-
i
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA
Peran dan Kedudukan Wanita dalam Pandangan Islam
Dosen Pembimbing :
Abbas Muhammad Basalamah, SAg, MAg
Disusun oleh :
Kamila Fadyana Putri
( 14313759 )
Jurusan : Teknik Sipil
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014
-
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberkati saya
dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini bisa
diselesaikannya tepat pada
waktunya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, teman-teman, dan
seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penyelesaian
makalah ini.
Dalam makalah ini saya membahas dan menjelaskan tentang
kedudukan dan kodrat
wanita dalam islam, keistimewaan wanita dalam islam serta peran
wanita dalam islam baik
dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, yg bertujuan untuk
memberikan pengetahuan
kepada para pembaca tentang peran dan kedudukan wanita dalam
islam.
Selaku manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam makalah ini
masih banyak
kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu
saya membutuhkan kritik dan
saran. saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya di bidang
pendidikan agama.
Depok, 6 Mei 2014
Penulis
-
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang .. 1
II. Rumusan Masalah . 2
III. Tujuan Pembahasan .. 2
BAB II PEMBAHASAN
I. Kedudukan Wanita dalam Islam .. 3
II. Keistimewaan Wanita dalam Islam .. 4
III. Wanita di Masa Jahiliyah .. 7
IV. Kodrat Kedudukan Wanita ... 8
V. Peran Wanita dalam Islam 10
A. Peranan Wanita dalam Keluarga Islami. 10
B. Peranan Wanita dalam Masyarakat dan Negara. 14
VI. Analisa .. 15
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan ... 17
II. Saran . 17
DAFTAR PUSTAKA ... 19
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Peran dan kedudukan perempuan menjadi pembahasan di setiap
zaman. Peran dan kedudukan
perempuan sangat dipengaruhi oleh pandangan masyarakat terhadap
perempuan. Pada fase menghinakan
perempuan dianggap seperti hewan bahkan lebih rendah. Perempuan
dianggap menjijikkan, hina dan
diperjualbelikan di toko, pasar-pasar, dan warung-warung.
Perempuan dianggap pelayan laki-laki. Pada
fase mendewakan perempuan dipuja-puja, dimuliakan tetapi untuk
memuaskan hawa nafsu berahi kaum
lelaki. Pada fase menyamaratakan wanita diberi kebebasan
seluas-luasnya tanpa terikat pada batasan baik
norma adat maupun agama. Wanita harus memiliki hak dan peran
yang sama dengan laki-laki dalam
segala bidang kehidupan.
Dalam kenyataan perempuan berbeda dengan laki-laki terutama
dalam struktur anatominya.
Secara fisik perempuan dan laki-laki berbeda. Secara biologis
perempuan dilengkapi dengan alat-alat
reproduksi sehingga dapat berperan sebagai ibu mampu mengandung
dan melahirkan anak, sedangkan
laki-laki tidak memiliki potensi untuk itu.
Dengan perbedaan ini tentunya perempuan dan laki-laki memilki
kedudukan dan tugas atau peran
yang saling melengkapi. Oleh karena itulah saya mencoba mengupas
peran dan kedudukan perempuan
dalam pandangan Islam. Karena yang berhak menentukan peran dan
kedudukan perempuan adalah sang
pencipta perempuan itu sendiri, yang telah mengutus rasul
Muhammad dan menurunkan kitab Al-Quran
sebagai petunjuknya bagi manusia supaya ber-Islam ( berserah
diri ).
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan wanita dalam islam?
2. Apa saja keistimewaan wanita dalam islam?
3. Bagaimana kedudukan wanita pada masa jahiliyah dan masa
sekarang?
4. Bagaimana kodrat kedudukan wanita dalam islam?
5. Apa saja peran wanita dalam islam dan dalam masyarakat?
-
2
III. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada para
pembaca tentang kedudukan dan kodrat wanita dalam islam,
keistimewaan wanita dalam islam,
kedudukan wanita pada masa jahiliyah dan masa sekarang, serta
peran wanita baik dalam Islam maupun
dalam masyarakat.
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
I. Kedudukan Wanita dalam Islam
Sesungguhnya wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi
dalam Islam dan pengaruh yang
besar dalam kehidupan setiap muslim. Dia akan menjadi madrasah
pertama dalam membangun
masyarakat yang shalih, tatkala dia berjalan di atas petunjuk
Al-Quran dan sunnah Nabi. Karena
berpegang dengan keduanya akan menjauhkan setiap muslim dan
muslimah dari kesesatan dalam segala
hal.
