Analisis Sektor Kunci M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ekonomi pada tahun 1995 dari Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Tahun 1999 melanjutkan studi magister di pascasarjana Universitas Hasanuddin Makasar pada jurusan Ekonomi Sumberdaya. Aktivitas sehari-hari selain merupakan dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat yang hingga saat ini masih menjabat sebagai ketua program studi Ekonomi Pembangunan sejak tahun 2009, aktif juga di berbagai kegiatan ilmiah kampus diantaranya di lembaga penelitian Unlam, Pusat Penelitian Kependudukan Unlam, dan inkubator bisnis Fakultas Ekonomi Unlam, sedangkan aktivitas ilmiah di luar kampus diantaranya peneliti Jawa Post Institute of Pro Outonomy (JPIP) Area Kalimantan Selatan, Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan Pembangunan Kalimantan Selatan, Ikatan Ahli ekonomi Islam (IAEI) komisariat Unlam serta Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kalimantan Selatan.
60
Embed
M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Analisis Sektor Kunci
M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ekonomi
pada tahun 1995 dari Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Tahun
1999 melanjutkan studi magister di pascasarjana Universitas Hasanuddin
Makasar pada jurusan Ekonomi Sumberdaya. Aktivitas sehari-hari selain
merupakan dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat yang hingga saat ini masih
menjabat sebagai ketua program studi Ekonomi Pembangunan sejak tahun
2009, aktif juga di berbagai kegiatan ilmiah kampus diantaranya di lembaga
penelitian Unlam, Pusat Penelitian Kependudukan Unlam, dan inkubator
bisnis Fakultas Ekonomi Unlam, sedangkan aktivitas ilmiah di luar kampus
diantaranya peneliti Jawa Post Institute of Pro Outonomy (JPIP) Area
Kalimantan Selatan, Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan
Pembangunan Kalimantan Selatan, Ikatan Ahli ekonomi Islam (IAEI)
komisariat Unlam serta Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
Kalimantan Selatan.
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
Syahrituah Siregar, lahir di Banjarmasin 3 Maret 1971, lulus sarjana
ekonomi pada tahun 1996 dari Fakultas Ekonomi Univesrsitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Tahun 2000 melanjutkan studi Master of Economics di
College of Business and Technology, Western Illinois University, USA.
Sebagai dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat ia aktif mengajar terkait dengan
bidang Makro dan Wilayah serta Perencanaan Ekonomi di berbagai
program sarjana maupun pasca sarjana di lingkungan Unlam, hal ini juga
tergambar dari berbagai riset yang dihasilkan yang telah dipublikasikan
baik pada tingkat nasional maupun internasional, aktif juga di berbagai
kegiatan asosiasi profesi seperti Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
komisariat Unlam, Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam (Fordebi),
serta berbagai forum lainnya.
Analisis Sektor Kunci
M. Handry Imansyah, lahir di Pekalongan 1 April 1960, lulus sarjana
ekonomi pada tahun 1985 dari Fakultas Ekonomi Universitas Gajah
Mada Yogyakarta pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Tahun 1992 menamatkan studi Master in Agribisnis di Department of
Agricultural Economics, Mississippi State University, USA, kemudian
mengambil program doktor di Australia dan meraih gelar Ph.D in
Economics di Department of Economics, The University of Queensland
pada 3 Desember 2002. Selain aktif mengajar sebagai dosen tetap
program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Lambung Mangkurat ia juga telah mendedikasikan diri dalam
pengembangan dunia ilmiah baik sebagai peneliti, konsultan dan aktivis
asosiasi profesional keilmuan di tingkat nasional maupun internasional,
minat penelitiannya terkait dengan permodelan ekonomi, ekonomi makro,
keuangan, regional dan lingkungan, berbagai riset telah dihasilkan dan
telah dipublikasikan baik secara oral maupun tulisan, saat ini sebagai
anggota Forum Ekonom Daerah untuk Kementerian Keuangan sejak
2012 sampai saat ini.
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
Analisis Sektor Kunci
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
IO – TOTAL OUTPUT MULTIPLIER
Analisis Sektor Kunci
IO – OUTPUT DISTRIBUTION : TAPIN DOMESTIC
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
IO – KEYSECTOR DIRECT
Analisis Sektor Kunci
IO EXPORT – NET TRADE
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
LAMPIRAN – LAMPIRAN
IO – CHART PRIMARY INPUT
IO – DIRECT COEFFICIENT
Analisis Sektor Kunci
DAFTAR PUSTAKA
Chenery, B. Hollis, Clark, Paul G. Interindustry Economics, John Wiley
& Sons, Inc., 1959.
Jakarta (Studi Analisis Tabel Input Output Indonesia 1990), Makalah PPN
Angkatan XXI, Jakarta, 1992.
Monographis & Course No. 36, 1975.
Parenta, Tadjuddin. Analisa Input-Output, Fakultas Ekonomi Unhas, 1992.
R. O’connor and E.W. Henry. Input Output Analysis and Aplications,
Griffis’s Statistical
Saptastri, Edbiningtyas K. Dampak Beberapa Sektor Penting dalam
Pembangunan Ekonomi DKI
Sugeng. Perencanaan Pembangunan Wilayah: Teori, Model Perencanaan
dan Penerapannya, PAU-Ekonomi Universitas Indonesia, 1989.
Supranto, J. Linear Programming, PP-FEUI, Jakarta, 1983.
Thirwall, A.P. Grouwth And Development: With Special Reference to
Developing Economies, Published by Macmilan
Education Ltd., 1989.
Thomas, V. Bulmer, Input Output Analysis In Developing Coutries,
Sources, Methods and Application, John Wiley & Sons Ltd.,
1982.
Todaro, P. Michael. Development Planning: Models And Methods,
Oxford University Press, 1971.
Val A. Bendavid. Regional And Local Economies Analysis For
Practioners, Praeger, New York, New And Expanded
Edition, 1983.
Vincent, Gasper. Analisa Kuantitatif Untuk Perencanaan, Penerbit
Tarsito, Bandung, 1987.
viii
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
60
Analisis Sektor Kunci
Sektor IndustriAgro, Kimia, dll merupakan sektor yang paling
unggul diantara sektor-sektor kunci lainnya. Lapangan-lapangan
usaha yang termasuk dalam sektor ini beragam diantarnya adalah
pengolahan komoditas-komoditas berbasis pertanian secara luas.
Keberadaan perkebunan sawit dan industrinya, yang menjadi bagian
dari industri agro, yang baru berdiri harus dikawal keberadaanya
agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perekonomian lokal
melalui keterkaitan input dan output di hulu dan hilir produksi. Hal
ini dilakukan sembari terus mengembangkan jenis-jenis usaha usaha
lainnya yang termasuk kategori sektor ini.
57
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
(1) Industri Agro, Kimia, dll; (2) Lembaga Keuangan,
Tabel 4.3. Multiplier Output dan Pendapatan Sektor-Sektor
Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan Ranking Sumber : Olah data
36
Analisis Sektor Kunci
Perdagangan (15); Pertanian Padi (1); Bangunan (14); dan
Perkebunan Karet (3). Dengan demiian sektor-sektor tersebutlh yang
dapat dijadikan unggulan di Kabupaten Tapin.
Meskipun demikian sektor-sektor lain yang berada di kuadran II (17, 8, 5) serta di kuadran IV (18, 4) adalah sektor-sektor yang juga memiliki prospek cerah. Sektor-sektor tersebut boleh jadi akan
berkembang menjadi sektor yang penting karena memiliki ketergantungan tinggi maupun daya dukung yang kuat dalam
keterkaitan proses produksi antar sektor perekonomian.
4.4. Analisis Pengganda
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya analisis pengganda
atau multiplier ini dilakukan untuk melihat dampak perubahan tiap
satu satuan permintaan akhir suatu sektor terhadap perubahan yang
terjadi di keseluruhan sektor yang ada. Ada dua tipe pengganda
yang digunakan untuk analisis, yaitu pengganda tipe I dan pengganda
tipe II. Keduanya masing-masing untuk analisis pengganda output
dan pendapatan. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih
lanjut dari matrik kebalikan Leontief model terbuka. Dengan kata
lain merupakan penjumlahan efek awal, efek putaran pertama, dan
efek dukungan industri untuk setiap satuan efek awal. Disisi lain,
pengganda tipe II diperoleh dari matrik kebalikan Leontief model
tertutup dengan memperlakukan rumah tangga sebagai variabel
endogenous di dalam model transaksi. Dengan kata lain merupakan
industri, dan efek induksi konsumsi untuk setiap satuan efek awal.
Angka pengganda output atau output multiplier baik tipe I
maupun tipe II mengukur dampak atas total output seluruh sektor
yang disebabkan adanya peningkatan permintaan akhir tiap satu
satuan output sesuatu sektor. Besaran angka pengganda output tipe
I dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari
yang tertinggi sebesar 1,8627 oleh sektor Industri agro, kimia, dll
sampai dengan yang terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa
Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.3, 10 (sepuluh)
sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah
1. Industri agro, kimia, dll; 2. Restoran/Rumah Makan; 3. Bangunan;
35
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
depan dan ke belakang. Untuk selanjutnya, dapat ditentukan sektor
unggulan dalam perekonomian yang disajikan dalam wadah kuadran
grafik keseimbangan. Sektor unggulan adalah sektor-sektor yang
memiliki indeks keterkaitan ke depan maupun ke belakang yang
besar/tinggi yaitu >1.
Indeks keterkaitan ke belakang (Indeks Backward Linkage /
IBL) sebenarnya telah terwakili oleh nilai koefisien penyebaran.
Begitu pula Indeks keterkaitan ke depan (Indeks Forward Linkage
/ IFL) sebenarnya telah terwakili oleh nilai kepekaan penyebaran.
Oleh karenanya, dengan menggunakan hasil perhitungan dampak
penyebaran diatas dapat ditampilkan posisi keunggulan sektoral
berdasarkan keterkaitan produksi dalam perekonomian seperti grafik
4.1.
Grafik 4.1. Indeks Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang
Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010
Sumber : Olah data
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa sektor-sektor yang
konsisten memiliki indeks keterkaitan ke depan dan indeks
keterkaitan ke belakang lebih besar dari 1 adalah sektor Industri
Agro, Kimia, dll (10); Lembaga Keuangan, Persewaan, dst (22);
34
Analisis Sektor Kunci
4.2.2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion) Berdasarkan tabel 4.2 nilai kepekaan penyebaran sektor-
sektor ekonomi di Tapin berada dalam kisaran 1,5230 dari sektor
IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi sampai dengan 0,8432
dari Jasa Pemerintahan dan Pertahanan sebagai yang terendah.
Terdapat 8 (delapan) sektor yang meiliki koefisien penyebaran
tinggi karena nilainya > 1. Secara berturut-turut kesembilan sektor tersebut adalah: 1. Industri Agro, Kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst; 3. Perdagangan; 4. Pertanian Padi; 5. Angkutan Jalan; 6. Tanaman Perkebunan lainnya; 7. Perkebunan Karet; dan
8. Bangunan.
Sektor-sektor yang memiliki kepekaan penyebaran tinggi ini
mempunyai output produk maupun jasa yang penting untuk
meningkatkan pertumbuhan produksi sektor-sektor ekonomi
Kabupaten Tapin. Sektor Industri Agro, Kimia, dll memiliki
kemampuan terbesar dalam mendorong pertumbuhan sektor hilirnya
yang menggunakan berbagai output sektor ini.
Nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran masing-
masing telah dihasilkan dengan melali rata-rata tertimbang. Dengan
demikian kedua nilai tersebut telah setara untuk dijumlahkan meskipun
berasal dari vector yang berbeda dalam tabel transaksi input-output.
Hasil penjumlahan kedua hal tersebut yang menjadi rujukan
penentuan peringkat sektor-sektor unggulan kembali menunjukkan
sektor IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi. Sepuluh sektor
dengan peringkat tertinggi secara berurutan adalah: 1. Industri Agro,
Kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst; 3. Perdagangan;
Kemasyarakatan dan Perorangan; dan 10. Pertambangan lainnya.
Sektor ke 10 (kesepuluh) yaitu Industri Agro, Kimia, dll juga
mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan
tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 1,8065.
Angka 1,8065 memberikan pengertian bahwa apabila ada
peningkatan output sebesar satu rupiah ke permintaan akhir maka
29
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
Tabel 4.1. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang
Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010
Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan Ranking
Sumber : Olah data
28
Analisis Sektor Kunci
BAB IV
SEKTOR KUNCI BAGI LEVERAGE
PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATENTAPIN
4.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan dalam penelitian ini terdiri dari keterkaitan
ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang
(backward linkage). Nilai keterkaitan langsung dapat diperoleh dari
matriks koefisien teknis, sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka.
27
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
26
Analisis Sektor Kunci
Tabel 3.13. Perkembangan Status Perusahaan PMDN
di Kabupaten Tapin Per - 2012
No Bidang Nilai (Rp Milyar) Tahun Ijin Status
1
2
3
4
5
Industri
Batu
Permata
Perkebunan
& Pengolahan
Sagu
Industri
Concrete
Jasa
Pertambangan
dan Ekspor
Pertambangan
Kaolin
3.65
3.58
8.29
5.5
0.7472
1990
1992
1995
2009
1983
Macet
Macet
Aktif
Belum Lapor
Macet
Sumber : Bagian Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tapin, 2012 (diolah)
Tabel 3.14. Perkembangan Status Perusahaan PMDN
di Kabupaten Tapin Per - 2012
No Bidang Nilai Tahun Ijin Status
1
2
3
4
5
6
7
Jasa Prtmbngn dan Ekspor Perkebunan Sawit dan Industri Jasa Prtmangn Jasa Prtmbngn, Ekspor, & Konsultan Jasa Prtmbngn Perkebunan & Kehutanan Perkebunan Kelapa dan Holtikultura
Rp.15 M
Rp. 690.555 M
$12.500.000
$600.000
$37.000.000
$119.760
$435.241.400
2010
2010
2009
2008
2008
2004
1994
Belum Lapor
Belum Lapor
Belum Lapor
Aktif
Aktif
Aktif
Macet
25
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
3.2 Perkembangan Penanaman Modal Berdasarkan Ijin Usaha
Tabel 3.12. Nilai Investasi (Milyar Rupiah) Perusahaan
Terdaftar Berdasarkan Sektor Ekonomi di Kabupaten Tapin
2009 - 2011
Sumber : Bagian Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tapin, 2012 (diolah)
24
Analisis Sektor Kunci
Tabel 3.11. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan PDRB, PMDN
dan PMA di Kabupaten Tapin 2005 - 2011
Sumber : Olah Data BPS, 2005-2011, dan BKPMD & Kapet Kalsel, 2005 s/d 2011
Hubungan antara pertumbuhan PDRB 2006-2011 dengan apa
yang terjadi pada kegiatan penanaman modal PMDN dan PMA
tidak dapat diidentifikasikan secara langsung berdasarkan tabel
diatas. Secara umum variabel PDRB secara konsisten tumbuh
positif. Akan tetapi, disisi lain angka investasi baik PMA maupun
PMDN tidak berlansung secara berkesinambungan sepanjang
tahun. Oleh karenanya kontribusi kegiatan investasi terhadap trend
pertumbuhan PDRB tidak berlangsung secara signifikan. Hal ini
juga karena rendahnya tingkat perkembangan investasi tersebut baik
dalam bentuk PMDN maupun PMA.
Diduga laju pertumbuhan ekonomi Tapin selama ini lebih
dipengaruhi kegiatan investasi swasta yang tidak menggunakan fasilitas PMA/PMDN baik itu berasal dari badan-badan usaha formal maupun informal. Oleh karenanya pendekatan yang tepat untuk melihat kontribusi investasi terhadap laju pertumbuhan ekonomi sesai denan keterbatasan data lapangan adalah melalui konstruksi tabel Input – Output (I-O).
23
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
mber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan, BPS, 2011 (diolah)
Tabel 3.10. Pertumbuhan (%) PDRB Kabupaten Tapin A
atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun
2006 – 2010
Su
Sepanjang 2006 sampai dengan 2011 perekonomian Tapin
dilihat dari PDRB tumbuh dengan rata-rata 4,94% pertahun yang
lebih rendah dari Kalimantan Selatan yang tumbuh sebesar 5,66%
pertahun. Jika dilihat perkembangan pertahun telah nampak kecenderungan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat. Jika pada
2006 hanya tumbuh dengan 4,81% maka pada 2010 telah mencapai
5,44%.
Secara sektoral, listrik-gas-air, bangunan, dan industri
pengolahan mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi, yakni
masing-masing 7,71%, 7,65% dan 7,64% pertahun. Sebaliknya,
jasa-jasa mengalami tingkat pertumbuhan rata-rata terendah hanya
3,38% pertahun meskipun pada 2010 sudah mencapai 5,44%.
22
Analisis Sektor Kunci
3.2. Kinerja Penanaman Modal Dalam Mendorong
Pertumbuhan Berdadarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penaman Modal,
tujuan pokok penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia antara
lain untuk: meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
menciptakan lapangan kerja; meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan; meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha
nasional; meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi
nasional; mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; mengolah
ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan tujuan pokok diatas maka kegiatan investasi jelas
akan berhubungan dengan pencapaian kinerja ekonomi dan
pembangunan tersebut. Untuk menyederhanakan pembahasan maka
investasi akan dilihat dari kinerja pencapaiannya atas target
persetujuan investasi dan hubungannya dengan pertumbuhan
ekonomi. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam mengembangkan
investasi khususnya dengan fasilitas PMDN dan PMA ini adalah
untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi yang positif diperlukan karena berarti telah menggerakkan
roda perekonomian lebih cepat. Pergerakan itu membawa
peningkatan produksi atau nilai tambah dan produktifitas diberbagai
rantai ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu cukup penting kiranya untuk mengukur
peranan kegiatan investasi terhadap peningkatan pertumbuhan.
Dalam analisis ini hanya akan dilihat hubungan sederhana antara kedua
hal tersebut melalui perbandingan tingkat pertumbuhannya masing-
Jika dilihat realisai alokasi investasi berdasarkan sektor atau lapangan usaha sampai dengan tahun 2011 maka besarnya adalah
US$ 21,06 Juta yang keseluruhannya masuk ke sektor perkebunan. Nilai ini keseluruhannya berasal dari proyek investasi PMA. Hal ini tentunya menjadi faktor yang mempengaruhi pola pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di Kabupaten Tapin. Dengan lambatnya perkembangan penanaman modal ini dapat diprediksi bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi juga relatif rendah. Secara detail dapat dilihat
pada table berikut ini.
19
Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci
Tabel 3.7. Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA di Kalimantan