LAPORAN PENDAHULUAN “EPIDURAL HEMATOMA” disusun untuk memenuhi tugas profesi ners Departemen Surgical di Ruang ICU RS Panti Nirmala Malang Oleh : Dwi Setyo Purnomo NIM. 150070300011004 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENDAHULUAN“EPIDURAL HEMATOMA”
disusun untuk memenuhi tugas profesi ners
Departemen Surgical di Ruang ICU RS Panti Nirmala Malang
Oleh :
Dwi Setyo Purnomo
NIM. 150070300011004
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2016
1. DefinisiEpidural hematom (EDH) adalah adanya pengumpulan darah diantara tulang
tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah/cabang-cabang arteri
meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup
sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari.
Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis.
Epidural hematom (EDH) adalah suatu akumulasi atau penumpukan darah akibat
trauma yang berada diantara tulang tengkorak bagian dalam dan lapisan membrane
duramater, keadaan tersebut biasanya sering mendorong atau menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang akibatnya kepala seperti dipukul palu atau alat
pemukul baseball. Pada 85-95% pasien, trauma terjadi akibat adanya fraktur yang hebat.
Pembuluh-pembuluh darah otak yang berada di daerah fraktur atau dekat dengan daerah
fraktur akan mengalami perdarahan.
Epidural hematom biasanya terjadi akibat tekanan yang keras terhadap pembuluh
darah yang terletak diluar duramater, apakah itu terjadi pada tulang tengkorak atau pada
kolumna spinalis. Pada tulang tengkorak, tekanan yang berlebihan pada arteri meningeal
akan menyebabkan epidural hematom. Hematoma yang terbentuk secara luas akan
menekan otak, menyebabkan pembengkakan dan akhirnya akan merusak otak. Gejala
epidural hematom dapat berupa sakit kepala hebat yang biasanya segera timbul, akan
tetapi dapat juga baru muncul beberapa jam kemudian. Kemudian sakit kepala tersebut
akan menghilang dan akan muncul lagi setelah beberapa jam kemudian dengan nyeri
yang lebih hebat dari sebelumnya. Selanjutnya bisa terjadi peningkatan kebingungan,
rasa ngantuk, kelumpuhan, pingsan, sampai koma.
Epidural hematom terjadi akibat suatu trauma kepala, biasanya disertai dengan
fraktur pada tulang tengkorak dan adanya laserasi arteri. Epidural hematom juga bisa
disebabkan akibat pemakaian obat-obatan antikoagulan, hemophilia, penyakit liver,
penggunaan aspirin, sistemik lupus erimatosus, fungsi lumbal.
ANATOMI MENINGEN OTAK
Selaput otak (meningen) terdiri atas tiga lapisan yaitu:
1) Durameter
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat, pada
bagian tengkorak terdiri atas selaput (perios) tulang tengkorak dan durameter tropia
bagian dalam. Durameter mengandung rongga yang mengalirkan darah dari vena otak,
dan dinamakan sinus vena.
Persarafan Duramater
Persarafan ini terutama berasal dari cabang nervus trigeminus, tiga saraf servikalis
bagian atas, bagian servikal trunkus simpatikus dan nervus vagus. Reseptor-reseptor
nyeri dalam duramater diatas tentorium mengirimkan impuls melalui n.trigeminus, dan
suatu nyeri kepala dirujuk ke kulit dahi dan muka. Impuls nyeri yang timbul dari bawah
tentorium dalam fossa kranialis posterior berjalan melalui tiga saraf servikalis bagian
atas, dan nyeri kepala dirujuk kebelakang kepala dan leher.
6) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, biologis : trauma
7) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan pengetahuan atau
informasi
Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral
NOC : tissue perfusion : cerebral, circulation status
Kriteria hasil :- Tidak ada
peningkatan TIKa. TIK normal
pada waktu istirahat : 10 mmHg (136 mm H2O)
b. TIK tidak normal : > 20 mm Hg
c. TIK kenaikan berat : > 40 mm Hg
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
1. Tentukan faktor-faktor yg menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK
2. Pantau /catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar GCS
3. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi terhadap cahaya
4. Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi nafas, suhu
5. Pantau intake dan out put, turgor kulit dan membran mukosa.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak).
NOC: respiratory status : ventilationRespiratory status : airway patencyVital sign statusKriteria Hasil:
- Menunjukkan jalan nafas yang paten
- Tanda vital dalam rentang normal
NIC: airway management1. Buka jalan nafas
2. Posisikan pasien
3. Pasang mayo
4. Berikan oksigen
5. Lakukan suction
3. Resiko cedera b.d peningkatan TIK
NOC : Risk controlKriteria Hasil :
- klien terbebas dari cedera
- klien mampu mencegah cedera
- klien mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
NIC : environment management
1. sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. anjurkan keluarga menemani pasien
3. pasang side rail disamping tempat tidur
4. batasi pengunjung
5. pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif, penurunan kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan
NOC : Joint movement : activeMobility levelSelf care : ADLsKriteria Hasil :- klien meningkat
dalam aktivitas fisik- mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
NIC : exercise therapy1. monitor tanda vital
sebelum dan sesudah latihan
2. bantu klien menggunakan alat bantu
3. latih pasien dalam pemenuhan
keamanan, misal: tirah baring, imobilisasi
- memperagakan penggunaan alat bantu
kebutuhan ADLs secara mandiri
4. dampingi pasien saat mobilisasi
5. ajarkan pasien mengubah posisi
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, biologis : trauma
NOC: pain level dan pain controlKriteria Hasil:
- Pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri dan mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi)Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC:Pain Managament1. lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif (P=penyebab, Q=kualitas dan kuantitas, R=daerah dan penyebarannya, S=seberapa kuat nyeri yang dirasakan, T=waktu terjadinya nyeri)
2. kontrol lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
3. ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti teknik relaksasi nafas dalam
4. tingkatkan istirahat
5. evaluasi keefektifan control nyeri
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan pengetahuan atau
NOC : Knowledge : disease
proses Knowledge : health
behaviorKriteria Hasil :
- pasien dan
NIC : teaching : disease proses
1. berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
informasi keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
- pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang telah dijelaskan
spesifik
2. gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
3. gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
4. sediakan informasi tentang kondisi
5. diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
1) Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
2) Kusuma, Hardi&Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatab Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: Media Action Publishing
3) Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
4) Joanne McCloskey Dochterman&Gloria M. Bulechek. 2004. Nursing Interventions
Classification (NIC) Fourth Edition. Mosby: United States America
5) Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI
6) Muttaqin, Arif. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
7) Batticaca Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta : Salemba Medika
8) Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga