-
DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER JAMAAH
MASJID AL-IKHLAS PADA USIA ANAK-ANAK,
REMAJA DAN DEWASA DI LINGKUNGAN
WISATA KAFE KARAOKE DUSUN SARIREJO
KELURAHAN SIDOREJO LOR
KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA
TAHUN 2018
.
Oleh
MUHAMMAD CAHYO RISWANTO
NIM. 12010150024
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2018
-
iv
ABSTRAK
Tesis Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam (PAI),
Program
Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018,
Pembimbing Dr. H.
Sa’adi, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diferensiasi
pendidikan karakter
jamaah masjid al-ikhlas pada usia anak-anak, remaja dan dewasa.
Metode yang
digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan field research
(penelitian lapangan). Analisis data kualitatif bersifat
induktif analitik. Kajian ini
menemukan diferensiasi pendidikan karakter di masjid al-ikhlas.
Diferensiasi
pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius,
jujur, disiplin, rasa
ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar
membaca, kerja
keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter
remaja yakni
diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri,
peduli lingkungan,
tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan
karakter dewasa yakni
diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri,
peduli lingkungan,
tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor pendukung
diferensiasi
pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa yakni
diantaranya adanya
buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya fasilitas berupa
bangku, mushaf
al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis, kebersihan tempat
belajar, dukungan peran
orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya
selaku tokoh
pemerintahan. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter
anak-anak,
diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya
latar belakang
berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan
sosial yang
kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum
memadai.
Katakunci:Diferensiasi Pendidikan Karakter
-
v
ABSTRACT
Thesis Master of Islamic Education Study Program (PAI),
Postgraduate Program,
Salatiga State Islamic Institute, 2018, Advisor Dr. H. Sa'adi,
M.Ag.
This study aims to determine the differentiation of character
education
for mosque worshipers al-ikhlas at the age of children,
adolescents and adults. The
method used is descriptive qualitative research with a field
research approach
(field research). Qualitative data analysis is analytical
inductive. This study found
differentiation of character education in mosques al-ikhlas.
Differentiation of
children's character education including; religious, honest,
disciplined, curious,
independent, caring for the environment, responsibility, love to
read, work hard
and appreciate achievement. Differentiation of adolescent
character education
including; religious, disciplined, curious, independent, caring
for the environment,
responsibility and social care. Differentiation of adult
character education
including; religious, disciplined, curious, independent, caring
for the environment,
responsibility, social care, tolerance. Supporting factors for
the differentiation of
children's character education, adolescent and adult
differentiation include the
existence of reading books related to Islam, facilities such as
benches, Quran
recitations, prayer books, whiteboards, cleanliness of learning
places, support for
the role of parents , the management of takmir and the Muslim
community
especially as government figures. Inhibiting factors of
children's character
education differentiation, adolescent differentiation and adult
differentiation are
among the backgrounds of various personality traits of students,
less conducive
social environment and inadequate learning facilities.
Keywords: Character Education Differentiation
-
vi
MOTTO
Setiap Manusia Memiliki Kewajiban untuk Berdakwah dan Berdakwah
yang
Paling Baik Adalah Membentuk Karakter Islami di Lingkungan yang
Heterogen.
-
vii
PRAKATA
Tiada kata yang terindah kecuali ucapan syukur kepada Allah Swt.
yang
senantiasa menyediakan fasilitas oksigen gratis di bumi Allah
Swt. dan juga atas
ridhoNya tesis ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Salawat serta salam
tak lupa penulis sampaikan untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang
telah
memberikan tauladan yang baik kepada umatnya sehingga memberikan
motivasi
tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu pengetahuan dan
menyelesaikan tesis
ini.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin atas terselesaikan dan
tersusunnya tesis
ini. Karya besar ini diselesaikan tanpa bisa terlepas dari
bantuan semua pihak.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih setulus hati disampaikan
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur
Pascasarjana
IAIN Salatiga dengan segala kebiksanaannya memudahkan dalam
terselesaikannya tesis ini.
3. Bapak Hammam, S.Pd. M.Pd. Ph.D. selaku kaprodi Pendidikan
Agama Islam
Pascasarjana.
4. Bapak Dr. H. Sa’adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing tesis yang
senantiasa
memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk-petunjuk penyusunan
tesis.
5. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN
Salatiga.
6. Bapak Ustadz Misbahudin Ar-Rifai dan Bu Ustadzah Tobaroh
selaku pendidik
di Masjid Al-Ikhlas Sarirejo.
7. Bapak-bapak pengurus takmir dan Remaja Masjid Al-Ikhlas yang
telah
membantu peneliti untuk melancarkan penggalian informasi.
Salatiga, 9 Juli 2018
Muhammad Cahyo Riswanto
-
viii
DAFTAR ISI
JUDUL
..........................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN
.....................................................................
ii
HALAMAN
PERNYATAAN......................................................................
iii
ABSTRAK
....................................................................................................
iii
PRAKATA
....................................................................................................
vi
DAFTAR
ISI.................................................................................................
vii
DAFTAR
LAMPIRAN................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
...................................................... 1
B. Rumusan Masalah
................................................................
7
C. Signifikansi Penelitian
......................................................... 7
D. Kajian Pustaka
.....................................................................
8
E. Kerangka
Teori......................................................................
11
F. Metode Penelitian
................................................................
15
G. Sistematika Penulisan
.......................................................... 16
BAB II A. PROFIL MASJID
AL-IKHLAS...........................................
B. KODISI MASYARAKAT
SARIREJO.................................
20
21
BAB III DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER JAMA’AH
DI MASJID AL-IKHLAS
A. Anak-anak
............................................................................
20
B.
Remaja...................................................................................
23
C.
Dewasa...................................................................................
26
BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER JAMA’AH
MASJID AL-IKHLAS.
1. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter jama’ah
masjid
al-ikhlas.......................................................................
2. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter jama’ah
masjid
al-ikhlas..........................................................
33
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
..........................................................................
35
B. Saran
....................................................................................
36
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................
38
LAMPIRAN...................................................................................................
39
-
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Hal
1 Instrumen pertanyaan dan penggalian informasi 39
2 Transkip percakapan/wawancara 40
3 Foto-foto kegiatan 45
4 Surat Keterangan Penelitian -
5 Lembar Bimbingan Tesis -
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan formal sangat berperan pada individu dimana ia bisa
belajar
dari mulai usai 4 tahun hingga 23 tahun atau dari mulai TK
sampai Perguruan
Tinggi. Dari guru atau sekolah individu dapat menerima berbagai
pelajaran
yang nantinya dapat digunakan untuk bergaul dalam lingkungan
masyarakat.
Pelajaran di sekolah baik yang pelajaran teori maupun praktek
akan sangat
bermanfaat bagi perkembangan individu di lingkungan formal dan
non formal.
Dalam lingkungan pendidikan formal ini seorang individu akan
diajarkan
banyak sekali pengetahuan yang belum pernah ia miliki, dari
pengetahuan
pribadi, sosial, keagamaan sampai ke pengetahuan yang berasal
dari luar
kebudayaannya.1Pendidikan nonformal adalah pendidikan kegiatan
belajar
mengajar yang diadakan diluar sekolah untuk memenuhi
kebutuhan
pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi,
pengetahuan,
latihan dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga,
masyarakat
dan negara. 2
Pendidikan non-formal sebagai bagian dari sistem pendidikan
memiliki
tugas sama dengan pendidikan lainnya (pendidikan formal) yakni
memberikan
pelayanan terbaik terhadap masyarakat. Layanan alternatif yang
diprogramkan
1Andriezens, Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal
Terhadap Prestasi
Pendidikan, Jakarta:Yudistira, 2008,8. 2Sudjana, Pendidikan
Nonformal:Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori
Pendukung serta Asas,Bandung: Falah Production, 2001, 6.
-
2
di luar sistem persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai
pengganti,
penambah dan atau pelengkap pendidikan formal sistem
persekolahan.
Adapun ayat yang berkaitan dengan pendidikan karakter.
َكاةَ َوأََمُروا ََلةَ َوآتَُوا الزَّ كَّنَّاُهْم فِي اْْلَْرِض
أَقَاُموا الصَّ الَِّذيَن إِن مَّ
ِ َعاقِبَةُ اْْلُُموِر بِاْلَمْعُروِف َونََهْوَعنِ
-١٤-اْلُمنَكِر َوّلِِلَّ
Artinya orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di
muka
bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Q.S. Al-Hajj:41).
3
Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama
mempengaruhi
perkembangan anak. Dari keluarga inilah tumbuh kembangnya anak,
baik
jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam
membentuk
aqidah, mental, spiritual, kepribadian dan pola pikir anak.
Peran penting
keluarga menanamkan pendidikan pada masa-masa tersebut
supaya
membekas pada jiwa anak dan tidak mudah hilang atau berubah
sesudahnya.4
Dasar-dasar tanggung jawab keluarga atau orang tua dalam
mendidik anak
yakni diantaranya; adanya motivasi atau dorongan cinta kasih
yang menjiwai
hubungan orang tua dan anak, pemberian motivasi kewajiban moral
sebagai
konsekwensi kehidupan orang tua terhadap keturunannya dan
memelihara
dan membesarkan anaknya.5 Keluarga sebagai pusat pendidikan
utama dan
pertama yaitu keluarga merupakan pendidik pertama bagi anak-anak
karena
dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan
demikian
3Ishak Abdulhak dkk, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Non
Formal, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Pustaka, 2012, 45. 4Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan, Jakarta:Rajawali, 2009, 28. 5Binti Maunah, Ilmu
Pendidikan,Yogyakarta: Teras, 2009, 92.
-
3
bentuk pertama dari pendidikan itu terdapat dalam kehidupan
keluarga. Orang
tua yaitu ayah dan ibu yang mempunyai peranan penting dan
sangat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, sejak seorang anak
lahir seorang
ibunyalah yang selalu disampingnya. 6 Masjid adalah tempat sujud
kepada
Allah SWT. tempat shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima
kali
sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna
melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang
paling
banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tahlil,
istigfar dan
ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari
lafaz yang berkaitan
dengan pengagungan asma Allah SWT. Masjid sebagai tempat
melakukan
ibadah oleh umat muslim. 7
Pada dasarnya masjid atau langgar mempunyai fungsi yang tidak
terlepas
dari kehidupan keluarga sebagai lembaga pendidikan. Masjid juga
berfungsi
sebagai penyempurna pendidikan dalam keluarga, agar selanjutnya
anak
mampu melaksanakan tugas-tugas hidup dalam masyarakat dan
lingkungan.
Masjid juga mampu menjadi pusat pembelajaran kaidah-kaidah
Islam,
sehingga mampu menjadikan sekelompok umat muslim menjadi pribadi
yang
baik dan sholeh. Masjid juga digunakan tempat untuk melakukan
shalat lima
waktu, shalat jum’at, shalat tarawih dan ibadah-ibadah lainnya,
Masjid juga
digunakan untuk kegaitan syiar Islam, pendidikan agama,
pendidikan karakter,
pengajian dan kegiatan lainnya yang bersifat sosial.
6Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 2008, 35.
7Hadaeri dkk, Pendidikan Agama dalam Perspektif, Jakarta: Gaung
Persada, 2007, 40.
-
4
Fungsi masjid bukan hanya tempat sholat, tetapi juga lembaga
untuk
mempererat hubungan dan ikatan jama’ah Islam yang baru tumbuh.
Nabi
Muhammad SAW mempergunakan masjid sebagai tempat menjelaskan
wahyu
yang diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
para
sahabat tentang berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan
agama Islam,
membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan
perselisihan-perselisihan.8 Masjid al-Ikhlas, secara geografi
terletak di Dusun
Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga, Pulau
Jawa Tengah Provinsi Indonesia. Secara astronomi terletak antara
007.17’ dan
007.17’. 23” lintang selatan. Dusun Sarirejo mayoritas
masyarakatnya
pengusaha kafe karaoke. Dusun Sarirejo yakni sebuah Dusun yang
kondusif,
akan tetapi semenjak kedatangan pekerja sek komersil (PSK) dari
pinggiran
hotel Beringin Kabupaten Purwodadi maka lambat laun berubah
menjadi
tempat lokalisasi. Kemudian sejak tahun 1970 tempat tersebut
menjadi
lingkungan wisata hiburan kafe karaoke yang mulai pukul 21.00
WIB-02.00
WIB. Suasana wisata kafe karaoke menjadi rutinitas kegiatan
keseharian bagi
pemilik kafe, karyawan, tamu pendatang dan bahkan masyarakat
muslim.
Budaya itu berdampak bagi warga mulim setempat untuk mencari
peluang
keuntungan ekonomi dengan cara mendirikan kafe karaoke.
Pembangunan
kafe karaoke tiap tahun semakin bertambah. Masyarakat muslim di
Dusun
Sarirejo Kota Salatiga kurang responsif dalam hal pendidikan
karakter.
Meskipun budaya lingkungan sosial sangat memprihatinkan citra
masyarakat
8Hadaeri dkk, Pendidikan Agama dalam Perspektif..., 45.
-
5
muslim akan tetapi masih ada sistem diferensiasi pendidikan
karakter di
masjid al-ikhlas. Masjid al-ikhlas sebagai titik sentra
pendidikan karakter bagi
jamaah dusun sarirejo. Maka dari itu, hal ini menarik untuk
diteliti.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup:
a. Sejauh mana diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid
Al-Ikhlas
di lingkungan Kafe Karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo
Lor
Kota Salatiga Tahun 2018?
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat diferensiasi
pendidikan
karakter jamaah Masjid Al-Ikhlas di lingkungan wisata kafe
karaoke
Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kota Salatiga Tahun
2018?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sejauh mana diferensiasi pendidikan karakter
jamaah
masjid al-Ikhlas di lingkungan kafe karaoke Dusun Sarirejo
Kelurahan
Sidorejo Lor Kota Salatiga Tahun 2018.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat
diferensiasi pendidikan karakter jamaah masjid al-Ikhlas di
lingkungan
wisata kafe karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor
Kota
Salatiga Tahun 2018.
-
6
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
pengembangan keilmuan khususnya dalam diferensiasi
pendidikan
karakter.
b. Manfaat praksis
Pertama, bagi peneliti untuk menambah pengetahuan terkait
diferensiasi pendidikan karakter jamaah masjid al-Ikhlas yang
terdiri
dari anak-anak, remaja dan dewasa. Kedua, bagi pendidik
yakni
supaya mampu menerapkan strategi pendidikan karakter yang
kreatif
dan inovatif. Ketiga, bagi lembaga pendidikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengembangkan pendidikan karakter.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Pertama, penelitian Akhmad Nasir terkait strategi penanaman
nilai-
nilai keislaman bagi karyawan tempat hiburan malam. Penelitian
tersebut
memfokuskan strategi penanaman nilai keislaman di tempat
hiburan
malam. Adapun hasil penelitian menyimpulkan strategi
membangun
hubungan baik dengan pemilik cafe atau club, memahami
karakteristik
jamaah pengajian, memilih materi pengajian yang tepat sesuai
dengan
-
7
kondisi mereka, strategi narasi atau kisah dan strategi
memberikan
keteladanan.9
Kedua, Deny Setiawan terkait peran pendidikan karakter dalam
mengembangkan kecerdasan moral. Penelitian tersebut
memfokuskan
pentingnya peran pendidikan karakter secara intensif sebagai
esensi
pengembangan kecerdasan moral (building moral intelligence).
Adapun
hasil penelitian tersebut yakni diantaranya moral sebagai aspek
lingkungan
utama yang menentukan karakterisasi peserta didik. Oleh karena
itu,
kecerdasan moral harus secara sadar dipelajari dan ditumbuhkan
melalui
pendidikan karakter secara aplikatif. Pada tahap awal
implementasi
pendidikan karakter di tingkat persekolahan perlu dilakukan
melalui
pengkondisian moral (moral conditioning) yang kemudian
berlanjut
dengan latihan moral (moral training). 10
Ketiga, Sabar Budi Raharjo terkait pendidikan karakter
sebagai
upaya menciptakan akhlak mulia. Penelitian tersebut
memfokuskan
pendidikan karakter dapat mewujudkan akhlak mulia. Adapun
hasil
penelitiannya yakni pendidikan karakter dapat berjalan efektif
dan berhasil
apabila dilakukan secara integral dimulai dari lingkungan rumah
tangga,
sekolah dan masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan kepada
peserta
didik di antaranya adalah; cinta kepada Allah dan alam semesta
beserta
isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat,
santun, kasih
9Akhmad Nasir, “Strategi Penanaman Nilai-nilai Keislaman Bagi
Karyawan Tempat
Hiburan Malam”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2015, 8. 10Deny
Setiawan, “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan
Kecerdasan
Moral”, Jurnal Pendidikan, Volume 4, No 1, (Maret 2013), 5.
-
8
sayang, peduli, kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras,
pantang
menyerah, keadilan, kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi,
cinta
damai dan persatuan. Sedangkan akhlak mulia adalah
keseluruhan
kebiasaan manusia yang berasal dalam diri yang di dorong
keinginan
secara sadar dan dicerminkan dalam perbuatan yang baik.
Dengan
demikian apabila karakter-karakter yang luhur tertanam dalam
diri peserta
didik maka akhlak mulia secara otomatis akan tercermin dalam
perilaku
peserta didik dalam kehidupan keseharian. 11
Spesifikasi penelitian terdahulu dan penelitian yang sedang
dilakukan
terletak pada pembahasan variabelnya. Penelitian terdahulu
variabelnya
memfokuskan strategi penanaman keislaman bagi karyawan kafe
karoke
pada tahun 2015. Penelitian yang sedang dilakukan di masjid
al-ikhlas
Sarirejo variabelnya memfokuskan diferensiasi pendidikan
karakter bagi
jamaah masjid al-Ikhlas terdiri anak-anak, remaja dan dewasa
pada tahun
2018.
2. Kerangka Teori
a. Komponen-komponen pendidikan karakter dengan tinjauan
analisis
SWOT
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran
dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk
mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian
dari
sistem proses pendidikan ya n g me ne n t uka n be r ha s i l a
t a u
11Sabar Rudi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya
Menciptakan Akhlak Mulia”,
Jurnal Pendidikan, Volume 16, No 3, (Februari 2010), 47.
-
9
t i d a k n ya p r o ses pendidikan. Pembelajaran agama Islam
adalah
suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh
belajar,
terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk
terus-menerus
mempelajari agama Islam, baik untuk mengetahui bagaimana
cara
beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai
pengetahuan.12
Ada beberapa komponen-komponen Pendidikan yakni diantaranya;
1) Tujuan pendidikan,
2) Isi (kurikulum) pendidikan
3) Lingkungan pendidikan
4) Pendidik
5) Peserta didik
6) Metode
7) Media
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
dalam
suatu lembaga. Adapun faktor-faktor analisis SWOT yakni di
antaranya:
1. Strengths (kekuatan) adalah kompetensi khusus atau
keunggulan-
keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau
keunggulan
komparatif lembaga pendidikan tersebut.
12Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011, 57.
-
10
2. Weakness (kelemahan) adalah terdapatnya kekurangan pada
kondisi
yang sifatnya internal dan eksternal.
3. Opportunities (peluang) adalah suatu kondisi lingkungan
internal
dan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi
dalam
lembaga pendidikan.
4. Threats (ancaman) yakni faktor-faktor lingkungan yang
tidak
menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan baik dari segi
internal maupun eksternal.13
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat desa, lingkungan kota dan lembaga-lembaga atau
badan-
badan sosial lainnya.14 Lingkungan merupakan salah satu faktor
yang
mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku
individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosio-psikologis,
termasuk didalamnya adalah belajar. Yang dimaksud dengan
lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau
manusia-
manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat
dipengaruhi,
sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai
makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang
lainnya.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal,
mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang
mana
13Fred R. David, Strategic Management: Concepts dan Cases, New
Jersey: Prentice Halk,
2013, 16-17. 14Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007, 9.
-
11
terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup
yang
menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang
lebih
kompleks dan riil. 15
c. Diferensiasi pendidikan karakter
Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu
difference,
yang berarti perbedaan. Sedangkan menurut istilah diferensiasi
adalah
perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalam
masyarakat.16
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona mengandung tiga
unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai
kebaikan (desiring the good) dan melakukan kebaikan (doing the
good).
Menurut Thomas Lickona, karakter berkaitan dengan konsep
moral
(moral knonwing), sikap moral (moral felling) dan perilaku
moral
(moral behavior).17 Karakter adalah konstelasi kebajikan yang
dimiliki
oleh seseorang. Karakter pendidikan dapat didefinisikan sebagai
upaya
yang disengaja untuk menumbuhkan kebajikan. 18
Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan
nilai.19
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam
lingkup
15Elly M. Setiady dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta:
Kencana Prenada Media,
2006, 73. 16Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2009, 56. 17Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter,
Jakarta: Prenada Media, 2011, 2. 18Tomas Lickona, “A Comprehensive
Approach To Character Building In Catholic
Schools”, A Juournal Of Inquiry And Practice, Volume 1, No 5
(Januari, 2017), 161. 19Kirschenbaum, Howard, ”From Values
Clarification to Character Education:A Personal
Journey”, The Journal of Humanistic Counseling Educationand
Development, Volume 39, No 1,
(Januari 2000), 4.
-
12
keluarga, masyarakat dan negara.20Membangun karakter dapat
meningkatkan kualitas implementasi dan hasil pendidikan sekolah
yang
mengarah pada pencapaian formasi karakter dan karakter mulia
peserta
didik secara utuh, terintegrasi, dan seimbang, standar
kompetensi yang
sesuai. Melalui pengembangan karakter, itu diharapkan peserta
didik
dapat meningkatkan dan menggunakan pengetahuan mandiri,
belajar,
personalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia begitu nyata
dalam
perilaku sehari-hari.21 Pendidikan karakter muncul untuk
memberikan
para siswa dan guru dengan banyak manfaat dalam pengaturan
kelas
dan lainnya, namun, satu tantangan dari dunia pendidik
adalah
pengadaan terkait bahan kurikulum dan latar belakang untuk
mengajarkannya. 22 Pendidikan karakter ditempatkan sebagai
landasan
untuk mewujudkan visi misi pembangunan nasional yaitu
mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan
beradab
berdasarkan falsafah pancasil.23
20Suyatno,Urgensi Pendidikan Karakter, Jakarta: Depdiknas, 2009,
45. 21Nurhasanah Dan Qathrin Nida, “Character Building Of Students
By Guidance And
Counseling Teachers Through Guidance And Counseling Services”,
International
Multidisciplinary Journal, Volume 4, No. 1, (January, 2016), 67.
22Gina M. Almerico, “Building character through literacy with
children’s literature”,
Research in Higher Education Journal, Vol. 26, No 1. (October,
2014), 3. 23Supiah dkk, Pengembangan Pendidikan Budidaya dan
Karakter Bangsa Melalui
Pembelajaran Matematika, Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional
Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Pendidikan, 2011, 50.
-
13
E. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Sesuai dengan
obyeknya
penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).
Adapun yang
perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah: Setting penelitian
kualitatif ini
sangat berkaitan dengan fieldwork artinya peneliti secara fisik
terlibat
langsung dengan orang, latar (setting) tempat, atau institusi
untuk mengamati
atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya. Metode penelitian
kualitatif
tidak mengendalikan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip
angka atau
metode statistik. 24 Penelitian ini mengambil lokasi di Masjid
Al-ikhlas daerah
Wisata kafe karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejolor Kota
Salatiga
tahun 2018. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan
metode observasi partisipatif, metode wawancara dan metode
dokumentasi.
Jenis dan sumber data:
1. Jenis data, pada pendekatan penelitian kualitatif deskriptif
berjenis
diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid al-Ikhlas pada
usia anak-
anak, remaja dan dewasa.
2. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi
sumber data
primer dan sumber data sekunder yang akan diuraikan sebagai
berikut:
a. Sumber data primer, yaitu diferensiasi pendidikan karakter
jamaah
masjid al-ikhlas pada usia anak-anak, remaja dan dewasa. Data
tersebut
bersumber dari ustad/ustadzah, santri-santri, tujuan pendidikan,
materi,
lingkungan, metode dan media terdiri gambar, artikel dan papan
tulis.
24Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan
R&I, Bandung: Ganesa, 2006, 44.
-
14
b. Sumber data sekunder yaitu beberapa dokumen pelengkap dan
pendukung dari data primer yakni berupa dokumen-dokumen yang
terkait hal itu.
3. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono teknik analisis
data terdiri
pdari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan
aktivitasnya
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai
tuntas, yaitu : reduksi data, penyajian data, verifikasi dan
penarikan
kesimpulan.25 Dalam tahap ini peneliti melakukan analisis data
kualitatif
bersifat induktif analitik yang menekankan pada pemaknaan
kekhususan
suatu kasus, bukan keumumannya (nomotetik).
F. Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan
masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian dan
sistematika penulisan. Bab II profile Masjid Al-Ikhlas dan
kondisi Masyarakat
Sarirejo. Bab III diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid
Al-Ikhlas.
Bab IV Faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan
karakter
jamaah Masjid Al-Ikhlas. Bab V Penutup yang memuat kesimpulan
dan saran.
25Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&I..., 46
-
15
BAB II
PROFIL MASJID AL-IKHLAS
A. Profil Masjid Al-ikhlas
Masjid Al-ikhlas secara geografi terletak di Dusun Sarirejo
Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga,
Propinsi Jawa
Tengah. Secara astronomi terletak antara 007.17’ dan 007.17’.
23” lintang
selatan. Masjid Al-ikhlas tersebut sederhana layaknya Masjid
Al-ikhlas
pada umumnya. Masjid Al-ikhlas sebagai pusat kegiatan
pendidikan
karakter masyarakat sarirejo. Masjid Al-ikhlas tersebut
diharapkan mampu
menjadi tonggak kebangkitan umat muslim di Dusun Sarirejo
khususnya
dalam pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas. Masjid
Al-ikhlas
sering ada jamaah sholat dari luar daerah ketika sholat jum’at.
Masjid Al-
ikhlas memiliki karakteristik yang di antaranya; lantai
berkeramik, cat
berwarna hijau, tempat sholat ada sekat (satir) antara laki-laki
dan
perempuan, ada mimbar khutbah dan ada fasilitas karpet.
Struktur organisasi Masjid Al-ikhlas26
Penanggungjawab : Bapak Suratno
Ketua takmir : Bapak Legiman
Sekretaris : Bapak Slamet Bandriyo
Bendahara : Bapak Widiharton
26Dokumen Masjid Al-ikhlas, 1 Januari 2018.
-
16
Program Masjid Al-ikhlas
1. P.H.B.I (Peringatan Hari Besar Islam).
2. Kajian fikih terkait sholat fardhu, tauhid, pendidikan
karakter dan
belajar membaca al-Qur’an untuk usia dewasa setiap hari
pukul
18.00 WIB-19.00 WIB
3. Penyuluhan pendidikan karakter dan keagamaan dari
Kementrian
Agama Islam salatiga setiap hari kamis pukul 19.00-20.00
WIB.
4. Pendidikan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) terdiri dari
remaja
dan anak-anak setiap hari pukul 15.00-17.00 WIB.
5. Tersedianya buku-buku bacaan dari Perpustakan Daerah
(Perpusda) Salatiga untuk literasi terkait pendidikan agama
Islam
dan pendidikan karakter setiap hari.
B. Kondisi Masyarakat Sarirejo
Kondisi Masyarakat Sarirejo sangat memprihatinkan
dikarenakan
budaya pekerjaan kafe karaoke yang mayoritas masyarakat
mendominasinya. Pekerjaan ini membuat masyarakat muslim
Sarirejo
terkontaminasi pendidikan karakter buruk yang kurang islami.
Dampak
negatif budaya kafe karaoke membuat dekadensi moral. Semisal;
mabuk-
mabukan, merokok, main perempuan dan membuka usaha kafe
karaoke.
Himpitan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup menjadi alasan
utama
membuka usaha kafe karaoke di Dusun Sarirejo. Selain itu,
budaya
perempuan memakai pakaian ketat menjadi tren fashion karyawan
kafe
karaoke. 27
27Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa 7 Maret 2018 pukul
13.00-14.00
WIB.
-
17
Anak-anak yang seharusnya mulai belajar menutup aurat dengan
baik justru sering melihat pemandangan yang kurang islami setiap
harinya.
Remaja yang seharusnya menjadi tonggak perjuangan islami di
dusun
sarirejo, lama kelamaan terkena dampak karakter negatif
dalam
kehidupannya. Kepala keluarga yang seharusnya bisa menjaga
hubungan
rumah tangga dengan baik, terkena dampak perselingkuhan dan
menyebabkan broken home. Suasana malam hari, terkadang
terdengar
suara perkelahian dan bahkan tangisan wanita dari karyawan kafe
karaoke
yang disebabkan saling kecemburuan dari tamu pelanggan.
Perkelaian
tersebut mengganggu istirahat warga pada saat malam hari. 28
Warga muslim yang seharusnya mendapatkan suasana yang
nyaman pada waktu istirahat tidur malam hari menjadi tidak
mendapatkan
suasana sebagai mana semestinya. Jadi kondisi Masyarakat
Sarirejo
suasananya memang belum kondusif pada waktu malam hari yang
mana
disebabkan beraneka ragamnya kepribadian karakter warga
dalam
pekerjaan kafe karaoke. Budaya kafe karaoke tiap malam
meresahkan
masyarakat muslim dikarenakan berdampaknya karakter negatif bagi
anak-
anak. Semisal anak SD melakukan tindakan asusila sesama teman.
29
28Wawancara dengan Bapak Ratna, pada Selasa 7 Maret 2015 pukul
11.00-12.00
WIB. 29Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa, 7 Maret 2018
pukul 13.00-14.00
WIB.
-
18
BAB III
DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER
JAMA’AH MASJID AL-IKHLAS
Diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas
diklasifikasikan
berdasarkan kriteria umur yang terdiri dari anak-anak, remaja
dan dewasa.
Pendidik membagi kriteria usia agar peserta didik mudah menerima
materi
berdasarkan jenjang tingkatan. Pendidik menekankan materi
pendidikan karakter
kepada peserta didik bertujuan untuk membentengi diri dari
lingkungan budaya
sosial yang kurang Islami yang dikhawatirkan akan mempengaaruhi
karakter
peserta didik. Penanaman pendidikan karakter di Masjid Al-ikhlas
diharapkan
mampu merubah peserta didik menjadi pribadi yang beriman dan
bertakwa.30
Konsep pendidikan dalam Islam adalah membimbing seseorang
dengan
memperhatikan segala potensi paedagogik yang dimilikinya,
melalui tahapan-
tahapan yang sesuai, untuk didik jiwanya, akhlaknya, akalnya,
fisiknya,
agamanya, rasa sosial politiknya, ekonominya, keindahannya, dan
semangat
jihadnya.31
Karakter tersusun dari tiga bagian yang saling berhubungan,
yakni: moral
knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan
moral
behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari
pengetahuan tentang
kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan
(desiring the good),
dan berbuat kebaikan (doing the good). Dalam hal ini,
pukdiperlukan pembiasaan
dalam pemikiran (habits of the mind), dan pembiasaan dalam
tindkan (habits of he
30Wawancara dengan Bapak Ratna, Pada Rabu 7 Maret 2018 pukul
11.00-12.00 WIB. 31Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah
Pembinaan Diri Menurut Konsep
Nabawi, Terj. Afifudin, Solo: Media Insani, 2003, 25.
-
19
heart), dan pembiasaan dalam tindakan (habit of the
action).32Indikator
keberhasilan pendidikan karakter adalah jika seseorang telah
mengetahui sesuatu
yang baik (knowing the good) (bersifat kognitif), kemudian
mencintai yang baik
(loving the good) (bersifat afektif), dan selanjutnya melakukan
yang baik (acting
the good) (bersifat psikomotorik).33
Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia
yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata karma,
budaya, adat itiadat dan estetika. 34 Pendidikan karakter
merupakan
pengembangan kemampuan pada pembelajar untuk berperilaku baik
yang ditandai
dengan perbaikan berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia
sebagai
makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan)
dan
mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. 35 Hakikat
pendidikan karakter
adalah proses bimbingan peserta didik agar terjadi perubahan
perilaku, perubahan
sikap, dan perubahan budaya, yang akhirnya kelak mewujudkan
komunitas yang
beradab. 36
32Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya
dalam Lembaga
Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, 13. 33Ajat Sudrajat,
“Mengapa Pendidikan Karakter?”, Jurnal Pendidikan Karakter,
Volume
1, No. 1, (April 2011), 48. 34M. Samani, & Hariyanto, Konsep
dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013, 41-42. 35Kesuma, D., Triatna, C., &
Permana, J. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik
di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 7. 36Aushop, A. Z.
Islamic Character Building: Membangun Insan Kamil, Cendekia
Berakhlak Qurani. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2014, 7.
-
20
Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa
yakni
diantaranya;
A. Anak-anak
Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter anak-anak
yakni
diantaranya;
Pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz Misbahudin maupun
Bu
Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik terdiri dari anak-anak
Taman
Pendidikan Qur’an (TPQ) berjumlah 54-an yang terdiri dari tiga
kelas yakni
kelas ula (pertama) dan dua kelas tsani yang mana laki-laki dan
perempuan
dipisah. Ketiga, materi bagi anak-anak yakni diantaranya tauhid
dan akhlak
yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber
dari kitab
hidayatus sibiyan, yanbua, doa sehari-hari dan pendidikan
karakter. 37
Keempat, metode pendidikan karakter anak-anak terdiri dari:
metode
ceramah, metode sorogan, dan metode reward. Metode reward berupa
makan
bakso kawi jikalau hafal juz ama. Kelima, media anak-anak
terdiri dari: iqro’,
yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana,
media al-
qur’an, media fotokopi materi dan media buku-buku Islami.
Keenam, tujuan
pendidikan karakter anak-anak yaitu persiapan untuk menjadi
warga negara
yang baik, terbentuk jiwa sosial, terbentuk pribadi muslim yang
sejati, beriman
teguh, beramal sholeh, bermanfaat bagi sesama makhluk hidup,
berakhlak
mulia serta mampu mempersiapkan diri dalam kehidupan dunia
maupun
akhirat. Ketujuh, Lingkungan belajar bagi anak-anak berada di
serambi Masjid
37Wawancara dengan Adek Rio, Pada Jum’at 9 Maret 2018 pukul
15.00-16.00 WIB.
-
21
al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan
belajar bising
karena berdekatan dengan akses jalan utama sehingga peserta
didik terkadang
merasa terganggu. Setiap peserta didik ada bangku yang berguna
untuk
menulis serta menaruh mushaf Al-Qur’an.38
Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni
diantaranya;
Pertama, religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam
mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya. Indikator: peserta didik
rmenumbuhkan
kebiasaan perilaku mulia seperti sholat berjama’ah ashar, jadwal
adzan ashar,
sholat berjama’ah maghrib dan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ).
Strategi pendidik
menanamkan religius kepada peserta didik yakni dengan cara
membuat jadwal
sholat. Kedua, jujur yakni perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan
dan pekerjaan. Indikatornya yakni diantaranya; jujur ketika
ditanya ustadz
meninggalkan sholat fardhu. Strategi pendidik menanamkan
kejujuran yakni
dengan cara metode ceramah. 39
Ketiga, disiplin yakni selalu tepat waktu sholat. Indikatornya
yakni
diantaranya; displin sholat fardhu berjamaah ashar di masjid
al-ikhlas dan
disiplin berangkat ngaji. Strategi pendidik menanamkan
kedisiplinan peserta
didik dengan cara membiasakan jadwal sholat berjamaah. Keempat,
rasa ingin
tahu yakni suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui
apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam
berbagai
aspek terkait apapun. Indikator yakni diantaranya; peserta didik
memiliki rasa
38Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu 7 Maret 2018
pukul 08.00-
09.00 WIB. 39Wawancara dengan Ibu Tobaroh, Pada Rabu 7 Maret
2018 pukul 13.00-14.00 WIB.
-
22
ingin tau terkait materi kajian fikih sholat fardhu. Strategi
pendidik
menanamkan rasa ingin tahu dengan cara kajian kitab fikih.40
Kelima, mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Indikator yakni
diantaranya yakni
mandiri dalam berangkat ngaji, mandiri mengerjakan tugas apapun
dari ustadz
dan mandiri dalam berangkat sekolah. Strategi pendidik
menanamkan mandiri
kepada peserta didik dengan cara memberikan motivasi. Keenam,
peduli
lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya. Indikatornya yakni
diantaranya;
peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil sampah di
depan masjid,
menyapu di serambi masjid dan tidak membuang sampah sembarang
tempat.41
Strategi pendidik menanamkan peduli lingkungan kepada peserta
didik dengan
cara memberikan teladan.
Kelima, tanggung jawab yakni menyadari bahwa segala hal yang
diperbuat
oleh dirinya bukan merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya
sendiri, namun
juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Indikator yakni diantaranya: tanggung jawab piket kelas,
tanggung jawab
mengerjakan PR dan tanggung jawab menghafal doa-doa sehari-hari.
Strategi
pndidik menanamkan tanggung jawab kepada peserta didik dengan
cara
memberikan tugas mandiri. Keenam, gemar membaca yakni
kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan
kebajikan bagi dirinya. Indikatornya yakni diantaranya membaca
buku-buku
40Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa, 7 Maret 2018 pukul
13.00-14.00 WIB 41Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa, 7
Maret 2018 pukul 13.00-14.00 WIB
-
23
islami, cerita anak-anak dan pendidikan karakter. Strategi
pendidik
menanamkan gemar membaca kepada peserta didik dengan cara
menyediakan
buku bacaan dari perpustaakaan daerah salatiga. 42
Ketujuh, kerja keras yakni tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikatornya yakni
diantaranya;
kerja keras mengerjakan PR. Strategi pendidik menanamkan kerja
keras
dengan cara memberikan tugas. Kedelapan, menghargai prestasi
yakni sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang
berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati
keberhasilan orang
lain. Indikatornya yakni diantaranya; menghafalkan juz ama.
Strategi pendidik
menanamkan menghargai prestasi kepada peserta didik dengan
cara
memberikan reward makan bakso kawi ketika hafal juz ama.43
B. Remaja
Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter remaja
yakni
diantaranya; pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz
Misbahudin maupun Bu
Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik berjumlah 20-an. Ketiga,
materi bagi
remaja yakni diantaranya tauhid dan akhlak yang bersumber dari
kitab aqidatul
awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan,
yanbua dan
pendidikan karakter. Keempat, metode pendidikan remaja terdiri
dari: metode
ceramah dan metode sorogan. Kelima, media bagi remaja terdiri
dari: papan
42Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa 7 Maret 2018 pukul
13.00-14.00 WIB. 43Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, pada
Rabu, 7 Maret 2018 pukul 08.00-
09.00 WIB.
-
24
tulis dan spidol, media alat rebana, media al-qur’an, media
fotokopi materi,
drumblek dan media buku-buku Islami. 44
Keenam, tujuan pendidikan karakter remaja yakni menjadi remaja
yang
religius dan berkarakter baik kepada sesama makhluk hidup.
Ketujuh,
Lingkungan belajar bagi remaja berada di serambi Masjid
al-ikhlas tanpa
beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar bising
karena berdekatan
dengan akses jalan utama sehingga peserta didik terkadang merasa
terganggu.45
Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya;
Pertama, religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya. Indikatornya yakni diantaranya;
remaja rajin
sholat fardhu khususnya sholat mahrib berjamaah dan sholat
jum’at. Strategi
pendidik menanamkan religius kepada peserta didik dengan cara
sholat
berjamaah bersama. Kedua, disiplin yakni suatu sikap mematuhi
peraturan
dalam pendidikan karakter. Indikatornya yakni diantaranya;
displin sholat
maghrib berjamaah di masjid al-ikhlas, disiplin berangkat ngaji
dan disiplin
mengajar tugas dari ustadz. Strategi pendidik menanamkan peserta
didik
dengan cara metode teladan. 46
Ketiga, rasa ingin tahu yakni diantaranya suatu keinginan
untuk
mendalami materi. Indikatornya yakni diantaranya; selalu
bertanya kepada
pendidik jikalau tidak memahami materi. Strategi pendidik
menanamkan rasa
ingin tahu kepada peserta didik dengan cara metode cerita.
Keempat, mandiri
44Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul
07.00-08.00 WIB. 45Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret
2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 46Wawancara dengan Mas Dimas, pada
Kamis, 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB.
-
25
yakni tidak menggantungkan orang lain. Indikatornya yakni
diantaranya;
berusaha sendiri. Strategi pendidik menanamkan kepada peserta
didik dengan
cara memberikan tugas secara individu dan mandiri. Kelima,
peduli lingkungan
yakni selalu responsif terhadap lingkungan sekitar. Indikatornya
yakni
diantaranya; peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil
sampah di
depan masjid dan menyapu di serambi masjid. Strategi pendidik
menanamkan
peduli lingkungan kepada peserta didik dengan cara jadwal
kerjabakti. 47
Keenam, tanggung jawab yakni menyadari bahwa segala hal yang
diperbuat oleh dirinya bukan merupakan tugas dan kewajiban bagi
dirinya
sendiri, namun juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara,
dan Tuhan
Yang Maha Esa. Indikatornya yakni diantaranya; tanggung jawab
piket kelas,
tanggung jawab mengerjakan PR dan tanggung jawab menghafal
doa-doa
sehari.-hari. Strategi pendidik menanamkan tanggungjawab kepada
peserta
didik dengan cara memberikan tugas. Ketujuh, peduli sosial yakni
respon
terhadap musibah sesama manusia. Indikatornya yakni diantaranya;
takziah
dan menjenguk ketika temannya sakit. Strategi pendidik
menanamkan peduli
sosial dengan cara metode fenomena musibah. 48
C. Dewasa
Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter dewasa
yakni
diantaranya; pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz
Misbahudin maupun Bu
Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik berjumlah 10-an. Ketiga,
materi bagi
dewasa yakni diantaranya tauhid dan akhlak yang bersumber dari
kitab
47Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul
07.00-08.00 WIB. 48Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis, 8 Maret
2018 pukul 07.00-08.00 WIB.
-
26
aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus
sibiyan dan
pendidikan karakter. Keempat, metode pendidikan dewasa terdiri
dari: metode
ceramah dan metode sorogan. Kelima, media bagi dewasa terdiri
dari: iqro’,
yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana,
media al-
qur’an, media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. 49
Keenam, tujuan pendidikan karakter dewasa yakni menghindari
perselingkuhan. Ketujuh, lingkungan belajar bagi dewasa berada
di dalam
Masjid al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana
ruangan belajar
cukup dingin, karena peserta duduk sekitar satu jam dalam proses
belajar. 50
Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya;
Pertama, religius yakni meningkatnya pengamalan agama dalam
kehidupan sehari-hari. Indikatornya yakni diantaranya; adanya
kesadaran dan
perubahan menjalankan sholat fardhu, membazar zakat fitrah,
berkurban,
sholat berjamaah di masjid setiap mahrib dan menguikuti kegiatan
keagamaan
di masjid al-ikhlas. Strategi pendidik menanamkan religius
dengan cara metode
ceramah. Kedua, disiplin yakni konsisten dan berkomitmen dalam
hal
mematuhi pendidikan karakter. Indikatornya yakni diantaranya;
disiplin
berangkat ngaji. Strategi pendidik menanamkan disiplin kepada
peserta didik
dengan cara berangkat tepat waktu (on time) pada saat pendidikan
karakter.
Ketiga, rasa ingin tahu yakni suatu sikap dan tindakan yang
selalu berupaya
untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam
dan meluas
dalam berbagai aspek terkait. Indikatornya yakni diantaranya;
rasa ingin tau
49Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul
07.00-08.00 WIB. 50Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis, 8 Maret
2018 pukul 07.00-08.00 WIB.
-
27
terkait kajian fikih sholat fardhu dan membaca al-Qur’an.
Strategi pendidik
menanamkan rasa ingin tahu kepada peserta didik dengan cara
metode
diskusi.51
Keempat, mandiri yakni meyakini potensi diri dan melakukan
tanggung
jawab yang diembannya dengan penuh percaya diri dan
berkomitmen.
Indikatornya yakni diantaranya; setiap individu secara mandiri
mengeluarkan
sedekah untuk kegiatan kegamaan apapun di masjid al-ikhlas tanpa
adanya
bantuan dana dari luar masyarakat. Strategi peserta didik
menanamkan mandiri
kepada peserta didik dengan cara iuran sedekah perindividu.
Keempat, peduli
lingkungan yakni sikap mencintai lingkungan sosial. Indikatornya
yakni
diantaranya; peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil
sampah di
depan masjid, menyapu di serambi masjid tempat belajar agama
Islam dan
tidak membuang sampah sembarang tempat. Strategi pendidik
menanamkan
kepada peserta didik dengan cara metode ceramah. 52
Kelima, tanggung jawab yakni sikap menyadari bahwa segala hal
yang
diperbuat oleh dirinya bukan hanya merupakan tugas dan kewajiban
bagi
dirinya sendiri, namun juga keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Indikatornya
yakni menghafal surat-surat pendek, tanggung jawab di keluarga
dan tanggung
jawab di masyarakat berupa kerjabakti. Strategi pendidik
menanamkan
tanggungjawab kepada peserta didik dengan cara memberikan tugas
individu
berupa hafalan. 53
51Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul
07.00-08.00 WIB. 52Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret
2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 53Wawancara dengan Pak Ustadz
Misbahudin, pada Rabu 7 Maret 2018 08.00-09.00
WIB.
-
28
Keenam, peduli sosial yakni sikap peduli lingkungan sekitar.
