STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK
PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 MAMUJU KAB. MAMUJU
TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH :
LUKMAN
012010005
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
SULAWESI BARAT
TAHUN 2014
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK
PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 MAMUJUKAB. MAMUJU
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
SI Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat
OLEH :
LUKMAN
012010005
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
SULAWESI BARAT
TAHUN 2014
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 3
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMA Negeri 2
Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
OLEH :
Nama : LUKMAN
NIM : 012010005
Skripsi ini telah diterima, disetujui untuk diuji serta dipertahankan di depan tim penguji
Program studi SI Keperawatan STIKES Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat.
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Edi Purnomo, S.Kep, M.Kes, M.Kep Ns. Free Marlin Patak, S.Kep
NIDN : 0310047702 NIDN : 9935000028
Mengetahui
Ketua STIKES Andini Persada Mamuju Ketua Program Studi SI Keperawatan
STIKES Andini Persada Mamuju
Ns. Edi Purnomo, S. Kep,. M. Kes,. M. Kep Zulhaini Sartika A. P, S. Kep
NIDN : 0310047702 NIDN : 0310117802
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 4
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK
PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 MAMUJU KAB. MAMUJU
TAHUN 2014
Yang Disusun dan Diajukan Oleh :
Nama : Lukman
Nim : 012010005
Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Skripsi Pada
Hari : Jumat
Tanggal : 8 Agustus 2014
Dan Telah Dinyatakan Melalui Syarat
Tim Penguji
Ketua : Ns. Edi Purnomo, S. Kep,. M. Kes,. M. Kep
Anggota : Zulhaini Sartika A. P, S. Kep
Anggota : Ns. Free Marlin Patak, S.Kep
Mengetahui
Ketua STIKES Andini Persada Mamuju Ketua Program Studi SI Keperawatan
STIKES Andini Persada Mamuju
Ns. Edi Purnomo, S. Kep,. M. Kes,. M. Kep Zulhaini Sartika A. P, S. Kep
NIDN : 0310047702 NIDN : 0310117802
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 5
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa, skripsi ini merupakan karya
saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu institusi pendidikan, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Mamuju, 8 Agustus 2014
Lukman
012010005
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 6
MOTTO
KITA TIDAK TAU HASILNYA KALAU KITA BELUM
MENGERJAKANNYA, GAGAL ADALAH SUATU PROSES UNTUK
MENCAPAI KESUKSESAN JADI JANGAN TAKUT GAGAL KARENA
ORANG YANG TAKUT GAGAL SAMA HALNYA MERENCANAKAN
SUATU KEGAGALAN
LUKMAN
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 7
CURRICULUM VITAE
A. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Lukman
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Tempat, Tanggal lahir : Pontanakayang, 03 Februari 1991
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
6. Alamat : Jl. Muh. Husni Thamrin
7. Status : Belum Nikah
8. Nomor Telepon : 0852 3287 8259
9. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN
1. Tamat SD 2 Pontanakayang Tahun 2004
2. Tamat SMP Negeri 4 Budong-Budong Tahun 2007
3. Tamat SMA Negeri 2 Mamuju Tahun 2010
4. Melanjutkan Pendidikan Pada Program studi SI Keperawatan STIKES Andini
Persada Mamuju Tahun 2010.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 8
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanya layak untuk Allah SWT atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Pada Remaja Di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014 . Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat.
Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan Skripsi ini, peneliti banyak
mendapat bantuan dan bimbingan , Ns. Edi Purnomo, S. Kep,. M. Kes,. M. Kep selaku
pembimbing I dalam penelitian ini dan Ibu Ns. Free Marlin, S. Kep selaku pembimbing II.
Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, serta berbagai pihak yang telah
memberikan banyak bantuan selama proses penelitian ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan bayak terima kasih kepada :
1. Ibu Agustina R. Palamba S. Sos, M. Kes selaku Ketua Yayasan pendidikan Andini
Persada Mamuju Sulawesi Barat.
2. Bapak Ns. Edi Purnomo, S. Kep, M. Kes, M. Kep selaku Ketua STIKES Andini Persada
Mamuju Sulawesi Barat.
3. Seluruh staf di kampus STIKES Andini Persada Mamuju Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah banyak memberikan bantuan kepada peneliti.
4. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju dan seluruh staf yang telah
memberikan kesempatan pada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 2
Mamuju Kab. Mamuju
5. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan spirit dan lantunan doa selama proses
penelitian.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 9
6. Saudara yang telah memberikan bantuan moril selama proses penelitian.
7. Teman- teman mahasiswa-mahasiswi khususnya diangkatan SI Keperawatan Tahun 2010
yang telah kompak selalu dan memberikan semangat kepada peneliti.
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan
bantuan baik material maupun spiritual demi perampungan penelitian ini.
Meskipun penulis berharap isi dari Skripsi ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar Skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
Skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Mamuju, 23 Maret 2014
Penulis
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 10
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ...................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix
LAMPIRAN DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiii
ABSTRAK .................................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 11
1. Tujuan Umum .............................................................................................. 11
2. Tujuan Khusus ............................................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 12
1. Manfaat Bagi Peneliti .................................................................................. 12
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ............................................................... 12
3. Manfaat Bagi Tempat Penelitian ................................................................. 12
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Remaja .................................................................................................. 13
1. Defenisi Remaja .......................................................................................... 13
2. Tugas Perkembangan Remaja ..................................................................... 13
3. Ciri-Ciri Masa Remaja ................................................................................ 14
4. Perkembangan Intelektual, Moral, Sosial dan Kepribadian Remaja ........... 16
B. Konsep Perilaku ................................................................................................. 18
1. Pengertian .................................................................................................... 18
C. Perilaku Merokok Pada Remaja ......................................................................... 20
1. Pengertian Perilaku Merokok ...................................................................... 20
2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok .................................................................. 24
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ..................................... 25
1. Faktor Diri (internal) .................................................................................... 25
2. Faktor Lingkungan (eksternal) ..................................................................... 25
BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ............................................................................................... 40
B. Variabel Penelitian ............................................................................................. 41
C. Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 41
D. Definisi Operasional .......................................................................................... 41
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................................... 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 43
C. Populasi dan Sampel .......................................................................................... 43
D. Alat Pengumpulan Data ..................................................................................... 45
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 46
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 12
F. Pengolahan Data dan Analisa Data .................................................................... 46
G. Etika Penelitian .................................................................................................. 48
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat .............................................................................................. 50
B. Analisis Bivariat ................................................................................................. 53
C. Pembahasan ........................................................................................................ 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 63
B. Saran .................................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 13
DAFTAR TABEL
Nama Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi operasional 41
Tabel 4.1 Proportional stratified sampling 45
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan kelas di SMA Negeri 2
Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
50
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur di SMA Negeri 2
Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
51
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan perilaku di SMA
Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
51
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan di SMA
Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
52
Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan psikososial di SMA
Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
52
Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan lingkungan di SMA
Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
53
Tabel 5.7 Pengaruh pengetahuan responden terhadap prilaku
merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab.
Mamuju Tahun 2014
54
Tabel 5.8 Pengaruh psikososial responden terhadap perilaku
merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab.
Mamuju Tahun 2014
55
Tabel 5.9 Pengaruh lingkungan responden terhadap perilaku
merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab.
Mamuju Tahun 2014
56
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar konsul
Lampiran 2 : Permohonan menjadi responden
Lampiran 3 : Persetujuan menjadi responden
Lampiran 4 : Lembar kuesioner
Lampiran 5 : Surat izin dari STIKES Andini Persada Mamuju
Lampiran 6 : Surat izin penelitian dari KESBANGPOL dan LINMAS
Lampiran 7 : Master tabel
Lampiran 8 : Output SPSS
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 15
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat
Skripsi, 8 Agustus 2014
ABSTRAK
LUKMAN, NIM : 012010005, FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 MAMUJU KAB.
MAMUJU TAHUN 2014 (DIBIMBING OLEH EDI PURNOMO DAN FREE
MARLIN PATAK)
(xiii, 64 halaman, 11 tabel, 2 gambar, 8 lampiran)
Perilaku merokok di SMA Negeri 2 Mamuju disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
tentang bahaya rokok, pengaruh teman, stress skibat pacar, dan stress akibat tekanan dari
keluarga. Selain itu kurangnya sosialisasi masalah bahaya rokok dapat mengakibatkan
meningkatnya perokok di kalangan remaja terutama anak sekolah.
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan Cross
Sectional dilakukan pada tanggal 5 Mei-6 Agustus 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah
remaja siswa kelas X dan XI di SMAN Negeri 2 Mamuju Tahun 2014 yang berjumlah 189
orang. Dengan jumlah sampel 82 responden.
Hasil bivariat dengan menggunakan uji uji chi-square menunjukkan bahwa Ada
pengaruh antara pengetahuan terhadap perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2
Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014, ditandai dengan nilai P = 0,000. Ada pengaruh antara
psikososial terhadap perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju
Tahun 2014, ditandai dengan nilai P = 0,000. Ada pengaruh antara linkungan terhadap
perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014, ditandai
dengan nilai P = 0,000.
Berdasarkan hasil penelitian maka agar lebih mengontrol siswa agar tidak merokok dan
mempertegas aturan merokok bagi siswa serta mengantisipasi stress yang mungkin terjadi
pasa siswa dengan lebih mengaktifkan bimbingan dan konseling.
Kata Kunci : Perilaku merokok, pengetahuan, psikososial dan lingkungan
Kepustakaan : 21 (2004-2013)
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 16
College of Health Sciences (STIKES)
Andini Persada Produktion West Sulawesi
Thesis, 8 August 2014
ABSTRACT
LUKMAN, NIM: 012010005, "FACTORS AFFECTING BEHAVIOR IN
ADOLESCENT SMOKING SMA 2 MAMUJU KAB. MAMUJU YEAR 2014 "(guided
by EDI PURNOMO AND FREE MARLIN PATAK)
(xiii, 64 pages, 11 tables, 2 images, annex 8)
Smoking behavior at SMAN 2 Mamuju caused by a lack of knowledge about the dangers
of smoking, the influence of friends, stress skibat boyfriend, and stress due to pressure from
the family. In addition, lack of socialization problems may result in increased danger of
cigarette smokers among teenagers, especially school children.
The purpose of the study To investigate the factors that influence smoking behavior in
adolescents in SMAN 2 Mamuju Kab. Mamuju Year 2014, This research is analytic survey
with cross sectional approach was conducted on May 5 to August 6 2014 population in this
study were young students of class X and XI in SMA Negeri 2 Mamuju 2014, amounting to
189 people. With a sample size of 82 respondents.
Bivariate results using the chi-square test showed that Ada influence of knowledge on
smoking behavior in adolescents in SMAN 2 Mamuju Kab. Mamuju Year 2014, marked with
a P value = 0.000. There are between psychosocial influences on smoking behavior in
adolescents in SMAN 2 Mamuju Kab. Mamuju Year 2014, marked with a P value = 0.000.
There is the influence of environments on smoking behavior in adolescents in SMAN 2
Mamuju Kab. Mamuju Year 2014, marked with a P value = 0,000.
Based on the research in order to better control the students from smoking and reinforce
the smoking rules for students and anticipate stress that may occur pasa enable students with
more guidance and counseling.
Keywords : Smoking behavior, knowledge, psychosocial and environmental
Bibliography : 21 (2004-2013)
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah rokok saat ini menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan. Telah banyak
artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio
maupun televisi serta penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang
ditimbulkan akibat rokok. Berbagai kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi para
perokok dipublikasikan secara terus-menerus. Bahkan setiap tanggal 31 Mei, Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No
Tobacco Day). Melalui peringatan hari tanpa rokok sedunia ini, diharapkan menjadi
kesempatan bagi kita untuk berfikir kembali dan menyadari akan bahaya dan dampak
rokok baik bagi perokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya.
Rokok merupakan zat adiktif yang mengancam kesehatan karena didalamnya
mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan
beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kumpulan asap rokok
terkandung 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik
(merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar,
karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005).
Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar 90 % kanker paru-paru tidak
dapat diselamatkan. (Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut,
bibir, kerongkongan, penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia.
Menurut perhitungan Fakultas Kedokteran di Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan
5 menit umurnya setiap menghisap sebatang rokok (Nainggolan, 2000).
Pada tahun 2001 meningkat menjadi 31,5 %. Pada tahun 2007 mencapai 34,2 %.
Kemudian tahun 2010 naik lagi menjadi 34,7 % (Riskesdas, 2010).
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 18
Umur mulai merokok pada usia anak mengalami peningkatan, demikian pula umur
mulai merokok pada usia remaja dan dewasa muda mengalami peningkatan. Menurut
data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2010, terjadi
kecenderungan peningkatan umur mulai merokok pada usia yang lebih muda. Menurut
Riskesdas 2007, umur pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,2 %, pada
usia 10-14 tahun sebesar 10,3 %, pada usia 15-19 tahun sebesar 33,1 %, pada usia 20-24
tahun sebesar 12,1 %, pada usia 25-29 tahun sebesar 3,4 % dan pada usia >30 tahun
sebesar 4 %. Sedangkan menurut Riskesdas 2010, umur pertama kali merokok pada usia
5-9 tahun sebesar 1,7 %, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5 %, pada usia 15-19 tahun
sebesar 43,3 %, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6 %, pada usia 25-29 tahun sebesar 4,3
% dan pada usia >30 tahun sebesar 3,9 %.
Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau (BKPT) Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia, dan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
(FKM UI), Widyastuti Soerojo, dalam seminar "Meningkatkan Harkat dan Martabat
Konsumen dengan Informasi Jelas dan Benar dan Perlindungan Hukum" di Jakarta,
2010, mengatakan bahwa Nikotin memiliki skor tertinggi dalam hal membuat
ketergantungan dibandingkan dengan zat adiktif lainnya seperti heroin, kokain,
mariyuana, kafein, dan alkohol. Menurut Soerojo, "skor itu dilihat dari aspek tingkat
kesulitan untuk berhenti, angka kambuhan, dorongan tetap menggunakan meski sudah
tahu bahayanya serta persentase orang yang ketagihan, dari 75 hingga 80 persen perokok
yang ingin berhenti merokok, hasilnya kurang dari 5 persen yang berhasil berhenti
merokok." Hal itu disebabkan karena nikotin dalam tembakau adalah zat adiktif plus.
Dikatakan pula , peraturan apa pun yang dibuat untuk membatasi konsumsi rokok, sulit
untuk menghentikan ketagihan rokok.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 19
Prevalensi merokok di Indonesia dari tahun ketahun cenderung mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Riskesdas tahun 2007, penduduk Indonesia
berusia >15 tahun yang merokok setiap hari sebanyak 27,2 %, yang kadang-kadang
(tidak setiap hari) merokok sebanyak 6,1 %, mantan perokok sebesar 3,7 % dan yang
tidak merokok sebesar 63 %. Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2010, penduduk
Indonesia berusia >15 tahun yang merokok setiap hari sebanyak 28,2 %, yang kadang-
kadang (tidak setiap hari) merokok sebanyak 6,5 %, mantan perokok sebesar 5,4 % dan
yang tidak merokok sebesar 59,9 %. Dibandingkan tahun 2007, pada tahun 2010 terlihat
adanya peningkatan prevalensi merokok penduduk berusia >15 tahun.
Menurut WHO, 80% perokok di dunia berdomisili di negara-negara berkembang. Di
Indonesia terdapat lebih dari 50 juta orang yang membelanjakan uangnya secara rutin
untuk membeli rokok. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok
akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang banyak terdapat di negara-
negara berkembang. Sedangkan menurunnya kemampuan ekonomi akan berakibat lebih
lanjut pada menurunnya kemampuan menyediakan makanan bergizi bagi keluarga,
pendidikan dan upaya memperoleh pelayanan kesehatan.
Menurut Tobacco Control Support Center (TCSC), Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI), pada tahun 2005 jumlah kematian akibat 3 kelompok
penyakit utama yaitu kanker, penyakit jantung dan penyakit pernafasan kronik obstruktif
diperkirakan sebesar 400.000 orang yang menyebabkan kerugian total sebesar 167
Triliun Rupiah atau setara dengan 5 kali lipat pendapatan pemerintah dari cukai
tembakau pada tahun yang sama sebesar 37 Triliun Rupiah.
Dengan jumlah perokok di Indonesia yang mencapai lebih dari 60 juta dan konsumsi
rokok yang mencapai 240 milyar batang per tahun, maka dapat dikalkulasi jumlah
konsumsi rokok rata-rata per hari yaitu 10,95 batang perhari. Dapat dikatakan bahwa
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 20
pada tahun 2008 setiap perokok di Indonesia menghisap rata-rata 10 hingga 11 batang
rokok perhari. TCSC-IAKMI, Profil Tembakau Indonesia, Tahun 2009.
Menurut data Susenas, tahun 2004, rata-rata jumlah konsumsi rokok orang dewasa
adalah: laki-laki mengkonsumsi 11 batang rokok per hari, sedangkan perempuan
mengkonsumsi 10 batang rokok per hari. Sedangkan menurut Riskesdas 2007, rata-rata
jumlah konsumsi rokok orang dewasa adalah 10 batang perhari, laki-laki 11 batang dan
perempuan 7 batang perhari. Menurut Riskesdas 2007 dan 2010, jumlah perokok laki-
laki lebih tinggi (64 % dan 65,9 %) dibandingkan perempuan (4,9 % dan 4,2 %).
Konsumsi rokok terendah pada kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok +55 tahun.
(Susenas, 2004).
Menurut Riskesdas 2007 dan 2010, usia mulai merokok pada anak-anak yang
tertinggi pada usia 15-19 tahun (33,1 % pada tahun 2007 dan 43,3 % pada tahun 2010),
juga merupakan yang tertinggi dari seluruh kelompok umur. Hal ini menunjukkan bahwa
anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan untuk terpapar rokok pertama kali.
Data Riskesdas 2007 dan 2010 juga menunjukkan usia mulai merokok pertama kali ada
kecenderungan semakin muda (1,2 % pada tahun 2007 menjadi 1,7 % pada tahun 2010).
Menurut TCSC-IAKMI, prevalensi perokok dewasa pendidikan rendah lebih besar
daripada perokok dewasa pendidikan tinggi. Data tahun 2004 menunjukkan bahwa
sebanyak 67 % laki-laki tidak bersekolah atau tidak lulus SD adalah perokok aktif, di sisi
lain, perokok aktif lulusan pendidikan tinggi sebanyak 47,8%.
Menurut Riskesdas 2007, prevalensi merokok umur >15 tahun yang tertinggi pada
kelompok yang tidak sekolah atau tidak tamat SD yaitu sebesar 72,3 % pada laki-laki
dan 10,1 % pada perempuan. Menurut Susenas tahun 2004, prevalensi merokok pada
kelompok sosial ekonomi terendah (termiskin) lebih tinggi pada kelompok sosial
ekonomi tertinggi (terkaya).
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 21
Sedangkan menurut Riskesdas 2007, prevalensi perokok berdasarkan tingkat sosial
ekonomi hampir tidak menunjukkan adanya perbedaan, demikian juga pada perokok
perempuan tidak menggambarkan pola tertentu. Tahun 2007 prevalensi perokok
kelompok sosial ekonomi terendah 35,8 % sementara kelompok sosial ekonomi tertinggi
31,5 %. Terdapat kenaikkan 5,6% pada kelompok sosial ekonomi terendah selama tahun
2004 - 2007 sementara yang tertinggi justru turun 4 %. Menurut Susenas 2004, umur
mulai merokok yang tertinggi pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 63,7 %,
diikuti kelompok usia 20-24 tahun (17,2 %) dan kelompok usia 10-14 tahun sebesar 12,6
%.
Menurut Susenas 2004, sebanyak 82,4 % dari perokok berusia lebih dari 15 tahun
merokok di dalam rumah. Sedangkan menurut Riskesdas 2007, sebanyak 85,4 % dari
perokok berusia 10 tahun ke atas merokok di dalam rumah bersama dengan anggota
lainnya.
Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS, tahun 2006), enam dari 10 siswa
terpapar asap rokok di sekolah dan ada 8 dari 10 siswa terpapar asap rokok di tempat-
tempat umum. Sedangkan menurut GYTS 2009, Dua dari tiga siswa (68,8 %) terpapar
asap rokok orang lain di dalam rumah mereka dan lebih dari tiga perempat persen (78,1
%) siswa terpapar asap rokok orang lain di tempat umum.
Menurut WHO, pada abad ke-20 yang baru lalu, ada 100 juta penduduk dunia
meninggal dunia akibat rokok. Diperkirakan pada tahun 2030 angka kematian akibat
rokok akan melebihi 8 juta orang pertahun dan akan ada 1 milyar kematian akibat rokok
selama abad 21 ini bila tidak dilakukan upaya-upaya intervensi yang efektif.
Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Richard D. Semba et al, di Indonesia tahun
2000-2003 pada lebih dari 360.000 rumah tangga miskin di perkotaan dan perdesaan,
ternyata bahwa terdapat perbedaan bermakna angka kematian bayi dan angka kematian
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 22
balita antara keluarga yang ayahnya merokok dan keluarga dengan ayah tidak merokok.
Terlihat bahwa angka kematian bayi dan balita pada keluarga yang ayahnya merokok
lebih tinggi daripada pada keluarga dengan ayah yang tidak merokok, perkotaan; ayah
merokok dengan angka kematian bayi 6,3 %, angka kematian balita 8,1 % dan ayah tidak
merokok; angka kematian bayi 5,3%, angka kematian balita 6,6 % sedangkan di
pedesaan; ayah merokok dengan angka kematian bayi 9,2%, angka kematian balita 10,9
% dan ayah tidak merokok; angka kematian bayi 6,4 %, angka kematian balita 7,6 %.
Pelarangan merokok di tempat-tempat umum telah dikeluarkan melalui PP No.
19/2003, Pemda DKI Jakarta mengeluarkan Perda No. 2/2005 tentang pengendalian
pencemaran udara dimana diselipkan pasal (pasal 13) yang mengatur kawasan tanpa
rokok, dan Keputusan Gubernur tentang kawasan dilarang merokok. Pemerintah Daerah
yang telah menerapkan peraturan kawasan tanpa rokok adalah Pemda kota Bogor, kota
Tangerang, kota Palembang dan beberapa kota lainnya yang belum memublikasikan
peraturannya. Namun dalam prakteknya belum nampak kesungguhan pemerintah dalam
penerapan sanksi kepada pelanggarnya.
Saat ini Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam jumlah perokok,
namun ada satu hal kontradiktif yaitu Indonesia merupakan salah satu dari dua negara di
dunia yang tidak menandatangani Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau
atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Negara lain yang tidak
menandatangani FCTC adalah Zimbabwe.
Pemerintah Indonesia sebenarnya pernah terlibat aktif dalam forum (rapat-rapat)
Inter Governmental Negotiating Body untuk pembahasan dan penyusunan draft
kesepakatan FCTC di Genewa selama tahun 2000-2003, diwakili oleh Departemen
Kesehatan, Departemen Perdagangan, dan Departemen Luar Negeri. Selain itu Indonesia
juga telah hadir pada World Health Assembly di Geneva, pada 31 Mei 2003.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 23
Tujuan kesepakatan FCTC adalah untuk mengendalikan perdagangan rokok agar
tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Landasan penyusunan kesepakatan FCTC
adalah Pasal 19 anggaran dasar WHO tentang wewenang untuk mengeluarkan
kesepakatan yang mengikat (binding treaty) di antara para anggotanya yang bertujuan
untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Dalam perkembangannya hingga kini sudah 172 negara (parties) yang
menandatangani, mengaksesi atau meratifikasi FCTC. Dapat dikatakan bahwa secara
diplomatis 172 negara tersebut menyatakan mendukung upaya pengendalian dampak
tembakau terhadap kesehatan, meski ada kemungkinan bahwa sebenarnya (secara
tertutup) mereka juga menentang FCTC, tetapi 172 negara ini tidak secara frontal dan
terbuka menentang. Tetapi Indonesia berani menentang kesepakatan FCTC secara
terbuka dengan tidak mau menandatangani, mengaksesi atau meratifikasi kesepakatan
FCTC hingga saat ini.
Banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku merokok pada anak usia
remaja. Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa faktor resiko munculnya
perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; Faktor
psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor psikososial yang meliputi stress, rasa
bosan, rasa ingin tahu, ingin terlihat gagah, rendah diri dan perilaku yang menunjukan
pemberontakan menjadi hal yang mengkontribusi remaja untuk mulai merokok; Selain
itu, secara psikologis perilaku merokok pada remaja diasosiasikan juga dengan gangguan
psikiatrik; Faktor biologis, meliputi fungsi kognisi, etnik, genetik dan jenis kelamin;
Faktor lingkungan, yakni orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan reklame atau
iklan menampilkan sang idola remaja; Faktor regulatori yakni adanya pajak atau bea
cukai yang tinggi terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli
masyarakat terhadap rokok, dan pembatasan fasilitas / lokasi untuk merokok.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 24
Faktor psikologis dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja lingkungan, artinya
perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam diri, Erikson mengatakan bahwa
setiap remaja akan mengalami fase krisis dalam proses pencarian jati dirinya yang
disebabkan karena adanya perubahan fisik dan psikososial. Ketidaksesuaian antara
perkembangan fisik, psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi
dibawah tekanan atau stress. Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karena
dianggap dapat mengurangi ketegangan dan membantu relaksasi terhadap stress (Helmi
& Komalasari, 2006).
Aktivitas merokok yang ada di lingkungan menstimulasi remaja untuk mencoba hal
yang sama agar dapat diterima sebagai anggota dari lingkungan tersebut (A.F Muchtar
2005). Orang tua, saudara kandung, teman sebaya dan iklan merupakan faktor
lingkungan yang mendorong remaja untuk merokok.
Berdasarkan faktor biologi, merokok merupakan perilaku yang diturunkan secara
genetik, dan perilaku ini lebih banyak terjadi pada mereka keturunan ras kulit putih.
Sedangkan berdasarkan faktor regulatori, perilaku merokok berkaitan dengan daya beli
masyarakat terhadap rokok yang akan terpengaruh oleh kebijakan pemerintah melalui
pajak atau bea cukai rokok. Selain itu adanya kebijakan penentuan daerah bebas rokok,
menjadi upaya yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi mayarakat akan rokok dan
sekolah menjadi salah satu tempat yang ditetapkan sebagai kawasan bebas rokok
(Soetjiningsih, 2004).
Melihat dari faktor-faktor tersebut, dalam kesempatan ini penulis hanya
memfokuskan penelitian pada dua faktor yakni psikologis (stress) dan faktor lingkungan
yang meliputi dukungan keluarga, dukungan teman, dan dukungan iklan. Adapun faktor
biologi dan regulatori tidak menjadi lingkup penelitian dengan pertimbangan; faktor
biologis akan sangat sulit untuk diteliti, sedangkan berkaitan dengan faktor regulatori,
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 25
Padahal SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju sendiri memiliki kebijakan yang tertulis
dalam perjanjian antara pihak sekolah dengan calon siswa mengenai larangan membawa
ataupun merokok didalam maupun diluar lingkungan sekolah, termasuk sanksi tegas
yang menjerat apabila larangan ini di langgar oleh siswa.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju
merupakan instansi pendidikan yang berada di Kota Mamuju Kab. Mamuju, tepatnya di
Jl. Soekarno Hatta. Instansi pendidikan ini merupakan sekolah negeri yang banyak
diminati di Kota Mamuju Kab. Mamuju. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang
terdaftar di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju. Jumlah siswa secara keseluruhan di
SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju berjumlah 598 siswa (278 siswa laki-laki dan 320
siswa perempuan). Dari 598 siswa tersebut terbagi menjadi 237 siswa kelas I, 185 siswa
kelas II dan 176 siswa kelas III.
Dari data latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMA
Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah ada faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju
Kab. Mamuju Tahun 2014?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di
SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 26
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku merokok remaja di
SMA Negeri 2 Mamuju Tahun 2014
b. Untuk mengetahui pengaruh psikososial terhadap perilaku merokok pada remaja
di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
c. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perilaku merokok pada remaja
di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
d. Untuk mengetahui faktor yang dominan yang mempengaruhi perilaku merokok
pada remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang
metode penelitian khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada remaja dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang
relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai bahan masukan dalam rangka upaya menurunkan angka kematian akibat
penyakit yang berkaitan dengan merokok.
b. Sebagai bahan masukan dalam rangka upaya pencegahan atau penanggulangan
kebiasaan merokok pada siswa.
3. Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Untuk memberikan masukan bagi pihak sekolah agar lebih mengontrol siswa
agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi siswa serta
mengantisipasi stress yang mungkin terjadi pada siswa dengan lebih mengaktifkan
bimbingan dan konseling.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Remaja
1. Defenisi Remaja
Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak
perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki (Soetjiningsih, 2004). Remaja
adalah periode perubahan dari masa anak-anak dan masa dewasa (10-24 tahun)
(ICPD, 1994).
Harold (Nurihsan: 2011: 55) menyatakan bahwa periode masa remaja itu kiranya
dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang
dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanaknya
sampai datangnya awal masa dewasanya.
Konopka (Yusuf:2009:9) menyatakan bahwa masa remaja merupakan segmen
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa
transisi (dari masa anak ke masa dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan
masa dewasa yang sehat.
2. Tugas Perkembangan Remaja
a. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa
dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
b. Memperoleh peranan sosial
c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
f. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
g. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 28
h. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup (Soetjiningsih, 2004).
3. Ciri-Ciri Masa Remaja
a. Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting
Ada beberapa periode yang lebih penting daripada lainnya, karena akibatnya
yang langsung terhadap sikap dan perilaku dan ada lagi yang penting karena
akibat-akibat jangka panjang penting. Ada periode yang penting karena akibat
fisik dan ada lagi karena akibat periode remaja kedua-duanya sama penting.
b. Masa Remaja Sebagai Masa Peralihan
Peralihan tidak terputus dengan atau berubah dariapa yang terjadi
sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status
tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa
ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa
c. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi
dengan pesat. Perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok
masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 29
e. Masa Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan
Anggapan stereotif budaya bahwa remaja anak-anak yang tidak rapih, yang
tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal.
f. Masa sebagai Masa Yang Tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah
jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan
dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak
realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan
kecewa apabila orang lain mengecewakannya/kalau ia tidak berhasil mencapai
tujuan yang ditetapkannya.
g. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa (Hurlock, 1999).
4. Perkembangan Intelektual, Moral, Sosial dan Kepribadian Remaja
a. Perkembangan Intelektual/Kognitif
Menurut Piaget, remaja masuk dalam tingkat perkembangan kognitif
tertinggipada Tahap Operasional Formal ( analitis kombinatoris)
1) Mampu berpikir abstrak
2) Memberikan cara baru yang lebih fleksibel untuk memanipulasi informasi.
3) Mampu menggunakan simbol-simbol dan mampu mempelajari aljabar dan
kalkulus.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 30
4) Mengerti metafora (majas) dan kiasan lebih baik.
b. Perkembangan Moral
Enam (6) tahapan Perkembangan Moral Kohlberg :
1) Level 1 : Moral Pra-Konvensional (4 10 tahun).
a) Tahap-I : Orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan.
b) Tahap-II : Tujuan instrumental saling berganti
2) Level 2 : Moral Konvensional (10 13 tahun atau lebih).
a) Tahap-II : Mengutamakan persahabatan, persetujuan oranglain,dan
aturan.
b) Menilai baik apa yg menyenangkan dan buruk.
c) Tahap-IV : Perkembangan hati nurani dan kecemasan sosial, (kesadaran
untuk mempertahankan aturan)
3) Level 3 : Moral Post-Konvensional (remaja awal sampai dengan seterusnya).
a) Tahap-V : Kontak sosial : Melakukan tindakan moral, hak individu, dan
demokrasi berdasarkan pada hukum, kata hati mulai bicara.
b) Tahap-VI : Prinsip moral universal sudah mengalami internalisasi
(tingkah laku moral dikemudikan tanggungjawab batin sendiri).
c. Perkembangan Sosial
Anna Freud Pada masa remaja berkembang ego defense mechanisme utama,
yaitu :
1) Intelektualisasi, seolah olah tahu banyak secara intelektual namun tidak
menyelesaikan masalah secara realistik
2) Ascetism, over control pada hal hal yang berkaitan dengan penampilan diri (
pakaian, makanan dll).
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 31
d. Perkembangan Kepribadian
Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan identitas
menyebutkan beberapa pertimbangan penting, yaitu :
1) Perkembangan identitas adalah suatu proses yang panjang, dan
2) Perkembangan identitas sangat luar biasa kompleks.
e. Perbedaan Gender dalam Pembentukan Identitas
1) Banyak peneliti mendukung pendapat Erikson Identitas dan Intimasi pada
perempuan berkembang secara bersamaan (intimasi lebih berarti pada anak
perempuan)
2) Self-Esteem, selama masa remaja berkembang pesat dalam konteks hubungan
dengan rekan sebaya (jenis kelamin sama).
B. Konsep Perilaku
1. Pengertian
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi
perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga
faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor
eksternal yaitu faktor lingkungan ( Notoatmodjo, 1997 ).
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan
perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia
hidup dan beraktifitas.
b. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 32
c. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program
baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan
perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :
a. Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap
dan lainlain.
b. Orang penting sebagai referensi
Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan
lakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok
referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.
c. Sumber-sumber daya
Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga
kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif.
d. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut
kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan
selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 33
Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang
berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat
berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.
Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang
optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan
pribadi atau masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah kepada
upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah
kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan tindakan
promotif, preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat
C. Perilaku Merokok Pada Remaja
1. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon orang
tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sedangkan menurut
Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang
tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30
derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Istiqomah,
2003).
Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang
diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku
lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan
faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan
faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya).
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 34
Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap
atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai
suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco
dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang
menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya
tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-
ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang
berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok,
waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari &
Helmi, 2000).
Intensitas merokok sebagai wujud dari perilaku merokok menurut (Bustan, M.N.,
2000) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap
utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan
langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri
sendiri maupun lingkungan sekitar.
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak
merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan
lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif dari pada
perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka
yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan
oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak
mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan
nikotin (Wardoyo, 1996).
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 35
Sedangkan menurut (Mutadin, 2002) perilaku merokok berdasarkan intensitas
merokok membagi jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:
a. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkomsumsi rokok sangat sering
yaitu merokok lebih 31 batang tiap harinya dengan selang merokok lima menit
setelah bangun tidur pagi hari.
b. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok setiap
hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur
pagi hari.
c. Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok cukup yaitu 11-21
batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur pagi hari.
d. Perokok ringan adalah perokok yang mengkomsumsi rokok jarang yaitu sekitar
10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur pagi.
Menurut Tomkins cit Wismanto dan Sarwo (2007) ada 4 tipe perilaku merokok
berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok
seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam
3 sub tipe:
1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
minum kopi atau makan.
2) Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya
untuk menyenangkan perasaan.
3) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan
menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 36
untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau
perokok lebih senang berlama-lama memainkan rokoknya dengan jari-
jarinya lama sebelum dia menyalakan dengan api.
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang
menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah,
cemas ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
c. Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang sudah
adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek
dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar
rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok
sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi
karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok
merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.
2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok
Laventhal dan Clearly cit Pitaloka (2006) mengungkapkan empat tahap dalam
perilaku merokok, yaitu :
a. Tahap Preparatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok
dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan
niat untuk merokok.
b. Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan
ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 37
c. Tahap Becoming A Smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per
hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap Maintaining Of Smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan
diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang
menyenangkan.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Menurut Komalasari dan Helmi (2000), perilaku merokok selain disebabkan dari
faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).
1. Faktor Diri (Internal)
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image
bahwa merokok dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan
menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat
menghilangkan stres (Nasution, 2007).
Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis psikososial yang
dialami pada perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari
jati dirinya (Komalasari dan Helmi, 2000).
2. Faktor Lingkungan (Eksternal)
Menurut Soetjisningsih (2004), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku merokok remaja adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung
maupun teman sebaya yang merokok, dan iklan rokok.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 38
a. Orang Tua
Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun bermacam-
macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam hal-hal
yang berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura bahkan mengacau.
Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada
orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan
diakui sebagai orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu
sangat erat sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa
remaja, salah satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada
perilaku remaja. Pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan
perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obat terlarang dan lain-lain (Depkes RI, 2005).
b. Teman Sebaya
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada
remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah
pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja bergabung dengan
kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku
sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh
kelompok tersebut (Mutadin, 2002).
Remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik
persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras.
Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat berpengaruh
kuat dalam pemilihan teman. (Yusuf, 2006).
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 39
c. Iklan Rokok
Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang
telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok
mempunyai tujuan mensponsori hiburan bukan untuk menjual rokok, dengan
tujuan untuk mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk
mencoba merokok dan setelah mencoba merokok akan terus berkelanjutan
sampai ketagihan (Istiqomah, 2004).
Menurut Hansen dalam Wismanto dan Budi (2007), mengungkapkan bahwa
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu:
a. Faktor Psikologis
Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan, kenyamanan, merasa
lepas dari kegelisahan dan juga untuk mendapatkan rasa percaya diri. Oleh
karena itu individu perokok yang bergaul dengan perokok lebih sulit untuk
berhenti merokok, daripada perokok yang bergaul atau lingkungan sosialnya
menolak perilaku merokok.
b. Faktor Biologis
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar nikotin
dalam darah, maka semakin besar pula ketergantungan seorang terhadap
rokok.
Menurut Baradja (2008), mengungkapkan faktor-faktor penyebab
merokok dapat dibagi dalam beberapa golongan sekalipun sesungguhnya
faktor-faktor itu saling berkaitan satu sama lain :
1) Faktor Genetik
Beberapa studi menyebut faktor genetik sebagai penentu dalam
timbulnya perilaku merokok dan bahwa kecenderungan menderita kanker,
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 40
serta tendensi untuk merokok adalah faktor yang diwarisi bersama-sama.
Studi menggunakan pasangan kembar membuktikan adanya pengaruh
genetik, karena kembar identik, walaupun dibesarkan terpisah, akan
memiliki pola kebiasaan merokok yang sama bila dibandingkan dengan
kembar non-identik. Akan tetapi secara umum, faktor genetik ini kurang
berarti bila dibandingkan dengan faktor lingkungan dalam menentukan
perilaku merokok yang akan timbul.
2) Faktor Kepribadian (Personality)
Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian perokok.
Tetapi studi statistik tak dapat memberi perbedaan yang cukup besar antara
pribadi orang yang merokok dan yang tidak. Oleh karena itu tes-tes
kepribadian kurang bermanfaat dalam memprediksi apakah seseorang akan
menjadi perokok. Lebih bermanfaat adalah pengamatan dan studi observasi
dilapangan. Anak sekolah yang merokok menganggap dirinya, seperti
orang lain juga memandang dirinya, sebagai orang yang kurang sukses
dalam pendidikan. Mereka biasanya memiliki prestasi akademik kurang,
tanpa minat belajar dan kurang patuh pada otoritas. Asosiasi ini sudah
secara konsisten ditemukan sejak permulaan abad ini. Dibandingkan
dengan yang tidak merokok, mereka lebih impulsif, haus sensasi, gemar
menempuh bahaya dan risiko dan berani melawan penguasa. Mereka
minum teh dan kopi dan sering juga menggunakan obat termasuk alkohol.
Mereka lebih mudah bercerai, beralih pekerjaan, mendapat kecelakaan
lalulintas, dan enggan mengenakan ikat pinggang keselamatan dalam
mobil. Banyak dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian extrovert
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 41
dan antisosial yang sudah terbukti berhubungan dengan kebiasaan
merokok.
3) Faktor Kejiwaan (Psikodinamik)
Dua teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok itu adalah
suatu kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau
adanya suatu rasa rendah diri yang tak nyata. Ahli lainnya berpendapat
bahwa merokok adalah semacam pemuasan kebutuhan oral yang tidak
dipenuhi semasa bayi. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai pengganti
merokok pada mereka yang sedang mencoba berhenti merokok.
4) Faktor Sensorimotorik
Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah yang
membentuk kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial atau
farmakologiknya. Sosok sebungkus rokok, membukanya, mengambil dan
memegang sebatang rokok, menyalakannya, mengisap, mengeluarkan
sambil mengamati asap rokok, aroma, rasa dan juga bunyinya semua
berperan dalam terciptanya kebiasaan ini. Dalam suatu penelitian ternyata
lebih dari 11 persen menganggap aspek-aspek ini penting buat mereka.
5) Faktor Farmakologis
Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada menit
pertama sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat kompleks. Pada dosis
sama dengan yang didalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan stimulasi
dan rangsangan di satu sisi tetapi juga relaksasi di sisi lainnya. Efek ini
tergantung bukan saja pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga
pada suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang
marah atau takut, efeknya adalah menenangkan. Tetapi dalam keadaan
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 42
lelah atau bosan, bahan itu akan merangsang dan memacu semangat.
Dalam pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga keseimbangan mood
dalan situasi stress.
Stressor didefinisikan sebagai kondisi-kondisi, naik fisik, lingkungan dan
sosial yang menyebabkan terjadinya stress (Yusuf, 2008). Penyebab stress dapat
datang dari sudut kehidupan manapun seperti aspek bioecological (lingkungan),
pekerjaan, serta aspek psikososial (Putri, 2008) dengan rincian sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002), Pengetahuan (knowledge)
adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang
mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses
sebagai berikut :
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 43
1) Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus)
2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini
sikap subyek sudah mulai timbul.
3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak
baik lagi.
4) Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5) Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo,
2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) tingkat pengetahuan yang dicakup di dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 44
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2010).
Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2004) sebagai
berikut :
a) 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah
kategori baik.
b) 61-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah
Kategori Cukup.
c) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah
kategori kurang.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 45
c. Aspek Psikososial, psikologis dan sosial
1) Aspek Psikososial
Aspek Psikososial, mencakup perubahan-perubahan yang terjadi
dalam kehidupan, seperti ketika masuk kuliah pada hari yang pertama,
pindah rumah, menikah, melahirkan, kematian anggota keluarga,
persahabatan, masalah percintaan dan lain sebagainya.
Sejalan dengan hal itu, Nasution (2007) mengungkapkan bahwa
stressor dapat berwujud atau berbantuk fisik, seperti polusi udara, dapat
juga berkaitan dengan lingkungan sosial, seperti interaksi sosial, ataupun
hanya pikiran dan perasaan individu sendiri yang menganggap sesuatu hal
sebagai ancama, baik nyata maupun hanya imajinasi.
Sementara itu Yusuf (2008) mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga
kelompok besar, yakni fisik-biologik, psikologik, dan sosial. Faktor fisik-
biologik artinya faktor yang berasal dari kondisi fisik atau kondisi biologis
individu. Seperti penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang
berfungsinya salah satu anggota tubuh, dan merasa penampilan kurang
menarik.
Faktor psikologik merupakan faktor-faktor yang merupakan kondisi
psikis individu, seperti negative thinking (buruk sangka), frustasi
(kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasud
(iri hati atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik
pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.
2) Aspek Psikologis
Ada tiga faktor psikologis yang terlibat disini, yaitu:
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 46
1) Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai
stressor itu sendiri
2) Learned helplessness, yaitu reaksi tidak berdaya akibat seringnya
mengalami peristiwa yang berada di luar kendalinya. Produk akhirnya
adalah motivational deficit (menyimpulkan bahwa semua upaya
adalah sia-sia), cognitive deficit (kesulitan mempelajari respon-respon
yang dapat membawa hasil yang positif), dan emotional deficit (rasa
tertekan karena melihat bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa dan
situasinya tak terkendalikan lagi)
3) Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga
karakteristik:
a) Keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau
mempengaruhi apa yang terjadi padanya
b) Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan dari hari
demi hari
c) Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, seolah-
olah perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya.
3) Aspek Sosial
Peristiwa penting dalam hidup merupakan stressor sosial yang
berpengaruh. Selain itu, tugas rutin sehari-hari ternyata juga berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa. Dukungan sosial yang mencakup dukungan
emosional, dukungan nyata, dan dukungan informasi turut mempengaruhi
reaksi seseorang dalam menghadapi stress.
Carson dan Butcher (2005) mengungkapkan definisi yang lebih
konseptual mengenai stressor yakni meliputi semua hal atau situasi baik itu
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 47
positif maupun negatif yang menuntut penyesuaian diri dari individu.
Stressor menurut Carson dan Butcher (2005) terdiri dari tiga hal utama,
yakni sebagai berikut:
a) Frustasi (frustrations)
Individu merasa frustasi ketika usaha yang dilakukannya
menghadapi suatu rintangan. Frustasi juga bisa terjadi ketika individu
tersebut gagal dalam mencapai tujuan yang diharapkannya. Frustasi
membuat individu tidak mampu untuk menanggulangi masalah yang
dihadapinya karena disebabkan individu tersebut memiliki perasaan
bahwa ia tidak memiliki daya dan kemampuan sehingga gagal dalam
mencapai tujuannya. Frustasi bisa disebabkan oleh berbagai macam hal,
baik yang bersifat internal (misal keterbatasan fisik, kesendirian, dan
perasaan bersalah) maupun eksternal (misal deskriminasi dan masalah
relasi dengan orang lain)
b) Konflik (conflicts)
Dalam banyak hal stress disebabkan oleh dua atau lebih kebutuhan
yang muncul secara bersamaan. Individu dituntut untuk menentukan
pilihan dan ketika itulah konflik terjadi.
Konflik dapat terjadi dalam tiga situasi yakni pertama, ketika
individu harus memilih satu diantara dua atau lebih pilihan yang sama-
sama menyenangkan dalam satu waktu yang bersamaan, misalnya
adalah pilihan dalam menentukan film yang akan ditonton saat ke
bioskop. Kedua, ketika individu harus memilih satu diantara dua atau
lebih pilihan yang sama-sama tidak menyenangkan dalam satu waktu
yang bersamaan. Misalnya adalah ketika seseorang mahasiswa harus
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 48
menentukan pilihannya untuk berangkat kuliah atau tidak, yang mana
jika ia tidak berangkat kuliah, maka ia akan melewatkan ujian akhir,
manun jika ia berangkat kuliah, ia akan bertemu dengan orang-orang
yang tidak ingin ditemuinya.
Ketiga, ketika individu akan merasakan dilema atas akibat positif
dan negatif yang akan dihadapi ketika ia harus menentukan sebuah
pilihan. Misalnya ada seorang mantan perokok ingin merokok ketika
berada di dalam sebuah pesta namun ia menyadari jika ia merokok akan
membahayakan status sosialnya yang telah berubah menjadi seorang
nonperokok.
c) Tekanan (Pressures)
Stress tidak hanya berasal dari frustasi dan konflik, tapi juga bisa
dari pressures untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk berperilaku
dalam cara-cara tertentu. Secara umum, pressures menuntut individu
untuk meningkatkan kecepatannya dalam bertindak, bahkan dapat
mengubah arah perilakunya.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 49
Kerangka Penelitian
Gambar 2.1 : Kerangka Penelitian
Menurut Komalasari dan Helmi (2000),
perilaku merokok disebabkan oleh :
1. Faktor Diri (internal)
2. Faktor Lingkungan (eksternal)
Menurut Hansen dalam
Wismanto dan Budi
(2007), mengungkapkan
bahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku
merokok yaitu:
1. Faktor Psikologis
2. Faktor Biologis
Putri ( 2008), dengan
rincian
sebagai berikut :
1. Pengetahuan
2. Lingkungan
3. Pekerjaan
4. aspek psikososial
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya meliputi:
1. Pengetahuan
2. Umur
3. Intelegensi
4. Lingkungan
5. Sosial Budaya
6. Pendidikan
7. Informasi
8. Pengalaman (Notoatmodjo, 2010)
Perilaku Merokok
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 50
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Pada bab ini akan dibahas mengenai kerangka konsep penelitian, hipotesis
penelitian, variabel penelitian dan defenisi operasional yang mencakup defenisi teoritis,
cara ukur, alat ukur, hasil ukur dan skala ukur dari veriabel-variabel penelitian.
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2010).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin di teliti. Kemudian
konsep tersebut harus di gambarkan ke dalam sub-sub variabel (Arikunto, 2004).
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1.1 Kerangka Konsep
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang di teliti meliputi :
1. Variabel Independen : pengetahuan, psikososial dan lingkungan
2. Variabel Dependen : Perilaku merokok pada remaja
Perilaku Merokok Pada remaja
Lingkungan
Psikososial
Pengetahuan
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 51
C. Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada remaja di
SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
2. Ha : Ada hubungan antara psikososial dengan perilaku merokok pada remaja di
SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
3. Ha : Ada hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja di
SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
D. Definisi Operasional
Tabel 2.1 : Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Operasional
Kriteria
Objektif
Alat Ukur Skala
Perilaku
merokok
pada remaja
Kebiasaan
merokok pada
remaja baik
dilingkungan
terbuka maupun
tertutup
Merokok
Tidak merokok
Kuesioner
Nominal
Pengetahuan
Segala sesuatu
informasi yang di
dapat tentang
perilaku merokok
Baik : 75-100%
Cukup : 50-74%
Kurang : 49%
Kuesioner
Ordinal
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 52
Psikososial
Aspek yang
mencakup
perubahan-
perubahan yang
terjadi dalam
kehidupan
Mempengaruhi :
Bila >60 %
Tidak
mempengaruhi :
Bila 3 %
Tidak
mempengaruhi :
Bila
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 53
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross
Sectional (Bisri, 2008). Cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada waktu penelitian sedang berlangsung
(Notoatmodjo, 2010).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Maret- 6 Agustus 2014
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah keseluruhan
objek penelitian atau objek yang diteliti. Berdasarkan pendapat di atas maka yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 2
Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014 yang berjumlah 189 orang.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo, (2010) Sampel adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut:
n = N
1 + N (d2)
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 54
Keterangan:
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
d : Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90%
n = N
1 + N (d2)
n = 189
1 + 189 (0,12)
n = 189
1 + 189 (0,01)
n = 189
1 + 1,31
n = 189 = 81,8 = 82
2,31
Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 82 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
proportional stratified sampling adalah pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata/kelas
(Notoatmodjo, 2010).
SPI = n x JS
N
Keterangan:
SPI = Jumlah sampel pada tiap-tiap subpopulasi
n = Jumlah responden dalam subpopulasi
N = Jumlah responden dalam populasi
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 55
JS = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Tabel 3.2 : proportional stratified sampling
No
Kelas
Jumlah Responden
Dalam Subpopulasi
Jumlah Sampel Yang
dibutuhkan
1 X 121 orang 52 orang
2 XI 68 orang 30 orang
Total 189 orang 82 orang
D. Alat Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer di peroleh dengan cara memberikan kuisioner kepada responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Instansi terkait lainnya yang
berhubungan dengan penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 26
pertanyaan yang sudah disusun secara terstruktur. Variabel dependen yaitu perilaku
merokok terdiri atas 5 pertanyaan pilihan terpimpin.
Variabel independen yaitu pengetahuan 10 pertanyaan , 10 pertanyaan tentang
psikososial dan 5 pertanyaan untuk Lingkungan dengan jawaban pilihan terpimpin.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka dilakukan pengolahan data yang
melalui berupa tahapan sebagai berikut:
a. Seleksi data (Editing)
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 56
Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan
diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.
b. Pemberian kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada
tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.
c. Pengelompokkan data (Tabulating)
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan
teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam
bentuk tabel-tabel (Notoatmodjo, 2010).
2. Analisa Data
Setelah data tersebut melalui proses seleksi data (Editing), pemberian kode
(Coding), dan Pengelompokkan data (Tabulating), maka selanjutnya analisa data
dengan beberapa cara yaiutu sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi dari tiap variable
(Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya data dimasukkan ke dalam program SPSS 16.0
For Windows.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang
diduga mempunyai hubungan dengan variabel terkait. Analisa data yang
digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik
dengan menggunakan uji Khi Kuadrat (Chi- Square) pada tingkat kemaknaan
95% (p < 0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna
secara statistik menggunakan program SPSS 16.0 For Windows. Melalui
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 57
perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan bila P
lebih kecil dari alpha (P < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
menunjukkan adanya pengaruh bermakna antara variabel dependen dan
independen dan jika P lebih besar dari alpha (P > 0.05) maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang menunjukkan tidak adanya pengaruh bermakna antara variabel
dependen dan independen.
Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk program
komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut:
a. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka
hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
b. Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5,
maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction.
c. Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka
hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.
d. Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e)
kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency
2x2 (Notoatmodjo, 2010)
G. Etika Penelitian
Nursalam (2003) menyebutkan dalam melakukan penelitian peneliti harus
memperhatikan masalah etika peneliti yang meliputi :
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti akan
menjelskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengambilan data, bila subyek menolak
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menhormati hak-hakresponden.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 58
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi kode
masing-masing lembar tersebut.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, haknya kelompok
data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset sesui
desngan penelitian.
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 59
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 2 Mamuju Kab.
Mamuju Tahun 2014
A. Analisis Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelas
di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
Kelas Total Persentase (%)
X 53 63,9
XI 29 34,9
Total 82 100,0
Sumber : data primer 2014
Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa, kelompok kelas X sebayak 53
orang (63,9 %) responden, sedangkan kelompok kelas XI sebanyak 29 orang (34,9 %)
responden.
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
Umur Total Persentase (%)
>15 Tahun 5 6,0
15 Tahun
sebayak 5 orang (6,0 %) responden, sedangkan kelompok umur
STIKES Andini Persada Mamuju Sul-Bar 60
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku
di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
Prilaku Total Persentase (%)
Merokok 67 81,7
Tidak Merokok 15 18,3
Total 82 100,0
Sumber : data primer 2014
Berdasarkan tabel 5.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang
diteliti ditemukan mayoritas siswa merokok, yaitu sebanyak 67 responden (81,7 %),
sedangkan kelompok tidak merokok sebanyak 15 orang (18,3 %) responden.
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
di SMA Negeri 2 Mamuju Kab. Mamuju Tahun 2014
Pengetahuan Total Persentase (%)
Baik 14 17,1
Cukup 18 22,0
Kurang 50 61,0
Total 82 100,0
Sumber : data primer 2014
Berdasarkan tabel 1.