Page 1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
PRE EKLAMPSIA BERAT
(PEB)
I. Konsep Dasar Teori
A. Pengertian
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul
akibat kelainan neurologi (Mansjoer A, 2001).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
(Mochtar R, 1998).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan (Wiknjosastro H, 2005).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh
hipertensi, edema, dan proteinuria (Dorland, 2002).
Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang
disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan
cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan (Manuaba, 2001).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Wiknjosastro H, 2005).
Page 2
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.
B. Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi Pre eklampsia
Diagnosis Tekanan darah Tanda lain
Pre eklampsia ringan Kenaikan TD diastolik 15
mmHg/79 mmHg dengan 2x
pengamatan berjarak 1
jam/tekanan diastolik
mencapai 110 mmHg.
Protein urin +1
Pre eklampsia sedang Kenaikan TD systolik 30
mmHg/lebih atau mencapai
140 mmHg.
Protein urin +2 oedem
umum, kaki, jari tangan
dan muka, kenaikan BB 1
kg tiap minggu.
Pre eklampsia berat Tekanan diastolik >110
mmHg
Protein urine +3 atau +4
oliguria (urine 5 gr/L)
hiperefleksia, gangguan
penglihatan, nyeri
epigastrik, terdapat oedem
paru dan sinosis.
Page 3
C. Etiologi
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih
merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi.
Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan
angka kematian ibu dan anak. Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum
diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia,
yaitu :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan. Pada Preeklampsia didapatkan kerusakan
pada endotel vaskuler sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI-2)
yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan
fibrinolisis. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2)
dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis. Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama,
hal ini dihubungkan dengan pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta yang tidak sempurna. Beberapa wanita dengan pre eklampsia
mempunyai kompleks imun dalam serum.
3. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada
pre-eklampsi/eklampsia
4. Peran faktor genetik /familial:
Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi
pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi
Page 4
Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak
dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada
ipar mereka.
5. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).
Teori yang dewasa ini banyak diterima sebagai penyebab preeklampsia
adalah iskemia plasenta. Faktor predisposisi antara lain:
1. Diabetes melitus
2. Mola hidatidosa
3. Kehamilan ganda
4. Hidrops fetalis
5. Umur di atas 35 tahun
6. Obesitas.
D. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus.
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat
mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi
platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf
pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang.
Page 5
Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan
proteinuria.
Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler
meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan
peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.
Perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada
preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan
dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang
secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia
kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik /
kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam
ekstravaskuler terutama paru.
2. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan
sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas normal.
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain
itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
Page 6
yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia
adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau
didalam retina.
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi
partus prematur.
6. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pnemonia atau abses paru.
Page 7
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah akibat spasme
pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus.
Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu
akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik
menyebabkan terjadinya endotheliosis yang menyebabkan pelepasan
tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan
tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan
akan menyebabkan terjadinya vasospasme, sedangkan aktivasi/agregasi trombosit
deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan
perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan
mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen
menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II
bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin
II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- organ tubuh diantaranya otak,
darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, menimbulkan diagnosa keperawatan risiko
kejang dan nyeri akut. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel
darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan
menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah merah yang pecah akan
Page 8
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan
meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan
sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan
menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selain itu, vasospasme arteriol
pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein
akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi
oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan
terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa
keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang
meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus
dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa
keperawatan risiko cedera pada janin.
F. Manifestasi Klinis
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala,
yaitu :
- Edema
- Hipertensi
- Proteinuria
Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari
tangan dan muka. Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.
Page 9
Proteinuria + ≥5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
Oliguria (<400 ml dalam 24 jam).
Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
Nyeri epigastrum dan icterus.
Trombositopenia.
Pertumbuhan janin terhambat.
Mual muntah.
Nyeri epigastrium.
Pusing.
Penurunan visus.
G. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk
komplikasi antara lain:
a. Pada Ibu
Eklampsia
Solusio plasenta
Pendarahan subkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah (DIC)
Sindrom HELPP (Hemolisis, Elevated, Liver, Enzymes dan Low Platelet
Count)
Ablasio retina
Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
Prematur
Asfiksia neonatorum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
H. Pencegahan
Page 10
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau
diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan
dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan
nasehat tentang dan berkaitan dengan:
1. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah
lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan
berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah
protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau
berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang
ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
a) Uji kemungkinan Pre eklampsia:
Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
Pemeriksaan tinggi fundus uteri
Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
Pemeriksaan protein dalam urin
Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,
gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.
b) Penilaian kondisi janin dalam rahim.
Pemantauan tinggi fundus uteri
Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban
I. Penatalaksanaan
Page 11
Penderita diusahakan agar:
1. Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2. Dipasang infus glukosa 5%
3. Dilakukan pemeriksaan:
a) Pemeriksaan umum: pemeriksaan tiap jam; tekanan darah, nadi, suhu
dan pernafasan.
b) Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30
menit, pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin
dalam rahim).
4. Pemasangan dower kateter
5. Evaluasi keseimbangan cairan
6. Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
a) Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
Ibu Usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Adanya tanda-tanda atau
gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah
6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah
24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan).
Janin Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG). Adanya tanda IUGR
(janin terhambat).
Laboratorium. Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).
b) Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
Segera masuk rumah sakit.
Page 12
Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30
menit, refleks patella setiap jam.
Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-
125 cc/jam) 500 cc.
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5
menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan
(40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM.
Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis
awal lalu dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
Syarat-syarat pemberian MgSO4
Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr
(10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit.
Refleks patella positif kuat.
Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/KgBB/jam)
MgSO4 dihentikan bila :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15
mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15
mEq/liter terjadi kematian jantung.
Page 13
Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 : hentikan pemberian
MgSO4, berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10
cc) secara IV dalam waktu 3 menit, berikan oksigen, lakukan
pernapasan buatan
MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sedah terjadi perbaikan (normotensi).
Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid
injeksi 40 mg IM.
Anti hipertensi diberikan bila :
Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau
MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik
<105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta.
Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres
injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus
atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5
kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang
sama mulai diberikan secara oral.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
a) Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-
tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
b) Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup
Page 14
intramuskular saja dimana 4 gram pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat
kanan.
c) Pengobatan obstetri :
Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda
preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu
MgSO4 20% 2 gr IV.
Penderita dipulangkan bila :
1. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan
telah dirawat selama 3 hari.
2. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol%)
Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
Urinalisis
Ditemukan protein dalam urin.
Pemeriksaan Fungsi hati
Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
Page 15
Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45
u/ml)
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31
u/l)
Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl).
2. Radiologi
Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan
kardiomegali.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Page 16
1. Identitas umum klien
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida, < 20 tahun atau > 35
tahun.
2. Data riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien mempunyai riwayat pre-eklamsia pada
kehamilan terdahulu.
Biasanya mudah terjadi pada klien yang obsitas
Klien mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis, anemia,
hipertensi kronis, diabetes mellitus.
Tekanan darah klien sebelum hamil normotensif
b) Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasa sakit kepala didaerah frontal.
Terasa sakit diulu hari/nyeri epigastrium.
Gangguan virus : Penglihatan kabur, skotoma, diplopia.
Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
Gangguan serebral lainnya: oyong, reflek tinggi, tidak tenang.
Oedema pada ekstremitas.
Tengkuk terasa berat.
Kenaikan berat badan 1 kg seminggu.
Biasanya terjadi preeklamsi pada usia kehamilan 20 minggu atau
lebih.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam
keluarga.
d) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidroamnion serta riwayat kehamilan dengan preeklamsi atau
eklamsia sebelumnya.
e) Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun
atau di atas 35 tahun.
Page 17
3. Pemeriksaan fisik / biologis
Keadaan Umum : Lemah
Kepala : Sakit kepala, wajah oedema
Mata : Konjungiva agak anemis oedema pada retina
Leher : Kuduk terasa berat
Kardiovaskuler : Hipertensi, mudah terkejut
Pencernaan/abdomen : Nyeri daerah epigastrium,anoreksia, mual dan
muntah
Ekstremitas : Oedema pada kaki dan tangan serta jari-jari
Sistem persyarafan : Hiperrefleksi, klonus pada kaki
Genito urinaria : Oliguria, proteinuria
Pemeriksaan janin : Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah.
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol%)
Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
Urinalisis: ditemukan protein dalam urin.
Pemeriksaan Fungsi hati
Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-
45 u/ml)
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N=
<31 u/l)
Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
Tes kimia darah: Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl).
Page 18
Radiologi
Ultrasonografi: ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.
Kardiotografi: diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran
ventrikel dan kardiomegali.
5. Data Sosial Ekonomi
Pre eklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dari golongan
ekonomi rendah dimana mereka kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein dan juga kurang melakukan perawatan antenatal yang
teratur.
6. Data Psikologis
Biasanya klien preeklampsia ini berada dalm kondisi yang labil
dan mudah marah, klien merasa khawatir akan keadaan dirinya dan
keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat
atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan.
Analisa Data
Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisa sehingga diagnosa
yang mungkin ditemukan pada klien preiklampsia berat ini adalah:
No Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
1 DS:- Melaporkan adanya
bengkak- Melaporkan adanya
peningkatan BB dalam waktu yang singkat.
DO : - Berat badan
meningkat pada waktu yang singkat
- Asupan berlebihan dibanding output
- Distensi vena
Penurunan tekanan osmotic
Perubahan permeabilitas kapiler
Retensi garam dan air.
Kelebihan Volume Cairan
Page 19
jugularis - Perubahan pada pola
nafas, dyspnea/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles),, pleural effusion
- Oliguria, azotemia - Perubahan status
mental, kegelisahan, kecemasan
2. Faktor risiko:- Penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Resiko tinggi kejang
3. DS:- Laporan secara verbal
rasa nyeri. DO:- Posisi untuk menahan
nyeri - Tingkah laku berhati-hati- Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomik dalam tonus otot
Peningkatan tekanan darah (hipertensi)
Nyeri akut
Page 20
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum.
4. Faktor risiko:- Perubahan perfusi
jaringan utero-plasenta- Peningkatan tonus uterus
Risiko cedera pada janin (fetal distress)
5. DS:- Melaporkan jarang/ tidak
ada berkemihDO:- Oliguria- Anuria- Disuria- Retensi
Sindroma nefrotik(penurunan filtrasi)
Gangguan eliminasi (urin)
6. Faktor risiko:- Gangguan penglihatan
(mata kabur, diplopia).
Risiko cedera pada ibu
7. DS:- Melaporkan adanya
bengkakDO:- Denyut nadi lemah/tidak
terasa- Perubahan fungsi motorik- Perubahan karakteristik
kulit (warna, elastisitas, bulu, kelembaban, kuku, perasaan, suhu).
- Udem- Nyeri ekstremitas- Kesemutan
Vasospasme arteriola Gangguan perfusi jaringan perifer
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan tekanan osmotik, perubahan
permeabilitas kapiler, retensi garam dan air.
Page 21
2. Risiko kejang. Faktor risiko: Penurunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah).
3. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan darah (hipertensi).
4. Resiko cedera pada janin (fetal distress). Faktor risiko: Perubahan perfusi
jaringan utero-plasenta, peningkatan tonus uterus.
5. Gangguan eliminasi (urin) b.d sindroma nefrotik (penurunan filtrasi).
6. Resiko cedera pada ibu. Faktor risiko: gangguan penglihatan (mata kabur,
diplopia).
7. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d vasospasme arteriola.
DAFTAR PUSTAKA
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.
Page 22
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Doengoes ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EG.
Mansjoer A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar R. 1998. Synopsis Obstetri Jilid I Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue, et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. USA: Mosbie Elsevier.
NANDA International. 2009. Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2009-2011. USA: Willey Blackwell Publication.
Prawirohardjo S. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Smeltzer SC, Brenda BG. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika.
Sumapraja S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta Pusat.