BAB II
2.1 Definisi Anestesi Lokal di Bidang Kedokteran GigiDalam
bidang kedokteran gigi, anestesi local biasanya digunakan untuk
mengurangi nyeri, sehingga pasien merasa nyaman saat dilakukan
tindakan oleh dokter gigi dan dokter gigi pun mampu bekerja dengan
baik. Selain itu, anastesi lokal juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan penyebab nyeri pada wajah.Anestesi lokal dalam
buku Handbook of Local Anesthesia karangan Malamed didefinisikan
sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu dan terbatas yang
dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi
ujung serabut saraf ataupun karena inhibisi pada proses konduksi
pada nervus perifer. Sedangkan dalam medicalnewstoday.com anestesi
local adalah obat yang menstabilkan membrane yang mendapatkan
anestesi dengan bekerja pada jalan saraf, menghentikan pengiriman
sinyal ke otak. (Local anesthetics are membrane stabilizing drugs
that achieve anesthesia by acting on certain nerve pathways,
stopping pain signals being sent by the nerves to the brain)2.2
Evalusia pra anestesiSebelum memulai perawatan dental menggunakan
anestesi, operator harus mengetahui apakah prosedur yang akan
dilakukan aman bagi pasien baik secara fisik ataupun psikologis.
Hal ini berhubungan dengan salah satu efek dari obat- obatan
anestesi lokal yaitu efek depresan. Selain itu, obat- obatan
anestesi lokal pun memiliki efek samping lain berupa bronkospasm
yang sering kali menyebabkan hiperventilasi maupun vasodepressor
sinkop. Karena resiko yang ditimbulkan oleh obat anestesi local ini
berbahaya maka kita harus mengevaluasi keadaan umum pasien sebelum
melakukan tindakan anestesi. Persiapan pra anastesi ini mencakup
tiga persiapan, yaitu, persiapan pasien, persiapan diri anestetis
dan persiapan alat dan bahan.Persiapan pada pasien ini meliputi
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam anamnesis, pasien ditanyakan
tentang riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita, penyakit
penyerta, penyakit herediter, obat- obatan yang sedang dikonsumi,
riwayat alergi, kebiasaan hidup (olahraga, merokok, minuman
beralkohol), dan juga beberapa keluhan- keluhan yang mungkin
dialami oleh pasien. Penyakit- penyakit yang umumnya ditanyakan
kepada pasien dalam evaluasi praanestesi adalah kelainan jantung,
hipotensi, diabetes, gagal ginjal, penyakit liver, alergi terhadap
obat, hipertensi, rematik, asma, anemia, epilepsy, serta kelainan
darah.Pemeriksaan fisik praanestesi yang perlu dilakukan adalah
inspeksi visual untuk mengobservasi adanya kelainan pada postur
tubuh pada pasien, gerakan tubuh, bicara, dan sebagainya; evaluasi
tanda vital; serta status kesehatan fisik menurut ASA. Dalam
evaluasi praanestesi ini pula ditanyakan tentang ketakutan pasien
sebelum dilakukan anestesi sehingga keadaan psikologis pasien dapat
pula dievaluasi.Persiapan anestetis, berupa anestetis harus sehat
fisik dan psikis, memiliki pengetahuan dan keterampilan anestesi
yang memadai, dan memiliki mental yang baik untuk mengatasi jikalau
terjadi keadaan yang mengancam jiwa pasien.Persiapan alat dan bahan
anestesi, alat yang biasa digunakan adalah syringe untuk
menyutikkan bahan atau agen anestesi lokal kedaerah yang akan
dianestesi. hal ini perlu diperhatikan agar penyuntikan berjalan
cepat dan lancar. Kemudian siapkan mukosa yang akan disuntik, dan
siap dilakukan penyuntikan langsung pada daerah yang
dikehendaki.2.3 Macam-Macam Obat Anestesi Lokal dan
Vasokonstriktor2.3.1 Anestesikum lokalAnestetikum lokal yang ideal
sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara
permanen, harus efektif dengan pemberian secara injeksi atau
penggunaan setempat pada membran mukosa dan memiliki toksisitas
sistemik yang rendah. Mula kerja bahan anestetikum lokal harus
sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga
operator memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tindakan
operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa
pemulihan. Zat anestesi lokal juga harus larut dalam air dan
menghasilkan larutan yang stabil, serta tahan pemanasan bila
disterilkan tanpa mengalami perubahan. Berdasarkan ikatan kimianya
anestesikum local dibagi menjadi golongan ester, amida, dan
Quinolon.EsterAmidaQuinolin
Benzoic acidPara-amobenzoic acid
Butacaine Chloroprocain Articain centbrucidine
CocaineProcaine Bupivacain
Benzocaine propoxycaineDibucain
HexylcaineTidocain
Piperocaine Lidocain
Tetracaine Mepivacain
Prilocain
Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan
golongan amida adalah ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah
rusak dibandingkan ikatan kimiawi golongan amida sehingga golongan
ester kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat disimpan lama.
Bahan anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena
itu bahan golongan amida dapat dimasukkan kedalam autoklaf,
sedangkan golongan ester tidak bisa. Hasil metabolisme golongan
ester dapat memproduksi paraaminobenzoate (PABA), yaitu zat yang
dapat memicu reaksi alergi, sehingga golongan ester dapat
menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang menjadi alasan bahan
anestetikum golongan amida lebih sering digunakan daripada golongan
ester.2.3.2 vasokonstriktorVasokonstriktor merupakan obat yang
mengkonstriksi pembuluh darah dan mencegah perfusi jaringan. Tujuan
dari penambahan vasokonstriktor pada anestesi local adalah sebagai
berikut: Menurunkan aliran darah (perfusi) ke daerah injeksi
Memperlambat absoprsi anestesi local ke system kardiovaskuler
Menurunkan kadar anestesi local pada daerah sehingga menuurunkan
toksisitas Meningkatkan durasi kerja dari obat anestesi Menurunkan
resiko pendarahan pada daerah pemberian obat.Klasifikasi
Vasokontriktor ini ada bermcam-macam, ada yang berdasarkan struktur
kimia dan ada juga yang berdasrkan cara kerja. Berdasarkan struktur
kimianya dibagi menjadi molekul yang mengandung catecholamine dan
yang tidak mengandung catecholamineCatecholamineNon
catecholamine
EpinephrineAmphetamine
NorepinephrineMethamphetamine
IsoproterenolEphiderine
DopamineHudroxyamphetamine
Levonordetrin Metaminol
Phenylephrine
Sedangkan berdasarkan kerja obatnya,vasokonstriktor dapat
dibagimenjadi direct-acting, indirect-acting, dan
mixed-acting.Direct Indirect Mixed
EphinephrineAmphetamineMetaraminol
NorepinephrineMethamphetamineEphedrine
LevonordefrinHydroxyamphetamine
Isoprterenol
Dopamine
Methoxamine
Phenylephrine
Berikut merupakan tabel mula kerja (OOA) dan masa kerja (DOA)
dari anestesikum lokal dengan vasokonstriktor.
2.5 Teknik Anestesi Infiltrasi untuk Rahang Atas dan Rahang
BawahTeknik anestesi infiltrasi lokal merupakan teknik dimana small
terminal nerve ending pada area yang akan dilakukan tindakan bedah
dialiri dengan larutan anastesi lokal, sehingga efek anestesi hanya
terbatas pada tempat difusi cairan anestesi tepat pada area yang
akan dilakukan instrumentasi. Teknik infiltrasi dapat dibagi
menjadi:1. Teknik infiltrasi submukosaJarum diinsersikan dan cairan
anestesi didepositkan ke dalam jaringan di bawah mukosa sehingga
larutan anestesi berdifusi pada tempat tersebut.2. Teknik anestesi
infiltrasi papilla interdentalTeknik ini sebenarnya termasuk teknik
submukosa yang dilakukan pada papila interdental yang melekat
dengan periosteum.Teknik ini diindikasikan terutama pada
gingivectomy, yang memerlukan baik efek anestesi maupun efek
hemostatis dari obat anestesi.
3. Teknik infiltrasi supraperiosteal
Indikasi:a. Anestesi pulpa pada gigi maksila ketika hanya
terbatas pada 1-2 gigi. Pada daerah ini bila larutan didepositkan
di luar periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum,
bidang kortikal, dan tulang medularis ke serabut saraf. Dengan cara
ini anestesi pulpa gigi dapat diperoleh melalui penyuntikan di
sepanjang apeks gigi.b. Anestesi jaringan lunak ketika
diindikasiakan untuk prosedur bedar pada area tertentu
Kontraindikasi a. Infeksi/inflamsi akut pada area injeksi b. Dense
bone yang menutupi apeks gigi Keuntungan a. Keberhasilan anestesi
tinggi b. Teknik injeksinya mudah c. Biasanya secara keseluruhan
tidak menyebabkan trauma Kerugian Tidak cocok untuk area yang luas
karena akan dibutuhkan insersi jarum yang banyak dan dibutuhkan
tambahan larutan anestesi dalam jumlah besar Alternatif Anestesi
block nervus regional Teknik dalam melaksanakan infiltrasi
supraperiosteal Direkomendasikan menggunakan jarum pendek 25- atau
27-gauge Prosedur Siapkan jaringan yang akan diinjeksi Bersihkan
Aplikasikan topikal antiseptik Aplikasikan topikal anestesi Arahkan
bevel jarum (menghadap tulang) Angkat bibir: tarik jaringan dengan
kencang Tahan syringe paralel dengan long axis gigi
Insersikan jarum setinggi mukobukal fold darii gigi target
Naikkan jarum hingga setinggi atau diatas daerah apikal gigi.
Kedalaman penetrasi hanya beberapa milimeter, jarum berada pada
jaringan lunak Aspirate Jika negatif, tambahkan kurang lebih 0.5 ml
(sepertiga cartridge) secara perlahan (30-35 detik), jangan sampai
menyebabkan jaringan membengkak (seperti balon) Secara pelahan
tarik syringe Tutup jarum Tunggu 2-3 menit sebelum melakukan
prosedur
c. Teknik infiltrasi subperiostealPada teknik ini, larutan
anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal.Karena
struktur ini terikat erat, suntikan tentu terasa sakit. Karena itu,
suntikan ini hanya digunakan apabila tidak ada alternatif lain.
Teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila
suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi
walaupun biasanya pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan
intraligamen.
d. Teknik infiltrasi intraseousInjeksi dilakukan ke dalam
struktur tulang, setelah terlebih dahulu dibuat suatu jalan masuk
dengan bantuan bur. Langkah-langkah Suntikan superperiosteal
diberikan dengan cara biasa Dibuat insisi kecil melalui
mukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah dilakukan untuk
mendapat jalan bagi bur dan reamer kecil Buat lubang melalui bidang
kortikal bagian luar tulan, lubang harus terletak di dekat apeks
gigi dengan posisi sedemikian rupa segingga tidak merusak akar
gigi
Jarum pendek dengan hub yang panjang diinsersikan melalui lubang
dan diteruskan ke tulang, Larutan anestesi 0,25 ml didepositkan
perlahan ke ruang medularis dari tulang. Jarum pendek dengan
hubungan yang panjang diinsersikan melalui lubang dan diteruskan ke
tulang Larutan anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang
medularis dari tulang.Teknik suntikan intraseous akan memberikan
efek anestesi yang baik pada pulpa disertai gangguan sensasi
jaringan lunak yang minimal. Walaupun demikian biasanya tulang
alveolar akan terkena trauma dan cenderung tejadi rute infeksi.
Prosedur asepsis yang tepat pada tahap ini merupakan keharusan.
e. Teknik infiltrasi intraseptalTeknik ini merupakan modifikasi
dari teknik intraosseous, dimana jarum disuntikkan ke dalam tulang
alveolar bagian interseptal diantara kedua gigi yang akan
dianestesi. Indikasi diantarany, anestesi yang menyeluruh sulit
diperoleh, bila akan dipasang gigi tituan immediate, dan bila
teknik supraperiosteal tidak mungkin digunakan. Teknik ini biasanya
dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan injeksi intraosseous.
Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut: Jarum 27 gauge
diinsersikan pada tulang lunak di crest alveolar
Larutan dideposisikan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang
medularis serta jaringan periodontal untuk memberikan efek
anestesi
2.6 Teknik Anestesi Blok Rahang BawahAda beberapa metode
mengatasi rasa sakit dengan anestesi lokal. Terdapat tiga tipe
utama injeksi anestesi loka, yaitu infiltrasi lokal, field block
dan nerve block. Infiltrasi lokal adalah teknik pemberian anestesi
lokal pada ujung saraf kecil yg berada dalam area perawatan dental
. Nerve block adalah teknik pemberian anestesi lokal didepositkan
mendekati batang saraf. Keberhasilan anestesi pulpa pada gigi
mandibular lebih sulit untuk dicapai. Rata-rata keberhasilan 80-85%
untuk memblok saraf alveolar interior, lokasi yang sering
diadministrasikan injeksi pada mandibula. Keberhasilan rendah
terjadi dikarenakan densitas yang lebih besar dari buccal alveolar
plate, akses terbatas ke saraf alveolar inferior, dan variasi
anatomi. Walaupun 80% rata-rata keberhasilan bukan angka yang
rendah, namun perlu dipertimbangkan jika 1 dari 5 pasien memerlukan
injeksi kembali untuk mencapai anestesi yang adekuat. (Malamed,
1997)
Tingkat keberhasilan memblok saraf alveolar inferior lebih
rendah daripada memblok saraf lain (maksila). Dikarenakan anatomi
dari mandibular (primarily the density of bone), operator
menempatkan larutan anestesi lokal 1 mm dari saraf target. Tingkat
kesuksesannya rendah dikarenakan 2 faktor, yaitu variasi anatomi
tinggi foramen mandibular pada sisi lingual ramus dan kedalaman
yang lebih besar dari jaringan lunak untuk berpenetrasi sehingga
mengganggu akurasi injeksi.
Memblok saraf insisif menyebabkan anestesi pulpa ke gigi
anterior hingga ke foramen mentale. Memblok saraf insisif adalah
alternative dari memblok saraf alveolar inferior.
Gow-Gates mandibular nerve block menganestesi pulpa gigi
mandibular. Teknik ini memblok mandibular V3. Keuntungan dari
teknik ini adalah masalah dengn variasi anatomi tinggi foramen
mandibular terhindari dan anestesi cabang sensoris saraf V3 lainnya
( lingual, bukal dan mylohyoid) mencakup saraf alveolar inferior.
Keberhasilan hingga 95% dapat dicapai oleh operator yang
berpengalaman.
Closed-mouth mandibula nerve block adalah teknil untuk memblok
saraf V3 lainnya. Teknik ini membantu dokter gigi pada situasi yang
sulit, seperti pasien dengan pembukaan mandibula tebatas
dikarenakan infeksi, trauma atau post-injeksi trismus. Dikenal juga
dengan nama teknik Vazirani-Akinosi. Kebanyakan praktisi
menggunakan teknik ini secara rutin pada lengkung mandibular.
Keberhasilannya lebih dari 80% dalam kondisi trismus yang berat
dimana kesuksesannya kecil jika menggunakan teknik blok alveolar
inferior dan Gow-Gates .
INFERIOR ALVEOLAR NERVE BLOCKTeknik ini sering digunakan dan
mungkin adalah teknik injeksi yang penting dalam kedokteran gigi.
Namun menjadi teknik yang paling mengesalkan dengan persentase
kesalahan klinis yang tinggi (kira-kira 15-20%) meskipun
diadministrasikan dengan tepat. Teknik ini berguna untuk quadrant
dentistry. Supllemental block ( saraf bukal) diperlukan hanya jika
anestesi jaringan lunak pada daerah bukal posteror diperlukan. Pada
kasus yang jarang injeksi supraperiosteal (nfiltrasi) mungkin
diperlukan dalam regio insisif bawah untuk membenarkan anestesi
partial dikarenan overlap dari serabu saraf bagian kontralateral.
Injeksi ligament periodontal diperlukan saat isolasi dari gigi
mandibular ( biasanya akar mesial dari molar pertama yang) tetap
sensitif setelahnya maka dinyatakan sukses blok saraf alveolar
inferior. Adminstrasi blok saraf alveolar inferior bilateral jarang
digunakan untuk perawatan dental dibandingkan bedah mandibular
bilateral. Mereka menghasilkan kegagalan, terutama dari anastesi
jaringan lunak lingual yang berlangsung selama beberapa jam setelah
injeksi. Pasien tidak dapat menelan dan, karena kurangnya indra
perasa, pada hal ini akan terjadi self-injure , sama dengan
ketidakmampuan berlafal dengan baik. Lebih dipilih untuk melalukan
perawatan dikeseluruhan sisi kiri atau kanan dari kavitas oral
(maksila dan mandibular) pasien dalam satu kali perjanjian dari
pada mengadministrasikan nlok sarafalveolar inferior bilateral.
Pasien lebih dapat mentoleransi ketidaknyamanan post perawatan
anestesi bilateral maksila daripada bilateral mandibular.
Anestesi mandibular bilateral sering digunakan pada pasien yang
mencakup 6-8 gigi anterior bawah yang memerlukan prosedur restorasi
atau prosedur jaringan lunak. Dua alternative dari blok saraf
alveolar inferior bilateral yaitu, pertama dengan blok saraf
insisif bilateral (tidak perlukan anestesi jaringan lunak lingual)
dan kedua, dengan blok saraf alveolar inferior unilateral pada sisi
dengan jumlah gigi lebih banyak yang akan direstorasi atau sisi
dengan intervensi lingual yang lebih besar dikombinasikan dengan
blok saraf insisif pada sisi berlawanan. Perlu diingat bahwa blok
saraf insisif tidak mencakup anestesi jaringan lunak lingual, yang
mencakup bagian ini adalah teknik infiltrasi.
Other common name : mandibular blockNerves anesthetized1.
Alveolar inferior, cabang dr divisi posterior mandibular2. Ujung
cabang alveolar inferior : insisif dan mentale3. Lingual
Areas anesthetized1. Gigi mandibular hingga kemidline2. Badan
mandibular, bagian inferior ramus3. Buccal mucoperiosteum, membrane
mukosa anterior ke molar pertama mandibular (saraf mental)4. 2/3
anterior lidah dan dasar kavitas oral (saraf lingual)5. Jaringan
lunak lingual dan periosteum (saraf lingual)Indication1. Prosedur
pada beberapa gigi mandibular dalam 1 quadrant2. Ketika diperlukan
anestesi jaringan lunak bukan (anterior moalr pertama) 3. Ketika
diperlukan anestesi jaringan lunak lingualContraindication1.
Infeksi atau inflamasi akut di area injeksi2. Pasien dengan
kebiasaan menggigit bibir dan lidah contoh anak kecil atau
anak-anak atau orng dewasa yang cacat mental atau fisik
(handicapped)
AdvantagesSatu injeksinya mencakup anestesi dengan area yang
luas (berguna untuk quadarant denstistry)Disadvantages1. Anestesi
area yang luas ( tidak diperlukan untuk prosedur terlokalisasi )2.
Tingkat kegagalan anestesi (15-20%)3. Landmark intraoral tidak
selalu dapat diandalkan4. Aspirasi positif ( 10-15% )5. Anestesi
lingual dan bibi bawah, bias gagal atau berbahaya pada beberapa
individu6. Partial anestesi memungkinkan jika ada perpecahan saraf
alveolar inferior dank anal mandibularPositive aspiration :
10-15%Alternative1. Mental nerve block, untuk anestesi jaringan
lunak anterior gigi molar pertama2. Incisive nerve block, untuk
anestesi pulpa dan jaringan lunak buka gigi anterior hingga foramen
mental3. Supraperiosteal injection, untuk anestesi pulpa pada
insisif sentral danlateral dan kadang premolar4. Gow-gates
mandibular nerve block5. Vazirani-Akinosi mandibular nerve block6.
PDL injection, untuk anestesi pulpa untukbanyak gigi di
mandibular7. Intraosseous injection, untuk anestesi osseous dan
jaringan lunak di beberapa region mandibular 8. Intraseptal
injection, untuk anestesi osseous dan jaringan lunak di beberapa
region mandibular Technique1. Untuk pasien dewasa direkomendasikan
jarum panjang 5-gauge2. Area insersi : membrane mukosa pada sisi
medial ramus mandibular, pada pertemuan antara dua garis yaitu
garis horizontal menunjukkan tinggi injeksi dan garis vertical
menunjukkan bidang anteroposterior injeksi3. Area target : saraf
alveolar inferior melewati bagian bawah menuju foramen mandibular
tapi sebelum mencapai foramen4. Landmarks :a. Coronoid notchb.
Pterygomandibular raphec. Bidang occlusal gigi posterior
mandibular5. Orientasi bevel : sedikit lebih kritis dari teknik
blok lain, karena jarum mendekati saraf alveolar inferior kira-kira
pada sudut yang tepat6. Prosedur a. Posisi administrator yang
benar(1) Untuk blok saraf alveolar inferior kanan, administrator
tangan kanan, duduk diposisi jam 8 menghadap ke pasien(2) Untuk
blok saraf alveolar inferior kiri, administrator tangan kanan,
duduk diposisi jam 10 menghadap searah dengan arah kepasienb.
Posisi pasien terlentang (direomendasikan) atau hampi terlentang.
Mulut terbuka lebar untuk menghasilkan penglihatan dan akses yang
baik ke area injeksic. Lokasi penetrasi jarum (injeksi)(1) Tinggi
injeksi : letakan index finger atau ibu jari kiri pada coronoid
notch(a) Garis imajiner terbentang ke posterior dari finger tip di
coronoid notch menuju pterygomandibular raphe ( upward toward the
maxilla) dandeterminasi tinggi injeksi. Garis imajiner ini parallel
dengan bidang oklusal gigi molar mandibular. Kebanyakan 6-10 mm
diatas bidang oklusal(b) Jari pada coronoid notch berguna untuk
menekan jaringan ke lateral, meregangkannya dari area injeksi, ,
menciptakan tegang: sehingga kemungkinan trauma karena insersi
jarum menurun dan menyediakan penglihatan yang lebih baik(c) Titik
insersi jarum jarak anteriorposterior dari soronoid notch kembali
ke pterygomandibular raphe. Catatan : garis dimulai dipertengan
titik notch dan merakhir pada bagian terdalam (paling posterior)
pterygomandibular raphe dimana raphe terbentang keatas menuju
palatum.(d) Batas posterior ramus mandibular diperkirakan secara
intraoral enggunakan pterygomandibular raphe yang terbentang ke
superior menuju maxilla(e) Metode alternative lain untuk
memperkirakan panjang ramu adalah dengan menempatkan ibu jari pada
coronoid notch dan index finger ektraorl pada batas posterior ramal
dan menghitung jarak antara kedua titik. Siapkan jaringan pada area
injeksiKeringkan dengan sterile gauzeApliaksikan topical antiseptic
(optional)Aplikasikan topical anestetikPenempatan barel jarum di
sudut mulut pada sisi kontralateral(2) ANTEROPOSTERIOR SITE OF
INJECTION : jarum berpenetrasi pada perpotingan 2 titik(a) Titik 1
jatuh sepanjang garis dari coronoid notch (telah dijelaskan pada
tinggi injeksi(b) Titik 2 pada gris vertical melewati titik 1 (
sekitar dari jarak batas anterior ramus)(3) PENETRATION DEPTH :
tulang harus berkontak. Perlahan menusukan jarum sampai
teraba/terasa resistensi tulang.(a) Untuk kebanyakan pasien tidak
diperlukan untuk memberikan injeksi larutan anestesi lokal pada
jaringan lunak yg telah terpenetrasi(b) Untuk pasien yang cemas dan
sensitive disarankan untuk menempatkan dalam volume kecil (c)
Rata-rata kedalaman penetrasi berkontak dengan tulang 20-25mm,
kira-kira dari panjang jarum dental.(d) Ujung jarum terletak hampir
superior ke foramen mandibular(e) Jika terlalu cepat berkontak
dengan tulang ( kedalaman jarum atau kurang ), ujung jarum biasanya
diletakkan lebih jauh ke anterior (laterally) pada ramus.
Pembenaran :(i) Menarik jarum sedikit tapi jangan dikeluarkan dari
jaringan(ii) Bawa barel suntikan menuju bagian depan mulut,
melewati kaninus atau insisif lateral pada sisi kontralateral.(iii)
Masukan jarum kembali hingga kedalaman yang sesuai dari insersi
tercapai. Ujung jarum sekarang berada di posterior dari sulkus
mandibular(iv) Reposisi dari barel suntikan melewati premolardan
lanjutkan insersi hingga berkontak dengan tulang(f) Jika tidak
berkontak dengan tulang, ujung tip diposisikan jauh ke posterior
(medial). Pembenaran :(i) Menarik jarim dalam jaringan
(meninggalkan kira-kira kedalamannya didalam jaringan) dan
mereposisi barel suntikan lebih ke posterior (melewati molar
mandibular)(ii) Melanjutkan insersi hingga berkontak dengan
tulangd. Memasukan jarum. Ketika telah berkontak dengan tulang,
tarik jarum kira-kira 1mm untuk menghindari injeksi
subperiosteal.e. Aspirasi. Jika negative, dengan perlahan alirkan
1,5ml anestesi dalam waktu minimum 60 detik. (karena tingginya
insidensi aspirasi positif dan kecendrungan mengalirkan larutan
terlalu cepat , akibat injeksi lambat, re-aspirasi, injeksi lambat,
lebih disarankan untuk melakuka re-aspirasi)f. Perlahan tarik
suntikan- ketika kira-kira menyisakan panjang di dalam jaringan,
re-aspirasi. Jika negative, alirkan sisa larutan (0,1ml) untuk
anstesi saraf lingual.(1) Pada banyak pasien injeksi yang disengaja
pada saraf lingual tidak diperlukan, karena anestesi lokal yang
memblok saraf alveolar inferior akan menyebar ke saraf lingual g.
Tarik suntikan perlahan dan amankan jarumh. Setelah kira-kira 20
detik, kembalikan pasien pada posisi tegak lurus atau semi tegak
lurusi. Tunggu 3-5menit sebelum memulai prosedur dental.Sign and
symptoms1. Perasaan geli dan matirasa pada bibir bawah
mengindikasikan anesteri pada saraf mental, ujung cabang dari saraf
alveolar inferior.indikasi yang baik bahwa saraf alveolar inferior
teranestesi, meskipun buka merupakan indicator yang dapat
diandalkan untukkedalaman anestesi.2. Perasaan geli dan matirasa
pada lidah mendindikasikan anestesi pada saraf lingual, cabang dari
divisi posterior saraf V3. Ini bisa jadi berhubungan dengan blok
saraf alveolar inferior, bida juga tidak.3. Tidak terasa sakit
selama terapi dental
BUCCAL NERVE BLOCKSaraf bukal adalah cabang divisi anterior dari
saraf V3 dan olehkarena itu tidak teranestesi selama blok saraf
alveolar inferior. Tidak semua anestesi saraf ini diperlukan untuk
prosedur restorasi dental. Saraf bukal menyediakan inervasi
sensorid ke jaringan lunak bukal sekitarnya menuju molar
mandibular. Satu-satunya indikasi untuk administrasi blok saraf
bukal, adalah untuk manipulasi jaringan ini. ( scalling atau
kuretase, penggunaan rubber dam klem pada jaringan lunak,
penghilangan karies subgingival, preparasi gigi subgingival,
penempatan benang retraksi gingiva dan matrix band).
Biasanya memblok saraf bukal dilakukan secara rutin mengikuti
pengeblokan saraf alveolar inferior, meskipun anestesi jaringam
lunak bukal pada region molar tidak diperlukan. Pada situasi ini
tidak ada indikasi yang pasti.Blok saraf bukal, biasnaya dipilih
karena injeksi bukal yang panjang memiliki tingkat keberhasilan
mendekati 100%. Alasannya karena saraf bukal mudah diakses
lokasinya segera dibawah membrane mukosa dan tidak tertutup
tulang.Other common names : long buccal nerve block, buccinators
nerve block.Nerve anesthetized : bukal ( cabang divisi anterior
dari mandibular)Area anesthetized : jaringan lunak dan periosteum
bukal menuju gigi molar mandibularIndication : saatn anestesi
jaringan lunak bukal diperlukan untuk prosedur dental pada region
molar mandibular .Contraindication : infeksi atau inflamasi akut
pada area injeksiAdvantage:1. Tingkat keberhasilan tinggi2. Teknik
mudahDisadvantages : berpotensi rasa sakit jika jarum berkontak
dengan periosteum selama injeksiPositive aspiration
0,7%Alternatives:1. Buccal infiltarion2. Gow-Gates mandibular nerve
block3. Vazirani-Akinosi mandibular nerve block4. PDL injection5.
Intraosseous injection6. Intraseptal InjectionTechnique1.
Direkomendasikan jarum panjang 25-gaugeSering digunakan karena blok
saraf bukal adalah kelanjutandariadministrasi blok saraf alveolar
inferior. Jarum 27-gauge bisa digunakan. Jarum yang lebih panjang
direkomendasikan karena deposisi bagian posterior, bukan kedalaman
insersi jaringan.2. Area insersi : membrane mukosa distal dan bukal
menuju kebanyakan distal gigi molar dalam lengkung3. Area target :
saraf bukal yang melewati batas anterior ramus4. Landmark : molar
mandibular, mucobuccal fold5. Orientasi bevel : menuju tulang
selama injeksi6. Prosedura. Posisi operator yang benar(1) Untuk
blok saraf bukal kanan dan administrator tangan kanan, duduk
diposisi jam 8 menghadap ke pasien(2) Untuk blok saraf bukal kiri
dan administrator tangan kanan, duduk diposisi jam 10 menghadap
searah dengan arah kepasien b. Posisi pasien terlentang
(direkomendasikan( atau semi terlentang.c. Persiapkan jaringan
untuk penetrasi distal dan bukan ke posterior molar*(1) Keringkan
dengan steril gauze(2) Aplikasikan topical antiseptic (optional)(3)
Aplikasikan topical anestesi d. Dengan index finger kiri ( pengguna
tangan kanan), tekan jaringan lunak bukal pada area yang akan
diinjeksi kearah lateral untuk meningkatkan penglihatan. Jaringan
yang tegang menyebabkan tidak terjadi trauma penetrasi jarum.e.
mengarahkan suntikan menuju arah injeksi dengan kemiringan
menghadap bawamenuju tulang dan suntikan lurus parallel dengan
bidang oklusal diatas area injeksi namun bukal terhadap gigi.f.
Penetrasi membrane mukosa pada srea injeksi, distal dan bukal pada
molar terakhirg. Majukan jarum perlahan hingga berkontal dengan
gently ke mucoperiosteum.(1) Untuk menghinari rasa sakit ketika
jarum berkontak mucoperiosteum, alirkan beberapa tetes anestesi
lokal sesaatn sebelum berkontak(2) Kedalaman penetrasi jarang
melebihi 2-4mm, biasanya hanya 1-2mmh. Aspirasii. Jika negative,
perlahan alirkan 0.3mL ( kira-kira 1/8 cartridge) dalam waktu 10
detik.(1) Jika jarigan yang diinjeksi membengkak, hentikan
pengaliran larutan.(2) Jika larutan keluar dari area injeksi
(menuju bagian belakang mulut pasien) selama deposisi (a) Hentikan
injeksi(b) Majukan jarum lebih dalam kejaringan*(c) Re-aspirasi(d)
Lanjutkan injeksij. Tarik suntikan perlahan dan segera amankan
jarumk. Tunggu kira-kira 1 menit sebelum melakukan prosedur
dentalSign and symptoms1. Karena lokasi dan ukuran yang kecil,
pasien jarang merasakan gejala subjektif2. Instruentasi pada area
anestesi tanpa rasa sakit mengindikasikan rasa sakit yang
terkontrol
MANDIBULAR NERVE BLOCK: THE GOW-GATES TECHNIQUEKeberhasilan
anestesi pada gigi mandibular dan jaringan lunak lebih sulit untuk
diraih daripada anestesi pada struktur maksila. Tingkat kegagalan
mencapai 20% yang tidak biasa dengan teknik blok saraf alveolar
inferior. Factor utama tingkat kegagalan adalah variasi anatomi
mandibular yang besar dan kebutuhan penetrasi jaringan lunak yang
lebih dalam. Teknik Gow-Gares adalah teknik memblok saraf
mandibular yang sesungguhnya karena mencakup anestesi sensoris pada
keseluruhan distribusi saraf V3. Injeksi ini memblok saraf alveolar
inferior, lingual, mylohyoid, mental, insisif, auriculoteporal dan
bukal.Keuntungan teknik ini dibandinkan blok saraf alveolar
inferior adlah tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, insidensi
positif aspirasi rendah ( kira-kira2% dibandingkan 10-15% pada blok
saraf alveolar inferior) dan tidak ada masalah dengan inervasi
sensoris tambahan ke gigi mandibular. Kerugiannya relative kecil,
yaitu pengalaman administrator dengan blok saraf alveolar inferior
dapat mnimbulkan perasaan tidak nyaman ketika mempelajari teknik
ini. Sesungguhnya, insidensi kegagalan anestesi mungkin setinggi
(tidak lebih tinggi dari) blok saraf alveolar inferior sampai
administrator mendapatkan pengalaman klinis dengan ini. Tingkat
kesuksesan melebihi 95% mungkin didapatkan. Murid yang baru
memperlajari anestesi lokal biasanya tidak mengalami kesulitan
sebesar administrator yang telah berpengalaman. Ini adahal hasil
dari prasangka yang kuat oleh administrator berpengalaman untuk
mengalirkan obat anestesi lebih rendah ( pada tempat biasa).
Disarankan 2 pendekatan, agar terbiasa dengan teknik ini. Pertama,
mulailan menggunakan teknik ini pada semua pasien yang memerlukan
anestesi mandibular. Lakukan setidaknya 1-2 minggu untuk
mendapatkan pengalaman klinis. Kedua, gunakan kembali teknik blok
saraf alveolar inferior konvensional tapi untuk menggunakan
Gow-Gates setiap anestesi klinis yang tidak adekuat muncul.
Re-anestesi pasien yang menggunakan teknik Gow-Gates. Walaupun
pengalaman akan terakumulasi menjadi lebih lambat dengan pendekatan
ini, keefektifannya akan lebih terasa semenjak pasien yang
sebelumnya susah dianestesi akan menjadi lebih berhasil.Other
common names : Gow-gates technique, third division nerve block, V3
nerve blockNerve anesthetized1. Inferor alveolar2. Mental3.
Incisive4. Lingual5. Mylohyoid6. Auriculotemporal7. Buccal ( pada
75% pasien)Area anesthetized1. Gigi mandibular hingga ke midline2.
Mucoperiosteum bukal dan membrane mukosa pada area injeksi3. 2/3
anterios lidah dan dasar kavitas oral4. Jarigan lunak lingual dan
periosteum5. Badanmandibula, bagian inferior ramus6. Kulit diatas
zygoma, posterior pipi dan region temporalIndication1. Prosedure
multiple pada gigi mandibular2. Ketika diperlukan anestesi jaringan
lunak bukal dari molar ketiga hingga ke midline3. Ketika diperlukan
anestesi jaringan lunak lingual4. Ketika terjadi kegagalan dengan
blok saraf alveolar inferior konvensionalContraindication1. Infeksi
atau inflamasi akut pada area injeksi2. Pasien dnegankebiasaan
menggigit bibir atau lidah, seperti anak kecil atau orang dewasa
yang cacat mental atau fisiknya (handicapped)3. Pasien yang tidak
dapat membuka mulutnya lebarAdvantages1. Hanya perlu satu kal
injeksi: blok saraf bukan tidak di perlukan (karea inervasi
tamabahan telah terblok)2. Tingkat kesuksesan tinggi (>95%),
dengan pengalaman3. Tingkat aspirasi minimum4. Komplikasi
post-injeksi sedikit (tismus)5. Mendapatkan keberhasilan anestesi
dimana terdapat perpecahan saraf alveolar inferior dan kanal
mandibularDisadvantages1. Rasa tidak nyaman pada pasien karena
anestesi lingual dan bibir bawah , serta mungkin berbahaya bagi
sebagian individu2. Onset anestesi kadang lebih panjang (5 menit)
dari pada blok saraf alveolar inferior (3-5 menit), terutama
dikarenakan ukuran dari batang saraf yang teranestesi dan jarak
dari batang saraf dari area deposisi (kira-kira 5-10mm)3. Terdapat
kesulitan dalam pembelajaran teknik ini. Karena diperlukan
pengalaman klinis untuk menunjang pembelajaran teknik dan untuk
meraih keuntungan sepenuhnya dari tingkat kesuksesan yang tinggi
yang dimiliki teknik ini. Pembelajaran ini terbukti menyebabkan
furstasi bagi sebagian orang.Positive aspiration 2%Alternative1.
Blok saraf alveolar inferior dan bukal2. Vazirani _akinosi
closed-mouth mandibular block3. Insisive nerve block : pulpa dan
jaringan lunak bukal anterior ke foramen mental4. Mental nerve
block : jarungan lunak bukal anterior ke molar pertama5. Buccal
nerve block : jaringan luank bukal region molar tiga hingga
pertama6. Supraperiosteal injection : untuk anestesi pulpa insisif
sentral dan lateral dan beberapa kejadain dikaninusTechnique1.
