komplikasi Komplikasi yang sering kali dialami oleh klien luka bakar yang luas antara lain : curling ulcer,sepsis,pneumonia,gagal ginjal akut,deformitas,kontraktur,hipertropi jaringan parut,dan decubitus. a. Hipertropi Jaringan Parut Hipertropi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit di cegah,akan tetapi masih bisa di atasi dengan tindakan tertentu.Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : 1) Kedalaman luka bakar 2) Sifat kulit 3) Usia pasien 4) Lamanya waktu penutupan kulit 5) Penanduran kulit Jaringan parut mengalami pembentukan secara aktif pada 6 bulan post luka bakar dengan warna awal merah muda dan menimbulkan rasa gatal,pembentukan jaringan parut terus berlangsung dan warna berubah menjadi merah,merah tua sampai coklat dan teraba keras atau tegang,setelah 12-18 bulan,jaringan parut akan mengalami tahap maturasi dab warna menjadi coklat muda dan teraba lebih lembut atau lemas. Pembentukan hipertropi jaringan parut ini tidak dapat di cegah tetapi dengan tindakan konservatif dapat di antisipasi sejak minggu awal fase penyembuhan luka.Sering kali tindakan pembedahan juga di perlukan untuk mengatasi jaringan parut terutama jika mempengaruhi funsi gerak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
komplikasi
Komplikasi yang sering kali dialami oleh klien luka bakar yang luas antara
lain : curling ulcer,sepsis,pneumonia,gagal ginjal
akut,deformitas,kontraktur,hipertropi jaringan parut,dan decubitus.
a. Hipertropi Jaringan Parut
Hipertropi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami
pasien dengan luka bakar yang sulit di cegah,akan tetapi masih bisa di atasi
dengan tindakan tertentu.Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada pasien
luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
1) Kedalaman luka bakar
2) Sifat kulit
3) Usia pasien
4) Lamanya waktu penutupan kulit
5) Penanduran kulit
Jaringan parut mengalami pembentukan secara aktif pada 6 bulan post
luka bakar dengan warna awal merah muda dan menimbulkan rasa
gatal,pembentukan jaringan parut terus berlangsung dan warna berubah
menjadi merah,merah tua sampai coklat dan teraba keras atau
tegang,setelah 12-18 bulan,jaringan parut akan mengalami tahap maturasi
dab warna menjadi coklat muda dan teraba lebih lembut atau lemas.
Pembentukan hipertropi jaringan parut ini tidak dapat di cegah tetapi
dengan tindakan konservatif dapat di antisipasi sejak minggu awal fase
penyembuhan luka.Sering kali tindakan pembedahan juga di perlukan untuk
mengatasi jaringan parut terutama jika mempengaruhi funsi gerak atau
sendi,Mengakibatkan imobilitas dan mengganggu kenyamanan serta citra
tubuh pasien.pembedahan yang di lakukan bisa berlangsung berulang kali.
b. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar
dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.Beberapa tindakan yang
dapat mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah :
1) Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal cedera luka bakar
2) Ambulasi yang di lakukan 2-3 kali per hari sesegera mungkin pada pasien
yang terpasang berbagai alat invasif seperti IV lines,NGT,monitor EKG, dll
3) Presure Garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan,yang
bertujuan menekan timbulnya hipertrofi scar,dimana pengguanannya dapat
mengahambat mobilitas dan mendukung terjadiya kontraktur.
LAPORAN PENDAHULUAN
LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
A. PENDAHULUAN
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa
keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka
bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan
pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup
kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75%
mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkan pasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan
waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah
komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan
hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar
atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis
dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan
yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih
besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki
atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan
tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan
umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna
untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai.
1
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan
sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan
pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian
bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang
lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan
masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
B. DEFINISILuka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.
C. ETIOLOGI1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
D. FASE LUKA BAKARa) Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini,
seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life
thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang
berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2
dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik
dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn
problema instabilitas sirkulasi.
2
b) Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka
yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ
fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
c) Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
3
E. KLASIFIKASI LUKA BAKARa). Dalamnya luka bakar.
Kedalaman Penyebab Penampilan WarnaLuka bakar superfisial ketebalan parsial (derajat pertama)
Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
Melibatkan hanya epidermis.Kulit sering kering tidak ada gelembung.Edema minimal atau tidak ada.Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Luka tampak merah muda terang sampai merak.
Luka bakar dalam ketebalan parsial (derajat kedua)
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.Jilatan langsung kimiawi.Sinar ultra violet.
Melibatkan epidermis dan dermis.Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.Edema sedang.
Luka tampak merah muda sampai pucat
Luka bakar ketebalan penuh (derajat tiga)
Kontak dengan bahan cair atau padat.Nyala api.Kimia.Kontak dengan arus listrik.
Melibatkan semua lapisan kulit, lemak subkutan, dan dapat melibatkan otot, saraf dan aliran darah.Kering disertai kulit mengelupas.Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.Tidak pucat bila ditekan.
Luka tampak bervariasi dari putih, merah buah ceri sampai cokelat atau hitam.
Luka bakar ketebalan penuh (derajat empat)
Kontak dengan bahan cair atau padat.Nyala api.Kimia.Kontak dengan arus listrik.
Melibatkan lapisan kulit dan otot, jaringan organ dan tulang
4
b). Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Ekstremitas atas kanan : 9%
3) Ekstremitas atas kiri : 9%
4) Ekstremitas bawah kanan : 18%
5) Ekstremitas bawah kiri : 18%
6) Tubuh bagian belakang : 18%
7) Tubuh bagian depan : 18%
8) Genitalia/perineum : 1%
Total : 100%
c). Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa
faktor antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American Burn Association Membagi Dalam :
1) Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :
a) Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang
dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area
pada anak-anak.
b) Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak
disertai komplikasi.
2) Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :
a) Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa
atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak.
b) Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak
disertai komplikasi.
3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
5
a) Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang
dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area
pada anak-anak..
b) Tingkat III 10% atau lebih.
c) Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan
perineum..
d) Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.
e) Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
f) Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya
tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah
kesehatan sebelumnya..
American College of Surgeon Membagi Dalam :
1. Parah – critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang
luas.
2. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
3. Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%
6
F. PATHWAY
Eritrosit Metabolisme Perubahan Nutrisi : Kurang KebutuhanGlukoneogenesis Glikogenolisis
Resiko Infeksi Kebutuhan O2
Luka Bakar Luas Resiko Kerusakan Pertukaran Gas
Aldosteron Sekresi adrenal Depresi miokard/ MDF
inflamasi releaseInsufisiensi miokard Histamin keluar
Renal flow Vasokontriksi H2O loss cardiac output
Retensi Na+ GFR tekanan darah hipovolemik
Ggn perfusi jaringan. Splenic flow
K+ loss Gagal ginjal aliran darah ke luka plasma Hipoksia heparAsidosis
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific Peblications. London.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sylvia A. Price. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4 Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran Egc, Jakarta