BAB I
30
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas,
yaitu mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan
ke udara luar. Bilamana paru berfungsi secara normal, tekanan
parsial O2 dan CO2 di dalam darah akan dipertahankan seimbang,
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur
keasaman (pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru
dalam menghantarkan oksigen kedalam sirkulasi darah dan mengambil
karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3,
pH, HCO3, dan saturasi O2.
Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan
penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status
oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan
analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk
menginterpretasi hasilnya secara tepat. Di Indonesia hampir 50%
penyakit dalam dilakukan AGD (Analisa Gas Darah) untuk mendapatkan
data penunjang. Pada tahun 2007 banyaknya penderita demam berdarah
menambah catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan AGD
(Analisa Gas Darah).
Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan
laboratorium yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita
akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan
analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit
setelah mendapat terapi.
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan
analisa gas darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu
pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas
darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan
sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat
menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan,
tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari
penelitian analisa gas darah dan keseimbangan asam-basa saja, kita
harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
data-data laboratorium lainnya. Gas darah memberikan informasi
tentang oksigenasi, homeostasis CO2, dan keseimbangan asam basa,
dan karena itu merupakan alat terpenting yang digunakan dalam
mengevaluasi adekuasi fungsi paru.
Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD), cara pengambilan
sampel darah arteri harus diperhatikan, sebab pada pengambilan
darah arteri resiko komplikasi lebih berbahaya daripada pengambilan
darah vena (venipuncture) maupun skinpuncture. Oleh sebab itu
seorang analis (plebotomis) harus mengerti tentang pengertian
analisa gas darah, indikasi pemeriksaan gas darah, metode
pemeriksaan analisa gas darah, dan interpretasi analisa gas
darah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam makalah ini, di
bahas beberapa rumusan masalah, sebagai berikut :Apakah pengertian
dari analisa gas darah ?Apakah tujuan dilakukan pemeriksaan gad
darah ?Bagaimana cara pengambilan sampel guna dilakukannya
pemeriksaan gas darah ?Komponen apa saja yang diperiksa dalam
analisa gas darah ?Apakah indikasi dilakukannya analisa gas darah
?Apa saja gangguan keseimbangan asam basa ?Bagaimana cara tubuh
melakukan kompensasi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa
?Bagaimana cara pemeriksaan analisa gas darah ?Bagaimana langkah
langkah menilai gas darah ?Apa saja factor yang mempengaruhi
pemeriksaan analisa gas darah ?TujuanUntuk mengetahui pengertian
dari analisa gas darah.Untuk mengetahui tujuan dari dilakukkanya
analisa gas darah.Untuk mengetahui cara pengambilan sampel untuk
analisa gas darah.Untuk mengetahui komponen apa saja yang diperiksa
dalam analisa gas darah.Untuk mengetahui indikasi dilakukannya
analisa gas darah.Untuk mengetahui gangguan keseimbangan asam
basa.Untuk mengetahui cara tubuh melakukan kompensasi terhadap
gangguan keseimbangan asam-basa.Untuk mengetahui cara pemeriksaan
analisa gas darah.Untuk mengetahui langkah langkah dalam menilai
gas darah.Untuk mengetahui factor factor yang mempengaruhi
pemeriksaan analisa gas darah.BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Analisa Gas Darah
Pemeriksaan AGD (Astrup) adalah pemeriksaan beberapa gas yang
terlarut dalam darah arteri, bertujuan untuk mengetahui
keseimbangan asam basa, kadar oksigen, kadar karbondioksida dan
sebagainya dalam tubuh.
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa
( BGA ) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis
yang bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran
Oksigen ( O2),Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah
arteri.
Komponen Pemeriksaan Gas DarahAnalisa gas darah (AGD) atau BGA
(Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan
keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan
dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PCO2,
PO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).
pH merupakan logaritma negative dari kosentrasi ion hydrogen di
dalam darah. pH secara terbalik menunjukkan konsentrasi ion
hydrogen. Oleh karena itu, ketika konsentrasi ion hydrogen menurun,
pH akan naik, begitu pula sebaliknya. pH normal pada darah arteri
orang dewasa adalah 7,35 sampai 7,45. Dan 7,31 hingga 7,41 pada
vena.
PCO2 merupakan ukuran tekanan parsial CO2 dalam darah. PCO2
menunjukkan kondisi ventilasi. Semakin cepat dan dalam klien
bernapas, semakin banyak CO2 yang dikeluarkan dan PCO2 pun akan
turun. PCO2 dalam darah dan CSF merupakan stimulus utama bagi pusat
pernapasan di otak. Apabila PCO2 naik, maka pernapasan akan
terstimulasi. Jika PCO2 naik terlalu tinggi dan paru-paru tidak
dapat mengkompensasinya, maka akan terjadi koma. Nilai normal PCO2
dalam arteri adalah 35-45 mmHg, sedangkan dalam vena adalah 40-50
mmHg.
Kebanyakan CO2 dalam darah berbentuk HCO3- (asam bikarbonat).
HCO3- adalah ukuran dari komponen metabolic dari keseimbangan
asam-basa dan diatur oleh ginjal. Dalam ketoasidosis diabetic,
HCO3- menurun karena digunakan untuk menetralisir asam-asam
diabetic dalam plasma. Nilai normal dari HCO3- dalam darah adalah
21-28 mEq/L.
Tekanan parsial oksigen, PO2, secara tidak langsung menunjukkan
nilai O2 dalam darah. PO2 menunjukkan tekanan oksigne yang larut
dalam plasma. PO2 juga merupakana salah satu indicator untuk
mengetahui keefektifan terapi oksigen yang digunakan. Nilai normal
dari PO2 adalah 80-100 mmHg pada arteri dan 40-50 mmHg pada
vena.
Saturasi oksigen (SaO2), adalah presentasi ikatan hemoglobin
(Hb) dengan oksigen. Pada lansia nilai SaO2 ialah 95%. Sedangkan
pada orang dewasa 95% sampai 100%. Berikut merupakan nilai normal
untuk analisa gas darah arteri dan nilai abnormal dalam gangguan
keseimbangan asam-basa yang tidak terkompensasi.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada
konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal
melalui 3 faktor, yaitumekanisme penyangga kimia, pernapasan dan
ginjal. Mekanisme pernapasan bekerja dengan menahan dalam darah
atau melepas ke udara CO2 melalui ekspirasi.
Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan
yang bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi
bikarbonat[HCO3-] yang disebabkan gangguan metabolisme) dan yang
bersifat respiratorik (adanya perubahan tekanan parsial CO2 yang
disebabkan gangguan respirasi). Perubahan PaCO2 dan/atau HCO3- akan
menyebabkan perubahan pH darah. Asidosis (pH turun di bawah normal)
akan terjadi jika PaCO2 meningkat dan/atau bikarbonat menurun,
sedangkan alkalosis terjadi bila sebaliknya.
Asidosis ada dua macam yaitu asidosis akut dan asidosis kronik,
demikian juga halnya dengan alkalosis. Penggolongan asidosis atau
alkalosis akut berdasarkan kejadiannya belum lama dan belum ada
upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH darah, sedangkan
kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam dan telah ada upaya
tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai
tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat
menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah
dan keseimbangan asam basa saja, harus menghubungkan dengan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada
konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal
melalui 3 faktor, yaitu:
Mekanisme dapar kimia
Mekansime pernafasan.
Mekanisme ginjal
Tabel gas-gas darah normal dari sample arteri dan vena
campuran.parameterSampel arteriSampel vena
Ph7,35-7,457,32-7,38
PaCO235-45 mmHg42-50 mmHg
PaO280-100mmHg40 mmHg
Saturasi oksigen 95%-100%75%
Kelebihan /kekurangan basa+ atau -2+ atau -2
HCO322-26 mEq/L23-27 mEq/L
Anatomi daerah yang akan menjadi target tindakan Dalam
pemeriksaan analisa gas darah, sampel yang digunakan biasanya darah
arteri yang diambil dari beberapa pembuluh darah arteri. Berikut
adalah pembuluh darah arteri yang biasa dijadikan tempat
pengambilan sampel :
Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman
dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan
atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak
resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua
arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh
darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah
dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat
menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan
vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena
dan arteri.
(www.google.co.id)
Lokasi pengambilan darahnya antara lain di arteri radialis,
arteri brachialis, arteri femoralis, arteri tibialis, dan arteri
dorsal pedalis. Umunya pengambilan darah arteri dilakukan pada
arteri radialis. Arteri radialis merupakan kelanjutan dari arteri
brachialis, tetapi lebih kecil dari ulnaris. Pada fossa cubitis,
arteri brachialis bercabang membentuk arteri radialis dan arteri
ulnaris. Arteri ini berada di atas tendon biseps dan letaknya
berawal dari atas m. spinator kemudian turun di sisi radialis
lengan bawah, di bawah tepi m. brachioradialis kemudian di antara
tendon brachioradialis dan m.flexor carpi radialis di bagian bawah
lengan bawah.
Arteri radialis berjalan berturut-turut di atas m.supinator,
m.pronator teres, kaput radius m.flexor digitorum superfisialis,
m.flexor polisis longus, dan m.pronator kuadratus. Di pergelangan
tangan arteri ini terletak di sebelah distal radius lateral
terhadap tendon flexor carpi radialis. Disinilah denyut nadi
radialis terasa paling jelas. Arteri radial itu terdiri dari tiga
bagian, satu di lengan, yang kedua di bagian belakang pergelangan
tangan, dan yang ketiga di tangan.
Arteri radialis berjalan ke belakang di bawah tendon m.abduktor
polisis longusdan m.abduktor polisis brevis memasuki snuffbox
anatomis. Akhirnya arteri ini melewati atas os.skafoid dan
os.trapezium dalam snuffbox dan keluar diantara dua kaput
m.abduktor polisis membentuk arcus palmaris profunda bersama dengan
arteri ulnaris (ramus palmaris profunda). Dari sini keluar cabang
prinseps polisis menuju ibu jari dan radialis indisis menuju
telunjuk. Arcus palmaris profunda punya tiga cabang aa metacarpal
palmaris yang akhirnya bergabung dengan a digitalis palmaris
comunis (dari arcus superfisialis) yang memasok darah ke jari-jari
tangan.
Aspek keamanan dan keselamatan (safety) yang harus
diperhatikan
Pasien diusahakan dalam keadaan tenang dan tidak takut/gelisah
dengan posisi berbaring. Apabila pasien dalam keadaan takut/gelisah
akan menyebabkan hiperventilasi.
Pengambilan astrup dilakukan 20 menit setelah pemberian oksigen
pada pasien yang sedang diberi terapi oksigen dan cantumkan kadar
oksigen yang diberikan.
Perlu diperhatikan adanya perdarahan dan hematoma akibat
pengambilan darah terutama pada pasien yang sedang mendapat terapi
antikoagulan.
Jika AGD dilakukan bersamaan dengan rencana pemeriksaan
spirometri, darah arteri diambil sebelum pemeriksaan spirometri
dilakukan (bertujuan untuk menentukan diagnosa gagal napas)
Suhu tubuh pasien waktu pengambilan darah harus dicantumkan pada
formulir permohonan pemeriksaan.
Prosedur tindakan
Beritahu pasien tujuan dari pengambilan darah
Ukur suhu tubuh pasien
Pasang alas/ perlak pada lokasi yang akan diambil darah
Pasang sarung tangan
Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan telapak tangan
menghadap ke atas dan pergelangan tangan ekstensi 30o agar jaringan
lunak terfiksasi oleh ligamen dan tulang. Bila perlu bagian bawah
pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil.
Jari pemeriksa diletakkan di atas arteri radialis (proksimal
dari lipatan kulit di pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi
agar dapat memperkirakan letak dan kedalaman pembuluh darah
0,2 ml heparin diaspirasikan ke dalam spuit sehingga dasar spuit
basah oleh heparin dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui
jarum, dilakukan perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan
heparin dan tidak ada gelembung udara.
Pastikan denyutan dari arteri terbesar kemudian dengan
menggunakan tangan kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas
daerah yang akan ditusuk dan titik maksimum denyutan ditemukan.
Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan daerah tersebut
dengan kapas alcohol
Setelah dilakukan asepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pada daerah
distal dari jari pemeriksa yang menekan arteri ke arah proksimal.
Jarum ditusukkan membentuk sudut 30o (45o pada arteri radialis dan
90o pada arteri femoralis) dengan permukaan lengan dengan posisi
lubang jarum/ bevel menghadap ke atas.
Jarum yang masuk ke dalam arteri akan menyebabkan torak semprit
terdorong oleh tekanan darah.
Pada pasien hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan,
indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah
adanya pemompaan darah ke dalam spuit dengan kekuatan sendiri.
Setelah jumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml),
cabut jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan
penekanan dengan jari selama 5 menit untuk mencegah keluarnya darah
dari pembuluh arteri (10 sampai 15 menit untuk pasien yang mendapat
antikoagulan)
Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, lepaskan jarum dan
tempatkan penutup udara pada spuit, putar spuit diantara telapak
tangan untuk mencampurkan heparin.
Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es/air es atau
termos berisi air es (semprit dibungkus plastik agar air tidak
masuk ke dalam semprit, keadaan dingin bertujuan memperkecil
terjadinya perubahan biokimia (metabolisme sel darah), untuk
selanjutnya spuit dibawa ke laboratorium.
Bereskan alat
Lepas sarung tangan
Pengambilan darah arteri brachiali
Arteri brachialis letaknya lebih dalam dar arteri radialis,
Pengambilannya harus hati-hati dan memperhatikan letak syaraf, agar
tidak menciderai nervus medianus yang dekat dengan srteri
brachialis.
Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku
dihiperekstensikan setelah meletakkan bantal/handuk di bawah
siku
Raba denyut arteri brachialis dengan jari
Lakukan tindakan asepsis
Tusukkan jarum dengan sudut 45o dan lubang jarum menghadap ke
atas, 5-10 mm dari distal jari pemeriksa yang menekan pembuluh
darah
Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau
sampai perdarahan berhenti.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan
tindakan
Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi
heparin. Rasional: untuk mencegah darah membeku.Kaji ambang nyeri
klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal. Rasional: meskipun pengambilan darah arteri
menyakitkan, sebisa mungkin kenyamanan klien harus tetap
terjamin.Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent
untuk mengetahui kepatenan arteri. Rasional: apabila tes Allen yang
dilakukan negatif akan tetapi tetap dipaksakan mengambil darah
arteri lewat a. radialis, trombosis dapat terjadi dan berisiko
mengganggu viabilitas tangan.Untuk memastikan apakah yang keluar
darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila
keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri. Rasional:
untuk mengetahui tindakan yang dilakukan telah tepat dan mengurangi
risiko salah diagnosis.Apabila darah sudah berhasil diambil,
goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku.
Rasional: jika terjadi pembekuan maka tidak akan didapatkan hasil
yang diharapkan dari pemeriksaan AGD yang dilakukan.Lakukan
penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih
deras daripada vena). Rasional: untuk mencegah pembentukan
hematoma.Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil
darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus. Rasional:
udara bebas dapat mempengaruhi nilai O2 pada AGD arteri.Ukur tanda
vital (terutama suhu) sebelum darah diambil. Rasional: untuk
mengetahui apakah klien mengalami demam atau tidak. Apabila
terdapat demam dapat mengindikasi adanya infeksi patogen.Penusukan
tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar
dan memancar.
Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan
jauh. Rasional: suhu yang rendah menurunkan metabolism sel darah
yang mungkin merubah nilai pH, PCO2, PO2 dan HCO3.
Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian.
Rasional: mencegah kerusakan pembuluh arteri karena seringnya
insersi di tempat yang sama.
Hindarkan pengambilan darah pada arteri femoralis. Rasional:
arteri femoralis terletak sangat dalam di bawah kulit dan arteri
femoralis merupakan salah satu pembuluh arteri utama yang
memperdarahi ekstremitas bawah.
Hindari melakukan aspirasi yang bertujuan untuk mengeluarkan
udara pada spuit yang berisi darah. Rasional: udara bebas dapat
mempengaruhi nilai O2 pada AGD arteri.Segera kirim ke laboratorium
Nilai normal hasil analisi gas darah arteri
Hal-hal penting yang harus dicatat setelah tindakan
(dokumentasi)
Nama pasien
Usia
Keterangan klien menggunakan alat bantu oksigenasi atau
tidak
Waktu dilakukannya prosedur.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan
Keadaan kulit (kemerahan, perdarahan berlebihan)
Ruangan
Suhu tubuh pasien
Tujuan dan Manfaat Analisa Gas Darah
Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang
memberikan oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa
baik paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah
normal (keseimbangan asam-basa). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan
untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang
dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk
terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa
dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi
ginjal.Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas
darah,yaitu :
Menilai fungsi respirasi (ventilasi)Menilai kapasitas
oksigenasiMenilai keseimbangan asam-basaMengetahui keadaan O2 dan
metabolisme sel
Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
Untuk mengetahui kadar CO2dalam tubuh
Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test
diagnostik yang lain.
Adapun manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk
menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti
perjalanan penyakit setelah mendapat terapi,serta mengkaji gangguan
keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan
dan/atau gangguan metabolic dalam tubuh. Analisa Gas Darah tidak
perlu dilakukan apabila:Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada
tindakan medis selanjutnyaMengikuti prosedurpemeriksaan yang ada,
bukan karena adanya indikasiMasih terdapat cara lain yang lebih
mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkanKomplikasi yang timbul
>>daripada hasil AGD yang diharapkanIndikasi Analisa Gas
DarahIndikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)
yaitu :
Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya
hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif
non reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam
jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga
gabungan antar keduanya.
Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan
cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru
sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan
dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada
kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya,
ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika
menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang
berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut
cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab
lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran
alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang
interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler ,
terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas
akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif
darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar .
Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku
akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual
fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart
616).
Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot
jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena
sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa
gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur
atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari
penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi
darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor
utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika
salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain
tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok
juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi
dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada
pasien.
Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon
inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut
ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan
karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan
beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat
disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena
penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang
dicetuskan oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung
koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan
listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun
serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur
jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan
obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung
dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung,
peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah
aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan
mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas
normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak
ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam
10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani
dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak,
ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
Kontra Indikasi Analisa Gas DarahDenyut arteri tidak terasa,
pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe, 2010).
Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative
tetapi tetap dipaksa untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat
arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis dan beresiko
mengganggu viabilitas tangan.
Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh
darah perifer pada tempat yang akan diperiksa
4.Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi
relatif.Keseimbangan Asam BasaSatuan derajad keasaman adalah pH,
nilainya berkisar antara 1,00 (asam) sampai 14,00 (basa) dengan
nilai normal atau netral sebesar 7,00. Dalam ilmu kimia, nilai pH
di bawah 7 disebut asidosis dan di atas 7 disebut alkalosis. Dalam
tubuh manusia nilai normal pH berkisar antara 7,35 7,45, sedikit
berbeda dengan ilmu kimia yang memasukkan nilai tersebut sebagai
alkalosis. Disebut nilai normal pada tubuh karena pada kisaran pH
tersebutlah segala proses dalam tubuh manusia bisa berjalan dengan
normal. Agar pH bisa dipertahankan tetap dalam kisaran normal maka
keseimbangan asam basa dalam darah perlu dikendalikan dengan akurat
karena perubahan yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang
serius pada organ atau sistem.
Ada 3 mekanisme dalam tubuh kita yang berperan mengendalikan
keseimbangan asam basa.
Ginjal berperan membuang kelebihan asam, sebagian besar dalam
bentuk amonia. Ginjal mampu menentukan jumlah asam atau basa yang
dibuang, biasanya berlangsung beberapa hari.
Tubuh memanfaatkan penyangga (buffer) pH dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan pH yang terjadi mendadak. Penyangga pH
yang paling penting adalah bikarbonat. Bikarbonat (komponen basa)
berada dalam keseimbangan dengan CO2 (komponen asam). Jika lebih
banyak asam yang masuk ke dalam darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Sedang jika lebih banyak
basa yang masuk ke aliran darah maka proses sebaliknya yang
terjadi.
Pembuangan CO2. Proses metabolisme memproduksi CO2 yang akan
dibawa darah menuju paruuntuk dibuang. Pusat pernapasan di otak
mengatur jumlah CO2 yang diekspirasi dengan cara mengendalikan
kecepatan dan kedalaman pernapasan. Jika jumlah CO2 yang dibuang
bertambah, kadar CO2 darah akan menurun dan selanjutnya pH menjadi
basa. Proses sebaliknya akan terjadi jika jumlah CO2 yang dibuang
berkurang dan pH bergeser ke arah asam. Pengaturan pengeluaran CO2
mampu mengatur pH darah dalam hitungan menit.
Bila terjadi kelainan pada satu atau lebih dari ketiga mekanisme
tersebut maka pH darah akan bergeser dan keluar dari nilai normal
menjadi asidosis atau alkalosis. Asidosis terjadi bila dalam darah
terlalu banyak asam atau terlalu sedikit basa sehingga pH
berkurang, bila terjadi sebaliknya akan terjadi alkalosis. Asidosis
dan alkalosis bukan penyakit, namun akibat dari beberapa penyakit.
Terjadinya pergeseran pH merupakan petunjuk adanya masalah
metabolisme atau respirasi yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik dan
respiratorik, tergantung pada penyebab utamanya. Kelainan pH
metabolik disebabkan oleh ketidakimbangan pembentukan dan
pembuangan asam dan basa oleh ginjal, sedang kelainan pH
respiratorik disebabkan oleh gangguan di paru atau saluran
napas.
Sebagian besar asam yang masuk dalam tubuh berasal dari proses
respirasi, yaitu CO2 yang membentuk asam karbonat, sedangkan
sisanya berasal dari metabolisme lemak dan protein. Mekanisme tubuh
untuk menjaga pH tetap dalam rentang normalnya diketahui melalui
tiga mekanisme,Kontrol respirasi terhadap PaCO2 oleh pusat
pernafasan yang mengatur ventilasi alveolar. Semakin banyak ion H+
dalam darah, semakin banyak CO2 yang dibuang melalui paru-paru.
Mekanisme ini cepat dan sangat efektif untuk mengkompensasi
kelebihan ion H+.
Pengontrolan ginjal terhadap bikarbonat dan ekskresi asam-asam
non-volatil. Mekanisme ini relatif lebih lama (jam sampai hari)
jika dibandingkan dengan kontrol respirasi.
Sistem buffer oleh bikarbonat, sulfat, dan hemoglobin yang
meminimalkan perubahan asam-basa akut.
Metode Henderson Hasselbach (H H)Persamaan H H menitik beratkan
pada sistem buffer asam karbonat yang memegang peranan penting
dalam pengaturan asam basa melalui ginjal dan paru paru.
Karbondioksida bereaksi dengan air untuk membentuk HCO3- dan
H+.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
Berdasarkan hukum kekekalan massa, maka [H+] [HCO3-] / [H2CO3] =
konstan. Sehingga, dapat ditentukan bahwa pH = pKa + log([H+]
[HCO3-] / [H2CO3]). Dari persamaan tersebut, pH dapat dikatakan
sebagai rasio antara bikarbonat dan karbondioksida. Perubahan pH
dapat disebabkan oleh perubahan CO2 (respirasi) atau HCO3-
(metabolik). Sistem kompensasi tubuh berusaha mempertahankan rasio
tersebut tetap 20:1.
Namun, persamaan H H tidak membahas mekanisme perubahan pH
akibat efek metabolik sejelas efek respiratoriknya, karena secara
in vivo kadar bikarbonat sangat tergantung pada tekanan parsial
karbondioksida (pCO2). Oleh sebab itu, muncullah konsep standard
bikarbonat dan standard base excess (BE) untuk membantu menghitung
efek metabolik terhadap perubahan pH. Standard bikarbonat adalah
jumlah bikarbonat yang seharusnya ada pada PCO2 = 40 mmHg, sehingga
dapat menyingkirkan efek respirasi pada suatu perubahan pH.
Sementara standard BE melihat jumlah asam (dalam mmol/l) yang harus
ditambahkan atau dikurangkan pada sampel darah yang sama dengan Hb
5,5 g/dl untuk mencapai pH normal pada PCO2 40 mmHg. Semakin
negatif BE menunjukkan sampel darah tersebut semakin asam.
Metode Stewart
Pada tahun 1983, Stewart memperkenalkan metode pendekatan asam
basa yang diakui secara luas. Metode ini menggunakan pendekatan
matematis dan menyimpulkan bahwa jika hukum keseimbangan muatan
terjadi pada suatu larutan, maka pH atau konsentrasi ion H+ akan
ditentukan terutama oleh derajat disosiasi air. Terdapat tiga
variabel yang masing-masing dapat mempengaruhi derajat disosiasi
air, yaitu PCO2, strong ion difference (SID), dan konsentrasi total
asam lemah (Atot). Ion bikarbonat dan asam lemah merupakan variabel
yang terikat dan tidak mempengaruhi pH secara langsung.
Diagram1. Pendekatan Asam Basa Metode Stewart
Pengaruh PCO2 sudah dijelaskan melalui persamaan H H, bahwa
perubahan pada CO2 hasil respirasi secara langsung juga akan
mengubah konsentrasi ion H+.
Ion-ion kuat adalah ion yang dalam jumlah besar terdapat dalam
bentuk terdisosiasi atau ion bebas dalam plasma. Pada manusia, SID
adalah selisih antara kation kuat (Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+) dengan
anion kuat (Cl- dan laktat) yang nilai normalnya adalah 42 mmol/l.
SID memiliki pengaruh kuat terhadap disosiasi air, peningkatan
kation total akan menurunkan konsentrasi H+ dan menurunkan pH.
Begitu pula sebaliknya, peningkatan jumlah anion total akan
menurunkan pH. Pada dasarnya plasma tidak bisa bermuatan, sehingga
dibutuhkan muatan negatif untuk menetralkan kelebihan muatan
(SIDe). SIDe terutama dibentuk oleh ion yang sulit berdisosiasi
seperti HCO3- dan asam lemah yang terdisosiasi seperti albumin,
fosfat, dan sulfat. Strong ion gap (SIG) adalah selisih antara SID
dan SIDe, menggambarkan ion-ion yang tidak terukur seperti keton,
sulfat, atau asam yang berasal dari luar. Perhitungan ini mirip
dengan anion gap, namun memiliki kelebihan karena memperhitungkan
albumin dan fosfat. SIG juga dapat menjadi prediktor yang sensitif
bagi kegawatan pada pasien-pasien kritis. Atot adalah konsentrasi
total asam-asam lemah non-volatil dalam plasma, fosfat inorganik,
protein serum dan albumin.
Gambar1. Keseimbangan Ion-ion Dalam Plasma
Pendekatan Stewart tidak merubah klasifikasi kelainan asam basa
sebelumnya, begitu pula dengan BE tetap dapat digunakan untuk
menghitung jumlah perubahan SID yang telah terjadi dibandingkan
dengan nilai normal. Namun dengan pendekatan ini, kita dapat
melihat peran ion-ion dalam mengembalikan pH darah. Contoh kasus
adalah, untuk merubah BE dari -20 menjadi -10 mEq/l adalah dengan
memberikan NaHCO3, dimana terjadi peningkatan konsentrasi Na+ dalam
serum sebesar 10 mEq/l.
Implikasi lain yang penting dari pendekatan Stewart adalah peran
ion klorida dalam homeostasis asam basa. Ion-ion yang terutama
mempengaruhi SID adalah Na+ dan Cl-. Peningkatan Cl- relatif
terhadap Na+ akan menurunkan SID dan begitu pula pH. Peran Cl-
menjadi lebih penting dalam mengatur pH, karena Na+ dikontrol
secara lebih ketat untuk mengatur tonus plasma. Contoh kasus adalah
pada muntah yang terus menerus sering menyebabkan alkalosis.
Pendekatan lama menganggap hal ini disebabkan karena kehilangan ion
H+ melalui HCl. Namun, hipotesis Stewart menganggap hal ini terjadi
akibat Cl- (anion kuat) berkurang tanpa diimbangi oleh berkurangnya
kation kuat, sehingga terjadi peningkatan SID. Pada akhirnya hal
ini akan menghambat disosiasi air dan ion H+ berkurang.
Penatalaksanaan kasus ini adalah dengan pemberian normal saline
sehingga ion klorida tergantikan. Kasus lain adalah asidosis
hiperkloremik yang juga sering terjadi akibat pemberian infus
normal saline berlebihan. Normal saline mengandung ion sodium dan
klorida sebanyak 150 mEq/l dibandingkan dengankonsentrasi plasma
135 dan 100 mEq/l. Hal ini menyebabkan penurunan SID dan pH.
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kedua metode sebenarnya
dapat digunakan. Metode pendekatan Handerson-Hasselbach lebih mudah
diterapkan, terutama untuk mengklasifikasikan jenis kelainan asam
basa yang terjadi. Sedangkan, pendekatan Stewart lebih berguna
dalam menghitung kelainan asam basa secara kualitatif dan juga
untuk menyusun hipotesis mekanisme yang menyebabkan timbulnya
kelainan asam basa pada pasien.
Gangguan asam basaGangguann asam-basa sederhana
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan
dengan memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan
Henderson-Hasselbach.Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan
asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan dalam batas
normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk
mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan
paru untuk mengubah PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri)
melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 35- 7,45.Perubahan
satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa.
Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah
membutuhkan pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH)
darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan peningkatan keasaman
(pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama
disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut
asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya
disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis
metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya
melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan
bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan
asam basa campuran.
Gangguan Keseimbangan Asam Basa Pada Pasien KritisBeberapa
kelainan pada AGD dapat digunakan sebagai marker resiko kematian
pada pasien-pasien kritis. Diantaranya adalah terjadinya asidosis
laktat, BE yang tinggi, asidosis hiperkloremik, efek asidosis
terhadap sistem imun, dan SIG yang tinggi.
Sebagian besar pasien-pasien trauma menderita asidosis laktat
akibat hipovolemia atau hipoperfusi. Perbaikan asidosis laktat
berkorelasi dengan survival pasien berdasarkan hubungan waktu.
Keadaan asidosis laktat yang persisten, meskipun telah terjadi
perbaikan tanda vital, berhubungan dengan resiko infeksi dan
kematian. Kadar BE yang tinggi dapat menjadi prognosis yang buruk
bagi pasien-pasien, namun hal tersebut tergantung pada jenis
penyakit atau trauma pasien. BE lebih memiliki nilai prognostik
pada pasien-pasien dengan cedera kepala. Selain itu, jumlah SIG
juga memiliki nilai prognostik pada pasien-pasien kritis. Dikatakan
nilai SIG >5 pada pasien yang membutuhkan resusitasi atau >2
pada pasien asidosis metabolik adalah prediktif untuk mortalitas.
Kondisi hiperkloremik diketahui dapat menyebabkan disfungsi renal
dan gangguan pembekuan darah. Asidosis diduga dapat menstimulasi
sel T-protein kinase sehingga memperparah reaksi peradangan pada
pasien kritis.
Gangguan asam basa primer dan terkompensasi: Normal bila tekanan
CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan
CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung
pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal
belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat
dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu
untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan
penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak
sakit kritis. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih
dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian
tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat,
blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila
ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas
normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit
neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat. Asidosis metabolik
yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi
dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat. Asidosis
metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH
7,30--7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan
ventilasi.
Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal
melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan
tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya
pasien stenosis pilorik dengan muntah lama. Alkalosis metabolik
terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih
dari 7,50. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang
dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat Hipoksemia
terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada
sehingga normal. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika
pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi
normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan
retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau
keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan
yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen. Langkah-langkah
Menilai Gas Darah
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dianjurkan untuk
mengevalusi nilai gas darah arteri. Langkah-langkah ini didasarkan
pada asumsi bahwa nilai rata-rata adalah:Ph=7.4PaCO2=40 mmHgHCO3=24
mEq/LPertama-tama,perhatikan pH, pH dapat tinggi, rendah atau
normal sebagai berikut :pH > 7.4 (alkolisis)pH < 7.4
(asidosis )pH = 7.4 (normal)pH normal dapat menunjukan gas darah
yang benar-benar normal atau pH yang normal ini mungkin suatu
indikasi ketidakseimbangan yang terkompensasi. Ketidakseimbangan
yang terkompensasi adalah suatu ketidakseimbangan di mana tubuh
sudah mampu memperbaiki pH, contohnya, seorang pasien dengan
asidosis metabolik primer dimulai dengan kadar bikarbonat yang
rendah tetapi dengan kadar karbondioksida yang normal. Segera
sesudah itu paru-paru mencoba mengkompensasi ketidakseimbangan
dengan mengeluarkan sejumlah besar karbondioksida
(hiperventilasi).
Langkah berikut adalah untuk menentukan penyebab primer
gangguan. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi PaCO2 dan HCO3
dalam hubunganya dengan pH.pH > 7.4 (alkolisis)jika PaCO2 <
40 mmHg.gangguan primer adalah alkolisis respiratorik(situasi ini
timbul jika pasien mengalami hiperventilasi dan blows off terlalu
bnayak karbon dioksida.ingat kembali jika karbondioksida terlarut
dalam air menjadi asam karbonik bagian asam dari sistem buffer asam
karbonik bikarbonat).jika HCO3 > 24 meq/L ,gangguan primer
adalah alkolisis metabolik(situasi ini timbul jika tubuh memperoleh
terlalu banyak bikarbonat,subtansi alkali bikarbonat dalah basa
atau bagian alkali dari sisitem buffer asam
karbonik-bikarbonat).
pH < 7.4 (asidosis)jika PaCO2 > 40 mmHg ,gangguan utama
adalah asidosis respiratorik.(situasi ini timbul jika pasien
mengalami hipoventilasi dan karenanya menahan terlalu banyak
karbondioksida suatu substansi asam)jika HCO3 < 24
meq/L,gangguan primer dalah asidosis metabolik(situasi ini timbul
jika kadar bikarbonat tubuh turun baik karena kehilangan langsung
bikarbonat atau bikarbonat atau karena penambahan asam seperti asam
laktat atau keton)
Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah
terjadi. Hal inidilakukan dengan melihat nilai selain gangguan
primer.Jjika nilai ini bergerak ke arah yang sama dengan nilai
primer, kompensasi sedang berjalan pertimbangkan gas-gas berikut
ini:pH PaCO2 HCO3
7.20 60mmHg 24 mmHg7.40 60mmHg 37mmHg
Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana,
gangguan asam basa campuran)Bagian yang pertama (1) menunjukkan
asidosis respiratorik akut tanpa kompensasi (PaCO2 tinggi HCO3
normal), bagian yang kedua (2) menunjukkan asidosis respiratorik
kronik perhatikan bahwa kompensasi sudah untuk menyeimbangkan PaCO2
yang tinggi dan menghasilkan suatu pH yang normal. Faktor Yang
Mempengaruhi Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Gelembung udaraTekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika
terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan
tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.AntikoagulanAntikoagulan dapat
mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak
terpengaruh karena efek penurunan CO2terhadap pH dihambat oleh
keasaman heparin.MetabolismeSampel darah masih merupakan jaringan
yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan
menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam
20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,
dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.SuhuAda hubungan
langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang
abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2yang
abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan
antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting
pada nilai oksigenasi darah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas,
yaitu mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 di dalam
dari badan ke udara luar. Bilamana paru berfungsi secara normal,
tekanan parsial O2 dan CO2 di dalam darah akan
dipertahankanseimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh..
Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan
laboratorium yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita
akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan
analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit
setelah mendapat terapi.
Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang
disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik.
Komponen dasar AGD mencakup pH, PCO2, PO2, SO2, HCO3 dan BE (base
excesses/kelebihan basa).
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu
:
Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Pasien dengan edema pulmo
Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
Infark miokard
Pneumonia
Pasien syok
Post pembedahan coronary arteri baypass
8. Resusitasi cardiac arrest
Dalam tubuh manusia nilai normal pH berkisar antara 7,35 7,45.
Disebut nilai normal pada tubuh karena pada kisaran pH tersebutlah
segala proses dalam tubuh manusia bisa berjalan dengan normal. Agar
pH bisa dipertahankan tetap dalam kisaran normal maka keseimbangan
asam basa dalam darah perlu dikendalikan dengan akurat karena
perubahan yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius
pada organ atau sistem.
Ada 3 mekanisme dalam tubuh kita yang berperan mengendalikan
keseimbangan asam basa.
Ginjal .
Penyangga (buffer) pH dalam darah .
Pembuangan CO2. P
Bila terjadi kelainan pada satu atau lebih dari ketiga mekanisme
tersebut maka pH darah akan bergeser dan keluar dari nilai normal
menjadi asidosis atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis
dikelompokkan menjadi metabolik dan respiratorik, tergantung pada
penyebab utamanya. Kelainan pH metabolik disebabkan oleh
ketidakimbangan pembentukan dan pembuangan asam dan basa oleh
ginjal, sedang kelainan pH respiratorik disebabkan oleh gangguan di
paru atau saluran napas.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dianjurkan untuk
mengevalusi nilai gas darah arteri. Pertama-tama,perhatikan pH,
Menentukan penyebab primer gangguan. Buat penafsiran tahap akhir
(gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran).Menentukan apakah kompensasi telah terjadi.Buat
penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam
basa campuran).