Asuransi dan Jaminan Sosial dalam Islam Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah” Oleh: Yeni Cahyono, SE NIM: 212112015 Dosen Pengampu Prof. Fauzan Saleh, Ph. D. Program Pascasarjana Program Studi Ekonomi Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Asuransi dan Jaminan Sosial dalam Islam
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah”
Oleh:
Yeni Cahyono, SE
NIM: 212112015
Dosen Pengampu
Prof. Fauzan Saleh, Ph. D.
Program Pascasarjana
Program Studi Ekonomi Syari’ah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo
2013
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia di dunia ini, tidak lepas dengan usaha dan masalah yang
timbul, baik yang bersifat menguntungkan dan juga merugikan. Akvifitas yang dilakukan
oleh umat manusia untuk mendapatkan kemudahan dan keuntungan, tentu tidak lepas dari
kerugian yang tidak terduga atau yang tidak diharapkan yang disebut dengan risiko.
Kekawatiran yang muncul dari diri umat manusia, kadang membuat hambatan dan beban
untuk melakukan aktivitas yang sifatnya sosiologis maupun ekonomis. Seiring dengan
perkembangan zaman, manusia selalu berfikir, bagaimanakah cara mengantisipasi atau
mengurangi dampak dari risiko yang akan timbul di masa yang akan datang. Dalam Al-
Quran sudah dijelaskan bahwa manusia mempunyai keterbatasan yaitu ketidak mampuan
dalam mengetahui apa-apa yang akan terjadi dan menimpanya di masa mendatang, kecuali
hanya mampu memperkirakan saja, namun hak mutlak tetap pada kuasa Allah.
Seiring dengen perkembangan pemikiran umat manusia, maka munculan pemikiran
untuk membentuk suatu komunitas atau kelompok manusia untuk saling membantu dan
ikut menanggung kerugian atau risiko yang mungkin akan muncul dimasa mendatang
dengan menjalankan kewajiban sesuai dengan kesepakatan. Hal ini kemudian disebut
dengan nama asuransi. Nah, kemudian mulai kapan konsep asuransi ini mulai ada dan
diimplementasikan dalam kehidupan umat manusia? Bagaimanakah Islam memandang
konsep-konsep asuransi ini? Banyak pemikiran dan pendapat yang muncul di masyarakat
tentang hukum dan juga muncul pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana pola dan
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 2
mekanisme pelaksaan dari asuransi tersebut. Banyak ulama menyatakan bahwa asuransi
adalah haram, karena mengandung hal-hal yang dilarang dalam agama Islam seperti
ketidakpastian (gharar), untung-untungan ( maisir ) dan bunga (riba).
B. Permasalahan
a. Bagaimana sejarah asuransi ?
b. Apa perbedaan asuransi syari’ah dan asuransi konvensional ?
c. Apa saja produk-produk asuransi syari’ah ?
d. Bagaimana mekanisme kerja dalam asuransi syari’ah ?
C. Tujuan
1) Mengetahui sejarah dan pengertian asuransi.
2) Mengetahui perbedaan asuransi syari’ah dan asuransi konvensional.
3) Mengetahui produk-produk asuransi syari’ah.
4) Mengetahui mekanisme kerja dalam asuransi syari’ah.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 3
BAB II
LEMBAGA ASURANSI ISLAM
A. Sejarah Awal Asuransi
Tahun 2250 SM, Konsep asuransi bermula dari sekitar tahun 2250 SM oleh bangsa
Babylonia hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris. Pada waktu itu apabila
seorang pemilik kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan
suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (Kreditur) dengan
menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal
dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan, di
samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul oleh pemberi
pinjaman.
Kita dapat menganggap tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan “uang premi”
yang dikenal pada asuransi sekarang. Selain kapal yang dijadikan barang jaminan, barang-
barang muatan (cargo) dapat pula dipakai sebagai jaminan berupa). Transaksi seperti ini
disebut “RESPONDENT/A CONTRACT”. Kemudian pada akhirnya transaksi ini semakin
berkembang.
Tahun 215 SM, Pada tahun 215 SM Pemerintah Kerajaan Romawi didesak oleh para
Supplier pelengkapan dan perbekalan tentara kerajaan untuk menerima konsep yang
melindungi mereka terhadap segala risiko kerugian yang mereka derita atas barang-barang
mereka yang berada di kapal sebagai akibat dari bahaya maritim seperti halnya serangah
musuh dan juga badai.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 4
Tahun 50 SM, CICERO pada kira-kira tahun 50 SM memberi penjelasan tentang praktek
pemberian proteksi atau jaminan terhadap keselamatan pengiriman uang dan surat-surat
berharga selama dalam perjalanan. Sebagai imbalan maka pihak yang diberi proteksi
memberikan semacam balas-jasa berupa uang premi kepada pihak pemberi proteksi.
Tahun 50 SM – 200 M, Kaisar CLAUDIUS mengeluarkan suatu jaminan kepada Importir
terhadap semua kerugian yang mereka derita akibat angin badai. Tentunya dalam hal ini
dikenakan pula premi.
Pada sekitar tahun 200 ini di Romawi tumbuh perkumpulan- perkumpulan yang disebut
“Collegia” yang merupakan kegiatan sosial untuk salah satunya, mengumpulkan dana
untuk biaya pemakaman anggotanya yang meninggal atau gugur di medan perang. Para
budak pun membentuk Collegia dengan tujuan apabila nantinya meninggal dapat dikubur
dengan layak (disebut Collegia Nititum). Demikian pula para saudara dan para aktor di
Italia membentuk Collegia yang disebut “Collegia Tennorioum” dengan maksud untuk
membantu para janda dan anak-anak yatim para anggotanya.
Tahun 1194-1266 M, Perekonomian manusia dari tahun ke tahun mengalami
perkembangan dan periode ini dikenal dengan “Guild System” (Sistem Gilda), yaitu
perkumpulan dari orang-orang yang mempunyai profesi sama seperti gilda tukang kayu,
gilda tukang roti dan sebagainya.
Tujuannya sama dengan tujuan Collegia pada zaman Romawi, yakni meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa “Collegia” dan
“Sistem Gilda” merupakan penemuan-penemuan sosial yang memperoleh popularitas dan
pengakuan masyarakat terhadap adanya risiko-risiko yang harus ditanggulangi.
Perkembangan lembaga yang mirip dengan asuransi tumbuh terus dan akhimya pada masa
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 5
pemerintahan RATU ELEANOR dari Belgia (1194 – 1266) dibentuk Undang-Undang
Asuransi yang tercantum dalam “ROLE’SDE OLERON”.
Tahun 1668 M, Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd
of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah
hukum positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.1
B. Sejarah Asuransi di Indonesia
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara kita
pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini sebagai
akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri
jajahannya. Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak
diperlukan. Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua
kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang
Dunia II atau zaman kemerdekaan. Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia
Belanda pada zaman penjajahan itu adalah:
1. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.
2. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan Asuransi
yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya.
Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan
asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan
bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya sehingga manfaat dan peranan asuransi
belum dikenal oleh masyarakat, terutama oleh masyarakat pribumi.
1 Nurul Huda, Mohamad Keykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
155
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 6
Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih
sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan.
Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan
bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing
lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian
satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis
terhenti, terutama karena ditutupnya pemisahaan perusahaan asuransi milik Belanda dan
Inggris.
C. Sejarah Asuransi di Jaman Kemerdekaan
Setelah Perang Dunia usai, perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris kembali
beroperasi di negara yang sudah merdeka ini. Sampai tahun 1964 pasar industri asuransi di
Indonesia masih dikuasai oleh Perusahaan Asing, terutama Belanda dan Inggris.
Pada awal mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah badan yang
disebut "Bataviasche Verzekerings Unie" (BVU) pada tahun 1946, yang melakukan
kegiatan asuransi secara kolektif. Dengan demikian dari setiap penutupan, masing-masing
anggota BVU memperoleh share tertentu. Cara ini dilakukan mengingat keadaan pada
waktu itu belum teratur dan tenaga asuransi masih kurang sekali.
Pada tahun 1950 berdiri sebuah perusahaan asuransi kerugian yang pertama, yakni
NV. Maskapai Asuransi Indonesia yang kemudian pada awal 2004 sudah menjadi PT MAI
PARK. Pada saat itu, sebagai perintis perusahaan asuransi kerugian nasional yang pertama,
maka perusahaan ini harus bersaing dengan perusahaan asuransi asing yang unggul baik
dalam faktor permodalan maupun pengetahuan teknis.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 7
Dengan berdirinya perusahaan asuransi kerugian nasional tersebut, keberanian
pengusaha nasional dipacu untuk mendirikan perusahaan-perusahaan asuransi kerugian.
Keberanian ini didukung pula oleh Peraturan Pemerintah bahwa semua barang impor hams
diasuransikan di Indonesia. Pengaturan ini dimaksudkan untuk menanggulangi pemakaian
devisa untuk membayar premi asuransi di luar negeri.
Pada tahun 1953 berdiri pula perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam
bidang reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia, pemakaian devisa untuk membayar
premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap besar. Untuk menanggulangi hal ini,
didirikanlah pada tahun 1954 sebuah perusahaan reasuransi profesional, yakni "PT.
REASURANSI .UMUM INDONESIA" yang mendapat dukungan dari bank-bank
pemerintah.
Lembaga yang tersebut terakhir ini mengeluarkan peraturan-peraturan yang
mengikat untuk perusahaan-perusahaan asuransi asing untuk menggunakanjasa perusahaan
reasuransi nasional. Langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam hal ini memberikan
hasil yang diharapkan. Kegiatan PT. Reasuransi Umum Indonesia pada tahun 1963
diperluas dengan kegiatan reasuransi jiwa. Pada saat PT. Reasuransi Umum Indonesia
didirikan, banyak perusahaan-perusahaan asuransi kerugian nasional bermunculan, tetapi
perkembangannya masih terhambat oleh persaingan yang berat dari perusahaan-perusahaan
asuransi swasta asing.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 8
Pada waktu perjuangan mengembaikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia,
pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan milik Belanda. Perusahaan-perusahaan
Inggris dinasionalisasi dalam peristiwa konfrontasi.2
D. Sejarah Asuransi Syari’ah di Indonesia
Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah operator
asuransi syari’ah cukup banyak di dunia. Berdasarkan data Dewan Syari’ah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 49 pemain asuransi syari’ah di Indonesia
yang telah mendapatkan rekomendasi syari’ah. Mereka terdiri dari 40 operator asuransi
syari’ah, tiga reasuransi syari’ah, dan enam broker asuransi dan reasiuransi syari’ah.
Perkembangan industri asuransi syari’ah di negeri ini diawali dengan kelahiran
asuransi syari’ah pertama Indonesia pada 1994. Saat itu, PT Syarikat Takaful Indonesia
(STI) berdiri pada 24 Februari 1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi
Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha Muslim
Indonesia.
Selanjutnya, STI mendirikan dua anak perusahaan. Mereka adalah perusahaan
asuransi jiwa syari’ah bernama PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) pada 4 Agustus
1994 dan perusahaan asuransi kerugian syari’ah bernama PT Asuransi Takaful Umum
(ATU) pada 2 Juni 1995. Setelah Asuransi Takaful dibuka, berbagai perusahaan asuransi
pun menyadari cukup besarnya potensi bisnis asuransi syari’ah di Indonesia.
2 Media Asuransi, www.media-asuransi.com
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 9
Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan ramai-ramai masuk bisnis
asuransi syari’ah, di antaranya dilakukan dengan langsung mendirikan perusahaan asuransi
syari’ah penuh maupun membuka divisi atau cabang asuransi syari’ah.
Stretegi pengembangan bisnis asuransi syari’ah melalui pendirian perusahaan
dilakukan oleh Asuransi Syari’ah Mubarakah yang bergerak pada bisnis asuransi jiwa
syari’ah. Sedangkan strategi pengembangan bisnis melalui pembukaan divisi atau cabang
asuransi syari’ah dilakukan sebagian besar perusahaan asuransi, antara lain PT MAA Life
Assurance, PT MAA General Assurance, PT Great Eastern Life Indonesia, PT Asuransi Tri
Pakarta, PT AJB Bumiputera 1912, dan PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera.
Bahkan, sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam
bisnis asuransi syari’ah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai negara
berpenduduk Muslim terbesar di dunia merupakan potensi pengembangan bisnis cukup
besar yang tidak dapat diabaikan. Di antara perusahaan asuransi global yang masuk dalam
bisnis asuransi syari’ah Indonesia adalah PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT
Prudential Life Assurance.3
E. Pengertian Asuransi
Dalam bahasa Belanda, kata asuransi disebut assurantie yang terdiri dari asal kata
“assaradeur” yang berarti penanggung dan “geassureede” yang berarti tertanggung,
kemudian dalam bahasa Perancis disebut “assurance” yang berarti menanggung sesuatu
yang pasti terjadi. Adalpun dalam bahasa Latin disebut “assecurare” yang berarti
meyakinkan orang. Selanjutnya dalam bahasa Inggris disebut “insurance” yang berarti
3 Republika, 17 Maret 2010
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 10
menanggung sesuatu yang mungkin berarti atau tidak mungkin terjadi dan assurance yang
berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.4
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha
perasuransian Bab 1, Pasal 1:
"Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan."
Sedangkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246, yaitu :
”Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.”
Selain pengertian-pengertian tersebut di atas, banyak definisi mengenai asuransi.
Yakni suatu persediaan yang disipkan oleh sekelompok orang yang bisa tertimpa kerugian
guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan sehingga bila kerugian tersebut
menimpa salah seorang di antara mereka maka beban kerugian akan disebarkan keseluruh
4 Nurul Huda, Mohamad Keykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
151
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 11
kelompok. Sedangkan secara ekonomi, suatu aransemen di masa datang karena berbagai
kemungkinan sejauh menyangkut kekayaan (vermoegen) seorang individu.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan salah
satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, yang dananya
diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi. Beberapa istilah asuransi yang
digunakan disini adalah:
a. Tertanggung, yaitu anda atau badan hukum yang memiliki atau berkepentingan
atas harta benda yang diasuransikan.
b. Penanggung, dalam hal ini, misalnya: PT asuransi Central Asia, merupakan pihak
yang menerima premi asuransi dari Tertanggung dan menanggung risiko atas
kerugian / musibah yang menimpa harta benda yang diasuransikan.5
F. Pengertian Asuransi Islam
Asuransi dalam bahasa Arab disebut At’ta’min yang berasal dari kata amanah yang
berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut. Istilah
menta’minkan sesuatu berarti seseorang memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang
ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti rugi atas hartanya yang hilang.
Sedangkan pihak yang menjadi penanggung asuransi disebut mu’amin dan pihak yang
menjadi tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min.
Konsep asuransi Islam berasaskan konsep Takaful yang merupakan perpaduan rasa
tanggung jawab dan persaudaraan antara peserta. Takaful berasal dari bahasa Arab yang
berakar dari kata ”kafala yakfulu” yang artinya tolong menolong, memberi nafkah dan
mengambil alih perkara seseorang. Takaful yang berarti saling menanggung/memikul
5 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah (Bandung:Penerbit Alfabeta, 2010), 190
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 12
resiko antar umat manusia merupakan dasar pijakan kegiatan manusia sebagai makhluk
sosial. Saling pikul resiko inidilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan
dengan cara, setiap orang mengeluarkan dana kebajikan (tabarru) yang ditujukan untuk
menanggung resiko tersebut.
Menurut Fatwa Dewan Asuransi Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syari’ah bagian pertama menyebutkan pengertian Asuransi Syari’ah (ta’min, takaful’ atau
tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang
atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk mengehadapi resiko tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai
dengan syari’ah.
Asuransi Syari’ah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang dikenal dengan
istilah ta’awun, yaitu prinsip hidup yang saling melindungi dan saling tolong-menolong
atas dasar ukhuwah Islamiyah antara sesama anggota asuransi syari’ah dalam menghadapi
hal tak tentu yang merugikan.
G. Landasan Filosofis Asuransi Syari’ah
1. Dasar Hukum:
a. Surat Al-Baqarah, ayat 188. Allah berfirman ”... dan janganlah kalian memakan
harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa
urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan
sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu”.
b. Surat Al-Hasyr, ayat 18, yang artinya: :hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikanapa yang telah diperbuat
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 13
untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang engkau kerjakan”.
c. Surat An Nissa’ ayat 9, artinya: "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar".6
d. Surat Yusuf, ayat 43-49, menjelaskan bahwa Allah menggambarkan contoh usaha
manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa
depan. Secara ringkas, ayat ini bercerita tentang pertanyaan raja Mesir tentang
mimpinya kepada Nabi Yusuf. Dimana raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi
betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus, dan dia juga melihat
tujuh tangkai gandum yang hijau berbuah serta tujuh tangkai yang merah
mengering tidak berbuah.
Nabi Yusuf sebagaimana diceritakan dalam surat Yusuf, dalam hal ini menjawab
supaya raja dan rakyatnya bertanam tujuh tahun dan dari hasilnya hendaklah
disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit,
yang menghabiskan apa yang disimpan untuk menghadapi masa sulit tesebut,
kecuali sedikit dari apa yang disimpan.7
Sangat jelas dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan
kehidupan dengan meproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Dan
6 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah (Bandung:Penerbit Alfabeta, 2010), 191
7 http://www.asuransisyariah.net/2008/08/mengenal-konsep-dasar-asuransi-syariah.html, diakses 15 Juni
2013
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 14
sangat jelas ayat diatas menyatakan bahwa berasurnasi tidak bertentangan dengan
takdir, bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada
perencanaan masa depan dengan sisitem proteksi yang dikenal dalam mekanisme
asuransi.
2. Ijtihad
a. Fatwa Sahabat
Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman (ganti-rugi) pernah
dilakukan oleh Khalifah kedua, Umar bin Khattab. Beliau berkata ”Orang-orang
yang namanya tercantum dalam diwan tersebut berhak menerima bantuan dari satu
sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran hukuman (ganti-rugi) atas
pembunuhan (tidak sengaja) yang dilakukan oleh salah seorang anggota masyarakat
mereka”. Umar-ah yang pertama kali mengeluarkan perintah untuk menyiapkan
daftar secara profesional per wilayah, dan orang-orang yang terdaftar
diwajibkansaling menanggung beban.
b. Ijma’
Para sahabat telah melakukan kesepakatan dalam hal aqilah yang dilakukan oleh
Khalifah Unmar bin Khattab. Adanya ijma’ atau kesepakatan ini tampak dengan
tidak adanya sahabat lain yang menentang pelaksanaan aqilah ini. Aqilah adalah
iuran darah yang dilakukan oleh keluarga dari pihak laki-laki (ashabah) dari
sipembunuh. Dalam hal ini, kelompoklah yang menanggung pembayarannya,
karena si pembunuh merupakan anggota dari kelompok tersebut. Dengan tidak
adanya sahabat yang menentang Khalifah Umar, bisa disimpulkan bahwa telah
terdapat ijma’ di kalangan sahabat Nabi Muhammad mengenai persoalan ini.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 15
H. Prinsip Asuransi Syari’ah
1. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syari’ah. Karena pada haekekatnya setiap
muslim harus melandasi dirinya dengan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas
kehidupannya, tidak terkecuali dalam bermuamalah (baca ; berasuransi syari’ah). Artinya
bahwa niatan dasar ketika berasuransi syari’ah haruslah berlandaskan pada prinsip tauhid,
mengharapkan keridhaan Allah SWT. Sebagai contoh dilihat dari sisi perusahaan, asas
yang digunakan dalam berasuransi syari’ah bukanlah semata-mata meraih keuntungan,
atau menangkap peluang pasar yang sedang cenderung pada syari’ah. Namun lebih dari itu,
niatan awalnya adalah untuk mengimplementasikan nilai-nilai syari’ah dalam dunia
asuransi. Sedangkan dari sisi nasabah, berasuransi syari’ah adalah bertujuan untuk
bertransaksi dalam bentuk tolong menolong yang berlandaskan asas syari’ah, dan bukan
semata-mata mencari “perlindungan” apabila terjadi musibah. Dengan demikian, maka
nilai tauhid terimplementasikan pada industri asuransi syari’ah. Allah SWT berfirman :
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-
Ku. (QS. 51 : 56)
2. Prinsip Keadilan
Prinsip kedua yang menjadi nilai-nilai dalam pengimplementasian asuransi syari’ah adalah
prinsip keadilan. Artinya bahwa asuransi syari’ah harus benar-benar bersikap adil,
khususnya dalam membuat pola hubungan antara nasabah dengan nasabah, maupun antara
nasabah dengan perusahaan asuransi syari’ah, terkait dengan hak dan kewajiban masing-
masing. Asuransi syari’ah tidak boleh mendzalimi nasabah dengan hal-hal yang akan
menyulitkan atau merugikan nasabah.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 16
Ditinjau dari sisi asuransi sebagai sebuah perusahaan, potensi untuk melakukan ketidak
adilan sangatlah besar. Seperti adanya unsur dana hangus (pada saving produk), dimana
nasabah yang sudah ikut asuransi (misalnya asuransi pendidikan) dengan periode tertentu,
namun karena suatu hal ia membatalkan kepesertaannya di tengah jalan. Pada asuransi
syari’ah, dana saving nasabah yang telah dibayarkan melalui premi harus dikembalikan
kepada nasabah bersangkutan, berikut hasil investasinya. Bahkan terkadang asuransi
syari’ah merasa kebingungan ketika terdapat dana-dana saving nasabah yang telah
mengundurkan diri atau terputus di tengah periode asuransi, lalu tidak mengambil dananya
tersebut kendatipun telah dhubungi baik melalui surat maupun melalui media lainnya. Mau
dikemanakan dana ini? Karena dana tersebut bukanlah milik asuransi syari’ah, namun
milik nasabah. Namun telah bertahun-tahun diberitahu atau dihubungi, nasabah
bersangkutan tidak juga mengambilnya. Hal ini tentu berbeda dengan asuransi pada
umumnya. Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah/ 5 : 08)
3. Prinsip Tolong Menolong
Semangat tolong menolong merupakan aspek yang sangat penting dalam operasional
asuransi syari’ah. Karena pada hekekatnya, konsep asuransi syari’ah didasarkan pada
prinsip ini. Dimana sesama peserta bertabarru’ atau berderma untuk kepentingan nasabah
lainnya yang tertimpa musibah. Nasabah tidaklah berderma kepada perusahaan asuransi
syari’ah, peserta berderma hanya kepada sesama peserta saja. Perusahaan asuransi syari’ah
bertindak sebagai pengelola saja. Konsekwensinya, perusahaan tidak berhak mengklaim
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 17
atau mengambil dana tabarru’ nasabah. Perusahaan hanya mendapatkan dari ujrah (fee)
atas pengelolaan dana tabarru’ tersebut, yang dibayarkan oleh nasabah bersamaan dengan
pembayaran kontribusi (premi). Perusahaan asuransi syari’ah mengelola dana tabarru’
tersebut, untuk diinvestasikan (secara syari’ah) lalu kemudia dialokasikan pada nasabah
lainnya yang tertimpa musibah. Dan dengan konsep seperti ini, berarti antara sesama
nasabah telah mengimplementasikan saling tolong menolong, kendatipun antara mereka
tidak saling bertatap muka. Allah SWT berfirman :
Dan bertolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah
kalian bertolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. (QS. Al-
Maidah : 2)
4. Prinsip Kerjasama
Antara nasabah dengan perusahaan asuransi syari’ah terjalin kerjasama, tergantung dari
akad apa yang digunakannya. Dengan akad mudharabah musytarakah (nanti akan
dijelaskan tersendiri mengenai akad ini dalam pembahasan khusus akad), terjalin
kerjasama dimana nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) sedangkan
perusahaan asuransi syari’ah sebagai mudharib (pengelola/ pengusaha). Apabila dari dana
tersebut terdapat keuntungan, maka akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati,
misalnya 40% untuk perusahaan asuransi syari’ah dan 60% untuk nasabah. Ketika
kerjasama terjalin dengan baik, nasabah menunaikan hak dan kewajibannya, demikian juga
perusahaan asuransi syari’ah menunaikan hak dan kewajibannya secara baik, maka akan
terjalin pola hubungan kerjasama yang baik pula, yang insya Allah akan membawa
keberkahan pada kedua belah pihak.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 18
5. Prinsip Amanah
Amanah juga merupakan prinsip yang sangat penting. Karena pada hakekatnya kehidupan
ini adalah amanah yang kelak harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.
Perusahaan dituntut untuk amanah dalam mengelola dana premi. Demikian juga nasabah,
perlu amanah dalam aspek resiko yang menimpanya. Jangan sampai nasabah tidak amanah
dalam artian mengada-ada sesuatu sehingga yang seharusnya tidak klaim menjadi klaim
yang tentunya akan berakibat pada ruginya para peserta yang lainnya. Perusahaan pun
juga demikian, tidak boleh semena-mena dalam mengambil keuntungan, yang berdampak
pada ruginya nasabah. Dan transaksi yang amanah, akan membawa pelakunya
mendapatkan surga. Rasulullah SAW bersabda :
Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, (kelak akan dikumpulkan di akhirat)
bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)
6. Prinsip Saling Ridha (‘An Taradhin)
Dalam transaksi apapun, aspek an taradhin atau saling meridhai harus selalu
menyertai. Nasabah ridha dananya dikelola oleh perusahaan asuransi syari’ah yang
amanah dan profesional. Dan perusahaan asuransi syari’ah ridha terahdap amanah yang
diembankan nasabah dalam mengelola kontribusi (premi) mereka. Demikian juga nasabah
ridha dananya dialokasikan untuk nasbah-nasabah lainnya yang tertimpa musibah, untuk
meringankan beban penderitaan mereka. Dengan prinsip inilah, asuransi syari’ah
menjadikan saling tolong menolong memiliki arti yang luas dan mendalam, karena
semuanya menolong dengan ikhlas dan ridha, bekerjasama dengan ikhlas dan ridha, serta
bertransaksi dengan ikhlas dan ridha pula.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 19
7. Prinsip Menghindari Riba
Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari sejauh-jauhnya khususnya dalam
berasuransi. Karena riba merupakan sebatil-batilnya transaksi muamalah. Tingkatan dosa
paling kecil dari riba adalah ibarat berzina dengan ibu kandungnya sendiri (baca
dahsyatnya dosa-dosa riba, dalam blog ini). Kontribusi (premi) yang dibayarkan nasabah,
harus diinvestasikan pada investasi yang sesuai dengan syari’ah dan sudah jelas
kehalalannya. Demikian juga dengan sistem operasional asuransi syari’ah juga harus
menerapakan konsep sharing of risk yang bertumpu pada akad tabarru’, sehingga
menghilangkan unsur riba pada pemberian manfaat asuransi syari’ah (klaim) kepada
nasabah.
8. Prinsip Menghindari Maisir.
Asuransi jika dikelola secara konvensional akan memunculkan unsur maisir (gambling).
Karena seorang nasabah bisa jadi membayar premi hingga belasan kali namun tidak pernah
klaim. Di sisi yang lain terdapat nasabah yang baru satu kali membayar premi lalu klaim.
Hal ini terjadi, karena konsep dasar yang digunakan dalam asuransi konvensional adalah
konsep transfer of risk. Dimana perusahaan asuransi konvensional ketika menerima premi,
otomatis premi tersebut menjadi milik perusahaan, dan ketika membayar klaim pun adalah
dari rekening perusahaan. Sehingga perusahaan bisa untung besara (makala premi banyak
dan klaim sedikit), atau bisa rugi banyak (ketika premi sedikit dan klaimnya banyak).
9. Prinsip Menghindari Gharar
Gharar adalah ketidakjelasan. Dan berbicara mengenai resiko, adalah berbicara tentang
ketidak jelasan. Karena resiko bisa terjadi bisa tidak. Dan dalam syariat Islam, kita tidak
diperbolehkan bertransaksi yang menyangkut aspek ketidak jelasan. Dalam asuransi
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 20
(konvensional), peserta tidak mengetahui apakah ia mendapatkan klaim atau tidak? Karena
klaim sangat bergantung pada resiko yang menimpanya. Jika ada resiko, maka ia akan
dapat klaim, namun jika tidak maka ia tidak mendapakan klaim. Hal seperti ini menjadi
gharar adanya, karena akad atau konsep yang digunakan adalah transfer of risk. Sedangkan
jika menggunakan aspek sharing of risk, ketidak jelasan tadi tidak menjadi gharar. Namun
menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai, yang apabila terjadi sesama nasabah akan saling
bantu membantu terhadap peserta lainnya yang tertimpa musibah, yang diambil dari dana
tabarru’ yang dikelola oleh perusahaan asuransi syari’ah (bukan dari dana perusahaan).
10. Prinsip Menghindari Risywah
Dalam menjalankan bisnisnya, baik pihak asuransi syari’ah maupun pihak nasabah harus
menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari aspek risywah (sogok menyogok atau suap menyuap).
Karena apapun dalihnya, risywah pasti akan menguntungkan satu pihak, dan pasti akan ada
pihak lain yang dirugikan. Nasabah umpamanya tidak boleh menyogok oknum asuransi
supaya bisa mendapatkan manfaaat (klaim). Atau sebaliknya perusahaan tidak perlu
menyogok supaya mendapatkan premi (kontribusi) asuransi. Namun semua harus
dilakukan secara baik, transparan, adil dan dilandasi dengan ukhuwah islamiyah.
I. Perbedaan Asuransi Syari’ah dengan Asuransi Konvensional
Prinsip Asuransi Syari’ah Asuransi Konvensional
Konsep Sekumpulan orang yang saling bantu
membantu, saling menjamin, dan
bekerjasama antara satu dengan yang
lainnya, dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana tabarru`
Perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk
memberikan pergantian kepada
tertanggung.
Asal usul Dari Al-Aqilah, kebiasaan suku Arab
jauh sebelum Islam datang.
Dari masyarakat Babilonia 4000-
3000 SM yang dikenal dengan
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 21
Kemudian disyahkan oleh
Rasulullah menjadi hukum Islam,
bahkan telah tertuang dalam
konstitusi pertama di dunia
(Konstitusi Madinah) yang dibuat
langsung Rasulullah.
perjanjian Hammurabi. Dan tahun
1668 M di Coffe House London
beracdirilah Lloyd of London
sebagai cikal bakal asuransi
konvensional
Sumber
hukum
Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber
hukum dalam syari’ah Islam adalah
Al-Qur`an, Sunnah atau kebiasaan
rasul, Ijma`, Fatwa Sahabat, Qiyas,
Istihsan, `Urf (tradisi), dan Mashalih
Mursalah.
Bersumber dari pikiran manusia dan
kebudayaan. Berdasarkan hukum
positif, hukum alami dan contoh
sebelumnya
MAGRIB
(maisir,
gharar,
riba)
Bersih dari adanya praktek Gharar,
Maisir, dan Riba
Tidak selaras dengan syari’ah Islam
karena adanya Maisir, Gharar dan
Riba; Hal yang diharamkan dalam
muamalah. Dewan
pengawas
syari’ah
Ada, yang berfungsi untuk
mengawasi pelaksanaan operasional
perusahaan agar terbebas dari
praktek-praktek muamalah yang
bertentang dengan prinsip-prinsip
syari’ah.
Tidak ada, sehingga dalam banyak
prakteknya bertentangan dengan
kaidah-kaidah syara`
Akad Akad tabarru` dan akad tijarah
(mudharabah, wakalah, wadiah,
syirkah, dan sebagainya)
Akad jual beli (akad mu`awadah,
akad idz`aan, akad gharar, dan akad
mulzim) Jaminan
Risk Sharing of Risk, saling menanggung
antara satu peserta dengan peserta
lainnya (ta`awun)
Transfer of Risk dari tertanggung
kepada penaggung
Pengelola
dana Pada produk-produk saving (life)
terjadi pemisahan dana, yaitu dana
tabarru` (derma) dan dana peserta,
sehingga tidak mengenal istilah dana
hangus. Sedangkan untuk term
insurance (life) dan general
Insurance semuanya bersifat
tabarru`.
Tidak ada pemisahan dana, yang
berakibat pada terjadinya dana
hangus (untuk produk saving – life).
Investasi Dapat melakukan investasi sesuai
ketentuan perundang-undangan,
sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syari’ah Islam. Bebas
dari riba dan tempat-tempat investasi
yang terlarang
Bebas melakukan investasi dalam
batas-batas ketentuan perundang-
undangan, dan tidak terbatasi pada
halal dan haramnya obyek atau
sistem investasi yang digunakan.
Kepemilikan
dana Dana yang terkumpul dari peserta
dalam bentuk iuran atau kontribusi,
merupakan milik peserta (shohibul
Dana yang terkumpul dari premi
peserta seluruhnya menjadi milik
perusahaan. Dan perusahaan bebas
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 22
mal), asuransi syari’ah hanya
sebagai pemegang amanah
(mudharib) dalam mengelola dana
tersebut
menggunakan dan menginvestasikan
kemana saja.
Unsur premi Iuran atau kontribusi terdiri dari
unsur tabarru` dan tabungan (yang
tidak mengandung unsur riba).
Tabarru` juga dihitung dari tabel
mortalita, tetapi tanpa perhitungan
bunga tehnik.
Unsur premi terdiri dari: tabel
mortalita (mortality tables), bunga
(interest), biaya-biaya asuransi (cost
of insurance)
Loading Pada sebagian asuransi syari’ah
loading (komisi agen) tidak
dibebankan pada peserta tapi dari
dana pemegang saham, tapi sebagian
yang lainnya mengambilkan dari
sekitar 20-30 persen saja dari premi
tahun pertama. Dengan demikian
nilai tunai tahun pertama sudah
terbentuk.
Loading pada asuransi konvensional
cukup besar terutama diperuntukkan
untuk komisi agen, bisa menyerap
premi tahun pertama dan kedua.
Karena itu nilai tunai pada tahun
pertama dan kedua biasanya belum
ada (masih hangus).
Sumber
pembayaran
klaim
Sumber pembayaran klaim diperoleh
dari rekening tabarru`, dimana
peserta saling menanggung satu
sama lainnya. Jika salah satu peserta
mendapat musibah, maka peserta
lainnya ikut menanggung bersama
resiko tersebut.
Sumber biaya klaim adalah dari
rekening perusahan, sebagai
konsekwensi penanggung terhadap
tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada
nuansa spiritual.
Sistem
akuntansi Menganut konsep akuntansi cash
basis, mengakui apa yang benar-
benar telah ada, sedangkan accrual
basis dianggap bertentang dengan
syari’ah karena mengakui adanya
pendapatan, harta, beban atau hutang
yang akan terjadi dimasa yang akan
datang. Sementara apakah itu benar-
benar dapat terjadi hanya Allah yang
tahu.
Menganut konsep akuntansi cash basis,
mengakui apa yang benar-benar telah
ada, sedangkan accrual basis dianggap
bertentang dengan syari’ah karena
mengakui adanya pendapatan, harta,
beban atau hutang yang akan terjadi
dimasa yang akan datang. Sementara
apakah itu benar-benar dapat terjadi
hanya Allah yang tahu.
Keuntungan Profit yang diperoleh dari surplus
underwriting, komisi reasuransi, dan
hasil investasi, bukan seluruhnya
menjadi milik perusahaan, tetapi
dilakukan bagi hasil (mudharabah)
dengan peserta.
Keuntungan yang diperoleh dari surplus
underwriting, komisi reasuransi, dan
hasil investasi seluruhnya adalah
merupakan keuntungan perusahaan.
Misi dan
visi
Misi yang diemban dalam asuransi
syari’ah adalah: Misi aqidah, misi
Ibadah (ta`awun), misi Iqtishodi
Secara garis besar misi utama dari
asuransi konvensional adalah misi
ekonomi dan misi social.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 23
(ekonomi), dan misi pemberdayaan
ummat (social).
Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional berdasarkan akuntansi yang
diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Cash Basis
Dalam praktek akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagi pendapatan,
walaupun premi asuransi belum dibayarkan. Termasuk return on investment dan
pendapatan lainnya juga diakui sebagai laba. Yang artinya bahwa baik laba yang belum
terealisasi maupun yang belum dicatat atau dilaporkan walaupun secara kas belum
diterima.
Sedangkan dalam praktek akuntansi syari’ah, angsuran takaful, premi asuransi takaful, dan
laba dari investasi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika perusahaan asuransi takaful
menerimanya secara tunai.
2. Technical Reserve
Cadangan teknis merupakan bagian dari premi asuransi yang belum dihasilkan. Dalam
sistem akuntansi asuransi syari’ah, cadangan teknis dihitung dengan menggunakan metode
1/365 hari. Premi akan diakui sebagai pendapatan setelah ditentukan menurut jumlah hari
yang sebenarnya selama periode akunatansi dan masa perjanjian kontrak.
3. Beban Retakaful
Dalam praktek asuransi konvensiona, beban retakaful selama masa perjanjian diakui
sebagai asuransi awal yang dicover. Praktek akuntansi ini sesuai dengan standar yang
diterima, yaitu penandingan pendapatan dengan beban yang terjadi pada periode berjalan.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 24
Sedangkan pada asuransi syari’ah, beban retakaful diakui sebagai utang sampai angsuran
atau premi takaful dibayar oleh peserta. Akan tetapi beban retakaful ini akan diakui sebagai
pendapatan jika seluruh premi dibayar lebih awal oleh peserta.
4. Surplus Takaful Keluarga
Hanya laba dari dana investasi takaful keluarga yang dibagikan antara peserta dan
perusahaan takaful sesuai dengan perjanjian. Setelah dikurangi bagian keuntungan bagi
perusahaan, sisa dari keuntungan merupakan pendapatan bagi peserta takaful yang
dikreditkan pada rekening peserta.
Dalam asuransi konvensonal surplus dari investasi ditransfer ke pemegang saham sebagai
pendapatan, tetapi ditakaful, perusahaan tidak berhak untuk mengakui surplus ini sebagai
pendapatan.
5. Surplus dari Takaful Umum
Laba dari takaful umum dibagikan berdasarkan rasio pembagian keuntungan yang telah
disepakati antara perusahaan dan peserta takaful. Keuntungan dibayarkan jika peserta
takaful masih terikat perjanjian / kontrak. Jika kerugian terjadi pada takaful umum,
kerugian ditanggunng oleh peserta.
J. Produk-produk Asuransi Syari’ah
Asuransi syari’ah merupakan jenis asuransi yang menganut prinsip – prinsip
syari’ah dan sesuai dengan hukum dan ketentuan dalam ajaran Islam. Tidak seperti
asuransi konvensional yang melakukan pengelolaan resiko dengan melakukan pengalihan
resiko (risk transfer) dari peserta asuransi pada perusahaan asuransi, di dalam asuransi
syari’ah pengelolaan resiko dilakukan dengan cara saling melindungi dan tolong menolong
antara para peserta asurasi syari’ah atau yang lebih dikenal dengan istilah risk sharing.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 25
Secara umum, jenis dan produk asuransi syari’ah dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Takaful Individu Saving
a. Takaful Dana Investasi
Program Tafakul dana investasi adalah suatu bentuk perlindungan untuk
perorangan yang mengingnkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata
uang Rupiah dan US Dolar sebagai dana investasi yang diperuntukkan bagi ahli
warisnya jika ditakdirkan meninggal lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya.
Manfaat Takaful dana investasi adalah :
Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta
akan memperoleh dana rekening yang telah disetor dan bagian keuntungan atas
hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).
Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya
akan memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil
investasi, dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan
premi yang sudah dibayar.
Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka ahli warisnya akan
memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil investasi,
dan bagian keuntungan atas rekening khusus / tabarru’ yang ditentukan oleh
asuransi takaful keluarga.
b. Takaful Dana Siswa
Program tafakul dana siswa adalah suatu bentuk perlindungan untuk
perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan, dalam mata uang Rupiah
dan US Dolar untuk putra-putrinya sampai sarjana.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 26
Manfaat Takaful dana siswa adalah :
Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta
akan mendapatkan dana rekening tabungan dan bagian keuntungan asat hasil
keuntungan tabarru’.
Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya
akan memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil
investasi, dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan
premi yang sudah dibayar.
Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir dan bila anak (sebagai penerima
hibah) hidup sampai dengan 4 tahun di perguruan tinggi yang bersangkutan
akan mendapatkan dana pendidikan, atau jika meninggal sebelum seluruh dana
pendidikannya diterima maka kepada peserta akan mendapatkan semua saldo
rekening tabungan dan sebagian keuntungan atas investasi rekening tabungan.
c. Takaful Dana Haji
Program takaful haji adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang
mengingnkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang Rupiah dan US
Dolar untuk biaya menjalanjan ibadah haji.
Manfaat takaful dana haji adalah :
Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta
akan mendapatkan dana rekening tabungan dan bagian keuntungan asat hasil
keuntungan tabarru’ (mudharabah).
Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya
akan memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 27
investasi, dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan
premi yang sudah dibayar.
Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka ahli warisnya akan
memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil investasi,
dan bagian keuntungan atas rekening khusus / tabarru’ yang ditentukan oleh
asuransi takaful keluarga jika ada.
d. Takaful Dana Jabatan
Program takaful jabatan adalah suatu bentuk perlindungan untuk direksi atau
pejabat teras suatu perusahaan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan
dana dalam mata uang Rupiah atau US Dolar sebagai dana santunan yang
diperuntukkan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal lebih awal atau sebagai
dan santunan / investasi pada saat tidak aktif lagi di tempat kerja.
Manfaat takaful dana jabatan adalah :
Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta
akan mendapatkan dana rekening tabungan dan bagian keuntungan asat hasil
keuntungan tabarru’ (mudharabah).
Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya
akan memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil
investasi, dan santunan dana kematian sesuai dengan yang ditentukan.
Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka ahli warisnya akan
memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil investasi,
dan bagian keuntungan atas rekening khusus / tabarru’ yang ditentukan oleh
asuransi takaful keluarga jika ada.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 28
2. Takaful Individu Non Saving
a. Takaful Kesehatan
Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan
dana santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dan kecelakaan dalam masa
perjanjian. Bila sampai dengan akhir perjanjian tidak ada klaim, jika ada surplus dana
maka peserta akan mendapatkan bagi hasil atas surplus dana tersebut.
b. Takaful Kecelakaan Diri
Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan
santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian karena
kecelakaan dalam masa perjanjian. Bila sampai dengan akhir perjanjian tidak ada
klaim, jika ada surplus dana maka peserta akan mendapatkan bagi hasil atas surplus
dana tersebut.
c. Takaful Al-Khairat
Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan
santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian dalam masa
perjanjian, berbeda dengan takaful kecelakaan yang sebab kematiannya hanya karena
kecelakaan. Bila sampai dengan akhir perjanjian tidak ada klaim, jika ada surplus dana
maka peserta akan mendapatkan bagi hasil atas surplus dana tersebut.
3. Takaful Group
Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji: program jaminan bagi karyawan yang ingin
menunaikan ibadah haji yang didanai oleh iuran bersama dengan keberangkatan
bergilir.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 29
Takaful Kecelakaan Siswa: jaminan bagi para pelajar dari resiko kecelakaan yang
berakibat cacat ataupun meninggal dunia.
Takaful Wisata dan Perjalanan: jaminan bagi peserta wisata dari resiko kecelakaan
yang mengakibatkan meninggal dunia atau cacat seumur hidup
Takaful Kecelakaan Group: jaminan santunan karyawan dalam suatu perusahan,
organisasi ataupun bentuk perkumpulan lainnya.
Takaful Pembiayaan: jaminan pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal dalam
masa perjanjian.
4. Takaful Umum
Takaful Kebakaran: perlindungan dari segala macam kerugian yang disebabkan oleh
api.
Takaful Kendaraan Bermotor: perlindungan kendaraan terhadap kerugian yang
terjadi pada kendaraan bermotor.
Takaful Rekayasa: perlindungan terhadap kerugian pada pekerjaan pembangunan.
Takaful Pengangkutan: perlindungan dari segala kerugian barang pada
pengangkutan baik darat, laut, dan udara.
Takaful Rangka Kapal: perlindungan dari kerusakan mesin atau rangka kapal yang
disebabkan oleh kecelakaan atau musibah.
K. Mekanisme Kerja Asuransi Syari’ah
Di dalam operasional asuransi syari’ah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung
jawab, membantu dan melindungi diantara para peserta sendiri. Perusahaan asuransi diberi
kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 30
jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi fakta
perjanjian tersebut.
Adapun proses yang dilalui seputar mekanisme kerja asuransi syari’ah dapat diuraikan:
1. Underwriting
Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan
dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi. Underwriting asuransi syari’ah
bertujuan memberikan skema pembagian resiko yang proposional dan adil diantara para
peserta yang secara relatif homogen.
Dalam melakukan proses underwriting terdapat tiga konsep penting yang menjadi dasar
bagi perusahaan asuransi untuk menerima dan menolak suatu penutupan resiko. Pertama,
kemungkinan menderita kerugian, kondisi ini diramalkan berdasarkan apa yang terjadi
pada masa lalu. Kedua, tingkat resiko, yaitu ketidakpastian akan kerugian pada masa yang
akan datang. Ketiga, hukum bilangan dimana makin banyak obyek yang mempunyai resiko
yang sama atau hampir sama, akan makin bertambah baik bagi perusahaan karena
penyebaran risiko akan lebih luas dan kemungkinan menderita kerugian dapat secara
sistematis diramalkan.
Pada asuransi syari’ah underwriting berperan:
a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang dilakukan oleh
underwriting dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik atau kesehatan, jenis
pekerjaan, moral dan kebiasaan, besarnya nilai pertanggungan, dan jenis kelamin.
b. Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 31
c. Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan peserta
membayar premi sesuai dengan tingkat risiko, menetapkan besarnya jumlah
pertanggungan, lamanya waktu asuransi, dan plan sesuai dengan tingkat risiko peserta.
d. Mengenakan biaya upah (ijarah/fee) pada dana kontribusi peserta.
e. Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.
f. Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang.
g. Menghindari anti seleksi.
h. Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada dalam ketentuan
tarif, penyebaran resiko dan volume, dan hasil survei.
Beberapa hal yang patut menjadi perhatian para underwriter pada asuransi umum, sebelum
mengambil keputusan untuk menyetujui atau tidak suatu prospek adalah sebagai berikut:
a. Kompetisi, Disini dituntut kematangan seorang underwriter. Underwriter yang baik
adalah yang adil.
b. Penyebaran resiko dan volume.
c. Survei, Survei akan memungkinkan underwriter memperoleh setiap detail
kemungkinan mengenai resiko kondisi fisik dan juga kesempatan mengamankan
informasi mengenai keadaan moral pemohon. Laporan survei meliputi sejumlah ciri-
ciri berikut:
1) Deskripsi utuh terhadap resiko.
2) Penilaian tingkat resiko.
3) Pengukuran kemungkinan kerugian maksimal.
Calon peserta harus mengisi formulir permohonan secara lengkap yang intinya antara lain
sebagai berikut:
www.nicdesain.net
Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah
Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 32
a. Uraian bisnis secara rinci.
b. Perubahan bisnis yang dilakukan belakangan ini dan kemungkinan pengembangannya
selama masa keikutsertaannya asuransi syari’ah.
c. Catatan perkara yang telah dialami.
2. Polis
Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan
perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik berupa akta mengenai adanya
perjanjian asuransi. Unsur-unsur yang harus ada dalam polis adalah:
a. Deklarasi, memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti nama, alamat, jenis dan
lokasi objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan, perhitungan dan besarnya
premi serta informasi lain yang diperlukan.
b. Perjanjian asuransi, memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan
kesanggupannya mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi kerusakan.
c. Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi, permintaan