Rekomendasi jarum panjang 25-gauge2. Area insersi : membrane mukosa
pada mesial ramus mandibular, diatas garis dari intertragic notch
menuju ke sudut mulut, distal ke molar kedua maksila3. Area target
: bagian lateral dari leher kondilur, dibawah insersi otot
pterygoid lateral.4. Landmarka. Extraoral(1) Batas bawah tragus
(intertragic notch) : landmark yang tepat adalah ditengan meatus
auditori ekternal yang bersembunyi pada tragus: batas bawahnya
didapatkan melalui bantuan visual(2) Sudut mulutb. Intraoral(1)
Tinggi injeksi ditetapkan dengan menempatkan ujung jarum dibawah
mesiolingual (mesiopalatal) cuspmolar kedua maksila(2) Penetraso
jaringan lunak dista ke molar kedua maksila pada ketinggian
didapatkan dalam step sebeumnya5. Orientasi bevel : tidak perlu6.
Prosedur a. Posisi operator yang benar(1) Untuk Gow-Gates kanan dan
administrator tangan kanan, duduk diposisi jam 8 menghadap ke
pasien(2) Untuk Gow-Gates kiri dan administrator tangan kanan,
duduk diposisi jam 10 menghadap searah dengan arah kepasien b.
Posisi pasien (1) Posisi terlentang (direkomendasikan) atau semi
terlentang.(2) Minta pasien untuk memperpanjak lehernya dan mebuka
mulut lebar selama teknik. Kondilus akan terletak lebih ke bagian
depan dan mendekati batang saraf mandibular.c. Lokasi landmark
ektraoral(1) Intertragic notch(2) Sudut mulutd. Tempatkan index
finger kiri atau ibujari pada coronoid notch : determinasi dari
coronoid notch tidak perlu sekali untuk keberhasilan Gow-Gates,
tapi pengalaman palpasi pada landmark intraoral mendukung perasaan
keamaan sekitar jaringan yang terretraksi, dan membantu determinasi
area penetrasi jarum.e. Visualisasi landmark intraorl(1) Cusp
mesiolingual (mesiopalatal) molar kedua maksila(2) Area penetrasi
jarum adalah distal ke molar kedua maksilaf. Persiapkan jaringan
untuk penetrasi distal dan bukan ke posterior molar*(1) Keringkan
dengan steril gauze(2) Aplikasikan topical antiseptic (optional)(3)
Aplikasikan topical anestesi
g. Mengarahkan suntikan (dengan tangan kanan) menju area injeksi
dari sudut mulut diatas sisi berlawanan. h. Masukan jarum dengan
gently ke jaringan pada area injeksi pada distal molar kedua
maksila dengan ketinggian pada cusp mesiolingual (mesiopalatal)i.
Luruskan jarum dengan bidang perluasan dari sudut mulut ke
intertagic notch darea injeksi. Sejajar dengan sudut antara telinga
dan wajahj. Mengarahkan suntikan menuju area target di tragus(1)
Barel suntikan membentang dalam sudut mulut melewati premolar,
tetapi posisinya mungkin berbeda dari molar ke incisor tergantung
pada divergensi ramus yang dinilai oleh sudut telinga ke wajah(2)
Tinggi insersi diatas bidang oklusal mandibular lebih besar
(10-25mm, tergantung ukuran pasien) daripada blok saraf alveolar
inferior(3) Jika hadir molar ketiga mandibular dalam oklusi yang
normal, maka area penetrasi jarum akan berada di distal gigi
tersebutk. Perlahan masukan jarum sampai berkontak dengan
tulang.(1) Berkontak dengan tulang, yaitu leher kondilus(2)
Rata-rata kedalaman penetrasi jaringan lunak ke tulang adalah 25mm,
walau ada beberapa variasi ditemui. Memberikan pasien penetrasi
jaringan lunak yang dalam pada Gow-Gates akan menyamai dengan
teknik blok saraf alveolar inferior(3) Jika tidak berkontak dengan
tulang, tarik jarum sedikit dan alihkan ke sisi lain. Pindahkan
barel suntikan lebih ke distal, dengan mengangulasikan ujung jarum
ke anterior dan masukan kembali jarum hingga berkontak dengan
tulang(a) Kesalan kedua dari kegagalan berkontak dengan tulang
adalah penutupansebagian mulut pasien. Sekali pasien menutup mulut
meskipun sediti saja, terjadi 2 hal negative. Pertama penignkatan
penebalan jaringan lunak dan kedua pergerakan kondilus kearah
distal. Kedua hal ini menyebabkan sulitnya menempatkan jarum pada
leher kondilus(4) Jangan mengalirkan anestesi lokal jika belum
berkontak dengan tulangl. Tarik jarum 1mmm. Aspirasin. Jika
positif, tarik jarum sedikit, arahkan sudut ke superior, masukan
kembali, re-aspirasi dan jika sekarang negative, alirkan larutan.
Aspirasi positif terjadi pada arteri maksila internal yang terletal
inferior pada area target. Aspirasi positif rata-ratanya adlah 2%o.
Jiak negative, perlahan alirkan 1.8ml larutan dalamdurasi 60-90
detik. Gow-Gates merekomendasikan 3ml yang dialirkan. Naum,
ditemukan bahwa 1,8ml larutan biasanya cukup adekuat untuk
memperoleh anestesi klinis yang cukup. Ketika anestesi parsial
terjadi mengkuti administrasi dari 1,8ml, injeksi kedua
direkomendasikan kira-kira 1,2mlp. Tarik suntikan dan amankan
jarumq. Instruksikan pasien untuk tetap membuka mulutnya selama 1-2
menit setelah injeksi untuk mendapatkan penyebaran larutan
anestesi(1) Gunakan rubber bite block untuk membantu pasien tetap
membuka mulutnya.r. Setelah injeksi selesai, kembalika posisi
pasien tegak atau semitegaks. Tunggu minimal 3-5 menit sebelum
melakukan prosedur dental. Onset anestesi dari Gow-Gates kadang
terlambat, bisa 5-7 menit, dikarenakan:(1) Diameter batang saraf
pada area injeksi yang lebih besar(2) Jarak (5-10mm) dari area
deposisi anestesi ke batang nerveSigns and symptoms1. Perasaan geli
dan matirasa pada bibir bawah mengindikasikan anestesi pada saraf
mental, akhiran cabang saraf alveolar inferior. Merupakan indikasi
yang baik bahwa saraf alveolar inferior teranestesi2. Perasaan geli
atau matirasa pada lidah mengindikasikan anesteri pada saraf
lingual, cabang divisi posterior dari saraf mandibular. Menunjukan
keberhasilan blok mandibular Gow-Gates3. Tidak terasa sakit selama
terapi dental
VAZIRANI-AKINOSI CLOSED-MOUTH MANDIBULAR BLOCKMeskipun teknik
ini dapat digunakan dalam segala keadaan yang memerlukan anestesi
mandibular. Indikasi utamanya adalh pada situasi pembukaan
mandibular terbatas menutup kemungkinan penggunaan teknik injeksi
mandibular lain. Seperti situasi yang menyertai kehadiran spasm
dari otot astikasi (trismus) pada salah satu sisi mandibular
berikut mengikuti upaya pada blok saraf alveolar inferior, yang
mungkin terjadi dengan hot molar mandibular. Dalam contoh ini,
diperlukan multiple ijeksi agar menciptakan anestesi yang adekuat
untuk mematikan jaringan pulpa yang terlibat dalam molar
mandibular. Ketika efek anestesi selesai beberapa jam berikutnya,
otot yang telah dialirkan larutan anestesi menjadi lembut (tender),
menciptakan ketidaknyamanan dalam pembukaan rahang. Selama periode
tidur, saat otot tidak digunakam, otot bergerak menuju spasm
(menyebabkan kesulitan atau kejang seperti pada otot kaki yang
sulit untuk berjalan), sehingga pasien akan mengurangi pembukaan
oklusa di pagi hari.
Jika diprelukan untuk melanjukan perawatan dental pada pasien
dengan trismus berat, pilihan untuk mendapatkan anestesi mandibular
menjadi sangat terbatas. Teknik blok Gow-Gates dan saraf alveolar
inferior tidak dapat digunakan pada kehadiran trismus berat. Blok
saraf mandibula ekstraoral dapat dilakukan dan sesungguhnya tingkat
kesuksesan yang tinggi berada di tangan yang berpengalaman.
Teknikini dapat diadministrasikan melalui sigmoid notch atau
inferior dari dagu . Divisi mandibular dari saraf trigeminal
menyediakan inervasi motoric ke otot mastikasi, blok divisi ketiga
akan meringankan trismus sekunder yang dihasilkan oleh spasme otot.
Walau dokter gigi dapat melakukan administrasi blok saraf eksterna,
sedikit yang bebar-benar melakukan di latihan klinis. Teknik
Vazirani-Akinosi adalah sebuah pendekatan intraoral untuk
menghasilkan anestesi dan blok motoric dalam kasus trismus
unilateral berat.
1992, Wolf memodifikasi teknik ini. Terdapat rekomendasi untuk
membentangkan jarum dengan sudut 45 derajat dengan tujuan
mendekatkan pada sisi medial (lingual) ramus mandibular saat jarum
telah masuk ke jaringan. Namun, potensi kerusakan jarum rusak atau
patan dapat meningkat.
Other common names Akinosi technique, closed-mouth mandibular
nerve block, tuberositas techniqueNerve anesthetized1. Inferor
alveolar2. Mental3. Incisive4. Lingual5. MylohyoidArea
anesthetized1. Gigi mandibular hingga ke midline2. Badan mandibula,
bagian inferior ramus3. Mucoperiosteum bukal dan membrane mukosa
didepan foramenmental4. 2/3 anterios lidah dan dasar kavitas oral
(saraf linual)5. Jarigan lunak lingual dan periosteumIndication1.