Kesesatan dan penyimpangan umat tidaklah terjadi melainkan
karena jauhnya mereka dari
petunjuk Allah dan dari ajaran yang dibawa oleh para nabi dan
rasul-Nya. Rasulullah bersabda, Aku
tinggalkan pada kalian dua perkara, di mana kalian tidak akan
tersesat selama berpegang dengan
keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku. (Diriwayatkan oleh
Imam Malik dalam al-Muwaththa kitab
Al-Qadar III).
Sungguh telah dijelaskan di dalam Al-Quran betapa pentingnya
peran wanita, baik sebagai ibu,
istri, saudara perempuan, mapun sebagai anak. Demikian pula yang
berkenaan dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajibannya. Adanya hal-hal tersebut juga telah
dijelaskan dalam sunnah Rasul.
Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat
yang harus dihadapinya,
bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh
karena itu, menjadi kewajiban bagi kita
untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun
dalam bersikap kepadanya. Kedudukan
ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan
ayah. Ini disebutkan dalam firman
Allah :
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat
baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu.
Hanya kepada-Ku lah kamu akan
kembali. (QS. Luqman: 14)
-
4
Begitu pula dalam firman-Nya :
Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada ibu bapaknya. Ibunya telah
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). Mengandung dan
menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS. Al-Ahqaf: 15)
II. Keistimewaan Wanita dalam Islam
Sebagai wanita Allah menciptakan dan memberi segala
keistimewaannya, cobalah kita (kaum
wanita) mempelajari dari pandangan Islam ini dan jadikan suatu
keistimewaan itu sebagai cermin hidup
kita. Bagian dari keistimewaan wanita, yang dipandang Islam
adalah :
Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang
yang lebih kuat daripada lelaki,
ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W. akan hal tersebut, jawab
baginda "Ibu lebih penyayang
daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan
sia-sia."
Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang
lelaki yang soleh. Barang siapa yang
menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang
senantiasa menangis karena
takutkan Allah S.W.T. dan orang yang takutkan Allah S.W.T. akan
diharamkan api neraka keatas
tubuhnya.
Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke
rumah) lalu diberikan kepada
keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah
mendahulukan anak perempuan dari
pada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukakan anak
perempuan seolah-olah dia
memerdekakan keturunan Nabi Ismail A.S.
Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama
Rasulullah S.A.W. di dalam
syurga. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga
saudara perempuan atau dua anak
perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan
dalam pergaulan dengan mereka dan
mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab,
maka baginya adalah syurga.
Daripada Aisyah r.a. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu
daripada anak-anak perempuannya,
lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi
penghalang baginya daripada api
neraka.
-
5
Syurga itu di bawah telapak kaki ibu. Apabila memanggil akan
engkau dua orang ibu bapamu, maka
jawablah panggilan ibumu dahulu.
Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup
pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-
pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki
dengan tidak dihisab.
Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung
di udara, malaikat di langit,
matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia
taat kepada suaminya dan direkannya
(serta menjaga sembahyang dan puasanya).
Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka
Allah S.W.T. memasukkan dia
ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000
tahun).
Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya,
maka beristighfarlah para
malaikat untuknya. Allah S.W.T. mencatatkan baginya setiap hari
dengan 1,000 kebaikan dan
menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka
Allah S.W.T. mencatatkan baginya
pahala orang yang berjihad pada jalan-Nya. Apabila seseorang
perempuan melahirkan anak, keluarlah
dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
Apabila telah lahir (anak) lalu disusui,
maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi
satu kebajikan.
Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang
sakit, maka Allah S.W.T.
memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan
ikhlas untuk membela agama
Allah S.W.T.
Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
Seorang wanita yang jahat adalah
lebih buruk dari pada 1,000 lelaki yang jahat. 2 rakaat solat
dari wanita yang hamil adalah lebih
baikdaripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.
Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya daripada badannya
(ASI) akan dapat satu pahala
dari pada tiap-tiap tetes susu yang diberikannya.
Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah
didalam keadaan letih akan
mendapat pahala jihad. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih
sayang dan suami yang melihat
isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh
rahmat.
Islam memberikan hak sebesar kewajiban yang dibebankan kepada
kaum wanita. Pendapatnya
dihargai serta kelemahannya dilindungi. Untuk meneguhkan
kedudukan itu, tercantumlah surat an Nisaa
(Wanita) dalam Alquran. Surat ini khusus membahas segala hal
serta aspek terkait dengan kaum
perempuan.
-
6
Pada intinya, kaum perempuan dipandang sebagai bagian penting
demi tegaknya agama. Maka,
tidak ada yang lebih diharapkan selain tampilnya sosok perempuan
yang shalehah dan sanggup menjaga
kodrat maupun martabatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kaidah fikih Islam telah menggariskan beberapa hal yang patut
menjadi perhatian serta tuntunan
dalam kaitan tersebut. Mulai dari etika pergaulan, berperilaku,
berhias diri dan lainnya. Seperti
dipaparkan Dr Abdul Qadir Manshur dalam Fiqh al-Mar'ah al
Muslimah, setidaknya ada lima hal menjadi
penekanan. Satu diantaranya yakni etika berada di luar
rumah.
Bagi kaum perempuan, dianjurkan untuk tidak mengenakan pakaian
ketat sehingga
memperlihatkan lekuk tubuh. Juga hendaknya tidak berpakaian
dengan bahan kain tipis yang bisa
menampakkan kulit tubuhnya. Rasulullah SAW bersabda, bahwa
dengan berpakaian ketat dan tampak
kulit tubuhnya, maka sama saja dengan tidak mengenakan pakaian.
Yang semacam itu juga dikhawatirkan
bisa menimbulkan hal-hal tidak diinginkan.
Begitu juga dengan berperilaku di muka umum. Dalam surat An-Nur
(24) ayat 31 disebutkan,
Artinya : ''Katakanlah kepada wanita yang beriman, ''Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya.''
Misalnya, bila seorang perempuan bersama-sama dengan seorang
lelaki yang bukan muhrimnya di tempat
sepi. Hal tersebut tentu tidak dibenarkan dan hukumnya haram.
Nabi SAW sangat tidak menyukai
perbuatan ini. Dalam salah satu hadis, beliau menyebutkan bahwa
berduaan dengan lelaki asing
merupakan perbuatan maksiat. ''Tidaklah seorang laki-laki
berduaan dengan seorang perempuan kecuali
setan menjadi pihak ketiga di antara mereka.'' (HR Ahmad dan
at-Tarmizi)
-
7
Selain itu wanita diharapkan dapat menahan pandangannya, menutup
seluruh tubuh kecuali wajah
dan kedua telapak tangan, tenang dan terhormat dalam gerak
gerik, serta serius dan sopan dalam
berbicara. Dalam berhias diri pun ada batasan-batasannya.
Menurut Ibnu Abidin, selain harus menutup
aurat, maka syarat dibolehkannya seorang perempuan jika keluar
rumah yakni tidak mengenakan
perhiasan secara berlebihan dan bersolek, karena keadaan seperti
itu bisa menyebabkan kaum laki-laki
tertarik. Allah SWT berfirman,
Artinya : dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah
dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, hai ahlul bait
dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab (33) :
33)
III. Wanita di Masa Jahiliyah
Panjang sudah zaman yang dilalui umat manusia yang berdiam di
bumi Allh Subhnahu wa
Tal ini. Sekian waktu mereka lalui dalam memakmurkan bumi karena
Allh memang menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi-Nya. Dia Yang Maha Tinggi
berfirman kepada para malaikat-Nya
sebagaimana diabadikan dalam Tanzil-Nya yang mulia:
Artinya : Ingatlah ketika Rabbmu berkata kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi (QS Al-Baqarah [2]:
30).
Manusia pun membangun kehidupan dan peradaban mereka, generasi
demi generasi, silih
berganti. Namun sejarah mencatat sisi gelap perlakuan mereka
terhadap makhluk Allh yang bernama
perempuan. Kesewenang-wenangan dan penindasan mewarnai hari-hari
kaum perempuan dalam
kegelapan alam jahiliyyah, baik di kalangan bangsa Arab maupun
di kalangan ajam (non Arab).
Perlakuan jahat dan ketidaksukaan orang-orang jahiliyyah
terhadap perempuan ini diabadikan dalam Al-
Qurnul:
-
8
.
Artinya : Apabila salah seorang dari mereka diberi kabar gembira
dengan kelahiran anak perempuan,
menjadi merah padamlah wajahnya dalam keadaan ia menahan amarah.
Ia menyembunyikan dirinya
dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. (Ia berpikir) apakah ia akan
memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkannya hidup-hidup di dalam
tanah? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan
itu. (QS al-Nahl [16]: 58-59).
Artinya : Dan apabila anak perempuan yang dikubur hidup-hidup
itu ditanya karena dosa apakah ia
dibunuh? (QS al-Takwr [81]: 8-9)
Al-Hfizh Ibnu Katsr rahimahullhu menyatakan bahwa anak perempuan
itu dikubur hidup-
hidup oleh orang-orang jahiliyyah karena mereka tidak suka
dengan anak perempuan. Apabila anak
perempuan itu selamat dari tindakan tersebut dan tetap hidup
maka ia hidup dalam keadaan dihinakan,
ditindas dan didzalimi, tidak diberikan hak waris walaupun si
perempuan sangat butuh karena fakirnya.
Bahkan justru ia menjadi salah satu benda warisan bagi anak
laki-laki suaminya apabila suaminya
meninggal dunia. Dan seorang pria dalam adat jahiliyyah berhak
menikahi berapa pun perempuan yang
diinginkannya tanpa ada batasan dan tanpa memerhatikan hak-hak
para istrinya.
IV. Kodrat Kedudukan Wanita
Islam datang dengan cahayanya yang menerangi dunia. Kedzaliman
terhadap wanita pun
terangkat. Islam menetapkan insaniyyah (kemanusiaan) seorang
wanita layaknya seorang lelaki, di mana
Allh berfirman:
Artinya : Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian
dari seorang laki-laki dan
perempuan (QS al-Hujurt [49]: 13).
-
9
Artinya : Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Rabb kalian
yang telah menciptakan kalian dari
jiwa yang satu, kemudian Dia ciptakan dari jiwa yang satu itu
pasangannya. Lalu dari keduanya Dia
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (QS
al-Nis` [4]: 1).
Sebagaimana wanita berserikat dengan lelaki dalam memperoleh
pahala dan hukuman atas amalan yang
dilakukan. Allh berfirman:
Artinya : Siapa yang beramal shalih dari kalangan laki-laki
ataupun perempuan sedangkan ia dalam
keadaan beriman maka Kami akan menganugerahkan kepadanya
kehidupan yang baik dan Kami akan
memberikan balasan pahala kepada mereka dengan yang lebih baik
daripada apa yang mereka
amalkan. (QS An-Nahl [16]: 97).
Dan Allh Subhnahu wa Tal berfirman:
Artinya : Agar Allh mengazab orang-orang munafik, baik dari
kalangan laki-laki maupun perempuan,
dan orang-orang musyrik, baik dari kalangan laki-laki maupun
perempuan. Dan agar Allh mengampuni
orang-orang yang beriman, baik dari kalangan laki-laki maupun
perempuan (QS Al-Ahzb [33]: 73).
Allh mengharamkan wanita dijadikan barang warisan sepeninggal
suaminya.
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman tidak halal bagi kalian
mewarisi para perempuan secara
paksa. (QS An-Nis`[4]: 19)
Bahkan wanita dijadikan sebagai salah satu ahli waris dari harta
kerabatnya yang meninggal. Allh
Subhanahu wa Taala berfirman:
Artinya : Bagi para lelaki ada hak bagian dari harta peninggalan
kedua orang tua dan kerabat-
kerabatnya. Dan bagi para perempuan ada hak bagian dari harta
peninggalan kedua orang tua dan
-
10
kerabat-kerabatnya, baik sedikit ataupun banyak menurut bagian
yang telah ditetapkan. (QS An-Nis`
[4]: 7)
Allh Subhnahu wa Tal menetapkan adanya mahar dalam pernikahan
sebagai hak perempuan yang
harus diberikan secara sempurna kecuali bila si perempuan
merelakan dengan kelapangan hatinya. Dia
Yang Maha Tinggi Sebutan-Nya berfirman:
Artinya : Dan berikanlah mahar kepada para perempuan yang kalian
nikahi sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian
sebagian dari mahar tersebut
dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu
sebagai sesuatu yang baik. (QS al-Nis`
[4]: 4).
V. Peran Wanita dalam Islam
A. Peranan wanita dalam keluarga islami
Keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran islam. Dari keluarga
lah, muncul pemimpin-
pemimpin yang berjihad di jalan Allah, dan akan datang
bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan
kalimat-kalimat Allah. Dan peran terbesar dalam hal tersebut
adalah kaum wanita.
Wanita sebagai seorang istri, ketika seorang laki-laki merasa
kesulitan, maka sang istri lah yang
bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan,
sang istri lah yang dapat
menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami
keterpurukan, sang istri lah yang dapat
menyemangatinya. Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh
terbesar bagi seorang suami melainkan
sang istri yang dicintainya. Kemudian, kedudukan isteri dan
pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa
seseorang (suami) telah dijelaskan dalam Al-Quran. Allah
berfirman :
-
11
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untuk kalian istri-istri dari
jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa
kasih dan sayang di antara kalian. (QS. Ar-Rum: 21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir -semoga Alah merahmatinya- menjelaskan
pengertian firman Allah:
mawaddah wa rahmah bahwa mawaddah adalah rasa cinta, dan rahmah
adalah rasa kasih sayang.
Seorang pria menjadikan seorang wanita sebagai istrinya bisa
karena cintanya kepada wanita tersebut atau
karena kasih sayangnya kepada wanita itu, yang selanjutnya dari
cinta dan kasih sayang tersebut
keduanya mendapatkan anak.
Mengenai hal ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum
Muslimah, Khadijah
Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah di masa awal
kenabiannya. Ketika Rasulullah merasa
ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa
kesulitan, lantas apa yang dikatakan
Khadijah kepadanya?
Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya.
Karena sungguh engkau suka
menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah,
menutup kebutuhan orang yang
tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong
setiap upaya menegakkan
kebenaran. (HR. Muttafaqun alaih)
Sebagai istri, wanita adalah sahabat bagi suaminya. Kepadanya
melekat sejumlah kewajiban yang
harus dilaksanakan kepada suaminya. Antara lain, seorang istri
harus bisa menjaga rahasia suami dan
semua yang ada di rumah suaminya. Karena semuanya itu adalah
amanah, dan kelak akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah. Sabda Rasulullah Saw
seorang wanita adalah pemimpin di
rumah tangga suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban
tentang apa yang dipimpinnya itu.
Sebagai rabbat al-bayt (pengurus rumah tangga), seorang istri
juga dituntut memiliki keahlian dan
keterampilan yang dibutuhkan. Bukan hanya keahlian dan
keterampilan memasak, menata rumah, menata
penampilan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan dalam
masalah kesehatan dan keuangan.
Inilah peran yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita.
Menjadi seorang pemimpin
bukanlah hal yang perlu dilakukan wanita, akan tetapi menjadi
pendamping seorang pemimpin
(pemimpin rumah tangga atau lainnya) yang dapat membantu,
mengarahkan dan menenangkan adalah hal
yang sangat mulia jika di dalamnya berisi ketaatan kepada Allah
Taala.
-
12
Perempuan pun dijadikan sebagai penanggung jawab dalam rumah
tangga suaminya, sebagai
pemimpin atas anak-anaknya. Nabi SAW kabarkan hal ini dalam
sabdanya:
Artinya : Perempuan adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya
dan anak suaminya, dan ia akan
ditanya tentang mereka. (HR Bukhari dan Muslim).
Diatas telah dijelaskan bahwa Al-Qurn menempatkan perempuan pada
posisi yang setara dengan pria
dalam derajat kemanusiaan. Namun, berdasar pada kesadaran akan
adanya perbedaan-
perbedaan keduanya baik yang menyangkut masalah fisik maupun
psikis, Islam kemudian membedakan
keduanya dalam berapa persoalan, terutama yang menyangkut fungsi
dan peran masing-masing.
Pembedaan ini dapat dikategorikan ke dalam dua hal, yaitu dalam
kehidupan keluarga dan kehidupan
publik. Ayat yang sering kali dijadikan dasar untuk memandang
kedudukan masing-masing laki-laki dan
perempuan adalah Firman Allh pada surat An-Nis [4]: 34,
Artinya : Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan,
oleh karena Allh telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan),
dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian harta mereka
Wanita sebagai seorang Ibu, Tidak ada kemulian terbesar yang
diberikan Allah bagi seorang
wanita, melainkan perannya menjadi seorang Ibu. Dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa pernah ada
seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, Wahai
Rasulullah, siapa orang yang paling
berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya? Nabi menjawab,
Ibumu. Orang itu bertanya lagi,
Kemudian setelah dia siapa? Nabi menjawab, Ibumu. Orang itu
bertanya lagi, Kemudian setelah
dia siapa? Nabi menjawab, Ibumu. Orang itu bertanya lagi,
Kemudian setelah dia siapa? Nabi
menjawab, Ayahmu. (HR. Bukhari, Kitab al-Adab no. 5971 juga
Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah
no. 2548). Dari hadits di atas, hendaknya besarnya bakti kita
kepada ibu tiga kali lipat bakti kita kepada
ayah.
-
13
Anak adalah amanah, Karena itu mendidik anak merupakan sebuah
kewajiban, bukan pilihan.
Rasulullah Saw bersabda didiklah anakmu dan baguskanlah
akhlaknya, dengan mengajarkan kepada
mereka olah jiwa, dan memperbaiki akhlak (HR ad-Dailami).
Ibu adalah authority pertama bagi anak-anaknya. Darinya, anak
pertama kali belajar. Karena itu,
ini menuntut seorang Ibu agar ekstra hati-hati, sebab dia
mempunyai pengaruh yang besar pada anak-
anaknya. Ibu yang baik tentu akan melahirkan generasi yang baik.
Maka, pantas jika wanita dinobatkan
sebagai tiang Negara. Demikian ungkapan bijak itu, sering kita
dengar. Sejumlah penemuan baru tentang
perkembangan intelektual dan perilaku anak meniscayakan adanya
tanggung jawab yang besar kepada
kedua orang tuanya, khususnya ibu. Karena dialah yang sering
berinteraksi dengan anak-anaknya.
Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk
anak-anak? Siapakah yang lebih
mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat
kepada anak-anak? Tidak lain
adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang
senantiasa diharapkan kehadirannya bagi
anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi
orang yang baik sebagaimana
seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat.
Baik buruknya seorang anak, dapat
dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi
panutan anak-anaknya.
Tugas seorang ibu salah satunya adalah mendidik anak dengan
pendidikan yang baik. Dalam
sebuah hadits disebutkan bahwa Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah (Islam). Kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani dan majusi. (HR.
Bukhari). Barang siapa yang
merawat tiga anak perempuan, mendidik, menikahkan, dan berlaku
baik terhadap mereka, maka surga
adalah pahala baginya. (HR. Abu Daud)
Ketahuilah, banyak dikalangan orang-orang besar, bahkan sebagian
para imam dan ahli ilmu
merupakan orang-orang yatim, yang hanya dibesarkan oleh seorang
ibu. Dan lihatlah hasil yang di
dapatkannya. Mereka berkembang menjadi seorang ahli ilmu dan
para imam kaum muslimin. Sebut saja,
Imam SyafiI, Imam Ahmad, Al-Bukhori dll adalah para ulama yang
dibesarkan hanya dari seorang ibu.
Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang
ibu merupakan kekuatan yang dapat
menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.
Contohnya seperti pada kisah Imam Shalat Masjidil Haram,
Asy-Syaikh Sudais? Apa yang
melatarbelakangi beliau menjadi Imam shalat Masjidil Haram?
Tidak lain adalah karena harapan dan doa
dari ibu beliau. Seorang ibu yang terus menerus memotivasi
anaknya untuk menjadi imam masjidil
haram, telah membuat tekad Syaikh Sudais kecil menjadi besar dan
membuatnya bersemangat untuk
-
14
menghafalkan quran dan selalu berusaha agar keinginannya dan
keinginan ibunya tercapai untuk menjadi
Imam Masjidil Haram.
Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang
lebih mendatangkan pahala yang
banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang
diridhoi Allah dan rasulnya. Karena
anak-anaknya lah sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan
untuknya.
B. Peranan wanita dalam masyarakat dan Negara
Seorang wanita juga menjadi bagian dari sebuah masyarakat.
Dengan begitu, dia juga memiliki
tanggung jawab terhadap lingkungan dan kondisi sosialnya. Posisi
ini menuntut peranan seorang wanita,
tidak hanya dalam kehidupan privat, tetapi juga kehidupan
politik. Peranan ini menuntut seorang wanita
untuk mampu dan cakap dalam mengambil langkah-langkah praktis
yang dibutuhkan dalam melakukan
perubahan di tengah-tengah masyarakatnya.
Karena itu, kaum wanita juga dituntut dalam kiprah dakwah di
tengah masyarakat. Kewajiban ini
pada akhirnya juga menuntut agar kaum wanita tadi memiliki
tsaqafah (pengetahuan) Islam yang
memadai, sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya.
Pendek kata, selain konsep yang jelas
dan memadai, dia juga harus memahami metode dakwah yang benar
sesuai dengan tuntutan Rasulullah
Saw.
Wanita disamping perannya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai
peran lainnya di dalam
masyarakat dan Negara. Jika ia adalah seorang yang ahli dalam
ilmu agama, maka wajib baginya untuk
mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lainnya.
Begitu pula jika ia merupakan seorang
yang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil
dalam urusan tersebut namun dengan
batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah
kewajibannya sebagai ibu rumah tangga
telah terpenuhi.
Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan
Negara, dan ia punya
perannya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum
laki-laki. Hal ini sebagaimana yang
dilakukan para shahabiyah nabi.
Pada jaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika
terjadi peperangan, atau sekedar
menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun tidak sedikit pula
dari mereka yang juga ikut berjuang
berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii
sabilillah, seperti Shahabiyah Ummu
Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan.
-
15
Sehingga dalam hal ini, peran wanita adalah sebagai penopang dan
sandaran kaum laki-laki
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Selain itu sebagai anggota
masyarakat wanita juga mempunyai
peran memberikan teladan yang baik, seperti dalam keselarasan
antara perkataan dan perbuatan serta
menjadi pelopor perubahan yang islami, saling membantu dalam
kebaikan dan ikut serta dalam
memperbaiki masyarakat.
VI. Analisa
Sesungguhnya wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi
dalam Islam dan pengaruh yang
besar dalam kehidupan setiap muslim. Peran wanita dikatakan
penting karena banyak beban-beban berat
yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya
dipikul oleh pria. Oleh karena itu, menjadi
kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti
kepadanya, dan santun dalam bersikap
kepadanya. Sebagai wanita Allah menciptakan dan memberi segala
keistimewaannya. Islam memberikan
hak sebesar kewajiban yang dibebankan kepada kaum wanita.
Pendapatnya dihargai serta kelemahannya
dilindungi. Untuk meneguhkan kedudukan itu, tercantumlah surat
an Nisaa (Wanita) dalam Alquran.
Surat ini khusus membahas segala hal serta aspek terkait dengan
kaum perempuan. Pada intinya, kaum
perempuan dipandang sebagai bagian penting demi tegaknya
agama.
Pada zaman jahiliyyah, kesewenang-wenangan dan penindasan
terjadi pada kaum perempuan.
Tapi kedzaliman terhadap wanita pun terangkat. Islam menetapkan
insaniyyah (kemanusiaan) seorang
wanita layaknya seorang lelaki, wanita berserikat dengan lelaki
dalam memperoleh pahala dan hukuman
atas amalan yang dilakukan, sebagaimana firman Allah dalam QS
An-Nahl [16]: 97.
Peran kaum wanita sangat dibutuhkan dalam keluarga baik sebagai
seorang istri yg mendampingi,
membantu, menyemangati dan menjadi pendamping seorang pemimpin
(pemimpin rumah tangga atau
lainnya) yang dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan dalam
keadaan sulit, maupun sebagai
seorang ibu yg mendidik, mengajarkan akhlak yg baik, menjadi
panutan yg baik kepada anak-anaknya,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah
(Islam). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi,
nasrani dan majusi. (HR. Bukhari).
Barang siapa yang merawat tiga anak perempuan, mendidik,
menikahkan, dan berlaku baik terhadap
mereka, maka surga adalah pahala baginya. (HR. Abu Daud)
Peran wanita juga dibutuhkan dalam masyarakat dan Negara.
Seorang wanita juga menjadi
bagian dari sebuah masyarakat. Dengan begitu, wanita juga
memiliki tanggung jawab terhadap
-
16
lingkungan dan kondisi sosialnya. Peranan ini menuntut seorang
wanita untuk mampu dalam mengambil
langkah-langkah yang dibutuhkan dalam melakukan perubahan di
tengah-tengah masyarakat. Kaum
wanita juga dituntut dalam kemampuan dakwah di tengah
masyarakat. Jika ia adalah seorang yang ahli
dalam ilmu agama atau dalam bidang tertentu, maka wajib baginya
untuk mendakwahkan apa yang ia
ketahui. Selain itu wanita juga mempunyai peran memberikan
teladan yang baik, seperti dalam
keselarasan antara perkataan dan perbuatan serta menjadi pelopor
perubahan yang islami, saling
membantu dalam kebaikan dan ikut serta dalam memperbaiki
masyarakat.
-
17
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
1. Sungguh telah dijelaskan di dalam Al-Quran betapa pentingnya
peran wanita, baik sebagai ibu,
istri, saudara perempuan, mapun sebagai anak. Demikian pula yang
berkenaan dengan hak-hak
dan kewajiban-kewajibannya. Adanya hal-hal tersebut juga telah
dijelaskan dalam sunnah Rasul.
2. Sebagai wanita Allah menciptakan dan memberi segala
keistimewaannya
3. Kesewenang-wenangan dan penindasan kaum perempuan terjadi
pada zaman jahiliyyah. Pada
masa itu anak perempuan dikubur hidup-hidup karena mereka tidak
suka dengan anak
perempuan. Apabila anak perempuan itu selamat dari tindakan
tersebut dan tetap hidup maka ia
hidup dalam keadaan dihinakan, ditindas dan didzalimi, tidak
diberikan hak waris
4. Islam menetapkan insaniyyah (kemanusiaan) seorang wanita
layaknya seorang lelaki. Allh
mengharamkan wanita dijadikan barang warisan sepeninggal
suaminya, seperti yang dijelaskan
dalam QS. An-Nisa:19, bahkan wanita dijadikan sebagai salah satu
ahli waris dari harta
kerabatnya yang meninggal seperti pada firman Allah QS.
An-Nis:7
5. Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban
berat yang harus dihadapinya,
bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh
karena itu, menjadi kewajiban bagi
kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan
santun dalam bersikap
kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan
daripada kedudukan ayah
6. Dari keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk kaum
wanita, maka jelaslah bahwa
wanita merupakan tumpuan dasar kemuliaan suatu masyarakat bahkan
Negara. Masyarakat atau
Negara yang baik dapat terlihat dari baiknya perempuan di dalam
Negara tersebut dan begitupun
sebaliknya. Karenanya, peran wanita baik dalam keluarga atau
masyarakat merupakan peran yang
sangat agung.
II. Saran
Betapa pentingnya peran wanita, baik sebagai ibu, istri, saudara
perempuan, mapun sebagai anak.
Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat
yang harus dihadapinya, bahkan beban-
beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh karena itu,
menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima
kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap
kepadanya. Ingat, Surga itu di bawah
telapak kaki ibu.
-
18
Selain itu kita sebagai wanita yg merupakan generasi muda dan
juga sebagai anggota masyarakat
mempunyai peran memberikan teladan yang baik, seperti dalam
keselarasan antara perkataan dan
perbuatan serta menjadi pelopor perubahan yang islami, saling
membantu dalam kebaikan dan ikut serta
dalam memperbaiki masyarakat.
Kepada kaum perempuan khususnya ambilah, pahamilah dan
gunakanlah nilai-nilai dan ajaran
Islam sebagai dasar untuk menentukan hak, kewajiban, kedudukan
dan tata cara kehidupan yang
mengyangkut kemuslimahan. Mulailah berpikir dan merenungkan
untuk menyaring budaya-budaya yang
tidak sesuai dengan kepribadian Islam dan kepribadian bangsa
ini. Hormatilah hak-hak dan kewajiban
manusia. Mulailah dari sekarang untuk merealisasikan nilai-nilai
yang baik menurut pandangan budaya,
bangsa dan yang lainnya tetap dalam koridor bingkai syariat
Islam.
-
19
DAFTAR PUSTAKA
Al - Islamiyah, 2013, MEMPERTEGAS KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM
ISLAM,
http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/08/23/mempertegas-kedudukan-perempuan-dalam-islam/
(diakses tanggal 1 Mei 2014).
Alim, 2013, Surah An-Nur Ayah 31,
http://www.alim.org/library/quran/ayah/compare/24/31/required-behavior-of-a-muslim-in-mixed-
traffic-and-gatherings-of-males-and-females ( diakses tanggal 3
Mei 2014)
Buletin Al-Ilmu, 2008, Kedudukan Wanita dalam Islam,
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/membantah-feminis/kedudukan-wanita-dalam-islam/
(diakses tanggal 1 Mei 2014).
Haryanto, 2013, Quran Terjemahan.org,
http://quran-terjemah.org/al-ahzab/33.html#Al-Ahzab%20&ayat=33
( diakses tanggal 3 Mei
2014)
REPUBLIKA.CO.ID, 2013, Mulianya Kedudukan Perempuan Dalam
Islam,
http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/06/04/mnsvk4-mulianya-kedudukan-
perempuan-dalam-islam (diakses tanggal 1 Mei 2014).
Rian Permana, 2008, Peranan Wanita dalam Islam,
http://muslim.or.id/keluarga/peranan-wanita-dalam-islam.html
(diakses tanggal 2 Mei 2014).
www.muslimah.or.id, 2008, Kedudukan Wanita Dalam Islam,
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/kedudukan-wanita-dalam-islam.html
(diakses tanggal 2
Mei 2014).
Yanuar Firdaus, 2012, Al-Quran Online,
http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=31&aid=14&pid=arabicid
( diakses tanggal 3 Mei 2014)
Yanuar Firdaus, 2012, Al-Quran Online,
http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=46&aid=15&pid=arabicid
( diakses tanggal 3 Mei 2014)