Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSA PADA ANAK A. Defenisi TBC Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (Waspadji, 2003) TB Paru ialah suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosae. Sebagian besar basil Mycobacterium tuberculosae masuk ke dalam jaringan paru melalui airborne infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon. (Alatas, 1997) B. Klasifikasi TBC TBC Primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pernah mempunyai kekebalan spesifik tehadap basil tersebut P embagian tuberculosis paru primer 1. Tuberkulosis primer yang potensial ( potential primary tuberculosis ) terjadi kontak dengan kasus terbuka, tetapi uji tuberculin masih negative. 2. Tuberkulosis primer laten ( latent primary tuberculosis ) o Tanda – tanda infeksi sudah kelihatan, tetapi luas dan aktivitas penyakit tidak diketahui. o Uji tuberculin masih negative. o Radiologis tidak tampak kelainan
31

Lp Tuberculosa Pada Anak

Dec 04, 2015

Download

Documents

AmEl CHuby

5R23
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lp Tuberculosa Pada Anak

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSA PADA ANAK

A. Defenisi TBC

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah menular

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (Waspadji, 2003)

TB Paru ialah suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosae. Sebagian besar basil Mycobacterium tuberculosae masuk

ke dalam jaringan paru melalui airborne infection dan selanjutnya mengalami proses

yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon. (Alatas, 1997)

B. Klasifikasi TBC

TBC Primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil tuberkulosis pada

tubuh penderita yang belum pernah mempunyai kekebalan spesifik tehadap basil

tersebut

Pembagian tuberculosis paru primer

1. Tuberkulosis primer yang potensial ( potential primary tuberculosis ) terjadi kontak

dengan kasus terbuka, tetapi uji tuberculin masih negative.

2. Tuberkulosis primer laten ( latent primary tuberculosis )

o Tanda – tanda infeksi sudah kelihatan, tetapi luas dan aktivitas penyakit tidak

diketahui.

o Uji tuberculin masih negative.

o Radiologis tidak tampak kelainan

3. Tuberkulosis primer yang manifest ( manifest primary tuberculosis )

o Uji tuberculin positif.

o Telihat kelainan radiologis

Penyulit tuberkulosis paru primer1,5

1. Pembesaran kelenjar servikal superficial

Penyebaran langsung tuberkulosis ke kelenjar limfe mediastinum bagian atas dan

paratrakea berasal dari kelenjar hilus, paling sering menyerang kelenjar limfe

supraklavikula dan servikal anterior. Kelainan di kelenjar tersebut bereaksi sangat

lambat terhadap obat anti tuberkulosis. Bila terjadi abses pada kelenjar dilakukan

Page 2: Lp Tuberculosa Pada Anak

pembedahan.

2. Pleuritis tuberculosis

Kelainan pada pleura merupakan penyakit dini tuberculosis primer dan terjadi 6 –8

bulan setelah serangan awal sering disertai kelainan pada kulit yaitu eritema

nodosum.

3. Efusi pleura

Biasanya jernih, prognosa masih baik, reaksi tehadap obat anti tuberkulosis sering

kali dramatis karena dapat memberi resolusi sempurna dalam 1 – 2 minggu.

Kemungkinan untuk menderita tuberkulosis post primer di kemudian hari lebih

besar.

4. Tuberculosis Millier

Kelainan ini paling dini dibanding dengan penyakit tuberkulosis primer yang lain.

Proses tuberculosis milier terjadi 8 bulan setelah timbul tuberkulosa primer.

Gambaran radiologik tampak 2 minggu setelah gejala klinik.

5. Meningitis tuberculosis

Dapat terjadi sebagai akibat penyebaran hematogen atau fokus pengejuan yang

pecah di rongga subarachnoid pada tahap akhir dari tuberculosis milier.

C. Etiologi TBC

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada 2 macam

mycobacteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu tipe human ( berada

dalam bercak ludah dan droplet ) dan tipe bovin yang berada dalam susu sapi

Ciri – ciri kuman berbentuk batang lengkung, gram positif lemah, pleiomorfik,

tidak bergerak, dengan ukuran panjang 1 – 4 μm dan tebal 0.3 – 0.6 μm, tidak berspora

sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan ultra violet. .

Mikobakteria ini tumbuh paling baik pada suhu 37 – 41 ºC,  Lipid inilah yang

membuatkuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat

lainkuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggikandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru

lebihtinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat

predileksi penyakit tuberculosis. (Soeparman, 1999).

Mereka yang paling beresiko terpajan ke basil adalah mereka yang tinggal

berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif.

Page 3: Lp Tuberculosa Pada Anak

D. Patogenesis TBC

Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.

Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta

daya tahan tubuh manusia.

Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich ( 1930 ) menemukan

bahwa 95.93 % dari 2.114 kasus mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal

mini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga jaringan

paru mudah terpapar infeksi tuberculosis ( susceptible ), karena memiliki kandungan

oksigen yang sangat tinggi.

Lokasi fokus primer pada 2.114 kasus Ghon dan Kudlich ialah :

- Paru 95.93 %

- Usus 1.14 %

- Kulit 0.14 %

- Hidung 0.09 %

- Tonsil 0.09 %

- Telinga tengah 0.09 %

- Kelenjar parotis 0.09 %

- Konjungtiva 0.05 %

- Tidak diketahui 2.41

Penularan kuman terjadi melalui udara. Hal ini disebabkan kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat

menetap 1 – 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk

dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari – hari

sampai berbulan – bulan. Ia akan menempel pada jalan nafas atau paru – paru. Partikel

dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikro. Apabila bakteri dalam jumlah

bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernafasan dan berhasil

menempati saluran nafas bawah, maka penderita akan mencetuskan sistem imun dan

peradangan yang kuat. Karena respon yang hebat ini, yang terutama diperantarai oleh

sel T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis

aktif. Yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi

tuberkulosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.

Page 4: Lp Tuberculosa Pada Anak

Respon imun terhadap tuberkulosi

Karena basil Mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah

mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respon imun adalah lebih umtuk

mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respon seluler

melibatkan sel T dan makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan

jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag – basil tersebut. Kompleks basil,

makrofag, sel T, dan jaringan parut disebut tuberkel. Tuberkel akhirnya mengalami

kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-X

thoraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan menglami perlunakan ( pengkijuan ).

Pada saat ini, mikroorganisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem trakeobronkus

dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara

efektif, basil dapat bertahan hidup di dalam tuberkel. Diperkirakan bahwa karena

viabilitas ini, sekitar 5 – 10 % individu yang pada awalnya tidak menderita tuberkulosis

mungkin pada suatu saat dalam hidupny akan menderita penyakit tersebut. Bila kuman

menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.

Kuman yang bersarang di jaringan paru akan menjadi fokus primer. Basil tuberkulosis

akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional

yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi.

Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi imun

dan peradangan yang hebat. Edema interstitium dan pembentukan jaringan parut

permanent di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida

sehingga pertukaran gas menurun. Pembentukan jaringan parut dan tuberkel juga

mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk difusi gas sehingga kapasitas difusi

paru menurun.

Timbul kelainan V/Q yang apabila penyakitnya cukup luas, dapat menimbulkan

vasokonstriksi hipoksik arteriol paru dan hipertensi paru. Jaringan parut juga dapat

menurunkan compliance paru. Fokus primer, limfangitis, dan kelenjar gatah bening

regional yang membesar, membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2 – 10

minggu ( 6 – 8 minggu ) setelah infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks

primer terjadi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari uji

tuberkulin. Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer

Page 5: Lp Tuberculosa Pada Anak

disebut masa inkubasi. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi5 :

1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis – garis

fibrotik komplikasi dan menyebar secara :

Per kontinuatum, yakni menyebar ke sekitarnya.

Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya.

Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.

Pada anak lesi dalam paru dapat terjadi dimana pun, terutama di perifer dekat pleura.

Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas, sedangkan

pada orang dewasa lapangan atas paru merupakan tempat predileksi. Pembesaran kelenjar

regional lebih banyak terdapat pada anak dibanding orang dewasa. Pada anak

penyembuhan terutama kalsifikasi, sedangkan pada orang dewasa terutama kearah

fibrosis. Penyembuhan hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.

E. Manifestasi Klinis

Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena

penyakit mulai secara perlahan – lahan. Kadang – kadang tuberkulosa ditemukan pada

anak – anak tanpa keluhan atau gejala – gejala tuberkulosis primer, dapat juga hanya

panas yang naik turun selama 1 – 2 minggu dengan atau tanpa batuk pilek.

Gambaran klinis tuberkulosis primer antara lain:

1. panas atau demam biasanya pagi hari

2. Maleise, keringat malam,

3. Dispneu ringan

4. Batuk purulent produktif kadang disertai nyeri dada lebih dari tiga minggu sering

dijumpai pada infeksi aktif

5. anoreksia dan berat badan yang menurun,

Kadang – kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria

yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila dijumpai panas seperti

tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil, harus dipikirkan juga kemungkinan

tuberkulosis sebagai penyebab panas tersebut. Selain itu bila didapatkan riwayat kontak

erat dengan penderita.

Page 6: Lp Tuberculosa Pada Anak

Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999) adalah :

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tifus abdominalis atau malaria yang

disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila dijumpai panas seperti

tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil, harus dipikirkan juga kemungkinan

tuberkulosis sebagai penyebab panas tersebut tapi kadang-kadang panas badan dapat

mencapai 40 – 41°C

2. Batuk

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk

membuang produk-produk radang keluar, sifat batuk dimulai dari batuk kering(non-

produktif) kemudian setelah muncul peradangan menjadi produktif(menghasilkan

sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karenaterdapat pembuluh

darah yang pecah. 

3. Sesak nafas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas.Sesak nafas

akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimanainfiltrasinya sudah setengah

bagian paru-paru

4. Nyeri

dada Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehinggamenimb

ulkan pleuritis.e.

5. Malaise

Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat

badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat malam.

6. Batuk Darah

Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberkulosis atau initial

symptom karena batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi

dari pembuluh darah pada dinding kavitas

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :

a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-lain).

b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium

c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.

Page 7: Lp Tuberculosa Pada Anak

d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung

dengan bronkus.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji Tuberkulin

Perkembangan hipersensitivitas tipe lambat pada kebanyakan individu yang

terinfeksi dengan basil tuberculosis membuat uji tuberculin sangat dibutuhkan. Ada

beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu dengan cara mono dengan salep,

dengan goresan disebut patch test cara von pirquet, cara mantoux dengan

menyuntikan intrakutan dan multiple puncture metode dengan 4 – 6 jarum

berdasarkan cara Heat and Tine. Cara Mantoux masih dianggap sebagai cara yang

paling dapat dipertanggung jawabkan Uji kulit Mantoux dengan injeksi intradermal

0.1 mL yang mengandung 5 unit tuberculin ( UT ) derivate protein yang dimurnikan (

PPD ) yang distabilkan dengan Tween 80 Uji Mantoux sangat akurat karena dosis

antigen tuberculin yangdimasukkan ke dalam kulit dapat di kontrol. Uji tuberkulin

penting artinya pada anak kecil bila diketahui adanya konvensi dari negatif. Pada

anak dibawah umur 5 tahun dengan uji tuberkulin positif, proses tuberkulosis

biasanya masih aktif meskipun tidak menunjukkan kelainan klinis dan radiologis.

Reaksi lokal yang terdapat pada uji Mantoux terdiri atas

a. Eritema karena vasodilatasi perifer

b. Edema karena reaksi antara antigen yang dimasukkan dengan antibodi

c. Indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus.

Pembacaan uji tuberculin dilakukan 48 – 72 jam. Setelah penyuntikan diukur

diameter melintang dari indurasi yang terjadi.

Interpretasi hasil test mantoux

1. Indurasi 10 mm atau lebih → reaksi positif

Arti klinis adalah sedang atau pernah terinfeksi dengan kuman Mycobacterium

tuberculosis.

2. Indurasi 5 – 9 mm → reaksi meragukan

Arti klinis adalah kesalahan teknik atau memang ada infeksi dengan

Mycobacterium atypis atau setelah BCG. Perlu diulang dengan konsentrasi yang

sama. Kalau reaksi kedua menjadi 10 mm atau lebih berarti infeksi dengan

Mycobacterium tuberculosis. Kalau tetap 6 – 9 mm berarti cross reaction atau

Page 8: Lp Tuberculosa Pada Anak

BCG, kalau tetap 6 – 9 mm tetapi ada tanda – tanda lain dari

tubeculosis yang jelas maka harus dianggap sebagai mungkin sering kali

infeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.

3. Indurasi 0 – 4 mm → reaksi negatif.

Arti klinis adalah tidak ada infeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.

Reaksi positif palsu terhadap tuberculin dapat disebabkan oleh sensitisi silang

terhadap antigen mikobakteria non tuberculosis. Reaksi silang ini biasanya sementara

selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan menghasilkan indurasi kurang dari

10 – 12 mm. Vaksinasi sebelumnya ( BCG ) juga dapat menimbulkan reaksi terhadap

uji kulit tuberculin. Sekitar setengah dari bayi yang mendapat vaksin BCG tidak

pernah menimbulkan uji kulit tuberculin reaktif, dan reaktivitas akan berkurang 2 – 3

tahun kemudian pada penderita yang pada mulanya memiliki uji kulit positif.

2. Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untukmenemukan lesi tuberkulosis. Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan

pemeriksaan radiologis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada

tuberkulosis paru:

Kompleks primer dengan atau tanpa pengapuran.

Pembesaran kelenjar paratrakeal.

Penyebaran milier.

Penyebaran bronkoge

Atelektasis

Pleuritis dengan efusi.

3. Darah

Pada saat tuberkulosis baru dimulai ( aktif ) akan didapatkan sedikit leukosit yang

sedikit meningkat. Jumlah limfosit masih normal. Laju Endap Darah meningkat.

4. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,

diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.

Adapun bahan – bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi adalah :

Bilasan lambung, sekret bronkus, sputum, cairan pleura, liquor cerebrospinal, cairan

asites

Page 9: Lp Tuberculosa Pada Anak

G. Kompikasi

1. Penyakit paru primer pogresif.

Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bilafokus

primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar.Pencarian

dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertaidengan sejumlah

besar basili. Pembesaran fokus dapat melepaskan debrisnekrotik kedalam bronkus

yang berdekatan, menyebabkan penyebaranintrapulmonal lebih lanjut.

2. Efusi pleura

Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mulakeluarnya

basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau limfonodi.

3. Perikarditis

Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe darilimponodi

subkranial.

4. Meningitis

Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yangtidak

diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat

terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkelsu

bependimal menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.

5. Tuberkulosis Tulang

Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis cenderung

menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis

stuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran corpus verter

amenyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis skeletona adalah

komplikasituberkulosis lambat dan menjadi perwujudan yang jarang sejak terapi

antituberkulosis tersedia.

H. Penatalaksanaan

Sebelum ditemukan obat – obat anti tuberkulosis, pengobatan tuberkulosis

mengalami beberapa tahapan yaitu:

a. Health Resort Era

Setiap penderita tuberkulosis harus dirawat di sanatorium, yakni tempat – tempat

Page 10: Lp Tuberculosa Pada Anak

berudara segar, suasana yang menyenangkan dan makanan yang bergizi tinggi

b. Bed – Rest Era

Dalam hal ini penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit tetapi cukup diberi

istirahat setempat terhadap fisiknya saja, disamping makanan yang bergizi tinggi.

c. Collapse therapy Era

Di sini cukup paru – paru yang sakit saja yang diistirahatkan dengan melakukan

pneumothorax artificial. Paru – paru yang sakit menjadi kolaps dan tidak bias lagi

aktif bekerja.

d. Resection Era

Paru – paru yang sakit dibuang dengan cara operasi. Bagian yang sakit dibuang

dengan cara wedge resection, atau satu lobus maupun satu bagian pun.

e. Chemotherapy Era

Di sini terjadi revolusi dalam pengobatan tuberkulosis, yakni dengan

ditemukannya streptomisin atau obat anti tuberkulosis mulai tahun 1944 dan

bermacam – macam obat lainnya pada tahun – tahun berikutnya.

Secara Farmakologi 

a. Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali

sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bul

an.

b. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang

aktifekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari peroral,

lama pemberian 18-24 bulan.

c. Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis

30-35mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.

d. Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kalisehari

selama 1 tahun.

e. Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis yangmasih

sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15mg/kgBB/hari.

Kortikosteroid di berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan

pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritistuberkulosa,

penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat ataukeadaan umum yang

buruk

Page 11: Lp Tuberculosa Pada Anak

ASUHAN KEPERAWATAN.

 

1. Pengkajian

a. Identitas Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jeniskelamin,

juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua, pendidikan,dan pekerjaan.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama.

Saat masuk Rumah Sakit:

Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.

Saat pengkajian

Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi PQRST (palliative,

quantitatif, region, scale, timing)

2) Keluhan penyerta Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda

dan gejala linis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar

seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula

c. Riwayat Kehamilana.

 

1) Pre NatalPrenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil.

2) Intra Natal Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir,

bayimenderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.

3) Post Natal Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia, icterus.

d. Riwayat Masa Lalu.

1) Penyakit waktu kecil

Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang

lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yanglainnya dan sudah diberi

pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi

tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?) 

Page 12: Lp Tuberculosa Pada Anak

2) Pernah di rawat di Rumah SakitTanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil

sampai membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau

sepertiapa.

3) Obat-obatan yang pernah digunakanObat-obatan yang pernah diberikan sangat

penting untuk diketahui,agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di

ketahui.Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu diidentifikasi.

4) Tindakan (operasi)Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada

bagianapa, atas indikasi apa.

5) AlergiApakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara ataumakanan.

6) KecelakaanPernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya,apabila

mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan, atau di bawa berobat ke

dokter atau hanya di diamkan saja

e. Riwayat Imunisasi

1) Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan

antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiriyang akan membuat zat antibody

yang akan bertahan bertahun-tahunlamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan

lama daripadaimunisasi pasif

2) Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapitubuh

mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan bahan atauserum yang telah

mengandung zat anti. Atau anak tersebutmendapatkannya dari ibu pada saat dalam

kandungan.

f. Pemeriksaan fisik.

1. Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering

ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah

2. Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demamdapat lama

atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas biasanya

tekanan nadi anak menjadi tachicardi.

3. Antropometri Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat

badan

4. Pemeriksaan fisika.

a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut 

b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil

c. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atautidak,

simetris tidak.

Page 13: Lp Tuberculosa Pada Anak

d. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh

e. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairanatau

tidak, uji pendengaran anak

f. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,inguinal dan

sub mandibula.

g. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk inimembuang/

mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk keringsampai batuk purulen

(menghasilkan sputum)

Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru.

Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radangsampai ke

pleura.

Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakitkepala,

nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui

Ronchi basah, kasar dan nyaring.

Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan padaauskultasi

memberi suara limforik.

Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)

h. Perut : kaji bentuk perut, bising usus

i. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah adakelemahank.

j. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.

Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla.

Inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.

k. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk,skrotum

sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah.

5. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan

a. Motorik

Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga (sepertikursi)

b. Sosial

Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum, mengenalgambar-gambar

binatang, mengenal beberapa bagian tubuhnya.

c. Bahasa

Page 14: Lp Tuberculosa Pada Anak

Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.

d. Manipulatif

Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-balok bangunan

secara konstruktif.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul

 

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, upaya batuk

buruk.

2) Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.

3) Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan

dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk

menghindari pemajanan pathogen.

5) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan

dan pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap informasiyang

ada.

6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak

Page 15: Lp Tuberculosa Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 – 761.

2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al :

Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 – 1042.

3. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5,

Tuberkulosis, hal 753 – 761.

4. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat – obat Penting, Khasiat,

Penggunaan dan Efek – efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT

Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika,

hal 145 – 154.

5. Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 – 761.

Page 16: Lp Tuberculosa Pada Anak

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Pengakajian mengenaz identitas anak, usia, pendidikan, serta identitas orang

tua pendidikan dan pekerjaan serta pengakajain mengenai antropometri yaitu tinggi

badan/ panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepela, lingkar dada,

lingkar perut.

2. Alasan Masuk

Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :

Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini apakah pasien

mengalami Demam, diare dengan karakteristik tertentu dalam < 3 hari mual muntah

batuk pilek, apakah pasien tidak mendapatkan nutrisi makanan dan menagalami

penurunan BB

3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :

Rasio berat badan

Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.

BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan& bentuk tubuh yang

normal.

4. Tinggi aktivitas

Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus gizi buruk. Anak tampak lesu

dan tidak bergairah& pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.

5. Masukan atau intake nutrisi

Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang

dianjurkan, melaporkan / terlihat kurang makan, melaporkan perubahan dalam hal

merasakan makanan.

6. Pengetahuan tentang nutrisi

Memperlihatkan/terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan

kesehatan.

7. Pemeriksaan Fisik

Page 17: Lp Tuberculosa Pada Anak

a. Perubahan rambut

Warna rambut lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus,

mudah lepas bila ditarik).

b. Warna kulit lebih muda

Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda

daripada warna kulit anak sehat.

c. Tinja encer

Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.

d. Adanya ruam “bercak bersepih”

Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang

sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.

e. Gangguan perkembangan & pertunbuhan

f. Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung

kalori dan protein.

g. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.

h. Adanya anemia yang berat

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan

berbagai vitamin.

i. Mulut dan gigi adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.

j. Kaji adanya anoreksia, mual muntah.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan

tidak adekuat (nafsu makan berkurang).

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

Page 18: Lp Tuberculosa Pada Anak

C. Rencana perawatan

NO No

dx

Tujuan & kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1. I Tujuan : Pasien

mendapat nutrisi

yang adekuat

Kriteria hasil :

meningkatkan

masukan oral

1. Dapatkan riwayat diet

2. Dorong orangtua atau

anggota keluarga lain untuk

menyuapi anak atau ada

disaat makan

3. Sajikan makansedikit tapi

sering

4. Sajikan porsi kecil makanan

dan berikan setiap porsi

secara terpisah

1. Untuk mengetahui asupan

kalorI

2. untuk meningkatkan selera

makan

3. Meningkatkan asupan

nutrisi

4. proses penyembuhan pada

anak

2. II Tujuan : Tidak

terjadi dehidrasi

Kriteria hasil :

Mukosa bibir

lembab, tidak terjadi

peningkatan suhu,

turgor kulit baik.

1. Monitor tanda-tanda vital dan

tanda-tanda dehidrasi

2. Monitor jumlah dan tipe

masukan cairan

3. Ukur haluaran urine dengan

akurat

1. Mengetahui keadaan

umum

2. Mengetahui intake dan

output cairan dalam tubuh

3. Mengetahui output cairan

dalam tubuh

3. III Tujuan : Tidak

terjadi gangguan

integritas kulit

Kriteria hasil :

kulit tidak kering,

tidak bersisik,

elastisitas normal

1. Monitor kemerahan,

pucat,ekskoriasi

2. Dorong mandi 2xsehari dan

gunakan lotion setelah mandi

3. Massage kulit

1. Mengetahui keadaan

umum

2. Untuk meningkatkan

personal hygiene

3. Mempelancar peredaran

darah

4. IV Tujuan : Pasien tidak 1. Mencuci tangan sebelum dan 1. Meningkatkan kebersihan

Page 19: Lp Tuberculosa Pada Anak

menunjukkan tanda-

tanda infeksi

Kriteria hasil : suhu

tubuh normal 36,6

C-37,7 C,lekosit

dalam batas normal

sesudah melakukan tindakan

2. Pastikan semua alat yang

kontak dengan pasien

bersih/steril

3. Instruksikan pekerja

perawatan kesehatan dan

keluarga dalam prosedur

control infeksi

personal

2. Mencegah terjadinya

infeksi

3. Meningkatkan

pengetahuan pada

keluarga

5. V Tujuan :

pengetahuan pasien

dan keluarga

bertambah

Kriteria hasil :

Menyatakan

kesadaran dan

perubahan pola

hidup,mengidentifik

asi hubungan tanda

dan gejala.

1. Tentukan tingkat

pengetahuan orangtua pasien

2. Mengkaji kebutuhan diet dan

jawab pertanyaan sesuai

indikasi

3. Dorong konsumsi makanan

tinggi serat dan masukan

cairan adekuat

4. Berikan informasi tertulis

untuk orangtua pasien

1. agar keluarga pasien

mengetahui kesehatan

lebih lanjut

2. program kesehatan

3. proses pemulihan

penyakit

4. meningkatkan

pengetahuan orang tua

Page 20: Lp Tuberculosa Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar

Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu

dan Anak.

2. Krisnansari, Diah. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1

3. Depkes RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta : Dirjen

Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

4. Depkes RI. 2008. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi Buruk. Jakarta : Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

5. Depkes RI. 2007. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Dirjen Bina

Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

6. Berhman dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 1. Jakarta : EGC.

7. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : Tim

Adaptasi Indonesia-WHO Indonesia.

8. Astya Palupi, dkk. 2009. Status Gizi dan Hubungannya dengan Kejadian Diare pada Anak

Diare Akut di Ruang Rawat Inap RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dalam Jurnal Gizi Klinik

Indonesia Volume 6, No.1 (hal 1-7).

9. Syaiful, muthowif. 2009. Hubungan Antara Kejadian Diare dengan Status Gizi Anak

Balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Surakarta.

10. Ikatan Dokter Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta : Pengurus

Pusat IDAI.

11. Ngurah Suwarba dkk. Profil Klinis dan Etiologi Pasien Keterlambatan Perkembangan

Global di Rumah Sakit Cipto mangunkusumo Jakarta dalam Sari Pediatri Volume 10.

No.4. Denpasar : Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Udayana.

Page 21: Lp Tuberculosa Pada Anak

12. Zuhriyah H. 2009. Faktor Risiko Disfasia Perkembangan pada Anak. Semarang :

Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro.

13. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC