This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LUARAN ARTIKEL ILMIAH KKN BMC 1 TAHUN 2021
(Bukti Sumbit Jurnal)
Dosen Pembimbing:
Sheyra Silvia Siregar, S. S., MTCSOL
Anggota kelompok DPL:
Retno Ida Purwaningsih 2211418002
Nada Salsabila 2411418022
Puput Sugiarto 2411418042
Khusnul Khotimah 3111418041
Aprilia Dian Nursafitri 3211418015
Vita Fatimah 3211418105
Gusta Syaeful Arifin 4611418038
Agung Wihartanto 5211418038
Via Fitriani 6211418051
Amanati Nurfitrianingsih 7211418145
Indah Tri Listianengsih 7311418218
Sya Nuri Artika 8111418151
Upaya Re- Branding Identitas Usaha Sebagai Peningkatan Mutu Produk UMKM dan
Meningkatkan Presentase Selling
Re- branding efforts as an improvement in the product of umkm and increase its
percentage
Sheyra Silvia Siregar
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Data Penulis Korespondensi / information of corresponding author
Nama penulis
Author name
Surel
Email
Nomor HP
Contact No.
Alamat Surat
Mail Address
PENDAHULUAN
Perkembangan UMKM di Indonesia saat ini berkembang pesat. Seiring berkembangnya teknologi,
persaingan UMKM di Indonesia semakin ketat. Berdasarkan data dari perkembangan Badan Pusat
Statistik ( BPS ), UMKM di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2010,
jumlah UMKM ada 52,8 juta dan pada tahun 2018 bertambah menjadi 64,2 juta usaha. UMKM biasa
disebut Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mana usaha disekitar rumah seperti warung bisa saja
disebut UMKM.
UMKM merupakan usaha yang produktive untuk dikembangkan bagi mendukung perkembangan
ekonomi secara makro dan mikro di Indonesia dan mempengaruhi sektor-sektor yang lain bisa
berkembang. Salah satu sektor yang terpengaruh dari pertumbuhan UMKM adalah sektor usaha kuliner.
Lebih dari separuh UMKM yang ada di Indonesia merupakan usaha kuliner. Hal ini menjadikan pola
persaingan yang sangat tinggi, dan sangat diperlukannya branding.
Branding adalah sebuah kegiatan komunikasi, mempekuat, mempertahankan sebuah brand dalam
rangka memberikan perspektif kepada orang lain yang melihatnya.
Menurut Kotler (2009), branding merupakan nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi
dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa atau kelompok penjual
dengan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing.
Sedangkan menurut Landa (2006), pengertiannya bukanlah sekedar merek atau nama dagang dari
sebuah produk, jasa, atau perusahaan.
Namun semuanya yang berkaitan dengan hal-hal yang kasa mata dari sebuah merek mulai dari nama
dagang, logo, ciri visual, citra, kredibilitas, karakter, kesan, persepsi, dan anggapan yang ada di benak
konsumen perusahaan tersebut.
Lambat laun definisi branding semakin berkembang hingga kini didefinisikan sebagai kumpulan
kegiatan komunikasi yang dilakukan perusahaan dalam rangka proses membangun dan
membesarkan brand.
Branding bukan hanya dibuat semata-mata sekedar memastikan logo atau merek itu dikenal masyarakat.
Tetapi harus menciptakan emosional diantara konsumen dengan perusahaan atau pelayanan. Branding
dibuat untuk membentuk cintra suatu usaha yang dikenal oleh konsumen.
Usaha untuk membangun sebuah merek ( Brand building ) bukan sekedar gencar melakukan berbagai
aktivitas komunikasi pemasaran, tetapi yang terpenting dapat terus menunjukkan value yang tinggi yang
bisa disampaikan kepada pelanggan atau konsumen mulai dari kualitas hingga pada inovasi produk.
Sebenarnya, usaha branding yang dilakukan tak lain adalah untuk meningkatkan presentase selling. Personal selling adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap pebisnis guna mempertahankan dan
juga mengembangkan bisnisnya dengan mendapatkan keuntungan dari konsumen.
Henry Simamora menjelaskan bahwa personal selling adalah penyampaian secara lisan atau
percakapan antara satu atau lebih calon konsumen dengan penjual agar konsumen mau melakukan
penjualan.
Pride dan Ferrel berpendapat bahwa personal selling adalah suatu bentuk komunikasi yang dijalin
secara pribadi untuk memberikan informasi kepada pelanggan dan membujuknya untuk membeli produk
yang ditawarkan.
METODE PENERAPAN
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus deskriptif kualitatif. Berdasarkan Modul Rancangan
Penelitian ( 2019 ) yang diterbitkan Ristekdikti, penelitian kualitatif bisa dipahami sebagai prosedur riset
yang memanfaatkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang bisa diamati.
Sejalan dengan kenyataan Bogdan dan Taylor ( 1975 ), dimana mereka mengartikan bahwasanya
penelitian kualitatif juga termasuk metodologi yang dimanfaatkan.sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif, sedangkan data deskriptif adalah data yang ditulis menggunakan kata -
kata secara mendetail. Sedangkan proses perolehan data dihasilkan dari observasi studi kasus pada objek
yan diteliti. Objek penelitian ini adalah Pelaku UMKM bidang kuliner. dan dideskripsikan sesuai
perolehan data yang didapatkan.
HASIL DAN KETERCAPAIAN SASARAN
Upaya rebranding yang bertujuan sebagai peningkatan mutu produk UMKM Kuliner memiliki peranan
yang signifikan terhadap nilai produk yang akan berpengaruh terhadap hasil penjualan produk yang
sudah melalui proses rebranding. Dalam prosesnya, Rebranding bukan hanya merubah produk dari segi
visualisasinya saja akan tetapi lebih kepada langkah prefentif dan visi misi secara actual mengikuti
perkembangan zaman.
UMKM yang akan melakukan rebranding harus memperhatikan tujuan rebranding itu sendiri, adapun
tujuannya sebagai berikut:
1. memperoleh audiens yang lebih banyak
Seiring dengan perkembangan teknologi dan memudahkan pelaku usaha mempromosikan
produknya audiens adalah sesuatu terpenting yang menjadi sasaran promosi usaha mereka.
dengan rebranding UMKM bisa menawarkan produknya semaksimal mungkin untuk
menciptakan daya tarik sebanyak banyaknya dari target audiens brand produknya.
2. menciptakan keuinkan terhadap brand sendiri
sesuatu yang unik pastinya akan lebih diperhatikan oleh target konsumen. seuatu yang
berbeda dengan produk lain akan menambah nilai lebih terhadap marketing produk.
3. Menjaga Eksistensi
Resiko suatu usaha mengalami bangkrut adalah karena tidak up to date terhadap tren
market. rebranding yang melihat tren market akan selalu memvisualisasikan produknya
sesuai tren yang sedang eksis.
4. Meningkatkan Keuntungan Usaha
Kualitas brand dan ekistensi yang terjaga akan menumbuhkan daya beli konsumen dan
memunculka trust bagi pelanggan. karena daya beli yang terjaga dan terus meningkat,
keuntungan usaha juga akan terus bertambah.
Dari observasi yang sudah dilakukan melalui pengamatan objek dan literature yang didapatkan.
rebranding adalah upaya yang sangat efisien dan memiliki efektifitas yang tinggi. dari analisis yang
dilakukan upaya rebranding tetap harus memperhatikan SWOT, karena suatu produk akan tetap laku
dipasaran ketika produk tersebut memiliki kekuatan dan memperoleh kepercayaan konsumen.
Sebelum di lakukan analasis SWOT, dilakukan klasifikasi dan analisis faktor internal (kekuatan dan
1) Disusun faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
2) Dilakukan pemberian bobot dari 1,00 hingga 0,00 (dari sangat penting hingga tidak
penting) tergantung besarnya dampak faktor tersebut.
3) Dilakukan pemberian rating skala 4-1 untuk kekuatan (kekuatan yang besar diberikan
nilai 4 dan yang paling kecil diberikan nilai 1).
4) Dilakukan pemberian rating skala 1-4 untuk kelemahan (kelemahan yang besar di
berikan nilai 1 dan yang paling kecil diberikan nilai 4).
5) Dilakukan perkalian antar bobot dengan rating sehingga diperoleh nilai untuk setiapa
faktor.
6) Nilai setiap faktor di jumlahkan sehingga diperoleh nilai total untuk faktor strategi
eksternal. Nilai ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor
internalnya dan dapat digunakan sebagai pembanding untuk perusahaan sejenis.
Setelah itu dilakukan klasifikasi dan analisis faktor-faktor strategi eksternal (EFAS=External Factor
Analysis Sunmary). Prosedur analsis faktor-faktor adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2002):
1) Disusun faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman.
2) Dilakuukan pemberian bobot dari 1,00 hingga 0,00 (dari sangat penting
hingga tidak penting) bergantung besarnya dampak faktor tersebut.
3) Dilakukan pemberian rating skala 4-1 untuk peluang (pluang yang besar).
4) Dilakukan pemberian rating skala 1-4 untuk ancaman (ancaman yang besar).
5) Dilakaukan perkalian antar bobot dengan rating sehingga diperoleh nilai untuk setiap
faktor.
6) Nilai setiap faktor di jumlahkan sehingga diperoleh nilai total untuk faktor strategi
eksternal. Nilai ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor
eksternalnya dan dapat digunakan sebagai pembanding untuk perusahaan sejenis.
Analisis SWOT tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya rebranding terhadap produk yang akan
dipasarkan. untuk memperoleh daya jual yang tinggi sebagai tujuan dari rebranding itu sendiri maka
diperlukan metode selling yang tepat.
Fenomena saat ini, pelaku bisnis dalam penentuan harga jual hanya berdasarkan perhitungan kasar atau
tradisional. Pelaku bisnis tidak dapat secara pasti menentukan kos per unit produk, dan margin per unit
hasil penjualan produknya. Metode perhitungan yang kasar atau tradisional dapat menyebabkan kos per
unit produk mengalami distorsi, sehingga pelaku bisnis tidak akan dapat menentukan harga jual yang
berdaya saing (Hansen dan Mowen, 2009: Kaplan, dan Porter, 2011: Evaraet dan Werner, 2007; Kuchta
dan Troska, 2007). Metode tradisional hanya menggunakan satu macam dasar pembebanan kos untuk
pemakaian sumber daya, padahal setiap pemakaian sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi
berdasarkan dasar pembebanan yang berbeda pula, hal ini menjadi suatu keterbatasan dari metode
tradisional. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk menciptakan harga jual produk yang berdaya
saing adalah menetapkan cost leadership (Kepemimpinan biaya). Kepemimpinan biaya dapat diperoleh
dengan memproduksi produk-produk dengan tingkat biaya yang paling rendah dibandingkan dengan
pesaingnya (Thompson, et al, 2010 dan Gervaes, et al, 2010).
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa selling merupakan titik ujung dari tujuan usaha. untuk
mencapai tujuan tersebut upaya rebranding sebagai dasar berhasilnya suatu produk dapat tetap eksis
dipasaran melalu tahapan yang harus dilalui secara efisien dan memiliki dampak efektifitas yang tinggi.
UMKM Kuliner hendaknya memperhatikan pola tren yang sedang berkembang, memiliki visi yang jelas
dan memnjalankan misi semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan segala resiko pasar yang
mungkin akan terjadi. Rebranding sebagai kunci berhasilnya produk tetap bertahan tentunya juga harus
menggunakan metode marketing yang tepat pula. prosentase penjualan yang maksimal tentunya juga
didapat dari kualitas dan analisis produk yang baik. melalui rebranding, UMKM Kuliner akan
mendapatkan benefit tersebut. dapat mengikuti tren dan terus berinovasi menciptakan keunikan sebagai
identitas produk guna menambah nilai jual atau prosentase penjualan produk UMKM Kuliner.
Tahap Eksplorasi
Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan
penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu. Ditahap ini penulis dan tim melakukan observasi
berbagai macam umkm desa yang nantinya akan diangkat untuk dijadikan re-branding identitas visual
untuk meningkatkan citra produk.
Gambar 1. Produk UMKM Saleh DSW
Usaha Kuliner Saleh DSW adalah UMKM yang diangkat untuk re-branding indentitas visual oleh tim
dengan mempertimbangkan kurangnya sebuah ciri khas / identitas yang melekat pada produk sebagai
pembeda dengan produk lain di pasaran. Pada mulanya Saleh pisang DSW bernama saleh pisang mandiri
yang kemudian berganti menjadi DSW yang merupakan inisial dari nama anak anak dari peemilik usaha
Sale pisang. Bahan dasar pembuatannya adalah pisang, adonan tepung, penyedap rasa, pemanis buatan,
vanili.
Eksplorasi yang didapat dari identitas visual saleh DSW adalah penggunaan model atau template untuk
logo yang sangat umum digunakan dengan penerapan bentuk oval atau bulat dengan keterangan produk
didalamnya sehingga konsumen tidak akan terlalu memperhatikan atau tidak mempunyai daya tarik
visual yang mampu membuat konsumen tertarik untuk membeli hanya dari melihat tampilan visualnya
Identitas visual merupakan wajah pertama yang akan dikenali oleh masyarakat ketika sebuah
brand/produk muncul di pasaran. Tujuan dari identitas visual sendiri untuk menciptakan kesan/sifat
sebuah brand kepada audiens. Dan kemasan visual dari saleh dsw belum memiliki elemen dari identitas
visual yang dapat menjadikannya pembeda dengan brand lain di pasaran.Untuk itu tim penulis
melakukan upaya rebranding identitas visual untuk menghadirkan wajah baru saleh dsw yang mampu
mengangkat dari segi kesan dan kebaruan yang dihadirkan.
Dari sinilah semua tahap eksplorasi terkait ide produk sale pisang DSW, sejarah dan perjalanan usaha
sale, pengumpuan data dan referansi guna penciptaan kemasan yang kemudian di olah dan dianalisis
keseluruhan data untuk selanjutnya masuk pada tahap perancangan desain kemasan sale pisang DSW
Tahap Perancangan
Pada tahap perancangan dibagai dalam dua sub yaitu perancangan untuk identitas visual produk dan
perancangan pada kemasan produk. Dimana kedua bagian ini saling berkaitan dalam menciptakan
sebuah kesan di masyarkat dan dalam dunia brand itu sendiri.
Gambar 2. Rancangan desain identitas visual
Gambar 3. Rancanga model kemasan dan penempatan
Perancangan desain identitas visual sale DSW yang baru menekankan pada unsur kebaruan dan
modernisasi dengan memunculkan kesan nikmat yang sesuai dengan produk sale. Penggunaan ilustrasi
sale sebagai ciri khas dan informasi terkait isi produk. Perubahan gaya desain terletak pada keberanian
untuk menciptakan pola baru dan berbeda dengan model desain kotak dan penempatan pada sudut bawah
kemasan. Penempatan ini bukan tanpa alasan, bagian saleh bagian bawah yang tidak rata akan tertutupi
oleh logo sehingga menimbulkan kesan rapi dan tidak berantakan dibandingkan dengan logo
sebelumnya di tengah bagian bawah sale akan terlihat tidak rata.
Gambar 3. Ilustrasi identitas visual sale
Identitas visual yang diciptakan dengan maksud untuk menyampaikan kesan kepada audiens melalui
penggunaan ilustrasi produk saleh dengan bagian pada nama produk sekaigus memunculkan ekspresi
orang yang terkesan santai atau sedang menikmati sesuatu.
Gambar 3. Rancangan Kemasan
Produk saleh pada umumnya dipasaran menggunakan kemasan plastik sebagai pelindung kualitas
produk hingga pada tangan konsumen. Pada kemasan lama menggunakan media klip untuk menutup
kemasan namun udara masih masuk dan saleh tidak bertahan lama atau kualitas akan menurun. Dalam
kebaruan yang dihadirkan di kemasan baru menggunakan sistem pres sehingga udara tidak masuk dan
kualitas produk terjaga hingga tangan konsumen
Tahap Perwujudan
Gambar 4. Realisasi rancangan desain
Gambar 5. Standar produksi logo
Gambar 6.Identitas visual baru sale
Pada tahap perwujudan semua rancangan dan ide dari penggalian informasi dan eksplorasi dituangkan
dalam bentuk digital melalui proses desain menggunakan perangkat computer dan software desain
dalam penciptaaannnya. Dengan melibatkan tiga pendekatan krtitik seni dalam penciptaannya antara
lain:
Pendekatan formalistik (kajian Bentuk)
• Kebaruan yang dihadirkna dalam proses pengemasanan menggunakan sistem press panas
menjadikan kemasan lebih terlihat rapih dan mampu menjaga kualitas isi produk hingga tangnan
konsumen daripada sebelumnya yang hanya menggunakan staples.
• Ukuran kemasan tidak terlalu besar maupun kecil sehingga memberikan kenyamanan kepada
konsumen dan mudah dibawa
• Kemasanan menggunakan plastic ukuran 1 kg dengan berat bersih produk 160gr dengan isian
6-7 potong sale dengan tujuan menjadikannya produk sekali makan yang bisa habis dalam
sekali buka dan tidak perlu untuk disimpan sehingga kualitas produk tidak menurun
Pendekatan Instrumental(fungsi praktis dan psikis)
• Daya tarik dari fungsi praktis kemasan sale pisang DSW yang baru adalahan kelebihan dari
sistem press panas yang lebih kedap udara sehingga melindungi kualitas isi produk sale,
kemasan disesuaikan isi dan porsi produk sehingga mudah disimpan dan tidak memakan banyak
tempat.
• Daya tarik fungsi psikis kemasan sale DSW adalah penggunaan warna kuning dan coklat pada
desain identitas visual untuk memberikan kesan / citra hangat, bersahabat, dan menarik mata
audiens untuk mengamati. Ilustrasi sale dalam kemasanan sebagai identitas pembeda dengan
produk sale lainnya yang menggunakan pendekatan ilustrasi yang lembut dan ramah
Pendekatan Ekspresi
• Ciri khas dari kemasan pisang sale DSW terletak pada ilustrasi dalam desain kemasan dimanan
pada bagian nama produk akan terlihat kalimata “Sale DSW” menggambarkan ekspresi wajah
orang yang sedang menikmati yang mengesankan tentang kenikmatan sale pisang DSW
• Pemiliha warna dominan kuning dan coklat untuk mencitrakan tentang isi produk dan menarik
mata konsumen untuk mengamati lebih lama produk dibandingkan brand lain
KESIMPULAN
Dimasa pandemi ini semua bidang mengalami dampaknya . melalui rebranding identitas visual ini tim
penulis mecoba membantu pelaku usaha kecil menengah untuk bertahan dan berkembang dengan
menghadirkan Inovasi dan upaya rebranding identitas visual di bidang UMKM kuliner diharapkan
mampu untuk meningkatkan eksistensi brand dan mengangkat penjualan produk di masyarkat secara
luas dengan menerapkan berbagai pendekatan desain dalam penciptaan identitas visual yang lebih
modern dan berkualitas mengikuti selera pasar masyarkat saat ini
DAFTAR PUSTAKA
Safitri, D. I. B. (2017). Strategi rebranding zora radio. Jurnal PRofesi Humas.Vol. 2, No. 1, Agustus
2017, 1-12
Simonson, A.(1997). (2019). Marketing aesthetics: the strategic management of brands, identity and
image, NY: Free Press
Tinarbuko, Sumbo. (2017). DEKAVE: Desain Komunikasi Visual Penanda Zaman Masyarakat
Global. Yogyakarta: Penerbit CAPS.
Tinarbuko, Sumbo. (2017). Membaca Makna Tanda dan Makna Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta: Penerbit BP ISI Yogyakarta.
Riztama, Wirania, & Patra (2017). Membangun identitas visual untuk media promosi mikro kecil dan menengah. Fakultas Industri Kreatif - Universitas Telkom.
Adelia & Dergibson (2020). Pengaruh brand identity terhadap brand loyalty melalui brand image dan brand trust. Manajemen, Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie
Abstrak. Tingkat kesadaran masyrakat Indonesia terhadap kebiasaan baru dalam rangka memerangi pandemi Covid-19 tergolong masih rendah, dan dalam hal ini penting dilakukan sosialisasia adaptasi kebiasaan baru terhadap masyarakat sebagai upaya pembudayaannya, mengingat pandemi Covid-19 belumlah usai. Sosialisasi adaptasi kebiasaan baru dengam materi utama adalah kebiasaan 5M dilakukan oleh mahasiswa KKN BMC UNES 2021 wilayah Kabupaten Kebumen dengan mengacu pada lokasi KKN penulis yaitu di 3 (tiga) desa di wilayah Kabupaten Kebumen. Metode pelaksanaan sosialisasi dilakukan dengan cara luring maupun daring dengan menggunakan media sosialisasi berupa video dan poster yang berkearifan lokal, dengan maksud untuk dapat menarik masyarakat serta masyarakatpun dapat lebih mudah memahami materi sosialisasi. Hasil dari adanya sosialisasi adaptasi kebiasaan baru ini, masyarakat menjadi lebih berwawasan terkait dengan pentingnya adaptasi kebiasaan baru di masa pandemic serta mulai terpupuk kesadarannya untuk memulai membiasakannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Kata Kunci: Adaptasi, Sosialisasi, 5M, Produktivitas, Covid-19