Top Banner
Asuransi dan Jaminan Sosial dalam Islam Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah” Oleh: Yeni Cahyono, SE NIM: 212112015 Dosen Pengampu Prof. Fauzan Saleh, Ph. D. Program Pascasarjana Program Studi Ekonomi Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo 2013
38

Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

Dec 06, 2014

Download

Documents

 
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

Asuransi dan Jaminan Sosial dalam Islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah”

Oleh:

Yeni Cahyono, SE

NIM: 212112015

Dosen Pengampu

Prof. Fauzan Saleh, Ph. D.

Program Pascasarjana

Program Studi Ekonomi Syari’ah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo

2013

Page 2: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia di dunia ini, tidak lepas dengan usaha dan masalah yang

timbul, baik yang bersifat menguntungkan dan juga merugikan. Akvifitas yang dilakukan

oleh umat manusia untuk mendapatkan kemudahan dan keuntungan, tentu tidak lepas dari

kerugian yang tidak terduga atau yang tidak diharapkan yang disebut dengan risiko.

Kekawatiran yang muncul dari diri umat manusia, kadang membuat hambatan dan beban

untuk melakukan aktivitas yang sifatnya sosiologis maupun ekonomis. Seiring dengan

perkembangan zaman, manusia selalu berfikir, bagaimanakah cara mengantisipasi atau

mengurangi dampak dari risiko yang akan timbul di masa yang akan datang. Dalam Al-

Quran sudah dijelaskan bahwa manusia mempunyai keterbatasan yaitu ketidak mampuan

dalam mengetahui apa-apa yang akan terjadi dan menimpanya di masa mendatang, kecuali

hanya mampu memperkirakan saja, namun hak mutlak tetap pada kuasa Allah.

Seiring dengen perkembangan pemikiran umat manusia, maka munculan pemikiran

untuk membentuk suatu komunitas atau kelompok manusia untuk saling membantu dan

ikut menanggung kerugian atau risiko yang mungkin akan muncul dimasa mendatang

dengan menjalankan kewajiban sesuai dengan kesepakatan. Hal ini kemudian disebut

dengan nama asuransi. Nah, kemudian mulai kapan konsep asuransi ini mulai ada dan

diimplementasikan dalam kehidupan umat manusia? Bagaimanakah Islam memandang

konsep-konsep asuransi ini? Banyak pemikiran dan pendapat yang muncul di masyarakat

tentang hukum dan juga muncul pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana pola dan

Page 3: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 2

mekanisme pelaksaan dari asuransi tersebut. Banyak ulama menyatakan bahwa asuransi

adalah haram, karena mengandung hal-hal yang dilarang dalam agama Islam seperti

ketidakpastian (gharar), untung-untungan ( maisir ) dan bunga (riba).

B. Permasalahan

a. Bagaimana sejarah asuransi ?

b. Apa perbedaan asuransi syari’ah dan asuransi konvensional ?

c. Apa saja produk-produk asuransi syari’ah ?

d. Bagaimana mekanisme kerja dalam asuransi syari’ah ?

C. Tujuan

1) Mengetahui sejarah dan pengertian asuransi.

2) Mengetahui perbedaan asuransi syari’ah dan asuransi konvensional.

3) Mengetahui produk-produk asuransi syari’ah.

4) Mengetahui mekanisme kerja dalam asuransi syari’ah.

Page 4: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 3

BAB II

LEMBAGA ASURANSI ISLAM

A. Sejarah Awal Asuransi

Tahun 2250 SM, Konsep asuransi bermula dari sekitar tahun 2250 SM oleh bangsa

Babylonia hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris. Pada waktu itu apabila

seorang pemilik kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan

suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (Kreditur) dengan

menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal

dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan, di

samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul oleh pemberi

pinjaman.

Kita dapat menganggap tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan “uang premi”

yang dikenal pada asuransi sekarang. Selain kapal yang dijadikan barang jaminan, barang-

barang muatan (cargo) dapat pula dipakai sebagai jaminan berupa). Transaksi seperti ini

disebut “RESPONDENT/A CONTRACT”. Kemudian pada akhirnya transaksi ini semakin

berkembang.

Tahun 215 SM, Pada tahun 215 SM Pemerintah Kerajaan Romawi didesak oleh para

Supplier pelengkapan dan perbekalan tentara kerajaan untuk menerima konsep yang

melindungi mereka terhadap segala risiko kerugian yang mereka derita atas barang-barang

mereka yang berada di kapal sebagai akibat dari bahaya maritim seperti halnya serangah

musuh dan juga badai.

Page 5: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 4

Tahun 50 SM, CICERO pada kira-kira tahun 50 SM memberi penjelasan tentang praktek

pemberian proteksi atau jaminan terhadap keselamatan pengiriman uang dan surat-surat

berharga selama dalam perjalanan. Sebagai imbalan maka pihak yang diberi proteksi

memberikan semacam balas-jasa berupa uang premi kepada pihak pemberi proteksi.

Tahun 50 SM – 200 M, Kaisar CLAUDIUS mengeluarkan suatu jaminan kepada Importir

terhadap semua kerugian yang mereka derita akibat angin badai. Tentunya dalam hal ini

dikenakan pula premi.

Pada sekitar tahun 200 ini di Romawi tumbuh perkumpulan- perkumpulan yang disebut

“Collegia” yang merupakan kegiatan sosial untuk salah satunya, mengumpulkan dana

untuk biaya pemakaman anggotanya yang meninggal atau gugur di medan perang. Para

budak pun membentuk Collegia dengan tujuan apabila nantinya meninggal dapat dikubur

dengan layak (disebut Collegia Nititum). Demikian pula para saudara dan para aktor di

Italia membentuk Collegia yang disebut “Collegia Tennorioum” dengan maksud untuk

membantu para janda dan anak-anak yatim para anggotanya.

Tahun 1194-1266 M, Perekonomian manusia dari tahun ke tahun mengalami

perkembangan dan periode ini dikenal dengan “Guild System” (Sistem Gilda), yaitu

perkumpulan dari orang-orang yang mempunyai profesi sama seperti gilda tukang kayu,

gilda tukang roti dan sebagainya.

Tujuannya sama dengan tujuan Collegia pada zaman Romawi, yakni meningkatkan

kesejahteraan para anggotanya. Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa “Collegia” dan

“Sistem Gilda” merupakan penemuan-penemuan sosial yang memperoleh popularitas dan

pengakuan masyarakat terhadap adanya risiko-risiko yang harus ditanggulangi.

Perkembangan lembaga yang mirip dengan asuransi tumbuh terus dan akhimya pada masa

Page 6: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 5

pemerintahan RATU ELEANOR dari Belgia (1194 – 1266) dibentuk Undang-Undang

Asuransi yang tercantum dalam “ROLE’SDE OLERON”.

Tahun 1668 M, Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd

of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah

hukum positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.1

B. Sejarah Asuransi di Indonesia

Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara kita

pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini sebagai

akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri

jajahannya. Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak

diperlukan. Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua

kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang

Dunia II atau zaman kemerdekaan. Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia

Belanda pada zaman penjajahan itu adalah:

1. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.

2. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan Asuransi

yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya.

Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan

asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan

bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya sehingga manfaat dan peranan asuransi

belum dikenal oleh masyarakat, terutama oleh masyarakat pribumi.

1 Nurul Huda, Mohamad Keykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),

155

Page 7: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 6

Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih

sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan.

Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan

bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing

lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian

satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis

terhenti, terutama karena ditutupnya pemisahaan perusahaan asuransi milik Belanda dan

Inggris.

C. Sejarah Asuransi di Jaman Kemerdekaan

Setelah Perang Dunia usai, perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris kembali

beroperasi di negara yang sudah merdeka ini. Sampai tahun 1964 pasar industri asuransi di

Indonesia masih dikuasai oleh Perusahaan Asing, terutama Belanda dan Inggris.

Pada awal mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah badan yang

disebut "Bataviasche Verzekerings Unie" (BVU) pada tahun 1946, yang melakukan

kegiatan asuransi secara kolektif. Dengan demikian dari setiap penutupan, masing-masing

anggota BVU memperoleh share tertentu. Cara ini dilakukan mengingat keadaan pada

waktu itu belum teratur dan tenaga asuransi masih kurang sekali.

Pada tahun 1950 berdiri sebuah perusahaan asuransi kerugian yang pertama, yakni

NV. Maskapai Asuransi Indonesia yang kemudian pada awal 2004 sudah menjadi PT MAI

PARK. Pada saat itu, sebagai perintis perusahaan asuransi kerugian nasional yang pertama,

maka perusahaan ini harus bersaing dengan perusahaan asuransi asing yang unggul baik

dalam faktor permodalan maupun pengetahuan teknis.

Page 8: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 7

Dengan berdirinya perusahaan asuransi kerugian nasional tersebut, keberanian

pengusaha nasional dipacu untuk mendirikan perusahaan-perusahaan asuransi kerugian.

Keberanian ini didukung pula oleh Peraturan Pemerintah bahwa semua barang impor hams

diasuransikan di Indonesia. Pengaturan ini dimaksudkan untuk menanggulangi pemakaian

devisa untuk membayar premi asuransi di luar negeri.

Pada tahun 1953 berdiri pula perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam

bidang reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia, pemakaian devisa untuk membayar

premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap besar. Untuk menanggulangi hal ini,

didirikanlah pada tahun 1954 sebuah perusahaan reasuransi profesional, yakni "PT.

REASURANSI .UMUM INDONESIA" yang mendapat dukungan dari bank-bank

pemerintah.

Lembaga yang tersebut terakhir ini mengeluarkan peraturan-peraturan yang

mengikat untuk perusahaan-perusahaan asuransi asing untuk menggunakanjasa perusahaan

reasuransi nasional. Langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam hal ini memberikan

hasil yang diharapkan. Kegiatan PT. Reasuransi Umum Indonesia pada tahun 1963

diperluas dengan kegiatan reasuransi jiwa. Pada saat PT. Reasuransi Umum Indonesia

didirikan, banyak perusahaan-perusahaan asuransi kerugian nasional bermunculan, tetapi

perkembangannya masih terhambat oleh persaingan yang berat dari perusahaan-perusahaan

asuransi swasta asing.

Page 9: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 8

Pada waktu perjuangan mengembaikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia,

pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan milik Belanda. Perusahaan-perusahaan

Inggris dinasionalisasi dalam peristiwa konfrontasi.2

D. Sejarah Asuransi Syari’ah di Indonesia

Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah operator

asuransi syari’ah cukup banyak di dunia. Berdasarkan data Dewan Syari’ah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 49 pemain asuransi syari’ah di Indonesia

yang telah mendapatkan rekomendasi syari’ah. Mereka terdiri dari 40 operator asuransi

syari’ah, tiga reasuransi syari’ah, dan enam broker asuransi dan reasiuransi syari’ah.

Perkembangan industri asuransi syari’ah di negeri ini diawali dengan kelahiran

asuransi syari’ah pertama Indonesia pada 1994. Saat itu, PT Syarikat Takaful Indonesia

(STI) berdiri pada 24 Februari 1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi

Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha Muslim

Indonesia.

Selanjutnya, STI mendirikan dua anak perusahaan. Mereka adalah perusahaan

asuransi jiwa syari’ah bernama PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) pada 4 Agustus

1994 dan perusahaan asuransi kerugian syari’ah bernama PT Asuransi Takaful Umum

(ATU) pada 2 Juni 1995. Setelah Asuransi Takaful dibuka, berbagai perusahaan asuransi

pun menyadari cukup besarnya potensi bisnis asuransi syari’ah di Indonesia.

2 Media Asuransi, www.media-asuransi.com

Page 10: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 9

Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan ramai-ramai masuk bisnis

asuransi syari’ah, di antaranya dilakukan dengan langsung mendirikan perusahaan asuransi

syari’ah penuh maupun membuka divisi atau cabang asuransi syari’ah.

Stretegi pengembangan bisnis asuransi syari’ah melalui pendirian perusahaan

dilakukan oleh Asuransi Syari’ah Mubarakah yang bergerak pada bisnis asuransi jiwa

syari’ah. Sedangkan strategi pengembangan bisnis melalui pembukaan divisi atau cabang

asuransi syari’ah dilakukan sebagian besar perusahaan asuransi, antara lain PT MAA Life

Assurance, PT MAA General Assurance, PT Great Eastern Life Indonesia, PT Asuransi Tri

Pakarta, PT AJB Bumiputera 1912, dan PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera.

Bahkan, sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam

bisnis asuransi syari’ah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai negara

berpenduduk Muslim terbesar di dunia merupakan potensi pengembangan bisnis cukup

besar yang tidak dapat diabaikan. Di antara perusahaan asuransi global yang masuk dalam

bisnis asuransi syari’ah Indonesia adalah PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT

Prudential Life Assurance.3

E. Pengertian Asuransi

Dalam bahasa Belanda, kata asuransi disebut assurantie yang terdiri dari asal kata

“assaradeur” yang berarti penanggung dan “geassureede” yang berarti tertanggung,

kemudian dalam bahasa Perancis disebut “assurance” yang berarti menanggung sesuatu

yang pasti terjadi. Adalpun dalam bahasa Latin disebut “assecurare” yang berarti

meyakinkan orang. Selanjutnya dalam bahasa Inggris disebut “insurance” yang berarti

3 Republika, 17 Maret 2010

Page 11: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 10

menanggung sesuatu yang mungkin berarti atau tidak mungkin terjadi dan assurance yang

berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.4

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha

perasuransian Bab 1, Pasal 1:

"Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima

premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu

peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan."

Sedangkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246, yaitu :

”Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada

seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian

kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan

yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.”

Selain pengertian-pengertian tersebut di atas, banyak definisi mengenai asuransi.

