LP TEORI ASKEP KEJANG DEMAM (FEBRIS CONVULSION)
Post By. Andy J Beech at Saturday, September 13, 2014
BAB 1TINJAUAN TEORI1.1. Tinjauan Medis 1.1.1. PengertianKejang
demam atau febris convulsion adalah bangkitan kejang yang terjkadi
pada saat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 0C) yang
disebabkan oleh proses ektra kranium (Ngastiyah, 229)
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi.
Suhu badan tinggi ini karena kelainan ektrakranial (Lumbantobing ,
I)
1.1.2. Etiologi Belum diketahui, faktor pencetus antara lain
:
1) Kenaikan suhu tubuh mendadak
2) Diduga ada faktor keturunan
3) Respon alergik atau keadaan umum abnormal oleh infeksi
4) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
1.1.3. Web Of CaustionVirus, bakteri
(Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
(Reaksi antigen antibody
Infeksi dalam tubuh
(Metabolisme tubuh meningkat
Demam
1.1.4. Klasifikasi Menurut Fukuyama menjadi 2 golongan
1) Kejang demam sederhana
Ciri :
(1) Sebelumnya tidak ada riwayat keluerga yang menderita
epilepsy
(2) Sebelumnya tidak ada riwayat cidera otak oleh penyebab
lain
(3) Serangan demam (kejang demam) terjadi antara lain 6 bulan 6
tahun
(4) Lama kejang 15 menit
(5) Tidak didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang (6)
Tidak didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan (7)
Kejang tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat
2) Kejang demam kompleks
Cirri :
(1) Kejang fokal
(2) Kejang > 15 menit
(3) Kejang berulang
(Lumbantobing , 4)
1.1.5. Menifestasi Klinis Menurut liringstone kejang demam
dibagi :
1) Kejang demam sederhana (simple febrik Covulsion)
2) Epilipsi yang diprorikasi oleh demam (epilipsi Inggered of
Fever)
Diagnosa kejang demam sederhana (Liringstone) menurut FKUI
RSCM
1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 4 tahun
2) Kejang berlangsung sebentar, (< 15 menit)
3) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
4) Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi
4x
5) Kejang stabil setelah 16 jam setelah timbulnya demam
6) Kejang bersifat umum
(Ngastiyah, 231)
1.1.6. Pemeriksaan Penunjang 1) Elektrolit : Tidak seimbang
dapat berpengaruh menjadi pradiposisi pada aktivitas kejang
2) Sel darah merah (SDM) : Anemia aplastik mungkin sebagai
akibat dari terapi obat 3) Fungsi lambal : Untuk mendeteksi tekanan
abnormal dari cairan secara brospinal, tanda-tanda infeksi,
perdarahan 4) Foto ronsen kepala untuk mengidentifikasi adanya
fraktur 5) EEG (Elektro enspalgram) : daerah serebal yang tidak
berfungsi 6) MRI : Neulokalisasi
7) CT scan : Mengidentifikasi lokasi serebal, infrak, hematom,
tumor, abses, dll
(Dongoes, Marilyn E, Hal 262)
1.1.7. Penatalaksanaan Medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu di
kajikan
1) Memberantas kejang secepatnya mungkin
(1) Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena
(2) Diare paru : dosis :
- BB 10 kg : 0,5 0,7 mg/kg BB Iv
- BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV
- Usia 5 tahun : 0,3 5 mg/kg BB IV
(3) Diazepam Supp :
- BB 10 kg : 5 mg
- BB 10 kg : 10 mg
(4) Pengobatan penunjang
Perawatan
- Semua pakaian dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi
lembut
- Bebaskan jalan nafas
- Penghisap lender teratur dan beri O2 (5) Pengobatan
rumatan
Propilaksis Intermitas
- Mencegah terulangnya kejang demam
a. Diazepam paroid atau rectal
b. Campuran anti piretik dan konvulean
- Profilaksi jangka panjang
- Obat yang sering digunakan :
a. Fenobarbital
b. Sodium valpoat atau asam valpoat
c. Femition
(6) Mencari dan mengobati penyebab
1.2. Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1. Pengkajian 1.2.1.1.
Anamnesa
1) Aktivitas atau Istirahat
(1) Keletihan, kelemahan umum
(2) Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
2) Sirkulasi
(1) Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
(2) Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan
penurunan nadi dan pernafasan 3) Intergritas Ego
(1) Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan
keadaan dan atau penanganan (2) Peka rangsangan : pernafasan tidak
ada harapan atau tidak berdaya (3) Perubahan dalam berhubungan
4) Eliminasi
(1) Inkontinensia epirodik
5) Makanan atau cairan
(1) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang
6) Neurosensori
(1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan,
pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
(2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area
halusinasi)
(3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau
paralisis
7) Kenyamanan
(1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode
posiktal)
(2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal 8) Pernafasan
(1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun
cepat peningkatan sekresi mulus
(2) Fase posektal : Apnea
9) Keamanan
(1) Riwayat terjatuh
(2) Adanya alergi
10) Interaksi Sosial
(1) Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga
lingkungan sosialnya
(2) Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.1.2. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
(1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
(2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok
otot
2) Integritas Ego
(1) Pelebaran rentang respon emosional
3) Eleminasi
(1) Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus
spinter
(2) Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
4) Makanan atau cairan
(1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)(2)
Hyperplasia ginginal
5) Neurosensori (karakteristik kejang)
(1) Fase prodomal :
- Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas
yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.(2) Kejang umum
- Tonik klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
- Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa
jam, lemah kalau mental dan anesia - Absen (patitmal) : periode
gangguan kesadaran dan atau makanan (3) Kejang parsial
- Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat
konvulsif
(4) Kenyamanan
- Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
- Perubahan pada tonus ott
- Tingkah laku distraksi atau gelisah
(5) Keamanan
- Trauma pada jaringan lunak
- Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh 1.2.2.
Rencana Asuhan Keperawatan 1.2.2.1 Risiko tinggi hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi 1) Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi aktual 2)
Kriteria hasil :
(1) Suhu dalam batas normal (36 37 o C)(2) RR : < 40
x/mnt
(3) N : 60-120 x/mnt
3) Intervensi :
(1) Observasi adanya faktor-faktor yang memperberat risiko
hipertermia
R : Mencegah terjadinya risiko peningkatan tubuh
(2) Observasi TTV
R : Peningkatan suhu tubuh diawasi
(3) Pendidikan kesehatan kompres dingin
R : Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas
tubuh dan memberikan rasa nyaman
(4) Menganjurkan memakai pakaian yang tipis
R : Dapat membantu menyerap keringat
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris
2,5 cc/hari
R : Efek obat diharapkan dapat menurunkan panas
1.2.2.2 Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan
hantaran neuron pada otak 1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi aktual 2) Kriteria
hasil :
(1) Tidak terjadi kejang
(2) Tidak terjadi cedera saat kejang
3) Intervensi :
(1) Menganjurkan orang tua untuk memberikan pengaman pada sisi
tempat tidur pasien R : Mencegah terjadinya cidera saat kejang(2)
Menganjurkan orang tua untuk membersihkan saliva yang keluar dari
mulut
R : Mencegah terjadinya aspirasi
(3) Menganjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak
untuk digigit saat kejang
R : Mencegah tergigitnya lidah saat kejang(4) Menganjurkan orang
tua memantau tanda-tanda kejang R : Mengantisipasi penanganan
kejang
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Depaken
tab
R : Efek obat diharapkan dapat mencegah kejang
1.2.2.3 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh 1) Tujuan : Pasien dapat menunjukkan volume cairan
stabil 2) Kriteria hasil :
Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, BB stabil, TTV dalam
rentang normal. Tidak ada peningkatan suhu tubuh.
3) Intervensi dan rasional :
(1) Observasi TTV
R : Untuk mengetahui perkembangan pasien
(2) Monitor tanda-tanda kekurangan cairan
R : Memantau terjadinya dehidrasi
(3) Catat intake dan output pasien
R : Untuk mengetahui keseimbangan masuk dan keluarnya
makanan
(4) Monitor dan catat BB
R : Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau
penentuan kebutuhan nutrisi (5) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan IV R : Memenuhi cairan atau nutrisi yang belum
adekuatnya masukan oral 1.2.2.4 Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kebutuhan oksigen otak kurang ( Hipoksemia berat ) sekunder
terhadap terjadinya kejang1) Batasan Karakteristik
Mayor:
(1) Perubahan frekuensi pernafasan
(2) Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas) Minor:
(1) Takipnea, hipernea, hiperventilasi
(2) Irama pernafasan tidak teratur
(3) Pernapasan yang berat
2) Tujuan
(1) Perawat dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan
pertukaran gas (2) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan
pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah.
3) Kriteria Hasil
(1) Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
(2) Menyatakan gejala berkurang
(3) Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping
adaptif untuk mengatasinya
4) Intervensi dan rasional :
(1) Observasi TTV
R : Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang
diberikan
(2) Kaji adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan,
terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan R : Identifikasi
adanya PK pulmonary edema
(3) Berikan posisi tidur semi fowler
R : Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru (4) Evaluasi
perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan
warna kulit termasuk membran mukosa dan kuku R : Akumulasi secret
atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital
jaringan (5) Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan
bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluanR : Menurunkan
konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernafasan
dapat menurunkan beratnya gejala (6) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian oksigen R : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya
permukaan alveolar paru (7) Kolaborasi dalam pemberian obat
R : Dengan terapi pengobatan dapat mempercepat proses
penyembuhan 1.2.2.5 PK Hipoglikemia
1) Tujuan : Perawat akan menangani dan meminimalkan terjadinya
hiperglikemi2) Kriteria Hasil :1. GDP dan GDS 76 110 mg/dl.2. GD 2
JPP < 140 mg/dl.3. Tidak terjadi tanda tanda hiperglikemi(
penurunan kesadaran, keringat dingin, kesemutan )3) Intervensi(1)
Pantau tanda dan gejala DKA ( GD > 300 mg / dl, aceton darah
positif, bau napas keton, hipotensi, Na, K menurun,, takikardi )R :
Bila insulin tidak tersedia, glukosa darah akan meningkat dan tubuh
akan memetabolisme lemak untuk kebutuhan energi dan menghasilkan
benda benda keton.(2) Pantau status hidrasi pasien, tanda tanda
dehidrasi.R : Mencegah hidrasi berlebihan / kekurangan hidrasi.(3)
Pantau status neurologis pasien.R : Fluktuasi kadar glukosa,
asidosis dan keadaan cairan dapat mempengaruhi fungsi neurologis
karena sirkulasi yang tidak adekuat.(4) Pantau sirkulasi pasien.R :
Dehidrasi berat menyebabkan penurunan curah jantung dan terjadi
vasokontriksi sebagai kompensasi tubuh.(5) Kolaborasi dalam
pemberian glukosaR : Memenuhi kebutuhan glukosa dalam darah1.2.2.6
Defisit pengetahuan tentang penatalaksanaan di rumah1) Batasan
KarakteristikMayor :(1) Mengungkapkan kurang pengetahuan atau
ketrampilan / permintaan informasi.(2) Mengekspresikan suatu
ketidakakuratan persepsi status kesehatan.(3) Melakukan dengan
tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang
diinginkanMinor :(1) Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke
dalam aktivitas sehari hari.(2) Memperlihatkan atau mengekspresikan
perubahan psikologis ( misal : ansietas, depresi ) yang
mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.Tujuan
:Pengetahuan pasien dan keluarga ( sasaran ) bertambah.Intervensi
:1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan di
rumah pada pasien demam / peningkatan suhu tubuh.R : Identifikasi
tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan2. Beri HE tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu
tubuh.R : Memberi informasi tentang penatalaksanaan di rumah pada
pasien demam / peningkatan suhu tubuh1.2.3. Evaluasi 1) Pasien
dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal 2) Tidak terjadi
cedera saat kejang3) Volume cairan pasien dapat terpenuhi secara
adekuat BAB 2ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAMNama
Mahasiswa : Andy Yudhistira Kristanto
NIM : A1.07.50
Tanggal Pengkajian : 1 April 2010No. Register : 662132
Ruang : Ruang Anak RS.Baptis Kediri.
2.1 IDENTITAS PASIEN Nama : An. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Kediri, 21 1 2009
Umur : 13 bulan
Anak ke : 1
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny.Y
Pekerjaan Ayah : Guru
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : Perguruan Tinggi
Pendidikan Ibu : SMU
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Ds. Pojok Mojoroto Kediri
Tanggal MRS : 29 3 2010 Jam 09.00 WIB
Diagnosa Medis : Febris konvulsi
2.2 RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING HISTORY )2.2.1 Riwayat
Keperawatan Sekarang 1. Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan badan
anak panas naik turun. 2. Lama Keluhan : Sejak kemarin sore (
tanggal 28 3 2010 )
3. Akibat timbulnya keluhan : Anak kejang 2 kali dan lama
kejaang 1 menit.
4. Faktor yang memperberat : Ibu mengatakan anak sedang
pilek.
5. Upaya untuk mengatasi : Memberi kompres hangat di seluruh
tubuh.
2.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya1. Prenatal :
Kehamilan pertama, pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan dan
melakukan kunjungan (ANC) sebanyak 6x. ibu juga imunisasi TT 1x,
ibu rutin olah raga dengan jalan jalan pagi, selama hamil ibu tidak
pernah mengkonsumsi jamu jamuan tradisional.
Natal : Pasien lahir secara spontan vertex dengan ditolong
bidan. BB lahir 3300 gram, panjang badan = 55 cm, bayi langsung
menangis saat lahir.
Post Natal :
Pasien lahir tanpa kelainan kongenital, ASI ibu lancar. 2. Luka
/ Operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi.3. Alergi
Ibu pasien mengatakan An.T tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan atau debu.
4. Pola Kebiasaan
Ibu pasien mengatakan
Saat dirumah anak terbiasa makan sendiri, makan teratur dengan
menu makan biasa ( nasi, lauk, pauk, sayur ), di RS anak sulit
makan dan makan pagi habis 5 sendok makan.
Di rumah anak terbiasa minum ASI cukup dan kadang kadang minum
susu formula Indomilk
Saat badan panas anak sulit minum.
An.T terbiasa tidur siang 1 2 jam / hari dan tidur malam 7-8 jam
/ hari.
Ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak
panas itu penting ?
5. Tumbuh Kembang :
An.T mampu berjalan maju mundur, berlari lari, dan membuka
pakaian dengan sedikit bantuan, berbicara 1 2 kata.Imunisasi :
An.P sudah mendapat imunisasi BCG,DPT 1 3, Polio 1 5, Hep I III,
Campak. di Posyandu / bidan.
Status Gizi :
BB : 8,3 kg ( BB normal : 9,2 10,6 kg )
TB : 72,2 cm ( TB normal : 73 77 cm )
Lingkar kepala : 45 cm
LILA : 15 cm
Turgor kulit baik, pertumbuhan rambut lebat, warna rambut
hitam.
Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson
:An.T berada dalam tahap toddler atau merupakan tahap kemandirian,
rasa malu dan ragu. Anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam
tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan bahasa, anak sudah
bias berjalan sendiri dan berbicara 6 kata. Pada tahap ini, anak
juga akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau
tidak memberi kemandirian / kebebasan anak dan menuntut tinggi
harapan anak. Teori Kepribadian anak menurut Teori Psikoseksual
Sigmund Freud :An.T berada dalam tahap anal dimana anak menunjukkan
kepuasan adalah pada pengeluaran tinja, anak akan menunjukkan
keakuannya dan sikapnya yang narsistik yaitu cinta terhadap dirinya
sendiri dan sangat egoistic. Anak menunjukkan sikap kurang dalam
pengendalian diri.2.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga1. Komposi
KeluargaKeluarga terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang anak.2.
Lingkungan rumah dan komunitasRumah berada di pedesaan dengan
kehidupan masyarakatnya lebih bersosialisasi satu dengan lainnya
dibuktikan dengan banyaknya kunjungan dari tetangga sekitar ketika
anak dirawat di Ruang Anak3. Kultur dan kepercayaan Ibu pasien
mengatakan percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga kesehatan
keluarga dan kesehatan adalah anugerah dari Tuhan. Ayah pasien
mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat saat anak panas
karena yakin kalau kompres dingin akan membuat demam anak semakin
bertambah tinggi. Ayah pasien bertanya tentang cara pemberian
compres saat anak panas?4. Fungsi dan hubungan keluarga
Komunikasi orang tua dengan anak baik dan lancar. Peran ibu
sebagai pengasuh anak masih bisa dikendalikan.5. Perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan
Ibu pasien mengatakan anak sangat aktif bermain tetapi sulit
makan.
Ibu pasien bertanya apa yang harus diperhatikan saat di
rumah.
6. Persepsi keluarga tentang penyakit klien
Orang tua pasien mengatakan memiliki pandangan bahwa penyakit
pasien akan bisa cepat sembuh bila rutin minum obat.2.2.4 Observasi
Dan Pemeriksaan Fisik ( Body System )1. Pernafasan ( B1 : Breathing
)
Respirasi : 24 x / menit
Pada inspeksi hidung dan pergerakan dada simetris. Pada
auskultasi suara nafas baik pada trachea, bronchovesikuler dan
vesikuler tidak terdapat suara nafas tambahan. Tidak terdapat
pernafasan cuping hidung.
Pasien pilek Tidak terdapat sianosis baik pada ekstremitas
maupun bibir. Pasien aktif beraktivitas.
BB : 8,3 kg ( BB normal : 9,2 10,6 kg )
TB : 72,2 cm ( TB normal : 73 77 cm )
2. Cardiovascular ( B2 : Bleeding )
Nadi : 100 x/menit, irama teratur Suhu : 36 4 0C
Suhu tanggal 31 3 2009 jam 12 am : 38 8 O C
Pengisian kapiler ( CRT ) cepat.
Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat mur mur.
3. Persyarafan ( B3 : Brain )
Tingkat kesadaran composmentis.
GCS (15) : E : 4; V : 5; M : 6.
Anak rewel.
Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
Pada mata, pupil isokor dengan diameter 3 / 3 mm, reaksi terhadap
cahaya + / + 4. Perkemihan Eliminasi Urine ( B4 : Bladder )
Tidak ada riwayat gangguan saat BAK.
Bladder lunak.
BAK spontan.
BAK 5 6 x / hari, kadang mengompol
5. Pencernaan Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel ) Pada inspeksi tidak
terdapat jaringan parut pada abdomen. Tidak terdapat asites..
Pada perkusi suara tympani.
Bising usus 8 x/menit.
Turgor kulit baik.
Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, perut lunak.6. Tulang
Otot Integumen ( B6 : Bone )
Tidak tedapat nyeri tekan otot.
Turgor kulit baik.
Tidak terdapat edema ekstremitas.
Tidak terdapat kelainan tulang belakang
MMT
55
55
7. Sistem Endokrin
Tidak ada riwayat penyakit DM
2.2.5 Diagnostic Test / Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan
Darah Lengkap ( 29 3 2010 )PemeriksaanHasilNilai
NormalInterprestasi
WBC9.3 K/uL4.1 10.9 K/uLNormal
LYM3.8 40.4 %L0.6 4.1 10.0 58.5%LNormal
MID0.6 6.8 %M0.0 1.8 0.1 24.0%MNormal
GRAN4.9 52.8%G2.0 7.8 37.0 92.0%GMenurun
RBC4.74 M/uL4.20 6.30 M/uLNormal
HGB10.1 g/dl12.0 18.0 g/dlMenurun
HCT30.6 %37.0 51.0 %Menurun
MCV64.6 fL80.0 97.0 fLMenurun
MCH21.3 pg26.0 32.0 pgMenurun
MCHC33.0 g/dl31.0 36.0 g / dlNormal
RDW15.0 %11.5 14.5 %Meningkat
PLT258 K / ul140 440 K/uLNormal
2. Pemeriksaan CRP ( 29 3 2010 )CRP : 4,98 mg/dl3. Kimia Darah
Tanggal 14 1 2010PemeriksaanHasilNilai NormalInterprestasi
GDS112 mg/dl76 110 mg/dlMeningkat
Na 139 mEq/L136 145 mEq/LNormal
K4.2 mEq/L3.6 5.0 mEq/LNormal
Kalsium 4,6 mEq /L3.4 4.7 mmol/LNormal
4. RontgenTidak dilakukan pemeriksaan5. Terapi Valim 2,5 mg IV
Prn Kejang dapat diulang max 3X selang 5 menit
Valdimex 2 mg Tid PO bila panas dan selama panas Paracetamol 4
cc Q 5 jam ( rutin 1 hari ) Biokid 5 cc QH Nasafed 1,5 cc Tid Fres
2,5 cc QH Dexametason 2,5 mg IV Q 8 Jam ( rutin 1 hari )
IV Kaen 4B 25 cc / jam
Diit Nasi LPLC
Kediri, 1 4 2011
Mahasiswa,
2.3 ANALISA DATANoData PenunjangEtiologiMasalah
1.
2.D S : -DO : - S ; 36 4 O C- S tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 38
8 O C
- Pasien MRS karena kejang 2 X
- Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.DS
: Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat
saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat
demam anak semakin bertambah tinggi. Ibu pasien mengatakan saat
badan panas anak sulit minum.DO : Ibu pasien bertanya tentang
apakah pemberian minum saat anak panas itu penting ?
Ayah pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak
panas?
Virus, bakteri
(Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
(Reaksi antigen antibody
Infeksi dalam tubuh
(Metabolisme tubuh meningkat
Demam
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
Proses informasi tentang penatalaksanaan saat di rumahDfisit
pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN2.4.1 Risiko hipertermi / Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan demam sekunder terhadap metabolisme
tubuh meningkat yang ditandai dengan S ; 36 4 O C , Suhu tanggal
31-3-2009 jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X,
tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
2.4.2 Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
berhubungan dengan proses informasi tentang penatalaksanaan saat di
rumah yang ditandai dengan ayah pasien mengatakan mempunyai budaya
memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres
dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi, ibu pasien
mengatakan saat badan panas anak sulit minum, ibu pasien bertanya
tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu penting ?, ayah
pasien bertanya tentang cara pemberian kompres saat anak panas?
2.5 PERENCANAANNoDiagnosaTujuanIntervensiRasionalTanggal
Dibuat/ParafTanggal dihentikan/Paraf
1. Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
demam sekumder terhadap metabolisme tubuh meningkat yang ditandai
dengan S ; 36 4 O C , Suhu tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 388OC ,
pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat kelumpuhan
ekstremitas, reflek patella + / +.
Tujuan :Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.Kriteria hasil :1.
S : 36 37 O C2. Anak tidak kejang3. Akral hangat4. Nadi 90 110 x /
menit.1. Ukur TTV ( suhu dan nadi )2. Pantau adanya / terjadinya
kejang berulang3. Observasi KU pasien, akral pasien / perfusi4.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi : Antipiretik.
Antikonvulsi Steroid1. Memantau peningkatan metabolisme dan proses
infeksi yang dapat menimbulkan kejang.2. Bangkitan kejang berulang
dapat terjadi apabila terjadi kenaikan suhu mendadak yang melebihi
tingkat adaptasi tubuh.3. Keadaan perfusi perifer menunjukkan
sirkulasi adekuat.4. Antipiretik sebagai pengacu daru pusat
pengaturan suhu di hipotalamus sehingga dapat mengatasi dan
mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh melebihi tingkat
adaptasi tubuh.Antikonvulsi untuk mengurangi letupan neural,
membantu aktifitas asam amino penghambat atau mengurangi letupan
lambat dari neuron talamus.Steroid sebagai pemutus rantai infeksi
tetapi dapat menimbulkan sistem imun. 1 4 2009
2.6.1 Diagnosa Keperawatan :Risiko hipertermi / Peningkatan suhu
tubuh berhubungan dengan demam sekumder terhadap metabolisme tubuh
meningkat yang ditandai dengan S ; 364 O C , Suhu tanggal 31-3-2009
jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat
kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +. Tujuan :Tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh.Kriteria hasil :1. S : 36 37 O C2. Anak
tidak kejang3. Akral hangat4. Nadi 90 110 x / menit.Implementasi
Keperawatan :TanggalJamImplementasi Keperawatan
1 4 2009 8 am
8 am
9 am
10 am
12 am
12 am
12 am1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik2. Mengukur
suhu dan nadi3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
antipiretik paracetamol 4 cc PO 4. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi steroid oradexon 2,5 mg IV 5. Mengukur TTV (
suhu dan nadi )6. Memantau adanya / terjadinya kejang berulang7.
Melakukan observasi KU pasien, akral pasien / perfusi perifer
2.6.2 Diagnosa Keperawatan :Dfisit pengetahuan tentang
penatalaksanaan saat di rumah berhubungan dengan proses informasi
tentang penatalaksanaan saat di rumah yang ditandai dengan ayah
pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat saat anak
panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat demam anak
semakin bertambah tinggi, ibu pasien mengatakan saat badan panas
anak sulit minum, ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian
minum saat anak panas itu penting ?, ayah pasien bertanya tentang
cara pemberian kompres saat anak panas?
Tujuan :Keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang
penatalaksanaan saat di rumah saat anak panas dan kejang.Kriteria
hasil :1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian peningkatan suhu
tubuh.2. Keluarga dapat menjelaskan dampak peningkatan suhu tubuh3.
Keluarga dapat menjelaskan fugsi penatalaksanaan dirumah saat
terjadi panas.4. Keluarga dapat menjelaskan penatalaksanaan dirumah
saat terjadi panas. dan kejangImplementasi Keperawatan
:TanggalJamImplementasi Keperawatan
1 4 2009 9 am
10.30 am1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu
tubuh.2. Memberi HE tentang penatalaksanaan dirumah saat terjadi
panas. dan kejang (POA terlampir )
2.7 EVALUASITanggal / JamDiagnosaEvaluasi
1 4 2009
12 amRisiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan demam sekumder terhadap metabolisme tubuh meningkat yang
ditandai dengan S ; 364 O C , Suhu tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 38
8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat kelumpuhan
ekstremitas, reflek patella + / +.
S :-O : S : 36 2 O C Nadi : 100 X / menit Tidak terjadi kejang
berulang Akral hangatA : Masalah tidak menjadi aktualP : Rencana
tindakan keperawatan no 1 4 dilanjutkan :1. Ukur TTV ( suhu dan
nadi )2. Pantau adanya / terjadinya kejang berulang3. Observasi KU
pasien, akral pasien / perfusi perifer4. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi : Antipiretik. Antikonvulsi Steroid
1 4 2009 12 amDfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di
rumah berhubungan dengan proses informasi tentang penatalaksanaan
saat di rumah yang ditandai dengan ayah pasien mengatakan mempunyai
budaya memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau
kompres dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi,
ibu pasien mengatakan saat badan panas anak sulit minum, ibu pasien
bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu penting
?, ayah pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak
panas?
S : Ayah pasien menjelaskan pengertian peningkatan suhu tubuh
adalah suhu tubuh diatas normal / lebih dari 38OC Ibu pasien
mengatakan dampak panas yang tidak teratasi dapat terjadi kejang
pada anak. Ayah pasien mengatakan tujuan penatalaksanaan panas saat
di rumah adalah untuk mencegah terjadinya kejang pada anak. Ayah
dan ibu pasien menjelaskan yang dapat dilakukan dirumah saat anak
panas adalah dengan memberi minum banyak, memberi obat penurun
panas dan memberi kompres. Dan yang dapat dilakukan saat anak
kejang di rumah adalah dengan tidak memasukkan benda apapun ke
dalam mulut, melindungi anak agar tidak cidera, melonggarkan
pakaian anak, miringkan badan anak supaya nafas bisa longgar.O :
Keluarga kooperatif dengan mahasiswa.A : Tujuan tercapaiP : Rencana
tindakan dihentikan.
DAFTAR PUSTAKAHidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada
Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC. Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian. Jakarta :
EGC.Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta
:Media Aesculapius FKUI. Edisi III. Price dan Wilson. (1995).
Patofisiologi. Jilid 2. Terjemahan : Peter Anugrah. Jakarta :
EGC.