MAKALAH KEPERAWATAN ANAK HIPERBILIRUBIN Dosen Pengampu: Welas Haryati Spd , S Kp , MMR KELOMPOK 2 Anggota: 1. Kiki Arifah (P17420213014) 2. Lili Indriyani (P17420213015) 3. Mochamad Arif DS (P17420213016) 4. Moh.Galih W. (P17420213017) 5. Murni Rahayu S. (P17420213018) 6. Muslikhah Dewi P. (P17420213019) 7. Mutia Dewi R. (P17420213020) 8. Patricia Candra D. (P17420213021) 9. Putri Arisetia N. (P17420213022) 10. Rahmania Ananda (P17420213023)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
HIPERBILIRUBIN
Dosen Pengampu: Welas Haryati Spd , S Kp , MMR
KELOMPOK 2
Anggota:
1. Kiki Arifah (P17420213014)
2. Lili Indriyani (P17420213015)
3. Mochamad Arif DS (P17420213016)
4. Moh.Galih W. (P17420213017)
5. Murni Rahayu S. (P17420213018)
6. Muslikhah Dewi P. (P17420213019)
7. Mutia Dewi R. (P17420213020)
8. Patricia Candra D. (P17420213021)
9. Putri Arisetia N. (P17420213022)
10. Rahmania Ananda (P17420213023)
11. Ranitasari (P17420213024)
12. Rendi Saifinuha H. (P17420213025)
13. Retno Purwati (P17420213026)
Kelas 2A / Semester 4
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap ibu yang telah melahirkan menginginkan anaknya lahir dalam keadaan sehat
dan tidak ada kelainan – kelainan pada bayi tersebut. Tetapi keinginan tersebut tidak akan
diperoleh oleh setiap ibu. Karena sebagian kecil ada yang lahir dalam keadaan abnormal.
Misalnya anak lahir dengan BBLR, ikterus, hidrosefalus, dan kelainan – kelainan lainnya.
Hal ini di sebabkan oleh banyak factor pencetusnya. Seperti kurang teraturnya antenatal care
ibu saat hamil, asupan gizi yang kurang baik pada ibu maupun pada janin yang di kandung,
atau penyakit yang diturunkan oleh ibu sendiri.
Kurangnya pengetahuan ibu untuk mengenali tanda – tanda kelainan yang mungkin
timbul pada bayi baru lahir,seperti bayi dengan hiperbilirubin, dimana kebanyakan ibu
membawa bayinya ke Rumah Sakit dalam derajat yang tinggi. Sebagaimana kita ketahui
bahwa ikterik itu terjadinya dimulai dari wajah. Di sini jelas bahwa kurangnya pengetahuan
ibu atau orang tua tentang hiperbilirubin tersebut, dan kurangnya memperoleh pelayanan
kesehatan dari tenaga kesehatan. Untuk itulah penulis mengangkat makalah ini dengan judul
Hiperbilirubin pada Bayi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hiperbilirubin ?
2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya hiperbilirubin ?
3. Apa saja klasifikasi penyakit hiperbilirubin ?
4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit hiperbilirubin?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit hiperbilirubin, ?
6. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada penyakit hiperbilirubin?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit hiperbilirubin?
8. Apa saja penatalaksanaan penyakit hiperbilirubin ?
9. Apa saja pencegahan penyakit hiperbilirubin ?
10. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada penyakit hiperbilirubin?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi tentang definisi hiperbilirubin.
2. Untuk mengetahui deskripsi tentang penyebab terjadinya hiperbilirubin.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit hiperbilirubin.
4. Untuk mengetahui gambaran tentang manifestasi klinis penyakit hiperbilirubin.
5. Untuk mengetahui gambaran tentang patofisiologi terjadinya penyakit
hiperbilirubin.
6. Untuk mengetahui gambaran tentang komplikasi yang terjadi pada penyakit
hiperbilirubin.
7. Untuk mengetahui deskripsi tentang pemeriksaan penunjang pada penyakit
hiperbilirubin.
8. Untuk mengetahui gambaran tentang penatalaksanaan penyakit hiperbilirubin.
9. Untuk mengetahui gambaran tentang pencegahan penyakit hiperbilirubin.
10. Untuk mengetahui gambaran tentang proses asuhan keperawatan pada bayi dengan
penyakit hiperbilirubin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya
lebih dari normal, Biasanya terjadi pada bayi baru lahir. (Suriadi, 2001).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer,
2002).
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang
dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning
pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000).
Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Sesungguhnya hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir selama
minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme bilirubin bayi. Ditemukan sekitar
25-50% bayi normal dengan kedaan hiperbilirubinemia. Kuning/jaundice pada bayi baru lahir
atau disebut dengan ikterus neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih
dari mata (sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan
bilirubin. Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruh bayi cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada bayi prematur. Walaupun kuning pada bayi baru lahir merupakan keadaan
yang relatif tidak berbahaya, tetapi pada usia inilah kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi
toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf pusat bayi.
2.2 Faktor Penyebab Hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir paling sering timbul karena fungsi hati masih
belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah.
Hiperbilirubin juga bisa terjadi karena beberapa kondisi klinis, di antaranya adalah:
a) Ikterus fisiologis
Merupakan bentuk yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Jenis bilirubin yang
menyebabkan pewarnaan kuning pada ikterus disebut bilirubin tidak terkonjugasi,
merupakan jenis yang tidak mudah dibuang dari tubuh bayi. Hati bayi akan mengubah
bilirubin ini menjadi bilirubin terkonjugasi yang lebih mudah dibuang oleh tubuh.
Hati bayi baru lahir masih belum matang sehingga masih belum mampu untuk
melakukan pengubahan ini dengan baik sehingga akan terjadi peningkatan kadar
bilirubin dalam darah yang ditandai sebagai pewarnaan kuning pada kulit bayi. Bila
kuning tersebut murni disebabkan oleh faktor ini maka disebut sebagai ikterus
fisiologis
b) Breastfeeding jaundice, dapat terjadi pada bayi yang mendapat air susu ibu (ASI)
eksklusif. Terjadi akibat kekurangan ASI yang biasanya timbul pada hari kedua atau
ketiga pada waktu ASI belum banyak dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.
c) Ikterus ASI (breastmilk jaundice), berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu
tertentu dan biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disusukannya bergantung pada
kemampuan bayi tersebut mengubah bilirubin indirek. Jarang mengancam jiwa dan
timbul setelah 4-7 hari pertama dan berlangsung lebih lama dari ikterus fisiologis yaitu 3-
12 minggu.
d) Lebam pada kulit kepala bayi yang disebut dengan sefalhematom dapat timbul dalam
proses persalinan. Lebam terjadi karena penumpukan darah beku di bawah kulit kepala.
Secara alamiah tubuh akan menghancurkan bekuan ini sehingga bilirubin juga akan
keluar yang mungkin saja terlalu banyak untuk dapat ditangani oleh hati sehingga timbul
kuning
e) Ibu yang menderita diabetes dapat mengakibatkan bayi menjadi Kuning.
2.3 KLASIFIKASI
a. Derajat I : Daerah kepala dan leher, perkiraan kadar bilirubin 5,0 mg%.
b. Derajat II : Sampai badan atas, perkiraan kadar bilirubin 9,0 mg%.
c. Derajat III : Sampai badan bawah hingga tungkai, bilirubin 11,4 mg%.
d. Derajat IV : Sampai daerah lengan, kaki bawah lutut, 12,4 mg%.
e. Derajat V : Sampai daerah telapak tangan dan kaki, 16,0 mg%.
Bilirubin Ensefalopati Dan kernikterus
Istilah bilirubin ensefalopati lebih menunjukkan kepada manifestasi klinis yang
mungkin timbul akibat efek toksis bilirubin pada system syaraf pusat yaitu basal ganglia
dan pada berbagai nuclei batang otak. Sedangkan istilah kern ikterus adalah perubahan
neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak
terutama di ganglia basalis, pons, dan serebelum.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir (neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira
6mg/dl (Mansjoer at al, 2007). Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit
mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus
obstruksi(bilirubin direk) memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau kuning kotor.
Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat(Nelson, 2007).
Gambaran klinis ikterus fisiologis:
a) Tampak pada hari 3,4
b) Bayi tampak sehat(normal)
c) Kadar bilirubin total <12mg%
d) Menghilang paling lambat 10-14 hari
e) Tak ada faktor resiko
f) Sebab: proses fisiologis(berlangsung dalam kondisi fisiologis) (Sarwono et al, 1994)
Gambaran klinik ikterus patologis:
a) Timbul pada umur <36 jam
b) Cepat berkembang
c) Bisa disertai anemia
d) Menghilang lebih dari 2 minggu
e) Ada faktor resiko
f) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)
2.5 PATOFISIOLOGI
1. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin
oleh kerja heme oksidase, biliverdin reduktase dan agen pereduksi nonenzimatik
dalam sistem retikuloendotelial.
2. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein
intraseluler “Y protein” dalam hati. Pengambilan tergantung pada alairan darahhepatik
dan adanya ikatan protein.
3.Bilirubin yang tidak terkonjugasi dalam hati dirubah (terkonjugasi) oleh enzimasam