BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka kematian ibu (AKI) yang menurut SKRT 1986 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup, mengalarni penurunan yang lambat, yaitu menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995). Angka ini 3-6 kali lebih besar dari negara di wilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka di negara maju. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia, menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 1997 adalah 52 per 1000 kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Neonatal 25 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan negara ASEAN lainnya, AKB Indonesia 2-5 kali lebih tinggi. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal merupakan penyebab utama kematian bayi (33,5%) di pulau Jawa Bali dan merupakan penyebab kematian ke dua (269%) di luar Jawa - Bali. Salah satu upaya yang dilakukan Depkes dalam mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Untuk itu sejak tahun 1990 telah ditempatkan bidan di desa, yang pada tahun 1996 telah mencapai target 54.120 bidan. Dengan demikian,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan
masalah besar. Angka kematian ibu (AKI) yang menurut SKRT 1986 adalah
450 per 100.000 kelahiran hidup, mengalarni penurunan yang lambat, yaitu
menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995). Angka ini 3-6 kali
lebih besar dari negara di wilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka di
negara maju.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia, menurut hasil Survey
Demografi Kesehatan Indonesia 1997 adalah 52 per 1000 kelahiran hidup,
dengan Angka Kematian Neonatal 25 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan
negara ASEAN lainnya, AKB Indonesia 2-5 kali lebih tinggi. Menurut Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal merupakan
penyebab utama kematian bayi (33,5%) di pulau Jawa Bali dan merupakan
penyebab kematian ke dua (269%) di luar Jawa - Bali.
Salah satu upaya yang dilakukan Depkes dalam mempercepat
penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu
yang membutuhkannya. Untuk itu sejak tahun 1990 telah ditempatkan bidan
di desa, yang pada tahun 1996 telah mencapai target 54.120 bidan. Dengan
demikian, dapat diasumsikan bahwa hampir sernua desa di wilayah Indonesia
mempunyai akses untuk pelayanan kebidanan.
WHO, melalui suatu pertemuan konsultasi regional Asia Tenggara
pada tahun 1993, merekomendasikan agar bidan dibekali dengan pengetahuan
dan keterampilan pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan
kebidanan yang relevan. Untuk itu, pada Dertengahan tahun 1996 Depkes
telah menerbitkan Permenkes No. 572/PER/Menkes/ VI/96, yang memberikan
wewenang dan perlindungan bagi bidan dalam melakukan tindakan
penyelamatan jiwa ibu dan janin/bayi baru lahir. Di samping itu, sejak tahun
1995 telah dikembangkan mekanisme pembinaan teknis bidan oleh bidan
koordinator.
Selanjutnya, pada pertemuan pengelola program Safe Motherhood dari
negara-negara di wilayah SEARO/Asia Tenggara pada tahun 1995, disekapati
bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu yang
memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar tertentu agar aman
dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO mengembangkan standar
pelayanan kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di
Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan
di tingkat masyarakat.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penyusunan laporan ini
bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
menurut 7 langkah Varney.
Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian data dasar (data obyektif dan
subyektif)
b. Untuk menginterpretasi data dasar dan identifikasi diagnosis
masalah
c. Untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
d. Untuk mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Untuk melakukan rencana asuhan menyeluruh
f. Untuk melakukan pelaksanaan asuhan menyeluruh atau
implementasi.
g. Untuk melakukan evaluasi.
C. Manfaat
Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan umumnya dan pelayanan
postnatal care khususnya melalui penerapan manajemen
kebidanan, serta ikut berpartisipasi dalam program pemerintah
yaitu Angka Kematian Ibu Nol (AKINO).
Bagi Institusi
mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu
pendidikan yang telah diperoleh di bangku kuliah serta sebagai
bahan analisa untuk pendidikan.
Bagi pembimbing
Meningkatkan kualitas bimbingan terhadap mahasiswa sehingga
dapat memberikan bimbingan secara profesional di lahan praktek,
serta dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam bidang
kebidanan pada mahasiswa.
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN FISIOLOGIS
A. Konsep Dasar masa nifasI. Pengertian
1) Nifas atau masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saefuddin AB, 2002)
2) Masa Puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir kira- kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Winkjosastro, 2007)
3) Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan setelah kelahiran. Namun secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal. (Cunningham FG. 2006, hal. 443).
4) Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Asuhan kebidanan Nifas, 2008)
II. EtiologiLahirnya hasil konsepsi yang berada di dalam rahim (Huliana, 2003)
III. FisiologiSegera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira sepusat. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh karena adanya konraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia. Selama 2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu kemudian turun kerongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan memncapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu.
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena infolusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik terkelupas keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh
menjadi sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.
Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.
Serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendur setelah kala II persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa hari setelah persalinan, porsio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu mulut serviks sempit, serviks kembali menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.
Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak dapat dilihat.
Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong yang berdinding lunak yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga, hymen muncul kembali sebagai potongan jaringan yang disebut sebagai carunculae mirtiformis.
Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan hyperemia, disamping itu kapasitasnya bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika.
IV. Tanda dan GejalaNifas ditandai dengan :1. Adanya perubahan fisik
a. Uterus (Rahim)Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena infolusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah. Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.
b. Serviks (Leher rahim)Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk
mulut serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan.
c. VaginaVagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.
d. AbdomenPerut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna menjadi keputihan.
e. PayudaraPayudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.
f. KulitSetelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan.
2. Involusio uterus dan pengeluaran lokheaDengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa cairan, campuran antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna merah, kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-6 minggu.a) Lokhea Rubra
Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama post partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan plasenta serta serabut desidua dan chorion.
b) Lokhea SerosaBerwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah, banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari kelima sampai hari kesembilan.
c) Lokhea AlbaWarnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan mengandung leukosit, selaput lendir serviks serta jaringan yang mati. Timbulnya setelah hari kesembilan.
3. Laktasi atau pengeluaran ASISelama kehamilan hormon estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiverus didalam payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI akan
berlangsung sesudah kelahiran bayi saat kadar hormon estrogen dan progesterone menurun.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus kesinus lactiverus.
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral, dan antibodi daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran.
4. Perubahan sistem tubuh laina) Endokrin
Endokrin diproduksi oleh kelanjar hypofise anterior, meningkat dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating Hoemone) sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormone estrogen dan progesteron, kondisi ini akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula.
b) HemokonsentrasiVolume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya terjadi pada hari ketiga dan kelima.
V. Aspek Psikologis Post PartumDibagi dalam beberapa fase yaitu :1. Fase “Taking In”
a) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung selama 1-2 hari.
b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang bayinya.
c) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.2. Fase “Taking Hold”
a) Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.b) Ibu berusaha mandiri dan berinisistif.c) Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi
tubuhnya seperti kelancaran bab, bak, duduk, jalan dan lain sebagainya.
d) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.e) Timbul rasa kurang percaya diri.
3. Fase “Letting Go”a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru
c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan bayinya.
d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya.
Ada yang membagi aspek psikologis masa nifas adalah sebagai berikut :a. Fase Honeymoon
Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak pada fase ini.
1). Tidak memerlukan hal-hal yang romantis2). Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan
yang baru.b. Bonding and Attachment
Menurut Nelson Attachment, bonding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir.Menurut Nelson Attachment adalah ikatan aktif yang terjadi antara individu.
c. Post Partum BluesAdalah dimana wanita :1. Kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan dan
mudah tersinggung dan terluka.2. Nafsu makan dan pola tidur terganggu, biasanya terjadi di Rumah
Sakit karena adanya perubahan hormon dan perlu transisi.3. Adanya rasa ketidaknyamanan, kelelahan, kehabisan tenaga yang
menyebabkan ibu tertekan.4. Dapat diatasi dengan menangis. Bila tidak teratasi dapat
menyebabkan depresi.5. Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya
bahwa hal tersebut diatas adalah normal.
VI. Asuhan Masa NifasTabel 2.10. Tabel Kunjungan Nifas
Kunjungan
Waktu Asuhan
I 6-8 JamPP
a. Mencegah pendarahan saat nifas karena atonia uteri
b. Pemantauan keadaan umum ibu c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu
(bonding attachment)d. ASI ekslusife
II 6 Hari PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus dan tidak ada tanda – tanda
perdarahan abnormal.b. Menilai adanya tanda – tanda demam,
infeksi dan perdarahan abnormalc. Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukupd. Memastikan ibu mendapatkan makanan
yang bergizie. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda – tanda penyulit.
III 2 Minggu PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda – tanda pendarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda – tanda penyulit.
IV 6 Minggu PP a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit- penyulit yang ibu alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda – tanda bahaya yang di alami oleh ibu dan bayi
Tujuan asuhan masa nifas :a. Menjaga kesehatan ibu maupun bayinya, baik fisik maupun
psikologikb. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
VII. Prosedur Diagnostik1) Anamnesa
a. Riwayat ibu: Tanggal dan tempat persalinan Penolong persalinan Jenis persalinan Masalah selama persalinan Nyeri Menyusui atau tidak Keluhan
b. Riwayat sosial ekonomic. Riwayat Bayi
Menyusu atau tidak Keadaan tali pusat Bab dan bak Tanda-tanda bahaya lainnya
2) Pemeriksaan kondisi ibua. Pemeriksaan umum
Tekanan Darah Nadi Suhu Respirasi Tanda anemia Oedema dan tanda thromboflebitis Refleks dan varices
b. Payudara Puting susu Nyeri tekan Abses Pengeluaran ASI
c. Abdomen (uterus) Tinggi Fundus Uteri Kuntraksi uterus Kandung kemih
d. Vulva dan perineum Pengeluaran Penjahitan laserasi atau luka episiotomi Hemoroid
VIII. PenatalaksanaanTindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu hamil :1. Kebersihan diri
a. Anjurkan ibu bagaiman membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun didaerah vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. Dibersihkan setiap kali setelah selesai buang air kecil dan buang air besar.
b. Sarankan ibu untk mengganti pembalut setidaknya 2 kali seharic. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dengan air
mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluan.d. Jika ibu mempunyai luka operasi atau laserasi, tidak
diperkenankan untuk menyentuh daerah luka.2. Istirahat
a. Anjurkan kepada ibu untuk beristirahat dengan cukup guna mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu tidur pada saat bayinya juga tidur.
b. Sarankan ia kembali kekegiatan rumah tangga biasa secara bertahap.
3. Latihana. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan
panggul, kembali seperti keadaan sebelum hamil.b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan
sangat membentu, seperti misalnya latihan kegel.4. Gizi
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap harib. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukupc. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum
setiap kali setelah selesai menyusui)d. Pil besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinane. Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya.5. Menyusui
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap untuk diminum.
6. Perawatan Payudaraa. Menjaga payudara tetap bersihb. Menggunakan bra yang menyokong payudarac. Rawat payudara bila bengkak atau lecet
7. Hubungan intim (suami istri)Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibutidak merasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atai 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
IX. Prognosa dan Komplikasi1. Prognosis
Masa nifas normal, jika involusio uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan perubahan system tubuh, termasuk keadaan psikologis ibu normal.
2. KomplikasiKomplikasi pada masa nifas yang biasa terjadi adalah :
a. Infeksi nifasb. Kelainan atau gangguan pada mammae dapat berupa : Mastitis,
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit- 24 jam I : tiap 4 jam- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
b. Monitor Tanda-tanda Vitalc. Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.d. Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.e. Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.f. Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.g. Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.h. Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.i. Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
j. EkstremitasTanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
k. Diagnostik Jumlah darah lengkap, urinalisis.
2. Perubahan Psikologisa. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran.
b. Baby Blues:Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
c. Perubahan Psikologis 1) Perubahan peran, sebagai orang tua.2) Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.3) Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap,
biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.
d. Faktor-faktor Risiko 1) Duerdistensi uterus2) Persalinan yang lama3) Episiotomi/laserasi4) Ruptur membran prematur5) Kala II persalinan6) Plasenta tertahan7) Breast feeding
II. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi.2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. episiotomi.3. Resiko tinggi infeksi b.d. gangguan integritas kulit.4. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum
anak.5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
peningkatan kebutuhan untuk menyusui.6. Resiko tinggi konstipasi b.d. ketidaknyamanan perineal dan peristaltik
yang lemah.7. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine b.d. edema
pemeal, trauma perineal.8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d. kehilangan
darah, penurunan intake oral.9. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu, kondisi
bayi/ibu.10. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran b.d. konflik tentang bayinya.
III. Intervensi Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. episiotomi, laserasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang.KH :- Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.- Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur
nyaman.- Tanda-tanda vital dalam batas normal:
Suhu 36-37 °C, N 60-100 x/menit, R 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi - Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri.- Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi.- Perhatikan adanya tanda REEDA.- Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang
dan dalam, mengalihkan perhatian).- Monitor tanda-tanda vital.
2. Gangguan Integritas Jaringan b.d. Episiotomi, LaserasiTujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, integritas jaringan meningkat.Kriteria Hasil :- Luka episiotomi menunjukkan tanda penyembuhan sesuai proses
(tahap-tahap penyembuhan luka)- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi / tanda REEDA (-)- Nyeri dapat ditoleransi.
Intervensi - Monitor episiotomi akan kemerahan, edema, memar, hematoma,
keutuhan (sambungan dan pendarahan).- Berikan kompres es, untuk menurunkan edema.- Berikan penghangat (rendam pantat) 3-4 x/hari, setelah 24 jam
untuk meningkatkan vaskularisasi.- Lakukan perawatan episiotomi setiap hari.- Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan terutama daerah
genetalia.
3. Resiko tinggi infeksi b.d gangguan integritas kulitTujuan:Tidak terjadi infeksi.Kriteria Hasil:- Luka bebas dari infeksi
- Tidak timbul tanda-tanda infeksi- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:- Kaji riwayat prenatal dan intranatal- Kaji tanda-tanda vital- Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus- Catat jumlah, warna, bau, dan konsistensi lochea- Inspeksi sisi perbaikan episiotomi- Monitor input dan output cairan- Monitor tanda-tanda vital
Konsep Manajemen Keperawatan
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut dengan
manajemen klebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan
kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada klien.
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi tiap-tiap
langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang
merupakan pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien yang
diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan
nasional, maka seluruh aktivitas/ tindakan yang diberikan oleh bidan kepada
klien akan efektif serta terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba yang
akan berdampak kurang baik untuk klien. Untuk kejelasan langkah-langkah
diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang penjelasan secara
detail dan setiap step yang dirumuskan oleh Varney.
I. Tahap Pengumpulan Data Dasar (Langkah I)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan
proses interperatsi yang benar atau yang tidak pada tahap selanjutnya,
dalam pendekatan ini harus komperhensif meliputi data subjektif, ojektif
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien
yang sebenarnya.(Suryani Soepardan, 2007)
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata,