MAKALAH BENTUKAN LAHAN
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangGeomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu
tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Geomorfologi bisa juga merupakan salah satu bagian dari geografi.
Di mana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi,
mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas
sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape)
sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan
(landform).Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah
dengan adanya pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada
didarat maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya bencana alam
seperti gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya
yang berhubungan dengan lahan yang ada di bumi yang juga mendorong
manusia untuk melakukan pengamatan dan mempelajari bentuk-bentuk
geomorfologi yang ada di bumi. Baik yang dapat berpotensi berbahaya
maupun aman. Sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk
lahan.Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris)
atau landscap (Belanda) atau landschaft (Jerman), yang secara umum
berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek, yaitu
aspek visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu
(Zonneveld, 1979 dalam Tim Fakultas Geografi UGM, 1996). Untuk
mengadakan analisis bentanglahan diperlukan suatu unit analisis
yang lebih rinci.Dengan mengacu pada definisi bentang lahan
tersebut, maka dapat dimengerti, bahwaunit analisis yang sesuai
adalah unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis dan
mengklasifikasi bentanglahan selalu mendasarkan pada kerangkakerja
bentuklahan. Berdasarkan pengertian bentanglahan seperti di atas,
maka dapat diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan.
Kedelapan anasir bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan,
bentuklahan, flora, fauna, dan manusia. Bentuk lahan adalah bagian
dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat
pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material
batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentuk lahan
terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst,
Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan
penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi. Pada makalah
ini akan dijelaskan kembali apa yang dimaksud dengan bentanglahan
yang terbentuk berasal dari proses pelarutan.
B. Rumusan MasalahDari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan
masalah, yaitu :1. Apa yang dimaksud dengan bentuk lahan ?2. Apa
saja jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses terbentuknya
?
C. TujuanAdapun tujuan dari makalah ini, yaitu :1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan bentuk lahan dan bagaimana prosesnya.2.
Mengetahui jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses
terbentuknya.A. ManfaatAdapun manfaat dari makalah ini adalah :1.
Bagi Mahasiswa dan kami sendiri dapat meningkatkan pengetahuan
secara khusus, pemahaman dan berusaha untuk mempelajari lebih,
kemudian mengimplikasikan.2. Bagi Dosen dan tenaga pengajar,
sebagai bahan informasi tambahan terhadap matakuliah yang
bersangkutan dan materi yang diajarkan.
B. Metode Pembuatan MakalahMetode yang digunakan pembuatan
makalah ini adalah metode sekunder, yaitu metode berdasarkan data
dari buku, internet atau artikel-artikel.
BAB IIDASAR TEORI
* Asal kata Geomorfologi Geos : Bumi Morfo : Asal-usul Logos :
Ilmu (Yunani) Artinya: Ilmu yang mempelajari asal-usul bumi.
Geomorfologi arti fisiologisnya adalah uraian tentang bentuk bumi
(Kardono Darmoyuwono, 1972).* Definisi Geomorfologi Ilmu
pengetahuan yang mempelajari atau mendeskripsi bentuklahan
/landforms (Lobeck, 1983: 2). Ilmu tentang bentuklahan (Thronbury,
1954: 3). Studi tentang bentuklahan, terutama mengenai sifat
alaminya, asal mula, proses perkembangan dan komposisi material
penyusunnya (Cook et al.,1978: 4). Studi yang mendeskripsi
bentuklahan dan proses yang mempengaruhinya, dan menyelidiki
interrelasi antara bentuk dan proses tersebut dalam tatanan
keruangannya (Van Zuidam et al., 1979: 5). Ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan bentuklahan penyusun muka bumi, baik di atas
maupun di bawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula
terbentuknya (genesa) dan perkembangan pada masa yang akan datang,
serta konteksnya/ hubungannya dengan lingkungannya (Verstappen,
1983). Dornhany dan CookeGeomorfologi mempelajari bentuk lahan dan
unsure-unsur di dalamnya serta cara terbentuknya, perkembangannya
dan komposisi material yang ada di dalamnya. Bentuklahan/Landforms
Merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan
bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang
beroperasi di permukaan bumi. Proses Geomorfologis Semua perubahan
fisik maupun kimia pada permukaan bumi oleh tenaga-tenaga
geomorfologis. Tenaga Geomorfologis Semua tenaga yang ditimbulkan
oleh medium alam yang berada di permukaan bumi termasuk di
atmosfer.
ASPEK - ASPEK YANG DIPELAJARI DALAM GEOMORFOLOGI Bentuk lahan
Bentuk lahan dikaji secara kuantitatif maupun kualitatif
(morfometri) dimana tujuannya mendiskripsikan relief bumi. Bentuk
lahan konstruksional misalnya gunung api, patahan, lipatan,
dataran, plato, dome dan pegunungan kompleks. Sedangkan bentuk
lahan distruksional meliputi bentuk lahan erosional, residual dan
deposisional. Cabang yang mengkaji tentang bentuk lahan disebut
Geomorfologi Statis. Cara Terbentuknya (Genesis) Cara terbentuknya
bentuk lahan dan perkembangan selanjutnya dalam waktu yang lama
dikaji dalam Geomorfologi Genetik. Bentuk muka bumi disebabkan oleh
adanya tenaga Geologi. Proses Proses merupakan perubahan bentuk
lahan dalam waktu yang relatif pendek akibat adanya gaya eksogen
serta waktu perkembangannya relatif pendek. Poses ini dikaji dalam
Geomorfologi Dinamik. Lingkungan (enviroment) Proses Geomorfologi
terjadi karena adanya kontak dengan lingkungan misalnya tanah, air
tanah, air permukaan serta vegetasi termasuk kotak dengan manusia
akan mempengaruhi terhadap bentuk lahan maupun proses yang terjadi.
Bentuk lahan berdasarkan genesisnya terbagi menjadi sepuluh klas
utama yaitu: Bentuk lahan asal struktural, merupakan bentuk lahan
yang terjadi akibat pengaruh struktur geologis, contohnya adalah
pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan kubah dan
sebagainya. Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang
terjadi akibat aktivitas gunung api, contohnya antara lain kerucut
gunung api, kawah, kaldera, medan lava. Bentuk lahan asal denudasi,
merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses degradasi
seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan
rusak. Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang
terjadi akibat aktivitas sungai, contohnya antara lain dataran
banjir, tanggul alam, teras sungai. Karena sebagian besar sungai
bermuara di laut maka sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi
proses fluvial dan marine. Bentuk lahan asal marine, merupakan
bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses laut seperti tenaga
gelombang, pasang dan arus. Contohnya gisik pantai (beach ridge),
bura (spit), tombolo, laguna. Bentuk lahan asal glasial, merupakan
bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas gletser (gerakan massa
es), contohnya adalah lembah menggantung (hanging valley), morena,
drumlin. Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh proses angin, contohnya gumiuk pasir yang memiliki
berbagai bentuk seperti barchan, parabolik, longitudinal,
transversal,bintang. Bentuk lahan asal solusional (pelarutan),
merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh pelarutan batuan.
Banyak terdapat pada daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah
karst, dolina, uvala, polje, gua karst. Bentuk lahan asal organik,
merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas organisme
contohnya adalah terumbu karang dan pantai bakau. Bentuk lahan asal
antropogenik merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia contohnya kota, pelabuhan. Proses Proses yang membentuk
permukaan bumi adalah:* Epigene (proses eksogen), terbagi atas:
Degradasi (penurunan permukaan bumi) prosesnya meliputi:1. Erosi
oleh air yang mengalir, air tanah, angin, gelombang dan arus laut
serta gletser.2. Pelapukan (wethering)3. Pemindahan massa tanah
(mass wasting) Agradasi disebabkan oleh tenaga air yang mengalir,
air tanah, gelombang, angin dan gletser. Organisme* Hipogene
(proses endogen), meliputi atas diatropisme serta vulkanisme.*
Ekstraterestial yang disebabkan oleh adanya benda-benda luar
angkasa yang jatuh ke bumi, sehingga menimbulkan proses
geomorfologi, contohnya meteor, asteroid.
KONSEP-KONSEP GEOMORFOLOGIv Ada sepuluh konsep dasar
geomorfologi meliputi: Konsep 1 Hukum dan proses fisika yang
bekerja saat ini, bekerja pada waktu yang lampau meskipun tidak
dengan intensitas yang sama. Penjelasan: Hal ini mengandung
pengertian bahwa hokum dan proses fisik yang bekerja saat ini telah
bekerja sejak waktu geologi meskipun dengan daya kehebatan yang
berbeda. Dalam prinsif uniformitarianisme dari James Hutton
dikomunikasikan bahwa hokum dan proses fisik yang berlangsung pada
waktu lampau sama dengan yang bekerja saat ini. Pada kenyataannya
hokum dan proses fisik itu masing-masing mempunyai intensitas yang
berbeda. Konsep 2 Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang
dominan dalam perkembangan bentuk permukaan bumi. Penjelasan: Pada
setiap daerah akan memperlihatkan struktur geologi masing-masing,
dimana struktur geologi ini akan berubah-ubah menurut tingkat
kedewasaannya. Dengan sendirinya perkembangan bentuk permukaan bumi
ini akan dapat dilihat melalui struktur geologi yang berkembang
pula. Konsep 3 Pada bentuk lahan yang besar, permukaan bumi
mempunyai relief (tinggi/rendah permukaan) karena proses
geomorfologi telah berlangsung dengan hal yang berbeda. Konsep 4
Proses geomorfik akan meninggalkan bekasnya di atas permukaan bumi
dan masing-masing proses geomorfik membentuk suatu kelompok bentuk
permukaan bumi sesuai dengan karakternya. Konsep 5 Karena ada
perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi, maka
dihasilkan urutan bentuk permukaan bumi yang mempunyai
karakteristik tertentu sesuai dengan tingakat perkembangannya.
Dalam hal ini akan didapatkan suatu bentuk lahan tertentu sesuai
dengan tingkatan yang bekerja (menurut orde). Misalnya : Orde 1
(first order relief) Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang
terbentuk pada awal-awal perkembangan bumi. Terdiri atas benua
(pangea) dan cekungan dasar laut. Orde 2 (second order relief)
Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada
awal-awal perkembangan bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan
cekungan dasar laut. Orde 3 (Third Order Relief)Ditemukan relief
berupa sisa pegunungan. Tenaga yang membentuknya adalah tenaga
eksogen. Konsep 6 Evolusi geomorfik yang komplek lebih umum didapat
dari pada bentuk yang sederhana. Karena banyaknya proses
geomorfologi yang terjadi, maka bentuk-bentuk lahan dihasilkan
tidak hanya disebabkan oleh satu proses saja. Misalnya: Adanya
pegunungan kompleks, di mana di daerah itu terdapat lipatan,
patahan intrusi dan lain-lain. Konsep 7 Sebagian kecil dari
topografi bumi dibentuk lebih tua dari zaman Tersier dan sebagian
besar tidak lebih tua dari zaman Pleistosen. Hal ini dikarenakan
pada zaman Tersier banyak terjadi perubahan-perubahan bumi.
Misalnya: Pada zaman Tersier terjadi aktivitas vulkanis. Pada zaman
Pleistosen sebagian air dipermukaan bumi membeku (menjadi es).
Konsep 8 Interpretasi bentangan bumi pada saat ini tidak mungkin
dilakukan tanpa menilai pengaruh geologi dan perubahan iklim selama
zaman pleistosen. Konsep 9 Apresiasi penilaian iklim yang terjadi
di dunia adalah sangat penting untuk mengetahui perbedaan
proses-proses geomorfik. Konsep 10Di dalam geomorfologi, walaupun
terutama berkaitan dengan bentangan bumi yang ada sekarang, tetapi
untuk mengkaji hal-hal tersebut harus meninjau masa lampau. Karena
bentangan bumi yang ada sekarang asalnya juga dari pembentukan masa
lampau maka untuk meninjau kembali kita tidak lepas dari sejarah
pembentukannya.Faktor-faktor yang mempengaruhi proses geomorfologiv
Faktor fisik, yaitu iklim dan batuan. Faktor iklim: suhu,
kelembaban, curah hujan, angin, dan lama penyinaran matahari.v
Faktor batuan: Struktur batuan, meliputi: mineral penyusun batuan,
kekompakan batuan, bidang perlapisan, sikap perlapisan batuan,
kekar dan sesar. Tekstur batuan, meliputi: tingkat kelolosan air
dan mineral penyusun batuan.v Faktor non fisik, yaitu: vegetasi
penutup, manusia dan hewan.
PELAPUKAN Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelapukan:
Iklim, Topografi, Batuan, Biota, Waktuv Proses pelapukan ada 3
macam: Pelapukan fisis (mekanis), disebabkan oleh: Tekanan, Suhu,
Pembentukan kristal garam, dan Akibat aktivitas/kegiatan manusia.
Pelapukan yang menghasilkan fragmen batuan yang lebih kecil, namun
dengan komposisi kimia tetap.v Pelapukan Khemis, disebabkan oleh
karena proses: Hidrolisa, Hidratasi, Karbonasi, Oksidasi dan
masuknya koloid ke dalam batuan. Pelapukan karena adanya perubahan
susunan kimia pada batuan.v Pelapukan Organis Pelapukan yang
terjadi oleh aktivitas organisme, misal: cacing, rayap, dan
berbagai jenis serangga yang hidup di dalam tanah serta aktivitas
binatang dan manusia. EROSI Erosi adalah proses pengelupasan dan
pengangkutan material tanah atau batuan. Faktor-faktor yang
menentukan erosi: Iklim (curah hujan), Lereng, Vegetasi penutup,
Batuan/tanah, dan Pengelolaan Tipe erosi permukaan:* Erosi percik
(splash erosion) adalah proses terkelupasnya partikel-partikel
tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai
air lolos.* Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang terjadi
ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis
oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).* Erosi alur (rill
erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan
partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi
di dalam saluran-saluran air.* Erosi parit (gully erosion) adalah
erosi yang membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar dan
merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.
GERAK MASSA BATUAN Gerak massa batuan atau mass-wasting atau
mass movement adalah proses bergeraknya puing-puing batuan menuruni
lereng secara merayap, karena pengaruh langsung gravitasi.
Gerak massa batuan dibedakan menjadi 4 kelompok: Aliran lambat
(slow flowage) Creepyaitu gerakan tanah atau puing-puing batuan
menuruni lereng karena pengaruh gravitasi, gerakan sangat lambat
sehingga biasanya tidak tampak mata.Contoh: soil creep, talus
creep, rock creep, rock-glacier creep dan solifluction. Aliran
cepat (rapid flowage)Bergerak sebagai aliran cepat, biasanya
melewati saluran, material berupa: tanah, lempung, puing batuan
yang jenuh air.Contoh: earthflow, mudflow, debris avalanche.
Longsoran atau landslideGerakannya nampak mata, material relatif
kering.Contoh: slump, debris slide, debris fall, rock slide, rock
fall. Terban atau subsidenceAdalah gerakan permukaan batuan ke
bawah tanpa permukaan bebas dan gerakan mendatar. Relief Orde I
Merupakan proses pembentukan permukaan bumi, seperti benua dan
ledok lautan dan proses pembentukkannya sudah berlangsung jutaan
tahun yang lalu, sehingga telah mengalami proses geomorfik. Relief
Orde II Merupakan kelanjutan dari relief orde I, dan bersifat
membangun atau konstruksional, karena dibentuk oleh proses endogen
seperti proses diatrofisme dan proses volkanisme. Hasil
bentukkannya membentuk pegunungan dan daratan dan dibedakan menjadi
6, yaitu: Plain dan Plateau, Pegunungan Dome, Pegunungan Blok,
Pegunungan Lipatan, Pegunungan Kompleks, dan Gunungapi dan bentukan
yang berkaitan. Relief Orde III Merupakan kelanjutan dari orde II
dan bersifat destruktif, yaitu terjadi pengrusakan relief bumi yang
dibentuk pada orde II oleh tenaga eksogen, seperti air, angin,
gelombang dan es. Hasil bentukan reliefnya terdiri dari 3 bentuk
tahapan, yaitu: Bentuk Erosional Bentukan hasil proses pengelupasan
relief oleh tenaga eksogen pada seluruh bagian permukaan atau
sebagian dari bentuk relief orde II. Bentuk Residual Bentukan yang
tersisa dari hasil proses pengelupasan relief oleh tenaga eksogen.
Bentuk Deposisional Bentukan hasil pengendapan material hasil
pengelupasan relief yang terangkut oleh tenaga eksogen.
LEMBAH DAN SUNGAI* Perkembangan lembah dibedakan menjadi 3
tahapan, yaitu:
Pelebaran lembah (valley widening)
Adanya erosi lateral/horisontal oleh sungai pada material
dinding lembah dengan cara hidrolik dan korasif. Adanya erosi dan
penggerusan dinding lembah oleh aliran air hujan. Pelapukan dan
gerak massa batuan yang terjadi pada dinding lembah. Masuknya
cabang sungai atau bergabungnya sungai ke dalam lembah sungai
utama.
Pendalaman lembah (valley deepening)
Adanya proses hidrolisis, yaitu proses air yang mengalir di
dasar lembah langsung menggaruk dan membawa material-material yang
ada di dasar lembah. Adanya proses korosi dan abrasi pada dasar
lembah, yaitu proses pengikisan dasar lembah oleh air dan adanya
material yang ternagkut mempunyai tenaga untuk mengangkut,
mengikis, merusak dan menghancurkan. Proses korosi bersifat
kimiawi, yaitu proses pengikisan yang dipercepat oleh adanya reaksi
kimia. Pothole driling atau pembentukan lubang pada dasar lembah
yang dapat membentuk sebuah kedung. Adanya pelapukan pada dasar
lembah.
Pemanjangan lembah (valley lengthening)
Adanya erosi mundur (headward erosion) oleh air sungai
Berkembangnya sungai meander Adanya termini, yaitu prose
pengangkatan lahan atau penurunan muka air laut. Klasifikasi lembah
didasarkan atas 4 faktor, yaitu:
Berdasarkan Umurnya, terbagi menjadi lembah muda, dewasa dan
tua. Berdasarkan Genetiknya, terbagi menjadi:
Lembah konsekuen (k), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai
yang mengalir sesuai dengan arah dip batuan atau perlapisan batuan.
Lembah subsekuen (s), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang
arah alirannya sejajar dengan arah strike. Lembah resekuen (r),
lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang mengalir searah dip
batuan atau sejajar dengan lembah sungai konsekuen, biasanya aliran
sungainya masuk ke sungai subsekuen. Lembah Obsekuen (o), lembah
yang dibentuk oleh aliran sungai yang mengalir menuruni lereng,
sehingga berlawanan dengan dip batuan dan masuk ke sungai
subsekuen.Lembah Insekuen (i), lembah yang dibentuk oleh aliran
sungai yang arah alirannya tidak dikontrol struktur batuan (dip
atau strike), sehingga mengalir dengan arah tidak menentu, biasanya
terjadi pada daerah pengangkatan baru.
Berdasarkan Struktur pengontrolnya, terbagi menjadi:
Lembah monoklinal, Lembah antiklinal, Lembah sinklinal, Lembah
sesar/patahan, Lembah rekahan/joint.
Berdasarkan pemotongan pada struktur, terbagi menjadi:
Lembah superposed, yaitu lembah yang dibentuk oleh aliran sungai
yang tidak searah dengan kemiringan perlapisan batuan asal. Lembah
anteseden (antecedent), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai
yang memotong struktur geologi, karena proses pengikisannya lebih
cepat daripada proses pengangkatan.Pola Aliran Sungai* Pola
Dendritik Pola aliran yang perkembangannya menyebar ke segala arah
dengan percabangan yang teratur. Cirinya: pada batuan berstruktur
homogen atau struktur horisontal dan berbutir halus; resistensi
batuan homogen; permeabilitasnya seragam dan kemiringannya landai;
terdapat pada lereng-lereng pegunungan. Misal: Batuan shale,
lempung, pasir halus, napal, tuff bercampur lempung.* Pola Paralel
Pola aliran yang cabang-cabang sungainya berkembang secara paralel
atau hampir paralel. Cirinya: pada batuan shale atau clay dengan
kemiringan yang nyata; jarak antar cabang sungai beraturan karena
pengaruh struktur. Pola ini terdapat pada: pantai; aliran lava dan
tilted valley.* Pola Radial* Pola Radial SentripetalPola aliran
dengan sungai-sungai yang mengalir menuju pusat suatu
basin/cekungan atau depresi, misal danau atau kaldera/kawah gunung
api.* Pola Radial SentrifugalPola aliran dengan sungai-sungai yang
mengalir menyebar dari puncak gunung menuju ke bawah. Terdapat pada
gunungapi dan pegunungan dome mudaatau berstruktur volkan.* Pola
TrellisPola aliran yang terjadi pada daerah yang telipat kuat atau
batuan berlapis yang berdip, dan menunjukan suatu pola aliran yang
paralel dan biasanya mengikuti arah strike batuan.* Pola
RektangulerPola aliran yang berkembang mengikuti patahan atau
belahan (joint), sungai-sungai lurus dan belokan terjadi secara
tiba-tiba membentuk sudut hampir 900.* Pola AnulerPola alirannya
menyebar dan merupakan peralihan dari pola radial, karena
berkembang pada struktur melingkar/dome yang sudah terkikis kuat
dan adanya perbedaan resistensi pada perlapisan batuan.
Sungai-sungai subsekuen mengikuti pada zone yang kurang resisten.*
Pola BarbedPola aliran dengan sungai cabang yang membelok kearah
hulu, merupakan pola aliran yang menunjukkan penggabungan
sungai-sungai kecil ke sungai induk dengan arah belokan ke hulu.
Pola ini terjadi pemenggalan sungai oleh patahan yang melintang
terhadap sungai-sungai besar, sehingga arah aliran membalik dari
sebagian sistemnya.* Pola DerangedPola yang terbentuk pada daerah
rawa atau dekat danau dengan bentuk tidak teratur, terdapat
kombinasi antara drainase permukaan dan bawah permukaan.* Pola
ContortedPola aliran ini mula-mula sungai utama mengalir ke satu
arah kemudian arahnya membalik ke arah hulu. Proses terjadinya
kemungkinan karena pengaruh retakan (fracture) pada batuan atau
adanya blok-blok batuan dengan berbagai kemiringan.* Pola
AngulerMerupakan hasil modifikasi dari tipe rektangular yang
ditandai dengan belokan-belokan tajam sehubungan dengan adanya
joint atau patahan. Sungai-sungai cabang lebih kurang paralel
dengan sungai utama dengan sudut tumpul. Pola ini terdapat pada
batuan sedimen yang granuler seperti sandstone dengan kedudukan
hampir horisontal.
BAB IIIPEMBAHASAN
A. Pengertian Bentuklahan dan Bentang AlamIstilah bentanglahan
berasal dari kata landscape (Inggris) atau Landscap (Belanda) atau
landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti
pemandangan mengandung dua aspek,yaitu aspek visual dan aspek
estetika padasuatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 dalam Tim
Fakultas Geografi UGM,1996).Bentuklahan adalah bagian dari
permukaan bumi yang memiliki bentuk topografiskhas, akibat pengaruh
kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan
dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Dari pengertian ini,
faktor-faktor penentu bentuklahan dapat dirumuskan sebagai berikut
:B = f (T, P, S, M, K)(1) Notasi dalam rumus (1 ) tersebut adalah
:B = bentuklahan,T = topografiP = proses alamS = struktur geologisM
= material batuanK = ruang dan waktu kronologis.Oleh karena itu
untuk menganalisis bentanglahan lebih sesuai dengan berdasarkan
unit bentuklahan, maka klasifikasi bentanglahan juga akan
lebihsesuai jika didasarkan pada unit-unit bentuklahan yang
menyusunnya. Verstappen (1983) telah mengklasifikasi bentuklahan
berdasarkan genesisnya menjadisepuluh klas utama. Kesepuluh klas
bentuklahan utama itu adalah sebagai berikut :1. Bentuklahan asal
structural2. Bentuklahan asal vulkanik 3. Bentuklahan asal
denudasional4. Bentuklahan asal fluvial5. Bentuklahan asal marine6.
Bentuklahan asal glacial7. Bentuklahan asal Aeolian8. Bentuklahan
asal solusional (pelarutan)9. Bentuklahan asal organik 10.
Bentuklahan asal antropogenik.
B. Bentuk Bentuk Lahan Menurut Genesisnya
1. Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), Bentuklahan asal
solusional atau pelarutan dikenal juga dengan istilah
karst.Bentuklahan karst termasuk bentuk bentuklahan yang penting,
dan banyak puladitemukan di Indonesia. Bentuk ini sangat erat
berhubungan dengan batuanendapan yang mudah melarut. Oleh karena
itu dengan mengetahui bentuk bentang alamnya, pada umumnya orang
dapat mengetahui jenis batuannya, terutama juga karena bentuk
bentangalam karst yang sangat karakteristik dan mempunyai
tanda-tanda yang mudah dikenal baik di lapangan, pada petatopografi
maupun pada potret udara dan citra satelit. Bentang alam ini
terutama memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang,
gua-gua dan bukit- bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah
yang ditutupi bentangalam karsttersebar di Perancis Selatan,
Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapanegara Amerika
Selatan, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat(Tenesse,
Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu
pegunungan di Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini. Di
Indonesia bentangalam karst dapat ditemukan di beberapa daerah di
pulau Jawa, yaituJampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di
Kulon Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur,
dan beberapa daerah di SulawesiTengah. Di Irian Barat bentangalam
karst ditemukan di Kepala Burung pada formasi Klasafet, sedangkan
di Sumatera ditemukan, terutama di Sumatera Selatan dan Aceh.
Bentuklahan karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam
air dan membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama terjadi
pada wilayah yangtersusun oleh batugamping yang mudah larut, dan
batuan dolomit atau gamping dolomitan. Akibat pelarutan yang
memegang peranan utama, maka air sangat penting artinya.
Bentangalam karst biasanya berkembang di daerah yangmempunyai curah
hujan cukup. Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila
air tidak mencapai jenuh akan karbonat. Air yang mengalir dapat
menciptakan keadaan ini. Air yang mengandung CO2 (gas) akan lebih
mudah melarutkan batugamping. Di bawah ini diperlihatkan reaksi
kimia yangmenghasilkan pelarutan tersebut.H2O + CO2 ->140%)
Selisih ketinggian dari tempat terendah hingga tempat tertinggi
(relief) >500m Tingkat pengikisan tergantung dari kondisi
litologi, iklim, vegetasi penutup serta proses erosi ulang bekerja
pada tempat tersebut Umumnya mempunyai lembah dalam, berdinding
terjal dan berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses
yang cenderung pendalaman lembah (valley deepenting) 2. Perbukitan
DenudasionalKarakteristik : Topografi berbukit dan bergelombang
Lereng berkisar antara 15 55% Perbedaan tinggi relief (relief
local) antara 50 -