Pembukaanmandibula terbatas2. Multiple prosedur pada gigi
mandibular3. Ketidakmampuan memvisualisasikan landmarks untuk
IANBContraindication1. Infeksi atau inflamasi akut pada area
injeksi2. Pasien dnegankebiasaan menggigit bibir atau lidah,
seperti anak kecil atau orang dewasa yang cacat mental atau
fisiknya (handicapped)3. Ketidakmampuan memvisualisasikan atau
mendapatkan akses ke aspek lingual ramus
Advantages1. Relative tidak menyebabkan trauma2. Pasien yang
tidak dapat membuka mulut 3. Komplikasi post-operatif sedikit (
trismus)4. Tingkat aspirasi rendah (18mm )e. Jangan memasukkan
jarum terlalu dalam kedalam jaringan f. Kerjasama dengan
pasien.Penanggulangan bila jarum patah :a. Bersikap tenang jangan
panik b. Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak, jangan
melepaskan tangan kita dari mulut pasien, bila perlu pasang bite
block.c. Bila jarum patah dan terlihat ujungnya, dicoba diambil
dengan arteri klem kecild. Bila jarum hilang ( tidak terlihat
dimulut ) : Jangan melakukan insisi atau ditekan-tekan Beritahu
pasien Konsultasi ke Sp.BM
6.2 Komplikasi Sistemik (General)6.2.1 Reaksi psikisPingsan atau
serangan vasovagal ini adalah komplikasi yang sering terjadi.
Merupakan gangguan emosional sebelum penyuntikan. Karena
vasodilatasi arterial, mengakibatkan supply darah ke jantung
berkurang yang kemudian menyebabkan penurunan umpan balik kardiak
sehingga menyebabkan hilang kesadaran mendadak. 6.2.2 Reaksi
toksikJarang terjadi, hanya terjadi bila melakukan penyuntikan
tanpa aspirasi yang menyebakan overdosis. Tanda-tanda: konvulsi,
gangguan pernafasan, yang paling berat adalah syok 6.2.3 Reaksi
alergiSering atau mungkin terjadi apabila kita tidak melakukan
evaluasi pra anestesi. Riwayat alergi pasien sangat penting
ditanyakan . Jika ragu maka lakukan Skin test jika tidak terjadi
eritema berarti anestesi dapat dilakukan. 6.2.4 Interaksi obatDapat
terjadi pada pasien yang mendapat obat sistemik. Secara umum
interaksi obat dengan anestesi lokal sangat jarang namun anestesi
lokal yang mengandung non-adrenalin dapat merangsang respon tekanan
darah pasien yang mendapat obat antidrepesi trisiklik (misal
Mitriptilin). Karena itu non-adrenalin tidak dianjurkan untuk
dipakai.
7 Teknik Sedasi Intravena7.1 Alat-Alat Sedasi Intravena7.1.1
SyiringeUntuk penggunaan dalam sedasi intravena, syringe yang harus
digunakan adalah disposable syringe. Ini akan sangat berbahaya
untuk menggunakan kembali konten tersebut pada pasien lain, karena
risiko tinggi dari infeksi dan / atau cross infection. Jarum suntik
harus secara jelas ditandai dalam mililiter, ukuran ideal yang
5ml7.1.2 JarumJarum disposable yang digunakan untuk sedasi
intravena terdiri dari 2 macam: tipe lurus, dan tipe butterfly,
keduanya memiliki besar dan panjang yang berbeda-beda. Jarum yang
akan digunakan tidak boleh bengkok. Jika tanpa disengaja menjadi
bengkok, jarum ini harus langsung dibuang. Jika, masih tetap
digunakan pada pasien dan patah, maka sang dokter bedah mulut yang
akan disalahkan.7.1.3 Surgical tapeHarus diingat bahwa beberapa
pasien memiliki kulit yang sensitive, dalam hal ini kita harus
menggunakan surgical tape7.1.4 ArmboardSebuah simple armboard
mungkin akan cukup membantu dokter bedah mulut yang mengunakan
cubital fossa untuk venipuncture. Armboard akan mencegah gerakan
tiba-tiba dari tangan pasien, yang mungkin akan mendorong masuknya
jarum ke struktur anatomi lebih mendalam.7.1.5 Kacamata
pengamanKacamata pengaman harus tersedia untuk digunakan oleh
pasien dan staf7.1.6 LampuLampu dokter bedah harus dapat membantu
dokter bedah dan asisten dokter bedah agar dapat melihat dengan
jelas7.1.7 Sarana Pemberian oksigenSangat penting dalam pembedahan
harus ada sarana pemberian oksigen, seperti laryngeal mask dan
tabung oksigen.7.1.8 Oropharyngeal airway Segala macam tipe
oropharyngeal airway harus tersedia dan dokter bedah mulut harus
dilatih untuk mengunakannya.7.1.9 Resuscitator BagResuscitator bag
dapat memberikan udara yang mengandung 20% oxygen didalamnya.
Oksigen dapat dihubungkan ke katup inlet resuscitator7.1.10
Disposable TrayAda banyak ukuran dari disposable tray yang dapat
dipakai sesuai dengan kebutuhan dokter bedah mulut, tetapi
disposable tray harus dapat menampung semua ampul, jarum, dan
syringe yang diperlukan dalam sedasi intravena.7.1.11 TourniquetIni
digunakan untuk menghambat aliran vena dan dengan demikian membantu
mengidentifikasi vena yang cocok dan membantu venipuncture.7.1.12
Mouth PropBeruna untuk mempertahankan pembukaan mulut pasien7.1.13
Surgical GlovesSaat kemungkinan untuk berkontak dengan darah dan
cairan tubuh dapat terjadi, maka kita harus memakai surgical
gloves.
7.2 Teknik Sedasi Intravena Sebelum pasien dibawa ke dalam
operasi, berikut informasi harus dikonfirmasi: Kehadiran pendamping
yang sesuai transportasi menuju rumah (mobil / taksi) Surat
persetujuan Riwayat kesehatan yang telah diperbarui obat rutin yang
di minum Waktu terakhir makan dan minum (puasa minimal 2 jam) Jika
mengkonsumsi alkohol (jika dikonsumsi dalam 24 sebelumnya jam
kemudian perawatan harus ditunda). Pasien kemudian dapat diantar ke
operasi dan duduk di kursi gigi. Penting untuk menjaga waktu
persiapan , penundaan hanya akan meningkatkan rasa takut pasien.
Prosedur untuk sedasi dan pengobatan gigi perlu dijelaskan kepada
pasien secara singkat pada wajtu kunjungan. Sebelum Sedasi prosedur
ini dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan probe nadi
oksimeter dilekatkan ujung jari atau lobus telinga pasien. Apabila
pasien sudah duduk dengan nyaman pada kursi unit, dapat dimulai
persiapan untuk venepuncture .7.3 Venepuncture and intravenous
cannulationSebuah cannule penting dalam prosedur venepucture .
tidak diperbolehkan hanya melakukan pemberian larutan sedasi
Intravena dengan menggunakan jarum , melainkan harus melalui
cannule. Akses menuju vena diperlukan tidak hanya untuk tempat
pemberian agen obat penenang tetapi juga, dalam keadaan darurat
dapat digunakan untuk pemberian anti-agent dari agen atau obat
darurat lainnya. Ada dua situs utama akses vena untuk tujuan gigi
sedasi, dorsum tangan dan antecubital fosa. Punggung tangan:
punggung tangan memiliki banyak jaringan pembuluh darah yang
mengalir ke telapak tangan dan urat lengan bawah. Vena pada lokasi
ini menjadi pilihan pertama untuk dilakukan venepuncture karena
mereka dapat diakses, terdapat dipermukaan , terlihat jelas di
sebagian besar pasien, distabilkan oleh tulang tangan, dan jauh
dari struktur vital. Kerugian dari pembuluh darah dorsal tangan,
adalah bahwa mereka adalah cenderung bergerak. Pada pasien yang
sangat cemas, terkadang vena tersebut cenderung tidak
terlihat.Antecubital fosa: pilihan kedua untuk akses vena dalam
pembuluh darah yang lebih besar. Dua vena utama dari lengan bawah,
di batok kepala dan basilika vena, lulus lateral dan medial aspek
antecubital fosa masing-masing. Venepuncture dan cannulation
idealnya harus dilakukan pada daerah lateral dari antecubital fosa,
untuk menghindari kerusakan akibat kecelakaan pada struktur vital.
antecubital mempunyai keuntungan yaitu ukuran vena biasanya besar
dan mudah di imobilisasi. Jika tidak mudah terlihat mereka dapat
biasanya teraba. Kerugian utama dari antecubital fosa adalah
kedekatan dengan struktur penting dan gerakan dari sendi siku.
Penggunaan papan lengan untuk menstabilkan lengan dapat berguna.
7.4 Cannulation processa. Pasien sebaiknya diletakkan telentang
untuk memperkecil kemungkinan serangan yang vasovagal selama
venepuncture dan untuk memaksimalkan peredaran darah kembali dari
vena ekstremitas.b. Dipilih Vena yang sesuai . Proses dapat
dipercepat dengan mengepalkan diulang dari tinju, sehingga memompa
darah ke vena obtunded. Ketukan lembut kulit di atas vena sering
membantu untuk membuatnya lebih menonjol, proses yang kadang-kadang
disebut sebagai 'superficialisation'. Handuk panas juga dapat
diterapkan pada kulit untuk mendorong vasodilatasi. persiapan vena
yang baik adalah kunci sukses venepuncture dan penetrasi dilakukan
hanya bila vena cukup penuh c. Kulit harus dibersihkan dengan air
atau antiseptik, seperti isopropil alkohol. d. Kulit kemudian
diregangkan dan kanul dimasukkan pada sudut sekitar 10-15.Kanul
melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah vena dengan jarak
sekitar 1cm. apabila venepuncture benar, dapat terlihat sedikit
darah keluar dari kanul. Setelah darah terlihat, hubungan kanul
menuju hub e.Jarum dilepas sepenuhnya hub dapat ditempatkan pada
celah di kanul. Untuk menghindari darah ke pasien terus mengalir
keluar, harus diterapkan penekanan pada daerah proksimal dari
pembuluh darah di mana terletak kanul.7.5 Titrasi dari agen
sedasiDengan menggunakan Jarum suntik yang berisi obat yang telah
dipersiapkan (midazolam 10mg pada 5ml) pada port pengiriman kanul.
Pasien akan mengatakan bahwa mereka akan mulai merasa rileks dan
mengantuk selama 10 menit. Peningkatan pertama 1mg (0.5ml)
midazolam disuntikkan perlahan-lahan selama kurang lebih 15 detik,
diikuti dengan jeda selama 1 menit. Kemudian dosis 1mg diberikan,
dengan selang waktu 1 menit antara increment, sampai tingkat sedasi
dinilai memadai.Tujuan sedasi IV adalah untuk titrasi peningkatan
dosis obat sesuai dengan respon pasien. Dokter gigi harus tetap
berbicara dengan pasien sambil berhati-hati mengawasi efek obat
penenang serta reaksi yang merugikan, terutama depresi pernapasan.
Titik akhir pemberian sedasi saat terdapat beberapa tanda-tanda
spesifik. Tanda-tanda ini termasuk: Slurring dan pembicaraan
melambat Pasien terlihat sangat santai Terlambat Menanggapi
perintah Kesediaan untuk menjalani perawatan Eve Sign positif
Verill Sign.Tanda Verill terjadi ketika ada ptosis atau terkulai
dari atas kelopak mata, untuk rupa sehingga terletak kira-kira
setengah jalan seluruh murid. Tanda-tanda sedasi ini tidak
eksklusif dan seringkali hanya dua atau tiga orang hadir dalam
seorang individu mereka lakukan. Namun, memberikan beberapa
indikasi objektif tingkat yang memadai sedasi. Selama pemberian
sedasi, harus diperhatikan :Clinical monitoring Pernafasan pasien
Pola pernafasan pasien Denyut nadi warna kulit Tingkat kesadaran
pasien.1. Tekanan darah
8 Teknik Sedasi Inhalasi8.1 Indikasi Anestesi Inhalasia.
Mengalami dental anxietyb. Pasien dengan kelainan pendarahanc.
Pasien dengan sickle cell anemiad. Mental handicape. Physical
handicapf. Pasien yang memiliki penyakit asmag. Pasien yang
memiliki penyakit epilepsyh. Pasien yang sedang hamil (hindari
anastesi inhalasi pada awal 3 bulan kehamilan)i. Pasien yang
memiliki penyakit jantungj. Pasien yang memiliki kelainan jiwa
(psychiatric disorder)8.2 Kontraindikasi Anestesi Inhalasia. Pasien
yang menderita flub. Pasien dengan pembesaran tonsilar dan kelenjar
adenoidalc. Pasien dengan kelainan paru2 yang seriusd. Pasien yang
sedang menjalani terapi psikitarise. Multiple sklerosisf. Myasthema
gravis8.3 Alat-Alat Sedasi Inhalasi8.3.1 Flow control meterBaik
oksigen dan nitrous oxide flow meter yang dikalibrasi hingga 10 l /
min (10 liter per menit); tabung gelas mereka yang runcing, berarti
bahwa gradasi antara setiap tanda satu liter berjarak sama. Flow
meter jenis ini adalah yang paling mudah untukdibaca secara akurat.
8.3.2 Selang penyalur gas dan nasal hoodSeluruh alat inhalasi dapat
dilihat sebagai sebuah unit terkait. sebuah selang, diameter 2,5
cm, membawa gas bersih dari flow control meter ke nasal hood yang
dirancang khusus, yang cocok di hidung pasien. Selang lainnya, juga
2,5 cm diameter, mengarah dari nasal hood ke scavenged exit. Untuk
mencegah pasien menghirup kembali gas yang sudah terpakai, sebuah
katup ekspirasi telah dibuat sampai exit port , di samping nasal
hood8.3.3 Waste gas scavengerSebuah selang mengalirkan limbah gas
ke scavenging outlet, dengan diameter 2.5cm, hanya memberikan
sedikit perlawanan untuk expirasi. Selang tersebut terhubung dengan
blok besi, yang tersambung ke pipa tembaga dengan diameter 2.5cm
yang menyalurkan gas ke udara luar.8.3.4 Teknik Pemberian Anestesi
Inhalasia. Pertama tama yang harus di lakukan adalah melakukan
pemeriksaan unit. Pastikan bahwa saluran oksigen dan saluran N2O
bekerja dengan benar. Kemudian harus dipastikan juga bahwa unit
memiliki cukup oksigen untuk kembali menyadarkan pasien.b. Memilih
mask yang ukuran nya cocok dengan pasienc. Hubungkan mask dengan
selang bergelombang (diameter 2.5 cm) . Katup ekspirasi selalu
dibiarkan dalam kondisi terbuka dalam plastic silinder putih pada
sebelah kiri dari maskd. Awali dengan pemberian 100% oksigen pada
pasien yang sudah duduk di dental unite. Alirkan oksigen 3
liter/menit 7 liter/menit , pasien dapat memegang mask sendiri
apabila merasa cemas . f. Biarkan pasien bernafas dengan mask
sekitar 15 20 detikg. Kemudian alirkan 90% oksigen 10% N2O selama 1
menith. Setelah 1 menit tersebut, alirkan 80% oksigen dan 20% N2O
selama 1 menit sambil terus memantau keadaan pasien, dokter dapat
menjelaskan kepada pasien apa yang akan terjadi dan apa yang akan
dirasakan oleh pasieni. Setelah 1 menit menggunakan 80 % oksigen,
alirkan 70% oksigen dan 30% N2O. biasanya dalam tahap ini , pasien
mulai mengalami reaksi sedasij. Setelah terlihat bahwa pasien sudah
terkena efek sedasi, dokter dapat menambahkan konsentrasi N2O
kurang lebih 5 10% lagi, kemudian perawatan dapat dilakukank.
Apabila perawatan sudah selesai, dokter bisa mengembalikan
kesadaran pasien dengan memberikan aliran 100% oksigen selama 2
menit. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi difusi
anoxia (akibat eliminasi N2O yang sangat cepat dari darah ke paru
paru), mengurangi polusi pada ruang perawatan, dan mempercepat rate
of recovery .l. Mask di lepas, mesin dimatikan, dan tabung oksigen
kembali di tutup. 9 Kerugian Teknik Sedasi Inhalasi dan
Intravena9.1 Kerugian teknik sedasi inhalasi: Harga peralatan mahal
Harga gas (O2 dan N2O) mahal Unit N2O-O2 tidak praktis. Kegagalan
dapat muncul karena potensi agen kurang. Kerjasama pasien sangat
diperlukan. Untuk sedasi inhalasi yang efektif, pasien harus
menghirup gas lewat hidung atau mulut. Jika pasien tidak mampu
melakukannya maka hasilnya akan gagal. Semua staf yang
mengoperasikan harus mendapat pelatihan untuk menciptakan inhalasi
yang aman dan efektif. Paparan sisa N2O dapat mengganggu kesehatan
operator.9.2 Kerugian teknik sedasi intravena: Venipuncture
penting. Dapat terjadi komplikasi venipuncture. Pengawasan yang
lebih intensif dibutuhkan. Recovery tidak sempurna. Kebanyakan agen
intravena tidak dapat dibalikkan dengan obat antagonis
spesifik.
9.3 Keuntungan Teknik Sedasi Inhalasi dan Intravena0. Keuntungan
Teknik Sedasi Inhalasi: Onset of Action sedasi inhalasi lebih cepat
daripada sedasi oral, rektal, atau intramuskular. Memberikan aksi
klinis puncak dalam jangka waktu titrasi. Kedalaman sedasi yang
didapat dapat diubah dari satu waktu ke waktu yang lain, sehingga
administrator dapat meningkatkan atau menurunkan kedalaman sedasi.
Tingkat kontrol ini menggambarkan keamanan signifikan dari inhalasi
sedasi. Durasi aksi bervariasi, tergantung administrator. Waktu
kesembuhan dari sedasi inhalasi cepat biasanya 3 sampai 5 menit
pada inhalasi 100% O2. Titrasi dapat dilakukan. Kesembuhan dari
sedasi hampir selalu tercapai sempurna; pasien dapat pulang
sendiri, dengan tidak ada gangguan pada aktivitas. Tidak ada
injeksi yang diperlukan. Sedasi inhalasi dengan N2O-O2 aman. Sangat
sedikit efek sampingnya. Obat yang digunakan pada teknik ini tidak
memiliki efek samping pada hati, ginjal, otak, atau sistem
kardiovaskular dan respirasi. Sedasi inhalasi dengan N2O-O2 dapat
digunakan sebagai pengganti anastesi lokal pada prosedur-prosedur
tertentu.
9.4 Keuntungan teknik sedasi intravena: Onset of Action paling
cepat dari semua teknik sedasi. Dosis dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Titrasi dapat dilakukan. Tingkat ringan, sedang,
dan berat sedasi didapat dengan mudah lewat rute intravena. Periode
kesembuhan dari sedasi lebih pendek daripada administrasi oral,
rektal, intranasal, atau intramuskular. Vena yang jelas adalah
faktor aman. Mual dan muntah tidak sering terjadi. Kontrol sekresi
saliva memungkinkan. Refleks sumbatan dikurangi. Gangguan motorik
(epilepsi, cerebral palsy) dapat dikurangi. Pada kasus emergensi
sedasi intravena merupakan suatu keuntungan.
10 ANASTESI UMUM / GENERAL ANASTHETIC10.1. Definisi anestesi
umum Istilah anestesi dimunculkan pertama kali oleh dokter Oliver
Wendell Holmes (1809-1894) berkebangsaan Amerika, diturunkan dari
dua kata Yunani : An berarti tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau
sensasi nyeri. Secara harfiah berarti ketiadaan rasa atau sensasi
nyeri. Dalam arti yang lebih luas, anestesi berarti suatu keadaan
hilangnya rasa terhadap suatu rangsangan. Anastesi Umum adalah
tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat irreversible. Anestesi umum yang sempurna
menghasilkan ketidak sadaran, analgesia, relaxasi otot tanpa
menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien.10.2
Macam-macam teknik anestesi umum berdasarkan cara pemberian
obatnyaI.Parenteral Anastesi umum yang diberikan secara parenteral
baik intravena maupun intra muscular biasanya digunakan untuk
tindakan yang singkat/ untuk tindakan yang singkat atau untuk
indikasi anesthesia. Keuntungan pemberian anestetik intravena
adalah cepat dicapai induksi dan pemulihan, sedikit komplikasi
pasca anestetik jarang terjadi, tetapi efek analgesic dan relaksasi
otot rangka sangat lemah. Obat yang umum dipakai adalah thiopental,
barbiturat, ketamin, droperidol dan fentanil. Kecuali untuk
kasus-kasus tertentu dapat digunakan ketamin, diazepam, dll. Untuk
tindakan yang lama biasanya dikombinasi dengan obat anestetika
lain.II.Perektal Anastesi umum yang diberikan melalui rectal
kebanyakan dipakai pada anak, terutama untuk induksi anesthesia
atau tindakan singkat.III. Perinhalasi, melalui pernafasan
Anastesia inhalasi ialah anesthesia dengan menggunakan gas atau
cairan anestetika yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat
anestetika melalui dara pernafasan. Zat anestetika yang
dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi
zat anestetika tersebut tergantung dari tekanan parsial dalam
jaringan otak menentukan kekuatan daya Anastasia, zat anastetika
disebut kuat bila dengan tekanan parsial rendah sudah mampu memberi
anastesia yang adekuat. Anestetik inhalasi berbentuk gas atau
cairan yang menguap berbeda-beda dalam hal potensi, keamanan dan
kemampuan untuk menimbulkan analgesia dan relaksasi otot rangka.
Anastesia inhalasi masuk dengan inhalasi atau inspirasi melalui
peredaran darah sampai ke jaringan otak. Inhalasi gas (N2O etilen
siklopropan) anestetika menguap (eter, halotan, fluotan,
metoksifluran, etilklorida, trikloretilen dan fluroksen).
Factor-faktor lain seperti respirasi, sirkulasi dan sifat-sifat.
Fisik zat anestetika mempengaruhi kekuatan manapun kecepatan
anastesia.10.3 Klasifikasi status fisik pasien berdasarkan ASA Dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada penderita maka akan
didapat status fisik berdasarkan ASA (American Society of
Anaesthesiologist) yang sangat berguna untuk menentukan jenis dan
teknik anestesi serta resiko yang mungkin terjadi)ASA I: Pasien
normal / sehatASA II: Pasien dengan penyakit sistemik ringanASA
III: Pasien dgn peny. Sistemik berat sehingga aktivitas rutin
terbatasASA IV: Pasien dengan peny. Sistemik berat tidak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya mengancam kematianASA V:
Pasien emergensi / muribund, dengan atau tanpa operasi hidupnya
tidak lebih dari 24 jam10.4 Tahap-tahap pemberian anestesi
umumPersiapan Praanestesi Keadaan fisis pasien telah dinilai
sebelumnya pada kunjungan praanestesi meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisis, laboratorium, dll. Saat masuk ruang operasi
pasien dalam keadaan puasa. Identitas pasien harus telah
ditandatangani sesuai dengan rencana operasi dan informed consent.
Dilakukan penilaian praoperasi. Keadaan hidrasi pasien dinilai,
apakah terdapat hipovolemia, perdarahan, diare, muntah, atau demam.
Akses intravena dipasang untuk pemberian cairan infus, transfusi,
dan obat-obatan. Dilakukan pemantauan elektrogradiografi (EKG),
tekanan darah (tensimeter), saturasi O2 (pulse oxymeter), kadar CO2
dalam darah (kapnograf), dan tekanan vena sentral (CVP).
Premedikasi dapat diberikan diberikan oral, rektal, intramuskular,
atau intravena. Kelengkapan dan fungsi mesin anestesi serta
peralatan intubasi diperiksa. Pipa endotrakeal dipilih sesuai
dengan pasien, baik ukuran maupun jenis laringoskopnya. Lampu
diperiksa fungsinya, pipa endotrakeal diberi pelicin analgetik, dan
balon pipa endotrakeal (cuff) diperiksa.Induksi Anestesi Pasien
diusahakan tenang dan diberikan O2 melalui sungkup muka. Obat-obat
induksi diberikan secara intravena seperti tiopental, ketamin,
diazepam, midazolam, dan propofol. Jalan napas dikontrol dengan
sungkup muka atau pipa napas orofaring/nasofaring. Setelah itu
dilakukan intubasi trakea. Setelah kedalaman anestesi tercapai,
posisi pasien disesuaikan dengan posisi operasi yang akan
dilakukan, misalnya terlentang, telungkup, litotomi, miring, duduk,
dll.Pemeliharaan/ Rumatan Anestesi Selama operasi berlangsung
dilakukan pemantauan anestesi. Hal-hal yang dipantau adalah fungsi
vital (pernapasan, tekanan darah, nadi), dan kedalaman anestesi,
misalnya adanya gerakan, batuk, mengedan, perubahan pola napas,
takikardia, hipertensi, keringat, air mata, midriasis. Ventilasi
pada anestesi umum dapat secara spontan, bantu, atau kendali
tergantung jenis, lama, dan posisi operasi. Cairan infus diberikan
dengan memperhitungkan kebutuhan puasa, rumatan, perdarahan,
evaporasi, dll. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa kristaloid
(ringer laktat, NaCl, dekstrosa 5%), koloid (plasma expander,
albumin 5%), atau tranfusi darah bila perdarahan terjadi lebih dari
20% volume darah. Selama pasien dalam anestesi dilakukan pemantauan
frekuensi nadi dan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah dan
frekuensi nadi terjadi bila anestesi kurang dalam. Hal ini
disebabkan karena terjadi sekresi adrenalin. Diatasi dengan membuat
anestesi lebih dalam, yaitu melalui meningkatan konsentrasi halotan
atau suntikan barbiturat. Penurunan tekanan darah dan nadi halus
sebagai tanda syok dapat disebabkan karena kehilangan banyak darah.
Hal ini diatasi dengan pemberian cairan pengganti plasma atau
darah. Penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi dapat disebabkan
karena anestesi terlalu dalam atau terlalu ringan serta kehilangan
banyak darah atau cairan. Peningkatan tekanan darah dan tekanan
nadi serta penurunan frekuensi nadi disebabkan transfusi yang
berlebihan. Diatasi dengan penghentian transfusi.
Pemulihan Pasca-Anestesi Setelah operasi selesai pasien dibawa
ke ruang pemulihan (recovery room) atau ke ruang perawatan intensif
(bila ada indikasi). Secara umum, ekstubasi terbaik dilakukan pada
saat pasien dalam anestesi ringan atau sadar. Di ruang pemulihan
dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, sensibilitas nyeri, perdarahan dari drain, dll.
Pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernapasan
dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit pertama atau
hingga stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit. Pulse
oximetry dimonitor hingga pasien sadar kembali. Pemeriksaan suhu
juga dilakukan. Seluruh pasien yang sedang dalam pemulihan dari
anestesi umum harus mendapat oksigen 30-40% selama pemulihan karena
dapat terjadi hipoksemia sementara. Pasien yang memiliki risiko
tinggi hipoksia adalah pasien yang mempunyai kelainan paru
sebelumnya atau yang dilakukan tindakan operasi di daerah abdomen
atas atau daerah dada. Pemeriksaan analisis gas darah dapat
dilakukan untuk mengkonfirmasi penilaian oksimetri yang abnormal.
Terapi oksigen benar-benar diperhatikan pada pasien dengan riwayat
penyakit pan obstruksi kronis atau dengan riwayat retensi CO2
sebelumnya. Bila keadaan umum dan tanda vital pasien normal dan
stabil, maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan dengan pemberian
intruksi pascaoperasi. Kriteria yang digunakan dan umumnya yang
dinilai adalah warna kulit, kesadaran, sirkulasi, pernapasan, dan
aktivitas motorik, seperti Skor Aldrete (lihat di bawah). Idealnya
pasien baru boleh dikeluarkan bila jumlah skor total adalah 10.
Namun bila skor total telah di atas 8 pasien boleh keluar dari
ruang pemulihan. Seluruh tindakan anestesi dicatat dalam lembaran
khusus berisi tindakan yang dilakukan, obat yang diberikan, status
fisis pasien sebelum, selama, dan setelah anestesi dilakukan sesuai
urutan waktu.