Yakni suatu persediaan yang disipkan oleh sekelompok orang yang bisa tertimpa kerugian

guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan sehingga bila kerugian tersebut

menimpa salah seorang di antara mereka maka beban kerugian akan disebarkan keseluruh

4 Nurul Huda, Mohamad Keykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),

151

Page 12: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 11

kelompok. Sedangkan secara ekonomi, suatu aransemen di masa datang karena berbagai

kemungkinan sejauh menyangkut kekayaan (vermoegen) seorang individu.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan salah

satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, yang dananya

diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi. Beberapa istilah asuransi yang

digunakan disini adalah:

a. Tertanggung, yaitu anda atau badan hukum yang memiliki atau berkepentingan

atas harta benda yang diasuransikan.

b. Penanggung, dalam hal ini, misalnya: PT asuransi Central Asia, merupakan pihak

yang menerima premi asuransi dari Tertanggung dan menanggung risiko atas

kerugian / musibah yang menimpa harta benda yang diasuransikan.5

F. Pengertian Asuransi Islam

Asuransi dalam bahasa Arab disebut At’ta’min yang berasal dari kata amanah yang

berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut. Istilah

menta’minkan sesuatu berarti seseorang memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang

ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti rugi atas hartanya yang hilang.

Sedangkan pihak yang menjadi penanggung asuransi disebut mu’amin dan pihak yang

menjadi tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min.

Konsep asuransi Islam berasaskan konsep Takaful yang merupakan perpaduan rasa

tanggung jawab dan persaudaraan antara peserta. Takaful berasal dari bahasa Arab yang

berakar dari kata ”kafala yakfulu” yang artinya tolong menolong, memberi nafkah dan

mengambil alih perkara seseorang. Takaful yang berarti saling menanggung/memikul

5 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah (Bandung:Penerbit Alfabeta, 2010), 190

Page 13: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 12

resiko antar umat manusia merupakan dasar pijakan kegiatan manusia sebagai makhluk

sosial. Saling pikul resiko inidilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan

dengan cara, setiap orang mengeluarkan dana kebajikan (tabarru) yang ditujukan untuk

menanggung resiko tersebut.

Menurut Fatwa Dewan Asuransi Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI) Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi

Syari’ah bagian pertama menyebutkan pengertian Asuransi Syari’ah (ta’min, takaful’ atau

tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang

atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola

pengembalian untuk mengehadapi resiko tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai

dengan syari’ah.

Asuransi Syari’ah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang dikenal dengan

istilah ta’awun, yaitu prinsip hidup yang saling melindungi dan saling tolong-menolong

atas dasar ukhuwah Islamiyah antara sesama anggota asuransi syari’ah dalam menghadapi

hal tak tentu yang merugikan.

G. Landasan Filosofis Asuransi Syari’ah

1. Dasar Hukum:

a. Surat Al-Baqarah, ayat 188. Allah berfirman ”... dan janganlah kalian memakan

harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa

urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan

sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu”.

b. Surat Al-Hasyr, ayat 18, yang artinya: :hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah

kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikanapa yang telah diperbuat

Page 14: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 13

untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui apa yang engkau kerjakan”.

c. Surat An Nissa’ ayat 9, artinya: "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang

yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang

mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan

yang benar".6

d. Surat Yusuf, ayat 43-49, menjelaskan bahwa Allah menggambarkan contoh usaha

manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa

depan. Secara ringkas, ayat ini bercerita tentang pertanyaan raja Mesir tentang

mimpinya kepada Nabi Yusuf. Dimana raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi

betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus, dan dia juga melihat

tujuh tangkai gandum yang hijau berbuah serta tujuh tangkai yang merah

mengering tidak berbuah.

Nabi Yusuf sebagaimana diceritakan dalam surat Yusuf, dalam hal ini menjawab

supaya raja dan rakyatnya bertanam tujuh tahun dan dari hasilnya hendaklah

disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit,

yang menghabiskan apa yang disimpan untuk menghadapi masa sulit tesebut,

kecuali sedikit dari apa yang disimpan.7

Sangat jelas dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan

kehidupan dengan meproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Dan

6 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah (Bandung:Penerbit Alfabeta, 2010), 191

7 http://www.asuransisyariah.net/2008/08/mengenal-konsep-dasar-asuransi-syariah.html, diakses 15 Juni

2013

Page 15: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 14

sangat jelas ayat diatas menyatakan bahwa berasurnasi tidak bertentangan dengan

takdir, bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada

perencanaan masa depan dengan sisitem proteksi yang dikenal dalam mekanisme

asuransi.

2. Ijtihad

a. Fatwa Sahabat

Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman (ganti-rugi) pernah

dilakukan oleh Khalifah kedua, Umar bin Khattab. Beliau berkata ”Orang-orang

yang namanya tercantum dalam diwan tersebut berhak menerima bantuan dari satu

sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran hukuman (ganti-rugi) atas

pembunuhan (tidak sengaja) yang dilakukan oleh salah seorang anggota masyarakat

mereka”. Umar-ah yang pertama kali mengeluarkan perintah untuk menyiapkan

daftar secara profesional per wilayah, dan orang-orang yang terdaftar

diwajibkansaling menanggung beban.

b. Ijma’

Para sahabat telah melakukan kesepakatan dalam hal aqilah yang dilakukan oleh

Khalifah Unmar bin Khattab. Adanya ijma’ atau kesepakatan ini tampak dengan

tidak adanya sahabat lain yang menentang pelaksanaan aqilah ini. Aqilah adalah

iuran darah yang dilakukan oleh keluarga dari pihak laki-laki (ashabah) dari

sipembunuh. Dalam hal ini, kelompoklah yang menanggung pembayarannya,

karena si pembunuh merupakan anggota dari kelompok tersebut. Dengan tidak

adanya sahabat yang menentang Khalifah Umar, bisa disimpulkan bahwa telah

terdapat ijma’ di kalangan sahabat Nabi Muhammad mengenai persoalan ini.

Page 16: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 15

H. Prinsip Asuransi Syari’ah

1. Prinsip Tauhid

Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syari’ah. Karena pada haekekatnya setiap

muslim harus melandasi dirinya dengan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas

kehidupannya, tidak terkecuali dalam bermuamalah (baca ; berasuransi syari’ah). Artinya

bahwa niatan dasar ketika berasuransi syari’ah haruslah berlandaskan pada prinsip tauhid,

mengharapkan keridhaan Allah SWT. Sebagai contoh dilihat dari sisi perusahaan, asas

yang digunakan dalam berasuransi syari’ah bukanlah semata-mata meraih keuntungan,

atau menangkap peluang pasar yang sedang cenderung pada syari’ah. Namun lebih dari itu,

niatan awalnya adalah untuk mengimplementasikan nilai-nilai syari’ah dalam dunia

asuransi. Sedangkan dari sisi nasabah, berasuransi syari’ah adalah bertujuan untuk

bertransaksi dalam bentuk tolong menolong yang berlandaskan asas syari’ah, dan bukan

semata-mata mencari “perlindungan” apabila terjadi musibah. Dengan demikian, maka

nilai tauhid terimplementasikan pada industri asuransi syari’ah. Allah SWT berfirman :

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-

Ku. (QS. 51 : 56)

2. Prinsip Keadilan

Prinsip kedua yang menjadi nilai-nilai dalam pengimplementasian asuransi syari’ah adalah

prinsip keadilan. Artinya bahwa asuransi syari’ah harus benar-benar bersikap adil,

khususnya dalam membuat pola hubungan antara nasabah dengan nasabah, maupun antara

nasabah dengan perusahaan asuransi syari’ah, terkait dengan hak dan kewajiban masing-

masing. Asuransi syari’ah tidak boleh mendzalimi nasabah dengan hal-hal yang akan

menyulitkan atau merugikan nasabah.

Page 17: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 16

Ditinjau dari sisi asuransi sebagai sebuah perusahaan, potensi untuk melakukan ketidak

adilan sangatlah besar. Seperti adanya unsur dana hangus (pada saving produk), dimana

nasabah yang sudah ikut asuransi (misalnya asuransi pendidikan) dengan periode tertentu,

namun karena suatu hal ia membatalkan kepesertaannya di tengah jalan. Pada asuransi

syari’ah, dana saving nasabah yang telah dibayarkan melalui premi harus dikembalikan

kepada nasabah bersangkutan, berikut hasil investasinya. Bahkan terkadang asuransi

syari’ah merasa kebingungan ketika terdapat dana-dana saving nasabah yang telah

mengundurkan diri atau terputus di tengah periode asuransi, lalu tidak mengambil dananya

tersebut kendatipun telah dhubungi baik melalui surat maupun melalui media lainnya. Mau

dikemanakan dana ini? Karena dana tersebut bukanlah milik asuransi syari’ah, namun

milik nasabah. Namun telah bertahun-tahun diberitahu atau dihubungi, nasabah

bersangkutan tidak juga mengambilnya. Hal ini tentu berbeda dengan asuransi pada

umumnya. Allah SWT berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu

menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-

kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah/ 5 : 08)

3. Prinsip Tolong Menolong

Semangat tolong menolong merupakan aspek yang sangat penting dalam operasional

asuransi syari’ah. Karena pada hekekatnya, konsep asuransi syari’ah didasarkan pada

prinsip ini. Dimana sesama peserta bertabarru’ atau berderma untuk kepentingan nasabah

lainnya yang tertimpa musibah. Nasabah tidaklah berderma kepada perusahaan asuransi

syari’ah, peserta berderma hanya kepada sesama peserta saja. Perusahaan asuransi syari’ah

bertindak sebagai pengelola saja. Konsekwensinya, perusahaan tidak berhak mengklaim

Page 18: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 17

atau mengambil dana tabarru’ nasabah. Perusahaan hanya mendapatkan dari ujrah (fee)

atas pengelolaan dana tabarru’ tersebut, yang dibayarkan oleh nasabah bersamaan dengan

pembayaran kontribusi (premi). Perusahaan asuransi syari’ah mengelola dana tabarru’

tersebut, untuk diinvestasikan (secara syari’ah) lalu kemudia dialokasikan pada nasabah

lainnya yang tertimpa musibah. Dan dengan konsep seperti ini, berarti antara sesama

nasabah telah mengimplementasikan saling tolong menolong, kendatipun antara mereka

tidak saling bertatap muka. Allah SWT berfirman :

Dan bertolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah

kalian bertolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. (QS. Al-

Maidah : 2)

4. Prinsip Kerjasama

Antara nasabah dengan perusahaan asuransi syari’ah terjalin kerjasama, tergantung dari

akad apa yang digunakannya. Dengan akad mudharabah musytarakah (nanti akan

dijelaskan tersendiri mengenai akad ini dalam pembahasan khusus akad), terjalin

kerjasama dimana nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) sedangkan

perusahaan asuransi syari’ah sebagai mudharib (pengelola/ pengusaha). Apabila dari dana

tersebut terdapat keuntungan, maka akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati,

misalnya 40% untuk perusahaan asuransi syari’ah dan 60% untuk nasabah. Ketika

kerjasama terjalin dengan baik, nasabah menunaikan hak dan kewajibannya, demikian juga

perusahaan asuransi syari’ah menunaikan hak dan kewajibannya secara baik, maka akan

terjalin pola hubungan kerjasama yang baik pula, yang insya Allah akan membawa

keberkahan pada kedua belah pihak.

Page 19: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 18

5. Prinsip Amanah

Amanah juga merupakan prinsip yang sangat penting. Karena pada hakekatnya kehidupan

ini adalah amanah yang kelak harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.

Perusahaan dituntut untuk amanah dalam mengelola dana premi. Demikian juga nasabah,

perlu amanah dalam aspek resiko yang menimpanya. Jangan sampai nasabah tidak amanah

dalam artian mengada-ada sesuatu sehingga yang seharusnya tidak klaim menjadi klaim

yang tentunya akan berakibat pada ruginya para peserta yang lainnya. Perusahaan pun

juga demikian, tidak boleh semena-mena dalam mengambil keuntungan, yang berdampak

pada ruginya nasabah. Dan transaksi yang amanah, akan membawa pelakunya

mendapatkan surga. Rasulullah SAW bersabda :

Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, (kelak akan dikumpulkan di akhirat)

bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)

6. Prinsip Saling Ridha (‘An Taradhin)

Dalam transaksi apapun, aspek an taradhin atau saling meridhai harus selalu

menyertai. Nasabah ridha dananya dikelola oleh perusahaan asuransi syari’ah yang

amanah dan profesional. Dan perusahaan asuransi syari’ah ridha terahdap amanah yang

diembankan nasabah dalam mengelola kontribusi (premi) mereka. Demikian juga nasabah

ridha dananya dialokasikan untuk nasbah-nasabah lainnya yang tertimpa musibah, untuk

meringankan beban penderitaan mereka. Dengan prinsip inilah, asuransi syari’ah

menjadikan saling tolong menolong memiliki arti yang luas dan mendalam, karena

semuanya menolong dengan ikhlas dan ridha, bekerjasama dengan ikhlas dan ridha, serta

bertransaksi dengan ikhlas dan ridha pula.

Page 20: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 19

7. Prinsip Menghindari Riba

Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari sejauh-jauhnya khususnya dalam

berasuransi. Karena riba merupakan sebatil-batilnya transaksi muamalah. Tingkatan dosa

paling kecil dari riba adalah ibarat berzina dengan ibu kandungnya sendiri (baca

dahsyatnya dosa-dosa riba, dalam blog ini). Kontribusi (premi) yang dibayarkan nasabah,

harus diinvestasikan pada investasi yang sesuai dengan syari’ah dan sudah jelas

kehalalannya. Demikian juga dengan sistem operasional asuransi syari’ah juga harus

menerapakan konsep sharing of risk yang bertumpu pada akad tabarru’, sehingga

menghilangkan unsur riba pada pemberian manfaat asuransi syari’ah (klaim) kepada

nasabah.

8. Prinsip Menghindari Maisir.

Asuransi jika dikelola secara konvensional akan memunculkan unsur maisir (gambling).

Karena seorang nasabah bisa jadi membayar premi hingga belasan kali namun tidak pernah

klaim. Di sisi yang lain terdapat nasabah yang baru satu kali membayar premi lalu klaim.

Hal ini terjadi, karena konsep dasar yang digunakan dalam asuransi konvensional adalah

konsep transfer of risk. Dimana perusahaan asuransi konvensional ketika menerima premi,

otomatis premi tersebut menjadi milik perusahaan, dan ketika membayar klaim pun adalah

dari rekening perusahaan. Sehingga perusahaan bisa untung besara (makala premi banyak

dan klaim sedikit), atau bisa rugi banyak (ketika premi sedikit dan klaimnya banyak).

