasi. Warna hijau terangnya menunjukkan bahwa
senyawa dalam bentuk enol. Diasilmetan mudah disntesis dari
asetofenon yang sesuai dan ester asam benzoate tersubtitusi
(persamaan 10a) atau dari 0-asiloksiasetofenon, seperti digambarkan
dalam persamaan 10b. Karena 0-hidroksidiasilmetan mudah diubah
menjadi flavon dengan pembentukan cincin oleh pengaruh katalisator
asam, prosedur ini berguna sebagai metoda sintesis flavon
Flavon stabil terhadap asam kuat dan esternya mudah didealkilasi
dengan penambahan HI atau Hbr, atau dengan aluminium klorida dalam
pelarut inert. Namun demikian, selama dimetilasi tata ulang sering
teramati ; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan
cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-
dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan
5,6-dihidroksiflavon (persamaan 11a). Dalam keadaa khusus,
pembukaan lanjut dapat terjadi (persamaan 11b)
Demetilasi gugus 5-metoksi dalam polimetoksiflavon segera
terjadi pada kondisi yang cocok, sehingga
5-hidroksi-polimetoksiflavon mudah dibuat.Meskipun flavon mudah
dibuat berdasarkan oksidasi flavanon (dengan natrium asetat-iodida)
rute kebalikan-reduksi flavon menjadi flavanon tetapi cara tersebut
tidak bermanfaat.
4.2.7 FLAVANOL (3 HIDROKSIFLAVON)Flavanol lazim sebagai
konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk
terhidroksilasi. Flavanol alami yang paling sederhana adalah
galangin, 3,5,7-tri-hidroksiflavon ; sedangkan yang paling rumit,
hibissetin adalah 3,5,7,8,3,4,5-heptahidroksiflavon.
Gambar : Flavanol alamBentuk khusus hidroksilasi (C6(A)
C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusinol, dan
cincin B adalah 4-atau 3,4 dihidroksi, diperoleh dalam dua flavanol
yang paling lazim, yaitu kaempferol dan quersetin.
Hidroksilflavanol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya
terdapat dalam tanaman sebagai 3 glikosida. Meskipun flavon,
flavonol, flavanon pada umumnya terdistribusi melalui famili
tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotaksom yang
jelas.Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan
genus Citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3,4,5,6,7
pentametoksiflavon (persamaan9).
BAB IVPENUTUP
4.1 KesimpulanSenyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang
terbesar yang ditemukan dialam tersebar luas dalam berbagai bahan
makanan dan dalam berbagai konsentrasi. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu, dan biru sebagai zat warna kuning
yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.Biosintesis merupakan proses
pembentukan suatu metabolit (produk metabolisme) dari molekul yang
sederhana hingga menjadi molekul yang lebih kompleks yang terjadi
pada organisme hidup (Neumann et al. 1985).Secara umumsintesis
flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu jalur poliketida, dan jalur
fenil propanoid. Jalur poliketida ini merupakan serangkaian reaksi
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan jalur
fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat.
4.2 Saran Pembaca yang membaca makalah ini disarankan dapat
memahami biosintesis senyawa flavonoid, karena mengingat begitu
pentingnya seorang farmasis mengetahui proses biosintesis yang
terjadi pada senyawa flavonoid.
DAFTAR PUSTAKA
Hernawati. 2010. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian
Isoflavon dari Tanaman Kedelai. .Yogyakarta : Gadjah Mada
University.Kristanti, AN., Aminah, NS., Tanjung, M., Kurniadi, B.,
Fitokimia, 55-56, 2008. Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996. Sintesis
Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
20