BAB 1 PENDAHULUAN Sekilas Nengenai Lembaga Pembiayaan Kehadiran anjak piutang sangat membantu kegiatan bisnis. Merupakan kenyataan bahwa terjadi proses tawar menawar antara pembeli dan penjual,maupun antar penjual agar dapat menjual produk dan jasanya. Salah satu tawaran yang diberikan adalah kemudahan dalam membayar yang berupa pembayaran berjangka. Akan tetapi pemberian fasilitas ini mengandung konsekuensi yang akan berdampak pada kemampuan kas perusahaan. Ini merupakan usaha pemecahan salah satu masalah kadangkala tidak sejalan dengan penyelesaian masalah yang lain.Ambillah contoh, untuk meningkatkan penjualan maka perusahaan dapat meningkatkan penjualan kepada pelanggan dengan cara kredit. Namun disisi lain, peningkatan penjualan dengan cara kredit ini akan menambah rumit dalam pengadministrasian penjualan, karena menyangkut masalah tagihan dan resiko tidak terbayarnya piutang penjualan. Peningkatan penjualan juga menuntut konsekuensi bahwa perusahaan tersebut juga harus menyediakan modal kerja yang lebih besar, karena modal cara tersebut menyebabkan modal kerja perusahaan yang tertanam dalam piutang dagang. Skema pembiayaan yang ditawarkan melalui anjak piutang memberikan satu alternatif solusi terhadap masalah diatas. Jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan anjak piutang tidak hanya sekedar pembiayaan murni melainkan juga jasa non peembiayaan seperti administrasi penjualan dan penagihan piutang dagang. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
Sekilas Nengenai Lembaga Pembiayaan
Kehadiran anjak piutang sangat membantu kegiatan bisnis. Merupakan kenyataan
bahwa terjadi proses tawar menawar antara pembeli dan penjual,maupun antar penjual
agar dapat menjual produk dan jasanya. Salah satu tawaran yang diberikan adalah
kemudahan dalam membayar yang berupa pembayaran berjangka. Akan tetapi pemberian
fasilitas ini mengandung konsekuensi yang akan berdampak pada kemampuan kas
perusahaan. Ini merupakan usaha pemecahan salah satu masalah kadangkala tidak sejalan
dengan penyelesaian masalah yang lain.Ambillah contoh, untuk meningkatkan penjualan
maka perusahaan dapat meningkatkan penjualan kepada pelanggan dengan cara kredit.
Namun disisi lain, peningkatan penjualan dengan cara kredit ini akan menambah rumit
dalam pengadministrasian penjualan, karena menyangkut masalah tagihan dan resiko tidak
terbayarnya piutang penjualan. Peningkatan penjualan juga menuntut konsekuensi bahwa
perusahaan tersebut juga harus menyediakan modal kerja yang lebih besar, karena modal
cara tersebut menyebabkan modal kerja perusahaan yang tertanam dalam piutang dagang.
Skema pembiayaan yang ditawarkan melalui anjak piutang memberikan satu alternatif
solusi terhadap masalah diatas. Jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan anjak piutang
tidak hanya sekedar pembiayaan murni melainkan juga jasa non peembiayaan seperti
administrasi penjualan dan penagihan piutang dagang.
Dalam transaksi anjak piutang, tagihan penjual kepada pembeli dialihkan kepada
perusahaan anjak piutang sehingga penjual tidak perlu menagihnya. Dengan cara ini, kas
yang diterima penjual dapat digunakan untuk membiayai biaya tertentu. Namun, biaya yang
harus dibayarkan tersebut dapat dikompensasi dengan potongan penjualan yang
didapatkan dari pemasok apabila penjual membeli bahan baku secara tunai dari hasil
pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang. Hal ini merupakan inti dari transaksi
anjak piutang yang dilakukan antar penjual dengan perusahaan anjak piutang, yaitu
hubungan yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak. Aspek yang saling
menguntungkan inilah yang menjadi pedoman kunci bagi suksesnya
Sejarah factoring
1
Sejarah usaha jasa anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Factoring
sudah dikenal sejak 2000 tahun lalu-pertama kali digunakan di Mesopotamia. Pertama
kali,bentuk usaha anjak piutang memang masih sangat sederhana.Pihak factor,biasanya
bertindak sebagai agen penjualan yang sekaligus pemberi perlindungan kredit.Kegiatan
semacam ini dikategorikan sebagai general factoring.
General factoring ini kemudian berkembang di daratan Eropa,tepatnya di
Inggris.Perusahaan factor di Inggris pada saat itu sangat membantu para pedagang dari
Plymouth(Amerika) untuk mengageni penjualan mereka di daratan Eropa,dan juga
membelikan barang barang dagangan dari Inggris yang mereka inginkan untuk diimpor ke
Amerika.
Revolusi industri di akhir abad ke 18 turut mendorong pertumbuhan bisnis jasa general
factoring.Mekanisasi alat alat tenun tekstil di Inggris dan tingginya minat beli tekstil di
Amerika,telah menyebabkan meningkatnya transaksi ekspor impor.Perkembangan bisnis
tersebut,otomatis turut memacu pertumbuhan industri factoring di Amerika,terutama di
New York City.Perusahaan factoring di Amerika .
Anjak Piutang saat ini di Indonesia
Sedangkan untuk kawasan Asia Tenggara,anjak piutang pertama kali diperkenalkan
di Singapura pada pertengahan tahun 70-an.Sejak saat itu,transaksi anjak piutang di
Singapura mengalami perkembangan yang sangat pesat baik ditinjau dari jumlah
perusahaan maupun turnover transaksinya.Sedangkan di Malaysia,kegiatan anjak piutang
dimulai pada tahun 1988 dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No 61 tahun
1988.Secara formal,pada awalnya perkembangan usaha anjak piutang di Indonesia belum
begitu popular.Namun,kegiatan anjak piutang di Indonesia secara informal sebenarnya
sudah ada sebelum dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988,yaitu
kegiatan Cheque Discounted atau Cheque yang didiskontokan yang sering dilakukan oleh
para pedagang di pasar pasar.Kegiatan ini sudah berjalan secara informal di tengah
masyarakat dan sudah baku di antara para pedagang di pasar pasar.Biasanya para pedagang
menukar Cek Mundur kepada penyedia dana,dan langsung dipotong dalam
jumlah/persentase tertentu sesuai dengan jangka waktunya.Apabila cek itu tidak ada
dananya,maka penjual cek harus mengganti dengan uang tunai kepada penyedia dana.
2
Keputusan Presiden No 61 Tahun1988 tentang Lembaga Pembiayaan merupakan
usaha pemerintah untuk memformalkan kegiatan anjak piutang yang sudah ada di
masyarakat,dan menjadikan usaha anjak piutang menjadi suatu bagian dari Lembaga
Pembiayyaan,yang juga dapat dilakukan oleh Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Kegiatan anjak piutang di Indonesia berkembang baik sejak adanya Keputusan Presiden No.
61 dan Keputusan Meteri Keuangan No.1251/KMK.13/1988 tanggal 20 desember
1988.peraturan ini terutama untuk memberikan alternatif pembiayaan usaha dari berbagai
jenis lembaga keuangan, termasuk perusahaan anjak piutang
Anjak Piutang sebagai Solusi Cashflow
Perkembangan lalu lintas perdagangan domestik dan antarnegara untuk barang dan
jasa di Indonesia pada dasarnya selalu meningkat baik dari segi jumlah maupun
bentuknya.Peningkatan lalu lintas perdagangan tersebut memberikan pengaruh positif
kepada berbagai kegiatan di sector industri dan jasa,yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keghidupan masyarakat. Merupakan suatu kenyataan bahwa pasti
terjadi tarik menarik antara penjual dan pembeli ataupun antara penjual dan penjual untuk
bisa menjual produk berupa barang dan jasa kepada konsumen.Segala cara akan ditempuh
untuk dapat menjual.Salah satu cara untuk melakukan hal itu adalah dengan memberika
fasilitas pembayaran secara berjangka kepada pembeli.Hal ini merupakan salah satu akibat
dari pergeseran pola sellers market(pasar penjual) kepada buyers market(pasar pembeli).Ini
tidak dapat dihindari oleh para pelaku bisnis.
Pembayaran secara berjangka yang diberikan penjual kepada pembeli sudah pasti
akan mengganggu cashflow perusahaan,sebab penjual yang menanggung resiko.Di sisi
lain,hal seperti ini mengutungkan pembeli.Bagi penjual ini merupakan dilema karena apabila
penjual tidak menerima pembayaran berjangka,kesempatan tersebut akan diambil oleh
penjual lain.
Untuk menjembatani pembayaran berjangka yang dilakukan oleh penjual,jasa anjak
pitang dapat enjadi alternative bagi penjual untuk secepatnya mendapatkan uang tunai atau
mendapatkan sumber pembiayaan baru dalam bentuk instant cash (80% dari nilai invoice)
yang dikaitkan dengan jumlah penjualan kredit.
Hal yang disebut di atas merupakan inti dari transaksi anjak piutang yang dilakuakan antara
penjual dan perusahaan anjak piutang,yaitu hubungan yang saling menguntungkan antara
3
kedua belah pihak.Aspek yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak inilah yang
akan dijadikan pedoman kunci bagi suksesnya transaksi anjak piutang karena permasalahan
cash flow yang diakibatkan kebijaksanaan penjualan berjangka dapat diatasi dengan baik
dan produksi barang dan jasa menjadi lancer.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
ANJAK PIUTANG
1. PENGERTIAN
Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang. Menurut
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember
1988,perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Definisi diatas menjelaskan bahwa jasa yang diberikan dalam suatu kegiatan atas
anjak piutang adalah jasa pembiayaan dan jasa non pembiayaan atas piutang. Pada
kenyataannya kedua jenis ini tidak harus selalu ada dalam perjanjian anjak
piutang,perjanjian anjak piutang ada yang meliputi kedua jenis jasa tersebut dan ada juga
yang hanya meliputi salah satu jenis jasa diatas. Pada dasarnya pilihan atas jenis jasa yang
akan diberikan tergantung pada kesepakatan antar pihak pihak klien Keputusan Menteri
Keuangan tersebut diperbaharui dengan SK Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000
yang menyatakan bahwa Kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan
atau pengurusan piutang atau penagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri. Pernyataan ini dipertegas oleh SK Menteri Keuangan
Nomor 172/ KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam
bentuk pengalihan dan pembelian serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri..
2. KEGIATAN ANJAK PIUTANG
Perusahaan anjak piuatng (factoring)merupakan jenis perusahaan yang relatif baru di
kenal di indonesia.secara resmi adalah dengan dikeluarkannya surat Keputusan Mentri
Keuangan Nomor 1251/ KMK.013/1998,pada hal dibanyak negara lain kegiatan perusahaan
anjak piutang sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu.
Kegiatan uatma perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih pengurusan
piuatng suatu perusahaan dengan suatu tanggung jawab tertentu,tergantung kesepakatan
dengan pihak kreditur(pihak yang punya piutang).Usaha-usaha yang dijalankan oleh
Transaksi dagang jenis ini biasanya dilakukan oleh perusahaan kontrator dalam membuat
proyek-proyek pembangunan dimana pemilik proyek baru akan membayar apabila
kontraktor tersebut bisa melaksanakan pembangunan proyek secara bertahap sesuai
dengan tahapan-tahapan pekerjaan. Jenis trasaksi dagang seperti ini sangat menyulitkan
factor untuk melakukan pembiayaan karena factor tidak mengetahui seberapa jauh
pekerjaan proyek sudah dapat diselesaikan oleh kontraktor.
4.Returnable Sales (barang dapat dikembalikan)
Dalam melakukan pembiayaan anjak piutang, factor selalu berasumsi bahwa trasaksi dagang
antara klien dan custumer sudah selesai dengan baik dengan telah diterimanya
buktinpenerimaan barang/jasa.Apabila model trasaksi ini dilakukan oleh factor maka nilai
dari tagihan sudah tidak utuh lagi akibat pengembalian barang.
5. Pre-invoicing Unfinished Delivery (Penagihan sebelum penagihan selesai)
Transaksi dagang seperti ini akan menyulitkan factor untuk menagih kepada curtomer
apabila barang atau jasa yang dibuat mengalami kerusakan atau kegagalan ataupun
keterlambatan penyerahan barang jasa sehingga client akan mengajukan klaim kepada
customer yang pada akhirnya nilai tagihan atau faktur yang dibiayai menjadi berkurang
sedangkan pada saat awal factor menilai secara penuh sebagai dasar factor pembiayaan
yang dilakukan.
6. Counter sales/back to Back Sales (Sistem Barter)
Transaksi dagang dengan sistem back to back sales yang dilakukan oleh clien atau customer
biasanya lebih bersifat transaksi fiktif atau bersifat transfer pricing, sehingga factor berada
dalam posisi sangat sulit untuk melakukan tagihan terutama apabila client dan costumer
mengalami ketidakcocokan dalam melakukan transaksi.
15
7. Credit Term More Than 180 Days (pembayaran lebih dari 180 hari)
Transaksi dagang yang mempunyai tenggang waktu yang terlampau lama harus di antisipasi
oleh factor.Hal ini penting untuk di analisis untuk mengetahui mengapa client dan curtomer
melakukan trasaksi ini.Sebab secara umum transaksi perdagangan dengan tenggang
pembayaran begitu lama jarang terjadi, kecuali trasaksi fictive ataupun transaksi antar
perusahaan dalam satu grup perusahaan.
8. Transaction With parties In the Same group Of Companies ( Penjualan kepada
Perusahaan dalam Grup Sendiri)
Transaksi antar client dan customer dalam satu grup perusahan dagang perlu diperhatikan
oleh factor karena transaksi ini sering dijadikan transaksi fiktif untuk kepentingan grup
perusahaan tersebut dan juga untuk transper pricing antar satu grup perusahaan.
9. Sales to Individual End User/ General Public ( Penjualan kepada Individual/
perorangan sebagai End User)
Transaksi jenis ini, apabila dibiayai oleh factor, di mana antara klien dan customer tidak
mempunyai hubungan timbale balik yang berkesinambungan, akan membahayakan factor
apabila customer mengalami kelalaian pembayaran.
10. Hit and Run, One Time, Incidental Transaction (Penjualan yang bersifat Insidental/
sekali-sekali)
Transaksi yang dilakukam oleh klien dan customer yang bersifat Hit and Run atau
sekali-sekali dilakukan atau transaksi yang besifat incidental perlu diwaspadai factor, karena
transaksi jenis ini biasanya mengandung bahaya dan kemungkinan tidak tertagih besa.
Sedangkan khusus untuk transaksi export/anjak piutang internasional, terdapat
beberapa transaksi export yang tidak dapat difactorkan ataupun selalu dihindari oleh factor
untuk dibiayai, yaitu:
1. bila transaksi memuat persyaratan progress payment, part payment, retention,
atau deposit oleh importir;
2. Bila ada persyaratan contra sale, consignment sale dengan return arrangement.
3. Bila credit term melampaui 180 hari;
16
4. Bila mayoritas export ditujukan kepada pemerintah dari Negara tujuan.
5. Bila mayoritas export ditujukan kepada importer yang ada kaitannya dengan
exporter (Importir adalah associated atau related companies dari expotir)
5.ANJAK PIUTANG DARI SISI KLIEN
Syarat –syarat Untuk Mendapatkan Fasilitas Anjak Piutang
Untuk mendapatkan fasilitas anjak piutang, client harus sudah mempunyai usaha
yang baik dan menguntungkan. Selanjutnya client mengajukan surat permohonan dengan
melampirkan hal – hal sebagai berikut:
1. Akta Pendirian Perusahaan client beserta perubahan – perubahannya.
2. Surat Pengesahan Pendirian Perusahaan dari Departemen Kehakiman dan
Berita Negara.
3. Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP)
4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
6. Laporan Keuangan 3 tahun terakhir (Audited, bila ada)
7. Bank Statement Account untuk 3 bulan terakhir.
8. Perjanjian jual beli dengan customer.
9. Contoh Invoice/faktur dan credit Note/ Nota Kredit Perusahaan
10. Proffesional Background dari direksi dan/atau komisaris.
11. struktur Organisasi perusahaan client.
12. Data – data lainnya yang akan diminta kemudian, bila diperlu
17
MEKANISME TRANSAKSI ANJAK PIUTANG
18
Client
Tahap Permohonan
Tahap Pengecekan
Ok? Tahap AuditChecking
TahapPembuatan
Customer Profile
KomiteKredit
ACC
Surat Penolakan
Tahap Pengajuan kepada
Komite Kredit
Tahap Pengikatan
TahapPencairan Fasilitas
BagianAdministrasi
Kredit
Perhitungan-perhitungan dalam transaksi anjak piutang
Dalam transaksi anjak piutang, factor biasanya akan mengenakan biaya yang dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) unsur biaya, yaitu:
1. Factoring Charge atau disebut juga Service Charge atau Komisi Factoring atau Biaya
Administrasi.
Biaya ini dikenakan atas jasa nonfinancing yang telah diberikan oleh factor.Besarnya
service charge/Komisi factoring tergantung dari beban kerja dan/atau risiko yang
ditanggung oleh factor atas fasilitas yang diberikan kepada client. Perhitungan
service charge didasarkan pada presentase dari nilai faktur yang dialihkan ke factor
dengan mempehitungkan hal – hal sebagai berikut:
a. Volume Penjualan Client per Tahun
Semakin tinggi nilai penjualan client, semakin besar service charge yang akan
dibebankan kepada client. Selain itu, besarnya service charge dihitung pula dengan
besaran nilai faktur.
b. Jumlah Customer
Jumlah customer merupakan salah satu kriteria menentukan service charge, semakin
banyak utang customer yang dianjakpiutangkan berarti semakin banyak perkerjaan
yang harus dilakukan, maka semakin banyak service charge yang dibebankan.
c. Jumlah Faktur dan Nota Kredit
Jumlah faktur juga menjadi salah satu kriteria dalam menentukan service charge
kepada client. Semakin banyak jumlah faktur atau nota kredit yang dikeluarkan dan
difaktorkan oleh client, semakin banyak pula pekerjaan yang harus dilakukan factor
untuk memeriksa setiap faktur atau nota kredit, meneliti isi faktu apakah sesuai
dengan purchase order – nya dan cocok dengan delivery order – nya, serta
memasukkan data faktur – faktur tersebut ke komputer, jadi semakin banyak faktur
berarti service charge yang dibebankan semakin tinggi.
d. Risiko Kredit Customer
Perhitungan risiko kredit setiap customer juga menjadi dasar perhitungan service
charge. Untuk customer yang terdiri dari perusahaan – perusahaan besar dan
bonafit, maka risiko kreditnya biasa relatif lebih kecil sehingga service charge yang
dikenakan akan menjadi lebih rendah, demikian sebaliknya.
19
Biaya ini biasanya dipotong/dibayarkan pada saat permulaan kontrak perjanjian
anjak piutang ditandatangani dan bersifat nonrefundable atau dapat pula dipotong pada
saat penarikan fasilitas dari jumlah pre – financing yang diberikan oleh factor.
Berikut ini akan kami kemukakan salah satu bentuk cara menghitung sevice charge
yang dapat digunakan oleh perusahaan anjak piutang:
a. Volume penjualan yang akan difaktorkan (per tahun)
(12 X Rp 500.000.000) = Rp 6.000.000.000
b. Jumlah Customer baru 1 (satu)
X Rp 200.000 = Rp 200.000
c. Jumlah customer lama
Rp 100.000 = Rp _
d. Biaya client = Rp 1.000.000
e. Jumlah faktur/credit note (per tahun)
(50 X 12) X Rp 1000 = Rp 600.000
f. Biaya Total (minimum service charge) = Rp 1.800.000
g. Minimum service charge (%) sebelum
Fatur risiko = (f) dibagi (a) X 100% = 0,03%
Faktor Risiko Customer
h. Total factor risiko = 0,4 %
Minimum service charge sesudah factor risiko = 0,43 %
20
Nama Customer % Penjual dari Total Penjualan
Rata – rata (%)
PT XYZ Sejahtera
100% X 0,4 0,4
2. Initial Payment Charge atau lebih dikenal sebagai biaya bunga/discoundted
Biaya bunga akan dikenakan oleh factor kepada client berdasarkan dana yang dipakai
sebagai advanced payment dengan perhitungan hari sebenarnya. Besarnya biaya bunga ini
berkisar antara 2% sampai 3% di atas prime rate yang berlaku dan bersifat negotiable serta
akan ditinjau secara berkala.
Pengenaan biaya bunga atas advanced payment dapat dilakukan di muka (dipotong di
muka) dengan menggunakan perhitungan bunga True Discound Method, sehingga apabila
metode ini dilakukan maka besarnya advanced payment yang diterima oleh client sebesar
neto pembiayaan dikurangi dengan bunga secara True Discound. Sedangkan apabila
perhitungan bunga dilakukan di belakang maka dasar pengenaan bunga mempergunakan
rumus simple interest dengan hari sebenarnya, sehingga advanced payment yang diterima
oleh clientsama dengan neto pembiayaan. Apabila metode ini digunakan, besarnya
pembebanan bunga dilakukan setiap akhir bulan berdasarkan jumlah dana yang terpakai
atau sama dengan system rekening Koran.
Rumus True Discount Method
Pokok Pembiayaan – Pokok Pembiayaan X 365
(R X N) + 365
= Rp. 100.000.000, - Rp 100.000.000 X 365
(35% X 89) + 365
= Rp 7.863.183
Bunga yang akan dibebankan oleh factor sebesar Rp 7.863.183 sehingga jumlah
advanced payment yang diterima oleh client Rp 92.136.817.
21
Rumus Simple Interest: Pokok pembiayaan X N/360 X R%
= Rp 100.000.000 X 89/360 X 35%
= Rp 8.625.778
Bunga yang harus dibayar oleh client adalah sebesar Rp 8.625.778, sedangkan jumlah
advanced payment yang diterima oleh client adalah sebesar Rp 100.000.000 karena bunga
akan dibayar belakangan.
Facility Fee atau juga biasa disebut provisi kredit akan dikenakan berdasarkan persentase
tertentu dari plafond yang telah disetujui oleh factor dan dibebankan setiap perpanjangan
fasilitas anjak piutang. Adapun besarnya facility fee berkisar antara 0,5% sampai 1% dari
planfond pembiayaan sebagai contoh, PT ABC Sukses Mandiri telah menyetujui planfond
pembiayaan anjak piutang sebesar Rp 1.000.000.000 untuk itu yang bersangkutan
dikenakan facility fee sebesar 0,5% maka facility fee yang wajib dibayar adalah Rp 5.000.000
(lima juta rupiah). Biaya ini biasanya dikenakan pada awal kontrak sebelum pencairan
pertama.
6. ANJAK PIUTANG DARI SISI FAKTOR
Prospek Usaha Anjak Piutang
Kegiatan perekonomian Indonesia selama ini masih sangat tergantung pada
perkembangan ekspor migas.Sementara itu, perkembangan ekspor migas di pasar
internasional menghadapi tantangan yang cukup berat.Dengan belum stabilnya harga-harga
migas ditambah pula terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah yang tidak menentu, hal ini
sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian. Untuk mengatasi keadaan ini,
ketergantungan akan ekspor migas harus sedapat mungkin dikurangi.
Kebijakan yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengembangan dan peningkatan kegiatan ekspor non-migas, antara lain dengan meningkatkan efisiensi perusahaan.
Penilaian Resiko
Bisnis anjak piutang pada dasarnya merupakan kegiatan usaha yang mengandung
resiko. Ada beberapa resiko yang mengandung bisnis pembiayaan yaitu resiko klien dan
22
resiko yang berhubungan dengan unsure non-resourse yaitu resiko atas kredit customer
atau disebut debtor risk.
1.Resiko Klien
Penilaian perusahaan anjak piutang dalam mengantisipasi resiko dari klien terdiri
dari 2 tahap. Yang pertama, perusahaan anjak piutang perlu memiliki keyakian mengenai
kemampuan keuangan calon klien. Kedua, kualitas piutang yang akan dibeli.
.Kemampuan keuangan
Penilaian atas kemapuan keuangan disini dapat dinilai baik pada masa lalu, kondisi
sekarang maupun dimasa yang akan dating. Kegiatan orerasi dan kinerja keuangan terakhir
calon klien akan memberikan latar belakang informasi yang berguna. Banyak calon klien
yang melakukan bisnisnya yang belum begitu lama, olek karena itu perusahaan anjak
piutang harus mempelajari bagaimana dan kenapa bisnis tersebut dilakukan, serta
bagaimana produk dan organisasi dikembangkan. Selanjutnya, perusahaan anjak piutang
peril juga melakukan analisis terhadap laporan keuangan klien yang telah diaudit. Penilaian
posisi terakhir keuangan klien akan memberikan suatu dasar untuk menilai kemampuan
keuangannya dimasa yang akan dating. Penilaian kondisi keungan klien dan propeknya
dilakukan dengan menilai berbagai aspek yaitu antara lain:
a. Keadaan keuangan
Keadaan keuangan klien yang dapat dilihat dari laporan keuangan terutama yang
telah diaudit untuk periode terakhir. Cakupan dan kualitas pembukuan masing-masing klien
biasanya sangat bervariasi oleh karena itu perusahaan anjak piutang perlu meminta
penjelasan dari klien mengenai data-data keuangan yang meragukan dalam rangka
pengambilan keputusan.
b. Kredit klien
Penilaian terhadap kredito-kreditor pihak klien perlu pula dilakukan untuk
mengetahui apakah mereka dibayar sesuai dengan jangka waktu yang mereka sepakati.
Penelitian tersebut akan memberikan informasi mengenai keadaan dan kegiatan usaha klien
antara lain:
1) apakah klien hanya bergantung pada 1 pemasok bahan mentah atas suatu
komponen. Kalau perlu perusahaan anjak piutang dapat memeriksa langsung
2) Apakah klien sering menunggak pembayaran utangnya pada pemasok.
3) Laporan bank misalnya 10 bulan terakhir untuk mengetahui saldo gironya
dan pinjaman-pinjamannya.
Selanjutnya dalam menilai apakah klien memiliki kemampuan keuangan, perusahaan anjak piutang harus pula mempertimbangkan prospek kliennya. Dengan meneliti keadaan keuangan dan pihak-pihak yang terlibat dengan klien lainnya, maka pada dasarnya dapat dilakukan perkiraan mengenai prospek klien yang bersangkutan.
7. MANFAAT DAN PENILAIAN RESIKO ANJAK PIUTANG
Manfaat Anjak Piutang
Dengan adanya jasa dari perusahaan anjak piutang, klien mendapat manfaat dari
transaksi yang diberikan. Klien mendapat kas langsung dari penjualannya dalam bulan
berjalan dan tidak perlu menunggu waktu sampai pembayaran dari konsumen. Dengan
demikian, likuiditas perusahaan akan lebih terjamin dan modal kerja akan terus bergulir. Kas
yang diperoleh dari perusahaan anjak piutang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan biaya
produksi.Biaya produksi dapat dipangkas dengan memanfatkan diskonto dari para pemasok
karena melakukan pemberian tunai. Pemberian tunai pasti mendapat diskon. Besarnya
diskon dapat digunakan untuk mengompensasi biaya bunga yang dibayarkan kepada pihak
perusahaan anjak piutang.
Klien juga dibantu dari sisi administrasi piutang. Klien tidak perlu lagi melakukan penagihan
kepada konsumen karena perusahaan anjak piutang yang akan melakukannya sekaligus
memberikan posisi pitang kepada klien. Laporan ini juga akan berguna ketika konsumen
mengajuan kembali permohanan pembelian secara kredit.
a.Bagi Klien
Manfaat yang dapat diterima klien yaitu:
1. Manfaat karena jasa pembiayaan dan
2. Manfaat yang diterima karena menerima jasa non pembiayaan.
Ad 1. Jasa pembiayaann
Peningkatan penjualan.
Adanya pembiayaan memungkinkan klien melakukan penjualan dengan cara kredit.
Penjualan dengan cara kredit ini sebenarnya sulit untuk dilakukan apabila klien mengalami
kesulitan modal. Namun dengan adanya jasa anjak piutang, klien mampu menjual secara
kredit. Penjualan secara kredit meningkatkan kemampuan dan daya tarik bagi pembeli
dengan dana terbatas untuk melakukan pembelian pada klien.
Kelancaran modal kerja.
Jasa anjak piutang memungkinkan klien untuk mengonversikan piutangnya yang
belum jatuh tempo menjadi dana tunai dengan prosedur yang relatif mudah dan cepat.
Tersedianya dana tunai yang lebih besar ini dapat dimanfaatkan oleh klien untuk mendanai
kegiatan operasional klien seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji pegawai dan
lain-lain.
Pengurangan resiko tidak tertagihnya piutang.
Pembiayaan dengan skema without recourse memungkinkan adanya pengalihan
sebagian resiko tidak tertagihnya piutang kepada factor. Pengalihan resiko ini sangat
menguntungkan bagi kelancaran dan kepastian usaha bagi pihak klien.
Ad 2. Jasa Nonpembiayaan
Memudahkan penagihan piutang.
Jasa penagihan piutang yang diberikan oleh factor menyebabkan klien tidak perlu
secara langsung melakukan penagihan piutang kepada nasabah, sehingga waktu dan tenaga
karyawan dapat dimanfaat untuk menlakukan kegiatan lain yang lebih produktif.
Efisiensi usaha.
Jasa administrasi penjualan memungkinkan klien untuk mengelola kegiatan
penjualannya secara lebih rapi dan efisien karena administrasinya dikelola oleh pihak
(factor) yang sudah berpengalaman.
Peningkatan kualitas piutang.
Jasa administrasi penjualan memungkinan pemberian fasilitas kredit kepada
pembeli secara lebih selektif sehingga kemungkinkan tertagihnya piutang menjadi lebih
tinggi
25
Memudahkan perencanaan arus kas(cash-flow)
Jasa investigasi piutang memungkinkan klien untuk melakukan perkiraan waktu dan
jumlah piutang yang dapat ditagih, sehingga memudahkan proyeksi arus kas usaha secara
keseluruhan.
b.Bagi Factor
Manfaat utama yang diterima factor adalah penerimaan dalam bentuk fee dari pihak
klien. Fee tersebut terdiri dari:
Discount fee atau charge.
Fee ini dibayarkan oleh klien karena factor memberikan jasa pembiayaan (uang muka)
atas piutang yang diberikan oleh factor. Charge diperhitungkan sebesar persen tertentu
terhadap besarnya pembiayaan yang diberikan atas dasar:
resiko tertagihnya
jangka waktu
rata-rata tingkat bunga
Service .
Fee ini dibayar oleh klien kepada factor karena factor memberikan jasa
nonpembiayaan yang nilainya ditentukan sebesar persentase tertentu dari piutang atas
dasar beban kerja yang dilakukan oleh factor.Semakin besar volume penjualan, maka fee ini
juga semakin besar. Semakin sulit penagihan piutang, maka fee ini juga besar.
C.Bagi Nasabah
nasabah memperoleh manfaat berupa:
kesempatan unntuk melakukan pembelian secara kredit.
Kehadiran jasa pembiayaan memungkinkan klien untuk melakukan penjualan secara
kredit.
Layanan penjualan yang lebih baik.
Jasa administrasi penjualan memungkinkan klien melakukan penjualan dengan lebih
cepat dan tepat.
26
8.PENILAIAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG
Aspek klien yang dinilai anjak piutangnya
perusahaan anjak piutang menyusun kesimpulan mengenai aspek klien yang dinilai anjak
piutang, yaitu:
1. riwayat piutang macet.
Penilaian atas riwayat piutang macet minimal 3 tahun sebelumnya. Penilaian tersebut
bukan hanya mengenai besarnya persentase tetapi juga menyangkut pola atau sebab-sebab
timbulnya kerugian tersebut.
2. penilaian kredit oleh klien.
Ketiadaan pemeriksaan kredit secara formalakan menyebabkan semakin tingginya
kerugian. Perusahaan factoring harus meneliti prosedur atau tata cara yang digunakan oleh
calon klien mengenai penilaian kredit kepada pelanggannya. Hal tesebut perlu untuk menilai
pengaruhnya terhadap terjadinya kemacetan kredit di masa lalu.
3. Manajemen kredit oleh klien.
Semakin lama jangka waktu kredit semakin sulit dilakukan penagihan. Penilaian jangka
waktu kredit macet dan prosedur penagihan dari calon klien akan dapat memberikan
informasi apakah kerugian tersebut dapat dihindari apabila menggunakan sistem dan
prosedur penagihan serta sistem peringatan. Meskipun cara tersebut tidak menjamin
sepenuhnya terhindarnya dari kerugian akibat kredit macet akan tetapi sekurangnya akan
memperkecil kerugian dengan cara menolak atau tidak melanjutkan pengiriman barang
kepada customer yang bersangkutan pada waktunya.
4. Industri.
Perusahaan factoring yang sudah berpengalaman akn mengetahui tingkat resiko piutang
macet atas suatu industri.
5. Persyaratan Kredit
Jangka waktu kredit yang diberikan oleh klien kepada beberapa customernya mungkin
lebih panjang daripada biasanya, misalnya lebih dari 30 hari. Pemberian jangka waktu kredit
akan semakin besar dibandingkan bila jangka waktu kredit jauh lebih pendek.
Konsekuensinya resiko kredit jadi lebih besar.
27
6. Sifat customer.
Perusahaan factoring dapat memperoleh informasi mengenai pelanggan yang
bersangkutan melalui pusat informasi kredit yang mungkin dibentuk oleh organisasi industri
sejenis misalnya pengusaha pakaian atau asosiasi segmen-segmen usaha lainnya.
7. Pola pembelian.
Customer yang melakukan pembelian secara teratur setiap bulan akan lebih mudah
memonitor daripada customer yang melakukan pembelian hanya setiap 3 bulan atau lebih.
Setelah penelitian pokok atas resiko kredit secara individu, maka pengelolaan kredit
mempengaruhi tingkat piutang macet dalam jumlah yang cukup besar.
8. pengembalian utang
Kecepatan pembayaran pihak cus tomer sejalan dengan prosedur penagihan yang dapat
menunjukan apakah calon klien tersebut adalah supllier yang disenangi atau tidak.
Pengembalian kredit relatif jangka waktu pendek suatu industri akan mengurangi tingkat
resiko.
Prospek Usaha
Penilaian terhadap prospek perusahaan factoring harus mampu menentukan jika pertumbuhan penjualan disebabkan oleh meningkatnya bisnis dengan customer lama atau karena adanya tambahan penjualan kepada customer baru.Dalam hal ini customer baru mungkin memilikikualitas yang tinggi atau rendah daripada customer lama tergantung pada penetrasi terhadap prospek pasar yang dilakukan.
28
BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan
Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988,perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Pihak yang terkait dalam kegiatan anjak piutang meliputi:a.Perusahaan jasa anjak piutang (factor).
Factor adalah pihak yang memberikan jasa anjak piutang. b.Klien (client).
Klien adalah pihak yang menerima jasa anjak piutang dan menjual barang dan jasa secara kredit kepada nasabah.
c.Nasabah (customer).Nasabah adalah pihak yang membeli barang atau jasa dari klien dan mempunyai kewajiban berupa utang jangka pendek kepada klien.
Dengan adanya jasa dari perusahaan anjak piutang, klien mendapat manfaat dari transaksi yang diberikan. Klien mendapat kas langsung dari penjualannya dalam bulan berjalan dan tidak perlu menunggu waktu sampai pembayaran dari konsumen. Dengan demikian, likuiditas perusahaan akan lebih terjamin dan modal kerja akan terus bergulir. Kas yang diperoleh dari perusahaan anjak piutang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan biaya produksi.
B.Saran
C.Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.