9. Prinsip Menghindari Gharar

Gharar adalah ketidakjelasan. Dan berbicara mengenai resiko, adalah berbicara tentang

ketidak jelasan. Karena resiko bisa terjadi bisa tidak. Dan dalam syariat Islam, kita tidak

diperbolehkan bertransaksi yang menyangkut aspek ketidak jelasan. Dalam asuransi

Page 21: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 20

(konvensional), peserta tidak mengetahui apakah ia mendapatkan klaim atau tidak? Karena

klaim sangat bergantung pada resiko yang menimpanya. Jika ada resiko, maka ia akan

dapat klaim, namun jika tidak maka ia tidak mendapakan klaim. Hal seperti ini menjadi

gharar adanya, karena akad atau konsep yang digunakan adalah transfer of risk. Sedangkan

jika menggunakan aspek sharing of risk, ketidak jelasan tadi tidak menjadi gharar. Namun

menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai, yang apabila terjadi sesama nasabah akan saling

bantu membantu terhadap peserta lainnya yang tertimpa musibah, yang diambil dari dana

tabarru’ yang dikelola oleh perusahaan asuransi syari’ah (bukan dari dana perusahaan).

10. Prinsip Menghindari Risywah

Dalam menjalankan bisnisnya, baik pihak asuransi syari’ah maupun pihak nasabah harus

menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari aspek risywah (sogok menyogok atau suap menyuap).

Karena apapun dalihnya, risywah pasti akan menguntungkan satu pihak, dan pasti akan ada

pihak lain yang dirugikan. Nasabah umpamanya tidak boleh menyogok oknum asuransi

supaya bisa mendapatkan manfaaat (klaim). Atau sebaliknya perusahaan tidak perlu

menyogok supaya mendapatkan premi (kontribusi) asuransi. Namun semua harus

dilakukan secara baik, transparan, adil dan dilandasi dengan ukhuwah islamiyah.

I. Perbedaan Asuransi Syari’ah dengan Asuransi Konvensional

Prinsip Asuransi Syari’ah Asuransi Konvensional

Konsep Sekumpulan orang yang saling bantu

membantu, saling menjamin, dan

bekerjasama antara satu dengan yang

lainnya, dengan cara masing-masing

mengeluarkan dana tabarru`

Perjanjian antara dua pihak atau

lebih, dengan mana pihak

penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung, dengan

menerima premi asuransi, untuk

memberikan pergantian kepada

tertanggung.

Asal usul Dari Al-Aqilah, kebiasaan suku Arab

jauh sebelum Islam datang.

Dari masyarakat Babilonia 4000-

3000 SM yang dikenal dengan

Page 22: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 21

Kemudian disyahkan oleh

Rasulullah menjadi hukum Islam,

bahkan telah tertuang dalam

konstitusi pertama di dunia

(Konstitusi Madinah) yang dibuat

langsung Rasulullah.

perjanjian Hammurabi. Dan tahun

1668 M di Coffe House London

beracdirilah Lloyd of London

sebagai cikal bakal asuransi

konvensional

Sumber

hukum

Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber

hukum dalam syari’ah Islam adalah

Al-Qur`an, Sunnah atau kebiasaan

rasul, Ijma`, Fatwa Sahabat, Qiyas,

Istihsan, `Urf (tradisi), dan Mashalih

Mursalah.

Bersumber dari pikiran manusia dan

kebudayaan. Berdasarkan hukum

positif, hukum alami dan contoh

sebelumnya

MAGRIB

(maisir,

gharar,

riba)

Bersih dari adanya praktek Gharar,

Maisir, dan Riba

Tidak selaras dengan syari’ah Islam

karena adanya Maisir, Gharar dan

Riba; Hal yang diharamkan dalam

muamalah. Dewan

pengawas

syari’ah

Ada, yang berfungsi untuk

mengawasi pelaksanaan operasional

perusahaan agar terbebas dari

praktek-praktek muamalah yang

bertentang dengan prinsip-prinsip

syari’ah.

Tidak ada, sehingga dalam banyak

prakteknya bertentangan dengan

kaidah-kaidah syara`

Akad Akad tabarru` dan akad tijarah

(mudharabah, wakalah, wadiah,

syirkah, dan sebagainya)

Akad jual beli (akad mu`awadah,

akad idz`aan, akad gharar, dan akad

mulzim) Jaminan

Risk Sharing of Risk, saling menanggung

antara satu peserta dengan peserta

lainnya (ta`awun)

Transfer of Risk dari tertanggung

kepada penaggung

Pengelola

dana Pada produk-produk saving (life)

terjadi pemisahan dana, yaitu dana

tabarru` (derma) dan dana peserta,

sehingga tidak mengenal istilah dana

hangus. Sedangkan untuk term

insurance (life) dan general

Insurance semuanya bersifat

tabarru`.

Tidak ada pemisahan dana, yang

berakibat pada terjadinya dana

hangus (untuk produk saving – life).

Investasi Dapat melakukan investasi sesuai

ketentuan perundang-undangan,

sepanjang tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip syari’ah Islam. Bebas

dari riba dan tempat-tempat investasi

yang terlarang

Bebas melakukan investasi dalam

batas-batas ketentuan perundang-

undangan, dan tidak terbatasi pada

halal dan haramnya obyek atau

sistem investasi yang digunakan.

Kepemilikan

dana Dana yang terkumpul dari peserta

dalam bentuk iuran atau kontribusi,

merupakan milik peserta (shohibul

Dana yang terkumpul dari premi

peserta seluruhnya menjadi milik

perusahaan. Dan perusahaan bebas

Page 23: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 22

mal), asuransi syari’ah hanya

sebagai pemegang amanah

(mudharib) dalam mengelola dana

tersebut

menggunakan dan menginvestasikan

kemana saja.

Unsur premi Iuran atau kontribusi terdiri dari

unsur tabarru` dan tabungan (yang

tidak mengandung unsur riba).

Tabarru` juga dihitung dari tabel

mortalita, tetapi tanpa perhitungan

bunga tehnik.

Unsur premi terdiri dari: tabel

mortalita (mortality tables), bunga

(interest), biaya-biaya asuransi (cost

of insurance)

Loading Pada sebagian asuransi syari’ah

loading (komisi agen) tidak

dibebankan pada peserta tapi dari

dana pemegang saham, tapi sebagian

yang lainnya mengambilkan dari

sekitar 20-30 persen saja dari premi

tahun pertama. Dengan demikian

nilai tunai tahun pertama sudah

terbentuk.

Loading pada asuransi konvensional

cukup besar terutama diperuntukkan

untuk komisi agen, bisa menyerap

premi tahun pertama dan kedua.

Karena itu nilai tunai pada tahun

pertama dan kedua biasanya belum

ada (masih hangus).

Sumber

pembayaran

klaim

Sumber pembayaran klaim diperoleh

dari rekening tabarru`, dimana

peserta saling menanggung satu

sama lainnya. Jika salah satu peserta

mendapat musibah, maka peserta

lainnya ikut menanggung bersama

resiko tersebut.

Sumber biaya klaim adalah dari

rekening perusahan, sebagai

konsekwensi penanggung terhadap

tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada

nuansa spiritual.

Sistem

akuntansi Menganut konsep akuntansi cash

basis, mengakui apa yang benar-

benar telah ada, sedangkan accrual

basis dianggap bertentang dengan

syari’ah karena mengakui adanya

pendapatan, harta, beban atau hutang

yang akan terjadi dimasa yang akan

datang. Sementara apakah itu benar-

benar dapat terjadi hanya Allah yang

tahu.

Menganut konsep akuntansi cash basis,

mengakui apa yang benar-benar telah

ada, sedangkan accrual basis dianggap

bertentang dengan syari’ah karena

mengakui adanya pendapatan, harta,

beban atau hutang yang akan terjadi

dimasa yang akan datang. Sementara

apakah itu benar-benar dapat terjadi

hanya Allah yang tahu.

Keuntungan Profit yang diperoleh dari surplus

underwriting, komisi reasuransi, dan

hasil investasi, bukan seluruhnya

menjadi milik perusahaan, tetapi

dilakukan bagi hasil (mudharabah)

dengan peserta.

Keuntungan yang diperoleh dari surplus

underwriting, komisi reasuransi, dan

hasil investasi seluruhnya adalah

merupakan keuntungan perusahaan.

Misi dan

visi

Misi yang diemban dalam asuransi

syari’ah adalah: Misi aqidah, misi

Ibadah (ta`awun), misi Iqtishodi

Secara garis besar misi utama dari

asuransi konvensional adalah misi

ekonomi dan misi social.

Page 24: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 23

(ekonomi), dan misi pemberdayaan

ummat (social).

Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional berdasarkan akuntansi yang

diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Cash Basis

Dalam praktek akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagi pendapatan,

walaupun premi asuransi belum dibayarkan. Termasuk return on investment dan

pendapatan lainnya juga diakui sebagai laba. Yang artinya bahwa baik laba yang belum

terealisasi maupun yang belum dicatat atau dilaporkan walaupun secara kas belum

diterima.

Sedangkan dalam praktek akuntansi syari’ah, angsuran takaful, premi asuransi takaful, dan

laba dari investasi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika perusahaan asuransi takaful

menerimanya secara tunai.

2. Technical Reserve

Cadangan teknis merupakan bagian dari premi asuransi yang belum dihasilkan. Dalam

sistem akuntansi asuransi syari’ah, cadangan teknis dihitung dengan menggunakan metode

1/365 hari. Premi akan diakui sebagai pendapatan setelah ditentukan menurut jumlah hari

yang sebenarnya selama periode akunatansi dan masa perjanjian kontrak.

3. Beban Retakaful

Dalam praktek asuransi konvensiona, beban retakaful selama masa perjanjian diakui

sebagai asuransi awal yang dicover. Praktek akuntansi ini sesuai dengan standar yang

diterima, yaitu penandingan pendapatan dengan beban yang terjadi pada periode berjalan.

Page 25: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 24

Sedangkan pada asuransi syari’ah, beban retakaful diakui sebagai utang sampai angsuran

atau premi takaful dibayar oleh peserta. Akan tetapi beban retakaful ini akan diakui sebagai

pendapatan jika seluruh premi dibayar lebih awal oleh peserta.

4. Surplus Takaful Keluarga

Hanya laba dari dana investasi takaful keluarga yang dibagikan antara peserta dan

perusahaan takaful sesuai dengan perjanjian. Setelah dikurangi bagian keuntungan bagi

perusahaan, sisa dari keuntungan merupakan pendapatan bagi peserta takaful yang

dikreditkan pada rekening peserta.

Dalam asuransi konvensonal surplus dari investasi ditransfer ke pemegang saham sebagai

pendapatan, tetapi ditakaful, perusahaan tidak berhak untuk mengakui surplus ini sebagai

pendapatan.

5. Surplus dari Takaful Umum

Laba dari takaful umum dibagikan berdasarkan rasio pembagian keuntungan yang telah

disepakati antara perusahaan dan peserta takaful. Keuntungan dibayarkan jika peserta

takaful masih terikat perjanjian / kontrak. Jika kerugian terjadi pada takaful umum,

kerugian ditanggunng oleh peserta.

J. Produk-produk Asuransi Syari’ah

Asuransi syari’ah merupakan jenis asuransi yang menganut prinsip – prinsip

syari’ah dan sesuai dengan hukum dan ketentuan dalam ajaran Islam. Tidak seperti

asuransi konvensional yang melakukan pengelolaan resiko dengan melakukan pengalihan

resiko (risk transfer) dari peserta asuransi pada perusahaan asuransi, di dalam asuransi

syari’ah pengelolaan resiko dilakukan dengan cara saling melindungi dan tolong menolong

antara para peserta asurasi syari’ah atau yang lebih dikenal dengan istilah risk sharing.

Page 26: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 25

Secara umum, jenis dan produk asuransi syari’ah dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Takaful Individu Saving

a. Takaful Dana Investasi

Program Tafakul dana investasi adalah suatu bentuk perlindungan untuk

perorangan yang mengingnkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata

uang Rupiah dan US Dolar sebagai dana investasi yang diperuntukkan bagi ahli

warisnya jika ditakdirkan meninggal lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya.

Manfaat Takaful dana investasi adalah :

Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta

akan memperoleh dana rekening yang telah disetor dan bagian keuntungan atas

hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).

Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya

akan memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil

investasi, dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan

premi yang sudah dibayar.

Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka ahli warisnya akan

memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil investasi,

dan bagian keuntungan atas rekening khusus / tabarru’ yang ditentukan oleh

asuransi takaful keluarga.

b. Takaful Dana Siswa

Program tafakul dana siswa adalah suatu bentuk perlindungan untuk

perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan, dalam mata uang Rupiah

dan US Dolar untuk putra-putrinya sampai sarjana.

Page 27: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 26

Manfaat Takaful dana siswa adalah :

Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta

akan mendapatkan dana rekening tabungan dan bagian keuntungan asat hasil

keuntungan tabarru’.

Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya

akan memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil

investasi, dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan

premi yang sudah dibayar.

Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir dan bila anak (sebagai penerima

hibah) hidup sampai dengan 4 tahun di perguruan tinggi yang bersangkutan

akan mendapatkan dana pendidikan, atau jika meninggal sebelum seluruh dana

pendidikannya diterima maka kepada peserta akan mendapatkan semua saldo

rekening tabungan dan sebagian keuntungan atas investasi rekening tabungan.

c. Takaful Dana Haji

Program takaful haji adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang

mengingnkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang Rupiah dan US

Dolar untuk biaya menjalanjan ibadah haji.

Manfaat takaful dana haji adalah :

Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta

akan mendapatkan dana rekening tabungan dan bagian keuntungan asat hasil

keuntungan tabarru’ (mudharabah).

Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya

akan memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil

Page 28: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 27

investasi, dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan

premi yang sudah dibayar.

Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka ahli warisnya akan

memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil investasi,

dan bagian keuntungan atas rekening khusus / tabarru’ yang ditentukan oleh

asuransi takaful keluarga jika ada.

d. Takaful Dana Jabatan

Program takaful jabatan adalah suatu bentuk perlindungan untuk direksi atau

pejabat teras suatu perusahaan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan

dana dalam mata uang Rupiah atau US Dolar sebagai dana santunan yang

diperuntukkan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal lebih awal atau sebagai

dan santunan / investasi pada saat tidak aktif lagi di tempat kerja.

Manfaat takaful dana jabatan adalah :

Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta

akan mendapatkan dana rekening tabungan dan bagian keuntungan asat hasil

keuntungan tabarru’ (mudharabah).

Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya

akan memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil

investasi, dan santunan dana kematian sesuai dengan yang ditentukan.

Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka ahli warisnya akan

memperoleh dana rekening tabungan, bagian keuntungan atas hasil investasi,

dan bagian keuntungan atas rekening khusus / tabarru’ yang ditentukan oleh

asuransi takaful keluarga jika ada.

Page 29: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 28

2. Takaful Individu Non Saving

a. Takaful Kesehatan

Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan

dana santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dan kecelakaan dalam masa

perjanjian. Bila sampai dengan akhir perjanjian tidak ada klaim, jika ada surplus dana

maka peserta akan mendapatkan bagi hasil atas surplus dana tersebut.

b. Takaful Kecelakaan Diri

Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan

santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian karena

kecelakaan dalam masa perjanjian. Bila sampai dengan akhir perjanjian tidak ada

klaim, jika ada surplus dana maka peserta akan mendapatkan bagi hasil atas surplus

dana tersebut.

c. Takaful Al-Khairat

Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan

santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami musibah kematian dalam masa

perjanjian, berbeda dengan takaful kecelakaan yang sebab kematiannya hanya karena

kecelakaan. Bila sampai dengan akhir perjanjian tidak ada klaim, jika ada surplus dana

maka peserta akan mendapatkan bagi hasil atas surplus dana tersebut.

3. Takaful Group

Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji: program jaminan bagi karyawan yang ingin

menunaikan ibadah haji yang didanai oleh iuran bersama dengan keberangkatan

bergilir.

Page 30: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 29

Takaful Kecelakaan Siswa: jaminan bagi para pelajar dari resiko kecelakaan yang

berakibat cacat ataupun meninggal dunia.

Takaful Wisata dan Perjalanan: jaminan bagi peserta wisata dari resiko kecelakaan

yang mengakibatkan meninggal dunia atau cacat seumur hidup

Takaful Kecelakaan Group: jaminan santunan karyawan dalam suatu perusahan,

organisasi ataupun bentuk perkumpulan lainnya.

Takaful Pembiayaan: jaminan pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal dalam

masa perjanjian.

4. Takaful Umum

Takaful Kebakaran: perlindungan dari segala macam kerugian yang disebabkan oleh

api.

Takaful Kendaraan Bermotor: perlindungan kendaraan terhadap kerugian yang

terjadi pada kendaraan bermotor.

Takaful Rekayasa: perlindungan terhadap kerugian pada pekerjaan pembangunan.

Takaful Pengangkutan: perlindungan dari segala kerugian barang pada

pengangkutan baik darat, laut, dan udara.

Takaful Rangka Kapal: perlindungan dari kerusakan mesin atau rangka kapal yang

disebabkan oleh kecelakaan atau musibah.

K. Mekanisme Kerja Asuransi Syari’ah

Di dalam operasional asuransi syari’ah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung

jawab, membantu dan melindungi diantara para peserta sendiri. Perusahaan asuransi diberi

kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan

Page 31: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 30

jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi fakta

perjanjian tersebut.

Adapun proses yang dilalui seputar mekanisme kerja asuransi syari’ah dapat diuraikan:

1. Underwriting

Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan

dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi. Underwriting asuransi syari’ah

bertujuan memberikan skema pembagian resiko yang proposional dan adil diantara para

peserta yang secara relatif homogen.

Dalam melakukan proses underwriting terdapat tiga konsep penting yang menjadi dasar

bagi perusahaan asuransi untuk menerima dan menolak suatu penutupan resiko. Pertama,

kemungkinan menderita kerugian, kondisi ini diramalkan berdasarkan apa yang terjadi

pada masa lalu. Kedua, tingkat resiko, yaitu ketidakpastian akan kerugian pada masa yang

akan datang. Ketiga, hukum bilangan dimana makin banyak obyek yang mempunyai resiko

yang sama atau hampir sama, akan makin bertambah baik bagi perusahaan karena

penyebaran risiko akan lebih luas dan kemungkinan menderita kerugian dapat secara

sistematis diramalkan.

Pada asuransi syari’ah underwriting berperan:

a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang dilakukan oleh

underwriting dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik atau kesehatan, jenis

pekerjaan, moral dan kebiasaan, besarnya nilai pertanggungan, dan jenis kelamin.

b. Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.

Page 32: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 31

c. Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan peserta

membayar premi sesuai dengan tingkat risiko, menetapkan besarnya jumlah

pertanggungan, lamanya waktu asuransi, dan plan sesuai dengan tingkat risiko peserta.

d. Mengenakan biaya upah (ijarah/fee) pada dana kontribusi peserta.

e. Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.

f. Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang.

g. Menghindari anti seleksi.

h. Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada dalam ketentuan

tarif, penyebaran resiko dan volume, dan hasil survei.

Beberapa hal yang patut menjadi perhatian para underwriter pada asuransi umum, sebelum

mengambil keputusan untuk menyetujui atau tidak suatu prospek adalah sebagai berikut:

a. Kompetisi, Disini dituntut kematangan seorang underwriter. Underwriter yang baik

adalah yang adil.

b. Penyebaran resiko dan volume.

c. Survei, Survei akan memungkinkan underwriter memperoleh setiap detail

kemungkinan mengenai resiko kondisi fisik dan juga kesempatan mengamankan

informasi mengenai keadaan moral pemohon. Laporan survei meliputi sejumlah ciri-

ciri berikut:

1) Deskripsi utuh terhadap resiko.

2) Penilaian tingkat resiko.

3) Pengukuran kemungkinan kerugian maksimal.

Calon peserta harus mengisi formulir permohonan secara lengkap yang intinya antara lain

sebagai berikut:

Page 33: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 32

a. Uraian bisnis secara rinci.

b. Perubahan bisnis yang dilakukan belakangan ini dan kemungkinan pengembangannya

selama masa keikutsertaannya asuransi syari’ah.

c. Catatan perkara yang telah dialami.

2. Polis

Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan

perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik berupa akta mengenai adanya

perjanjian asuransi. Unsur-unsur yang harus ada dalam polis adalah:

a. Deklarasi, memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti nama, alamat, jenis dan

lokasi objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan, perhitungan dan besarnya

premi serta informasi lain yang diperlukan.

b. Perjanjian asuransi, memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan

kesanggupannya mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi kerusakan.

c. Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi, permintaan

pembatalan polis, prosedur pengajuan klaim, asuransi ganda.

d. Pengecualian, memuat penyebutan dengan jelas musibah apa saja yang tidak ditutup

atau diluar penutupan asuransi.

e. Kondisi pertanggungan, memuat kondisi objek yang diasuransikan.

f. Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi.

