Top Banner
Analisis Sektor Kunci M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ekonomi pada tahun 1995 dari Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Tahun 1999 melanjutkan studi magister di pascasarjana Universitas Hasanuddin Makasar pada jurusan Ekonomi Sumberdaya. Aktivitas sehari-hari selain merupakan dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat yang hingga saat ini masih menjabat sebagai ketua program studi Ekonomi Pembangunan sejak tahun 2009, aktif juga di berbagai kegiatan ilmiah kampus diantaranya di lembaga penelitian Unlam, Pusat Penelitian Kependudukan Unlam, dan inkubator bisnis Fakultas Ekonomi Unlam, sedangkan aktivitas ilmiah di luar kampus diantaranya peneliti Jawa Post Institute of Pro Outonomy (JPIP) Area Kalimantan Selatan, Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan Pembangunan Kalimantan Selatan, Ikatan Ahli ekonomi Islam (IAEI) komisariat Unlam serta Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kalimantan Selatan.
60

M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Jan 21, 2017

Download

Documents

trinhnga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ekonomi

pada tahun 1995 dari Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Tahun

1999 melanjutkan studi magister di pascasarjana Universitas Hasanuddin

Makasar pada jurusan Ekonomi Sumberdaya. Aktivitas sehari-hari selain

merupakan dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat yang hingga saat ini masih

menjabat sebagai ketua program studi Ekonomi Pembangunan sejak tahun

2009, aktif juga di berbagai kegiatan ilmiah kampus diantaranya di lembaga

penelitian Unlam, Pusat Penelitian Kependudukan Unlam, dan inkubator

bisnis Fakultas Ekonomi Unlam, sedangkan aktivitas ilmiah di luar kampus

diantaranya peneliti Jawa Post Institute of Pro Outonomy (JPIP) Area

Kalimantan Selatan, Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan

Pembangunan Kalimantan Selatan, Ikatan Ahli ekonomi Islam (IAEI)

komisariat Unlam serta Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)

Kalimantan Selatan.

Page 2: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Syahrituah Siregar, lahir di Banjarmasin 3 Maret 1971, lulus sarjana

ekonomi pada tahun 1996 dari Fakultas Ekonomi Univesrsitas Lambung

Mangkurat Banjarmasin pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan. Tahun 2000 melanjutkan studi Master of Economics di

College of Business and Technology, Western Illinois University, USA.

Sebagai dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat ia aktif mengajar terkait dengan

bidang Makro dan Wilayah serta Perencanaan Ekonomi di berbagai

program sarjana maupun pasca sarjana di lingkungan Unlam, hal ini juga

tergambar dari berbagai riset yang dihasilkan yang telah dipublikasikan

baik pada tingkat nasional maupun internasional, aktif juga di berbagai

kegiatan asosiasi profesi seperti Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)

komisariat Unlam, Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam (Fordebi),

serta berbagai forum lainnya.

Page 3: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

M. Handry Imansyah, lahir di Pekalongan 1 April 1960, lulus sarjana

ekonomi pada tahun 1985 dari Fakultas Ekonomi Universitas Gajah

Mada Yogyakarta pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.

Tahun 1992 menamatkan studi Master in Agribisnis di Department of

Agricultural Economics, Mississippi State University, USA, kemudian

mengambil program doktor di Australia dan meraih gelar Ph.D in

Economics di Department of Economics, The University of Queensland

pada 3 Desember 2002. Selain aktif mengajar sebagai dosen tetap

program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Lambung Mangkurat ia juga telah mendedikasikan diri dalam

pengembangan dunia ilmiah baik sebagai peneliti, konsultan dan aktivis

asosiasi profesional keilmuan di tingkat nasional maupun internasional,

minat penelitiannya terkait dengan permodelan ekonomi, ekonomi makro,

keuangan, regional dan lingkungan, berbagai riset telah dihasilkan dan

telah dipublikasikan baik secara oral maupun tulisan, saat ini sebagai

anggota Forum Ekonom Daerah untuk Kementerian Keuangan sejak

2012 sampai saat ini.

Page 4: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Page 5: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Page 6: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

IO – TOTAL OUTPUT MULTIPLIER

Page 7: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

IO – OUTPUT DISTRIBUTION : TAPIN DOMESTIC

Page 8: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

IO – KEYSECTOR DIRECT

Page 9: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

IO EXPORT – NET TRADE

Page 10: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

LAMPIRAN – LAMPIRAN

IO – CHART PRIMARY INPUT

IO – DIRECT COEFFICIENT

Page 11: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

DAFTAR PUSTAKA

Chenery, B. Hollis, Clark, Paul G. Interindustry Economics, John Wiley

& Sons, Inc., 1959.

Jakarta (Studi Analisis Tabel Input Output Indonesia 1990), Makalah PPN

Angkatan XXI, Jakarta, 1992.

Monographis & Course No. 36, 1975.

Parenta, Tadjuddin. Analisa Input-Output, Fakultas Ekonomi Unhas, 1992.

R. O’connor and E.W. Henry. Input Output Analysis and Aplications,

Griffis’s Statistical

Saptastri, Edbiningtyas K. Dampak Beberapa Sektor Penting dalam

Pembangunan Ekonomi DKI

Sugeng. Perencanaan Pembangunan Wilayah: Teori, Model Perencanaan

dan Penerapannya, PAU-Ekonomi Universitas Indonesia, 1989.

Supranto, J. Linear Programming, PP-FEUI, Jakarta, 1983.

Thirwall, A.P. Grouwth And Development: With Special Reference to

Developing Economies, Published by Macmilan

Education Ltd., 1989.

Thomas, V. Bulmer, Input Output Analysis In Developing Coutries,

Sources, Methods and Application, John Wiley & Sons Ltd.,

1982.

Todaro, P. Michael. Development Planning: Models And Methods,

Oxford University Press, 1971.

Val A. Bendavid. Regional And Local Economies Analysis For

Practioners, Praeger, New York, New And Expanded

Edition, 1983.

Vincent, Gasper. Analisa Kuantitatif Untuk Perencanaan, Penerbit

Tarsito, Bandung, 1987.

viii

Page 12: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

60

Page 13: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Sektor IndustriAgro, Kimia, dll merupakan sektor yang paling

unggul diantara sektor-sektor kunci lainnya. Lapangan-lapangan

usaha yang termasuk dalam sektor ini beragam diantarnya adalah

pengolahan komoditas-komoditas berbasis pertanian secara luas.

Keberadaan perkebunan sawit dan industrinya, yang menjadi bagian

dari industri agro, yang baru berdiri harus dikawal keberadaanya

agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perekonomian lokal

melalui keterkaitan input dan output di hulu dan hilir produksi. Hal

ini dilakukan sembari terus mengembangkan jenis-jenis usaha usaha

lainnya yang termasuk kategori sektor ini.

57

Page 14: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

(1) Industri Agro, Kimia, dll; (2) Lembaga Keuangan,

Persewaan, dst; (3) Perdagangan; (4) Pertanian Padi; (5)

Bangunan; dan (6) Perkebunan Karet.

5.2. Saran

1. Dalam mengembangkan perekonomian maka hendaknya

pemerintah menempatkan sektor-sektor unggulan sebagai

prioritas.

2. Sektor-sektor unggulan harus terus dikawal keberadaanya

agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

perekonomian lokal. Hal ini dkarenapan potensinya dalam

membawa kemajuan ekonomi melalui keterkaitan input dan

output di hulu dan hilir produksi. Hal ini dilakukan sembari

terus mengembangkan jenis-jenis usaha usaha lainnya yang

termasuk kategori sektor ini.

3. Untuk menjaga kestabilan pertumbuhan, pemerintah juga perlu

menjaga perkembangan sektor-sektor dominan yang memiliki

share tinggi dalam distribusi total output, seperti Pertambangan

barubara dan Pertanian padi. Meskipun demikian sektor-

sektor unggulan yang disebut sebelumnya tetap menjadi

prioritas untuk dapat mengimbangi dominasi sektor-sektor

tradisional dan primer ini dalam menjamin keberlanjutan

pembangunan Tapin sampai ke masa yang akan datang.

5.3. Implikasi Kebijakan

Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan sebagai implikasi kebijakan, antara lain yaitu:

Dengan mempertimbangkan besarnya kontribusi sektor-sektor

kunci dalam menggerakkan perekonomian dan meningkatkan

pertumbuhan, baik ditinjau dari sisi output, PDRB, pendapatan

maupun penyerapan tenaga kerja maka pengembangan sektor-sektor

ini untuk masa mendatang perlu mendapat prioritas. Pemerintah

Kabupaten Tapin diharapkan dapat mendorong kegiatan investasi

dan mengatasi kendala yang disebabkan oleh minimnya fasilitas dan

infrastruktur untuk pengembangan usaha ini.

56

Page 15: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan struktur distribusi input maupun ouput dalam

perekonomian Kabupaten Tapin, jelas terlihat masih didominasi

sektor tradisional dan primer yakni Pertanian Padi dan

Pertambangan Batubara. Hal ini terimplikasi pada pentingnya

peran kedua sektor ini dalam menciptakan nilai tambah produksi

dam pertumbuhan yang ditandai dengan tingginya nilai elatisitas

input-output.

2. Berdasarkan penciptaan input antara dan output antara, Industri

Agro, Kimia, dll memiliki peran yang paling dominan. Hal ini

terimplikasi pada pentingnya sektor ini dalam menentukan

bergeraknya sektor-sektor perekonomian secara keseluruhan

yang ditandai dengan tingginya nilai sektor ini dalam keterkaitan

dan angka pengganda atau multiplier.

3. Kabupaten Tapin mengalami surplus dalam hal perdagangan.

Berdasarkan struktur distribusi perdagangan, penciptaan surplus

cenderung didominasi Pertambangan Batubara yang diikuti

sektor Industri Agro, Kimia, dll serta beberapa sektor lainnya

yang berada jauh dibawahnya adalah. Sektor-sektor ini

berperan dalam menngembangkan perekonomian melalui

perluasan pasar di luar wilayah perekonomian Tapin sendiri.

4. Sektor Industri Agro, Kimia, dll secara konsisten memiliki nilai

tertinggi dalam keterkaitan output. Sektor unggulan berdasarkan

indeks keterkaitan ke belakang dan ke depan terdiri dari sektor:

55

Page 16: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

54

Page 17: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Dari hasil analisis sektor kunci perekonomian Tapin

berdasarkan Tabel Input – Output dengan data tahun 2010 diatas

maka dapat diketahui enam sektor kunci perekonomian, yaitu: (1)

Industri Agro, Kimia, dll, (2) Restoran/Rumah Makan, (3) Pertanian

Padi, (4) Bangunan, (5) Pertambangan Batubara, dan (6) Perkebunan

Karet. Hal ini dapat memberi petunjuka agar keenam sektor tersebut

menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan karena setiap

sektor tersebut secara simultan mempunyai keterkaitan, pengganda,

dan respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir. Terkait

dengan prinsip keberlanjutan pembangunan atau sustainability of

develpment yang memperhatikan kelestarian dan keseimbangan

lingkungan maka sektor Pertambangan Batubara dapat diabaikan.

Oleh karena itu, sebagai dasar rujukan kebijakan pengembangan

ekonomi maka pemerintah dapat menetapkan 5 (lima) sektor diatas

sebagai sektor kunci pertumbuhan ekonomi Tapin, yakni : (1) Industri

Agro, Kimia, dll, (2) Restoran/Rumah Makan, (3) Pertanian Padi,

(4) Bangunan, dan (5) Perkebunan Karet.

53

Page 18: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 4.9. Sektor Kunci Berdasarkan Rerata Peringkat Sektor-

sektor Perekonomian di Kabupaten Tapin 2010

52

Page 19: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

yang kurang dari satu, sektor-sektor tersebut dapat disebut kurang

responsif dalam menyerap tenaga kerja dari adanya perubahan

permintaan akhir.

4.6. Penetapan Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian

Berdagai kategori analisis input-output seperti analisis

keterkaitan, dampak penyebaran, dan elastisitas input-output telah

dibahas. Dalam menentukan sektor kunci dalam perekonomian dapat

didasarkan pada salah satu alat analisis saja ataupun lebih dari satu..

Pemanfaatan lebih dari satu alat analisis ini dapat memudahkan

pengambil kebijakan untuk menentukan pilihan yang lebih tepat sesuai

dengan tujuan prioritas pembangunannnya. Dengan memahami

karakteristik basis analisis setiap kategori tersebut akan dapat

ditentukan sektor kunci atau unggulan yang paling sesuai sebagai

rujukan. Dalam penelitian ini penentuan sektor kunci dilakukan

dengan memperhitungkan semua jenis analisis.

Dari semua teknik analisis yang digunakan telah ditunjukkan

berbagai susunan peringkat sektor-sektor perekomian yang memiliki

sedikit perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu

secara teknis penulis menghitung rata-rata peringkat yang dimiliki

setiap sektor sehingga menghasilkan susunan seperti dalam tabel 4.9.

51

Page 20: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 4.8. Elastisitas dan Pengganda Tenaga Kerja Kabupaten

Tapin2010

Rank Sektor Elasticity Type I Type II

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Pertanian

Perdagangan, Hotel, Resto

Pertambanan dan Penggalian

Jasa lainnya

Industri Pengolahan Listrik,

Gas, dan Air Pengangkutan &

Komunikasi Konstruksi

Keuangan, Real Est, Jasa Psh

0.7935

0.5784

0.4136

0.2071

0.1483

0.1055

0.0916

0.0736

0.0442

1.12819

1.21816

1.50715

1.00975

3.14800

1.30994

1.11770

1.40200

2.68787

1.30083

1.40683

2.40441

1.93831

3.82888

1.79059

1.30450

1.71583

6.59452

Sumber : Olah data

Dalam tabel 4.8 ditampilkan angka elastisitas beserta

pengganda lapangan kerja sektor-sektor ekonomi di Kabupaten

Tapin. Kondisi angka elastisitas lapangan kerja sektor-sektor

ekonomi di Kabupten Tapin tahun 2010 berkisar dari yang tertinggi

sebesar 0,7935 pada sektor Pertanian sampai dengan yang terendah

0,0442 pada sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan.

Sektor Pertanian memiliki angka elastisitas tenaga kerja

terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya dengan angka sebesar

0,7935. Sektor Pertanian merupakan agregasi dari 7 (tujuh) sektor

yang terdiri dari Pertanian Padi, Pertanian Lainnya, Perkebunan

Karet, Tanaman Perkebunan Lainnya, Peternakan, Kehutanan, dan

Perikanan. Setiap terjadi tambahan final demand di sektor Pertanian

sebesar satu persen akan menambah jumlah penyerapan tenaga kerja

sebesar 0,7935 persen.

Nilai elastisitas tenaga kerja tertinggi kedua ditempati sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang merupakan aregasi dari 3

(tiga) sektor yang terdiri dari Perdagangan, Jasa Akomodasi, dan

Restoran/ Rumah Makan. Sementara itu sektor Pertambangan yang

didalamnya terdiri dari Pertambangan Batubara dan Pertambangan

Lainnya menempati posisi ketiga. Industri Pengolahan yang terdiri

dari sektor Industri Agro, Kimia, dll serta Industri Logam dan

Elektronika hanya menempati urutan keempat. Dengan nilai elastisitas

50

Page 21: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

19

20

21

22

23

24

25

Angkutan Sungai

Jasa Penunjang A

dan P

Komunikasi

Lemb. keuangan,

Sewa, dst

Jasa Pemerintahan

dan Pert

Jasa Hiburan dan

Rekreasi

Jasa Kemasy dan

Perorangan

0.50438

0.03354

0.01409

0.22840

4.05331

0.23055

0.36681

0.7454

0.0513

0.0156

0.2090

2.7244

0.3983

0.5268

1.24982

0.08483

0.02972

0.43737

6.77767

0.62883

0.89366

11

23

25

20

3

15

14

Sumber : Olah data

Hasil penjumlahan kedua indeks penormalan dari angka

elastitas tersebut menghasilkan peringkat sektor-sektor dalam

perekonomian. Peringkat unggulan ditempati oleh sektor

Pertambangan Batubara sebagai yang tertinggi. Sepuluh sektor

dengan peringkat tertinggi secara berurutan adalah: 1. Pertambangan

Batubara; 2. Pertanian Padi; 3. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan;

4. Industri Agro, Kimia, dll; 5. Restoran/Rumah Makan; 6.

Bangunan; 7. Perkebunan Karet; 8. Listrik; 9. Peternakan; dan 10.

Perdagangan.

4.5.3. Elastisitas Tenaga Kerja

Elastisitas tenaga kerja menunjukkan besarnya persentase

perubahan jumlah tenaga kerja dalam perekonomian sebagai akibat

adanya persentase perubahan pada permintaan akhir di suatu sektor.

Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka untuk mengukur

elastisitas tenaga kerja digunakan model agregasi dengan klasifikasi

berjumlah 9 sektor ekonomi.

49

Page 22: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 4.7. Nilai Hasil Penormalan Angka Multiplier Sektor-

sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010

N0

Sektor

Indeks Normal

Elastisitas

Output

Indeks Normal

Elastisitas

Pendapatan

Total

Ranking

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

Pertanian Padi

Pertanian Lainnya

Perkebunan Karet

Tanaman Perkebunan

Lainnya

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Pertambangan

Batubara

Pertambangan

Lainnya

Industri Agro,

Kimia, dll

Industri Logam,

elektronika

Listrik

Air minum

Bangunan

Perdagangan

Jasa Akomodasi

Restoran/Rumah

Makan

Angkutan Jalan

4.62036

0.07415

0.87094

0.01444

0.70788

0.25093

0.53542

4.78432

0.05052

2.26128

0.20377

0.53101

0.25752

1.48207

0.69721

0.17962

1.56857

0.47891

4.1494

0.0820

0.7981

0.0189

0.6952

0.2467

0.5023

4.2882

0.0624

3.1158

0.2543

0.8882

0.3570

1.6242

0.6196

0.2837

1.7168

0.6263

8.76973

0.15614

1.66904

0.03331

1.40311

0.49764

1.03777

9.07253

0.11294

5.37708

0.45812

1.41923

0.61447

3.10628

1.31683

0.46330

3.28533

1.10526

2

21

7

24

9

17

13

1

22

4

19

8

16

6

10

18

5

12

48

Page 23: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Sebagaimana dalam hal pemeringkatan sektor-sektor dalam

angka pengganda maka agar dapat membandingkan kekuatan antar

kedua angka elastisitas tersebut diatas kedalam berbagai sektor

ekonomi maka diadakan penormalan. Dalam hal ini yang dilakukan

adalah membagi masing-masing angka elastisitas baik pada elastisitas

output maupun pendapatan dengan angka rata-ratanya. Hasil yang

didapatkan adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.7.

47

Page 24: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

4.5.2. Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan menunjukkan besarnya persentase

perubahan dalam pendapatan sebagai akibat adanya persentase

perubahan pada permintaan akhir dari suatu sektor. Pada tabel 4.6

dapat dilihat bahwa elastisitas pendapatan tersebar dari yang tertinggi

sebesar 0,02649 pada sektor Pertambangan Batubara sampai

dengan yang terendah sebesar 0,0010 pada sektor komunikasi.

Adapun 10 (sepuluh) sektor yang memiliki angka elastisitas terbesar

dibanding yang lainnya adalah 1. Pertambangan Batubara; 2.

Pertanian Padi; 3. Industri Agro, Kimia, dll; 4. Jasa Pemerintahan

dan Pertahanan; 5. Restoran/Rumah Makan; 6. Bangunan; 7. Listrik;

8. Perkebunan Karet; 9. Angkutan Sungai; dan 10. Peternakan.

Elastisitas pendapatan tertinggi ditempati oleh sektor

Pertambangan Batubara dengan nilai elastisitas sebesar 0,02649.

Dengan nilai elastisitas sebesar ini berarti setiap terjadi kenaikan

permintaan akhir di sektor Pertambangan Batubara sebesar 1 persen

akan meningkatkan pendapatan berupa gaji dan upah diberbagai

sektor dalam perekonomian sebesar 0,02649 persen. Nilai elastisitas

pendapatan ini dapat dikatakan tidak terlalu tinggi. Meskipun

demikian, hal ini menunjukkan bahwa sektor ini relatif memiliki

kepekaan pengaruh yang lebih besar bagi perubahan pendapatan

dalam perekonomian setiap terjadi perubahan dalam permintaan akhir

sektor tersebut.

Pada sisi yang lain IndustriAgro, Kimia, dll memiliki elastisitas

pendapatan sebesar 0,1925 dan berada pada urutan ketiga terbesar.

Angka elastisitas sebesar 0,1925 ini berarti bahwa setiap kenaikan

permintaan akhir sektor Industri Agro, Kimia, dll sebesar 1 persen

akan meningkatkan pendapatan dalam perekonomian sebesar

0,1925 persen.

Dari semua sektor yang berjumlah 25 tersebut kesemuanya

memiliki angka elastisitas yang kurang dari satu baik elastisitas output

maupun pendapatan. Oleh karena itu, secara umum seluruh sektor

yang ada tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya dimana

bersifat kurang responsif dalam mempenagaruhi tingkat pendapatan.

46

Page 25: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan Ranking

Sumber : Olah data

4.5.1. Elastisitas Output Elastisitas output menunjukkkan besarnya persentase

perubahan dalam total output sebagai akibat adanya persentase

perubahan pada permintaan akhir dari suatu sektor. Seperti nampak

pada tabel 4.6 besaran angka elastisitas output dari ke 25 sektor

aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar

0.3075 pada sektor Pertambangan Batubara sampai dengan yang

terendah sebesar 0,0009 pada sektor Komunikasi. Berdasarkan tabel

4.6 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki angka elastisitas terbesar

dibanding yang lainnya adalah 1. Pertambangan Batubara; 2.

Pertanian Padi; 3. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan; 4. Industri

Agro, Kimia, dll; 5. Restoran/Rumah Makan; 6. Bangunan; 7.

Perkebunan Karet; 8. Peternakan; 9. Perdagangan; dan 10.

Perikanan.

Pada perekonomian Tapin, elastisitas output tertinggi ditempati

oleh sektor Pertambangan Batubara dengan nilai elastisitas sebesar

0,3075. Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor

Pertambangan Batubara sebesar satu persen akan meningkatkan

output perekonomian sebesar 0,3075 persen. Nilai elastisitas output

yang tinggi tersebut mencerminkan bahwa perekonomian mempunyai

kepekaan yang besar terhadap perubahan permintaan akhir di sektor

Pertambangan Batubara atau lebih sensitif pengaruhnya terhadap

perubahan output perekonomian. Hal ini dapat difahami karena

Pertambangan Batubara serta Pertanian Padi dan Jasa Pemerintahan

memiliki share yang besar dalam penciptaan output produksi.

Industri Industri Agro, Kimia, dll, menempati kedudukan pada

ranking ke 4 dengan elastisitas output sebesar 0,1453.Dengan

demikian meskipun sektor IndustriAgro, Kimia, dll memiliki koefisien

keterkaian dan pengganda tertinggi namun memiliki kepekaan yang

lebih rendah atau relatif kurang responsif dibanding sektor-sektor

Pertambangan Batubara, Pertanian Padi, dan Jasa Pemerintahan dan

Pertahanan dikarenakan sharenya relatif lebih rendah..

45

Page 26: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 4.6. Elastisitas Output dan Pendapatan Sektor-Sektor

Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010

N o Sektor ELASTISITAS OUTPUT PENDAPATAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Pertanian Padi

Pertanian Lainnya

Perkebunan Karet

Tanaman Perkebunan Lainnya Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Pertambangan Batubara

Pertambangan Lainnya

Industri Agro, Kimia, dll

Industri Logam, elektronika

Listrik

Air minum

Bangunan

Perdagangan

Jasa Akomodasi

Restoran/Rumah Makan

Angkutan Jalan

Angkutan Sungai

Jasa Penunjang A dan P

Komunikasi

Lemb. keuangan, Sewa, dst

Jasa Pemerintahan dan Pert

Jasa Hiburan dan Rekreasi

Jasa Kemasy dan Perorangan

(2) 0.2970

0.0048

(7) 0.0560

0.0009

(8) 0.0455

0.0161

(10) 0.0344

(1) 0.3075

0.0032

(4) 0.1453

0.0131

0.0341

0.0166

(6) 0.0953

(9) 0.0448

0.0115

(5) 0.1008

0.0308

0.0324

0.0022

0.0009

0.0147

(3) 0.2605

0.0148

0.0236

(2) 0.2564

0.0051

(8) 0.0493

0.0012

(10) 0.0430

0.0152

0.0310

(1) 0.2649

0.0039

(3) 0.1925

0.0157

(7) 0.0549

0.0221

(6) 0.1003

0.0383

0.0175

(5) 0.1061

0.0387

(9) 0.0461

0.0032

0.0010

0.0129

(4) 0.1683

0.0246

0.0325

44

Page 27: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

keterkaitan langsung dan tidak langsung serta ditambah induced

effect berupa peranan sektor rumah tangga.

4.5. Analisis Elastisitas

Elastisitas input-output merupakan pendekatan lainnya untuk

menentukan sektor kunci dalam perekonomian selain metode

keterkaitan dan multiplier. Dengan metode ini dapat diperhitungkan

peranan share suatu sektor dalam output ekonomi. Pendekatan

elastisitas input-output dibagi kedalam tiga kategori yaitu elastisitas

output, pendapatan dan tenaga kerja.

43

Page 28: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Besaran angka pengganda tenaga kerja tipe I dari ke 9 sektor

aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar

3,1480 pada sektor Industri Pengolahan sampai dengan yang

terendah sebear 1,0097 oleh sektor Jasa Lainnya. Berdasarkan tabel

5.6, secara berurutan mulai dari sektor yang memiliki koefisien

terbesar adalah 1. Industri Pengolahan; 2. Keuangan, Real Estate,

dan Jasa Perusahaan; 3. Pertambangan dan Penggalian; 4.

Konstruksi; 5. Listrik, Gas, dan Air; 6. Perdagangan, Hotel, dan

Restoran; 7. Pertanian; 8. Pengangkutan dan Komunikasi; dan 9.

Jasa Lainnya.

Sektor yang memiliki angka pengganda tenaga kerja tipe I

terbesar adalah Industri Pengolahan, yakni sebesar 3,1480. Ini berarti

jika terjadi pertambahan output di sektor Industri Pengolahan ke

dalam permintaan akhir dengan jumlah sebesar satu juta rupiah maka

akan meningkatkan lapangan kerja sebanyak 3,15 orang yang terjadi

dalam keterkaitan langsung dan tidak langsung yang meliputi seluruh

sektor yang diakibatkan hubungan transaksi antar sektor.

Berbeda dengan tipe I, dalam hal besaran angka pengganda

tenaga kerja tipe II urutan ranking tertinggi sebesar 6,5945 pada

sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan. Ranking

terendah sebesar 1,3008 pada sektor Pertanian. Berdasarkan tabel

5.7, 10 secara berurutan dari sektor yang memiliki koefisien terbesar

adalah 1. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan; 2. Industri

Pengolahan; 3. Pertambangan dan Penggalian; 4. Jasa Lainnya; 5.

Listrik, Gas, dan Air; 6. Konstruksi; 7. Perdagangan, Hotel, dan

Restoran; 8. Pengangkutan dan Komunikasi; dan 9. Pertanian.

Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan memiliki

angka pengganda pendapatan tipe II terbesar, yakni 6,5945 yang

berarti jika terjadi pertambahan permintaan output akhir di sektor

Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan dengan jumlah sebesar

satu juta rupiah maka akan meningkatkan pekerja sebesar 6,60 orang

yang terjadi dalam kegiatan sektor-sektor ekonomi baik dalam

42

Page 29: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Hasil penjumlahan kedua indeks penormalan dari angka

multiplier tersebut menghasilkan peringkat sektor-sektor dalam

perekonomian. Peringkat unggulan kembali ditempati oleh sektor

IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi. Sepuluh sektor dengan

peringkat tertinggi secara berurutan adalah: 1. Industri Agro, Kimia,

dll; 2. Restoran/Rumah Makan; 3. Jasa Pemerintahan dan

Pertahanan; 4. Bangunan; 5. Perkebunan Karet; 6. Lembaga

Keuangan, Persewaan, dst; 7. Perdagangan; 8. Pertambangan

Batubara; 9. Listrik; dan 10. Pertanian Padi.

4.4.3. Pengganda Tenaga Kerja

Pengganda tenaga kerja menunjukkan besarnya perubahan

jumlah tenaga kerja dalam perekonomian sebagai akibat adanya

perubahan pada permintaan akhir di suatu sektor. Oleh karena

keterbatasan data yang dimiliki maka untuk mengukur elastisitas

tenaga kerja digunakan model agregasi dengan klasifikasi berjumlah

9 sektor ekonomi.

Tabel 4.5. Elastisitas dan Pengganda Tenaga Kerja Kabupaten

Tapin2010

Rank Sektor Elasticity Type I Type II

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Pertanian

Perdagangan, Hotel, Resto

Pertambanan dan Penggalian

Jasa lainnya

Industri Pengolahan Listrik,

Gas, dan Air Pengangkutan &

Komunikasi Konstruksi

Keuangan, Real Est, Jasa Psh

0.7935

0.5784

0.4136

0.2071

0.1483

0.1055

0.0916

0.0736

0.0442

1.12819

1.21816

1.50715

1.00975

3.14800

1.30994

1.11770

1.40200

2.68787

1.30083

1.40683

2.40441

1.93831

3.82888

1.79059

1.30450

1.71583

6.59452

Sumber : Olah data

Pengganda tenaga kerja, dengan kata lain menunjukkan jumlah lapangan kerja yang dapat tercipta sebagai akibat adanya tambahan

satu unit uang permintaan akhir di suatu sektor. Pada tabel 4.5 selain

angka pengganda pendapatan tipe I dan tipe II juga ditampilkan

elastisitasnya di Kabupaten Tapin tahun 2010.

41

Page 30: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 4.4. Nilai Hasil Penormalan Angka Multiplier Sektor-

sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010

N0 Sektor Indeks

Normal

Multipler

Output

Indeks

Normal

Multipler

Pendapatan

Total

Ranking

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Pertanian Padi

Pertanian Lainnya

Perkebunan Karet

Tanaman Perkebunan

Lainnya

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Pertambangan

Batubara

Pertambangan

Lainnya

Industri Agro,

Kimia, dll

Industri Logam,

elektronika

Listrik

Air minum

Bangunan

Perdagangan

Jasa Akomodasi

Restoran/Rumah

Makan

Angkutan Jalan

Angkutan Sungai

Jasa Penunjang

A dan P

Komunikasi

Lemb. keuangan,

Sewa, dst

Jasa Pemerintahan

dan Pert

Jasa Hiburan dan

Rekreasi

Jasa Kemasy dan

Perorangan

1.08320

0.79248

1.24905

0.79260

1.10831

0.91782

0.96867

1.13539

0.74418

1.57233

0.82156

0.76687

0.80383

1.22763

1.19489

0.73586

1.36538

0.86487

0.74770

0.73608

0.84953

1.15280

1.74729

0.75433

0.86736

0.9633

0.8685

0.9244

0.9457

0.9201

0.8628

0.9035

1.0026

0.8730

1.8262

0.9559

1.3001

0.9141

1.0909

0.9589

1.0701

1.2196

0.9464

0.9004

0.9408

0.9212

1.0122

0.8127

0.9512

0.9155

2.04653

1.66096

2.17342

1.73833

2.02839

1.78058

1.87220

2.13796

1.61713

3.39858

1.77747

2.06702

1.71794

2.31853

2.15381

1.80592

2.58499

1.81130

1.64812

1.67687

1.77072

2.16495

2.55995

1.70553

1.78281

10

23

5

19

11

16

12

8

25

1

17

9

20

4

7

14

2

13

24

22

18

6

3

21

15

Sumber : Olah data

40

Page 31: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri

agro, kimia, dll; 2. Listrik; 3. Restoran/Rumah Makan; 4. Bangunan;

5. Jasa Akomodasi; 6. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 7.

Pertambangan Batubara; 8. Pertanian Padi; 9. Perdagangan; dan

10. Industri Logam dan Elektronika.

Sektor Industri Agro, Kimia, dll juga memiliki angka

pengganda pendapatan tipe II terbesar, yakni 2,6114 yang berarti

jika terjadi pertambahan permintaan output akhir di sektor Industri

Agro, Kimia, dll dengan jumlah sebesar satu rupiah maka akan

meningkatkan pendapatan sebesar Rp. 2,6114,- yang terjadi dalam

kegiatan sektor-sektor ekonomi baik dalam keterkaitan langsung

dan tidak langsung serta ditambah induced effect berupa peranan

sektor rumah tangga.

Agar dapat membandingkan kekuatan kedua angka multiplier

tersebut diatas kedalam berbagai sektor ekonomi maka diadakan

penormalan sebagaimana yang diterapkan dalam analisis dampak

penyebaran. Dalam hal ini yang dilakukan adalah membagi masing-

masing angka multiplier tipe II baik pada multiplier output maupun

pendapatan dengan angka rata-ratanya. Hasil yang didapatkan adalah

sebagaimana tersaji dalam tabel 4.4.

39

Page 32: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

4.4.2. Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan atau income multiplier mengukur

dampak meningkatnya permintaan akhir sesuatu sektor terhadap

peningkatan pendapatan rumah tangga berupa upah dan gaji secara

keseluruhan yan bergerak disemua sektor ekonomi. Dengan kata

lain ia menunjukkan tingkat pendapatan rumah tangga total (termasuk

sebagian pendapatan yang dibelanjakan kembali ke dalam

perekonomian) yang dapat tercipta sebagai akibat adanya tambahan

satu unit uang permintaan akhir di suatu sektor. Pada Tabel … juga

ditampilkan angka pengganda pendapatan tipe I dan tipe II di

Kabupaten Tapin tahun 2010.

Besaran angka pengganda pendapatan tipe I dari ke 25 sektor

aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar

2,2472 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang

terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan

Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang

memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri

agro, kimia, dll; 2. Listrik; 3. Restoran/Rumah Makan; 4. Bangunan;

5. Jasa Akomodasi; 6. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 7. Pertambangan Batubara; 8. Pertanian Padi; 9. Perdagangan; dan

10. Industri Logam dan Elektronika.

Sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan tipe I

terbesar adalah Industri Agro, Kimia, dll (sektor ke 10), yakni

sebesar 2,2472. Ini berarti jika terjadi pertambahan output di sektor

Industri Agro, Kimia, dll ke dalam permintaan akhir dengan jumlah

sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan pendapatan sebesar

Rp. 2,2472 juta yang terjadi dalam keterkaitan langsung dan tidak

langsung yang meliputi gaji dan upah disektor tersebut dan seluruh

sektor yang diakibatkan hubungan transaksi antar sektor.

Tidak berbeda dengan tipe I, dalam hal besaran angka

pengganda pendapatan tipe II urutan ranking semua sektor hampir

sama. Besaran angka pengganda ini tersebar mulai dari yang tertinggi

sebesar 2,6114 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan

yang terendah sebear 1,620 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan

Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang

38

Page 33: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

4.4.1. Pengganda Output Angka pengganda output tipe I terbesar dimiliki oleh sektor

Industri Agro, Kimia, dll, yakni sebesar 1,8627. Angka pengganda

output yang tinggi ini menunjukkan pentingnya sektor ini bagi

perekonomian Tapin. Angka pengganda output Tipe I sebesar

1,8627 berarti jika terjadi pertambahan output di sektor Industri

Agro, Kimia, dll dengan nilai sebesar 1 (satu) rupiah maka akan

meningkatkan output sebesar Rp.1,8627 pada seluruh sektor yang

ada baik yang terjadi dalam keterkaitan langsung maupun tidak

langsung. Permintaan akan output tersebut meliputi permintaan pada

sektor tersebut dan pada sektor-sektor lainya dalam hubungan

transaksi antar sektor.

Disisi lain, besaran angka pengganda output tipe II dari ke 25

sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi

sebesar 2,3854 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan

sampai dengan yang terendah sebear 1,0046 oleh sektor Jasa

Akomodasi.

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang

memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Jasa

Pemerintahan dan Pertahanan; 2. Industri agro, kimia, dll; 3. Restoran/

Rumah Makan; 4. Perkebunan Karet; 5. Bangunan; 6. Perdagangan;

7. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 8. Pertambangan Batubara;

9. Peternakan; dan 10. Pertanian Padi.

Dengan mamasukan transaksi konsumsi rumah tangga dalam

model maka sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan secara

mengejutkan memiliki angka pengganda output Tipe II terbesar, yakni

2,3854 yang berarti jika terjadi pertambahan output di sektor Jasa

Pemerintahan dan Pertahanan dengan jumlah sebesar satu rupiah

maka akan meningkatkan output sebesar Rp. 2,3854,- yang terjadi

dalam keterkaitan langsung dan tidak langsung serta ditambah

dengan induced effect dari sektor rumah tangga dalam bentuk

komponen permintaan konsumsi dan upah/gaji. Ini berarti

pengeluaran rumah tangga yang bekerja di sektor ini berperan besar

dalam meningkatkan pererkonomian.

37

Page 34: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

4. Perdagangan; 5. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 6.

Pertambangan Batubara; 7. Pertanian Padi; 8. Peternakan; 9.

Perkebunan Karet; dan 10. Perikanan.

Tabel 4.3. Multiplier Output dan Pendapatan Sektor-Sektor

Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010

Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan Ranking Sumber : Olah data

36

Page 35: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Perdagangan (15); Pertanian Padi (1); Bangunan (14); dan

Perkebunan Karet (3). Dengan demiian sektor-sektor tersebutlh yang

dapat dijadikan unggulan di Kabupaten Tapin.

Meskipun demikian sektor-sektor lain yang berada di kuadran II (17, 8, 5) serta di kuadran IV (18, 4) adalah sektor-sektor yang juga memiliki prospek cerah. Sektor-sektor tersebut boleh jadi akan

berkembang menjadi sektor yang penting karena memiliki ketergantungan tinggi maupun daya dukung yang kuat dalam

keterkaitan proses produksi antar sektor perekonomian.

4.4. Analisis Pengganda

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya analisis pengganda

atau multiplier ini dilakukan untuk melihat dampak perubahan tiap

satu satuan permintaan akhir suatu sektor terhadap perubahan yang

terjadi di keseluruhan sektor yang ada. Ada dua tipe pengganda

yang digunakan untuk analisis, yaitu pengganda tipe I dan pengganda

tipe II. Keduanya masing-masing untuk analisis pengganda output

dan pendapatan. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih

lanjut dari matrik kebalikan Leontief model terbuka. Dengan kata

lain merupakan penjumlahan efek awal, efek putaran pertama, dan

efek dukungan industri untuk setiap satuan efek awal. Disisi lain,

pengganda tipe II diperoleh dari matrik kebalikan Leontief model

tertutup dengan memperlakukan rumah tangga sebagai variabel

endogenous di dalam model transaksi. Dengan kata lain merupakan

penjumlahan efek awal, efek putaran pertama, efek dukungan

industri, dan efek induksi konsumsi untuk setiap satuan efek awal.

Angka pengganda output atau output multiplier baik tipe I

maupun tipe II mengukur dampak atas total output seluruh sektor

yang disebabkan adanya peningkatan permintaan akhir tiap satu

satuan output sesuatu sektor. Besaran angka pengganda output tipe

I dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari

yang tertinggi sebesar 1,8627 oleh sektor Industri agro, kimia, dll

sampai dengan yang terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa

Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.3, 10 (sepuluh)

sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah

1. Industri agro, kimia, dll; 2. Restoran/Rumah Makan; 3. Bangunan;

35

Page 36: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

depan dan ke belakang. Untuk selanjutnya, dapat ditentukan sektor

unggulan dalam perekonomian yang disajikan dalam wadah kuadran

grafik keseimbangan. Sektor unggulan adalah sektor-sektor yang

memiliki indeks keterkaitan ke depan maupun ke belakang yang

besar/tinggi yaitu >1.

Indeks keterkaitan ke belakang (Indeks Backward Linkage /

IBL) sebenarnya telah terwakili oleh nilai koefisien penyebaran.

Begitu pula Indeks keterkaitan ke depan (Indeks Forward Linkage

/ IFL) sebenarnya telah terwakili oleh nilai kepekaan penyebaran.

Oleh karenanya, dengan menggunakan hasil perhitungan dampak

penyebaran diatas dapat ditampilkan posisi keunggulan sektoral

berdasarkan keterkaitan produksi dalam perekonomian seperti grafik

4.1.

Grafik 4.1. Indeks Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang

Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010

Sumber : Olah data

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa sektor-sektor yang

konsisten memiliki indeks keterkaitan ke depan dan indeks

keterkaitan ke belakang lebih besar dari 1 adalah sektor Industri

Agro, Kimia, dll (10); Lembaga Keuangan, Persewaan, dst (22);

34

Page 37: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

4.2.2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion) Berdasarkan tabel 4.2 nilai kepekaan penyebaran sektor-

sektor ekonomi di Tapin berada dalam kisaran 1,5230 dari sektor

IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi sampai dengan 0,8432

dari Jasa Pemerintahan dan Pertahanan sebagai yang terendah.

Terdapat 8 (delapan) sektor yang meiliki koefisien penyebaran

tinggi karena nilainya > 1. Secara berturut-turut kesembilan sektor tersebut adalah: 1. Industri Agro, Kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst; 3. Perdagangan; 4. Pertanian Padi; 5. Angkutan Jalan; 6. Tanaman Perkebunan lainnya; 7. Perkebunan Karet; dan

8. Bangunan.

Sektor-sektor yang memiliki kepekaan penyebaran tinggi ini

mempunyai output produk maupun jasa yang penting untuk

meningkatkan pertumbuhan produksi sektor-sektor ekonomi

Kabupaten Tapin. Sektor Industri Agro, Kimia, dll memiliki

kemampuan terbesar dalam mendorong pertumbuhan sektor hilirnya

yang menggunakan berbagai output sektor ini.

Nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran masing-

masing telah dihasilkan dengan melali rata-rata tertimbang. Dengan

demikian kedua nilai tersebut telah setara untuk dijumlahkan meskipun

berasal dari vector yang berbeda dalam tabel transaksi input-output.

Hasil penjumlahan kedua hal tersebut yang menjadi rujukan

penentuan peringkat sektor-sektor unggulan kembali menunjukkan

sektor IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi. Sepuluh sektor

dengan peringkat tertinggi secara berurutan adalah: 1. Industri Agro,

Kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst; 3. Perdagangan;

4. Pertanian Padi; 5. Restoran/Rumah Makan; 6. Bangunan; 7.

Perkebunan Karet; 8. Angkutan Jalan; 9. Pertambangan Batubara;

dan 10. Tanaman Perkebunan lainnya.

4.3. Analisis Indeks Keterkaitan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan tentang

koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran telah diketahui

mengenai kekuatan masing-masing sektor dalam keterkaitan ke

33

Page 38: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

6. Pertambangan Batubara; 7. Pertanian Padi; 8. Peternakan; dan

9. Perkebunan Karet.

Sektor-sektor yang memiliki koefisien penyebaran tinggi ini

mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk meningkatkan

pertumbuhan produksi. Sektor Industri Agro, Kimia, dll memiliki

kemampuan terbesar dalam meningkatkan pertumbuhan produksi

melalui besarnya permintaan akan input disektor hulunya yang berada

dalam perekonomian lokal.

Tabel 4.2. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor-

sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010

Sumber : Olah data

32

Page 39: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Sedangkan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung

kebelakang, Industri Agro, Kimia, dll kembali menduduki posisi

tertinggi dengan nilai keterkaitan sebesar 1,8627. Besarnya nilai

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sebesar 1,8627

ini memberikan arti bahwa setiap peningkatan satu rupiah output

sektor ini dalam permintaan akhir, maka sektor ini akan memerlukan

input dari sektor lain dan sektor sendiri sebesar 1,9132 rupiah.

Besarnya nilai keterkaitan langsung ke belakang pada sektor ini

menunjukkan tingginya keterkaitan sektor ini dalam menyerap industri

hulu yang diperlukan untuk proses produksi karena output Industri

Agro, Kimia, dll memerlukan banyak input dari sektor lain atau

sektor sendiri untuk menghasilnya

4.2. Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran menoba untuk membandingkan

rata-rata dampak selurh sektor sehingga keteraitan langsung dan

tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang dapat dilihat

perbandingannya antar sektor. Dampak penyebaran dapat dianalisis

dari nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Nilai

koefisien penyebaran merupakan keterkaitan ke belakang langsung

dan tidak langsung yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian

dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua

sektor. Sedangkan nilai kepekaan penyebaran merupakan

keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung yang diboboti

dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan

langsung dan tidak langsung semua sektor.

4.2.1. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion)

Berdasarkan tabel 4.2 nilai koefisien penyebaran sektor-

sektor ekonomi di Tapin berada dalam kisaran 1,6000 dari sektor

IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi sampai dengan 0,8590

dari Jasa Pemerintahan dan Pertahanan sebagai yang terendah.

Terdapat 9 (sembilan) sektor yang meiliki koefisien penyebaran tinggi

karena nilainya > 1. Secara berturut-turut kesembilan sektor tersebut

adalah: 1. Industri Agro, Kimia, dll; 2. Restoran/ Rumah Makan; 3.

Bangunan; 4. Perdagangan; 5. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst;

31

Page 40: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

sektor Industri Agro, Kimia, dll akan mengalokasikan output yang

dihasilkannya sebesar 1,8065 rupiah kepada sektor-sektor

perekonomian lainnya dan sektor Industri Agro, Kimia, dll sendiri

untuk dijadikan sebagai input dalam proses produksi. Hal ini

menunjukkan pentingnya peranan sektor Industri Agro, Kimia, dll

dalam memberikan ketersediaan output yang dihasilkannya untuk

digunakan sebagai input oleh sektor lain maupun kepada sektor

Industri Agro, Kimia, dll itu sendiri.

4.1.2. Keterkaitan ke Belakang

Besaran koefisien keterkaitan langsung ke belakang dari ke

25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai yang tertinggi

sebesar 0,6460 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan

yang terendah sebear 0,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan

Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang

memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri

agro, kimia, dll; 2. Restoran/Rumah Makan, dst; 3. Jasa Penunjang

Angkutan dan Pergudangan; 4. Bangunan; 5. Air Minum; 6. Jasa

Hiburan dan Rekreasi; 7. Listrik; 8. Jasa Akomodasi; 9. Angkutan

Sungai; dan 10. Industri Logam dan Elektronika.

Sektor IndustriAgro, Kimia, dll juga memiliki nilai keterkaitan

langsung ke belakang pada peringkat pertama dengan nilai 0,6460.

Angka ini berarti untuk meningkatkan output Sektor Industri Agro,

Kimia, dll sebesar satu rupiah maka sektor ini memerlukan input

dari sektor ini sendiri sebesar 0,6624 rupiah.

Dalam hal keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

belakang, dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai

yang tertinggi sebesar 1,8627 oleh sektor Industri agro, kimia, dll

sampai dengan yang terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa

Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, 10

(sepuluh) sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang

lainnya adalah 1. Industri agro, kimia, dll; 2. Restoran/Rumah

Makant; 3. Bangunan; 4. Perdagangan; 5. Lembaga Keuangan,

Persewaan , dst; 6. Pertambangan Batubara; 7. Pertanian Padi; 8.

Peternakan; 9. Perkebunan Karet; dan 10. Perikanan.

30

Page 41: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

4.1.1. Keterkaitan ke Depan

Besaran koefisien keterkaitan langsung ke depan dari ke 25

sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai yang tertinggi sebesar

0,0554 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang

terendah sebear 0,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan

Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang

memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri

agro, kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, persewaan, dst; 3. Pertanian

padi; 4. Perdagangan; 5. Tanaman perkebunan lainnya; 6. Angkutan

Jalan; 7. Bangunan; 8. Perkebunan karet; 9. Pertambangan Batubara;

dan 10. Pertambangan lainnya.

Industri Agro, Kimia, dll menempati ranking pertama dlam

keterkaitan ke depan langsung karena memiliki nilai keterkaitan

langsung ke depan paling besar dengan nilai 0,0554. Dengan nilai ini

berarti bahwa setiap kenaikan output sektor Industri Agro, Kimia,

dll sebesar satu rupiah ke dalam permintaan akhir, maka sektor ini

akan meningkatkan 0,0554 rupiah dari outputnya untuk dijual atau

dialokasikan secara langsung sebagai input bagi sektor-sektor

produksi lainnya.

Dalam hal keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan,

dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai yang

tertinggi sebesar 1,8062 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai

dengan yang terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan

dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, 10 (sepuluh) sektor

yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1.

Industri agro, kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, persewaan, dst; 3.

Perdagangan; 4. Pertanian padi; 5. Angkutan Jalan; 6. Tanaman

perkebunan lainnya; 7. Perkebunan karet; 8. Bangunan; 9. Jasa

Kemasyarakatan dan Perorangan; dan 10. Pertambangan lainnya.

Sektor ke 10 (kesepuluh) yaitu Industri Agro, Kimia, dll juga

mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 1,8065.

Angka 1,8065 memberikan pengertian bahwa apabila ada

peningkatan output sebesar satu rupiah ke permintaan akhir maka

29

Page 42: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 4.1. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang

Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010

Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan Ranking

Sumber : Olah data

28

Page 43: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

BAB IV

SEKTOR KUNCI BAGI LEVERAGE

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATENTAPIN

4.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan dalam penelitian ini terdiri dari keterkaitan

ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang

(backward linkage). Nilai keterkaitan langsung dapat diperoleh dari

matriks koefisien teknis, sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung

dan tidak langsung diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka.

27

Page 44: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

26

Page 45: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Tabel 3.13. Perkembangan Status Perusahaan PMDN

di Kabupaten Tapin Per - 2012

No Bidang Nilai (Rp Milyar) Tahun Ijin Status

1

2

3

4

5

Industri

Batu

Permata

Perkebunan

& Pengolahan

Sagu

Industri

Concrete

Jasa

Pertambangan

dan Ekspor

Pertambangan

Kaolin

3.65

3.58

8.29

5.5

0.7472

1990

1992

1995

2009

1983

Macet

Macet

Aktif

Belum Lapor

Macet

Sumber : Bagian Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tapin, 2012 (diolah)

Tabel 3.14. Perkembangan Status Perusahaan PMDN

di Kabupaten Tapin Per - 2012

No Bidang Nilai Tahun Ijin Status

1

2

3

4

5

6

7

Jasa Prtmbngn dan Ekspor Perkebunan Sawit dan Industri Jasa Prtmangn Jasa Prtmbngn, Ekspor, & Konsultan Jasa Prtmbngn Perkebunan & Kehutanan Perkebunan Kelapa dan Holtikultura

Rp.15 M

Rp. 690.555 M

$12.500.000

$600.000

$37.000.000

$119.760

$435.241.400

2010

2010

2009

2008

2008

2004

1994

Belum Lapor

Belum Lapor

Belum Lapor

Aktif

Aktif

Aktif

Macet

25

Page 46: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

3.2 Perkembangan Penanaman Modal Berdasarkan Ijin Usaha

Tabel 3.12. Nilai Investasi (Milyar Rupiah) Perusahaan

Terdaftar Berdasarkan Sektor Ekonomi di Kabupaten Tapin

2009 - 2011

Sumber : Bagian Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tapin, 2012 (diolah)

24

Page 47: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Tabel 3.11. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan PDRB, PMDN

dan PMA di Kabupaten Tapin 2005 - 2011

Sumber : Olah Data BPS, 2005-2011, dan BKPMD & Kapet Kalsel, 2005 s/d 2011

Hubungan antara pertumbuhan PDRB 2006-2011 dengan apa

yang terjadi pada kegiatan penanaman modal PMDN dan PMA

tidak dapat diidentifikasikan secara langsung berdasarkan tabel

diatas. Secara umum variabel PDRB secara konsisten tumbuh

positif. Akan tetapi, disisi lain angka investasi baik PMA maupun

PMDN tidak berlansung secara berkesinambungan sepanjang

tahun. Oleh karenanya kontribusi kegiatan investasi terhadap trend

pertumbuhan PDRB tidak berlangsung secara signifikan. Hal ini

juga karena rendahnya tingkat perkembangan investasi tersebut baik

dalam bentuk PMDN maupun PMA.

Diduga laju pertumbuhan ekonomi Tapin selama ini lebih

dipengaruhi kegiatan investasi swasta yang tidak menggunakan fasilitas PMA/PMDN baik itu berasal dari badan-badan usaha formal maupun informal. Oleh karenanya pendekatan yang tepat untuk melihat kontribusi investasi terhadap laju pertumbuhan ekonomi sesai denan keterbatasan data lapangan adalah melalui konstruksi tabel Input – Output (I-O).

23

Page 48: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

mber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan, BPS, 2011 (diolah)

Tabel 3.10. Pertumbuhan (%) PDRB Kabupaten Tapin A

atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun

2006 – 2010

Su

Sepanjang 2006 sampai dengan 2011 perekonomian Tapin

dilihat dari PDRB tumbuh dengan rata-rata 4,94% pertahun yang

lebih rendah dari Kalimantan Selatan yang tumbuh sebesar 5,66%

pertahun. Jika dilihat perkembangan pertahun telah nampak kecenderungan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat. Jika pada

2006 hanya tumbuh dengan 4,81% maka pada 2010 telah mencapai

5,44%.

Secara sektoral, listrik-gas-air, bangunan, dan industri

pengolahan mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi, yakni

masing-masing 7,71%, 7,65% dan 7,64% pertahun. Sebaliknya,

jasa-jasa mengalami tingkat pertumbuhan rata-rata terendah hanya

3,38% pertahun meskipun pada 2010 sudah mencapai 5,44%.

22

Page 49: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

3.2. Kinerja Penanaman Modal Dalam Mendorong

Pertumbuhan Berdadarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penaman Modal,

tujuan pokok penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia antara

lain untuk: meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

menciptakan lapangan kerja; meningkatkan pembangunan ekonomi

berkelanjutan; meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha

nasional; meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi

nasional; mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; mengolah

ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun

dari luar negeri; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan tujuan pokok diatas maka kegiatan investasi jelas

akan berhubungan dengan pencapaian kinerja ekonomi dan

pembangunan tersebut. Untuk menyederhanakan pembahasan maka

investasi akan dilihat dari kinerja pencapaiannya atas target

persetujuan investasi dan hubungannya dengan pertumbuhan

ekonomi. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam mengembangkan

investasi khususnya dengan fasilitas PMDN dan PMA ini adalah

untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi yang positif diperlukan karena berarti telah menggerakkan

roda perekonomian lebih cepat. Pergerakan itu membawa

peningkatan produksi atau nilai tambah dan produktifitas diberbagai

rantai ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu cukup penting kiranya untuk mengukur

peranan kegiatan investasi terhadap peningkatan pertumbuhan.

Dalam analisis ini hanya akan dilihat hubungan sederhana antara kedua

hal tersebut melalui perbandingan tingkat pertumbuhannya masing-

masing beserta nilai korelasinya.

21

Page 50: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

%

0%

C a

p a

i a n

Tabel 3.9. Rencana Alokasi Invetasi Sektoral PMDN (Rp.Jt)

dan PMA ($ Rb) di Kalsel 2008-2011

Sumber : Laporan Tahunan Badan, BKPMD Kalsel, 2005 s/d 2011 (diolah)

Realisasi investasi berdasarkan sektor atau lapangan usaha

sampai dengan tahun 2011 terlihat sangat rendah. Investasi di sektor

pertambangan, industri dan jasa belum terealisir, baik itu berasal dari

proyek PMDN maupun PMA. Hanya sektor perkebunan yang

mendapat kucuran investasi seebesar US$ 21,06 Juta atau 42,96%

dari besarnya rencana investasi di sektor perkebunan.

Gambar 3.1

Capaian Investasi PMDN dan PMA di Tapin Periode 2005 - 2011

100%

80%

60%

40%

20%

0%

42.96 0.00%

0.0 0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

Kebun Tambang Industri Jasa

Rencana Capaian PMDN Capaian

PMA

Sumber : Laporan Tahunan Badan, BKPMD 2005 – 2011 (diolah)

20

Page 51: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Tahun

PMDN (Rp.Juta) PMA (US$ Ribu)

Renc Real Capaian Renc Real Capaian

2005 0.00 0.00 #DIV/0! 0.00 0.00 #DIV/0!

2006 0.00 0.00 #DIV/0! 37,000.00 0.00 0.00%

2007 0.00 0.00 #DIV/0! 0.00 0.00 #DIV/0!

2008 0.00 0.00 #DIV/0! 600.00 0.00 0.00%

2009 0.00 0.00 #DIV/0! 33,000.00 12,400.00 37.58%

2010 0.00 0.00 #DIV/0! 32,016.69 0.00 0.00%

2011 12,500.00 0.00 0.00% 123,300.00 8,659.48 7.02%

Hal yang sedikit lebih baik terjadi pada realisasi investasi PMA.

Hingga tahun 2011 realisasi PMA dalam Dollar Amerika mencapai

7,02% dari rencana sebesar US $ 8,66 Juta. Meskipun hingga 2008

realisasi investasi PMA belum terjadi akan tetapi sejak 2009 realisasi

atas komitmen investasi tersebut telah terjadi.

Dengan demikian capaian investasi baik PMDN maupun PMA

sampai dengan saat ini jelas masih jauh dari rencana atau target.

Secara lebih rinci hal diatas dapat dilihat dari tebel berikut ini.

Tabel 3.8. Nilai Investasi dan Capaian Realisasinya di Tapin Periode 2005 –

2011

Sumber : Laporan Tahunan Badan, BKPMD Kalsel 2005 s/d 2011 (diolah)

Jika dilihat realisai alokasi investasi berdasarkan sektor atau lapangan usaha sampai dengan tahun 2011 maka besarnya adalah

US$ 21,06 Juta yang keseluruhannya masuk ke sektor perkebunan. Nilai ini keseluruhannya berasal dari proyek investasi PMA. Hal ini tentunya menjadi faktor yang mempengaruhi pola pertumbuhan

ekonomi yang terjadi di Kabupaten Tapin. Dengan lambatnya perkembangan penanaman modal ini dapat diprediksi bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi juga relatif rendah. Secara detail dapat dilihat

pada table berikut ini.

19

Page 52: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 3.7. Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA di Kalimantan

Selatan Periode 2005 - 2011

Sumber : Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011

Laporan TahunanBadan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)

A. Tingkat Pencapaian Target Penanaman Modal

Dalam posedur penanaman modal didahului dengan adanya

komitmen investor kepada pemerintah pusat maupun daerah tentang

rencana investasinya pada setiap bidang usaha yang terbuka.

Komitmen investor yang diantaranya meliputi rencana besarnya

investasi dan jumlah tenaga yang direkrut baik TKI dan TKA inilah

yang diharapkan oleh daerah dapat berperan dalam membangun

perekonomian.

Dengan adanya komitmen ini maka investor PMDN maupun

PMA berhak untuk mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Hal ini diberikan pemerintah sebagai kebijakan yang

diharapkan dapat menjadi stimulus agar investasi terealisasi sesuai

yang diharapkan bahkan terus berkembang.

Salah satu indikator kinerja investasi yang dapat dilihat disini

adalah pencapaian nilai realisasi investasi terhadap perencanaan.

Secara kumulatif sampai dengan tahun 2011 realisasi investasi PMDN

dalam rupiah masih nihil dari rencana Rp.12,5 M.

18

Page 53: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

A. Perkembangan PMA Berdasarkan Sektor Usaha

Proyek investasi PMA telah masuk disemua sektor ekonomi

di Tapin. Berdasarkan komitmen investasi yang direncanakan, nilai

investasi terbesar adalah pada sektor industri lalu diikuti jasa,

perkebunan, dan paling kecil pertambangan Keseluruhan nilai rencana

investasi proyek PMA di Tapin adalah sebesar US $ 225,92 juta.

Tabel 3.6. Nilai Realisasi Investasi PMA di Kalimantan Selatan

Periode 2005 - 2011 (Dalam $.Ribu)

Sumber : Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011

Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)

Pertumbuhan investasi PMA ternyata tidak berlangsung

kontinyu sepanjang tahun. Oleh karena itu tingkat perumbuhannya

berlangsung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tertinggi

secara total terjadi pada 2009 dan 2011. Sedangkan secara sektoral

nampak sektor jasa dan perdagangan mengalami pertumbunan yang

relatif lebih tinggi dibanding sektor yang lain. Sebagian besar bidang

usaha pada sektor ini adalah berupa jasa pertambangan.

17

Page 54: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 3.4. Nilai Rencana Investasi PMDN di Tapin

Periode 2005 - 2011 (Dalam Rp.Juta)

Thn Perkebunan Prtmbngan Industri &

Konstruks Jasa &

Perdagangan

Total

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Total

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

12.500.00

12.500.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

12.500.00

12.500.00 Sumber : Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011

Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)

Perkembangan investasi PMDN dapat lebih jelas terlihat

dengan mengacu pada tingkat pertumbuhannya. Selama 2005-2011

tidak terlihat arah perkembangan investasi di sektor pertambangan,

industri maupun jasa. Satu-satunya sektor yang mengalami

perkembangan dalam jenis investasi PMDN hanya di sektor

perkebunan.

Tabel 3.5. Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN di Kalimantan Selatan Periode 2005 - 2011

Sumber : Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011

Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)

16

Page 55: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Dari tabel diatas, jika dibandingkan, ternyata pertumbuhan

nilai realisasi investasi PMA lebih tinggi dari pada PMDN. Meski

demikian pada tahun-tahun terakhir, khususnya 2011 PMDN

cenderung meningkat baik dalam nilai investasi maupun unit usaha..

A. Perkembangan Proyek PMDN di Tapin Berdasarkan

Sektor Usaha Untuk melihat lebih dalam tentang perkembangan PMDN,

dapat ditinjau berdasarkan alokasi investasi per sektor ekonomi.

Berbagai jenis lapangan usaha yang dimasuki perusahaan PMDN

dapat dibagi kedalam 4 (empat) kelompok sektor /subsektor

ekonomi, yakni Perkebunan, Pertambangan, Industri, dan Jasa.

Berdasarkan tabel dibawah ini secara sektoral PMDN di Tapin

hanya mengalami perkembangan pada sektor perkebunan. Rencana

komitmen investasi dibidang perkebunan ini pun baru terjadi pada

tahun 2011. Hingga tahun 2011 jumlah investasi yang akan

ditanamkan sesuai komitmen rencana investor di bidang perkebunan

adalah Rp.12,50 M. Sementara itu investasi di sektor lainnya masih

nihil.

15

Page 56: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 3.3. Nilai Investasi PMA di Kalimantan Selatan

Berdasarkan Kabupaten / Kota Periode 2005 - 2011

Sumber : Rekapitulasi Penanaman Modal 2000 - 2007

Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)

14

Page 57: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

Tabel 3.2. Nilai Investasi PMDN di Kalimantan Selatan

Berdasarkan Kabupaten / Kota Periode 2005 – 2011

Sumber : Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011

Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)

Dilain pihak, perkembangan investasi proyek PMA di Tapin

relatif berjalan lebih cepat dibanding PMDN. Share/ peranan Tapin

dalam nilai rencana investasi proyek PMA di Kalsel sepanjang

periode 2005 – 2011 adalah sebesar 6,00% atau menempati urutan

ke 6 (enam) terbesar di Kalsel. Meski demikian dari sisi realisasi

investasi perkembangannya perlu didorong lebih cepat lagi. Share

Kabupaten Tapin dalam nilai realisasi investasi PMA di Kalsel masih

3,26%. Secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

13

Page 58: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

Tabel 3.1. Pertumbuhan Nilai Investasi PMDN dan PMA di

Kalimantan Selatan Periode 2005 - 2011

Jenis

Investasi

Jumlah Proyek Investasi

Rencana Realisasi

PMDN

165.23%

280.60%

77.88%

PMA

43.76%

94.81%

371.84%

Sumber : Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011

Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)

Ditengah perkembangan kegiatan investasi tersebut ternyata

perkembangan investasi di Tapin relatif berjalan lambat. Share/

peranan Tapin dalam nilai rencana investasi proyek PMDN di Kalsel

sepanjang periode 2005 – 2011 hanya sebesar 0,05%. Lebih jauh

lagi, disisi realisasi investasi besaran share Kabupaten Tapin masih

0%. Secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

12

Page 59: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Analisis Sektor Kunci

BAB III KEGIATAN INVESTASI DAN LAJU

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPIN

3.1. Perkembangan Kegiatan Penanaman Modal Di Kalimantan

Selatan dan Tapin Penanaman modal yang dilakukan oleh swasta yang

direalisasikan dibawah koordinasi BKPMD berbentuk Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing

(PMA).Aktifitas investasi ini sudah mulai dilaksanakan untuk pertama

kalinya sejak tahun 1968 di Kalimantan Selatan. Perkembangan

kegiatan penanaman modal di Tapin sebagai bagian dari wilayah

Kalimantan selatan relatif masih sangat terbelakang. Berikut akan

dibahas nilai investasi berdasarkan jenisnya dengan menggunakan

data akumulasi pada keadaan tahun 2005 sampai dengan 2011.

A. Perkembangan Proyek PMDN dan PMA Berdasarkan

Unit dan Nilai

Jumlah proyek PMDN dan PMAdi Kalimantan Selatan baik

dari segi unit usaha maupun nilai investasinya cenderung semakin

meningkat. Selama rentang 2005 – 2011 unit usaha PMDN tumbuh

rata-rata sebesar 165,23% pertahun sementara jumlah proyek PMA

tumbuh rata-rata 43,76% pertahun . Hal yang sama terjadi pada

nilai investasi yang tumbuh signifikan, baik nilai rencana maupun nilai

realisasi investasinya. Nilai rencana investasi PMDN tumbuh

280,60% pertahun disertai dengan tumbuhnya realisasi investasi

sebesar 77.88% pertahun selama periode 2005 – 2011. Pada periode

yang sama, nilai rencana investasi PMA tumbuh sebesar 94.81%

pertahun disertai dengan realisasinya yang tumbuh dengan 371,84%

pertahun.

11

Page 60: M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ...

Tim Fakultas Ekonomi Unlam Analisis Sektor Kunci

pada permintaan akhir dari suatu sektor. Secara matematis analisis

ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:

ET xyj = Elastisitas tenaga kerja

j h = Jumlah tenaga kerja

i j h / x = Koefisien tenaga kerja

10