Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan idiil pembangunan nasional adalah Pancasila, dan landasan
konstitusionalnya adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh
karenanya, pembangunan kesehatan diselenggarakan pula dengan
berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945, di mana dinyatakan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini melandasi pemikiran bahwa
sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi.
Keinginan untuk tercapainya kesehatan Indonesia tersebut
melahirkan ide untuk pembangunan kesehatan dilandaskan kepada
Paradigma Sehat dalam ‘Visi Indonesia Sehat 2025’ yaitu lebih
mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), tanpa mengesampingkan usaha kuratif
dan rehabilitatif. Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia
Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum,
serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). Oleh
karena itu, pemerintah mencanangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
untuk menilai status kesehatan pada tingkat rumah tangga.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut dioperasionalkan
pada level individu, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar
PHBS menjadi budaya hidup setiap individu agar mampu untuk selalu
1
Page 2
memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri sehingga tercapai
tujuan Misi Indonesia Sehat 2025.
Dalam teori HL. Blum disebutkan bahwa faktor penyebab penyakit
ada 4, yaitu genetik, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Ini
menunjukkan terjadinya penyakit dapat dipengaruhi faktor tunggal
ataupun multifaktoral. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh
multifaktoral, yaitu genetik dan perilaku, adalah hipertensi. Hipertensi
adalah tekanan darah tinggi, yaitu keadaan yang mana arteri
mengalami kenaikan baik sementara atau berkelanjutan ke
tingkat kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan
kardiovaskular atau konsekuensi yang merugikan lainnya,
biasanya dengan tekanan ≥140/≥90mmHg.
Dalam rangka mengidentifikasi strata PHBS ditingkat Rumah
Tangga, maka perlu dilakukan penilaian strata PHBS, khususnya di Desa
Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Data
dan informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan upaya tindak lanjut untuk meningkatkan kesehatan bahkan
kesejahteraan masyarakat khususnya warga Desa Pandak RT 04 RW 02
Kecamatan Baturraden.
B. Tujuan
1.Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu mengintegrasikan konsep determinan sehat sakit,
upaya promotif dan preventif dengan menerapkan prinsip-prinsip
pendekatan survei epidemiologi.
2.Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu melakukan penilaian tekanan darah
b. Mahasiswa mampu melakukan penilaian fungsi fisiologis keluarga
(Family APGAR)
c. Mengetahui prevalensi hipertensi dan Fungsi Fisiologis keluarga
d. Mahasiswa mampu menilai PHBS
2
Page 3
e. Mahasiswa mampu melakukan metode pengumpulan, pengolahan,
analisis, penyajian, dan pelaporan data secara benar sesuai prinsip-
prinsip epidemiologi deskriptif
f. Mahasiwa mampu menjelaskan metode rapid survey sebagi salah
satu metode pengumpulan data/informasi dari sebagian populasi
yang dianggap mewakili (representative)
C. Manfaat
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengintegrasikan konsep
determinan sehat sakit, upaya promotif dan preventif dengan
menerapkan prinsip-prinsip pendekatan survei epidemiologi.
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar dapat melakukan
penilaian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara
observasi langsung dan wawancara.
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang penilaian fungsi
keluarga (Family APGAR).
4. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang prevalensi strata PHBS dan
Fungsi Fisiologis Keluarga.
5. Melatih mahasiswa agar mampu melakukan metode pengumpulan,
pengolahan, analisis, penyajian dan pelaporan data secara benar sesuai
prinsip-prinsip epidemiology (statistik deskriptif).
6. Memperdalam pemahaman mahasiswa tentang metode rapid survey
sehingga dapat menjelaskan metode tersebut sebagai salah satu metode
pengumpulan data/ informasi dari sebagian populasi yang dianggap
mewakili (representative).
7. Mengetahui riwayat hidup dalam keluarga dengan menggunakan
genogram.
3
Page 4
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Desa Pandak Kabupaten Baturraden RT 04 RW 02
a) Keadaan Geografis
Gambar 1. Peta Wilayah Desa Pandak Tahun 2013
Peta di atas menunjukkan wilayah keseluruhan dari Desa
Pandak, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Desa
Pandak memiliki total luas wilayah 87,360 Ha dengan jumlah
4
Page 5
penduduk 2.680 jiwa yang terdiri dari 1.305 orang laki-laki dan
1.375 orang perempuan. Wilayah desa terbagi menjadi 18 RT
dan saat ini dikepalai oleh Bapak Muritno. Wilayah yang
menjadi lokasi praktik lapangan adalah RT 04 RW 02, yang
memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Batas Utara : sungai dan RT 03 RW 02 Desa Pandak
Batas Timur : RT 01 RW 04 Desa Pandak
Batas Selatan : persawahan dan Kelurahan Pabuwaran
Batas Barat : Jalan Raya Baturraden dan RT 04 RW 01
b) Keadaan Demografi
Berdasarkan data yang diperoleh dari database RT 04 RW
02, terdapat 37 kepala keluarga (KK). Kami melakukan survei
terhadap 35 KK dengan jumlah total anggota keluarga 100
orang. Hal ini dikarenakan 35 KK ini adalah keluarga yang
menetap (bukan mengontrak). Namun dari 100 anggota keluarga
tersebut ada beberapa individu yang tidak dapat ditemui untuk
disurvei dengan keterangan sebagai berikut:
a. 2 orang tidak dapat ditemui untuk survei hipertensi karena
sedang sakit.
b. 5 orang tidak dapat ditemui untuk survei fungsi keluarga
ataupun hipertensi karena sedang bekerja di luar kota.
c. 2 orang tidak dapat ditemui untuk survei fungsi keluarga
ataupun hipertensi karena sedang bekerja di luar negeri.
d. 1 orang sedang berada di luar kota.
Dari penduduk yang berhasil kami survei dapat dilihat
data demografisnya. Berikut merupakan klasifikasi penduduk
berdasarkan beberapa kategori:
a. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk RT 04 RW 02 yang berhasil kami data dalam
praktik lapangan selama tiga hari dapat dilihat keadaan
5
Page 6
demografisnya terkait dengan jenis kelamin melalui tabel
berikut ini:
Tabel 1. Populasi RT 04 RW 02 Desa Pandak tahun 2013.
Laki-laki Perempuan Total
51 49 100
b. Penduduk Menurut Usia
Sementara penduduk RT 04 RW 02 berdasarkan usia
yang dapat didata selama pelaksanaan praktik lapangan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Populasi RT 04 RW 02 Desa Pandak tahun 2013.
Kategori Umur Jumlah
0 - 4 8
5 - 9 15
10 -14 5
15 - 19 4
20 - 24 5
25 - 29 5
30 - 34 11
35 - 39 12
40 - 44 2
45 - 49 7
50 - 54 8
55 - 59 2
60 - 64 6
65 - 69 7
70 - 74 3
75 - 79 0
80 + 0
TOTAL 100
6
Page 7
Maka berdasarkan data demografi penduduk Desa
Pandak berdasarkan jenis kelamin dan usianya yang telah
dibuat tabel sebelumnya, dapat digambarkan piramida
penduduk sebagai berikut:
0 - 45 - 9
10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 7475 - 79
80 +
20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 5.0 10.0 15.0
PL
Gambar 2. Piramida Penduduk RT 04 RW 02 Desa Pandak
Tahun 2013.
Berdasarkan piramida penduduk di atas, dapat
disimpulkan bahwa angka harapan hidup cukup rendah,
untuk angka kelahirah (natalitas) tinggi.
7
Page 8
c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dari penduduk Desa Pandak RT 04
RW 02 yang telah didata dapat dilihat pada diagram berikut:
36%
6%
50%
3%6%
Pendidikan Tertinggi
PAUDTKSDSMPSMAD3S1S2
Gambar 3. Diagram Tingkat Pendidikan Penduduk yang
Sudah Tidak Sekolah di RT 04 RW 02 pada
tahun 2013.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa ada
36% penduduk yang memiliki pendidikan tertinggi SD. 5%
penduduk yang memiliki pendidikan tertinggi SMP. 50%
penduduk memiliki pendidikan tertinggi SMA. 3% penduduk
memiliki pendidikan tertinggi D3. 6% penduduk memiliki
pendidikan tertinggi S1. Sementara untuk yang memiliki
pendidikan tertinggi PAUD, TK, dan S1 adalah 0%.
Sementara untuk penduduk yang masih sekolah,
klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan yang sedang
dijalaninya adalah sebagai berikut:
8
Page 9
26%
6%
15%29%
12%
9%
3%
Pendidikan
Belum SekolahPAUDTKSDSMPSMAKuliah
Gambar 4. Diagram Tingkat Pendidikan Penduduk yang
Masih Sekolah di RT 04 RW 02 pada tahun 2013.
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa ada
26% penduduk yang masih belum sekolah. 6% penduduk
yang masih mengenyam pendidikan di PAUD. 15%
penduduk yang masih mengeyam pendidikan di bangku TK.
29% penduduk yang masih mengenyam pendidikan di
bangku SD. 12% penduduk yang masih mengenyam
pendidikan di bangku SMP. 9% penduduk yang masih
mengenyam pendidikan di bangku SMA. Dan 3% penduduk
yang masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah.
Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
untuk penduduk yang sudah tidak sekolah di RT 04 RW 02
Desa Pandak termasuk menengah ke atas dengan mayoritas
memiliki pendidikan tertinggi SMA. Sementara untuk
penduduk yang masih bersekolah termasuk menengah ke
bawah, dengan mayoritas masih mengenyam pendidikan di
bangku sekolah dasar (SD).
9
Page 10
d. Penduduk Menurut Pekerjaan
Penduduk RT 04 RW 02 Desa Pandak yang dapat
didata berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada diagram
berikut ini:
4%
17%
8%
5%
6%
60%
Pekerjaan
PNSPegawai BUMNPegawai SwastaPetaniBuruhWiraswastaLain-lain
Gambar 5. Diagram Pekerjaan Penduduk RT 04 RW 02 Desa
Pandak Tahun 2013.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 4%
penduduk RT 04 RW 02 Desa Pandak bekerja sebagai PNS.
0% penduduk yang bekerja sebagai pegawai BUMN. 17%
penduduk yang bekerja sebagai pegawai swasta. 8%
penduduk yang bekerja sebagai petani. 5% penduduk yang
bekerja sebagai buruh. 6% penduduk yang bekerja sebagai
wiraswasta. Dan 60 % penduduk yang pekerjaannya
termasuk kategori lain-lain, misalnya bekerja sebagai pelaut
ataupun pengajar (PAUD atau TK) yang bukan PNS.
Kemudian setelah melihat pekerjaan anggota keluarga,
kita dapat mengklasifikasikan penduduk berdasarkan
penghasilan rata-rata keluarga per bulan, yang dapat dilihat
pada diagram berikut ini:
10
Page 11
18%
27%
27%
14%
14%
Penghasilan
≤Rp 650.000Rp 700.000 - Rp 1.500.000Rp 1.500.000 - Rp 3.000.000>Rp 3.000.000Tidak Bersedia
Gambar 6. Diagram Penghasilan Penduduk RT 04 RW 02
Desa Pandak Tahun 2013.
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 18%
KK dengan penghasilan rata-rata per bulan kurang dari Rp
650.000,00. 27% KK dengan penghasilan rata-rata Rp
700.000,00 – Rp 1.500.000,00. 27% KK dengan penghasilan
rata-rata per bulan Rp 1.500.000,00 – Rp 3.000.000,00. 14%
KK dengan penghasilan rata-rata per bulan diatas Rp
3.000.000,00. Dan 14% KK tidak bersedia untuk memberikan
keterangan mengenai penghasilan rata-rata per bulan
keluarganya.
Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat ekonomi
berdasarkan penghasilan penduduk di RT 04 RW 02 Desa
Pandak termasuk menengah dengan mayoritas penghasilan
Rp 700.000,00 – Rp 3.000.000,00.
11
Page 12
c) Sarana dan Prasarana
a. Sarana Pendidikan
Tabel 3. Daftar Sarane Pendidikan Desa Pandak Tahun 2013.
NO PRASARANAKETERANGAN
( ada / tidak )
JUMLAH
( buah )
1 PAUD ada 1
2 TK ada 1
3 SD ada 3
4 SLTP tidak ada 0
5 SLTA tidak ada 0
6 Universitas/Akademi/
Sekolah Tinggi
tidak ada 0
b. Sarana Kesehatan
Tabel 4. Daftar Sarana Kesehatan Desa Pandak Tahun 2013.
NO PRASARANAKETERANGAN
( ada / tidak )
JUMLAH
( buah )
1 Rumah Sakit
Umum/Klinik
ada 1
2 RS Bersalin tidak ada 0
3 Puskesmas tidak ada 0
4 Puskesmas Pembantu tidak ada 0
5 Poliklinik tidak ada 0
6 Dokter Praktek ada 1
7 Polindes ada 1
8 Bidan ada 2
2. Epidemiologi Deskriptif
Karakteristik penduduk yang telah didata, dapat dibedakan
berdasarkan beberapa kategori sebagai berikut:
a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
12
Page 13
Penduduk di RT 04 RW 02 Desa Pandak yang termasuk
responden dapat dilihat pengetahuan dan sikap mengenai PHBS
keluarganya melalui diagram berikut ini:
79%
21%
Skor PHBS
Sehat PratamaSehat MadyaSehat UtamaSehat Paripurna
Gambar 7. Diagram Skor PHBS Keluarga Penduduk RT 04 RW
02 Desa Pandak Tahun 2013.
Dari 24 rumah dengan 35 KK yang telah disurvei, dapat
dilihat bahwa secara keseluruhan PHBS dari penduduk RT 04
RW 02 Desa Pandak sudah baik dengan persentase KK yang
termasuk kategori Sehat Utama adalah 79% dan kategori Sehat
Paripurna adalah 21%. TIdak ada KK yang masuk dalam
kategori Sehat Pratama dan Sehat Madya (0%), hal ini
menunjukkan pengetahuan dan perilaku hidup sehat penduduk
sudah cukup baik.
b) Fungsi Keluarga (APGAR Score)
Keluarga penduduk RT 04 RW 02 Desa Pandak yang
diwakili oleh anggota keluarga dengan usia minimal telah duduk
di bangku kelas 7 menjadi responden untuk dilihat fungsi
keluarganya melalui skor APGAR dan didapathan hasil sebagai
berikut:
13
Page 14
80%
16%
4%
Skor APGAR
Keluarga SehatKeluarga Kurang SehatKeluarga Tidak Sehat
Gambar 8. Diagram Skor APGAR Keluarga Penduduk Desa
Pandak RT 04 RW 02 Tahun 2013.
Dapat dilihat bahwa 80% keluarga di RT 04 RW 02
termasuk kategori keluarga sehat (Healthy Family). 16%
keluarga yang masuk kategori keluarga kurang sehat. Dan 4%
Keluarga yang masuk dalam kategori keluarga tidak sehat
(Unhealthy Family).
c) Faktor Risiko Hipertensi pada Responden Usia ≥40 Tahun
Faktor resiko Hipertensi pada penduduk diatas usai 40
tahun yang berhasil dan bersedia untuk dijadikan responden
dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori, yaitu
sebagai berikut:
a. Terkait Jenis Kelamin
14
38.89 %
61.11 %
Page 15
Gambar 9. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk Desa
Pandak RT 04 RW 02 Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2013.
Jumlah responden hipertensi terkait jenis kelamin di
Desa Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan Baturraden, terdapat
laki-laki hipertensi 7 orang dengan presentasi 38,89 % dan
perempuan hipertensi sebanyak 11 orang dengan presentasi
61,11 %.
b. Terkait Perilaku Merokok
Gambar 10. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk Desa
Pandak RT 04 RW 02 Berdasarkan Perilaku
Merokok Tahun 2013.
Berdasarkan data praktik lapangan di Desa Pandak RT
04 RW 02 Kecamatan Baturraden, jumlah penduduk
15
laki-laki perempuan02468
1012
Jenis Kelamin
KategoriJu
mla
h Pe
ndud
uk
perokok bukan perokok02468
10121416
Perilaku Merokok
Kategori
Jum
lah
Pend
uduk
16,67 %
83,33 %
Page 16
hipertensi yang merokok terdapat 3 orang dengan presentasi
16,67 % dan jumlah penduduk hipertensi yang tidak merokok
terdapat 15 orang dengan presentasi 83,33%.
c. Terkait Perilaku Olahraga
Gambar 11. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk Desa
Pandak RT 04 RW 02 Berdasarkan Perilaku
Olahraga Tahun 2013.
Penduduk Desa Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan
Baturraden yang termasuk responden, terdapat penduduk
hipertensi yang melakukan olahraga sebanyak 14 orang
dengan presentasi 77,78 % dan penduduk hipertensi yang
tidak berolahraga berjumlah 4 orang dengan presentasi 22,22
%.
d. Terkait Adanya Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga
16
Olahraga Tidak Olahraga02468
10121416
Olahraga
Kategori
Jum
lah
Pend
uduk
77,78 %
22,22%
Page 17
Ada Riwayat Tidak Riwayat0
2
4
6
8
10
12
14
Riwayat Keluarga
Kategori
Jum
lah
Pend
uduk
Gambar 12. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk Desa
Pandak RT 04 RW 02 Berdasarkan Riwayat
Penyakit Hipertensi dalam Keluarga Tahun
2013.
Jumlah penduduk yang termasuk responden hipertensi
Desa Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan Baturraden yang
memiliki riwayat hipertensi sejumlah 6 orang dengan
presentasi 33,33% dan penduduk yang tidak memiliki riwayat
hipertensi sebanyak 12 orang dengan presentasi 66,67%.
e. Terkait Konsumsi Makanan Asin
17
33,33 %
66,67 %
Page 18
Gambar 13.Faktor Risiko Hipertensi Penduduk RT 04 RW 02
Desa Pandak Berdasarkan Konsumsi Makanan
Asin Tahun 2013.
Berdasarkan data praktik lapangan di RT 04 RW 02
Desa Pandak Kecamatan Baturraden tahun 2013, pada
penderita hipertensi, terdapat data sebagai berikut terkait
frekuensi konsumsi makanan asin:
a) Setiap hari : 5 penderita (27,77 %)
b) 3 x seminggu : 2 penderita (11,11 %)
c) 1-2x seminggu : 2 penderita (11,11 %)
d) Tidak setiap minggu : 4 penderita (22,22 %)
e) Tidak pernah : 5 penderita (27,77 %)
18
a b c d e0
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
527,77%
11,11% 11,11%
22,22%
27,77%
Konsumsi Asin
Kategori
Jum
lah
Pend
uduk
Page 19
f. Terkait Konsumsi Gorengan dengan Minyak Jelantah
a b c d e0
2
4
6
8
10
12
Konsumsi Gorengan
Kategori
Jum
lah
Pend
uduk
Gambar 14. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk RT 04
RW 02 Desa Pandak Berdasarkan Konsumsi
Gorengan dengan Minyak Jelantah Tahun 2013.
Pada penduduk Desa Pandak RT 04 RW 02 pada
penderita hipertensi, terdapat data sebagai berikut terkait
frekuensi konsumsi gorengan dengan minyak jelantah:
a) Setiap hari : 0 penderita (0%)
b) 3 x seminggu : 0 penderita (0%)
c) 1-2x seminggu : 3 penderita (16,6%)
d) Tidak setiap minggu : 4 penderita (22,22%)
e) Tidak pernah : 11 penderita (61,11%)
Sehingga dapat dilihat kecenderungan lebih besar
menderita hipertensi bagi responden pada sampel yaitu
dengan tidak pernah mengkonsumsi minyak jelantah.
19
Page 20
d) Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pada Penduduk Beresiko
Hipertensi
a. Terkait Perilaku Merokok
Tabel 5. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden
Terkait Perilaku Merokok di RT 04 RW 02 Desa
Pandak Tahun 2013.
Kategori Perokok Bukan Jumlah
Tekanan Darah
≥140/≥90 mmHg
3
(16,66%)
15
(83,33%)
18
(100%)
Tekanan Darah
<140/<90 mmHg
0
(0)
9
(100%)
9
(100%)
Dapat dilihat bahwa persentasi penduduk yang
mengalami hipertensi adalah 16,66% perokok dan 83,33%
bukan perokok. Hal ini menunjukkan kecenderungan perokok
tidak mengalami hipertensi pada sampel pengamatan di RT
04 RW 02 Desa Pandak Kecamatan Baturraden.
b. Terkait Perilaku Olahraga
Tabel 6. Jumlah Responden Terkait Perilaku Olahraga Di RT
04 RW 02 Desa Pandak pada Tahun 2013.
Kategori Olahraga Tidak Jumlah
Tekanan Darah
≥140/≥90 mmHg
14
(77%)
4
(23%)
18
(100%)
Tekanan Darah
<140/<90 mmHg
4
(44%)
5
(56%)
9
(100%)
Dapat dilihat bahwa persentasi penduduk yang
mengalami hipertensi adalah 77% gemar berolahraga dan
23% tidak berolahraga. Hal ini menunjukan kecenderungan
orang yang berolahraga mengalami hipertensi pada sampel
pengamatan di RT 04 RW 02 Desa Pandak.
20
Page 21
c. Terkait Adanya Riwayat Penyakit Keluarga
Tabel 7. Jumlah Responden Terkait Riwayat Hipertensi di RT
04 RW 02 Desa Pandak pada Tahun 2013.
Kategori Riwayat Tidak Jumlah
Tekanan Darah
≥140/≥90 mmHg
6
(33,33%)
12
(66,66%)
18
(100%)
Tekanan Darah
<140/<90 mmHg
0
(0%)
9
(100%)
9
(100%)
Dapat dilihat bahwa persentasi penduduk yang
mengalami hipertensi adalah 33,33% yang memiliki riwayat
penyakit keluarga dan 66,66% tidak memiliki riwayat
penyakit keluarga. Namun, pada penduduk yang tidak
mengalami hipertensi, tidak ada penduduk yang memiliki
riwayat penyakit keluarga dan 100% tidak memiliki riwayat
penyakit keluarga. Hal ini menunjukkan kecenderungan
orang yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
mengalami hipertensi pada sampel pengamatan di RT 04 RW
02 Desa Pandak Kecamatan Baturraden.
d. Terkait Frekuensi Konsumsi Makanan Asin
Tabel 8. Jumlah Responden Terkait Konsumsi Makanan Asin
di RT 02 RW 01 Desa Pandak pada Tahun 2013.
KategoriKonsumsi Makanan Asin
a b C d e Jml.
Tekanan Darah
≥140/≥90 mmHg
5 3 1 4 5 18
Tekanan Darah
<140/<90 mmHg
1 0 5 3 0 9
Dapat dilihat bahwa persentasi penduduk yang
mengalami hipertensi adalah 27,77% mengkonsumsi
makanan asin setiap hari dan tidak pernah, 16,6%
21
Page 22
mengkonsumsi makanan asin 3 kali seminggu, 5,55 %
mengkonsumsi 1-2 kali seminggu dsn 22,22%
mengkonsumsinya tidak setiap minggu. Hal ini menunjukkan
kecenderungan orang yang mengkonsumsi makanan asin
setiap hari mengalami hipertensi pada sampel pengamatan di
RT 04 RW 02 Desa Pandak Kecamatan Baturraden.
Keterangan :
a = Setiap hari
b = 3 x seminggu
c = 1-2x seminggu
d = Tidak setiap minggu
e = Tidak pernah
e. Terkait Risiko Konsumsi Gorengan Dengan Minyak Jelantah
Tabel 9. Jumlah Responden Terkait Konsumsi Gorengan
dengan Minyak Jelantah di RT 04 RW 02 Desa
Pandak pada Tahun 2013.
Kategori
Konsumsi Gorengan Dengan
Minyak Jelantah
a b c d e Jml.
Tekanan Darah
≥140/≥90 mmHg
0 0 3 5 10 18
Tekanan Darah
<140/<90 mmHg
0 0 2 2 5 9
Dapat dilihat bahwa persentase penduduk yang
mengalami hipertensi adalah tidak ada yang mengkonsumsi
gorengan dengan minyak jelantah setiap hari dan 3 kali
seminggu, 16,6% mengkonsumsinya tidak rutin yaitu 1-2 kali
perminggu, 27,77% mengkonsumsi tidak setiap minggu dan
55,5% tidak pernah mengkonsumsi. Hal ini menunjukkan
kecenderungan orang yang tidak mengkonsumsi gorengan
dengan minyak jelantah mengalami hipertensi pada sampel
22
Page 23
pengamatan di RT 04 RW 02 Desa Pandak Kecamatan
Baturraden.
Keterangan :
a = Setiap hari
b = 3 x seminggu
c = 1-2x seminggu
d = Tidak setiap minggu
e = Tidak pernah
B. Pembahasan
a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk
perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan
masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual,
maupun sosial. Selain itu, program perilaku hidup bersih dan sehat juga
bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi,
informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy),
bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment). Dengan demikian, masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing
(Depkes RI, 2002).
Adapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima
tatanan, yaitu : tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,
tempat umum, dan sarana kesehatan (Puspromkes Depkes RI, 2006).
Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2006), PHBS di
rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
23
Page 24
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan
PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan,
petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh
masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan
PHBS di rumah tangga.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga
secara keluarga, yaitu: pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu
menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Puspromkes
Depkes RI, 2006).
Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu
penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga (Puspromkes
Depkes RI, 2006) adalah:
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan
pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan
oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya)
b. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat
ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan
c. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota
rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti
askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya
d. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses
terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari
yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung
dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air
terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran
atau limbah
24
Page 25
e. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau
menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang
penampung kotoran sebagai pembuangan akhir
f. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga
yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk
keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m² per orang)
g. Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai
rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan ubin dan
kayu.
h. Tidak merokok dalam rumah, adalah penduduk/anggota keluarga umur
10 tahun keatas tidak merokok dalam rumah selama ketika berada
bersama anggota keluarga selama 1 bulan terakhir.
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota keluarga
umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik
(sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari
j. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10
tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir
Dalam bidang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga,
terdapat berbagai indikator yang digunakan sebagai alat ukur dalam
menilai keadaan atau kesehatan di rumah tangga. Indikator tersebut terdiri
dari indikator nasional dan indikator lokal Jawa Tengah yang disesuaikan
dengan keadaan di daerah ini. Variabel-variabel yang ada terdiri dari KIA
dan gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup, dan upaya kesehatan
masyarakat (Depkes RI, 2004).
1. KIA dan gizi: Pengetahuan warga mengenai pentingnya kesehatan ibu
dan anak serta gizi
2. Kesehatan lingkungan: Pengetahuan warga mengenai aspek kesehatan
lingkungan
3. Gaya hidup: Kebiasaan hidup sehari-hari responden
4. Upaya kesehatan masyarakat (UKM): Pengetahuan responden tentang
hal-hal yang berkaitan dengan upaya kesehatan, mulai dari
25
Page 26
keikutsertaan dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan upaya
Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Pada hasil survey, dapat dilihat terdapat interpretasi dari hasil
penilaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Berdasarkan borang penilaian
yang menilai berbagai kriteria PHBS, apabila menjawab ya, maka aka
mendapat skor 1. Melalui skor total, kita dapat membagi menjadi beberapa
strata rumah tangga yaitu sehat pratama, sehat madya, sehat utama, dan
sehat paripurna. Kualifikasinya sebagai berikut :
1. Skor 0-5 : Sehat Pratama
2. Skor 6-10 : Sehat Madya
3. Skor 11-15 : Sehat Utama
4. Skor 16 : Sehat Paripurna
Terlihat bahwa secara keseluruhan PHBS dari penduduk sudah
baik dengan persentase 85,71% KK yang termasuk kategori Sehat Utama
dan 14,29% KK yang termasuk kategori Sehat Madya. Dapat kita lihat
bahwa strata sehat paripurna merupakan bentuk sempurna dari perilaku
hidup bersih dan sehat. Yang dimaksud dengan sehat paripurna adalah
bentuk sehat secara komprehensif atau menyeluruh. Jadi, pada rumah
tangga yang memperoleh strata sehat paripurna, dapat diketahui memiliki
status gizi yang baik serta terpeliharanya kesehatan ibu dan anak.
Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat
(health behaviour) dapat dilihat sebagai atribut-atribut personal seperti
kepercayaan-kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai,
persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu
meliputi unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola
perilaku yang tampak yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan
yang berhubungan dengan mempertahankann, memelihara dan untuk
meningkatkan kesehatan.
Berdasarkan indikator tersebut dapat ditentukan klasifikasi PHBS
di rumah tangga. Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan cakupan jumlah
indikator yang bisa dipenuhi oleh keluarga dari 10 indikator PHBS yang
ada dengan pengklasifikasian sebagai berikut :
26
Page 27
1. Sehat Pratama atau klasifikasi I yaitu bila keluarga melakukan sampai 3
indikator dari 10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga.
2. Sehat Madya atau Klasifikasi II yaitu bila keluarga melakukan 4 sampai
5 dari 10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga.
3. Sehat Purnama atau Klasifikasi III yaitu bila keluarga melakukan 6
sampai 7 dari 10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga.
4. Sehat Mandiri atau klasifikasi IV yaitu bila keluarga melakukan 8 sampai
10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga (Depkes RI, 2008).
b) Fungsi Keluarga (APGAR Score)
APGAR score merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menilai fungsi suatu kelurga yang direfleksikan oleh 5 dimensi pertanyaan
pada questionare (Smilkstein, 1978). Penilaiain ini dilakukan pada salah
seorang anggota keluarga bersangkutan untuk mengetahui apakah
keluarganya itu sehat atau tidak. APGAR keluarga pertama kali
diperkenalkan oleh Gabriel Smilkstein pada tahun 1978 untuk menilai
tingkat kepuasan sosial dengan dukungan dari keluarga.
Metode APGAR ini dilakukan dengan cara wawancara salah
seorang anggota keluarga bersangkutan yang akan dinilai dan waktu yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan ini cukup singkat atau kurang lebih 5 menit
(Smilkstein, 1978).
Tes APGAR keluarga dilakukan untuk mengukur fungsi keluarga
dimana nantinya akan dapat diketahui keluarga yang sehat dan keluarga
yang tidak sehat. Sebagaiman yang sudah dijelaskan bahwa peran dari
keluraga itu dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu mengambil
keputusan dalam kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien (Friedman, 2003 :
146).
Untuk mengetahui hal ini maka sebagai seorang dokter umum
perlu pendekatan sederhana dan praktis. Ada beberapa metode yang
27
Page 28
digunakan dokter umum untuk menilai fungsi keluarga. Salah satunya
adalah dengan APGAR score keluarga.
Pada metode ini dilakukan penilaian terhadap 5 fungsi pokok
keluarga yang kemudian tergantung dari pelaksanaan kelima fungsi
keluarga tersebut dapat diketahui tingkat kesehatan keluarga yang dinilai.
Kelima fungsi keluarga dalam APGAR keluarga tersebut adalah :
1.) Adaptasi (Adaptation): Dapat dinilai dari tingkat kepuasan anggota
keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukan dari anggota
keluarga yang lain.
2.) Kemitraan (Partnership): Merupakan tingkat kepuasan keluarga dalam
hal komunikasi, dalam mengambil keputusan, dan atau penyelesaian
masalah dalam keluarga.
3.) Pertumbuhan (Growth): Merupakan tingkat kepuasan anggota
keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam
mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan.
4.) Kasih Sayang (Affection): Merupakan tingkat kepuasan anggota
keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang
berlangsung dalam keluarga.
5.) Kebersamaan (Resolve): Merupakan tingkat kepuasan anggota
keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan, dan
ruang antar anggota keluarga sangat memuaskan dimana waktu
kumpul bersama dengan keluarga setiap hari dan minimal 12 jam
untuk setiap harinya.
Setiap pertanyaan dari kuesionare mempunyai nilai yang sesuai
dengan jawaban dari responden itu sendiri, point nilai tertinggi adalah 2
dan point nilai terendah adalah 0. Apabila responden menjawab
pertanyaan tersebut dengan kata ”sering/selalu/hampir selalu” maka nilai
untuk jawaban tersebut adalah 2. Dan apabila jawaban responden ”kadang-
kadang” untuk pertanyaan itu maka nilainya adalah 1. Sedangkan untuk
jawaban ” hampir tidak pernah/tidak pernah” maka nilai pertanyaannya
adalah 0.
28
Page 29
Sesuai dengan interpretasi hasilnya bahwa APGAR score dari 7-10
menunjukkan fungsi keluarga yang baik, score 4-6 menunjukkan fungsi
keluarga yang sedang/moderate dysfunctional dalam keluarga dan 0-3
merupakan tahap severelly dysfunctional dalam keluarga atau fungsi
keluarga yang tidak baik.
Menurut hasil survey yang kami lakukan, sebanyak 80 % keluarga
di RT 04 RW 02 merupakan keluarga sehat(healthy family), 4 %
merupakan keluarga tidak sehat (unhealthy family), dan 16 % untuk
keluarga kurang sehat. Keluarga yang digolongkan ke dalam keluarga
yang sehat memiliki kedekatan antara anggota keluarga yang satu dengan
yang lainnya. Mereka selalu menyelesaikan permasalahan secara bersama-
sama, mereka juga saling mendukung satu sama lain, dan selalu
mempunyai waktu untuk berkumpul bersama setiap harinya. Sedangkan
untuk keluarga yang digolongkan ke dalam keluarga yang tidak sehat
ataupun kurang sehat tidak memenuhi semua ataupun beberapa indikator
keluarga sehat tersebut.
c) Faktor Risiko Hipertensi
Secara umum, hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg
(Palmer, 2007). Menurut WHO, batas normal tekanan darah adalah 120-
140 mmHg dan 80-90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan darah
manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi
menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan
darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai
darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).
Jenis tekanan darah tinggi terbagi menjadi dua jenis, yaitu (Palmer, 2007) :
1. Hipertensi esensial (primer)
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar
95%. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola
makan.
29
Page 30
2. Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus
tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh
kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap
obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien
umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian
menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan
perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun
dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60
tahun(Menurut Sharma S et al, 2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui
dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan
khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu
seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan
vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita
hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif
hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang
tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin,
dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres,
obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).
Banyak faktor-faktor resiko hipertensi. Faktor-faktor resiko
hipertensi merupakan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya
hipertensi. Secara umum, faktor resiko hipertensi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu faktor yang dapat di ubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
30
Page 31
Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak Dapat Diubah :
Umur
Penderita hipertensi esensial sebagian besar timbul pada usia 24-45
tahun hanya 20% yang menimbulkan kenaikan tekanan darah di bawah
usia 20 tahun dan di atas 50 tahun. Menurut Kaplan (1991) prevalensi
penderita hipertensi umumnya paling tinggi dijumpai pada usia > 40
tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi (kelainan) pembuluh
darah otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.
Jenis Kelamin
Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum
pria daripada kaum wanita, hal ini disebabkan secara hormonal laki-laki
lebih berisiko terjadi hipertensi. Pada saat mengatasi masalah pria
cenderung emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk
minum-minuman alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga
tekanan darahnya dapat meningkat.
Sedangkan pada wanita dalam mengatasi masalah atau stres, masih
dapat mengatasinya dengan tenang dan lebih stabil. Sugiri (1990) dalam
penelitiannya menemukan di Sumatera Barat lebih banyak penderita
hipertensi pada pria (18,6%) daripada wanita (17,4%)11 Dari umur 55 s/d
74 tahun, perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibanding laki-
laki. Tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopause
daripada sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologis
dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut.
Genetika
Faktor-faktor genetika telah lama dikatakan penting dalam genesis
dari hipertensi. Salah satu tindakan penyelidikan yang dilakukan adalah
menilai korelasi tekanan darah dalam keluarga (familial aggregation)
individu dengan orang tua yang menderita hipertensi. Beevers dan O’Brien
(1994) menyatakan bahwa faktor keturunan akan menyumbang sebesar
31
Page 32
60% untuk terjadinya hipertensi. Lebih jauh diutarakan bahwa apabila
salah satu saudaranya hipertensi maka resiko hipertensi sebesar 30%.
Ras atau suku bangsa
Orang berkulit hitam dari semua umur lebih besar peluang terjadi
hipertensi daripada orang berkulit putih. Perbedaan ini paling besar terjadi
pada umur 55-64 tahun. Pada kelompok umur ini prevalensi dari hipertensi
pada orang berkulit hitam dua kali lebih besar daripada orang berkulit
putih. Pada umur ≥ 75 tahun 54% orang berkulit hitam terjadi hipertensi,
berbeda halnya hanya 38% kejadian hipertensi pada orang berkulit putih.
Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Dihindarkan atau Diubah :
Lemak dan kolesterol
Pola makan penduduk yang tinggal di kota-kota besar berubah
dimana fastfood dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang
dikonsumsi sehari-hari. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan
darah 6/3 mmHg dan bila dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi
buah dan sayuran dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg.
Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan
meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan
memperbaiki profil lemak.
Konsumsi Garam
Diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah
dan prevalensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah.
Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) perhari menjadi 80-100
mmol (4,7-5,8 perhari) menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg.
Tetapi pengaruh lebih kuat pada orang kulit hitam, obesitas dan umur tua.
WHO-ISH (1999) membuat tujuan diet rendah natrium ialah sampai < 100
mmol (5,8 gr) perhari atau < 6 gr NaCl perhari.
Minuman beralkohol
32
Page 33
Terdapat hubungan linier antara konsumsi alkohol, tingkat tekanan
darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat. Alkohol menurunkan
efek obat antihipertensi, tetapi efek presor ini menghilang dalam 1-2
minggu dengan mengurangi minum alkohol sampai 80%. Pada penderita
hipertensi konsumsi alkohol dibatasi 20-30 gr etanol perhari untuk pria
dan 10-20 gr etanol perhari pada wanita.
Kelebihan Berat Badan (Overweight)
Dari data observasional WHO tahun 1996, regresi multivariat dari
tekanan darah menunjukkan sebuah peningkatan 2-3 mmHg tekanan darah
sistolik dan 1-3 mmHg tekanan darah diastolik pada setiap 10 kg kenaikan
berat badan. Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk di daerah
sekitar pinggang dan perut (bentuk buah apel) lebih mungkin terkena
tekanan darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki
kelebihan lemak di paha dan panggul.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kombinasi antara tinggi dan
berat badan untuk mengukur kadar kegemukan yang melibatkan seluruh
berat badan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan/Tinggi badan (m) X Tinggi
badan
Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan sehat bila IMT
20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥ 27.
Rokok dan Kopi
Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling
kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan nonkardiovaskuler pada
penderita hipertensi. Merokok dapat menghapuskan efektifitas beberapa
obat antihipertensi, misalnya pengobatan hipertensi yang menggunakan
terapi beta blocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke
hanya bila pemakainya tidak merokok.20 Kopi juga berakibat buruk pada
jantung. Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan
naiknya tekanan darah. Meminum kopi lebih dari empat cangkir kopi
33
Page 34
sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan
tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.
Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten.
Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah
menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada
binatang percobaan dibuktikan bahwa pemaparan terhadap stres membuat
binatang menjadi hipertensi.
Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi
karena olahraga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobik) yang teratur
dapat menurunkan tahanan perifer yang akan dapat menurunkan tekanan
darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Dengan kurangnya olahraga kemungkinan timbulnya obesitas akan
meningkat dan apabila asupan garam bertambah akan mudah timbul
hipertensi.
KLASIFIKASI PENGUKURAN TEKANAN DARAHDari International Society of Hypertension (ISH)
For Recently Updated WHO tahun 2003Kategori Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Optimal
Normal
Normal Tinggi / Pra
Hipertensi
Hipertensi Derajat I
Hipertensi Derajat II
Hipertensi Derajat III
<120
<130
130-139
140-159
160-179
≥180
dan
dan
ata
u
ata
u
ata
u
ata
<80
<85
85-89
90-99
100-109
≥110
34
Page 35
u
Sumber: Linda Brookes, 2004
Berdasarkan data hasil pengamatan praktik lapangan kali ini, didapatkan
kecenderungan yang mengalami hipertensi sebagai berikut:
1. Jenis kelamin : laki-laki (42%) dan wanita (58%)
Hal ini dapat terjadi karena kebanyakan responden yang dapat
dijumpai pada saat PL adalah wanita yang umumnya bekerja
sebagai ibu rumah tangga.
2. Perilaku merokok : perokok (16,66%) dan bukan perokok
(83,33%)
Hal ini tidak sesuai dengan teori, kemungkinan disebabkan
karena adanya faktor lain yang lebih berpengaruh.
3. Olahraga : berolahraga (77%) dan tidak berolahraga (23%)
Hal ini tidak sesuai dengan teori, kemungkinan disebabkan
karena adanya faktor lain yang lebih berpengaruh.
4. Riwayat hipertensi keluarga : memiliki riwayat (33,33%) dan
tidak memiliki riwayat (66,66%)
Hal ini sesuai dengan teori HL Blum dimana genetika
berperan namun tidak besar dan lebih dipengaruhi oleh perilaku.
5. Konsumsi makanan asin
a. setiap hari : 5 penderita (27,77%)
b. 3 x seminggu : 3 penderita (16,6 %)
c. 1-2x seminggu : 1 penderita (5, 56%)
d. Tidak setiap minggu : 4 penderita (22,22%)
e. tidak pernah : 5 penderita (27,77%)
Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana tidak terlihat
kecenderungan hipertensi pada warga yang mengkonsumsi
makanan asin dengan intensitas yang lebih sering, kemungkinan
dapat disebabkan karena adanya faktor lain yang lebih
berpengaruh.
6. Konsumsi gorengan jelantah
35
Page 36
a. setiap hari : 0 penderita (0%)
b.3 x seminggu : 0 penderita (0%)
c. 1-2x seminggu : 3 penderita (16,6%)
d.tidak setiap minggu : 5 penderita (27,77%)
e. tidak pernah : 10 penderita (55,5%)
Hal ini tidak sesuai dengan teori, dan dapat terjadi karena
adanya faktor lain yang lebih berperan pada populasi yang diamati
dalam PL di RT 04 RW 02 Desa Pandak.
Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan
farmakologis seperti penjelasan dibawah ini.
1. Terapi Non Farmakologis
a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat
penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
b. Meningkatkan aktifitas fisik.
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45
menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari
hipertensi.
c. Mengurangi asupan natrium.
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian
obat anti hipertensi oleh dokter.
d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara
konsumsi alcohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko
hipertensi.
2. Terapi Farmakologis
36
Page 37
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron
antagonis, beta blocker dan calcium chanel blocker.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil praktek lapangan pada tanggal 17 – 19 Juni 2013 di Desa Pandak RT 04 RW 02 dapat disimpulkan :
1. Setiap rumah yang memiliki 1 sampai dengan 3 KK per rumahnya
didominasi oleh keluarga sehat utama dan sehat paripurna urutan
keduanya.
2. Pada responden RT 04 RW 02 cenderung termasuk kategori keluarga
sehat (Healthy Family)
3. Terdapat 18 jumlah responden hipertensi terkait jenis kelamin di Desa
Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan Baturraden, penderita hipertensi ini
di dominasi oleh perempuan dan responden hipertensipun di dominasi
oleh prempuan.
4. Pada penderita hipertensi, jumlah responden yang mengkonsumsi asin setiap hari dan tidak pernah mengkonsumsinya seimbang.
B. Saran
1. Pengamatan lebih lanjut terhadap fungsi fisiologis keluarga hubungan
antara faktor hereditas, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan
terhadap kejadian hipertensi dimasyarakat.
2. Proses survei yang lebih cepat dengan memperbaiki kemampuan
berkomunikasi menjadi lebih efisien.
3. Penghitungan/rekap data yang lebih cermat.
4. Diadakan penyuluhan terhadap warga pada saat akhir survey sehingga
diharapkan warga dapat semakin memperbaiki kualitas hidup mereka.
37
Page 38
5. Memberikan data/laporan hasil praktik lapangan kepada kepala desa
setempat agar dapat digunakan oleh beliau sebagai alat bantu untuk
mengembangkan Desa Pandak.
38