BAB I PENDAHULUAN Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikan ke dalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB. 1 Angka kematian maternal di Indonesia adalah 4,5 permil, tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah preeklampsia - eklampsia, yang bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80% dari keseluruhan kematian maternal. Berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh Angsar, insiden preeklampsia-eklampsia berkisar 10-13% dari keseluruhan ibu hamil. Di UK eklampsia terjadi pada satu dari 2000 kelahiran di negara miskin dan menengah terjadi pada 1 dari 100 dan 1 dari 1700 kelahiran. Eklampsia menyebabkan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka diklasifikasikan ke dalam penyakit
hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat,
edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau
kejang di samping ketiga tanda khas PEB.1
Angka kematian maternal di Indonesia adalah 4,5 permil, tertinggi di antara negara-
negara ASEAN. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah preeklampsia - eklampsia, yang
bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80% dari keseluruhan kematian
maternal. Berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh Angsar, insiden preeklampsia-eklampsia
berkisar 10-13% dari keseluruhan ibu hamil. Di UK eklampsia terjadi pada satu dari 2000
kelahiran di negara miskin dan menengah terjadi pada 1 dari 100 dan 1 dari 1700 kelahiran.
Eklampsia menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10% dari total kematian
maternal. Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriteria
dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. 2,3,4
Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan
proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan
secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia
berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain.Oleh
1
karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.1
Salah satu terapi pada preeklampsia yaitu dengan penggunaan magnesium sulfat
(MgSO4). Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama kali
dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal. Rissmann tahun 1916
memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan secara infus sebanyak 250 ml
larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan secara gabungan suntikan subkutan dan
intramuskuler.5
Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan megnesium
sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan dosis 5 gram. Setelah
mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan eklampsia, Eastman menyatakan bahwa
magnesium sulfat merupakan obat tunggal yang paling ampuh pada preeklampsia berat. Selain
mencegah kejang obat ini tidak menghambat persalinan.6
Sejak tahun 1951, Pritchard mempelajari penggunaan magnesium sulfat sebagai
pengobatan tunggal pada preeklampsia. Selama 3 tahun terdapat 211 penderita preeklampsia dan
eklampsia yang diobati dengan magnesium sulfat dan dilaporkan hanya 1 kamatian ibu,
sedangkan kamatian perinatal sebesar 10%.5
Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk
pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat.1,7 Di Indonesia sendiri pengunaan
magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan eklampsia sudah cukup lama dan pada saat
KOGI VI tahun 1985 di Ujung Pandang oleh Satgas Gestosis POGI ditetapkan magnesium sulfat
merupakan satu-satunya obat yang dipakai untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia.7
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Magnesium Sulfat (MgSO4 )
Magnesium memiliki banyak fungsi fisiologis dalam tubuh, dalam tubuh yang sehat
maupun sakit. Dipandang dari fungsi otot, magnesium mempengaruhi uptake oksigen, produksi
energi dan keseimbangan elektrolit. Kebutuhan akan magnesium meningkat dalam keadaan
olahraga, bekerja berat, dan pengeluaran keringat berlebih.selama aktivitas fisik, magnesium
didistribusikan kembali di dalam tubuh untuk mengakomodasi kebutuhan metabolik. Magnesium
merupakan kation kedua yang terbanyak ditemukan dalam cairan intraseluler. Magnesium
diperlukan untuk aktifitas sistem enzim tubuh dan berfungsi penting dalam transmisi
neurokimiawi dan eksitabilitas otot. Kurangnya kation ini dapat menyebabkan gangguan struktur
dan fungsi dalam tubuh. Pada pembuluh darah, magnesium dapat bekerja pada endotelium
maupun otot polos pembuluh darah. Fungsi magnesium pada endotel dan otot polos pembuluh
darah dapat dilihat pada gambar 1.8
Seorang dewasa dengan berat badan rata-rata 70 kg mengandung kira-kira 2000 meq
magnesium dalam tubuhnya. 50% ditemukan dalam tulang, 45% merupakan kation intraseluler
dan 5% didalamnya cairan ekstraseluler. Kadar dalam darah adalah 1,5 sampai 2,2 meq
magnesium/liter atau 1,8 sampai 2,4 mg/100 ml, dimana 2/3 bagian adalah kation bebas dan 1/3
bagian terikat dengan plasma protein.5,8
3
Gambar 1, pengaruh magnesium pada pembuluh darah
Seorang dewasa membutuhkan magnesium 20-40 meq/hari dimana hanya 1/3 bagian
diserap dibagian proksimal usus halus melalui suatu proses aktif yang berhubungan erat dengan
sistem transport kalsium. Bila penyerapan magnesium kurang akan menyebabkan penyerapan
kalsium meningkat dan sebaliknya.5
Garam magnesium sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan. Pemberian magnesium
parenteral segera didistribusikan ke cairan ekstrasel, sebagian ketulang dan sebagian lagi segera
melewati plasenta. Ekskresi magnesium terutama melalui ginjal, sedikit melalui penapasan, air
susu ibu, saliva dan diserap kembali melalui tubulus ginjal bagian proksimal. Bila kadar
magnesium dalam darah meningkat maka penyerapan ditubulus ginjal menurun, sedangkan
4
clearence ginjal meningkat dan sebaliknya. Peningkatan kadar magnesium dalam darah dapat
disebabkan karena pemberian yang berlebihan atau terlalu lama dan karena terhambatnya
ekskresi melalui ginjal akibat adanya insufisiensi atau kerusakan ginjal.4,5
Ekskresi melalui ginjal meningkat selama pemberian glukosa, amonium klorida,
furosemide, asam etakrinat dan merkuri organik. Kekurangan magnesium dapat disebabkan oleh
karena penurunan absorbsi misalnya pada sindroma malabsorbsi, by pass usus halus, malnutrisi,