Dalam asuransi Islam, untuk menghindari unsur-unsur yang diharamkan di atas kontrak

asuransi, maka diberikan beberapa pilihan kontrak alternatif dalam polis asuransi tersebut.

Sebagai ilustrasi:

Page 34: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 33

a. Polis dengan akad Mudhorobah atau mudhobbah musyarakah. Pada akad Mudhorobah

peserta asuransi menyediakan modal untuk dikelola oleh operator asuransi. Sedangkan

Mudhorobah musyarakah perusahaan asuransi sebagai Mudhorib menyertakan modal

atau dananya dalam investasi bersama dana peserta. Dalam kontrak tercantum

persetujuan kontribusi yang dijadikan dana asuransi syari’ah dan pihak operator

berhak mengelola dan mengivestasikan dana asuransi untuk kepentingan perusahaan

sesuai dengan prinsip Mudhorobah. Peserta menyetujui kontribusinya dijadikan

tabarru’ dan digunakan untuk membantu peserta lain yan tertimpa musibah dalam

bentuk hibah.

b. Wakalah bil ujrah, yaitu pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi

untuk mengelola dana peserta dengan pemberian ujrah (fee). Persetujuan kontribusi

yang dimasukkan dapat dinvestasikan dan dikelola sesuai dengan prinsip syari’ah,

persetujuan pembayaran klaim/manfaat asuransi, provisi dan cadangan sesuai

pedoman dan kebijakan otoritas. Persetujuan membayar biaya wakalah bil ujrah.

3. Premi (Kontribusi)

Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan besar tabungan

peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim terhadap suatu kejadian

yang mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan investasi pada masa yang akan

datang. Sedangkan bagi perusahaan premi berguna untuk menambah investasi pada suatu

usaha untuk dikelola. Premi yang dikumpulkan dari peserta paling tidak harus cukup untuk

menutupi tiga hal, yaitu klaim resiko yang dijamin, biaya akuisisi, dan biaya pengelolaan

operasional perusahaan.

Premi dalam asuransi syari’ah umumnya dibagi beberapa bagian, yaitu:

Page 35: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 34

a. Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang polis

yang dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan mendapatkan hak sesuai

dengan kesepakatan dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan dan hak bagi

hasil investasi akan diberikan kepada peserta bila yang bersangkutan dinyatakan

berhenti sebagai peserta.

b. Premi tabarru’, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan

digunakan untuk tolong menolong dan menaggulangi musibah kematian yang akan

disantunkan kepada ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa asuransi

berakhir.

Penetapan besarnya tarif premi tidak ditentukan oleh pemerintah, karena diserahkan pada

mekanisme pasar yang berlaku. Namun pada dasarnya tarif premi menurut aturan

pemerintah harus memenuhi unsur berikut:

Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah premi yang akan

mempengaruhi dana klaim tergantung pada beberapa hal, antara lain:

1. Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan memperhitungkan:

a. Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis asuransi yang

bersangkutan sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.

b. Biaya perolehan, termasuk komisi agen.

c. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya.

2. Tarif premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak melebihi dan tidak

ditetapkan secara diskriminatif. Demikian pula tidak boleh terlalu berlebihan sehingga

tidak sebanding dengan manfaat yang dijanjikan.

4. Pengelolaan dana Asuransi (Premi)

Page 36: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 35

Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad mudharabah,

mudharabah musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudhorobah, keuntungan

perusahaan asuransi syari’ah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari investasi (sistem

bagi hasil). Para peserta asuransi syari’ah berkedudukan sebagai pemilik modal dan

perusahaan asuransi syari’ah berfungsi sebagai pihak yang menjalankan modal.

Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan

perusahaan sesuai ketentuan yang telah disepakati.

Pada akad mudharobah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib

yang menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama dana para peserta.

Perusahaan dan peserta berhak memperoleh bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari

investasi. Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah, perusahaan berhak mendapatkan fee

sesuai dengan kesepakatan. Para peserta memberikan kuasa kepada perusahaan untuk

mengelola dananya dalam hal: kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim,

underwriting, pemasaran, dan investasi.

Dalam mendeskripsikan tentang cara atau mekanisme kerja asuransi syari’ah ini, akan

dibagi kepada dua pembahasan pokok sesuai dengan pembagian asuransi syari’ah itu

sendiri, yakni asuransi syari’ah keluarga dan asuransi umum. Pembagian ini sangat penting

dilakukan mengingat mekanisme kerja dari kedua syari’ah itu memiliki sedikit perbedaan,

yakni dalam pengelolaan premi yang disetor kepada perusahaan asuransi syari’ah.

Perbedaan itu muncul disebabkan sesuatu yang diasuransikannya berbeda; kalau asuransi

umum (kerugian) yang diasuransikan itu harta atau hak milik peserta asuransi, sedangkan

diasuransi keluarga (jiwa) yang diasuransikan adalah diri peserta asuransi itu sendiri.

Page 37: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 36

Skema Pengelolaan Asuransi Syari’ah Berbasis Investasi

Perusahaan (Mudharib)

Peserta(Shahibul Maal)

Biaya Operasional

Hubungan

Mudharabah

Premi

Takaful

Rekening

Tabungan

Rekening

Tabarru’

Total

Dana

Rekening

Tabungan

Rekening

Tabarru’

Tabungan

Peserta

Manfaat

Takaful

Persentase

Perusahaan

Persentase

Peserta

Bagi

Hasil

Hasil

Investasi Investasi

Page 38: Makalah 20asuransi-20dan-20jaminan-20sosial-20dalam-20islam-130622095358-phpapp01

www.nicdesain.net

Sejarah Pemikiran Dan Kelembagaan Ekonomi Syari’ah

Asuransi dan Jaminan Sosial Dalam Islam 37

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, ALFABETA, Bandung, 2010.

Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoretir dan

Praktis,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010

Media Asuransi, www.media-asuransi.com, Diakses tanggal 15 Juni 2013

Abdullah Amrin, Bisnis, Ekonomi, Asuransi, dan Keuangan Syariah,Grasindo

Widiasarana, Jakarta2009

Abdul Kadir, Hukum Bisnis Syariah dalam Al Quran, AMZAH, Jakarta, 2010

Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern, Andi Offset CV,

Jogjakarta, 2011

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional, Pedoman Umum Asuransi Syari’ah, Jakarta 2001

Asuransi Syariah, www.asuransisyariah.net/2008/08/mengenal-konsep-dasar-asuransi-

syariah.html, diakses tanggal 15 Juni 2013

Republika, 17 Maret 2010

Rasyisme, http://rasyisme.blogspot.com/2012/01/dasar-hukum-asuransi-syariah.html,

diakses 13 Juni 2013

Prudential.co.id, http://prudential.co.id/corp/prudential_in_id/index.html, diakses 11 Juni

2013

Takaful, http://www.takaful.com/indexhome.php, diakses 10 Juni 2013

Blog Detik, http://puye.blogdetik.com/2013/03/25/pengelolaan-dana-asuransi-syariah/,

diakses 11 Juni 2013