-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 01
cover depan
MEMMMEMEMEMMEMMEMMEEMEMEMMEEKAKKAKAAKKKAKAAKAKKKAAAKKAKAKAR RR
|| EDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDISII 010101011001101001010100 |||||
TATATATTTTATTATATATATTATAAT HUHHUUUUNNNNNNNNNNNNNN
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX V VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVV |||||||||| APAAPAPPAAA
RRIRR LLL LLLLLLLLLL - JUJJUUJJJJJJJJJJ NNII
222222222010101010010100101000101010110100 5555
00000000000000000000001111111
ccoovveerrr
dddeeepppppppppppppppppppppppaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201502
iklan cover depan dalam
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 03
DAPURREDAKSI
Pada tahun 2015 ini, Majalah MEKAR genap memasuki usia ke-25.
Dalam usia keseperempat abad ini, MEKAR yang dimotori oleh Komsos
Keuskupan, telah mengalami berbagai peristiwa jatuh-bangun
mempertahankan eksistensinya sebagai Majalah Keuskupan Bogor.
Memang tidak mudah menghadirkan hidangan cetak yang bisa dinikmati
oleh seluruh umat paroki di Keuskupan Bogor.
Bekerja sama dengan Komisi Keluarga Keuskupan Bogor, kini MEKAR
ingin berusaha hadir kembali dengan wajah yang berbeda dari
penerbitan sebelumnya. Tentu saja perwajahannya yang lebih menarik
dan berisi. Semoga kehadirannya mampu menghilangkan dahaga umat
akan informasi dan wawasan iman dan ajaran gereja serta dinamika
kehidupan menggereja di Keuskupan Bogor.
Penerbitan majalah MEKAR kali ini menjadi penting untuk kemajuan
Gereja kita. Dengan ulasan yang ringan, mudah dipahami, dan
informatif; umat bisa menikmatinya lewat penerbitan MEKAR ini.
Pada penerbitan perdana di tahun 2015 ini, MEKAR memuat liputan
acara Orang Muda Katolik (OMK), yakni acara Bogor Youth Day (BYD),
memaparkan tema tahun keluarga 2015, Keluarga yang berdoa dan
berbakti sebagai salah satu fokus kebijakan pastoral Mgr. Paskalis
Bruno Syukur, OFM., bagaimana mencintai dan mempertahankan cinta,
dan aneka informasi segar dan aktual seputar kegiatan parokial di
Keuskupan Bogor.
Semoga kehadiran MEKAR dengan wajah baru ini, menumbuhkan minat
dan partisipasi kita dalam kehidupan menggereja di keuskupan kita
tercinta ini.
nRedaksi
MekarDengan Wajah Baru
MEKARIA
Pelindung:Uskup Bogor,
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Dewan Penasihat:Staff Kuria Keuskupan Bogor
Redaktur Ahli:RD. Ch. Tri Harsono RD. Yohanes Driyanto
RD. Alfons Sutarno
Sidang Redaksi:RD. Alfonsus Sutarno RD. Yustinus Joned S
RD. Lucius Joko K RD. David LerebulanRD.Agustinus Suyatno St. K.
KristyonoDarius Lekalawo Ambrosius S. Mally
Ign. Happy Delima
Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi:RD. Yustinus Joned S
Redaktur Bahasa:
RD. Alfonsus Sutarno
Redaktur Pelaksana:Stanislaus Kostka Kristyono
Redaktur Artistik:Darius Lekalawo
Ilustrator:RD. Nikasius Jatmiko
Pemimpin Perusahaan:Ambrosius S. Mally
Administrasi: Ign. Happy Delima
Sirkulasi dan Distribusi: RD. Yustinus Joned S Komsos Keuskupan
Bogor Sekretariat Paroki Keuskupan Bogor
Iklan & Promosi:RD. Alfons Sutarno (0812 111 0457)
Anastasia
Sanny K. (0812 10273 949) Ambrosius Satu Mally (021 7076 4215)
Ign. Happy Delima (0812
10 818 009)
Alamat Redaksi:Gedung Pusat Pastoral Keuskupan BogorJl. Kapten
Muslihat No. 22 BOGOR 16122 Tel.: (0251) 831 3997 Fax.: (0251) 835
9102
E-mail: [email protected]
Rek. BCA KCP Depok Asri No. Acc: 7650612285 a/n: Ignatius Happy
Delima
Penerbit dan Percetakan: PT. Grafi ka Mardi Yuana
Jl. Siliwangi No. 50 BOGOR 16131(Isi diluar tanggungjawab
percetakan)
UNTUK KALANGAN SENDIRI
MAJALAH MEKAR menerima tulisan, artikel, reportase, foto dan
karikatur dari umat. Syarat: tidak mengandung SARA dan bermanfaat
bagi umat (menambah pengetahuan, keterampilan, memecahkan masalah,
menggugah emosi, menghibur, menyentuh kepekaan etis dan estestis,
dll). Redaksi tunggu kiriman Anda via e-mail:
[email protected]
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201504
DAFTAR ISI
Dapur Redaksi Sajian UtamaOrang Muda Katolik Sumber Inspirasi
..................06
Sajian KhususTekad Berkarya Disertai Doa
....................................09
Umat BerbicaraSemua Berawal dari Keluarga
.................................12
Tantangan Real Hidup Berkeluarga ........................14
KonsultasiGereja Katolik Melarang Bayi Tabung
...................16
Suara GembalaKeluarga Beribadah dan Berbakti DenganSuka-Cita
........................................................................
19
Kabar DekanatUlang Tahun Paroki Santo Herkulanus Depok ...21
RenunganDoa Bersama, Ekaristi dan Keluarga Katolik .......26
Bina ImanKewajiban Orangtua Membaptis Bayi
...................29
Sungguhkah Gereja Katolik Berpuasa? .................30
Tokoh KitaMgr. Antonio Guido Filipazzi:
Promise Is Promise
.....................................................32
Kiprah Komisi dan SeksiPentingnya Relasi Suami-Istri
..................................34
SeksualitasMenguak Misteri Cinta
...............................................38
JejakBangga Terhadap Pilihan Hidup
..............................41
Kemah AllahKhidmat Dalam Kesederhanaan
..............................42
Isu Nusantara & MancanegaraDosen Menjadi Terang dan Garam
Kampus ...... 47Paus Umumkan 20 Kardinal Baru
........................ 49Siap Menghadapi Perubahan Cakrawala
........... 50
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 05
SURATPEMBACA
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201506
SAJIANUTAMA
mengajak Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Bogor untuk dak
berdiam diri saja. Hai OMK Bogor, buk kanlah bahwa dari Anda
mengalirlah ide-ide segar dan ak vitas-ak vitas nyata yang berguna
untuk membangun keuskupan kita. Dengan demikian sebutan OMK
sumber
Anda adalah OMK, agen-agen pembaruan, sumbangkan talenta-talenta
dan semangat kemudaanmu untuk membarui wajah Gereja kita...
Penuhilah jalan-jalan kehidupan di lembah-lembah, perbukitan,
perkotaan, persawahan tataran Sunda dengan tekadmu
untuk membantu Gereja dan masyarakat kita, seru Mgr.Paskalis
dalam sambutannya di akhir Perayaan Ekaris pembukaan Bogor Youth
Day (BYD) di Gua Kanada Rangkasbitung, pertengahan Februari
lalu.
Selanjutnya Uskup
Orang Muda Katolik Sumber Inspirasi
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 07
SAJIANUTAMA
inspirasi benar adanya, tambah Uskup.
Sekitar 1000 orang muda tekun mendengarkan seruan Uskup
Keuskupan Bogor ini. Mereka berasal dari sebagian besar paroki di
Keuskupan Bogor. Kaos merah yang mereka kenakan bisa diar kan
sebagai tekad membara mereka untuk selalu menginginkan pembaruan
dalam kehidupan. Ecclesia semper reformanda est, Gereja selalu
memperbaharui dirinya, jelas Mgr. Paskalis.
BYD 2015 sebagai realisasi program kerja Komisi Kepemudaan
Keuskupan Bogor ini mengusung tema: OMK Sumber Inspirasi (bdk.
Lukas 2.51-52). Melalui BYD seluruh OMK se-Keuskupan Bogor dapat
berkumpul, saling bertukar pengalaman iman, serta mengalami
pertumbuhan spiritualitas bersama sebagai sumber suka-cita dan
inspirasi bagi keluarga dan sesama.
Kegiatan BYD ini diselenggarakan pada tanggal 13-15 Februari
2015 di Paroki Rangkasbitung dan Serang, Dekanat Barat Keuskupan
Bogor. Selama ga hari dua malam itu para peserta melakukan live in
di rumah-rumah umat setempat, mengiku workshop, pentas seni, dan
doa bersama.
Pengalaman SamuelGerimis di pagi hari
pertama, Jumat 13 Februari 2015 dak mengurangi semangat pani a
melakukan persiapan akhir. Kompleks ziarah Gua Maria Kanada
Rangkasbitung disulap menjadi tempat pertemuan akbar itu.
Kegiatan diawali dengan penyambutan Duta Besar Va kan
untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi di pastoran
Rangkasbitung. Di pastoran ini Nun us memberka patung Yesus dan
Bunda Maria dan beris rahat sejenak.
Pukul 13.30, seluruh rombongan menuju ke lokasi Gua Maria Kanada
tempat acara pembukaan BYD dilangsungkan. Di sini rombongan
disambut sorak suka-cita dari seluruh OMK yang berdiri sepanjang
jalan menuju gua. Drum band anak-anak SD Mardi Yuana Rangkasbitung
pun mengiringi kedatangan seluruh rombongan.
Sekitar pukul 14.20 Perayaan Ekaris dimulai. Dalam homilinya,
Mgr. Guido Filipazzi menyampaikan pengalaman Samuel dalam bacaan
sebagai pengalaman luar biasa yang bisa dijadikan inspirasi bagi
anak-anak muda. Saat-saat ini seharusnya menjadi kesempatan untuk
memeriksa bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, agar hidup kris ani
kita seha dan mendalam, kata Nun us. Ia mengharapkan apa yang
didapat dari kegiatan ini dak menjadi sia-sia. OMK kembali ke
keluarga dan paroki masing-masing sebagai orang beriman.
Pada akhir Ekaris , RD. Habel Jadera mengharapkan OMK bisa
memberi pengaruh yang posi f dalam mewartakan suka-cita Kristus,
serta menjadi inspirasi bagi terciptanya suka-cita di dalam
keluarga, Gereja, dan masyarakat.
Selanjutnya Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM memberikan apresiasi
besar bagi kegiatan ini. Uskup juga menyampaikan ucapan terimakasih
kepada para pastor yang merupakan rekan Uskup dalam
menggerakkan
OMK di masing-masing paroki. Selesai Ekaris , acara
dilanjutkan dengan ramah-tamah bersama para tamu undangan dari
Pemerintah Daerah, perwakilan tokoh agama dan masyarakat setempat.
Dalam acara ini dilaksanakan pelepasan burung merpa serta penanaman
pohon di areal Akademi Perawat, Rangkasbitung. Kemudian seluruh OMK
menuju lokasi live in, di mana mereka akan nggal bersama
keluarga-keluarga di wilayah Paroki Serang dan Rangkasbitung.
Tiga MateriPada pagi hari kedua,
seluruh peserta dibagi dalam ga kelompok. Mereka berpencar
mengiku workshop yang dibagi dalam ga materi. Materi pertama
berbicara soal Wirausaha, Bagaimana Memulai dan Mempertahankan?.
Materi ini dibicarakan di aula Gua Maria Kanada. Ibu Johana
Fransiska Suliestyowa (anggota Komisi PSE Keuskupan Bogor)
memberikan mo vasi kepada para peserta menghadapi
ketakutan-ketakutan yang menghambat dalam berwiraswasta.
Materi kedua terkait dengan Mo vasi Dalam Pelayanan Gereja.
Acara ini digelar di aula Gereja Kristus Raja, Serang. Bapak
Mahendra K. Datu mengajak OMK untuk senan asa mempersembahkan karya
terbaik bagi pembangunan Gereja masa kini dan masa depan.
Materi ke ga membahas Narkoba dan Seluk-Beluknya. Romo La Edi
Teodorus, MSC menyampaikan materi ini di
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201508
SAJIANUTAMA
bagi Keuskupan Bogor. Ia berharap agar OMK selalu bisa
menjadikan Gereja Katolik sebagai Gereja yang selalu muda, yang
berani, inspira f, dan dak takut mewartakan kabar gembira bagi
semua orang. Ia juga menyampaikan beberapa kegiatan mendatang seper
: Indonesian Youth Day di Manado dan World Youth Day di Polandia
tahun 2016, dan Asean Youth Day di Yogyakarta pada Agustus
2017.
RD. Habel menyampaikan bahwa BYD akan menjadi kegiatan ru n dua
tahunan di Kuskupan Bogor. Untuk tahun 2017, BYD disepaka akan
diadakan di Dekanat Tengah. Kemudian, Mgr Paskalis menutup acara
sambutan dengan pesan: Setelah acara ini, pulanglah ke rumahmu dan
ceritakanlah apa yang sudah kalian dapatkan dalam acara ini.
Bawalah suka-citamu saat berkumpul dengan keluargamu di sini dan
jadilah sumber inspirasi bagi orangtuamu. Setelah Perayaan Ekaris ,
kegiatan BYD ditutup dengan makan siang bersama.nRD. Yustinus Joned
Saputra
gedung serbaguna ex-Mardi Yuana, Cilegon.
Makan siang dilaksanakan di stadion indoor Kopasus, Serang.
Selesai makan siang, seluruh peserta menikma pentas seni. Semua
peserta mempertontonkan kebolehan masing-masing.
Pada pertengahan acara, diadakan talkshow bersama Mgr. Paskalis
Bruno Syukur OFM, RD. Ch. Tri Harsono (Vikaris Jenderal Keuskupan
Bogor), dan RD. Yohanes Driyanto (Vikaris Judisial Keuskupan
Bogor). Mereka mengungkapkan dukungan dan arahan kepada OMK serta
menjawab berbagai pertanyaan peserta.
Ibadat malam (doa taize) dilaksanakan setelah makan malam. Para
frater Seminari Tinggi Santo Petrus dan Paulus Keuskupan Bogor
memimpin ibadat sebagai penutup keseluruhan acara hari kedua.
Kurang PanjangPada hari Minggu, 15
Februari 2015, kegiatan BYD memasuki hari terakhir. Wajah-
wajah muda yang berkumpul di GOR Kopasus, Serang-Banten terlihat
lelah. Akan tetapi, berbagai komentar peserta menyiratkan satu
suara: dak ingin acara ini cepat selesai. Mereka merasa waktu
pelaksanaan masih kurang panjang. Mereka dak ingin kebersamaan ini
harus diselesaikan hari itu.
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM memimpin Perayaan Ekaris
penutupan BYD. Bliau didampingi RD. St. M Sumardiyo AP (Pastor
Paroki Serang), RD. Andreas Bramantyo (Pastor Paroki
Rangkasbitung), RD. Habel Jadera (Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan
Bogor), RD. Haryanto (Sekretaris Ekseku f Komkep KWI), serta
sembilan imam yang hadir.
Dalam kata pembukaan RD. Sumardiyo membakar semangat peserta
dengan yel-yel Bersuka-citalah...! OMK, sumber inspirasi. Sementara
RD. Haryanto dalam sambutannya menyampaikan: Saya percaya bahwa OMK
Keuskupan Bogor ini akan menjadi bonus is mewa
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 09
SAJIANKHUSUS
Awal 1990, Mgr. Igna us Harsono (alm) menunjuk RD. Agus nus
Suyatno untuk mengelola Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan
Bogor. Salah satu kegiatannya adalah menerbitkan Bule n MEKAR.
Penulis dak tahu, apakah sebelum 1990 Keuskupan Bogor sudah punya
media semacam bule n, majalah, atau media lain?
Yang pas , pada awal 1990, Romo Yatno mengajak penulis dan
kawan-kawan untuk membuat sebuah media, yang bisa digunakan sebagai
media komunikasi antar paroki se-Keuskupan Bogor. Media tersebut
harus murah, pengerjaannya cepat, serta dapat menjangkau umat.
Tekad Berkarya Disertai Doa
(Pengantar: pada tahun 2015 ini, Majalah MEKAR berulang tahun
ke-25. Untuk mengingat kembali awal terbitnya, redaksi menghubungi
Bpk. RAJ. Susilo yang bersama RD. Agustinus Suyatno alias Romo
Yatno membidani lahirnya majalah MEKAR dan mengelolanya selama 10
tahun. Pengalaman itu diungkapkan dalam tulisan berikut.
Redaksi).
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 09
k
n
Rm. Yatno menyebut media sebagai bule n dengan ukuran setengah
folio. Tetapi beberapa waktu kemudian, ukurannya berubah menjadi
A4.
Selanjutnya, bule n ini berubah menjadi majalah. Ukurannya pun
berubah-ubah, namun namanya tetap MEKAR (Media Komunikasi Antar
PaRoki). Nama MEKAR ini dicetuskan oleh Rm. Yatno.
MEKAR ini terbit dengan dak teratur. Awalnya MEKAR terbit
sebulan sekali pada pertengahan bulan. Kemudian terbit ga bulan
sekali. Sampai usia ke-25 tahun bisa dikatakan MEKAR selalu
terbit.
Untuk penerbitan pertama dan penerbitan selanjutnya, Romo Yatno
membekali pengasuh MEKAR hanya dengan ide, saran, dan sebuah Tekad
Berkarya Disertai Doa. Bekal lain (alat, prasarana, tempat kerja
redaksi, biaya) yang diperlukan,
pengasuh harus mencarinya sendiri. Tekad Berkarya Disertai Doa
ini menjadi pedoman pengasuh untuk nekad mengasuh MEKAR sampai
kira-kira 10 tahun.
Alamat MekarPada saat awal, MEKAR
terbit secara sederhana. Penanggungjawabnya ialah Romo Yatno (ke
ka itu ia masih bertugas di Paroki St. Paulus
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201510
SAJIANKHUSUS
MEMEMEKAKAKKKAKKARR RRR ||||||| EDEDEDEDDDDDDEDEDDEDISISSSISSIII
01101 |||| TTTTTATAAATTTAT HHHHUHHHHHUN NN XXXXXXXVV V |||||
AAPAPAPPPAPAPAPPPAPPAPAPRIRIRILL LL - JJUJUUUUUUUUUNININNNININI
22222222001010100101001555555551111111110000000000000
dan lain-lain. Penyebarannya dengan kiriman langsung (diantar)
atau melalui pos.
Kemudahan
Selama 10 tahun mengasuh MEKAR, ternyata banyak kemudahan yang
diperoleh. Meski semua serba sederhana dan seadanya, Tuhan selalu
membimbing dan memberka pengasuh sehingga MEKAR dapat selalu terbit
tepat waktu. Pengelola yakin bahwa MEKAR adalah alat pelayanan bagi
umat di paroki-paroki di Keuskupan Bogor.
Setelah 10 tahun, Romo Yatno mendapat tugas baru. Pengelola
Komsos diserahkan ke romo yang lain, termasuk tugas mengelola
MEKAR. Penulis pun harus bertugas di tempat yang lain. Oleh karena
itu, tugas mengasuh MEKAR pun diserahkan ke pengasuh yang baru.
Pengalaman mengelola MEKAR meyakinkan penulis bahwa Tuhan selalu
memperkaya
iman kita dan senan asa membimbingnya. Berkat
Tuhan itu menjadi nyata, asalkan kita menunaikan
tugas dengan ikhlas dan suka-cita.
nRAJ. Susilo. Foto: dari berbagai sumber.
Depok), pengasuh lainnya ialah: Herman Rumpoko, Ign. Kristopo,
RAJ. Susilo, Darsat, Darsum, dan Kasino. Mereka semuanya adalah
anggota Dewan Pastoral Paroki Santo Paulus, Depok. Dalam penyusunan
lay-out, khususnya sampul majalah, redaksi dibantu oleh Florent,
karyawan majalah HIDUP.
Mengingat semua pengasuh MEKAR berdomisili di Depok, maka semua
tugas penerbitan MEKAR lebih banyak diselesaikan oleh umat paroki
St. Paulus, Jl. Mela 4 Depok. Padahal alamat resmi MEKAR adalah Jl.
Kapten Muslihat No. 22 Bogor.
Agar semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik, maka redaksi
MEKAR sepakat mencantumkan kedua alamat tersebut.
Sebagai media komunikasi antar paroki se-Keuskupan Bogor, isi
MEKAR pun menyangkut semua hal terkait paroki-paroki di Keuskupan
Bogor. Isi tersebut melipu
perkenalan paroki baru/ lama, stasi baru/
lama, nama lengkap pengurus Dewan
Pastoral Paroki, kehidupan Santo-Santa,
pengumuman pen ng dari keuskupan, surat gembala
Uskup,
surat edaran KWI, refl eksi Kitab Suci, dan liputan berbagai
kegiatan.
Banyak suka-duka selama bergelut mengasuh MEKAR. Pencarian
berita/tulisan ke paroki cukup sulit. Banyak kegiatan paroki yang
dak terekam secara sistema s dan akurat. Bahkan ada juga paroki
yang memandang MEKAR dak berguna.
Pada sisi lain, MEKAR ternyata dak hanya dibaca oleh umat
Keuskupan Bogor, melainkan juga oleh orang luar, salah satunya
adalah petugas Sospol dari Kantor Walikota Depok. Mereka pernah
menanyakan tulisan tentang pemindahan 21 pusara para imam
Fransiskan (OFM) dari berbagai tempat di pulau Jawa menuju Depok
(Kalimulya). Mereka menanyakan hal itu itu karena mereka membaca
MEKAR.
Makin hari tulisan di MEKAR makin banyak dan bervariasi. Inilah
salah satu faktor yang menyebabkan MEKAR bisa terbit tepat waktu.
Umat pun bisa mendapatkan MEKAR melalui pastoran, sekolah Katolik,
dan lain-lain. Bahkan MEKAR juga disebarkan ke Seminari Stella
Maris, susteran, bruderan, pan asuhan, KWI
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 11
UMATBERBICARA
Selalu Menjadi Dirinya Sendiri
Selama sembilan tahun menikah, Pongki dan Sophie (bukan nama
sebenarnya-Red,) memaknai cinta secara berbeda-beda. Cinta ke ka
pertama kali bertemu, pas nafsunya lebih besar, cintanya lebih
sedikit. Lama kelamaan, nafsu berkurang, kasih lah yang harus
diperbesar. cerita Pongki.
Karena itu, sangat pen ng bagi Pongki untuk membangun kasih
antara suami istri. Pongki dan Sophie: punya cinta yang fl eksibel.
Fleksibel karena saat dua orang bersatu, di situlah muncul
perbedaan-perbedaan di antara mereka. Mereka harus fl eksibel
menyikapi perbedaan itu.
Kita bangun ap hari. Tiap hari kita menjalin hubungan dengan
memahami bahwa pasangan kita ini berbeda dengan kita. Jangan
paksakan harus sesuai dengan kita. Inilah yang saya maksud
dengan fl eksibel. Se ap hari saya mempelajari siapa Sophie
sebenarnya, kata Pongki.
Yang terpen ng, jelas Pongki, adalah menjadi orang apa adanya.
Kalau saya marah, ya saya akan marah sesuai porsinya. Jangan
ditahan-tahan. Jika dak punya uang, katakan dengan terus terang
pada pasangan, tambah Pongki.
Ingatlah selalu bahwa pasangan hidup kita akan selalu bersama
kita sampai maut memisahkan. Bagi Pongki dengan menjadi diri
sendiri adalah ndakan yang tepat. Ini bisa kita pelajari se ap
hari.
Sebenarnya mempelajari perilaku pasangan kita se ap hari juga
sekaligus memperkenalkan diri kita yang sesungguhnya.
nPongki dan Sophie
Dalam beberapa tahun terakhir ini, saya sebagai salah satu anak
Tuhan selalu ak f di se ap pelayanan gereja. Dengan talenta yang
Tuhan berikan kepada saya, banyak yang telah saya lakukan untuk
perkembangan gereja Katolik. Ak vitas saya ini membawa saya berada
dalam kepengurusan Dewan Pastoral Paroki (DPP).
Namun beberapa bulan terakhir ini, miris rasanya melihat teman
sepelayanan yang beranggapan bahwa pelayanan sebagai pengurus Dewan
Pastoral Paroki lebih pen ng dari yang lain. Misalnya lebih pen ng
dibanding menjadi pemimpin koor (dirigen), koster, pemazmur,
petugas tata ter b, petugas parkir, dan lain sebagainya.
Gaya pelayanannya pun persis seper yang dilakukan seorang
majikan dengan pembantunya. Pastor paroki dan Dewan Paroki
merupakan kedudukan yang dianggap sangat pen ng. Mereka lah penentu
kebijakan, pengambil keputusan, orang-orang pilihan. Untuk mencapai
kedudukan tersebut, mereka harus memiliki keterampilan dan
menjalani persiapan-persiapan khusus sebelumnya.
Berbeda dengan pelayanan ala koster, tukang parkir, petugas
kebersihan, petugas tata ter b. Tugas-tugas ini bisa dilakukan oleh
siapa saja tanpa harus memiliki ketrampilan atau menjalani
persiapan khusus. Dalam melaksanakan pelayanan, kedudukan mereka
lebih rendah dari pada pengurus DPP. Akibat perbedaan ini muncul
gambaran, paling dak dalam benak saya, ... maaf ternyata ada
sekte-sekte dalam gereja. Benarkah demikian? Semoga dak. Salam
Kasih.nDerry Siga Nuga, S.Fil - Kota Depok
Dewan Paroki Lebih Penting?
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 11
Foto:
hipw
ee.co
m
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201512
UMATBERBICARA
Melihat situasi Negara kita beberapa dekade
ini, korupsi menjadi salah satu ciri khas
bangsa dan berita yang tak pernah berhenti
dikupas. Dia melanda semua kalangan.
Semakin lama, bentuk, macam, dan jumlah
korupsi semakin banyak, bahkan seakan-
akan sudah menjadi fenomena alamiah dan
manusiawi.
Se ap hari banyak orang mencemooh para koruptor dan membicarakan
mereka di media masa atau di se ap kesempatan. Tidak jarang
kelompok masyarakat tertentu melakukan unjuk rasa menuntut
pemerintah melakukan ndakan terhadap orang-
Semua Berawal dari Keluargaorang tertentu yang menurut mereka
telah melakukan korupsi.
Namun kenyataan menunjukkan banyak orang tetap melakukan korupsi
dengan bentuk dan jumlah yang berbeda dan berkembang. Korupsi uang,
waktu, kesempatan, dan bahkan korupsi milik orang lain yang lemah
tanpa memandang agama, ras, suku, ngkat ekonomi, dan profesi.
Pertanyaannya: Siapa yang masih bisa dikatakan jujur dan adil
sekarang ini?
Benih Kecurangan Tanpa disadari, sebenanya
sering kali kita sendiri menabur benih kecurangan sejak
anak-anak kita berada di bawah pengasuhan kita. Langsung atau dak
langsung, dalam kehidupan rumah tangga kita telah memperkenalkan
dan bahkan mempraktekkan korupsi dengan banyak cara.
Kita sering membuat
manipulasi di rumah, melalui kata-kata yang dak jujur, bersikap
dak adil pada anggota keluarga, atau menggunakan fasilitas rumah
tangga dengan sembarangan. Anak-anak bisa menyaksikan bagaimana
orangtuanya dak masuk kerja dan membuat surat dokter palsu. Bahkan
ada yang terbiasa berbohong dengan menyampaikan pesan palsu Mama
atau papa dak ada di rumah....
Hal itu menunjukkan bahwa benih-benih korupsi, kolusi, atau nepo
sme (KKN) sudah ditaburkan di lingkungan rumah. Pelajaran pertama
berlangsung sangat halus dan mungkin dak sejelas pencurian. Akan
tetapi, anggota keluarga terbiasa menggunakan cara-cara dak jujur
untuk menyelesaikan persoalan dalam hidup mereka. Tindakan korupsi
bisa dimulai dari keputusan untuk
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201512
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 13
UMATBERBICARA
membolos, memakai uang sekolah untuk bermain games, saling
bekerjasama untuk memanipulasi harga barang yang dibeli dengan
menyebutkan nominal yang dak benar, menggunakan uang kembalian
untuk keperluan yang dak semes nya dan lain sebagainya.
Padahal sebagai orang Katolik seringkali kita harus mengambil
risiko menjadi lain di antara banyak orang yang merasa biasa dengan
ndakan korupsi dan pembohongan. Kita harus mempunyai idealisme dan
cita-cita yang nggi untuk menjunjung kebenaran dan
dak merugikan banyak orang yang lemah. Inilah iman katolik.
Melalui la han yang prak s dalam hidup keluarga sehari-hari, kita
bisa membiasakan anggota keluarga untuk bersikap jujur dan dak
mencari keuntungan sendiri.
Surat pertama St. Petrus menyebutkan: Gembalakanlah kawanan
domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan
sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau
mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (I Ptr 5:2).
Pengabdian dan kerelaan membantu sesama adalah keutamaan yang
dijunjung nggi oleh pengikut Kristus. Kita pun perlu terus
memperjuangkan nilai ini sebagai bentuk kesaksian yang asli.
Sungguh indah menyaksikan seorang anak mengembalikan barang yang
ditemukannya di kelas. Juga sangat menyenangkan melihat se ap anak
sekolah berusaha keras untuk berlaku jujur dalam menyelesaikan
soal-soal ujiannya, dak suka membolos dan sederet perbuatan
jujur
lainnya. Pencatatan yang teli dan terbuka untuk se ap transaksi
keuangan, bahkan untuk keperluan kecil di rumah, bisa menjadi cara
efek f untuk membiasakan budaya an korupsi dan an ke dakadilan.
Sebagai keluarga Katolik, marilah kita sempurnakan hidup kita,
bukan hanya dengan mengevaluasi orang lain yang melakukan korupsi,
kolusi, dan nepo sme, melainkan dengan memulai membiasakan budaya
an korupsi dan an ke dakadilan dari dunia kecil keluarga kita. Kita
budayakan suatu cara hidup yang lebih adil, tangguh, mencintai
proses, dan tentu saja mengimani bahwa Allah melihat segala sesuatu
yang kita lakukan se ap saat. Dia pas membantu kita mewujudkan
dunia kita yang lebih baik. nAlexander Erwin MSF/Kristyono.
Ilustrasi: danubagusprabowo
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201514
UMATBERBICARA
Menjalani hidup berkeluarga ibarat
berjalan sambil membakar jembatan
pulang. Tidak ada lagi jalan untuk kembali atau
pun berpaling.
Se ap tantangan hidup harus dihadapi bersama, baik itu senang
maupun susah. Hal ini sesuai dengan janji yang diucapkan saat
saling menerimakan Sakramen Perkawinan: Saya, ........, menyatakan
dengan tulus ikhlas bahwa ............. yang hadir di sini, mulai
sekarang menjadi istri saya. Saya berjanji se a kepadanya dalam
untung dan malang dan saya mau mencintai dan menghorma dia seumur
hidup.
Mungkin ada yang berpikir bahwa mengucapkan janji pernikahan
adalah hal yang mudah, toh ada buku panduannya. Namun saat kerikil
mulai menghalangi perjalanan kita, mampukah kita mempertahankan
janji yang diucapkan di depan altar? Dalam hal ini, pengalaman
hidup menunjukkan bahwa bukan hanya cinta yang dibutuhkan tetapi
juga komitmen bersama sebagai pegangan.
Contoh konkret, de kde k persalinan merupakan saat di mana kita
dibawa Tuhan menuju persimpangan jalan. Semua hal
TantanganReal Hidup Berkeluarga
Foto:
pand
u.kato
lik.or
.id
yang dapat mengubah kehidupan kita secara dras s sangat mungkin
terjadi pada saat itu.
Saat itu, kita pergi ke rumah sakit berdua dengan istri atau
mungkin juga ditemani beberapa anggota keluarga yang lain. Namun
saat pulang, kita dak pernah tahu apakah kita pulang dengan status
baru sebagai ayah atau bukan. Tidak sedikit pria yang pulang dari
rumah sakit dengan status duda.
Situasi seper itu saya rasakan saat kelahiran anak pertama saya.
Saat itu istri saya bertaruh nyawa untuk melahirkan anak saya.
Saat itu saya teringat akan janji perkawinan yang pernah saya
ikrarkan. Ingatan itu membuat semua permasalahan dan cobaan hidup
yang pernah terjadi menjadi dak berar lagi. Hanya satu permohonan
saya kepada Tuhan agar bersedia menyelamatkan istri dan anak
saya.
Keluarga adalah harta dan anugerah yang paling berharga.
Berbahagialah suami-istri yang dapat memegang teguh janji se anya
saat menikah di depan altar hingga Tuhan memanggil menuju pada
perkawinan Anak Domba.
nSeseorang di Parung
Keluarga adalah harta dan anugerah yang paling berharga
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 15
UMATBERBICARA
Kata-kata meluncur melalui mulut kita menuju dua arah: membangun
atau menghancurkan. Kata-kata diproduksi dari ha dan pikiran. Ha
kita menyimpan dengan baik semua endapan dari pengalaman
keseharian, perjumpaan dengan orang, tontonan kebaikan, dan
perilaku orang yang memproduksi dan menawarkan kebaikan dalam hidup
kita. Semua itu kita simpan di sudut ha kita yang terbaik.
Ha yang sakit dan terluka seringkali terjadi karena kita dak
bebas dari endapan pengalaman menyakitkan dalam hidup. Penyebabnya
bisa perkataan dan perbuatan kasar yang menyaki ha kita. Apabila
itu terjadi maka ha kita rapuh dan sangat peka atas se ap perkataan
buruk dari sesama kita.
Tugas kita adalah membersihkannya, memulihkan-nya dan
menyegarkannya, agar ha kita selalu menyimpan, mengolah, dan
memproduksi kebaikan yang bisa dirasakan manfaatnya bagi sesama
kita. Pikiran kita adalah memori yang berisi segala macam kebaikan
dan keburukan. Pikiran mengirim semua pesan yang belum terolah
dalam ha .
Terkadang kita bisa merasakan perkataan kita sendiri atau sesama
kita. Ada yang sempat tersaring dengan baik oleh ha , akan tetapi
dak sedikit yang dilepaskan tanpa diendapkan terlebih dahulu.
Oleh karena itu, mari kita selalu berupaya agar ha kita sungguh
difungsikan untuk menyimpan kebaikan, dan mengolah ke dakbaikan
menjadi kebaikan. Tak lupa kita perlu selalu memohon agar Tuhan
yang nggal di dalam ha kita; memurnikan dan mengenyahkan se ap
keinginan untuk melukai hidup sesama.
Mari kita menjaga pikiran kita agar memiliki memori yang baik
untuk menyimpan segala pengalaman yang baik. Memori yang dak
membesarkan pengalaman dan perkataan buruk yang kita peroleh dari
perjumpaan kita dengan sesama. Jagalah pikiran dan ha kita agar
mampu membanggakan Tuhan dan menyenangkan hidup se ap orang yang
kita jumpai.nR.A. Suryanto OFM
Menjaga PerkataanFo
to: La
ely W
idjaja
ti
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201516
RUANGKONSULTASIOleh:
RD. Alfonsus Sutarno, Lic. Th., Pr
Kini metode bayi tabung dipandang sebagai solusi atas ke adaan
anak dalam keluarga. Benarkah Gereja Katolik melarang hal ini. Jika
ya, apakah pandangan Gereja Katolik soal bayi tabung ini?
(Ulasan atas pertanyaan di atas dan pertanyaan lain ini pernah
di muat dalam Majalah Keluarga Kana, Malang. Mengingat pen ngnya
hal ini, kami muat kembali di Mekar).
1Bagaimana pemahaman Gereja tentang bayi tabung?
Bayi tabung dipahami sebagai teknik pembuahan ekstra korporal.
Sebuah metode yang mempertemukan sel telur dan sel sperma di luar
tubuh seorang wanita. Pembuahan ini dilakukan dalam sebuah piring
petri atau tabung di laboratorium dengan cara menaburkan
(inseminasi) sel benih pria (spermatozoa) pada sel telur (oosit)
wanita. Hasil pembuahan ini akan dibiarkan 3-4 hari.
Kemudian hasil pembuahan yang sudah terbentuk akan ditanamkan
kembali ke dalam rahim (uterus) wanita. Proses penanaman embrio ini
disebut tandur-alih embrio (TAE) atau embryo transfer (ET). Usai
melakukan tandur alih embrio ke dalam rahim wanita, diharapkan bisa
terjadi kehamilan pada wanita yang bersangkutan dan
Gereja Katolik Melarang Bayi Tabung
akhirnya ia melahirkan anak. Pemakaian is lah bayi
tabung (test-tube baby) sebenarnya kurang tepat. Dikatakan
kurang tepat karena proses perkembangan embrio dak selamanya
berlangsung di dalam tabung (piring petri). Proses ini pun hanya
berlangsung antara 3-4 hari saja. Selebihnya, perkembangan embrio
terjadi dalam rahim wanita.
Is lah yang lebih tepat adalah fer lisasi ekstra korporal atau
pembuahan di luar tubuh (extracorporal fer liza on). Akan tetapi,
karena fer lisasi dilakukan di dalam tabung, maka disebut juga
pembuahan dalam tabung atau fer lisasi in vitro (in vitro fer liza
on).
2Gereja mendukung atau menolak program bayi tabung?
Kemunculan bayi bukan tanpa polemik. Kehadirannya telah
memunculkan pro dan kontra. Para pendukung datang dari pasangan
suami-istri infer l yang berharap memiliki momongan, para
lesbian, pasangan sejenis, dan para janda. Gereja Katolik dak
menerima begitu saja keberadaan bayi tabung. Sikap kri s Gereja
akan bayi tabung itu dilatarbelakangi alasan kemanusiaan,
penghargaan atas nilai dan martabat manusia.
Bayi tabung telah menuntun Gereja untuk bersikap kontra karena
beberapa soal substansial yang muncul dan dak terjawab. Persoalan
substansial yang muncul itu misalnya, apakah sebenarnya yang
menjadi hakikat hidup manusia? Kapankah awal kehidupan manusia
dimulai? Bagaimana hakikat keluarga bisa dimenger ? Bagaimana
teknologi bayi tabung bisa menjelaskan soal kriteria pasien bayi
tabung, asal-muasal sel telur dan sel sperma, nasib embrio cacat
dan embrio sisa yang dibekukan, keberadaan ibu penggan (surrogate
mother) dan hakikat lembaga keluarga?
3Salah satu tahapan metode bayi tabung ialah pemilihan
kualitas
Ilustrasi: ibudanbalita.com
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201517
RUANGKONSULTASI
embrio. Bagaimanakah argumentasi Gereja soal embrio (sisa) dan
penggunaan teknologi medis dalam pembuahan?
Gereja memandang embrio sebagai makhluk insani. Harkat dan
martabatnya atas hidup harus dihargai. Akan tetapi, dalam bayi
tabung, siapakah yang bertanggung jawab terhadap embrio sisa?
Secara medis, normalnya, embrio sisa harus disimpan (dibekukan),
dak boleh dimusnahkan, dan hanya boleh dimanfaatkan oleh pasangan
yang bersangkutan. Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan nasib
embrio sisa apabila dalam periode tertentu pemilik embrio sisa itu
meninggal dunia? Bolehkah embrio sisa itu dimusnahkan atau
diberikan kepada pasangan suami-istri lain yang membutuhkan?
Selain itu, bagaimana dengan sejumlah embrio yang dihancurkan
atau dibuang karena kelihatan abnormal atau dimanfaatkan demi kepen
ngan riset? Bagaimana dengan banyak orang yang menentang pemusnahan
embrio sisa karena hal itu mirip dengan masalah aborsi dan dianggap
sebagai pembunuhan bakal calon manusia? Demi pe individu tertentu,
apakah dibenarkan pengrusakan janin-janin muda tersebut? Bagaimana
pula dengan janin-janin yang dibekukan dan dak ditanamkan kembali,
yang dak punya peluang untuk kehidupan masa depan?
Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang dak terjawab itulah yang
makin mengukuhkan pandangan Gereja untuk berkata dak pada bayi
tabung.
4Bagaimana penilaian moral Katolik terhadap inseminasi
artifisial?
Kemajuan tekniologi memungkinkan prokreasi tanpa hubungan
seksual. Namun, apa yang dapat terjadi secara teknis seper
inseminasi buatan, dak dengan sendirinya dapat dibenarkan secara
moral. Penalaran akal-budi dan refl eksi mendalam mengenai
nilai-nilai mendasar kehidupan dan prokreasi adalah syarat
mutlak.
Dewasa ini inseminasi ar fi sial menuntut pembuahan dan
penghancuran embrio insani. Budi daya embrio menuntut hiperovulasi
pada perempuan: sejumlah sel telur diambil dan dibuahi. Akan
tetapi, dak semua akan ditanam dalam rahim wanita. Ada embrio yang
dikurbankan karena alasan eugenis (mengambil embrio terbaik saja),
ekonomis, dan psikologis. Penghancuran dengan sengaja makhluk
manusia semacam itu atau pemakaiannya untuk berbagai tujuan, dengan
merugikan keutuhannya dan kehidupannya sangat bertentangan dengan
ajaran kris ani.
5Dokumen Gereja apa saja yang berbicara tentang moral bayi
tabung? Apakah isi ringkas dokumen tersebut, kapan dan
siapa pencetusnya?Dokumen gereja terkait
moral bayi tabung adalah: Donum Vitae (1987), Instruksi
Kongregasi untuk Ajaran Iman, tentang hormat terhadap hidup manusia
tahap dini dan perlindungan martabat prokreasi. Jawaban atas
beberapa soal aktual dewasa ini.
Evangelium Vitae, Injil Kehidupan (25 Maret 1995). Ensiklik Paus
Yohanes Paulus II tentang nilai-nilai hidup manusia yang dak bisa
diganggu gugat.
Verita s Splendor, Cahaya Kebenaran. Ensiklik Paus Yohanes
Paulus II tentang pertanyaan-pertanyaan fundamental ajaran moral
Gereja.
Piagam Bagi Pelayan Kesehatan (1995). Piagam pani a kepausan
untuk reksa pastoral kesehatan, tentang masalah-masalah bioe ka, e
ka kesehatan, dan pendampingan orang sakit.
Martabat Prokreasi Insani dan Teknologi Produk f. Aspek-aspek
antropologis dan e s, dari Akademi Kepausan untuk hidup (2004).
6Argumentasi Gereja soal moral bayi tabung tentu tidak lepas
dari peran para tokoh/teolog Gereja. Siapakah tokoh/teolog Gereja
terkenal yang argumentasinya menjadi dasar pertimbangan moral
Gereja menyikapi
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201518
RUANGKONSULTASI
fenomena bayi tabung?Dengan melihat beberapa
dokumen Gereja di atas, Paus Yohanes Paulus II adalah Paus yang
sangat gigih membela kehidupan. Berikutnya Kardinal Joseph
Ratzinger (kini Paus Benedictus XVI) yang menjadi orang kedua
setelah Paus Yohanes Paulus II. Selanjutnya adalah para Uskup dan
teolog yang tergabung dalam kongregasi profaganda iman (Congrega o
pro Doctrina Fidei) atau akademi kepausan untuk hidup (Pon fi cal
Academy for Life).
7Apakah dampak program bayi tabung bagi kehidupan keluarga,
terutama dampak psikologis bagi ibu dan bayi?
Bayi tabung bersifat terbuka untuk umum, teknologinya membuka
peluang bagi para janda, para wanita yang dak pernah menikah,
kelompok lesbian atau pasangan sejenis untuk memiliki anak.
Apabila para wanita tanpa suami bisa mengandung dan memiliki
anak, bagaimana dengan nasib anak-anak tanpa bapak ini? Siapakah
yang menjadi bapak dari anak-anak ini? Apabila di kemudian hari
para wanita tak bersuami ini melakukan FIV untuk kedua atau ke ga
kalinya, bagaimana relasi kekeluargaan di antara anak-anak hasil
bayi tabung ini? Bagaimana pula nasib lembaga keluarga? Semuanya
menjadi kacau, berantakan.
Dalam kaitannya dengan ibu, dalam bayi tabung dikenal ibu
penggan (surrogate
mother), yakni wanita yang merelakan rahimnya ditanami embrio
hasil pembuahan dari sperma seorang pria yang bukan suaminya dengan
sel telur yang dak berasal darinya. Ia akan mengandung dan
melahirkan bayi. Namun setelah melahirkan ia dak akan memiliki dan
memeliharanya, sebaliknya akan menyerahkan bayi yang dilahirkannya
dan hak-hak keorangtuaannya kepada pasangan suami-istri yang
memintanya sebagai ibu penggan .
Adanya ibu penggan ini berdampak nega f pada ibu penggan itu
sendiri, pada suami-istri dan anak yang dilahirkan, dan pada
masyarakat. Ada yang menilai bahwa ibu penggan seharusnya merasa
rugi. Ada ke daklayakan meminta seorang ibu penggan untuk menjalani
risiko fi sik kehamilan untuk menguntungkan orang lain. Secara
psikologis ibu penggan juga telah dirugikan dengan menyerahkan anak
gene knya, bahkan ada beberapa ibu penggan yang mengalami masa
kedukaan setelah memberikan anaknya.
Apabila ibu penggan merupakan sahabat atau kerabat dekat,
keterlibatan yang berkelanjutan dari ibu penggan bisa menciptakan
ketegangan perkawinan. Keterlibatan ibu penggan bisa melemahkan
ikatan perkawinan dan merusak integritas keluarga. Apabila ibu
penggan ternyata dibayar untuk pelayanan mereka, maka reproduksi
manusia menjadi bersifat komersil, dan mungkin anak-anak akan
dilihat sebagai barang konsumen.
8Metode bayi tabung seolah-olah menjadi pemecah soal
infertilitas yang dialami keluarga, termasuk keluarga-keluarga
kristiani. Apa pertimbangan moral yang ingin Pater sampaikan pada
keluarga-keluarga kristiani agar mereka dapat menyikapinya secara
tepat?
Keluarga kris ani hendaknya menyadari bahwa keberadaan anak-anak
itu mulia dan bermartabat. Namun demikian, anak-anak bukanlah
segala-galanya dalam keluarga. Ke adaan anak-anak dalam rumah
tangga bukanlah prahara bagi keluarga dan dak berar bahwa cinta
suami-istri dak berbuah. Oleh karena itu, apabila Tuhan belum atau
dak meni pkan anak-anak kepada keluarga kris ani, sebaiknya suami
istri dak mengambil cara-cara yang dak bernilai kris ani
sebagaimana nampak dalam teknik bayi tabung.
Dalam ke adaan momongan, pupuklah keutuhan, kese aan, dan cinta
sebagai suami-istri. Selain itu, karena perkawinan merupakan
kehendak Tuhan, terbukalah juga pada rencana Tuhan dalam keluarga.
Jangan-jangan dengan
dak terlahirnya anak-anak dari rahim sendiri, Tuhan memanggil
Anda supaya makin mengasihi anak-anak Allah yang terlantar, yang
membutuhkan cinta seorang bapak dan ibu. Semoga
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 19
SUARAGEMBALA
Paus Fransiskus berseru dalam Evangelii gaudium: Bahaya besar
dalam dunia sekarang ini, yang dilipu oleh konsumerisme, adalah
kesedihan dan kecemasan yang lahir dari ha yang puas diri namun
tamak, pengejaran akan kesenangan sembrono dan ha nurani yang
tumpul (EG 2). Bahaya ini menggerogo segala lini kehidupan manusia
masa kini.
Hidup bersama dalam suatu keluarga pun seringkali digoda oleh
suasana kesedihan dan kecemasan. Dampak nega f lain pun muncul:
kehidupan ba n kita terbelenggu dalam kepen ngan dan kepeduliannya
sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama. Suara Allah
dak lagi didengar, suka-cita kasih-Nya dak lagi dirasakan, dan
keinginan untuk berbuat baik pun menghilang. Realita perceraian,
hidup bersama seatap yang tak harmonis berkepanjangan tanpa
berusaha mencari jalan keluar yang rendah ha , menghidupi
perkawinan dengan pola feodalis s merupakan serangkaian fakta yang
mes nya menuntut kita untuk berbenah diri.
Ditengah suasana muram dan mempriha nkan ini, kita harus berani
menyatakan bahwa ada keluarga-keluarga yang sangat baik dan
benar-benar berusaha hidup sesuai dengan iman Gereja.
Keluarga-keluarga ini mempersonifi kasikan seruan posi f Paus
Fransiskus: Suka-cita Injil memenuhi ha
dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus. Mereka yang menerima
tawaran penyelamatan-Nya dibebaskan dari dosa, penderitaan,
kehampaan ba n dan kesepian.
Keluarga-keluarga ini memberikan kesaksian tentang keindahan dan
kegembiraan iman yang diamalkan dalam lingkungan keluarga. Mereka
mendasarkan diri pada nilai-nilai luhur perkawinan: kesucian, kese
aan, kesatuan, kecintaan dan pengorbanan. Suami- istri selalu
berupaya saling menyempurnakan diri (Familiaris Consor o 19).
Konteks sosial kemasyarakatan-keagamaan seper digambarkan di
atas merupakan tantangan pastoral bagi Gereja Katolik. Gereja
Universal telah mengadakan sinode luar biasa para Uskup yang
membicarakan tentang hidup berkeluarga dengan tema:Tantangan
Pastoral Keluarga dan Evangelisasi (5-19 Oktober 2014). Paus
Fransiskus juga meneruskan agenda yang perlu dituntaskan
pembicaraannya dalam sinode biasa tentang Keluarga, yang
akan diadakan pada bulan Oktober 2015 ini.
Gereja Katolik Indonesia turut mengambil langkah is mewa untuk
menghargai, mendampingi para saudara-saudari seiman yang telah
memilih panggilan hidup sebagai suami-istri Katolik. Konferensi
Waligereja Indonesia telah menetapkan bahwa Sidang Agung Gereja
Katolik Indonesia akan diadakan dari tanggal 2 November hingga 6
November 2015. Tema utama ialah merefl eksikan panggilan hidup
berkeluarga.
Pertemuan-pertemuan pastoral ini mengajak kita untuk menguatkan
ins tusi yang suci ini. Gereja Katolik berkeyakinan bahwa
perkawinan Katolik diadakan oleh Allah. Allah sendirilah pencipta
perkawinan (Gaudium et Spes 48 par 1; FC 13 par 6). Keluarga yang
adalah Gereja domes k ini perlu diperkuat dan didampingi.
Keluarga Beribadah dan Berbakti Dengan Suka-Cita
Inilah fokus pastoral Keuskupan Bogor 2015.
Uskup Bogor: Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM
Keluarga Beribadah dan Berbakti dengan Sukacita
Foto:
Istim
ewa
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201520
SUARAGEMBALA
Saya mengajak seluruh umat Keuskupan Bogor untuk mengisi tahun
pastoral 2015 ini dengan memusatkan energi rohani dan jasmani kita
mengembangkan Keluarga beribadah dan berbak dengan suka-cita.
Ibadah dilakukan kepada Allah. Ibadah kepada Allah mengungkapkan
pengakuan akan Allah yang menjadi pemilik dan penguasa keluarga.
Dalam ibadah manusia menyampaikan kurban dan persembahan kepada
Allah, menyampaikan pengakuan akan kekuasaan Allah, menegaskan
kesediaan untuk hidup sebagai umat dan hamba-Nya, serta memohon
berkat-Nya.
Mengiku Yosua dalam kitab Yos 24:15, se ap keluarga di Keuskupan
Bogor mes menegaskan:Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah
kepada Tuhan. Menanggapi kasih se a dan penyertaan Tuhan dalam
sejarah hidup orang Israel, Yosua berkata: Takutlah akan Tuhan dan
beribadahlah kepada-Nya, dengan tulus ikhlas dan se a.
Penegasan Yosua ini mengingatkan kita akan bahaya lain yang
dapat terjadi: orang beribadah kepada berhala-berhala lain masa
kini. Berhala-berhala itu siap membelokkan sebuah keluarga dari
jalan Tuhan dan akhirnya mendatangkan kehancuran atasnya.
Misalnya berhala materi. Terobsesi oleh materi, baik suami
maupun istri bisa jadi terpacu untuk mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya. Masing-masing bekerja siang-malam dan dengan
segala cara mengumpulkan mamon. Menurut mereka ketersediaan
mamon menjamin kebahagiaan keluarga.
Berhala bisa juga berupa kesenangan-kesenangan pribadi. Banyak
pasangan muda merasa terkejut ke ka mendapa bahwa pernikahan
ternyata sedikit banyak memaksa mereka mengorbankan
kesenangan-kesenangan pribadi, seper pergi keluyuran bersama
rekan-rekan sehobi ataupun begadang sampai dini hari. Rasa
terkekang sering berujung pada pemberontakan yang tentunya membuat
pasangannya merasa di nggalkan. Jadi ego-ego pribadi juga merupakan
bentuk berhala lainnya. Idealnya pernikahan menyatukan dua jiwa
menjadi satu. Dalam kenyataan, penyatuan itu dak selalu berjalan
dengan mulus.
Keluarga Yosua bertekad untuk beribadah hanya kepada Tuhan.
Tekad ini pas terasa begitu luar biasa. Bisa dikatakan tekad ini
dimaknai sebagai ucapan syukur karena Tuhanlah yang mempersatukan
mereka. Dia Ingin menanggapi kebaikan itu dengan menjanjikan iman
dan ketaatan kepada Tuhan.
Secara mendasar ibadah berhubungan dengan Allah. Allah mendeka
mereka dalam suasana cinta kasih dengan janji mengikat manusia
dalam persekutuan dengan Dia. Manusia pun mendeka Allah dengan
sikap hormat, bak dan percaya akan kasih Allah. Dalam perjumpaan
dengan Allah itulah, se ap keluarga akan menemukan suka-cita seja
.
Warna Pastoral Keuskupan Bogor
Fokus pastoral Keuskupan Bogor sebagaimana uraian
di atas mendorong Komisi Keluarga melakukan berbagai ak vitas
yang meneguhkan keluarga-keluarga. Berbagai jalan baru dalam
berpastoral perlu ditumbuhkan. Saya berharap para pastor di se ap
paroki bekerja sama dengan Komisi Keluarga merancang dan mewujudkan
jalan-jalan baru untuk mendampingi keluarga-keluarga.
Keluarga-keluarga yang sedang mengalami kesulitan perlu mendapat
perha an. Kerjasama dalam berpastoral keluarga dengan komisi lain,
seper Komisi Kateke k, Komisi Liturgi, Komisi Kerasulan Kitab Suci;
merupakan sebuah keniscayaan.
Kelompok-kelompok kategorial yang mempunyai kepriha nan terhadap
kehidupan keluarga diberdayakan dan disinergikan dalam ak vitasnya.
Mereka adalah kelompok Marriage Encounter, PRISKAT (Pria Seja
Katolik), Wanita Bijak/Wanita Terberka , PCC dan sebagainya. Selain
itu kegiatan retret keluarga perlu dipersiapkan oleh Komisi
Keluarga.
Semua kegiatan ini mes membuat keluarga-keluarga Katolik semakin
mengenal dan mencintai Yesus dan teladan serta ajaran-Nya. Dalam ar
itulah, Kegiatan Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) dan Kursus
Pendalaman Kitab Suci (KPKS) perlu didukung secara luas.
Dengan demikian keluarga-keluarga akan mengalami suka-cita
Injil. Mereka menjumpai Yesus, yang mereka sembah dan hormat bak
(bdk. Evangelii gaudium 1).n
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 21
KHABARDEKENAT
Ulang Tahun ParokiSanto Herkulanus DepokMinggu, 1 Februari 2015,
Paroki St. Herculanus Depok merayakan ulang tahun ke-13. Pani a
menetapkan Satu Paroki Kita Satu Persaudaraan menjadi tema ulang
tahun kali ini. Ibarat manusia, usia ini masih tergolong remaja.
Masih banyak impian, cita-cita dan keinginan dalam masa
pertumbuhannya.
Sejak awal pembentukan, paroki yang dulu merupakan stasi dari
Paroki St. Paulus, Depok ini banyak melakukan pembenahan. Pastor
paroki bersama Dewan Pastoral Paroki/Dewan Keuangan Paroki dan umat
bekerja keras. Semua pihak ikut berusaha, sehingga wajah
stasi sedikit demi sedikit berubah menjadi sebuah paroki yang
utuh.
Meskipun demikian umat merasakan masih banyak kekurangannya,
khususnya terkait fi sik gereja. Sarana dan prasarana penunjang
gereja secara fi sik belum memadai. Hal ini cukup mengganggu
kegiatan umat yang membutuhkan ruangan atau aula.
Beberapa tahun terakhir, kegiatan Paroki St. Herkulanus memiliki
warna tersendiri dalam mengubah wajah gereja. RD Yus nus Dwi
Karyanto selaku pastor paroki selalu mengajak umat untuk ikut
berpar sipasi dalam pembangunan aula,
sarana dan prasarana gereja. Hal ini dikemukakannya pada
beberapa kesempatan ke ka turun langsung bersama m PPPG dalam
penggalangan dana di beberapa gereja di wilayah Keuskupan Bogor dan
Keuskupan Agung Jakarta.
Uskup Keuskupan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM pun
menyampaikan hal yang sama. Dalam homilinya ia meminta semua umat
untuk ikut berpar sipasi dalam memajukan paroki. Jangan bertanya
apa urusan saya dalam pembangunan gereja secara fi sik,
katanya.
Selanjutnya Uskup mengatakan Kalau Paroki
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 21
KHABARDEKENAT
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201522
KHABARDEKENAT
Herkulanus ini berslogan paroki yang mandiri dan berdaya pikat,
umat harus terlibat langsung. Kegiatan apa pun yang berkaitan
dengan iman umat tentu membutuhkan sarana gereja yang memadai.
Terkait hal tersebut Uskup berkeinginan segera mengundang Pastor
paroki dan m PPPG untuk membicarakan hal hal yang berkaitan dengan
pembangunan aula, sarana dan prasarana gereja.
Dengan pertemuan ini diharapkan segala persoalan yang dihadapi
dapat menemukan jalan keluar yang sebaik-baiknya. Dengan demikian
pembangunan aula dan sarana prasarana gereja dapat diselesaikan
segera.
Berbagai LombaAda beberapa kegiatan
yang diselenggarakan pani a ulang tahun paroki Herkulanus.
Berbagai lomba diadakan, baik yang bersifat liturgis maupun non
liturgis. Lomba bersifat liturgis terdiri dari lomba lektor, lomba
bermazmur bagi pemula, penilaian atas performa terhadap mereka yang
sudah tergabung dalam kelompok Lektor dan Pemazmur. Tujuan lomba
ini adalah menggali bakat yang ada agar semakin banyak umat
terlibat dalam kehidupan menggereja.
Sedangkan lomba yang bersifat non liturgis adalah: gerak jalan
santai, senam, gapleh dan catur. Lomba ini merupakan lomba per
kelompok antar lingkungan dan kelompok kategorial yang ada.
Puncak acara adalah ramah-tamah yang juga
dihadiri Bapak Uskup. Acara yang diselenggarakan setelah Misa
Suci Minggu, 1 Februari, dimeriahkan dengan tarian dan nyanyian.
Mereka terdiri dari kelompok TK, SD, SMP St. Theresia, kelompok
umat mewakili wilayah parokial, kelompok kategorial dan
lain-lain.
Ada persembahan khusus berupa tarian yang berasal dari daerah
asal Bapak Uskup yaitu tarian Jai. Uskup didaulat untuk ikut menari
bersama. Ramah-tamah juga dimeriahkan dengan pemberian hadiah dan
piala untuk pertandingan dan perlombaan yang diadakan. Walaupun
hujan mengguyur cukup deras sejak pagi, umat tetap terpaku di
kursinya masing-masing hingga acara selesai.nNicolaus Neo. Foto:
Edo
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201522
KHABARDEKENAT
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 23
KHABARDEKENAT
Apa yang Romo harapkan dari umat paroki? tanya Mgr.
Paskalis Bruno Syukur, OFM.
Seluruh umat diharapkan ikut ambil bagian dalam membangun Gereja
paroki ini, bisa dengan doa, dengan ikut berkegiatan, atau ikut
menyumbangkan sebagian dari miliknya bagi pembangunan fi sik
gereja, jawab RD. Y. Dwi Karyanto selaku Pastor Paroki St.
Herkulanus.
Selanjutnya Bapak Uskup menjelaskan apabila umat sudah memahami
harapan romo paroki ini, maka umat dak akan berteriak Apa urusanmu
dengan kami, hai romo paroki?. Sudah jelas, romo paroki datang
untuk membangun Gereja bersama umat, baik Gereja secara rohani
maupun secara jasmani.
Itulah sekelumit percakapan yang terjadi dalam misa memperinga
ulang tahun ke-13 paroki St.Herkulanus Depok, Minggu, 1 Februari
2015.
Paroki Semakin MandiriTampak kebersamaan Uskup Keuskupan Bogor,
pastor paroki dan umat.
Usia 13 tahun bagi manusia adalah usia remaja/muda, yang penuh
dengan cita-cita, impian dan keinginan. Umat memiliki idealisme
yang nggi untuk membangun Gereja yang communio, mandiri, berdaya
tahan dan berdaya pikat.
Communio ar nya membentuk persekutuan umat yang dilandasi
semangat kerukunan, persaudaraan seja yang saling menghargai, serta
memelihara hubungan kesatuan dengan Allah melalui Yesus Kristus
dalam Roh Kudus.
Mandiri ar nya mampu memenuhi tenaga dan biaya dalam melayani
umat dan masyarakat sekitar, memiliki sarana dan prasarana yang
memadai, mengelola proses kaderisasi yang bersinambungan. Berdaya
tahan ar nya mempunyai iman yang mendalam dan dewasa, iman yang
merasuk dalam ha dan budi, mendarah daging dalam diri pribadi serta
nampak dalam
sikap, perilaku sehari-hari. Berdaya pikat ar nya mampu memberi
kesaksian akan kasih Kristus, baik di dalam maupun di luar
Gereja.
Kini langkah paroki terlihat semakin mandiri. Kemampuan ekonomi
umat dak seberapa, namun ada cita-cita membangun sarana fi sik
pastoran dan aula. Umat pun menggalang dana namun tetap membuka
diri untuk menyumbang pula apabila ada paroki lain yang
membutuhkan. Solidaritas antar paroki inilah yang mendukung
semangat kemandirian.
Acara kebersamaan yang dirajut pani a dengan topik Satu Paroki
Kita, Satu Persaudaraan, juga menunjukkan langkah kemandirian.
Segenap lapisan umat turut memeriahkan acara tersebut.
Seribu piring disediakan pani a untuk dinikma bersama. Hujan
deras yang menyiram Depok sejak pagi justru menambah semarak
kebersamaan. Selamat ulang tahun Paroki Herkulanus.nThomas
Suhardjono
Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM (kiri) dan RD. Y. Dwi Karyanto
(Kanan) dalam Misa Ulang Tahun Paroki St. Herkulanus-Depok, Minggu,
(1/2/2015)
Foto:
Edo
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201524
KHABARDEKENAT
Tahun 2015 adalah tahun terakhir saya memimpin Kota Depok. Saya
bersyukur dan berterima kasih kepada FKUB bersama mitranya yang
selama ini bekerja keras dalam menjujung nggi nilai toleransi antar
umat beragama di Kota Depok. Demikian ucap Wali kota Depok, Dr. Ir.
H. Nur Mahmudi Ismail, M.Sc dalam pertemuannya dengan Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Simpang Raya, Jl. Margonda
Raya-Depok, Minggu (21/12/2014) silam. Hadir dalam acara ini Habib
Muhsin Ahmad Al- Athas, Lc, Ketua Kesbangpol Kota Depok, Syafrizal,
SH, jajaran Kepolisian dan TNI, pengurus Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) dan tokoh-tokoh agama Islam, Katolik, Protestan,
Hindu, Budha dan Kong Hu Cu.
Mantan Menteri Kehutanan itu berpesan, sebagai kota niaga, jasa
dan religius; kota Depok berada dalam 10 besar Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah terbaik. Selain itu Kota Depok bisa dijadikan
contoh bagi daerah lain dalam menciptakan hidup toleransi antar
umat beragama, walau diakui intoleransi yang terjadi di Jawa Barat
adalah ter nggi se-
Intoleransi Terjadi Karena Kurangnya Dialog
Indonesia.Tugas kita adalah
menciptakan harmoni dan kerukunan antar umat beragama yang ada
dan terus berprestasi di masa-masa yang akan datang, harapnya.
Syafrizal, SH, Kepala Kesbangpol, Kota Depok menuturkan
kerukunan hidup beragama di Depok semakin hari semakin baik. Kita
harus bersyukur untuk itu. Ke depan kita bisa melakukan
revitalisasi kehidupan beragama untuk meningkatkan suasana kondusif
agar bisa dijadikan contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia,
ujarnya.
Namun di sisi lain Mangaranap Sinaga, S.E, M.H menyesalkan
ndakan kekerasan yang mengatasnamakan agama selama ini. Dan
sasarannya selalu gereja. Sinaga berpendapat gereja terkesan
menjadi pemicu atau biang munculnya permasalahan. Hal ini
disebabkan faktor kurangnya komunikasi dan ke daktahuan
masyarakat.
Di masa mendatang diharapkan FKUB membuat program yang jelas
untuk terus memperha kan gereja dan terus memberikan pemahaman
tentang kerukunan umat
beragama, ujarnya
Pentingnya DialogHabib Muhsin bin Ahmad
Al-A as, Lc mengatakan kerukunan antar umat beragama sebenarnya
menjadi salah satu pilar atau dasar dari sebuah negara. Oleh sebab
itu, perlu terus dilakukan dialog dan komunikasi antar umat
beragama, komunikasi antar tokoh-tokoh agama. Langkah ini perlu
diambil dan dipelihara agar tercipta masyarakat kota Depok yang
aman dan kondusif, terutama dalam kaitan dengan kerukunan hidup
beragama.
Komunikasi itu pen ng. Kalau dak pernah ada komunikasi maka yang
muncul adalah sikap saling curiga. FKUB adalah lembaga yang
dibentuk seluruh umat beragama untuk menjadi penengah, menjadi
sarana terjalinnya komunikasi. Mudah-mudahan ke depan proses
komunkasi semakin meningkat, ujar pria kelahiran Grabag, Magelang,
1963 yang juga Ketua FKUB Kota Depok.
Harapan yang sama juga diungkapkan RP. Anton Sahat Manurung,
OFM. Romo Anton mengaku Walau baru sembilan bulan bergabung dalam
FKUB, saya sangat merasakan dan mendapat pengalaman indah karena
sering bertemu dan duduk bersama dengan ulama lain. Mari kita terus
bergandeng tangan, ujarnya.
nDarius Lekawo (Humas BASOLIA Kota-Depok)
Foto: Darius Lekalawo
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 25
KHABARDEKENAT
Ada peris wa akbar di gereja Santo Paulus Depok awal Februari
lalu. Kelompok lansia Dekanat Utara Keuskupan Bogor memperinga
pesta nama Simeon-Hana di Gereja St. Paulus Depok. Mereka menggelar
Misa Syukur dengan selebran utama Mgr. Paskalis B. Syukur, OFM.
Para lansia hadir sejak pagi hari, meski misa baru akan dimulai
pukul sembilan pagi. Bapak Uskup sendiri hadir lebih awal dari para
lansia. Inilah semangat menggereja yang perlu dicontoh, sehingga
kita dapat mempersiapkan jiwa dan pikiran untuk menghadap Tuhan
dalam misa.
Semua romo paroki se-Dekanat Utara hadir mendampingi Uskup.
Hadir pula Romo Petrus Canisius Aman, OFM yang akrab dipanggil Romo
Peter Aman. Dia secara khusus diundang pani a untuk ikut
bersama-sama merayakan misa pada hari itu. Ternyata, hari itu juga
merupakan hari ulang tahun tahbisan imamat Bapak Uskup dan Romo
Peter Aman, tepatnya
24 tahun yang lalu. Dalam khotbahnya Bapa
Uskup mengingatkan kita semua bahwa Bapa Simeon dan Ibu Hana
adalah sosok yang dengan tulus ha mempersembahkan dirinya kepada
Allah. Kita bisa mengiku nya dengan mempersembahkan diri kita
masing-masing kepada Allah. Dicontohkan oleh Bapak Uskup,
penerimaan Sakramen Bap s dan Sakramen Krisma merupakan wujud nyata
persembahan diri.
Persembahan diri pribadi kita yang paling is mewa kepada Allah
merupakan hal paling pen ng dalam hidup kita dihadapan Allah.
Sebagai lansia kita masih bisa mempersembahkan diri kita kepada
Allah, masih bisa menjalankan tugas perutusan dari Allah, baik
dengan cara berdoa dan menjadi saksi Allah akan kepercayaan kita
kepada Allah seper Hana, kata Uskup. Dengan demikian tema perayaan
Keluarga Dalam Terang Iman dengan sub tema Lansia
Menjadi Teladan Keluarga Dalam Hidup Menggereja dak hanya
menjadi slogan saja.
Lebih lanjut Bapak Uskup mengingatkan, Santo Petrus menyebut
kema an sebagai saudarinya. Kita juga bisa mengikut St .Petrus
dengan menempatkan kema an sebagai saudari kita. Kita dak perlu
takut lagi menghadapi kema an.Yang pen ng kita siap, banyak berdoa
dan berani menjadi saksi Kristus.
Ingat di rumah Bapa-Ku, Aku telah menyediakan banyak tempat
bagimu, kata Yesus. Jadi percayalah bahwa di kehidupan setelah ma ,
kita mempunyai tempat khusus yang telah disediakan oleh Tuhan Yesus
sendiri, ujar Uskup.
Meski sudah lansia mereka tetap semangat mendengarkan khotbah
segar Bapak Uskup. Mereka khusuk mengiku misa tersebut sampai
selesai. Semoga sikap mereka betul-betul menjadi teladan keluarga
dalam hidup menggereja.nGaniek Ambros
Teladan Keluarga Dalam Hidup Menggereja
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201526
RENUNGAN
Tidak bisa disangkal bahwa ada kaitan yang sangat erat antara
doa bersama, sakramen-sakramen dan Ekaris . Hubungan yang sangat
erat itu dapat membantu para anggota keluarga-keluarga Katolik
untuk membuat hidup mereka sesuatu yang utuh dan integral. Mereka
terus-menerus mengalami bahwa Tuhan Yesus bersama mereka,
menghubungkan mereka satu sama lain dan terutama mencintai mereka
dalam doa bersama, dalam sakramen-sakramen dan khususnya dalam
Ekaris .
Ibadat GerejaIbadat Gereja sebenarnya
terdiri atas dua unsur besar. Di satu pihak ada
sakramen-sakramen dan Ekaris , di lain pihak ada doa atau
sembahyang resmi Gereja dan upacara-upacara lainnya.
Bagian terbesar dari doa atau sembahyang resmi Gereja biasa
disebut Ibadat Harian. Ibadat Harian adalah doa atau sembahyang
yang dilakukan mereka yang ditugaskan kewibawaan Gereja atas nama
seluruh Tubuh Mis k Kristus. Mereka adalah para rohaniwan dan
kelompok-kelompok religius, seper para rahib dan rubiah (lih. SC
95). Mereka yang menerima tugas itu berdoa dak hanya di dalam
Gereja saja, melainkan juga atas nama seluruh Gereja yang
diwakilinya. Mereka itu adalah semacam utusan persekutuan
gerejawi.
Doa Bersama, Ekaristi dan Keluarga Katolik
Namun orang-orang Katolik bisa juga berdoa atau bersembahyang
bersama atas nama dirinya masing-masing, di dalam keluarga serta
atas nama keluarganya dan atau kelompoknya. Berdoa atau
bersembahyang bersama seper itu dapat dan nyatanya diadakan mereka
di mana saja dan kapan saja.
Katekismus Gereja Katolik mengatakan bahwa sakramen-sakramen
adalah tanda-tanda (kata-kata dan ndakan) yang dapat ditangkap
dengan pancaindera, yang terjangkau untuk kodrat manusia. Berkat
karya Kristus dan kuasa Roh Kudus sakramen-sakramen tersebut
menghasilkan rahmat yang ditandakannya (KGK 774).
Jadi bisa dikatakan Kristuslah yang menetapkan sakramen-sakramen
Perjanjian Baru. Sakramen-sakramen itu ada tujuh: Pembap san,
Penguatan, Ekaris , Pengakuan, Urapan orang sakit, Tahbisan dan
Perkawinan. Ketujuh sakramen itu mencakup semua tahap dan saat yang
pen ng dalam kehidupan seorang Kristen. Sakramen-sakramen itu
memberikan kelahiran dan pertumbuhan, penyembuhan dan perutusan
kepada iman orang Kristen. Jadi ada semacam keserupaan antara tahap
kehidupan kodra dan kehidupan adikodra (KGK, 1210 ).
Namun demikian Ekaris adalah sumber dan puncak
seluruh hidup kris ani. Sakramen-sakramen lainnya, begitu pula
semua pelayanan gerejawi serta karya kerasulan, berhubungan erat
dengan Ekaris dan terarah kepadanya. Dalam Ekaris suci tercakuplah
seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paskah kita
(KGK 1324).
Kehadiran Yesus Dengan pelbagai cara Yesus
Kristus hadir di dalam Gereja-Nya, di dalam sabda-Nya, di dalam
doa Gereja-Nya, di mana dua atau ga orang berkumpul dalam nama-Ku
(Mat 18: 20), dalam orang miskin, orang sakit, orang tahanan, dalam
sakramen-sakramen yang Ia ciptakan, dalam kurban misa dan dalam
pribadi orang yang melaksanakan pelayanan insani. Tetapi Ia hadir
terutama dalam kedua rupa Ekaris (KGK 1373). Ar nya, dalam sakramen
Ekaris yang mahakudus tercakuplah secara real dan substansial tubuh
dan darah bersama dengan jiwa dan keallahan Tuhan kita Yesus
Kristus. Dengan demikian seluruh Kristus (KGK 1374).
Dalam sakramen ini Kristus hadir oleh perubahan ro dan anggur
menjadi tubuh dan darah-Nya. Kehadiran tersebut dimulai saat
konsekrasi dan berlangsung selama rupa Ekaris ada. Di dalam se ap
rupa dan di dalam se ap bagiannya tercakup seluruh Kristus,
sehingga pemecahan ro dak membagi Kristus (KGK 1375. 1377).
Singkatnya, dalam
Oleh:P. Alex Lanur, OFM
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 27
RENUNGAN
Ekaris , pribadi Kristus sendiri hadir untuk menguduskan manusia
dan memuliakan Allah dengan mengurbankan diri-Nya.
Namun, Dia dak hanya hadir saja dalam sakramen Ekaris itu. Dia
bahkan menyampaikan undangan yang sangat mendesak supaya kita
menyambut-Nya dalam sakramen tersebut. Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jikalau kamu dak makan daging Anak Manusia dan minum
darah-Nya, kamu dak mempunyai hidup di dalam dirimu (Yoh 6: 53)
(KGK 1384). Dengan menerima Komuni, orang dipersatukan
seerat-eratnya dengan diri-Nya. Persatuan orang yang menerima-Nya
dengan Dia juga diperdalam dan orang yang bersangkutan dipisahkan
dari dosa (KGK 1391- 1395).
Kristus juga hadir dalam sakramen-sakramen yang lain.
Sakramen-sakramen itu adalah kekuatan-kekuatan yang datang dari
Tubuh Kristus. Tubuh Kristus tetap hidup dan menghidupkan.
Sakramen-sakramen yang dirayakan dengan pantas dalam iman
memberikan rahmat. Sakramen-sakramen itu berdaya guna, karena
Kristus sendiri bekerja di dalamnya. Dia sendiri yang ber ndak
dalam sakramen-sakramen-Nya, untuk membagi-bagikan rahmat (bdk. KGK
1116. 1127). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa yang hadir dalam
sakramen-sakramen adalah daya, tenaga, kekuatan ilahi yang
menyelamatkan. Inilah yang memuliakan Allah dan menyelamatkan
manusia.
Dalam doa atau sembahyang resmi Yesus Kristus juga hadir, tetapi
dengan cara yang lain. Dia hadir secara rohani dengan perantaraan
Roh Kudus. Dalam doa atau sembahyang resmi itu tenaga,
daya, kekuatan insani Kristus dihadirkan oleh Roh Kudus untuk
memuliakan Allah. Kehadiran Kristus seper itu kiranya juga terjadi
dan terwujud dalam doa atau sembahyang bersama yang dilakukan di
mana saja dan kapan saja, dalam keluarga besar mau pun dalam
keluarga kecil.
Doa Bersama, Sakramen dan Ekaristi
Masing-masing orang Katolik yang berdoa atau bersembahyang
bersama itu dituntun untuk menerima sakramen-sakramen. Ar nya,
mereka yang menerima sakramen-sakramen itu disatukan dengan daya,
tenaga, kekuatan ilahi Yesus Kristus. Selanjutnya mereka diantar
masuk ke dalam persatuan yang seerat-eratnya dan sangat mendalam
dalam Komuni suci. Persatuan seper itu kiranya akan membuahkan
perubahan yang dak kecil dalam seluruh hidup orang Katolik. Seluruh
diri dan hidup mereka sama sekali berubah, karena diubah oleh Dia
yang Tubuh dan Darah-Nya terus-menerus mereka terima dalam Komuni
suci (bdk. Mat 17: 2).
Keluarga-Keluarga Katolik
Tuhan Yesus sendiri telah menegaskan bahwa para pengikut-Nya
harus selalu berdoa dengan dak jemu-jemu (Luk 18: 1). St. Paulus
juga menekankan hal yang sama (bdk. Kol 4: 2; 1 Tes 5: 17-18).
Dinyatakan juga bahwa mereka semua (kesebelas rasul, beberapa
perempuan dan Maria, Ibu Yesus dan saudara-saudara Yesus) bertekun
dengan seha dalam doa bersama-sama (Kis 1: 14; Kis 2: 42). Itulah
sebabnya mengapa se ap keluarga Katolik sangat diharapkan
menjadi sebuah komunitas para pendoa.
Bila demikian, maka seluruh keluarga menampakkan kenyataan: Di
mana dua atau ga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka (Mat 18: 20). Rumah keluarga Katolik menjadi
rumah tempat para anggota keluarga seha berkumpul untuk berdoa.
Rumah tersebut juga menjadi tempat Tuhan Yesus ada di tengah-tengah
mereka untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya sekaligus
memuliakan Bapa-Nya, sekaligus menjadi tempat kediaman Tuhan itu
sendiri.
Kesadaran serta keyakinan akan Tuhan Yesus yang hadir seper itu
membawa mereka kepada pengalaman akan Tuhan Yesus yang hadir dalam
daya, tenaga, kekuatan ilahi-Nya yang menyelamatkan. Paling dak,
kesadaran akan kedosaannya membawa mereka kepada sakramen yang
memulihkan kembali hubungan mereka dengan Tuhannya. Dari pertemuan
dengan Tuhan Yesus dalam Ekaris , mereka juga diantar masuk ke
dalam sakramen-sakramen yang lain, khususnya dalam sakramen
pengakuan, sakramen pertobatan, sakramen pendamaian.
Jadi hidup mereka merupakan suatu dinamika yang terus-menerus
menggelinding menuju persatuan dengan-Nya dalam doa atau sembahyang
bersama. Dinamika itu membuat hidup mereka menjadi sesuatu yang
utuh dan integral.
Kenyataan ini membuat mereka menjadi orang-orang dan atau
keluarga-keluarga yang jujur dan tulus, tenang dan hidup apa
adanya.
n
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201528
BINA IMAN
Kebetulan, saya dan seorang teman sering bergaul dengan anak -
anak jalanan yang
biasa mangkal di sebuah simpang empat. Di dae-rah itu ada
sekitar dela-pan anak yang mencari nafkah dengan menga-
men. Usia mereka antara 6 - 12 tahun.
Seorang diantaranya bernama Roni, Usianya 11 tahun. Yang
menarik, Roni sangat jarang berkumpul dan bergurau dengan
teman-temannya. Setelah mendatangi mobil, menyanyikan sebuah lagu
dan menerima uang, dia langsung menepi ke tempat yang terpisah
dengan anak-anak lainnya. Teman-temannya pun jarang mengajak Roni
bermain atau sekedar ngobrol. Roni seolah terasing diantara
kelompok anak jalanan itu.
Sebenarnya dia termasuk enak untuk diajak ngomong. Meskipun
sedikit pendiam, dia bisa mengimbangi obrolan. Beberapa kali saya
dan dia terlibat gurauan hingga tertawa terbahak-bahak. Karena
penasaran, saya berusaha mencari jawaban mengapa anak-anak yang
lain terkesan mengasingkan Roni.
Jawaban saya peroleh dari salah satu anak yang kerap disapa
Sinchan. Dia masih duduk di bangku kelas 3 sebuah madrasah. Dia itu
orang kristen
Aku Bersyukur Jadi Katolikmas. Guru bilang kami dak boleh
dekat-dekat sama orang kristen, katanya.
Saya tertegun mendengar jawaban polos Sinchan. Hanya gara-gara
Roni berlabel kristen, dia menjadi terasing. Nasib Roni itu bisa
saja terjadi pada diri saya, jika anak-anak jalanan itu juga
mengetahui iden tas saya sebagai seorang pengikut Yesus. Saya hanya
sedikit lebih beruntung dari Roni. Anak-anak itu belum tahu siapa
saya. Tapi, bagaimana kalau mereka tahu bahwa ternyata saya juga
orang kristen?
Di tengah kegalauan saya, terselip rasa heran sekaligus jengkel
pada guru yang telah merusak pemikiran anak-anak itu. Tidak bisakah
seorang guru justru memberikan pesan menyejukkan bagi anak-anak.
Hakikatnya semua manusia itu sama, sama-sama ciptaan dan citra
Allah. Tidak mampukah guru itu membentuk kepribadian muridnya agar
mencintai perbedaan dan menganggap perbedaan adalah sebuah
keniscayaan? Tidak
Foto
ilustr
asi: k
atolis
itas.o
rg
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201528
bisakah guru itu memupus benih-benih kebencian dan permusuhan
antar manusia yang seringkali tumbuh akibat kepicikan berpikir dan
fana sme sempit?
Saya teringat sabda Yesus di atas salib, Ya Bapa,ampunilah
mereka, karena mereka dak tahu apa yang mereka perbuat. Sabda itu
mampu meredam kejengkelan dan kemarahan saya. Bahkan kemudian saya
bisa bersyukur, karena guru saya dak mengajarkan hal itu. Dia
justru mengajarkan cinta kasih, dak hanya kepada kawan, tetapi juga
pada lawan.
Dengan setengah berbisik, saya pun bertanya pada Sinchan: Apa
Roni pernah nakal sama kamu ? Dia menggeleng. Jadi Roni itu juga
teman kamu. Kamu boleh bergaul dengan dia, lanjut saya. Sinchan
tersenyum, saya pun tersenyum dalam waktu bersamaan. Sebuah senyum
syukur, karena saya diberi karunia menjadi Katolik, menjadi orang
yang terbuka pada perbedaan dan menghargai kemanusiaan di atas apa
pun.nVreee/ekaristi.org
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 29
BINA IMAN
Foto ilustrasi: hipwee
Pertanyaan mengenai bap s bayi atau anak kerap kali muncul.
Pertanyaan-pertanyaan itu, misalnya: haruskah Gereja membap s bayi?
Apakah alasan atau landasannya? Apakah bap s bayi dak mengurangi
hak anak? Bagaimana dengan tanggung-jawab orangtua?
Pertama-tama kita bisa mengatakan bahwa pembap san bayi/ anak
itu terkait dengan gagasan mengenai dosa asal. Gereja Katolik
membap s bayi karena anak-anak dilahirkan dengan kodrat manusia
yang jatuh dan dinodai dosa asal (bdk KGK 1250).
Mereka membutuhkan kelahiran kembali dalam pembap san. Tujuannya
supaya mereka dibebaskan dari kekuasaan kegelapan dan dimasukkan ke
dalam kerajaan kebebasan anak-anak Allah (bdk. Kol 1:12-14), di
mana semua manusia dipanggil. Dalam pembap san anak-anak, Allah
menganugerahkan rahmat keselamatan kepada mereka.
Sejak abad kedua Gereja memiliki tradisi membap s anak-anak.
Barangkali sudah pada awal kegiatan khotbah para Rasul, ke ka
seluruh anggota rumah menerima pembap san (bdk. Kis 16:15.33; 18:8;
1Kor 1:16). Dengan tradisi bap s bayi/ anak ini Gereja bermaksud
menyelamatkan mereka.
Kedua, soal tanggung jawab orangtua. Gereja menghendaki agar
orangtua menger bahwa
Kewajiban Orangtua Membaptis Bayi
kebiasaan memba s bayi/ anak itu selaras dengan tugasnya, yakni
memajukan kehidupan yang Tuhan percayakan kepada mereka (KGK 1251;
bdk. LG 11; 41; GES 48; KHK kanon 868).
Pembap san bayi/anak adalah wujud khusus dan konkret dari
tanggung jawab orangtua sebagai pendidik anak-anak dalam iman kris
ani. Melalui pembap san bayi/anak, orang tua melakukan dua hal,
yakni: menyerahkan anak-anak kepada Allah, Sang Pencipta agar lahir
kembali dalam kesucian dan diangkat sebagai anak-anak Allah; dan
mengenakan pada anak-anak pakaian iman sehingga anak-anak bisa
terlindung dari kekuasaan jahat dan bisa bertumbuh-kembang dalam
iman kris ani.
Mengingat martabat tersebut, Gereja melalui KHK kanon 867 - 1, 2
mewajibkan para orang tua agar: mengusahakan supaya bayi-bayi dibap
s dalam minggu-minggu pertama sesudah kelahiran anaknya, bahkan
juga sebelum itu; menghadap pastor paroki untuk memintakan sakramen
bagi anaknya; mempersiapkan
dengan semes nya segala hal-hal yang berkaitan dengan Sakramen
Pembap san; dan bahkan apabila bayi berada dalam bahaya maut,
hendaknya dibap s tanpa menunda-nunda.
Apakah syaratnya agar bayi/ anak-anak bisa dibap s? KHK kanon
868 - 1 dan 2 menjelaskan syarat-syarat agar bayi dibap s secara
licit, haruslah: orangtuanya, sekurang-kurangnya satu dari mereka
atau yang secara legi m menggan kan orang tuanya, menyetujuinya;
ada harapan cukup beralasan bahwa anak itu akan dididik dalam agama
Katolik. Apabila harapan itu dak ada, bap s hendaknya ditunda
menurut ketentuan hukum par kular, dengan memperingatkan orang
tuanya mengenai alasan itu.
Dari sisi umur, siapakah yang dikategorikan anak-anak atau bisa
dibap s bayi/anak? Kanon 97 2 (bdk. KHK kanon 852 1 dan 2)
menjelaskan bahwa yang disebut anak-anak adalah: mereka yang belum
genap tujuh tahun, belum dapat bertanggung jawab atas ndakannya
sendiri.
nRD. A. Sutarno
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201530
BINA IMAN
Sungguhkah Gereja Katolik Berpuasa?
Masa puasa memang sudah berlalu. Namun tahukah kita akan ar
berpuasa? Banyak orang, termasuk orang Katolik yang beranggapan
puasa Gereja Katolik itu ringan, mudah dilakukan. Bahkan ada yang
beranggapan puasa Gereja Katolik, dak berkualitas (kalau
dibandingkan dengan puasa orang Islam dan Yahudi), dak jelas. Juga
dak dilakukan oleh umat Katolik atau pengikut Kristus sendiri (bdk.
Mat 9:14; Mrk 2:18; Luk 5:33).
Dalam Kitab Suci Yesus sendiri mengajarkan apa ar puasa. Coba
kita lihat/baca satu per satu. Pertama puasa sama bobotnya dengan
salah satu ibadat suci (Mat 6:1-6; Luk 11:2-4; Kis 13:2-3).
Berikutnya puasa merupakan la han priha n dan menderita. Puasa fi
sik adalah ngkat awal dari puasa yang sesungguhnya (2 Kor
11:27).
Mengenai puasa fi sik, secara khusus Yesus mengatakan puasa fi
sik merupakan salah satu cara untuk berla h, mengatur, dan menahan
hawa nafsu (2 Kor 6:5). Bagi orang yang paling hina, hendaklah
puasa fi sik menghasilkan buk cinta, cinta kepada sesama iden k
dengan cinta kepada Allah (Mat 25:35-40). Puasa merupakan salah
satu sarana, jalan, cara, la han untuk tujuan yang mulia. Puasa
bukan tujuan akhir (Luk 2:37; 18:12).
Selanjutnya puasa dilakukan pada waktu khusus dan dengan penuh
kesadaran/kerelaan sendiri, misalnya di masa
Prapaskah (Mat 9:14-16; Mrk 2:18-19; Luk 5:33-34). Puasa
hendaknya jangan munafi k. Orang yang berpuasa harus mencuci muka,
meminyaki rambutnya, dan dak perlu puasanya diketahui orang
lain.
Selain itu mereka dak perlu memaksa orang lain untuk ikut
berpuasa atau menghargai kita yang sedang berpuasa (Mat 6:16-18).
Berpuasa berar mengoyakkan ba n, bukan pakaian. Hal ini berar bahwa
puasa rohani itu jauh lebih berat daripada puasa/ pertobatan fi sik
(Yoel 2:12-13). Akhirnya puasa hendaknya dilakukan dengan
kerendahan ha disertai pertobatan (Mrk 1:14; Mat 4:17).
Yesus pun memberi teladan dengan menjalani puasa itu
sendiri. Ini bisa dilihat dalam Kisah dari Mat 4:1-11; Luk
4:1-13; Mrk 1:12-13. Kisah ini menunjukkan pencobaan atau kepriha
nan Yesus ke ka berpuasa di padang gurun. Kristus memenangkan ga
cobaan dari iblis secara sempurna.
Pertama secara fi sik Yesus mengalami rasa lapar dan haus selama
40 hari (bukan 30 hari). Dalam kondisi seper ini Dia diperintahkan
mengubah batu menjadi ro . Peris wa ini bisa diar kan sebagai makan
kenyang sekali dalam sehari dan dak berlebihan (mewah). Kita pun
melakukan penyisihan uang untuk diarahkan bagi kesejahteraan sesama
yang membutuhkannya, dikenal
RD. Christophorus Tri Harsono
Foto:
Dar
ius Le
kalaw
o
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 31
BINA IMAN
dengan APP, AAP, atau aksi lainnya. Jadi uang yang disisihkan
bukan untuk bermewah-mewah saat buka puasa atau persiapan pesta ke
ka Paskah (bdk. Mat 4:3).
Kedua Yesus juga melakukan puasa rohani untuk kecintaan,
kepemilikan, kenikmatan, dan penguasaan dunia materi dengan harta
dan uang (kekayaan), kedudukan, pangkat, status. Seringkali, sadar
atau dak, manusia mencari dan menimbun semua ini tanpa restu Allah.
Dengan kata lain manusia mencari label halal dengan cara-cara yang
haram, serba instan, dan mudah, serta dengan jalan pintas (bdk. Mat
4:6-7).
Akhirnya, yang ke ga, Yesus melakukan puasa ba n rohani, yaitu
puasa kebutuhan akan pujian, popularitas, pengakuan, nama baik,
kehebatan-kehebatan, kehormatan martabat, harga diri, ambisius akan
pres se pribadi, dengan menggunakan kekuatan tahayul, iblis,
supranatural yang berasal bukan dari Allah sendiri.
Ar nya kiat menggadaikan keselamatan dan kasih Allah dengan
dukungan dunia atau kefanaan. Padahal segala sesuatu akan sangat
berharga kalau hanya Allah yang mengetahui karena Dia itu
mahabaik,
mahatahu, dan mahakuasa (Mat 4:9-11).
Itulah ar sebenarnya dari puasa Gereja Katolik. Kekhasan dan
keunggulan puasa Gereja Katolik adalah adanya kegiatan pantang.
Kegiatan yang sebenarnya sukar untuk dilakukan ini melengkapi puasa
guna mendapatkan rahmat spesial dari Allah sendiri. Ini berar orang
yang berpuasa harus menyangkal diri, memanggul salib, dan melawan
dunia.
Secara konkret, dalam pantang, kita harus memerangi kebiasaan
mendewakan perut, mencari kenikmatan libido, memerangi kebiasaan
jahat, buruk, dan dosa. Juga memerangi kesombongan atau nggi ha ,
keminderan, ketakutan, kekurangan iman, merasa diri paling benar
dan suci, serta egoisme manusia. Semuanya sangat membutuhkan puasa
untuk penyembuhan, pengampunan, mohon belas kasih dan rahmat
Allah.
Gambaran di atas menunjukkan puasa menurut Gereja Katolik
sungguh-sungguh dalam, agung, berat, dan berkualitas. Puasa Gereja
Katolik itu menekankan koyakan ha , bukan kain atau pakaian. Ar nya
koyakan ba n, bukan fi sik. Selain
itu puasa bukanlah tujuan dan bukan akhir dari semua. Puasa fi
sik merupakan awal, sarana, jalan, atau cara.
Dalam puasa ada unsur rendah ha . Di sini kita mengakui bahwa
kita adalah orang berdosa, perlu melakukan pertobatan dan pengakuan
dosa. Oleh karena itu, puasa yang dilakukan dak perlu diketahui
orang lain dan dak perlu memaksa orang lain untuk menghorma .
Justru kita yang harus menghorma mereka. Dengan demikian perilaku
seseorang bisa lebih baik karena adanya penyesalan.
Jadi berpuasa erat kaitannya dengan kerelaan dan kesadaran,
bukan soal aturan dan waktu- waktu tertentu. Bukan pula soal sah
atau dak, batal atau dak, ada pahala atau dak. Hasil terpen ng
adalah keinginan atau kemauan untuk berbagi dan melayani. Kita
melakukan puasa dengan tujuan keselamatan manusia, bukan untuk
kemuliaan Allah.
Rekan-rekan yang menganut keyakinan lain seper Mi ah, Anshori,
Hafi d, Masmuni Mahatma, Gus Dur, Nurcholis Majid, Bambang
Pranggono, Djalalludin Rahmat menilai APP dan AAP lebih baik dan
tepat sasaran dibandingkan zakat.
n
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201532
TOKOHKITA
Mgr. Antonio Guido Filipazzi:
Promise Is Promiseberawal tahun 1992, ke ka ditunjuk menjadi
sekretaris kedutaan besar Va kan di Sri Lanka. Tugas ini berlanjut
ke Austria serta Jerman. Antara 2002 dan 2003, ia mengajar Hukum
Kanonik di seminari Redemptoris Mater di Berlin.
Selain mendapat gelar kehormatan Chaplain of His Holiness dari
Paus Yohanes Paulus
II, Mgr. Filipazzi juga menerima gelar Honorary Prelate of His
Holiness dan tahbisan sebagai Uskup Agung Tituler Sutri dari Paus
Benediktus XVI. Dengan kefasihannya dalam berbagai bahasa, Mgr.
Filipazzi dberi tugas sebagai Nun aturrat untuk Kuria Romawi dalam
bidang Hubungan dengan Luar Negeri.
Tugas tersebut dijalaninya hingga tahun 2011, saat ia ditunjuk
menggan kan Mgr. Leopold Girelli sebagai Nun us Apostolik untuk
Indonesia. Tepatnya tanggal 23 Maret 2011.
Penunjukan ini
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201532
Hukum Kanonik di seminari Redemptoris Mater di Berlin.
Selain mendapat gelarkehormatan Chaplain of His Holiness dari
Paus YohanesPaulusssss
hingga tahun 2011, saat ia ditunjuk menggan kan Mgr. Leopold
Girelli sebagai Nun usApostolik untuk Indonesia. Tepatnya tanggal
23 Maret 2011.
Penunjukan ini
MMEEKKAKAAAKKARR RMMEEKKAKAAAKKARRR || EEDEDDDEDIISSSSSSIIIII
000010101101000000000100 EEDEDDDEDIISSSSIIIII
0001010110100000000100 ||||||||||||||||||||||
TTTATTAAAATAAATTATAATAAAAAATAAHUHHUHUHHUHUUHUHUHUHUHUHHUUUHUHUUUUUHHHHUUUUHHUUUHHHUUUN
N N NN XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX V
VVVVVVVVVV TTTATTATATTATAAAAATA
UHHUHUHHUHUUHHUHUHUHUHHUUUHUHUUUUHHHUUUUUUHHUNNNNNN
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX VVVVVVVVV ||||||||||||||
AAPAPAPAPAPAPAAAPAAPPAPPPPRRRRRRRIIIRRRRIIRRIRIRRRRRIIRIRRRRRRIRIRRRRRRIRIRIRRIRIRRRIIIRRRRRRIIIRIIRRRIIRRRRRIILLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL
---- JJUJUJJJUJUJUJUJUNNINININI
2222222222222222222222222000000010100000001000000000001000100010000011100000000000001555APAPAPAPAPAPAPAAPRRRRRRIIIRRRRIIRIRIRRRRIIIRRRRRIRIRRRRRIRIRIRIRIRRRIIIRRRRRIIIIIRRIIRRRRIILLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL
---- JJUUJJJUUJUJUJUNNINIINI
2222222222222222222220000001000000000000000001000100100001100000000
5553232
Terlihat ada kesibukan yang dak biasa di pastoran gereja Santa
Maria Tak Bernoda Rangkasbitung pada pagi Jumat, 13 Februari 2015.
Uskup Bogor, Mgr. Paskalis beserta para Romo, frater, suster, dan
umat bersiap-siap untuk menyambut kedatangan tamu is mewa sekaligus
selebran utama Misa Pembukaan Bogor Youth Day (BYD) 2015 di Gua
Maria Kanada, Rangkasbitung.
Menjelang tengah hari, dengan pengawalan polisi dan pani a, sang
tamu is mewa pun ba di pastoran. Perawakannya nggi besar. Senyum
khasnya selalu menghiasi muka dengan sorot mata yang ramah.
Walaupun hujan rin k-rin k, Mgr. Antonio Guido Filipazzi, wakil
Tahta Suci Va kan untuk Indonesia, itu turun dari mobil dan menyapa
para hadirin.
Nunsius Termuda
Setelah menamatkan studinya di bidang teologi dan fi losofi
Katolik, Mgr. Filipazzi yang lahir di Milan, Italia ditahbiskan
menjadi imam di Keuskupan Ven miglia di San Remo. Selain melayani
umat Katedral Santa Maria Assunta, ia juga seorang profesor Hukum
Kanonik dari Seminari Keuskupan Pius XI Bordighera.
Karya diplomasinya
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201532
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 33
TOKOHKITA
menjadikannya Nunsius termuda di jajaran diploma k Va kan.
Selama berkarya di Indonesia, Mgr. Filipazzi telah banyak
melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk
Keuskupan Bogor. Pada 2014, ia turut hadir dalam dua momen
penerimaan Tahbisan, yakni pentahbisan Mgr. Paskalis Bruno Syukur
OFM sebagai Uskup Bogor di Sentul dan pentahbisan 12 Imam-Diakon di
Cibinong.
Momen Pemenuhan Janji
Acara Bogor Youth Day (BYD) 2015 menjadi semakin isimewa dengan
kehadiran Mgr. Filipazzi. Bahkan ia berkenan menjadi selebran utama
dalam Misa Pembukaan BYD
2015. Terlebih lagi, ini adalah pertama kalinya Mgr. Filipazzi
menghadiri kegiatan Youth Day yang diadakan di Indonesia. Oleh
karena itu, tak heran jika para pastor, OMK, dan umat sangat
antusias menyambut kedatangan wakil Bapa Suci di Rangkasbitung.
Kehadiran Mgr. Filipazzi di BYD 2015 merupakan pemenuhan
janjinya kepada OMK Keuskupan Bogor. Beberapa waktu lalu OMK
Keuskupan Bogor yang diwakili m Komisi Kepemudaan (Komkep)
melakukan audiensi dengannya. Mereka mengungkapkan berbagai
kegiatan OMK, termasuk persiapan BYD 2015.
Saat itulah RD. Habel Jadera selaku Ketua Komkep
Bogor memohon dukungan dan mengundang Mgr. Filipazzi menghadiri
acara ini. Spontan Mgr Filipazzi berjanji untuk hadir apabila
mendapat izin dari sang empunya rumah, yakni Mgr. Paskalis selaku
Uskup Bogor.
Kesudian Mgr. Filipazzi untuk menghadiri momen bersejarah bagi
OMK Keuskupan Bogor ini pun disambut baik oleh Mgr. Paskalis.
Beliau segera mengundang Mgr Filipazzi secara resmi.
Setelah melakukan berbagai koordinasi dan persiapan, Mgr.
Filipazzi pun memenuhi janjinya berjumpa dan berbagi sukacita
bersama para kaum muda se-Keuskupan Bogor.
nKomKep Keuskupan Bogor
mememedididid jjjj
Indbabeter20moyakBruUspeCib
MJa
(BBBYisiimFillimedaa
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201534
KIPRAHKOMISI & SEKSI
Komisi Kateke k Keuskupan Bogor menjadi tuan rumah kegiatan Temu
Karya Komisi Kateke k Regio Jawa. Sebanyak 42 peserta, terdiri dari
pastor, frater, dan bruder dari Keuskupan di Jawa dan mahasiswa
Teologi UNIKA Atma Jaya.
Peserta berkumpul di Hotel Prima Resort, Megamendung pada
tanggal 36 Februari lalu. Mereka menggumuli tema Katekese
Berjenjang & Berkesinambungan (KBB), sebagai upaya para anggota
Komisi Kateke k melawan gejolak iman yang semakin krisis dan sta
s.
Temu Karya dibuka dengan perayaan Ekaris dipimpin Uskup
Keuskupan Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM sebagai Selebran
utama.
Ber ndak sebagai pendamping, para Pastor Ketua Komisi Kateke k,
yaitu: RD.
Katekese Berjenjang dan Berkesinambungan
Andreas Bramantyo (Keuskupan Bogor), RD. F.X. Sugiyana
(Keuskupan Agung Semarang), RD. V. Dwi Sumarno (Keuskupan Bandung),
RD. Parjono (Keuskupan Purwokerto), RD. Aloysius Rusdiana Lau
(Keuskupan Malang), RD. Yoseph Indra Kusuma (Keuskupan Surabaya),
dan RP. Leo Sugiyono (Sekretaris Ekseku f KWI).
Bapa Uskup menyampaikan, Katekese itu perlu dikembangkan. Kita
memelukan SDM yang mumpuni. Hal tersebut disepaka oleh RD Y. Dwi
Karyanto, selaku Ketua Komisi Kateke k Regio Jawa. Kegiatan ini
kemudian dilanjutkan dengan ramah-tamah, makan malam, dan foto
bersama.
Selesai ramah-tamah, Bapa Uskup membahas: Spiritualitas Katekese
di Zaman Global. Ia menyadarkan kembali makna katekese dan
memberikan
semangat kepada para penggiat katekese agar ajaran Kristus
mengakar di dalam hidup umat. Pada sesi yang dipandu RD. Yoseph ini
peserta dihiasi dengan banyak pertanyaan dan berdiskusi.
Pada hari kedua, kegiatan dibuka dengan Ekaris , dipimpin oleh
RD. Parjono. Sesi selanjutnya, RD. Dwi memandu jalannya sharing dan
laporan kegiatan katekese di masing-masing Keuskupan.
RD. Rudy Hartono (Ketua Komisi Kateke k KAJ) menyampaikan usulan
agar semua Komisi Kateke k dapat menjalani KBB. Hal ini pen ng
karena masih banyaknya pastor paroki yang belum menyadari pen ngnya
Katekese.
Sesi berikutnya peserta mendengarkan uraian Ibu Lucia Royanto,
M.Psi (dosen Psikologi Perkembangan UNIKA Atma Jaya dan Universitas
Indonesia, ak vis
Dok.
Meka
r
-
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 35
KIPRAHKOMISI &am