Indikatornya
yakni diantaranya; kerjabakti sosial. Strategi pendidik
menanamkan kepada
peserta didik dengan cara metode teladan. Strategi pendidik
menanamkan
kepada peserta didik dengan cara mtode teladan. 54Ketujuh,
toleransi yakni
perilaku yang cenderung menghargai perbedaan pendapat dan
perbedaan latar
belakang. Indikatornya yakni peserta didik saling menghargai dan
bertoleransi
pada saat kumpulan RT maupun RW dalam hal perbedaan pendapat.
Strategi
pendidik menanamkan toleransi kepada peserta didik dengan cara
diskusi.
Kedelapan, kreatif yakni sikap selalu mencari alternatif
penyelesaian suatu
permasalahan dari berbagai sudut pandang. Indikatornya yakni
diantaranya;
pengumpulan dana swadaya masyarakat Srategi pendidik menanamkan
kreatif
kepada peserta didik dengan cara iuran sedekah.
55
54Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu 7 Maret 2018
pukul 08.00-
09.00 WIB. 55Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu,
7 Maret 2018 pukul 08.00-
09.00 WIB.
-
29
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Faktor Pendukung dan Penghambat Diferensiasi Pendidikan
Karakter
di Masjid Al-Ikhlas
Diferensiasi pendidikan karakter peserta didik semoga mampu
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt. dan membentengi
mereka
dari budaya sosial yang kurang Islami. Teori analisis SWOT
(strengtht,
weakness, opportunities, threats) terkait pendidikan karakter
yang di antaranya;
1. Strength (kekuatan) yakni;
a. Tujuan pendidikan karakter yakni menjadikan manusia
bermanfaat bagi
sesama makhluk hidup yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt.
b. Isi (materi) pendidikan karakter lebih menekankan pembentukan
karakter
jamaah masjid al-ikhlas, sehingga membentengi budaya sosial
yang
kurang Islami.
c. Lingkungan pendidikan yang bersih.
d. Pendidik menjadi figur teladan bagi peserta didik.
e. Peserta didik pada antusias dalam mengikuti pendidikan
karakter.
f. Metode pendidikan karakter lebih bervariatif dan kreatif
sehingga materi
pendidikan karakter mudah diterima peserta didik.
g. media pendidikan terkait papan tulis, buku-buku Islami,
mushaf al-
Qur’an sangat mendukung pendidikan agama Islam.
-
30
2. Weakness (kelemahan) yakni;
a. Tujuan pendidikan karakter di Masjid Al-Ikhlas belum
mampu
membentuk kedelepan belas pendidikan karakter di Indonesia.
b. Isi (materi) tidak terlalu mendalam secara global terkait
pendidikan
karakter secara universal.
c. Lingkungan pendidikan terkait pendidikan agama Islam
kurang
kondusif dikarenakan lokasi Masjid Al-ikhlas berseberangan
dengan
jalan akses utama ke Salatiga.
d. Pendidik memiliki sumber daya yang minim terkait dunia
pendidikan
dikarenakan lulusan Sekolah Dasar (SD).
e. Peserta didik yang berbagai karakter sulit dikondisikan.
f. Metode pendidikan belum begitu komplek karena disesuaikan
dengan
situasi kondisi jamaah Masjid Al-ikhlas.
g. Keterbatasan fasilitas media.
3. Opportunities (peluang) yakni;
a. Tujuan pendidikan yang memiliki peluang untuk membangun
pendidikan karakter bagi jamaah Masjid Al-ikhlas periode dari
tahun
ketahun.
b. Materi keagamaan memberi peluang terhadap pendidikan karakter
dan
budaya religius jamaah Masjid Al-ikhlas.
c. Lingkungan pendidikan yang secara sosial berada di daerah
rawan
akidah, memberikan peluang untuk persatuan dan kesatuan umat
Islam
di Dusun Sarirejo.
-
31
d. Pendidik yakni memiliki figur otoritas membangun pendidikan
karakter
jamaah Masjid Al-ikhlas dalam sistem pendidikan agama Islam.
e. Peserta didik yang berkarakter baik dan religius memberikan
peluang
terhadap perubahan masyarakat Sarirejo khususnya dalam
bidang
keagamaan.
f. Metode lebih menekankan kepada pendekatan peserta didik.
g. Media memudahkan materi bisa tersampaikan kepada peserta
didik.
4. Threats (ancaman) yakni;
a. Tujuan pendidikan karakter belum mampu membangun karakter
peserta
didik secara keseluruhan.
Contohnya; masih ada peserta didik tidak menghormati
pendidik
khususnya pada usia anak-anak dan masih sering mengganggu
sesama
peserta didik ketika belajar khususnya pada usia anak-anak.
b. Isi (materi) jikalau mengarah pembahasan nahi munkar
pekerjaan kafe
karaoke hukum halal-haram akan mendapatkan ancaman dari
masyarakat Sarirejo.
c. Lingkungan belajar yang kurang kondusif dan juga di daerah
rawan
akidah pengusaha kafe karaoke menyebabkan ancaman bahaya
fisik
kepada peserta didik.
d. Ketidaknyamanan pada diri pendidik dikarenakan ancaman
secara
langsung maupun tidak langsung.
e. Peserta didik terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa
sering melihat
budaya kurang Islami sehingga rawan ancaman dekadensi moral.
-
32
Di Masjid Al-ikhlas dalam menjalankan sistem pendidikan agama
Islam,
terdapat dua faktor yakni di antaranya;
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat diferensiasi
pendidikan karakter
yakni diantaranya;
1. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter
a. Adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam. Judul buku yakni
di
antaranya; pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter dan
akhlak
Rasulullah SAW.
b. Adanya fasilitas berupa bangku, mushaf Al-Qur’an, buku
sholawat dan
papan tulis.
c. Kebersihan tempat belajar.
d. Dukungan peran orang tua, pengurus masjid dan masyarakat
muslim
khususnya selaku tokoh Pemerintahan.
e. Pendidik sangat inovatif dan kreatif dalam menyampaikan
materi.
Contohnya; pendidik ketika menyampaikan materi terkait
pendidikan
karakter selalu mengaitkan pada kasus-kasus yang terjadi di
Indonesia.
f. Gaya pendidik yang ramah tamah, menarik dan unik.
g. Latar belakang pendidik yang lulusan Pondok Pesantren di
Demak.
h. Peserta didik yang pada antusias belajar agama Islam.
Contoh anak-anak sering berangkat lebih awal, dewasa dan
remaja
sering bertanya ketika ada materi yang belum memahaminya.
-
33
2. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter jama’ah
Masjid Al-
ikhlas
a. Latar belakang berbagai kepribadian peserta didik yang
bervariasi
b. Lingkungan pendidikan agama Islam kurang memadai.
c. Belum ada tempat Madrasah khusus akan tetapi masih di
serambi
masjid yang sederhana, sehingga terkadang peserta didik
duduk
berdesak-desakan.
d. Kurangnya guru terkait peserta didik khususnya anak-anak.
e. Fasilitas buku-buku Islami yang kurang lengkap.
f. Keterbatasan dana untuk pengadaan fasilitas pendidikan agama
Islam.
g. Budaya lingkungan sosial kurang islami sehingga
menimbulkan
dekadensi moral peserta didik.
h. Latar belakang sumber daya manusia terkait peserta didik
yang
beraneka ragam.
-
34
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas di
Dusun
Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Tahun
2018 diklasifikasikan kriteria usia anak-anak, remaja dan
dewasa.
Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya;
religius,
jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan,
tanggungjawab,
gemar membaca, kerja keras dan menghargai prestasi.
Diferensiasi
pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; religius,
disiplin, rasa ingin
tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab dan peduli
sosial.
Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya;
religius,
disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung
jawab,
peduli sosial, toleransi.
2. Faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan
karakter anak-
anak, remaja dan dewasa yakni di antaranya;
a. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,
remaja
dan dewasa yakni di antaranya; adanya buku-buku bacaan terkait
agama
Islam, adanya fasilitas berupa bangku, mushaf al-qur’an, buku
sholawat
dan papan tulis, kebersihan tempat belajar, dukungan peran orang
tua,
pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh
pemerintahan.
-
35
b. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,
remaja
dan dewasa yakni di antaranya; latar belakang berbagai macam
karakter
kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang kurang
kondusif dan
fasilitas pembelajaran yang belum memadai.
B. Saran
1. Pengurus takmir Masjid Al-ikhlas Dusun Sarirejo Kelurahan
Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo sebaiknya berkerjasama dengan Instansi
Kampus
IAIN Salatiga secara terprogram dalam mengajar pendidikan Agama
Islam
maupun program KKN (kuliah kerja nyata).
2. Kurikulum pendidikan karakter bisa lebih komprehensif.
Contoh:
melengkapi referensi buku-buku karakter seperti Thomas Likcona
dan
lain-lain.
3. Pengurus takmir dan pendidik sebaiknya melakukan
pembenahan
admistrasi secara bertahap.
4. Melengkapi kebutuhan terkait fasilitas pendidikan
karakter.
5. Pendidik sebaiknya mengikuti seminar pendidikan di manapun
guna
meningkatkan keprofesionalan dalam mengajar.
6. Pengurus takmir sebaiknya bekerjasama dengan lembaga-lembaga
zakat,
organisasi masyarakat dan komisi perlindungan anak Kota Salatiga
terkait
pembinaan pendidikan karakter.
-
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Mahmud, Ali. Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri
Menurut
Konsep Nabawi, Terj. Afifudin, Solo: Media Insani, 2003.
Abdulhak, Ishak dkk. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Non
Formal,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka, 2012.
Almerico, Gina M, “Building character through literacy with
children’s
literature”, Research in Higher Education Journal, 26
(2014):1-13.
Andriezens. Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal
Terhadap
Prestasi Pendidikan. Jakarta:Yudistira, 2008.
A. Z., Aushop, Islamic Character Building: Membangun Insan
Kamil, Cendekia
Berakhlak Qurani. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2014.
David, Fred R. Strategic Management: Concepts dan Case. New
Jersey:Prentice
Hall, 2013.
Deddy, Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya,
2003.
Setiawan, Deny. “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan
Kecerdasan
Moral”, Jurnal Pendidikan 4, (2013), 1-15.
Sabar Rudi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya
Menciptakan Akhlak
Mulia”, Jurnal Pendidikan 16, (2010), 45-60.
Djumransyah dkk. Pendidikan Islam Menggali “Tradisi”Meneguhkan
Eksistensi.
Malang:UIN Pres, 2007.
Elly M. Setiady dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta:
Kencana Prenada
Media, 2006, 73.
Hadaeri dkk. Pendidikan Agama dalam Perspektif, Jakarta:Gaung
Persada, 2007.
Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara,
2011.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rajawali,
2009.
Howard, Kirschenbaum, ”From Values Clarification to Character
Education:A
Personal Journey”, The Journal of Humanistic Counseling
Educationand
Development, 39 (2000), 4-20.
-
37
Ihsan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta,
2002.
Kahmad, Dadang . Sosiologi Agama, Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2009.
Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. Pendidikan Karakter:
Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 7.
Lickona, Thomas. Character Matters:Persoalan Karakter, terj.
Jumawadu
Wamaungu & Jean Antunes Rudolf Zien dan Editor Uyu Wahyuddin
dan
Suryani, Jakarta:Bumi Aksara, 2012.
Lickona, Tomas . “A Comprehensive Approach To Character Building
In
Catholic Schools”, A Juournal Of Inquiry And Practice 1
(2017):158-175.
Maunah, Binti. Ilmu Pendidikan,Yogyakarta:Teras, 2009.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya,
2003.
Nasir, Akhmad. “Strategi Penanaman Nilai-nilai Keislaman Bagi
Karyawan
Tempat Hiburan Malam”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2015.
Nurhasanah Dan Qathrin Nida, “Character Building Of Students By
Guidance
And Counseling Teachers Through Guidance And Counseling
Services”,
International Multidisciplinary Journal 4 (Januari,
2016):56-76.
Raharjo, Sabar Rudi. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya
Menciptakan Akhlak
Mulia”, Jurnal Pendidikan 16 (2010): 5-8.
Samani, M. & Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013.
Setiawan, Deny. Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan
Kecerdasan
Moral, Jurnal Pendidikan 1 (2013), 5-7.
Sudjana, D. Pendidikan Nonformal:Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Falsafah
dan Teori Pendukung serta Asas, Bandung:Falah Production,
2001.
Sudrajat, Ajat. “Mengapa Pendidikan Karakter?”, Jurnal
Pendidikan Karakter 1
(2011):30-50.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&I,
Ganesa, Bandung:
2006.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Jakarta:PT.
Remaja Rosdakarya, 2007.
-
38
Supiah dkk, Pengembangan Pendidikan Budidaya dan Karakter Bangsa
Melalui
Pembelajaran Matematika, Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Penjaminan
Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan
Tenaga Pendidikan, 2011.
Suwito. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, Yogyakarta:
Belukar, 2004.
Suyatno. Urgensi Pendidikan Karakter, Jakarta:Depdiknas,
2009.
Syukur, Fatah. “Reorientasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
(PAI) Dan Deradikalisasi Agama”, Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan.
Vol. 23. No.3 (2015):1-130.
Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.
Zubaidi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Media,
2011.
-
39
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Instrumen Pertanyaan 1. Siapa saja yang mengajar diferensiasi
pendidikan karakter anak-anak,
remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?
2. Sejauh mana penerapan metode diferensiasi pendidikan karakter
anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?
3. Sejauah mana penerapan media diferensiasi pendidikan karakter
anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al ikhlas?
4. Berapa jumlah perkelas pendidikan karakter anak-anak, remaja
dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?
5. Apa saja materi diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,
remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?
6. Apa tujuan diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja
dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?
7. Bagaimana kondisi lingkungan diferensiasi pendidikan karakter
anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?
8. Apa faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan
karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?
-
40
Transkip Wawancara Nama : Ustadz Misbahudin (Pendidik)
Hari/Tanggal : Rabu, 7 maret 2018
Tempat : Rumah Ustadz Misbahudin
Waktu : 08.00-09.00 WIB. Pendidik pada usia anak-anak, remaja
dan dewasa yaitu Ustadz
Misbahudin dan Ustadzah Bu Tobaroh. Pertama, metode pendidikan
karakter
anak-anak terdiri dari metode ceramah, metode sorogan dan metode
reward.
Metode reward berupa makan bakso kawi jikalau hafal juz ama.
Kedua,
pendidikan karakter remaja terdiri dari metode ceramah dan
metode sorogan.
Ketiga, pendidikan karakter dewasa terdiri dari metode ceramah
dan metode
sorogan. Pertama, media pendidikan karakter anak-anak terdiri
dari: iqro’,
yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana,
media al-qur’an,
media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. Kedua, media
pendidikan
karakter remaja terdiri dari papan tulis dan spidol, media alat
rebana, media al-
qur’an, media fotokopi materi, drumblek dan media buku-buku
Islami. Ketiga,
media pendidikan karakter dewasa terdiri dari iqro’, yanbua,
buku gambar, papan
tulis dan spidol, media alat rebana, media al-qur’an, media
fotokopi materi dan
media buku-buku Islami. Pertama, kelas anak-anak berjumlah 54-an
terdiri dari
tiga kelas yakni kelas ula dan dua kelas tsani yang mana
laki-laki dan perempuan
dipisah. Kedua, jumlah kelas remaja berjumlah 20-an. Ketiga,
jumlah kelas
dewasa berjumlah 54-an. Pertama, materi pendidikan karakter
anak-anak yakni
diantaranya; tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab
aqidatul awwam, ilmu
tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, yanbua, doa
sehari-hari dan
pendidikan karakter.
Kedua, materi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya;
tauhid dan
akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid
bersumber dari
kitab hidayatus sibiyan, yanbua dan pendidikan karakter. Ketiga,
materi
pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; tauhid dan akhlak
yang bersumber
dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab
hidayatus sibiyan
dan pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter dewasa yakni
diantaranya;
tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu
tajwid
bersumber dari kitab hidayatus sibiyan dan pendidikan karakter.
Pertama, tujuan
diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni persiapan untuk
menjadi warga
negara yang baik, terbentuk jiwa sosial, terbentuk pribadi
muslim yang sejati,
beriman teguh, beramal sholeh, bermanfaat bagi sesama makhluk
hidup,
berakhlak mulia serta mampu mempersiapkan diri dalam kehidupan
dunia
maupun akhirat. Kedua, tujuan diferensiasi pendidikan karakter
remaja yakni
menjadi remaja yang religius dan berkarakter baik kepada sesama
makhluk hidup.
Ketiga, tujuan diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni
menghindari
perselingkuhan. Pertama, lingkungan pendidikan karakter
anak-anak berada di
serambi Masjid al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi
suasana ruangan
belajar bising karena berdekatan dengan akses jalan utama
sehingga peserta didik
terkadang merasa terganggu. Setiap peserta didik ada bangku yang
berguna untuk
menulis serta menaruh mushaf al-qur’an.
-
41
Kedua, lingkungan pendidikan karakter remaja berada di serambi
Masjid
al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan
belajar bising
karena berdekatan dengan akses jalan utama sehingga peserta
didik terkadang
merasa terganggu. Ketiga, lingkungan pendidikan karakter dewasa
di dalam
Masjid al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana
ruangan belajar
cukup dingin, karena peserta duduk sekitar satu jam dalam proses
belajar. Faktor
pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter
anak-anak,
diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya
latar belakang
berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan
sosial yang
kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.
Diferensiasi
pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; Pertama,
religius yakni sikap
dan perilaku yang patuh dalam mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
Indikator: peserta didik rmenumbuhkan kebiasaan perilaku mulia
seperti sholat
berjama’ah ashar, jadwal adzan ashar, sholat berjama’ah maghrib
dan Baca Tulis
Al-Qur’an (BTQ). Strategi pendidik menanamkan religius kepada
peserta didik
yakni dengan cara membuat jadwal sholat. Kedua, jujur yakni
perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Indikatornya
yakni
diantaranya; jujur ketika ditanya ustadz meninggalkan sholat
fardhu. Strategi
pendidik menanamkan kejujuran yakni dengan cara metode ceramah.
Ketiga,
disiplin yakni selalu tepat waktu sholat. Indikatornya yakni
diantaranya; displin
sholat fardhu berjamaah ashar di masjid al-ikhlas dan disiplin
berangkat ngaji.
Strategi pendidik menanamkan kedisiplinan peserta didik dengan
cara
membiasakan jadwal sholat berjamaah. Keempat, rasa ingin tahu
yakni suatu
sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa
yang dipelajarinya
secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait
apapun. Indikator
yakni diantaranya; peserta didik memiliki rasa ingin tau terkait
materi kajian fikih
sholat fardhu. Strategi pendidik menanamkan rasa ingin tahu
dengan cara kajian
kitab fikih. Kelima, mandiri: sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Indikator yakni
diantaranya
yakni mandiri dalam berangkat ngaji, mandiri mengerjakan tugas
apapun dari
ustadz dan mandiri dalam berangkat sekolah. Strategi pendidik
menanamkan
mandiri kepada peserta didik dengan cara memberikan motivasi.
Keenam, peduli
lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan
pada lingkungan alam sekitarnya. Indikatornya yakni diantaranya;
peserta didik
membersihkan masjid terkait mengambil sampah di depan masjid,
menyapu di
serambi masjid dan tidak membuang sampah sembarang tempat.
Strategi pendidik
menanamkan peduli lingkungan kepada peserta didik dengan cara
memberikan
teladan. Kelima, tanggung jawab yakni menyadari bahwa segala hal
yang
diperbuat oleh dirinya bukan merupakan tugas dan kewajiban bagi
dirinya sendiri,
namun juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan
Yang Maha
Esa. Indikator yakni diantaranya: tanggung jawab piket kelas,
tanggung jawab
mengerjakan PR dan tanggung jawab menghafal doa-doa sehari-hari.
Strategi
pndidik menanamkan tanggung jawab kepada peserta didik dengan
cara
memberikan tugas mandiri. Keenam, gemar membaca yakni
kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan
-
42
bagi dirinya. Indikatornya yakni diantaranya membaca buku-buku
islami, cerita
anak-anak dan pendidikan karakter. Strategi pendidik menanamkan
gemar
membaca kepada peserta didik dengan cara menyediakan buku bacaan
dari
perpustaakaan daerah salatiga. Ketujuh, kerja keras yakni
tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
Indikatornya yakni diantaranya; kerja keras mengerjakan PR.
Strategi pendidik
menanamkan kerja keras dengan cara memberikan tugas.
Kedelapan,
menghargai prestasi yakni sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui
serta
menghormati keberhasilan orang lain. Indikatornya yakni
diantaranya;
menghafalkan juz ama. Strategi pendidik menanamkan menghargai
prestasi
kepada peserta didik dengan cara memberikan reward makan bakso
kawi ketika
hafal juz ama. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan
karakter anak-anak,
diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya
latar belakang
berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan
sosial yang
kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum
memadai.
Transkip Wawancara Nama : Bapak Ratna selaku Pengurus Takmir
Hari/Tanggal : Rabu, 7 maret 2018
Tempat : Masjid al-ikhlas
Waktu : 11.00-12.00 WIB Pendidik terdiri dari dua yaitu Ustadz
Misbahudin dan Ustadzah Bu
Tobaroh. Metode diskusi, metode ceramah, metode sorogan Media
pembelajaran secara umum terdiri dari mushaf al-qur’an, BTQ dan
buku-buku Islami. Dewasa
satu kelas, bagi remaja satu kelas dan bagi anak-anak terdiri
dari tiga kelas yaitu
kelas ula, kelas tsani (dua kelas) yaitu laki-laki dan perempaun
dipisah. Ada satu
kelas bagi dewasa berjumlah 10-an, remaja 20-an dan anak-anak
berjumlah 54-an
yang terdiri dari tiga kelas. Materi (Isi) bagi dewasa terdiri
dari: BTQ, akhlak dan
fikih tentang sholat fardhu. Materi remaja terdiri dari tauhid
dan akhlak yang
bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu Tajwid yang bersumber
dari kitab
hidayatus sibiyan, fikih, BTQ dan pendidikan karakter. Materi
bagi anak-anak
terdiri dari: tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab
aqidatul awwam, ilmu
tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, Yanbua,
fasholatan doa-doa sehari.
Lingkungan pembelajaran dewasa di serambi masjid, kalau remaja
dan anak di
serambi masjid al-ikhlas.
Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya;
religius,
jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan,
tanggungjawab, gemar
membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi
pendidikan karakter
remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu,
mandiri, peduli
lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi
pendidikan karakter
dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu,
mandiri, peduli
lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor
pendukung
diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja
dan dewasa yakni
diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya
fasilitas
berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis,
kebersihan tempat
-
43
belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan
masyarakat muslim
khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat
diferensiasi pendidikan
karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa
yakni diantaranya
latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta
didik, lingkungan
sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang
belum memadai
Transkip Wawancara Nama : Mas Dimas Remaja Masjid Al-Ikhlas.
Hari/Tanggal : Kamis, 8 maret 2018
Tempat : Masjid al-ikhlas
Waktu : 07.00-08.00 WIB Pendidik terdiri dari dua yaitu Ustadz
Misbahudin dan Ustadzah Bu
Tobaroh. Metode diskusi, metode ceramah, metode sorogan. Media
pembelajaran secara umum terdiri dari mushaf al-qur’an, BTQ dan
buku-buku Islami. Dewasa
satu kelas, bagi remaja satu kelas dan bagi anak-anak terdiri
dari tiga kelas yaitu
kelas ula, kelas tsani (dua kelas) yaitu laki-laki dan perempuan
dipisah. Ada satu
kelas bagi dewasa berjumlah 10-an, remaja 20-an dan anak-anak
berjumlah 54-an
yang terdiri dari tiga kelas. Materi (Isi) bagi dewasa terdiri
dari: BTQ, akhlak dan
fikih tentang sholat fardhu. Materi remaja terdiri dari tauhid
dan akhlak yang
bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid yang bersumber
dari kitab
hidayatus sibiyan, fikih dan BTQ. Materi bagi anak-anak terdiri
dari: tauhid dan
akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu al-qur’an
bersumber dari
kitab hidayatus sibiyan, fasholatan, Yanbua, doa-doa sehari.
Lingkungan
pembelajaran dewasa di serambi masjid, kalau remaja dan anak di
serambi masjid
al-ikhlas dan lingkungan kurang kondusif. Diferensiasi
pendidikan karakter anak-
anak yakni diantaranya; religius, jujur, disiplin, rasa ingin
tahu, mandiri, peduli
lingkungan, tanggungjawab, gemar membaca, kerja keras dan
menghargai
prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni
diantaranya; religius,
disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung
jawab dan peduli
sosial. Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni
diantaranya; religius,
disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung
jawab, peduli
sosial, toleransi. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan
karakter anak-anak,
diferensiasi remaja dan dewasa yakni diantaranya adanya
buku-buku bacaan
terkait agama Islam, adanya fasilitas berupa bangku, mushaf
al-Qur’an, buku
sholawat, papan tulis, kebersihan tempat belajar, dukungan peran
orang tua,
pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh
pemerintahan.
Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter
anak-anak,
diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya
latar belakang
berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan
sosial yang
kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum
memadai.
-
44
Transkip Wawancara Nama : Ustadzah Bu Tobaroh (pendidik)
Hari/Tanggal : Rabu, 7 Maret 2018
Tempat : Rumah Ustadz Udin
Waktu : 13.00-14.00 WIB Diferensiasi pendidikan karakter
anak-anak yakni diantaranya; religius,
jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan,
tanggungjawab, gemar
membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi
pendidikan karakter
remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu,
mandiri, peduli
lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi
pendidikan karakter
dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu,
mandiri, peduli
lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor
pendukung
diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja
dan dewasa yakni
diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya
fasilitas
berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis,
kebersihan tempat
belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan
masyarakat muslim
khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat
diferensiasi pendidikan
karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa
yakni diantaranya
latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta
didik, lingkungan
sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang
belum memadai.
Transkip Wawancara Nama : Adek Rio
Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Maret 2018
Tempat : Masjid Al-ikhlas
Waktu : 15.00-16.00
Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya;
religius,
jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan,
tanggungjawab, gemar
membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi
pendidikan karakter
remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu,
mandiri, peduli
lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi
pendidikan karakter
dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu,
mandiri, peduli
lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor
pendukung
diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja
dan dewasa yakni
diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya
fasilitas
berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis,
kebersihan tempat
belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan
masyarakat muslim
khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat
diferensiasi pendidikan
karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa
yakni diantaranya
latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta
didik, lingkungan
sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang
belum memadai.
-
45
Profile Masjid Al-ikhlas
-
46
Prestasi Anak-anak TPQ Tahun 2018
1. Juara III Tingkat Badko Kota Salatiga Cabang Lomba Adzan dan
Iqamah Tahun 2018
2. Juara III Tingkat Badko Kota Salatiga Cabang Lomba Asrokol
Tahun 2018
-
47
Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak TPQ
setiap Hari pukul 15.30 WIB-17.00 WIB
-
48
Diferensiasi Pendidikan Karakter Remaja
setiap hari pukul 15.30 WIB-17.00 WIB
-
49
Diferensiasi pendidikan karakter dewasa terdiri dari bapak-bapak
dan ibu-ibu
setiap hari Pukul 18.00-19.00 WIB
-
50
Pendidik Ust. Misbahudin Ar-Rifai dan Ustdzah Bu Tobaroh
-
51
BIOGRAFI
Nama : Muhammad Cahyo Riswanto
Tempat,