BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut. Definsi-definisi tersebut antara lain : a. Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia : "Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu" Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu : a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asuransi
Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah
asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara
definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa
dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan
dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang
asuransi, dimana sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi
dapat dipandang dari beberapa sudut.
Definsi-definisi tersebut antara lain :
a. Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia : "Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak tertentu" Berdasarkan
definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur,
yaitu :
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar
uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau
secara berangsur-angsur.
b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar
sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung,
sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi
sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak
diketahui sebelumnya).
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami
kerugian karena peristiwa yang tak tertentu.
2. Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack :
"Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko
keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam
jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu
dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat
diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung".
3. Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green: "Asuransi
adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi
risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu
pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya,
sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat
diramalkan dalam batas-batas tertentu".
4. Definisi asuransi menurut C.Arthur William Jr dan Richard
M. Heins, yang mendefinisikan asuransi berdasarkan dua
sudut pandang, yaitu:
a. "Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian
finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung".
b. “.Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau
lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk
menanggulangi kerugian finansial".
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas kiranya
mengenai definisi asuransi yang dapat mencakup semua sudut
pandang : "Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko
yang melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan
sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir
sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas
kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang
diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua
pihak dalam gabungan itu".
Pengertian Asuransi bila di tinjau dari segi hukum
adalah: "Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara
2 (dua) pihak atau lebih dimana pihak tertanggung mengikat
diri kepada penanggung, dengan menerima premi-premi Asuransi
untuk memberi penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di
derita tertanggung karena suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberi pembayaran atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang di pertanggungkan."
2.2 Sejarah Asuransi
a. Tahun 2250 SM
Konsep asuransi bermula dari sekitar tahun 2250 SM
oleh bangsa Babylonia yang hidup di daerah lembah sungai
Euphrat dan Tigris. Pada waktu itu apabila seorang pemilik
kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau
melakukan suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari
seorang saudagar (Kreditur) dengan menggunakan kapalnya
sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal
dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal
tersebut selamat sampai tujuan, di samping sejumlah uang
sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikuloleh pemberi
pinjaman.Kita dapat menganggap tambahan biaya ini dapat
dianggap sama dengan “uang premi” yang dikenal pada
asuransi sekarang. Selain kapal yang dijadikan barang
jaminan, barang-barang muatan (cargo) dapat pula dipakai
sebagai jaminan. Transaksi seperti ini disebut
“RESPONDENT/A CONTRACT”. Kemudian pada akhirnya transaksi
ini semakin berkembang.
b. Tahun 215 SM
Pada tahun 215 SM Pemerintah Kerajaan Romawi didesak
oleh para Supplier pelengkapan dan perbekalan tentara
kerajaan untuk menerima konsep yang melindungi mereka
terhadap segala risiko kerugian yang mereka derita atas
barang-barang mereka yang berada di kapal sebagai akibat
dari bahaya maritim seperti halnya serangah musuh dan juga
badai.
c. Tahun 50 SM
CICERO pada kira-kira tahun 50 SM memberi penjelasan
tentang praktek pemberian proteksi atau jaminan terhadap
keselamatan pengiriman uang dan surat-suratberharga selama
dalam perjalanan. Sebagai imbalan maka pihak yang diberi
proteksi memberikan semacam balas-jasa berupa uang premi
kepada pihak pemberi proteksi.
d. Tahun 50 SM – 200 M
Kaisar CLAUDIUS mengeluarkan suatu jaminan kepada
importir terhadap semua kerugian yang mereka derita akibat
angin badai. Tentunya dalam hal ini dikenakan pula
premi.Pada sekitar tahun 200 ini di Romawi tumbuh
perkumpulan- perkumpulan yang disebut “Collegia” yang
merupakan kegiatan sosial untuk salah satunya,mengumpulkan
dana untuk biaya pemakaman anggotanya yang meninggal atau
gugur di medan perang. Para budak pun membentuk Collegia
dengan tujuan apabila nantinya meninggal dapat dikubur
dengan layak (disebut Collegia Nititum).
Demikian pula para saudara dan para aktor di Italia
membentuk Collegia yang disebut “Collegia Tennorioum”
dengan maksud untuk membantu para janda dan anak-anak
yatim para anggotanya.
e. Tahun 1194-1266 M
Perekonomian manusia dari tahun ke tahun mengalami
perkembangan dan periode ini dikenal dengan “Guild System”
(Sistem Gilda), yaitu perkumpulan dari orang-orang yang
mempunyai profesi sama seperti gilda tukang kayu, gilda
tukang roti dan sebagainya. Tujuannya sama dengan tujuan
Collegia pada zaman Romawi, yakni meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Sebenarnya, dapat dikatakan
bahwa “Collegia”dan “Sistem Gilda” merupakan penemuan-
penemuan sosial yang memperoleh popularitas dan pengakuan
masyarakat terhadap adanya risiko-risiko yang
harusditanggulangi. Perkembangan lembaga yang mirip dengan
asuransi tumbuh terus dan akhinya pada masa pemerintahan
RATU ELEANOR dari Belgia (1194 – 1266) dibentuk Undang-
Undang Asuransi yang tercantum dalam “ROLE’SDE
OLERON”Tahun 1668 M
Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London
berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi
konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif,
hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana
kebudayaan.
f. Sejarah Asuransi di Indonesia
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu
penjajahan Belanda dan negara kita pada waktu itu disebut
Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini
sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor
perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya.Untuk
menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi
mutlak diperlukan. Dengan demikian usaha perasuransian di
Indonesia dapat dibagi dalam dua kurun waktu, yakni zaman
penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang
Dunia II atau zaman kemerdekaan.Perusahaan-perusahaan
asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman penjajahan
itu adalah:
1. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang
Belanda.
2. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang
dari Perusahaan Asuransi yang berkantor pusat di
Belanda, Inggris dan di negeri lainnya.
Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia
Belanda, perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda
terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan bangsa
Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya sehingga
manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh
masyarakat, terutama oleh masyarakat pribumi.
Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia
Belanda pada waktu itu masih sangat terbatas dan sebagian
besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan.
Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran,
karena jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan
hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing
lainnya.
Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya
perusahaan asuransi kerugian satupun. Selama terjadinya
Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia
praktis terhenti, terutama karena pemisahaan perusahaan
asuransi milik Belanda dan Inggris.
g. Asuransi zaman kemerdekaan
Setelah Perang Dunia usai, perusahaan-perusahaan
Belanda dan Inggris kembali beroperasi di negara yang
sudah merdeka ini. Sampai tahun 1964 pasar industri
asuransi di Indonesia masih dikuasai oleh Perusahaan
Asing, terutama Belanda dan Inggris.Pada awal mulanya
beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah badan
yang disebut “Bataviasche Verzekerings Unie” (BVU) pada
tahun 1946, yang melakukan kegiatan asuransi secara
kolektif.
Kemudian mulailah bermunculan berbagai perusahaan
asuransi baik lokal maupun asing di Indonesia hingga saat
ini.
2.3 Jenis-Jenis Asuransi
Menurut Djojosoedarso (2003 : 74-75) jenis-jenis
asuransi dapat dibedakan menjadi berbagai macam segi, yaitu :
a. Dari segi sifatnya :
a) Asuransi sosial atau asuransi wajib
Dimana untuk ikut serta dalam asuransi tersebut
terdapat unsur paksaan atau wajib bagi setiap warga
negara. Jadi semua warga negara (berdasarkan kriteria
tertentu) wajib menjadi anggota atau membeli asuransi
tersebut. asuransi ini biasanya diusahakan oleh
Pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara.
Asuransi Sosial didesain untuk memberikan
manfaat kepada seseorang yang pendapatannya terputus
karena kondisi sosial dan ekonomi atau karena
ketidakmampuan mengendalikan solusi secara individu.
Berikut adalah jenis Asuransi Sosial di Indonesia :
1. Asuransi Sosial Tenaga Kerja
• Untuk Pegawai Negeri
• Dikelola Oleh PT Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri
• Untuk Pegawai Perusahaan Swasta
• Dikelola oleh PT Jaminan Asuransi Sosial Tenaga
Kerja
• Untuk Anggota ABRI / TNI
• Dikelola oleh Perum Asuransi Sosial ABRI
2. Asuransi Kesehatan
• Dikelola oleh PT Asuransi Kesehatan (dulu PHB)
3. Asuransi Kecelakaan
• Dikelola oleh PT Asuransi Jasa Raharja
b) Asuransi sukarela, dalam asuransi ini tidak ada
paksaan bagi siapapun untuk menjadi anggota/pembeli.
Jadi setiap orang bebas memilih menjadi anggota atau
tidak dari jenis asuransi ini. Jenis asuransi ini
biasanya diselenggarakan oleh pihak swasta, tetapi
ada juga yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Asuransi sukarela dapat dibagi dalam dua jenis
yaitu :
1. Government Insurance, yaitu asuransi yang dijalankan
oleh Pemerintah atau Negara, misalnya : jaminan
yang diberikan kepada prajurit yang cacat sewaktu
peperangan.
2. Commercial Insurance, yakni asuransi yang bertujuan
untuk melindungi seseorang atau keluarga serta
perusahaan dari resiko-resiko yang bisa
mendatangkan kerugian. Tujuan perusahaan asuransi
di sini ialah, komersial dan dengan motif
keuntungan (profit motive).
Commercial Insurance dapat digolongkan lagi
sebagai berikut :
a. Asuransi Jiwa (Personal Life Insurance)
Asuransi ini bertujuan untuk memberikan jaminan
kepada seseorang atau keluarga yang disebabkan
oleh kematian, kecelakaan, serta sakit.
Contoh Perusahaan Asuransi Jiwa yang ada di
Indonesia :
PT. Asuransi Jiwa Raya
Asuransi Jiwa Dharma Nasional
Asuransi Jiwa Bumi Putera 1912
b. Asuransi Kerugian (Property Insurance)
Bentuk ini sama dengan Asuransi Umum di
Indonesia, bertujuan memberikan jaminan kerugian
terhadap harta/hak atau milik kepentingan yang
disebabkan oleh kebakaran, pencurian, asuransi
laut, dan lain-lain. Contohnya :
• PT. Asuransi Umum Indonesia
• PT. Asuransi Kerugian
Jadi perbedaan antara Asuransi Jiwa dengan
Asuransi Kerugian adalah perbedaan terletak pada
obyek pertanggungannya. Dalam asuransi jiwa yang
menjadi obyek pertanggungannya adalah jiwa
manusia, sedangkan dalam asuransi kerugian yang
menjadi obyek pertanggungan adalah barang atau
properti (rumah, mobil, pabrik, dll) dan kewajiban
hukum terhadap pihak ketiga.
b. Dari segi jenis objeknya, asuransi dapat dibedakan ke
dalam :
a. Asuransi orang, yang meliputi antara lain asuransi
jiwa, asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan,
asuransi bea siswa, asuransi hari tua dan lain-lain
dimana objek pertanggungannya manusia.
b. Asuransi umum atau asuransi kerugian, yang
meliputi antara lain asuransi kebakaran, asuransi
pengangkutan barang, asuransi kendaraan bermotor,
asuransi varia, asuransi penerbangan dan lain-lain,
dimana objek pertanggungannya adalah hak/harta atau
milik kepentingan seseorang.
2.4 Pemahaman Kontrak Asuransi
2.4.1 Definisi Kontrak Asuransi
Banyak definisi mengenai asuransi. Salah satu yang
populer adalah asuransi ialah subsitusi suatu biaya
kecil tertentu dengan suatu kerugian besar yang tidak
tertentu.
Dari pandangan hukum, kontrak dengan mana satu
pihak dengan menerima sesuatu nilai yang dikenal sebagai
premi, memikul suatu risiko kerugian atau tanggung jawab
yang menimpa pihak lain, sesuai dengan suatu rencana
(plan) untuk mendistribusikan risiko tersebut, adalah
kontrak asuransi apapun bentuk atau nama yang
dipakainya. Banyak kontrak yang sepintas lalu tampak
seperti tampak asuransi, tetapi jika diteliti menurut
definisi ini ternyata tidak memenuhi syarat.
2.4.2 Unsur-unsur Esensil Dari Kontrak Asuransi
Walaupun kontrak asuransi mempunyai beberapa ciri
khas, namun ia harus memenuhi bentuk dan syarat umum
yang ditetapkan oleh hukum untuk setiap kontrak. Antara
lain :
a) Perjanjian (penawaran dan penerimaan)
Perjanjian terdiri dari penawaran yang dilakukan
oleh atau pihak dan penerimaannya oleh pihak
kedua. Dalam segala macam asuransi, jenis
penawaran terpenting adalah aplikasi asuransi
dari calon yang ditanggung. Aplikasi ini dapat
secara lisan. Misalnya seseorang yang memutuskan
hendak mengasuransikan rumahnya terhadap
kerugian akibat kebakaran dapat menelpon seorang
agen asuransi. Kontrak lainnya ini orang ini
dengan agen tersebut adalah penerimaan polis dan
rekening premi. Dengan demikian berarti telah
terjadi penawaran dan penerimaan atau perjanjian
antara pihak yang ditanggung dengan perusahaan
asuransi itu karena agen asuransi telah diberi
wewenang oleh perusahaan asuransi tersebut.
b) Pihak-pihak yang Kompeten
Untuk sahnya suatu kontrak asuransi seperti
juga halnya dengan segala kontrak lain, adalah
itu harus dibuat oleh pihak-pihak yang kompeten
(mampu). Ada tiga kelompok orang yang dianggap
tidak kompeten yaitu anak-anak yang belum
dewasa, orang dewasa, orang-orang yang secara
mental tidak kompeten (mampu), dan dewasa
bersuami. Usia dewasa tidak sama di setiap
negara. Di New York usia legal itu adalah 141/2
tahun.
Seseorang yang telah dinyatakan secara
resmi tidak waras adalah tidak kompeten
melakukan perbuatan hukum dan tidak mampu
membuat kontrak asuransi yang sah.
c) Obyek yang Sah atau Legal
Suatu kontrak asuransi biasanya dianggap
bertentangan dengan kebijaksanaan negara dan
dengan demikian tidak legal adalah jika pihak
yang ditanggung tidak mempunyai kepentingan yang
dapat diasuransikan dalam objek yang
diasuransikan itu. Jika tidak ada kepentingan
yang dapat diasuransikan maka kontrak itu adalah
perjudian.
Sebuah contoh lain dari kontrak yang
bertentangan dengan kebijaksanaan negara adalah
kontrak yang dibuat oleh pihak musuh.
Pasal 208 kitab Undang-undang Hukum
Perniagaan mengatakan bahwa yang dapat menjadi
obyek asuransi ialah semua kepentingan yang :
a) Dapat dinilai dengan sejumlah uang
b) Dapat tertimpa macam-macam bahaya
c) Tidak dilarang oleh undang-undang
d) Imbalan (Consideration)
Suatu kontrak hanya sah jika masing-masing
pihak memberikan nilai atau memikul sesuatu
kewajiban terhadap pihak lainnya. Kontrak
asuransi seringkali menyatakan bahwa imbalan
dari pihak yang ditanggung adalah "ketentuan-
ketentuan dan ketetapan-ketetapan yang tersebut
di sini dan premi tertentu". Ini tidak berarti
bahwa premi harus dibayar sebelum polis berlaku.
Kenyataannya banyak polis asuransi harta sudah
berlaku sebelum diterimanya pembayaran premi.
Janji membayar adalah imbalan (consideration).
Sebaliknya pada asuransi jiwa, premi pertama
harus dibayar sebelum berlakunya polis.
Perusahaan asuransi juga memberikan imbalan
yang berupa janji akan melakukan pembayaran jika
terjadi peristiwa tertentu yang telah
ditetapkan.
2.4.3 Ciri-Ciri Kontrak Asuransi
Ada beberapa ciri khas tertentu dalam kontrak
asuransi :
a. Kontrak Untung-untungan (Aleatory Contract)
Kebanyakan kontrak bersifat commutative artinya
masing-masing pihak menyerahkan barang-barang atau
jasa-jasa yang dianggap sama nilainya. Akan tetapi,
kontrak asuransi adalah bersifat aleatory artinya
pihak-pihak yang membuat kontrak menyadari bahwa
jumlah uang yang akan diserahkan oleh masing-masing
pihak tidak akan sama.
Dalam polis asuransi, pihak yang ditanggung
menyerahkan jumlah premi. Jika ia menderita kerugian,
ia mungkin menerima jumlah uang yang jauh lebih besar
daripada premi yang dibayarkannya kepada perusahaan
asuransi. Dan jika ia tidak menderita kerugian (yang
lebih besar kemungkinannya demikian), ia tidak akan
menerima apa-apa dari perusahaan asuransi. Bagi
perusahaan asuransi, ada kemungkinan ia akan harus
melaksanakan pembayaran yang jauh lebih besar
daripada premi yang diterimanya atau (lebih besar
kemungkinannya) ia tidak akan membayar sama sekali.
Ciri-ciri khas dari aleatory contract adalah adanya
untung-untungan (chance).
b. Kontrak Adhesi
Kebalikan dari kontrak tawar-menawar, kontrak
asuransi biasanya merupakan suatu kontrak adhesi.
Perjanjian pada umumnya dibuat oleh para pengacara
dan wakil-wakil lain dari perusahaan asuransi, atau
barangkali oleh wakil-wakil pemerintah. Biasanya
kontrak ini diberikan kepada calon yang ditanggung
dalam semangat "terima atau tolak". Calon pembeli
asuransi tidak bisa mengajukan usul, agar perusahaan
asuransi mengubah sedikit pasal ini atau mengganti
suatu perkataan.
Ciri-ciri ini sebetulnya menguntungkan pihak
yang ditanggung jika kontrak itu menjadi perkara
pengadilan. Pengadilan menentukan bahwa karena
perusahaan asuransi yang menyusun kontrak itu, maka
setiap kekaburan arti (ambiguity = arti dua,
kemenduaan) dalam kontrak itu harus ditafsirkan yang
menguntungkan pihak yang ditanggung terhadap
perusahaan asuransi.
c. Kontrak Sepihak (Unilateral)
Kontrak dapat bilateral atau unilateral.
Pertukaran suatu janji dengan suatu janji adalah
bilateral (belah dua pihak), sedangkan pertukaran
suatu tindakan dengan suatu janji adalah unilateral
(sepihak). Kontrak asuransi pada umumnya adalah
kontrak unilateral artinya pihak yang ditanggung
sudah membayar premi, hanya satu pihak terbuka
terhadap janji sah yang berlaku untuk melaksanakan
sesuatu selanjutnya. Perusahaan asuransi menjanjikan
pelaksanaan (performance).
d. Kontrak Bersyarat (Conditional)
Kontrak asuransi adalah kontrak bersyarat.
Memang benar kontrak itu telah terpenuhi seluruhnya
oleh pihak yang ditanggung dengan telah dibayarnya
premi dan tinggal perusahaan asuransi saja yang
berkewajiban memenuhi janjinya. Akan tetapi, ini
tidak berarti tidak ada lagi syarat-syarat yang harus
dipenuhi pihak yang ditanggung jika ia ingin
memperoleh penggantian atas kerugiannya. Perbedaan
antara janji (promise) dengan syarat (condition) adalah
bahwa janji itu dapat dipaksakan berlakunya secara
hukum, sedangkan syarat (condition) tidak. Pengaruh
dari dilanggarnya suatu syarat adalah pihak yang
ditanggung tidak memperoleh penggantian kerugian dari
perusahaan asuransi. Contoh, pada suatu kontrak
asuransi kebakaran, perusahaan berjanji akan
mengganti kerugian yang diderita pihak yang
ditanggung karena kebakaran. Pihak yang ditanggung
perlu memenuhi beberapa syarat yang berhubungan
dengan pengajuan bukti kerugian karena suatu
kebakaran. Akan tetapi, ia secara hukum tidak wajib
mengajukan bukti-bukti kerugian yang diminta oleh
syarat-syarat itu. Ia hanya perlu mengajukannya kalau
ia ingin memperoleh penggantian kerugian tersebut.
Sebaliknya, perusahaan asuransi kebakaran dapat
dipaksa oleh hukum untuk memenuhi janjinya membayar
ganti rugi, jika pihak yang ditanggung telah memenuhi
semua syarat-syarat yang dicantumkan dalam kontrak.
e. Sepenuhnya Berdasarkan Kepercayaan
Pada umumnya, kontrak-kontrak apa saja adalah
berdasarkan kepercayaan (bonafide, contract, good-faith
contract). Akan tetapi, kontrak asuransi adalah
kontrak yang sepenuhnya berdasarkan kepercayaan.
Dibutuhkan tingkat tertinggi bonafiditas dalam
negosiasi sebelum dikeluarkannya polis. Dalam
mengambil keputusan pertanggungan, perusahaan
asuransi harus mempercayai benar informasi yang
diberikan oleh applicant (pelamar, pembeli asuransi).
f. Kontrak Pribadi
Orang-orang mengatakan bahwa asuransi harta itu
adalah kontrak pribadi seperti halnya kontrak
perkawinan. Baik pihak yang ditanggung maupun
penanggung (perusahaan asuransi) tidak saja
memperhatikan kontrak itu tetapi juga watak, prilaku,
dan bonafiditas, dari masing-masing pihak. Dalam
bahasa biasa dikatakan sesuatu barang diasuransikan.
Tetapi sesungguhnya yang diasuransikan adalah si
pemilik barang itu. Kontrak asuransi tidak terikat
kepada barang itu dan tidak berpindah kepada pembeli
barang itu. Persetujuan penanggung diperlukan untuk
memindahkan sesuatu kontrak asuransi sebelum terjadi
suatu kerugian kecuali dalam hal asuransi jiwa dan
beberapa polis asuransi kesehatan. Oleh karena
asuransi jiwa bukan suatu kontrak pribadi, maka ia
dapat dipindahkan tanpa izin perusahaan asuransi.
Jika telah terjadi kerugian, maka kontrak
asuransi mana saja akan menjadi tidak lebih dari
suatu klaim uang dan karena itu ia dapat dipindah-
tangankan.
g. Prinsip Ganti Rugi (Principle of Indemnity)
Kontrak asuransi harta dan asuransi tanggung
jawab (liability insurance) pada umumnya adalah kontrak
ganti rugi, artinya ia menyatakan akan mengganti
kerugian atas kerusakan yang diderita oleh pihak yang
ditanggung. Penggantian lebih rendah
(undercompensate) dibolehkan tetapi penggantian lebih
tinggi tidak. Salah satu masalah utama penerapan
prinsip ganti rugi ini adalah bagaimana mengukur
kompensasi yang tepat agar tidak menimbulkan laba
atau rugi. Sehingga di sini, dibutuhkan tiga doktrin
penting yang timbul dari prinsip indemnity ini
adalah: kepentingan yang dapat diasuransikan,
pembatasan jumlah penggantian atas suatu polis
asuransi, dan subrogation.
2.5 Undang-Undang Asuransi
a) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
Dalam Undang Nomor 2 Tahun 1992, dirumuskan definisi
asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan
rumusan yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD. Menurut
ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun
1992:
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara
2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan atau taggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan
suatu peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992 ini mencakup 2 (dua) jenis asuransi, yaitu :
a. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat
diketahul dan rumusan :
“untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang dmarapkan, atau tanggung jawab hukuin
kepada pihak ket/ga yang rnungkin ahan diderita oleh
terlanggung”.
b. Ansuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi
asuransi jiwa dan asuransi sosial, dapat diketahui
dari rumusan :
“untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.”
Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa maka
fokus pembahasan diarahkan pada jenis asuransi, butir
(b). Apabila Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992 di persempit hanya melingkupi jenis
asuransi jiwa, maka urusannya adalah:
“Asuransi jiwa adalah perjanjian, antara 2 (dua)
pihak atau lebih dengan mana pihak Penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang diasuransikan.”
Definisi inilah yang akan dijadikan titik tolak
pembahasan asuransi jiwa selanjutnya.
Sebelum berlakunya Undang Nomor 2 Tahun 1992,
asuransi jiwa diatur dalam Ordonantie op het
Levensverzekering Bedrijf (Staatsblad Nomor 101 Tahun
1941). Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf
Ordonansi tersebut:
“Ovoroenkomstem van levensvorzekering de
overeenkomsten tot het doon van geldelijke
uitkeringen, tegen genot van premie en in verband met
het leven of den dood van den menschs. Overeenkomsten
van herverzekering daaronder begrepen, met dien
verstande, dat overeenkomsten van
ongevallenverzokerinq niet als overeenkomsten van
levensverzekerinq worden berschouwd”.
Terjemahnnnya.
“Asuransi jiwa adalah perjanjian untuk membayar
sejumlah uang karena telah diterimanya premi yang
herhubungan dengan hidup atau matinya seseorang,
rensuransi termasuk di dalamnya, sedangkan asuransi
kecelakaan tidak termasuk dalam asuransi jiwa”.
Dalam Pasal 27 Undang Nomor 2 Tahun 1992
ditentukan bahwa dengan berlakunya undang-undang ini,
maka Ordonantie op het Levens Verzekering Bedrijf
dinyatakan tidak berlaku lagi. Adapun yang dimaksud
dengan ‘undang-undang ini’ adalah Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1992. Oleh karena itu, tidak perlu lagi
membahas asuransi jiwa berdasarkari Ordonansi ini
karena sudah tidak berlaku lagi, dan pengertian
asuransi jiwa sudah tercakup dalam Pasal 1 angka (1)
nomor 2 Undang-Undang Tahun 1992.
b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X
pasal 302. pasal 308 KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh) pasa. Akan
tetapi tidak 1 (satu) pasalpun yang memuat rumusan
definisi asuransi jiwa. Dengan demikian sudah tepat jlka
definisi asuransi dalam Pasat 1 angka (1) Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1992 dijadikan titik totak pembahasan dan
ini ada hubungannya dengan ketentuan Pasal 302 dan Pasal
303 KUHD yang membolehkan orang mengasuransikan jiwanya.
Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD :
“Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan
orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya
maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian”.
Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan :
“Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi
itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang
diasuransikan jiwanya”.
Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa
setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa
bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga.
Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau selama
jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam perjanjian.
Sehubungan dengan uraian pasal-pasal perundang-
undangan di atas, Purwosutjipto memperjelas lagi
pengertian asuransi jiwa dengan mengemukakan definisi :
“Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik
antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung,
dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri
selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada
penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung
dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau
telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan,
mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu
kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil)
asuransi sebagai penikmatnya”.
Dalam rumusan definisinya, Purwosutjipto menggunakan
istilah “penutup (pengambil) asuransi dan penangung.
Definisi Purwosutjipto berbeda dengan definisi yang
terdapat dalam Pasal angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1 92. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dengan
tegas di nyatakan bahwa pihak-pihak yang
mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut
penanggung dan tertanggung, sedangkan Purwosutjipto
menyebutnya penutup (pengambil) asuransi dan
penanggung.
b. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dinyatakan
bahwa “penanggung dengan menerima premi memberikan
pembayaran”, tanpa menyebutkan kepada orang yang
ditunjuk sebagai penikmnya. Purwosutjipto
menyebutkan membayar l orang yang ditunjuk oleh
penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya.
Kesannya hanya untuk asuransi jiwa selama hidup,
tidak termasuk untuk yang berjangka waktu tertentu.
2.6 Aplikasi Asuransi dalam Masyarakat
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan
lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
BPJS merupakan badan hukum nirlaba.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan
menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di
Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT. Askes
Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial
ketenaga kerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan
secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS
Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi
BPJS Ketenagakerjaan.
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS
berkantor pusat di Jakarta, dan bisa memiliki kantor
perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat
kabupaten kota.
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah
berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi
anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai
anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak
bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota
keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran
yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga
miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program
Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di
sektor formal, namun juga pekerja informal. Pekerja informal
juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib
mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan
tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa
dimulai secara bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan
seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan
tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS
Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis
penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.
Di tahap awal program BPJS kesehatan, pemerintah akan
menggelontorkan dana Rp 15,9 triliun dari APBN untuk
menyubsidi asuransi kesehatan 86 juta warga miskin.
Pada September 2012, pemerintah menyebutkan besaran
iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp22 ribu per orang per bulan.
Setiap peserta BPJS nanti harus membayar iuran tersebut,
kecuali warga miskin yang akan ditanggung oleh pemerintah.
Namun pada Maret 2013, Kementerian Keuangan dikabarkan
memotong besaran iuran BPJS menjadi Rp15,500, dengan alasan
mempertimbangkan kondisi fiskal negara.
Pemangkasan anggaran iuran BPJS itu mendapat protes dari
pemerintah DKI Jakarta. DKI Jakarta menganggap iuran Rp15
ribu per bulan per orang tidak cukup untuk membiayai
pengobatan warga miskin. Apalagi DKI Jakarta sempat mengalami
kekisruhan saat melaksanakan program Kartu Jakarta Sehat. DKI
menginginkan agar iuran BPJS dinaikkan menjadi Rp23 ribu
rupiah per orang per bulan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Zaenal Abidin
menilai bahwa iuran untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI)
sebesar Rp15.500 yang akan dibayarkan pemerintah itu belumlah
angka yang ideal untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
layak. IDI telah mengkaji besaran iuran yang ideal
berdasarkan pengalaman praktis dari PT Askes, dimana untuk
golongan satu sebesar Rp38.000.
Sementara itu kalangan anggota DPR mendesak pemerintah
agar menaikkan pagu iuran BPJS menjadi sekitar Rp 27 ribu per
orang per bulan.
Direktur Konsultan Jaminan Sosial Martabat Dr. Asih Eka
Putri, menilai bahwa rumusan iuran JKN belum mampu
menyertakan prinsip gotong-royong dan keadilan. Formula iuran
juga belum mampu mengoptimalkan mobilisasi dana publik untuk
penguatan sistem kesehatan, khususnya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan perorangan.
Kementerian Sosial mengklaim Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan yang berlaku pada awal 2014 akan
menjadi program jaminan sosial terbaik dan terbesar di Asia.
Namun pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh
BPJS pada 2014 diperkirakan terkendala persiapan dan
infrastruktur. Misalnya, jumlah kamar rumah sakit kelas III
yang masih kurang 123 ribu unit. Jumlah kamar rumah sakit
kelas III saat ini tidak bisa menampung 29 juta orang miskin.
Kalangan DPR menilai BPJS Kesehatan belum siap beroperasi