LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU + HEMOPTOE DI RUANG PAVILIUN IV PARU RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA I. Pengertian Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobakterium Tuberculosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah (Alsagaff & Mukty, 2008). II. Anatomi dan Fisiologi Sistem pernapasan mempunyai fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan gas karbon dioksida (CO2) dari tubuh. O2 merupakan sumber tenaga bagi tubuh yang harus di pasok terus menerus, sedangkan CO2 merupakan bahan toksik yang harus segera dikeluarkan dari tubuh. Bila tertumpuk di dalam darah akan menurunkan PH sehingga menimbulkan asidosis yang dapat mengganggu faal badan bahkan dapat menyebabkan kematian. Jalan nafas yang dapat menghantarkan udara ke paru-paru adalah 1. Hidung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU + HEMOPTOE
DI RUANG PAVILIUN IV PARU RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA
I. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobakterium Tuberculosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernapasan bagian bawah (Alsagaff & Mukty, 2008).
II. Anatomi dan Fisiologi
Sistem pernapasan mempunyai fungsi menyediakan oksigen (O2) serta
mengeluarkan gas karbon dioksida (CO2) dari tubuh. O2 merupakan sumber tenaga
bagi tubuh yang harus di pasok terus menerus, sedangkan CO2 merupakan bahan
toksik yang harus segera dikeluarkan dari tubuh. Bila tertumpuk di dalam darah akan
menurunkan PH sehingga menimbulkan asidosis yang dapat mengganggu faal badan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Jalan nafas yang dapat menghantarkan udara
ke paru-paru adalah
1. Hidung
Saluran pernapasan dari hidung sampai ke bronchiolus di lapisi oleh
membran mukosa bersilia, ketika udara masuk melalui rongga hidung maka
dari itu: di saring, di hangatkan, dan di lembabkan. Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks
bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Partikel-partikel debu yang kasar dapat
disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan
partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia
mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke
superior dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring.
Terdapat empat buah sinus paranasalis. Sinus paranasalis adalah
rongga di dalam empat buah pasang tulang frontalis, etmoidalis, sfenoidalis
dan maksilaris. Rongga sinus berhubungan dengan rongga hidung serta di
lapisi mukosa yang merupakan kelanjutan mukosa rongga hidung. Sinus
paranasalis juga mempunyai peran ikut membantu proses pelembapan serta
menghangatkan udara pernapasan, ruang untuk resonansi udara, memperingan
berat, serta menghemat massa tulang tengkorak
2. Faring
Faring merupakan bagian kedua dan terakhir dari saluran pernapasan
bagian atas. Faring terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Nasofaring merupakan bagian pertama dari faring. Nasofaring
mempunyai peran sebagai penangkal infeksi dan menunjang fungsi telinga.
Untuk penangkal infeksi dilakukan oleh jaringan limfoid. Pada infeksi kronis
kelenjar ini dapat membesar sehingga dapat mempengaruhi aliran udara nafas
disamping itu juga sebagai mempertahankan keseimbangan tekanan udara
telinga.
Orofaring terletak dibelakang rongga mulut dan berperan sebagai
saluran udara pernapasan serta saluran makanan. Dua kelenjar limfoid yang
terdapat pada daerah ini yaitu tonsil palatinum dan tonsil linguinalismembuat
orofaring berperan sebagai penangkal infeksi. Laringofaring merupakan
bagian terakhir dari faring. Seperti orofaring bagian ini berperan sebagai
saluran udara dan saluran makanan.
3. Laring
Laring merupakan bagian pertama dari saluran pernapasan bagian
bawah. Laring mempunyai tiga peran utama yaitu sebagai saluran udara,
sebagai pintu pengatur perjalanan udara pernapasan dan makanan, serta
sebagai organ penimbul suara, peran sebagai pengatur perjalanan udara
pernapasan dan makanan dilakukan oleh epiglotis, sedangkan organ sebagai
penimbul sura dilakukan oleh pita suara (korda vokalis). Disamping
ditentukan oleh fungsi laring, kualitas suara di pengaruhi pula oleh fungsi
resonansi dari hidung, rongga mulut, sinus paranasalis, faring serta otot-otot
penggerak lidah, bibir dan pipi.
4. Trakea
Trakea berarti pipa udara. Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalator
muko-siliaris, karena silia pada trakea dapat mendorong benda asing yang
terikat zat mukus ke arah faring yang kemudian dapat di telan / di keluarkan.
Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang terkandung dalam asap
rokok. Bila berkontraksi, otot polos yang terdapat pada bagian belakang cincin
tulang rawan yang terputus akan mempercepat arus keluar udara pernapasan.
Aksi ini akan membantu mendorong zat mukus ke arah luar waktu terjadi
batuk.
5. Bronchus dan bronchiolus
Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan
lebih pendek dan besar, merupakan lanjutan trachea yang dengan sudut lebih
paten. Yang mudah masuk ke cabang utama bronchus kanan apabila tidak
tertahan pada mulut atau hidung. Apabila udara salah jalan, maka tidak masuk
ke dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps.
Bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segumen
bronchus percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil yang
dinamakan bronchiolus terminalis di sebut saluran penghantar udara ke tempat
pertukaran gas-gas di luar bronchus terminalis. Terdapat asinus yang
merupakan unit fungsional paru-paru tempat pertukaran gas. Asinus terdiri
dari bronchiolus respiratorius yang kadang-kadang memiliki kantong udara
kecil (alveoli) yang berhasil dari dinding mereka dalam setiap paru-paru
terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan seluas lapangan
tenis. Tetapi alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfaktan,
berfungsi mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi
terhadap pengembangan inspirasi. Mencegah kolaps pada alveolus saat
ekspirasi.
III. Patofisiologi
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung mycobakterium
tuberculosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam. Seseorang dapat
terinfeksi apabila droplet tersebut terhirup dalam saluran pernapasan.
Mycobakterium masuk ke dalam saluran pernapasan dan dapat masuk ke alveoli
tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga
secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
(ginjal, tulang, korteks serebri) dan area paru-paru lainnya.
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menelan banyak bakteri, limfosit menghancurkan basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli dan
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10
minggu setelah pemajanan. Gambaran bronkopneumonia yang dikelilingi oleh sel-
sel radang lokal, tahap permulaan memberikan keluhan seperti suhu tubuh
meningkat.
IV. Etiologi
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara
individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa, atau bernyanyi.
Melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100µ) dan droplet kecil (1 sampai 5µ).
Droplet yang berukuran besar menetap, sementara droplet yang berukuran kecil
tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko
tinggi untuk tertular tuberkulosis adalah :
1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, pasien yang
terinfeksi HIV, pasien yang dalam terapi kortikosteroid)
3. Penggunaan obat-obat IV dan alkoholik
4. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, gastrektomi / yeyunoileal)
5. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan,
ras, anak-anak dibawah usia 15 tahun, dan dewasa muda antara 15 tahun
sampai 44 tahun)
6. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia tenggara, Afrika,
Amerika, Karibia)
7. Setiap individu yang tinggal di institusi (fasilitas perawatan jangka panjang,
psikiatrik, penjara)
8. Individu yang tinggal didaerah perumahan substandar kumuh
9. Petugas kesehatan
V. Tanda dan Gejala
1. Panas badan
Sering kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas
badan meningkat atau menjadi lebih tinggi apabila proses berkembang
menjadi progresif sehingga penderita merasakan badannya hangat atau muka
terasa panas
2. Menggigil
Dapat terjadi apabila panas badan naik dengan cepat, dapat terjadi suatu reaksi
umum yang lebih hebat
3. Keringat malam
Keringat malam umumnya baru timbul apabila proses telah lanjut, kecuali
pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih
dini, nausea, takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas.
4. Gangguan menstruasi
Sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut
5. Anoreksia
Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia yang
timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif
6. Lemah badan
Gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan keadaan
sehari-hari yang kurang menyenangkan. Karena itu harus dianalisa dengan
baik dan harus lebih berhati-hati apabila dijumpai perubahan sikap dan
temperamen (mudah tersinggung)
VI. Manifestasi Klinis
Menurut Alsagaff dan Mukty (2008) gejala klinis yang timbul pada pasien
tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah
1. Batuk
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi
paru mengingat tuberculosis paru adalah penyakit menahun. Keluhan ini
dirasakan dengan berlanjut walau agak lambat. Batuk pada tuberculosis paru
dapat kering pada permulaan penyakit karena sekret masih sedikit, kemudian
menjadi produktif.
2. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi mukopurulen atau kuning atau kuning hijau sampai purulen
dan kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan
perlunakan. Jarang berbau busuk kecuali bila ada infeksi anaerob.
3. Batuk darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai
berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk.penyebabnya
adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga
menimbulkan pecahnya pembuluh darah.
4. Sesak napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas didalam paru. Merupakan
proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
5. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada
dinding pleura dan paru dan rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan
otot pada batuk
6. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh
sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
VII. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan TB adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus
dalam jangka waktu yang lama diantaranya
1. Panduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 – 24 bulan
- Pengobatan intensif : setiap hari 1- 3 bulan, isoniazid (INH) + rifampizin
(RMP) + streptomicin (SM) dan diteruskan dengan
- Pengobatan intermitten dua kali seminggu sampai satu tahun : INH + RMP
atau etambutol (EMB)
2. Panduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 – 9 bulan
- Pengobatan intensif : tiap hari selama 1 – 2 bulan, INH + RMP + SM atau
pirazinamid (PZA) dan diteruskan dengan
- Pengobatan intermitten : 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan, INH +
RMP atau EMB / SM
Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin (vitamin B6),
enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), kreatinin di pantau setiap bulan.
Hasil pemeriksaan kultur sputum di pantau terhadap basil tahan asam (BTA)
untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi.