Rabu, 19 Desember 2012ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI RUMAH BAHAGIA BINTAN
BAB IPENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut sumber dari situs internet penuaan adalah proses yang
dinamis dan kompleks yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan sel,
fisiologis, dan psikologis (Ahmad Fauzi dkk, 2002).Pengertian lain
mengatakan menua (aging) adalah proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kejadian
yang berkesinambungan dari lahir sampai
meninggal(Ignativicus,Workman, Mishler,1999).Dengan makin lanjutnya
usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan anatomik (dan
fungsional) atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan
Tobin ( seperti dikutip oleh Kane et all) meng-intrroduksi hukum 1%
yang menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap tahunnya
satu persen setelah usia 30 tahun. ( Geriatrti, 2004)Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut
Stanley (2007), Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk
terjadinya penyakit kardiovaskuler.Untuk itu hipertensi harus
diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai macam penyakit
kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu
sendiri.Semakin dini diketahui dan diatasi semakin rendah risiko
untuk terserang berbagai penyakit sistem
kardiovaskuler.1.2.TujuanTujuan penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada dewasa lanjut,
perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang terjadi pada sistem
persyarafan lansia dan juga dampaknya.
1.3.Manfaat1.3.1.Bagi PenyusunMeningkatkan kemampuan dalam
pembuatan makalah dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia.1.3.2.Bagi PembacaDiharapkan dapat menjadi salah contoh
pembuatan makalah pada mata ajar keperawatan gerontik.1.3.3.Bagi
Prodi Keperawatan TanjungpinangMenjadi bahan bacaan untuk menambah
wawasan bagi mahasiswa di Program Studi Keperawatan
Tanjungpinangtentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Hipertensi.
BAB IILAPORAN PENDAHULUANHIPERTENSI
2. 1.PengertianHipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut WHO ( 1978 ), tekanan
darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi.
2. 2.KlasifikasiHipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : (
Darmojo, 1999 )1.Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih
besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar dari 90 mmHg2.Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan
sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih
rendah dari 90 mmHg.Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya
dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :1.Hipertensi
essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya2.Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di
sebabkan oleh penyakit lain3.2. 3.EtiologiPenyebab hipertensi pada
orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada
:1.Elastisitas dinding aorta menurun2.Katub jantung menebal dan
menjadi kaku3.Kemampuan jantung memompa darah menurun4.1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.5.Kehilangan
elastisitas pembuluh darah6.Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi7.Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :1.Faktor keturunan2.Ciri
perseorangan3.Kebiasaan hidupPenyebab hipertensi sekunder adalah
:Ginjal
GlomerulonefritisPielonefritisNekrosis tubular
akutTumorVascularAterosklerosisHiperplasiaTrombosisAneurismaEmboli
kolestrolVaskulitisKelainan
endokrinDMHipertiroidismeHipotiroidismeSarafStrokeEnsepalitisSGBObat
obatanKontrasepsi oralKortikosteroid
2. 4.PatofisiologIMekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla
diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
2. 5.Tanda Dan GejalaTanda dan gejala pada hipertensi dibedakan
menjadi :1.Tidak ada gejalaTidak ada gejala yang spesifik yang
dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2.Gejala yang lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu :Mengeluh sakit kepala,
pusingLemas, kelelahanSesak
nafasGelisahMualMuntahEpistaksisKesadaran menurun
2. 6.Pemeriksaan PenunjangHemoglobin / hematokritUntuk mengkaji
hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.BUN: memberikan informasi tentang
perfusi ginjalGlukosaKalsium serumPeningkatan kadar kalsium serum
dapat menyebabkan hipertensiKolesterol dan trigliserid
serumPeningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler
)Pemeriksaan tiroidKadar aldosteron urin/serumUrinalisaDarah,
protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.Asam uratHiperurisemia telah menjadi implikasi faktor
resiko hipertensiSteroid urinKenaikan dapat mengindikasikan
hiperadrenalismeIVPDapat mengidentifikasi penyebab
hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureterFoto dadaMenunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantungCT scanUntuk mengkaji tumor serebral,
ensefalopatiEKGDapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi
2. 7.PenatalaksanaanPengelolaan hipertensi bertujuan untuk
mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler
yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi
meliputi :1.Terapi tanpa Obata.Dietb.Latihan Fisikc.Edukasi
PsikologisPemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
Tehnik BiofeedbackTehnik relaksasi
d.Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )2.Terapi dengan ObatTujuan
pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.Pengobatannya meliputi
:1.Step 1Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor2.Step 2Alternatif yang bisa diberikan
:Dosis obat pertama dinaikkanDiganti jenis lain dari obat pilihan
pertamaDitambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator3.Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuhObat ke-2
digantiDitambah obat ke-3 jenis lain4.Step 4 : Alternatif pemberian
obatnyaDitambah obat ke-3 dan ke-4
BAB IIIPROSES KEPERAWATAN
3. 1.Pengkajian1. Data Umum :a)Kepala keluargab)Komposisi
keluargac)Genogramd)Tipe keluargae)Suku bangsaf)Status
sosial-ekonomig)Aktivitas rekreasi keluarga
2. Pemeriksaan FisikA.Head to ToeKepala, mata, telinga, hidung,
mulut, leher, thorak, abdomen, genetalia, ekstremitas, integumen,
status neurologi.
B.Kebutuhan Dasar Manusiai.Nutrisiii.Eleminasiiii.Tidur dan
istirahativ.Gerak dan aktivitasv.Rasa aman dan nyamanvi.Personal
hygieneC.Data Data yang Dapat Ditemukan1.Aktivitas /
istirahatvGejala :KelemahanLetihNapas pendekGaya hidup
monotonvTanda :Frekuensi jantung meningkatPerubahan irama
jantungTakipnea
2.SirkulasivGejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskulervTanda
:Kenaikan TDNadi : denyutan jelasFrekuensi / irama : takikardia,
berbagai disritmiaBunyi jantung : murmurDistensi vena jugularis
3.EkstermitasPerubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi
perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat4.Integritas EgovGejala
: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan
)vTanda :Letupan suasana hatiGelisahPenyempitan kontinue
perhatianTangisan yang meledakotot muka tegang ( khususnya sekitar
mata )Peningkatan pola bicara
5.EliminasiGejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (
infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
6.Makanan / CairanvGejala :Makanan yang disukai yang dapat
mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterolMualMuntahRiwayat penggunaan diureticvTanda :BB normal
atau obesitasEdemaKongesti venaPeningkatan
JVPGlikosuria7.NeurosensorivGejala :Keluhan pusing / pening, sakit
kepalaEpisode kebasKelemahan pada satu sisi tubuhGangguan
penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )vTanda :Perubahan
orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (
ingatan )Respon motorik : penurunan kekuatan genggamanPerubahan
retinal optik8.Nyeri/ketidaknyamananvGejala :nyeri hilang timbul
pada tungkaisakit kepala oksipital beratnyeri
abdomen9.PernapasanvGejala :Dispnea yang berkaitan dengan
aktivitasTakipneaOrtopneaDispnea nocturnal proksimalBatuk dengan
atau tanpa sputumRiwayat merokokvTanda :Distress respirasi/
penggunaan otot aksesoris pernapasanBunyi napas tambahan ( krekles,
mengi )Sianosis
3. 2.Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Keperawatan1.Penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricularTujuan
:Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.Kriteria hasil :Berpartisipasi dalam
aktivitas yang menurunkan TDMempertahankan TD dalam rentang yang
dapat diterimaMemperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabilIntervensi :1)Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan
manset dan tehnik yang tepat2)Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer3)Auskultasi tonus jantung dan bunyi
napas4)Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian
kapiler5)Catat edema umum6)Berikan lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.7)Pertahankan
pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi8)Bantu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan9)Lakukan
tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.10)Anjurkan tehnik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan11)Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah12)Berikan pembatasan cairan dan diit
natrium sesuai indikasi13)Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan
sesuai indikasi
2.Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebralTujuan :Nyeri atau sakit kepala hilang atau
berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jamKriteria hasil :Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit
kepalaPasien tampak nyamanTTV dalam batas normalIntervensi
:1)Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan2)Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan3)Bantu
pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan4)Hindari merokok atau
menggunkan penggunaan nikotin5)Beri tindakan nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan
imajinasi dan distraksi6)Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk
panjang, membungkuk7)Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi :
analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium
)3.Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh darahTujuan :Tidak
terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamKriteria
hasil :Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik
seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima,
tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium
dalam batas normal.Haluaran urin 30 ml/ menitTanda-tanda vital
stabil
Intervensi:1)Pertahankan tirah baring2)Tinggikan kepala tempat
tidur3)Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur,
duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia4)Ambulasi sesuai
kemampuan; hindari kelelahan5)Amati adanya hipotensi mendadak6)Ukur
masukan dan pengeluaran7)Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai
program8)Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
4.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac
outputTujuan :Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamKriteria hasil :Meningkatkan
energi untuk melakukan aktifitas sehari hariMenunjukkan penurunan
gejala gejala intoleransi aktifitasIntervensi:1)Berikan dorongan
untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan2)Instruksikan pasien tentang
penghematan energi3)Kaji respon pasien terhadap aktifitas4)Monitor
adanya diaforesis, pusing5)Observasi TTV tiap 4 jam6)Berikan jarak
waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat
yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau
sore
BAB IVLAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN
HIPERTENSIA.Pengkajian1.Identitas KlienNama:Ny. AUmur:78 tahunJenis
Kelamin:PerempuanAgama:IslamPendidikan:Tidak
SekolahSuku:BugisStatus Perkawinan:KawinTanggal Masuk Panti:28
Maret 2008Tanggal Pengkajian:19 April 2012Alamat:Kawal2.Status
Kesehatan Saat IniKlien mengatakan kepala terasa sakit ( pusing ),
skala nyeri 5, badan terasa lemah, mata trasa seperti berkunang
kunang, tidak enak badan, terkadang nafas terasa sesak.3.Riwayat
Kesehatan DahuluKlien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit
karena menderita penyakit hipertensi, asma dan gastritis.4.Riwayat
Kesehatan KeluargaKlien mengaku bahwa suami klien telah meninggal
karena menderita5.Tinjauan Sistema.Keadaan UmumTingkat
Kesadaran:Compos MentisTanda tanda VitalTekanan Darah:160 / 100
mmHgDenyut Nadi:82 x / ib.Sistem IntegumenKulit keriput, turgor
kulit jelek, tidak ada oedem, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan.c.Sistem Hemopoetik
d.KepalaRambut keriting, panjang, ubanan, tidak ada ketombe,
kepala tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak ada oedem, tidak
ada nyeri tekan.e.MataMata simetris, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, mata simetris, tidak ada nyeri
tekanf.TelingaTelinga simetris, tidak ada serumen, lubang ada,
tidak ada lesi, telnga tidak ada nyeri tekan.g.Mulut
TenggorokanMulut simetris, bibir lengkap, palatum ada, ada
sariawan, tidak ada kesulitan menelan.h.LeherLeher simetris, ada
reflek menelan, tidak ada pembesaran vena juguralis, tidak ada
nyeri tekan.i.Sistem PernafasanDada simetris, pernafasan vesikuler,
tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, RR= 18 x/ij.Sistem
KardiovaskularDada simetris, terdapat ictus cordis di ICS 5, tidak
ada BJ 3, HR = 80x/i, BJ1 = BJ 2, tidak ada pembesaran
jantungk.Sistem GastrointestinalAbdomen simetris, bunyi perkusi
dullness, bising usus normal = 8x/i, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada lesil.Sistem MuskuloskeletalTidak ada oedem, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi6.Pengkajian Psikososial dan Spiritual6.1
PsikososialKlien mampu bergaul dengan lingkungan sekitarnya, klien
tidak menarik diri6.2 Identifikasi masalah EmosionalKlien mengaku
kadang kadang tidur tidak nyenyak, tdur sering pernah erasa
gelisah, terkadang klien pernah menangis sendiri. Klien juga
mengaku dalam waktu kurang dari 3 bulan juga menderita suatu
penyakit yaitu hipertensi, gastritis dan asthma.6.3 SpiritualKlien
mengaku bahwa klien sholat 5 waktu, klien dapat mengerjakan sholat,
klien hanya hafal beberapa surat pendek, klien juga mengaku tidak
pandai mengaji.7. Pengkajian Fungsional Klien7.1 KATZ IndeksKlien
mampu makan, kontinensia ( BAK, BAB ), menggunakan pakaian, pergi
ke toilet, berpindah dan mandi secara mandiri tanpa bantuan.7.2
Modifikasi dari bartel IndeksKlien mampu makan, minum, berpindah
dari kursi, personal toilet, keluar masuk toilet, mandi, jalan
dipermukaan datar, mengenakan pakaian, kontrol bowel dan blader
olahraga dan memanfaatkan waktu rekreasi secara mandiri.8.
Pengkajian status Mental Gerontik8.1. identifikasi tingkat
kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental
Questioner ( SPSMQ )Klien mengaku tidak mampu mengingat tanggal,
hari, umur, tanggal lahir, nama presiden sekarang dan sebelumnya
dan melakukan pengurangan 3 dari 10.Klien hanya mampu mengingat
nama tempat tinggal, alamat rumah, dan nama ibunya8.2. identifikasi
aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini
Mental Status Exam )Klien tidak mampu menyebutkan tahun, musim,
tanggal, hari dan bulan dengan benar. Klien hanya mampu menyebutkan
negara, provinsi, kota, PSTW wisma dan nama 3 obyek yang
ditunjuk.Lien tidak mampu untuk mengurangi pengurangan 3 dari 100,
tetpai klien mampu mengingat nama obyek dan mengulangi bahasa di
contohkan.8.3. Pengkajian Keseimbangan untuk klien lansia
(TINNETI,ME, DAN GINTER, SF, 1998)Klien mampu bangun dan duduk
kekursi, menutup mata, memutar leher, menggapai sesuatu dan
membungkuk tanpa bantuan.
ANALISA DATANoDataEtiologiMasalah
1.
2.DS :Klien mengatakan badan lemah, tidak enak badan mata
berkunang kunang, terkadang nafas terasa sesakDO :Klien tampak
lemah,TD : 160 / 100 mm Hg; HR : 80 x / iT : 36, 2 C
DS :Klien mengatakan Kepala terasa pusing, mata terasa berkunang
kunang, kepala terasa seperti di timpa benda kerasDO :Klien tampak
lemah, skala nyeri 5Vasokontriksi
Peningkatyan tekanan vaskular serebralResiko penurunan curah
jantung
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
IMPLEMENTASI KEPERAWATANNoImplementasiEvaluasi
1.1.Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik
yang tepat2.Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas,
batasi jumlah pengunjung.3.Pertahankan pembatasan aktivitas seperti
istirahat ditempat tidur/kursi4.Bantu melakukan aktivitas perawatan
diri sesuai kebutuhan5.Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan
punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.6.Anjurkan
tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan7.Pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah8.Berikan
pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi9.Kolaborasi
untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
S = klien mengatakan badan sudah enakan, sudah tidak terasa
lemahO = klien tidak tampak lemah, TD : 140 / 90 mmHg, HR :
80x/iThy : - Captopril 3 x 1-Furosemid 1 x 1A : tidak tetjadi
penurunan curah jantungP : - Pantau TD-Berikan lingkungan yang
tenang, nyaman-Pertahankan pembatasan aktivitas-Lakukan tindakan
yang nyaman-Anjurkantehnik relaksasi-Kolaborasi untuk pemberian
obat obatan.
2.1.Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan2.Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan3.Bantu
pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan4.Beri tindakan
nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
S = klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang, mata sudah
tidak berkunang kunangO = Klien tampak sehat, skala Nyeri 3A =
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri TeratasiP =- pertahankan tirah
baring-Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan-Bantu pasien
dalam ambulasi sesuai kebutuhan-Beri tindakan nonfarmakologi untuk
mengurangi sakit
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN NY. ADENGAN HIPERTENSI
DI RUMAH BAHAGIA BINTANKECAMATAN GUNUNG KIJANGKABUPATEN BINTAN
DI SUSUN OLEH :
ADI WINATAAMELIA ROSYANAAZURACITRA MAYA SARIDELIMA SILALAHIILHAM
SUJANDININDIO RIZKA SEPTIANSRI DIANASRI RAFIDAHSURATMIZULAIKA AYU
NINGTYAS
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN
TANJUNGPINANGJURUSAN KEPERAWATAN2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN1.1Latar
Belakang1.2Tujuan1.3ManfaatBAB II LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI2.1
Pengertian2.2 Klasifikasi2.3 Etiologi2.4 Patofisiologi2.5 Tanda dan
Gejala2.6 Pemeriksaan Penunjang2.7 PenatalaksanaanBAB III PROSES
KEPERAWATAN3.1 Pengkajian3.2 Diagnosa KeperawatanBAB IV LAPORAN
KASUS4.1 Pengkajian4.2 Analisa Data4.3 Rencana Kegiatan4.4
Implementasi Keperawatan