LAPORAN PENDAHULUAN KECEMASAN (ANSIETAS) Untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa Koordinator : Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS Disusun Oleh : Kelompok 8 Jati Adi Prakoso Pipit Aprillia Ristanti Yudea Atalia Selly Hning Pangastuti Ciptaningrum Marisa P Alnia Rindang C Aniestia Yuliana Ghilma Agustia Rohaina Suwaryanti PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENDAHULUAN
KECEMASAN (ANSIETAS)
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa
Koordinator : Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Jati Adi Prakoso
Pipit Aprillia Ristanti
Yudea Atalia
Selly Hning Pangastuti
Ciptaningrum Marisa P
Alnia Rindang C
Aniestia Yuliana
Ghilma Agustia Rohaina
Suwaryanti
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
KECEMASAN (ANSIETAS)
A. MASALAH UTAMA
Kecemasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.
(Sutardjo, 2005)
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu
dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap siatuasi yang
sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul atau bergabung
dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. (Savitri, 2003)
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah
atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya
tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Kholil, 2010).
Jadi, kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian
dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Gangguan panik
Merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, yang
berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosioanl
yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.
2
b. Penyebab atau Etiologi
Secara umum, ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah, dan tujuan hidup.
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia, terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas,
diantaranya:
1. Teori Biologis
Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang kemungkinan besar
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa kimia di dalam otak yang membuat
kecemasan atau ketakutan menjadi abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang
mengalami abnormalitas elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya
berespons terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain.
(Sullivan & Coplan, 2000).
a. Teori Genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat tingkat
pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas memiliki kemungkinan
lebih tinggi mengalami ansietas dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih
besar daripada pria. Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu
kemungkinan “sindrom kromosom 13 yang dapat terlibat dalam hubungan
genetika yang mungkin pada gangguan panik, seperti sakit kepala hebat,
masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid, prolaps katup mitral.
b. Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter asam amino
yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas. GABA, suatu
neurotransmiter inhibitor, berfungsi sebagai agens antiansietas alami tubuh
dengan mengurangi eksitabilitas sel sehingga megurangi frekuensi bangkitan
neuron. GABA tersedia pada sepertiga sinaps saraf, terutama sinaps di sistem
limbik dan lokus seruleus, tempat neurotransmitter norepinefrin diproduksi,
yang menstimulasi fungsi sel. Karena GABA mengurangi ansietas dan
noreepinefrin meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa masalah pengaturan
neurotransmitter ini menimbulkan gangguan ansietas.
3
2. Teori Psikologis:
a. Teori Perilaku
Ansietas merupakan sesuatu yang diperlajari melalui pengalaman individu.
Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan seseorang bertindak dengan cara
berbeda. Misalnya, jika sejak kecil seringkali diterapkan perilaku main sendiri
atau jarang bersosialisasi, maka kondisi tersebut bisa terbawa hingga dewasa
yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk berhadapan dengan orang
lain. Ansietas merupakan segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam
untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
dalam kehidupan selanjutnya
b. Psikodinamik (Pandangan Psikoanalitik)
Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Teori psikodinamik berpendapat bahwa beberapa ketakutan berakar dari
trauma atau kekerasan di masa kecil seperti pernah diejek atau dipermalukan.
Ketakutan ini bisa dilupakan tapi dapat muncul kembali di kemudian hari.
c. Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
3. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
4
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri,
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Etiologi Panik:
a. Teori biologi
Gangguan panik dapat diwariskan secara genetik. Serangan panik dapat muncul
ketika girus parahipokampus diaktifkan oleh jalur norepinefrin. Gejala serangan
panik, misalnya peningkatan frekuensi jantung yang terlihat pada peningkatan kadar
noreepinefrin yang dilepaskan. Obat-obatan seperti yohimbin menyekat reseptor
pengikat norepinefrin sehingga ansietas meningkat.
b. Psikoanalitis
Informasi yang direpresi ke alam bawah sadar dapat muncul ke alam sadar. Informasi
ini menyebabkan konflik yang berasal dari salah satu dari empat sumber: ansietas
superego, rasa bersalah yang dirasakan oleh individu yang secara sosial dan personal
memiliku impuls yang tidak tepat, dan tipe hukuman terhadap konflik jika informasi
ini diketahui, ansietas separasi, tentang potensi kehiangan orang terdekat, dan ansietas
id atau destruksi individu. Tujuan psikoanalitis adalah menghadapi konflik untuk
mengkaji sumber ansietas yang sebenarnya kemudian melakukan intervensi.
Masalah fisik yang dapat dikaitkan dengan kecemasan meliputi: (TirtoJiwo, 2012)
1) Penyakit jantung
2) Diabetes
3) Masalah tiroid (seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme)
4) Asma
5) Penyalahgunaan obat
6) Penarikan diri (withdrawal) alkohol
7) Penarikan diri (withdrawal) dari obat anti-kecemasan (benzodiazepin)
5
8) Tumor Langka yang memproduksi hormon tertentu yang menyebabkan badan
dalam posisi siaga “hadapi atau lari”
9) Otot atau kejang atau kram.
10) Rasa terbakar atau sensasi menusuk-nusuk sensasi yang tidak memiliki sebab
yang jelas
Hal-hal yang dapat meningkatkan resiko terkena gangguan kecemasan meliputi:
(TirtoJiwo, 2012)
a. Menjadi perempuan. Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk didiagnosis
dengan gangguan kecemasan.
b. Trauma ketika anak anak. Anak-anak yang mengalami pelecehan atau trauma
atau menyaksikan peristiwa traumatis beresiko lebih tinggi mengalami gangguan
kecemasan di beberapa titik dalam hidup.
c. Stres karena sakit. Memiliki kondisi kesehatan kronis atau penyakit serius seperti
kanker dapat menyebabkan kekhawatiran yang signifikan tentang masa depan,
perawatan Anda dan mungkin keuangan Anda.
d. Penumpukan stres. Sebuah peristiwa besar atau penumpukan yang lebih kecil
dalam situasi kehidupan yang penuh stres dapat memicu kecemasan yang
berlebihan – misalnya, kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang keuangan
atau kematian anggota keluarga.
e. Kepribadian. Orang dengan beberapa tipe kepribadian lebih rentan terhadap
gangguan kecemasan dari orang lain. Selain itu, beberapa gangguan kepribadian,
seperti gangguan kepribadian borderline, mungkin berhubungan dengan gangguan
kecemasan.
f. Memiliki hubungan darah dengan penderita gangguan kecemasan. Gangguan
kecemasan dapat diwariskan dalam keluarga.
g. Penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan narkotik atau alkohol dapat menyebabkan
atau memperburuk kecemasan.
6
c. Tanda dan Gejala
Awitan gangguan ansietas sangat bervariasi. Awitanldi secara akut atau bertahap.
Awitan dapat timbul tanpa peristiwa pencetus atau terjadi karena peritiwa akut yang
menimbulkn stress atau bahkan stressor kronis seperti masalah kesehatan, pekerjaan,
nutrisi, medikasi atau keluarga. Gangguan ansietas ditandai dengan tingkat ansietas
yang tinggi, yang terlihat pada perilaku yang tidak lazim, misalnya khawatir, panik,
pikiran dan tindakan obsesif-kompulsif atau takut terhadap objek atau peristiwa yang
tidak sesuai dengan realitas situasi.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
psikologis (Sheila,2008)
1. Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler : tekanan arteri meingkat, denyut jantung meningkat,
konstruksi pembuluh darah perifer, tekanan darah meningkat, tekanan darah
menurun, denyut nadi menurun
b. Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
c. Gastrointestinal : nafsu makan menuru, tidak nyaman pada perut, mual dan
diare
d. Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing
e. Traktus urinarius : sering berkemih
f. Kulit : keringat dingin, gatal dan wajah kemerahan
2. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik,
reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi, menarik diri
dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.
3. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berpikir logis, tidak mampu berkonsentrasi,
tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan
7
kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan
takut cedera atau kematian.
4. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu.
d. Akibat atau Dampak
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-
betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan
dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif.
Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran
serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler, 2004)
Menurut Yustinus (2006) membagi beberapa dampak kecemasan ke dalam beberapa
simtom, yaitu:
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman
dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui.
Orang yang mengalami kecemasan tidak dapat tidur, sehingga dapat
menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu
mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu
tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu
sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi
lebih merasa cemas.
8
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,
kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-
ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom
motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
mengancam.
C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan (Stuart & Sunden ,1998)
a. Koping individu tidak efektif
b. Anxietas
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Tidak efektifnya koping keluarga
e. Harga diri rendah : Gangguan konsep diri
f. Perilaku kekerasan
g. Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik
2. Data yang perlu dikaji :
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
a. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
1) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis
yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
9
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan
b. Kaji stressor presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat