Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA) A. KONSEP DASAR TEORI 1. Definisi Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar R, 2002: 117). Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2001). a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang 8 cm). b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio. c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesarea (previos
29

LP post SC

Jul 18, 2016

Download

Documents

Nia Logaritma

laporan pendahuluan pada pasien post sectio caesaria
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LP post SC

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA)

A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005).

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea

adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar R,

2002: 117).

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan

janin dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2001).

a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak

diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV

kurang 8 cm).

b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa

(partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal,

baru dilakukan sectio.

c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu

mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan

selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.

d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu

operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung

dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.

e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin

dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan

histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

2. Jenis-Jenis Sectio Caesaria

a. Section caesaria klasik atau corporal : insisi meanjang pada segmen atas uterus

Page 2: LP post SC

b. Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa dengan

teknik melintang (kerr) atau memanjang (kronij).

c. Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan

pada pasien infeksi uterin berat.

d. Section caesaria Hysteroctomi : Setelah section sesaria dilakukan hysteroktomy

dengan indikasi: Atonia uteri, plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra uterin

berat

3. Etiologi atau Indikasi

Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R,

2002: 118) adalah sebagai berikut :

a. Indikasi Ibu

1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.

2) Panggul sempit.

3) Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala

dengan panggul.

4) Partus lama (prolonged labor).

5) Ruptur uteri mengancam.

6) Partus tak maju (obstructed labor).

7) Distosia serviks.

8) Pre-eklampsia dan hipertensi.

9) Disfungsi uterus.

10) Distosia jaringan lunak.

b. Indikasi janin:

1) Letak lintang.

2) Letak bokong.

3) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.

4) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain

tidak berhasil.

Page 3: LP post SC

4. Manifestasi Klinis

Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post

sectio caesarea, antara lain :

a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.

c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.

d. Bising usus tidak ada.

e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.

f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.

g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.

Page 4: LP post SC

5. Patofisiologi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr

dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini

yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta

previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan

letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik

dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari

aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI

yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman.

Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.

Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat

regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin

maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe

yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan

pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri

sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas

yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang

menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan

mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi

proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk

metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang

menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan

menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat

beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu

motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu

konstipasi.

(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

Page 5: LP post SC

Insufisiensi plasenta

Kadar kortisol ↓(merupakan metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak)

Cemas pada janinSirkulasi uteroplasenta↓

SC

Post date

Kelahiran terhambat

Tidak ada perubahan pada serviks

Tidak timbul HIS

Faktor predisposisi :Ketidak seimbangan sepalo pelvicKehamilan kembarDistress janinPresentsi janinPreeklampsi / eklampsi

Persalinan tidak normal

Estrogen meningkatKurang pengetahuan Nifas(post pembedahan)

Ketidakefektifan menyusui

Penurunan laktasiNyeriIntoleransiAktivitasResti InfeksiAnsietas

Ansietas

WOC

Page 6: LP post SC

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)

b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin

c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II

d. Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi

janin

7. Penatalaksanaan

Teknik SC transperitaneal profunda

a. Persiapan pasien

Pasien dalam posisi trandenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal / peridural pada

oprasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat operasi, obat dan darah

dipersiapkan

b. Pelaksanaan

1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan oprasi

dipersempit dengan kain suci hama.

2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis ampai

dibawah umbilikus lapis demi lais sehingga kavum peritonium terbuka.

3) dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi

4) Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung kencing di

depn segmen bawah rahim secara melintang pada vesikouterma ini disisihkan

secara tumpul ke arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum

kandung kencing

5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan plikavesikouretra

tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm. Kemudian diperlebar sc melintang

secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen

bawah rahim dapat melintang (transversal)

6) Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan.

Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat dijepit dan

diotong plasenta dilahirkan secara manual ke dalam otot rahim intramuscular

disuntik oksitosin. Laisan dinding rahim dijahit :

Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium

Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja

Lapisan III : Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina

Page 7: LP post SC

7) Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi

8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut

dijahit

8. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut

(Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :

a. Infeksi puerperal (nifas)

1) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut

sedikit kembung.

3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.

b. Perdarahan

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

2) Atonia uteri.

3) Perdarahan pada placental bed.

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila

reperitonealisasi terlalu tinggi.

d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,

suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya

perkawinan dan alamat.

b. Alasan Dirawat

Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,

perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak

c. Riwayat Masuk Rumah Sakit

Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat

badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain.

Page 8: LP post SC

d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi

Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan,

dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas

yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan

rencana KB.

e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari

1) Bernafas

Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.

2) Nutrisi

Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,

protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan),

nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan

mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.

3) Eliminasi

Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya

infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass,

apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut

BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya

terjadi diantara hari kedua dan kelima.

4) Aktivitas

Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan

merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.

5) Istirahat dan Tidur

Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu

istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah

mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada

perineum). Insomnia mungkin teramati.

6) Personal Hygine

Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan

pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.

7) Rasa nyaman

Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5

pasca partum.

Page 9: LP post SC

8) Rasa Aman

Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3

hari setelah melahirkan).

9) Suhu

Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-

37oC.

10) Ibadah

Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.

11) Hubungan sosial dan komunikasi

Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya

selama fase nifas.

12) Produktivitas

Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.

13) Rekreasi dan hiburan

Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat

fresh dan relaks.

14) Kebutuhan belajar

Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan

bayi selama masa nifas.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu

2) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan

sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara

waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila

tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post

partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan

adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.

b) Suhu

Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan

disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC

Page 10: LP post SC

pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya

infeksi atau sepsis nifas.

c) Nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai  sekitar 60 x/menit yakni pada

waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi

utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya

bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena

infeksi khususnya bila disertai peningkatan

d) Pernafasan

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi

cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-

tanda syok.

3) Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah

konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain

b) Leher

Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid,

pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.

c) Thorak

- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi

kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran

pembuluh limfe.

- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal

- Paru: kaji pernafasa ibu

d) Abdomen

Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi,

posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.

e) Genetalia

- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.

- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea

- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan

eksternal.

Page 11: LP post SC

- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus

normal.

f) Perinium dan Anus

Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of

approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.

g) Ekstremitas

Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya

nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri

saat kaki dorsofleksi pasif).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul:

a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan  kurangnya pengetahuan ibu tentang

cara menyusui yang bernar.

b. Nyeri akut berhubungan dengan  diskontinyuitas jaringan.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan

sumber informasi tentang cara perawatan bayi.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan  kelelahan sehabis bersalin

e. Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses

pembedahan.

3. Intervensi No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Menyusui tidak efektif

berhubungan dengan 

kurangnya pengetahuan

ibu tentang cara

menyusui yang benar.

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama …..x24 jam

pasien menunjukkan respon

breast feeding adekuat dengan

indikator:

a. Pasien mengungkapkan puas

dengan kebutuhan untuk

menyusui

b. Pasien mampu

mendemonstrasikan

perawatan payudara

Health Education:

a. Berikan informasi mengenai :

1) Fisiologi menyusui

2) Keuntungan menyusui

3) Perawatan payudara

4) Kebutuhan diit khusus

5) Faktor-faktor yang menghambat proses

menyusui 

b. Demonstrasikan breast care dan pantau

kemampuan pasien untuk melakukan secara

Page 12: LP post SC

teratur

c. Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan

benar, cara menyimpan, cara transportasi

sehingga bisa diterima oleh bayi

d. Berikan dukungan dan semangat pada ibu

untuk melaksanakan pemberian ASI

eksklusif

e. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala

bendungan payudara, infeksi payudara

f. Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan

mendukung klien dalam pemberian ASI

g. Diskusikan tentang sumber-sumber yang

dapat memberikan  informasi atau

memberikan pelayanan KIA

2 Nyeri akut berhubungan

dengan  diskonjuitas

jaringan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama …..x24 jam

diharapkan nteri berkurang

dengan indikator:

a. Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari

bantuan)

b. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

nyeri

c. Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang

e. Tanda vital dalam rentang

normal

Pain Management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

b. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon

nyeri

e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan

lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri

masa lampau

g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari

dan menemukan dukungan

h. Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

i. Kurangi faktor presipitasi nyeri

j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)

k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

Page 13: LP post SC

l. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

m. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

o. Tingkatkan istirahat

p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

q. Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

Analgesic Administration

a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan

derajat nyeri sebelum pemberian obat

b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

c. Cek riwayat alergi

d. Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika pemberian

lebih dari satu

e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe

dan beratnya nyeri

f. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,

dan dosis optimal

g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk

pengobatan nyeri secara teratur

h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik pertama kali

i. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat

nyeri hebat

j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan

gejala (efek samping)

3 Defisit pengetahuan

berhubungan dengan

tidak mengenal atau

familiar dengan sumber

informasi tentang cara

perawatan bayi.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama ….. x 24 jam

diharapkan pengetahuan klien

meningkat dengan indikator:

a. Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman

tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program

pengobatan

b. Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

Teaching : Disease Process

a. Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang proses penyakit

yang spesifik

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

tepat.

c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit, dengan cara yang

tepat

Page 14: LP post SC

dijelaskan secara benar

c. Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa

yang dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya.

d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara

yang tepat

e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna

cara yang tepat

f. Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

g. Hindari jaminan yang kosong

h. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi

tentang kemajuan pasien dengan cara yang

tepat

i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan

atau proses pengontrolan penyakit

j. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion dengan cara

yang tepat atau diindikasikan

l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan

gejala untuk melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan, dengan cara yang

tepat

4 Defisit perawatan diri

berhubungan dengan 

kelelahan sehabis

bersalin

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama ….. x 24 jam

ADLs klien meningkat  dengan

indicator:

a. Pasien terbebas dari bau

badan

b. Menyatakan kenyamanan

terhadap kemampuan untuk

melakukan ADLs

c. Melakukan ADLs dengan

bantuan

Self Care assistane : ADLs

a. Monitor kemempuan klien untuk perawatan

diri yang mandiri.

b. Monitor kebutuhan pasien untuk alat-alat

bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,

berhias, toileting dan makan.

c. Sediakan bantuan sampai pasien mampu

secara utuh untuk melakukan self-care.

d. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas

sehari-hari yang normal sesuai kemampuan

yang dimiliki.

e. Dorong untuk melakukan secara mandiri,

tapi beri bantuan ketika pasien tidak mampu

melakukannya.

Page 15: LP post SC

f. Ajarkan pasien atau keluarga untuk

mendorong kemandirian, untuk memberikan

bantuan hanya jika pasien tidak mampu

untuk melakukannya.

g. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai

kemampuan.

h. Pertimbangkan usia pasien jika mendorong

pelaksanaan aktivitas sehari-hari. 

5 Resiko infeksi

berhubungan dengan 

luka operasi

Setelah dilakuakan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan resiko infeksi

terkontrol dengan indikator:

a. Pasien bebas dari tanda dan

gejala infeksi

b. Mendeskripsikan proses

penularan penyakit, faktor

yang mempengaruhi

penularan serta

penatalaksanaannya,

c. Menunjukkan kemampuan

untuk mencegah timbulnya

infeksi

d. Jumlah leukosit dalam batas

normal

e. Menunjukkan perilaku hidup

sehat

Infection Control (Kontrol infeksi)

a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien

lain

b. Pertahankan teknik isolasi

c. Batasi pengunjung bila perlu

d. Instruksikan pada pengunjung untuk

mencuci tangan saat berkunjung dan setelah

berkunjung meninggalkan pasien

e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci

tangan

f. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah

tindakan kperawtan

g. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

pelindung

h. Pertahankan lingkungan aseptik selama

pemasangan alat

i. Ganti letak IV perifer dan line central dan

dressing sesuai dengan petunjuk umum

j. Gunakan kateter intermiten untuk

menurunkan infeksi kandung kencing

k. Tingktkan intake nutrisi

l. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (Proteksi Terhadap

Infeksi)

a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik

dan lokal

b. Monitor hitung granulosit, WBC

c. Monitor kerentanan terhadap infeksi

d. Batasi pengunjung

e. Saring pengunjung terhadap penyakit

menular

f. Partahankan teknik aspesis pada pasien

Page 16: LP post SC

yang beresiko

g. Pertahankan teknik isolasi k/p

h. Berikan perawatan kuliat pada area epidema

i. Inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan, panas, drainase

j. Ispeksi kondisi luka atau insisi bedah

k. Dorong masukkan nutrisi yang cukup

l. Dorong masukan cairan

m. Dorong istirahat

n. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik

sesuai resep

o. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan

gejala infeksi

p. Ajarkan cara menghindari infeksi

q. Laporkan kecurigaan infeksi

r. Laporkan kultur positif

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses pembedahan.

Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.

Kriteria hasil :

a. Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

b. Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.

c. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI RASIONAL

Rencanakan periode istirahat

yang cukup.

Berikan latihan aktivitas secara

bertahap.

Bantu klien dalam memenuhi

Mengurangi aktivitas yang tidak

diperlukan, dan energi terkumpul

dapat digunakan untuk aktivitas

seperlunya secar optimal.

Tahapan-tahapan yang diberikan

membantu proses aktivitas secara

perlahan dengan menghemat tenaga

namun tujuan yang tepat, mobilisasi

dini.

Mengurangi pemakaian energi

Page 17: LP post SC

kebutuhan sesuai kebutuhan.

Setelah latihan dan aktivitas kaji

respons klien

sampai kekuatan pasien pulih

kembali.

Menjaga kemungkinan adanya

respons abnormal dari tubuh sebagai

akibat dari latihan.

4. Implementasi

Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti

rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,

membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien,

mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan

kesehatan berkelanjutan dari pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilannya.

Page 18: LP post SC

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan

dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana, Jakarta : EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.

New Jersey: Upper Saddle River

Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta :

mocaMedia

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Medika

Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka

Page 19: LP post SC

Mengetahui, Denpasar, 09 Desember 2014 Pembimbing Praktek Mahasiswa,

Ni Made Puput Septiani, S.ST Putu Dewi Widiastuti NIP.198209202005012002 NIM. P07120012109

Mengetahui, Pembimbing Akademik

IGA Oka Mayuni, S.Pd.,S.Kep.,M.Fis NIP.

Page 20: LP post SC

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA)

OLEH:

PUTU DEWI WIDIASTUTI

P07120012109

3.3 REGULER

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2014