D AFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 2 BAB II LAPORAN KASUS 3 BAB III PEMBAHASAN 6 A. Anamnesis 6 B. Analisis Masalah dan Hipotesis 7 C. Pemeriksaan Fisik 8 D. Pemeriksaan Penunjang 10 E. Diagnosis 11 F. Patofisiologi 13 G. Tatalaksana 14 H. Komplikasi 15 I. Prognosis 16 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
D AFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II LAPORAN KASUS 3
BAB III PEMBAHASAN 6
A. Anamnesis 6
B. Analisis Masalah dan Hipotesis 7
C. Pemeriksaan Fisik 8
D. Pemeriksaan Penunjang 10
E. Diagnosis 11
F. Patofisiologi 13
G. Tatalaksana 14
H. Komplikasi 15
I. Prognosis 16
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 17
BAB V KESIMPULAN 28
BAB VI DAFTAR PUSTAKA 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ penghidu. Jika
hidung mengalami gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem tubuh, seperti
pernapasan dan penciuman.
Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa lunak yang
bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin,
berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya
dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.
Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak
sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan
kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Dulu diduga predisposisi timbulnya polip
nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak
mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih
belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma nonalergi
(13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa
dan lebih sering pada laki – laki, dimana rasio antara laki – laki dan perempuan 2:1 atau 3:1.
Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras. Prevalensi polip hidung dilaporkan 1-2%
pada orang dewasa di Eropa dan 4,3% di Finlandia. Jarang ditemukan pada anak- anak. biasanya
polip hidung ditemukan pada umur 20 tahun.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Lembar 1
Anda seorang dokter yang sedang bertugas di sebuah RS sampai suatu ketika datang seorang
laki- laki bapak Soecipto usia 35 tahun dengan keluhan kedua lubang hidung tersumbat yang
makin lama makin berat.
Karena bernafas dengan hidung mulai sulit pasien lalu bernafas dengan mulut, kemudian
memutuskan datang ke RS tempat anda jaga.
Sebagai dokter yang menerima pasien tersebut, anda mulai menentukan masalah dan memikirkan
beberapa hipotesis dan melakukan anamnesis lanjutan.
Lembar 2
Dari anamnesis yang anda kembangkan selanjutnya diketahui bahwa keluhan dirasakan sejak ± 3
bulan yang lalu, mula- mula ringan dan makin lama makin bertambah berat dan bersifat menetap,
tidak hilang timbul.
Sejak usia 20 tahun pasien mulai sering pilek dan bersin- bersin, kadang- kadang sesak nafas
disertai pernafasan yang berbunyi. Ibu pasien seorang penderita asma.
Kemampuan menghidunya mulai menurun bahkan hilang sama sekali. Tidak pernah mengalami
perdarahan hidung dan tidak ada trauma hidung.
Tiga bulan terakhir serangan sesak nafas tersebut makin sering timbul dan lebih lama
sembuhnya.
Lembar 3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
3
Status generalis:
KU : sakit ringan
TD : 120/80 mmHg
N : 75/ menit
RR : 18/ menit
Suhu : 37oC
Kesadaran : Compos mentis
Mata : pupil bulat, isocor
Leher : JVP 5cm
Thorax : C/dbn,pulmo emfisema ringan
Abdomen : lemas, H/L tidak teraba
Ekstermitas : normal
Status lokalis
Telinga : ADS
Liang Telinga lapang tenang
Membran Timpani intak tenang
Hidung : hidung luar tenang, simetris
Rongga hidung ka/ki terlihat massa bening mengkilat berwarna sedikit abu- abu
berbentuk lonjong licin, bisa digerakkan, tidak ada rasa nyeri
Tenggorokan : tonsil T1 T2 tenang
4
Dinding faring granuler
PND +
Laboratorium
Hb : 15 gr%
Leukosit : 9000/ml
GDS : 130 mg%
Hitung jenis : 0/7/5/58/24/6
Lembar 4
Pada pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal tampak semua sinus cerah, septum lurus di
tengah, konka mukosa menebal, rongga hidung sempit terisi massa.
Kesan : rinitis kronik
Suspek polip nasi
Pada tes kulit cukit (“prick test”) yang dilakukan pada lengan penderita terdapat hasil positif dua
untuk tungau debu rumah dan pasitif satu untuk udang dan ikan laut.(kontrol pasitif satu)
Setelah dapat ditegakkan diagnosanya anda menbuat perencanaan penatalaksaannya serta
mewaspadai komplikasi yang timbul.
Kemudian anda membuat prognosisnya.
5
BAB III
PEMBAHASAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. Soecipto
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : --
Pekerjaan :--
Agama : --
Keluhan utama : kedua lubang hidung tersumbat yang makin lama makin berat.
Keluhan tambahan : bernafas dengan mulut
Riwayat penyakit sekarang : Kemampuan menghidunya mulai menurun bahkan hilang
sama sekali
Riwayat penyakit dahulu : Sejak usia 20 tahun pasien mulai sering pilek dan bersin-
bersin, kadang- kadang sesak nafas disertai pernafasan yang berbunyi
Riwayat keluarga : ibu menderita asama
Riwayat pengobatan :
A. Anamnesis Tambahan
Apakah disertai nyeri?
Apakah terpapar zat- zat tertentu?
Apakah ada cairan yang keluar dari lubang hidung?
Apakah mengalami demam?
Apakah mengalami sakit kepala?
Apakah ada batuk?
Apakah ada gangguan tidur?
Apakah sudah menggagu aktifitas?
Apakah saudara perokok atau peminum?
6
Apakah saudara pernah melakukan operasi hidung atau tht?
B. Analisis Masalah dan Hipotesis
Daftar Masalah Dasar Masalah Hipotesis
Kedua lubang hidung tersumbat yang makin lama makin berat.
Anamnesis keluhan
utama – pemeriksaan
fisik
- Polip hidung
- Deviasi septum
- Rhinitis Alergi
- Tumor
bernafas dengan
hidung mulai sulit
pasien lalu bernafas
dengan mulut
Anamnesis –
pemeriksaan fisik
- Polip hidung
- Deviasi septum
- Rhinitis Alergi
Sejak usia 20 tahun
pasien mulai sering
pilek dan bersin-
bersin, kadang-
kadang sesak nafas
disertai pernafasan
yang berbunyi.
Anamnesis - Rhinitis Alergi
Kemampuan
menghidunya mulai
menurun bahkan
hilang sama sekali
Anamnesis - Polip nasi
- Rhinitis Alergi
Tiga bulan terakhir
serangan sesak
nafas tersebut
makin sering timbul
dan lebih lama
sembuhnya
Anamnesis -
pemeriksaan fisik
- Rhinitis Alergi
- Polip Hidung
Rongga hidung
kanan kiri terlihat
Pemeriksaan fisik - Polip hidung
7
massa bening
mengkilat berwarna
sedikit abu-abu,
berbentuk lonjong,
licin bisa digerakan,
tidak ada rasa nyeri
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Hasil yang Didapat Interpretasi
Keadaan Umum
- Tekanan Darah :- Nadi :- RR :- Suhu :
Sakit Ringan
120/80 mmHg75x/menit18x/menit37ºC
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien mengeluh hidungnya tersumbat yang makin lama makin berat, bersifat menetap dan tidak hilang timbul menyebabkan pasien tampak sakit ringan dan menggang kehidupannya sehari-hariNormalNormalNormalNormal
ringanEmfisema sendiri merupakan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dimana terjadi pelebaran pada saluran bronchus terminalis sebagai kompensasi destruksi dari dinding alveoli tanpa adanya pertumbuhan jaringan fibrosis. Etiologinya adalah adanya pajanan ketika alergen tersebut terhirup dan masuk ke saluran napas sehingga menyebabkan reaksi imunologis.
8
Abdomen Soepel, H/L tak teraba NormalEkstremitas Normal Normal
Rongga hidung ka/ki terlihat massa bening mengkilat berwarna sediki abu-abu berbentuk lonjong licin, bisa digerakan, tidak ada rasa nyeri.
Berdasarkan tanda-tanda yang didapat mengarahkan ke salah satu hipotesis yaitu “polip nasi”. Massa tersebut terbentuk akibat adanya inflamasi kronik yaitu dari riwayat penyakit dahulu pasien sejak umur 20 tahun sering pilek, bersin-bersin, sesak nafas yang disertai pernafasan bunyi. Inflamasi kronik tersebut menyebabkan reaksi dari sel epitel, sel endotel vaskular dan fibroblast yang mempengaruhi integritas bioelektrik channel natrium yang mengakibatkan tertarik dan retensi air sehingga terbentuk polipoid.
Tenggorok Tonsil besar T1/T1tenang
Dinding faring granuler, PND +
NormalDinding faring granuler disebabkan oleh riwayat pernapasan kronik yang dialami pasien sejak usia 20 tahun, menyebabkan kelenjar limfoid belakang faring membesar sehingga tampak gambaran granuler
Pada tenggorokan didapatkan Post Nasal Drip + ini merupakan tetesan lendir yang menurun dari belakang hidung. Salah satu dari karakteristik-karakteristik yang paling umum
9
dari rhinitis kronis. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Hasil Nilai Normal Keterangan
Hb : 15 g% 13-16 g% Normal
Leukosit : 9000/ml 5000-10.000/ml Normal
GDS : 130 mg% <200mg% Normal
Hitung jenis :
Basofil : 0
Eosinofil : 7
Neutrofil batang : 5
Neutrofil segmen : 58
Limfosit : 24
Monosit : 6
0-1
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8
Pada eosinofil meningkat
dikarenakan adanya proses
alergi
Pemeriksaan Foto Rontgen Sinus Paranasal :
- Semua sinus cerah Normal, belum kompikasi ke sinusitis
- Septum lurus ditengah tidak ada deviasi septum
10
- Konka mucosa menebal karena adanya oedem mucosa
- Rongga hidung sempit terisi massa menurut kelompok kami massa tersebut adalah
polip.
Pemeriksaan Prick test :
- positif 2 untuk tungau debu rumah
- positif 1 untuk udang dan ikan laut
Menurut kelompok kami dari hasil pemeriksaan Prick Test pasien ini menderita rhinitis
alergi, terutama terhadap tungau debu rumah, udang, dan ikan laut.
E. Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding
Diagnosis Kerja
Polip Nasi
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang di dapatkan bahwa
kedua lubang hidung tersumbat yang makin lama semakin berat sehingga pasien harus
bernafas melalui mulut dan bersifat menetap. Pada anamnesis tambahan dikatakan sejak
usia 20 tahun pasien mulai sering pilek dan bersin-bersin, kadang-kadang sesak nafas
disertai pernafasan yang berbunyi. Selain itu pada pemeriksaan fisik ditemukan torax
dengan emfisema ringan menandakan bahwa ada obstruksi pada saluran pernafasannya
serta polip hidung stadium 3 ditentukan dari rongga hidung terlihat massa bening
mengkilat berwarna sedikit abu-abu berbentuk lonjong licin, bisa digerakan, tidak ada
nyeri.
Diagnosis Banding
Kami mendiagnosis banding:
- Asma
11
berdasarkan riwayat yang dimiliki oleh ibu pasien serta adanya whizzing dan
sesak saat bernafas
- Keganasan
sesak saat pasien ini saat bernafas menandakan adanya obstruksi pada saluran
pernafasannya dan adanya massa pada rongga hidung pasien ini
- Sinusitis
berdasarkan riwayat pasien yang sejak 20 tahun yang lalu sering pilek dan bersin-
bersin diperkirakan adanya infeksi kronis yang dapat menyumbat atau
menginfeksi sinusnya.
- Konka polipoid
Polip didiagnosa bandingkan dengan konka polipoid, yang ciri – cirinya sebagai
berikut :
Tidak bertangkai
Sukar digerakkan
Nyeri bila ditekan dengan pinset
Mudah berdarah
Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin).
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan
konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati
– hati pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena bisa
menyebabkan vasokonstriksi sistemik, meningkatkan tekanan darah yang
berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung lainnya
F. Patofisiologi
12
Alergen yang diingesti oleh makrofag, sel dendrit dan limfosit B (sel antigen pembawa atau
APC), alergen kemudian di proses dan di bawa ke permukaan sel tersebut untuk berintteraksi
dengan limfosit T helper ( sel CD4 ).
- Pada pasien alergi, jumlah sel dendrit dan limfosit B di mukosa saluran nafas meningkat,
- Pada alergi IL-4 di lepaskan oleh CD4 dan menghasilkan proliferasi limfositt B. Sel B
mengalami “perubahan isotipe” sedemikian rupa sehingga mereka berubah dari
memproduksi IgM menjadi memproduksi IgE.
- IgE berikatan dengan sel mast dengan hasil degranulasi sel mast dan pelepasan mediator
vasoaktif ( mis : histamin ), kemotaktif dan inflamasi ( mis: leukotrien ).
- Interleukin lain seperti IL-8 & IL-5 di lepaskan dan mengaktivasi neutrofil ( PMN ) dan
eosinofil.
- IL-4 dan IL-5 juga mendorong ekspresi adhesi molekul pada sel endotel dan epitel
mengakibatkan semakin banyak migrasi sel inflamasi, terutama neutrofil dan eosinofil.
- Respon alergi merupakan respon vaskular dan selular menyebabkan inflamasi. Proses ini
terjadi secara episodik sebagai respon terhadap pajanan alergen,tetapi dapat
mengakibatkan perubahan kronis dalam mukosa pernapasan dengan gejala menetap.
- Berbagai efek klinis yang terjadi bergantung pada alergen, dan jaringan yang terutama
menjadi sasaran untuk respon alergi pada rinitis alergika:
• mukosa nasal mengalami edema dengan peningkatan produksi mukus.
• upaya inspirasi dengan tekanan jalan napas nasal negaif mengakibakan kolaps nasal dan
obtruksi jalan napas.
- Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom
serta predisposisi genetic. Menurut teori Bemstein, terjadi perubahan mukosa hidung
akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di daerah sempit di
kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan
pembentukan kelanjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh
permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip. Teori lain
mengatakan karena ketidak seimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan dilepasnya
sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan edema dan lama-lama menjadi
13
polip. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip
dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.
G. Tatalaksana
Terapi Pembedahan
Untuk kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip
yang masif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih tergantung
dari luasnya penyakit (besarnya polip, dan adanya sinusitis yang menyertai).
Indikasi Pembedahan
- Polip berhubungan dengan tumor.
- Polip menghalangi saluran pernafasan
- Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus