Page 1
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Kasus Diare
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi I
Dosen : Ratna Kholidati, S.ST
Oleh :
1. Angga Setiawan
2. Aprilia Fitriana
3. Bram Yudhistira
4. Feizal Ardiansyah
5. Herlin
6. Whisnu Prabowo
S1 Keperawatan Tingkat III A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Jln. Dr. Wahidin Sudiron Husodo No. I Telp./Fax. (0355)322738
Kode Pos 66224 – Tulungagung
Page 2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan ini kami mengucapkan, puja-puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nya kami telah menyelesaikan tugas makalah Sistem Reproduksi II ini
dengan baik.
Tidak lupa kami sangat mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar dan teman-
teman yang telah banyak membantu menyelesaikan tugas ini, tentunya tugas makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun sebagai pertimbangan makalah berikutnya.
Tulungagung, 21 Mei 2015
Penyusun
Page 3
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
I.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
I.2. Rumusan Masalah......................................................................... 1
I.3. Batasan Masalah............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2
II.1. Definisi Diare dan Jenis-jenis Diare............................................ 2
II.2. Faktor-faktor Penyebab Diare...................................................... 2
II.3. PATOGENESIS........................................................................... 3
II.4. PATAFISIOLOGI........................................................................ 3
II.5. Gambaran Klinik.......................................................................... 4
BAB III HUBUNGAN DIARE DENGAN TEORI BLOOM............................ 5
III.1. Agens (sumber penyakit)............................................................. 5
III.2. Host (pejamu).............................................................................. 5
III.3. Lingkungan ................................................................................. 6
BAB IV INFEKSI KHUSUS PENYEBAB DIARE .......................................... 7
IV.1. Collera ........................................................................................ 7
IV.2. Diare Karena Kandidiasis (Moniliasis) ...................................... 7
IV.3. Diare Karena Escheriachia coli .................................................. 7
Page 4
BAB V PENANGGULANGAN DIARE ......................................................... 9
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 11
VI.1. Kesimpulan ................................................................................. 11
VI.2. Saran............................................................................................ 11
Page 5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diere adalah penyebab penting kekurangan gizi, ini disebabkan karena adanya
anoreksia pada penderita diare, sehingga penderita makan lebih sedikit dari biasanya dan
kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makananya
meningkat akibat adanya infeksi. Setiap episod diare menyebabkan kekurangan gizi,
sehingga bila episode diare berkepanjangan maka dampaknya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan akan terlihat keterlambatan tubuh kembang pada anak dan bayi.
Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian setiap
tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 epoisode
diare pertahun. Pada daerah yang dnegan angka episode yang tinggi ini, seorang balita
dapat menghabiskan 25 % waktunya dengan diare. Sekitar 80 % kematian yang
berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama
kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit
melalui tinjanya. Penyebab kematian lain adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi
serius seperti pnemoni.
Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami
diare 1,6 samapi 2 kali setahun. Hasil SKRT (survaey kesahatan rumah tangga) di
Indonesia angka kematian diare anak balita dan bayi permil pertahun berturut
menunjukan angka sebagai berikut ; 6,6 (balita) 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7 (balita) dan
13,3 (bayi) pada tahun1985. 2,1 (balita) 7,3 (bayi) pada tahun 1992. 1 balita dan 8 bayi
pada tahun 1995. Sementara itu morbiditas diare tidak menunjukan hal yang sama. Dari
hasil studi morbiditas oleh DEPKES di 8 propinsi pada tahun 1989,1990,1995 berturut-
turut morbiditas diare menunjukan 78 %, 103 % dan 100 %. Apalagi dengan terjadinya
krisis ekonomi yang melanda negara Asia dimana Indonesia yang terparah, angka
kejadian diare menunjukan kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun yang terkait
dengan diare seperti gangguan gizi dan ISPA menunjukan hasil yang nyata (DEPKES
RI, 1999).
Page 6
Meskipun pada orang dewasa penyakit diare baiasanya lebih ringan dari pada
pada anak tetapi angka kejadian yang semakin menurun menujukan angka kemajuan
penanganan diare. Pada saat ini sudah tersedia pengobatan yang mudah dan efektif yang
dapat menurunkan jumlah kematian karena diare pada sebagian besar kasus. Sekarang
dengan dipakainya upaya pembentukan KPD (kegiatan pendidikan Diare) antara lain
dengan pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) di banyak rumah sakit dan dilanjutkan
dengan pendidikan medik penberantasan diare kasus diare di bangsal semakin berkurang
secara nyata.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mempelajari asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan diare akut dehidrasi
sedang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada anak toddler dengan diare akut dehidrasi
sedang.
2. Mampu melakukan intervensi anak usia toddler dengan diare akut dehidrasi
sedang
3. Mampu melakukan tindakan pada anak usia toddler dengan diare akut dehidrasi
sedang
4. Mampu melakukan evaluasi pada anak usia toddler dengan diare akut dehidrasi
sedang.
Page 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Diare (mencret) adalah : Defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Suharyono,1999 : 51)
Gasteroenteritis adalah : Kehilangan caioran dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan perubahan bentuk
encer atau cair (Suriadi,2001 : 83)
Gastroenteritis adalah : Kondisi gangguan pada gaster yang ditandai dengan
adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap
makanan tertentu atau mencerna toksin (Tucker,1998)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja terbentuk cair atau setengah
padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah
buang air besar lebih dari 3x sehari. Diare dibagi menjadi 2 berdasarkan mula dan
lamanya yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501)
2.2 KLASIFIKASI
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Lama waktu diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005) diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh
sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang
spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
1) Mekanisme patofisiologik
Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
Page 8
Malabsorbsi asam empedu.
Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.
Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
Gangguan permeabilitas usus.
Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
2) Penyakit infektif atau non-infektif.
3) Penyakit organik atau fungsional
Menurut WHO (2005), diare dapat diklasifikasikan kepada :
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).
Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi :
1. Akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4
minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan
akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi
disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.
2. Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut,
penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti
allergi dan lain-lain.
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
1. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare
masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun,
aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang
minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Page 9
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,
tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang
dingin dan pucat.
2.3 ETIOLOGI
1. Faktor infeksi :
bakteri (shigella, shalmonella, vibrio kholera)
virus (enterovirus)
parasit (cacing)
kandida (candida albicans)
2. Faktor parenteral : infeksi bagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak)
3. Faktor malabsorbsi : karbohidrat, lemak, protein
4. Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kurang matang
5. Faktor psikologis : rasa takut, cemas
2.4 PATOFISIOLOGI
Page 10
Faktor infeksi f.malabsorbsi (KH,lemak,protein) f.makanan f.psikologi
Masuk & berkembang dlm usus, meningkatkan tekanan osmotik, toksik tdk diserap, cemas
Hipersekresi air &elektrolit pergeseran air & elektrolit ke rongga usus
hiperperistaltik
menurunnya kesempatan usus menyerap makanan
DIARE
Frek.BAB meningkat distensi abdomen
Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih integritas kulit perianal mual,muntah
Ggn.keseimbangan cairan & elaktrolit as.metabolisme nafsu makan menurun
Resiko hipovolemi syok sesak BB menurun
Ggn.oksigenasi ggn.tumbang
I. MANIFESTASI KLINIS
Page 11
Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Kram perut
c. Demam
d. Mual
e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i. Pucat
j. Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l. Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
n. Membran mukosa kering
Manifestasi klinis diare yaitu (Nelwan, 2001; Procop et al, 2003)
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul).
Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak
dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base
excess sangat negatif.
Page 12
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun
sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare
akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan
akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit
berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita
menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih
berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang
lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan
intravena tanpa alkali.
Gejala Diare menurut Kliegman (2006), yaitu:
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah
dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin
disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah
menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Kliegman,
2006).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan
banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi:
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena
frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda
dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Page 13
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang
kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut
serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air
mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya
menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
Sebagai akibat diare baik yang akut maupun khronis, maka akan terjadi: (FKUI,
2001 citSinthamurniwaty 2006)
a. Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi dan keseimbangan
asam basa Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) serta gangguan
keseimbangan asam basa disebabkan oleh :
o Previous Water Losses : kehilangan cairan sebelum pengelolaan,
sebagai defisiensi cairan.
o Nomial Water Losses : kehilangan cairan karena fungsi fisiologik.
o Concomittant Water Losses : kehilangan cairan pada waktu
pengelolaan.
o Intake yang kurang selama sakit : kekurangan masukan cairan
karena anoreksia atau muntah.
Kekurangan cairan pada diare terjadi karena :
Page 14
1) Pengeluaran usus yang berlebihan
- Sekresi yang berlebihan dari selaput lendir usus (Secretoric
diarrhea) karena, gangguan fungsi selaput lendir usus, (Cholera E.
coli).
- Berkurangnya penyerapan selaput lendir usus, yang disebabkan oleh
berkurangnya kontak makanan dengan dinding usus, karena adanya
hipermotilitas dinding usus maupun kerusakan mukosa usus.
- Difusi cairan tubuh kedalam lumen usus karena penyerapan oleh
tekanan cairan dalam lumen usus yang hiperosmotik; keadaan ini
disebabkan karena adanya substansi reduksi dari fermentasi laktosa
yang tidak tercerna enzim laktase (diare karena virus Rota).
2) Masukan cairan yang kurang karena :
- Anoreksia
- Muntah
- Pembatasan makan (minuman)
- Keluaran yang berlebihan (panas tinggi, sesak nafas).
b. Gangguan gizi sebagai "kelaparan" (masukan kurang dan keluaran
berlebihan)
Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena :
1) Masukan makanan berkurang karena adanya anoreksia (sebagai gejala
penyakit) atau dihentikannya beberapa macam makanan o1eh orang
tua, karena ketidaktahuan. Muntah juga merupakan salah satu
penyebab dari berkurangnya masukan makanan.
2) Gangguan absorpsi. Pada diare akut sering terjadi malabsorpsi dari
nutrien mikro maupun makro. Malabsorpsi karbohidrat (laktosa,
glukosa dan fruktosa) dan lemak yang kemudian dapat berkembang
menjadi malabsorpsi asarn amino dan protein. Juga kadang-kadang
akan terjadi malabsorpsi vitamin baik yang larut dalam air maupun
yang larut dalam lemak (vitamin B12, asam folat dan vitamin A)
dan mineral trace (Mg dan Zn).
Gangguan absorpsi ini terjadi karena:
Page 15
1) Kerusakan permukaan epitel (brush border) sehingga timbul deplisit
enzim laktase.
2) Bakteri tumbuh lampau, menimbulkan:
- Fermentasi karbohidrat
- Dekonjugasi empedu.
Kerusakan mukosa usus, dimana akan terjadi perubahan
struktur mukosa usus dan kemudian terjadi pemendekan villi dan
pendangkalan kripta yang menyebabkan berkurangnya permukaan
mukosa usus.
Selama diare akut karena kolera dan E. coli terjadi
penurunan absorpsi karbohidrat, lemak dan nitrogen. Pemberian
masukan makan makanan diperbanyak akan dapat memperbaiki
aborpsi absolut sampai meningkat dalam batas kecukupan
walaupun diarenya sendiri bertambah banyak. Metabolisme dan
absorpsi nitrogen hanya akan mencapai 76% dan absorpsi lemak
hanya 50%.
3) Katabolisme
Pada umumnya infeksi sistemik akan mempengaruhi
metabolisme dan fungsi endokrin, pada penderita infeksi sistemik
terjadi kenaikan panas badan. Akan memberikan dampak peningkatan
glikogenesis, glikolisis, peningkatan sekresi glukagon, serta aldosteron,
hormon anti diuretic (ADH) dan hormon tiroid. Dalam darah akan
terjadi peningkatan jumlah kholesterol, trigliserida dan lipoprotein.
Proses tersebut dapat memberi peningkatan kebutuhan energy dari
penderita dan akan selalu disertai kehilangan nitrogen dan elektrolit
intrasel melalui ekskresi urine, peluh dan tinja.
4) Kehilangan langsung
Kehilangan protein selama diare melalui saluran cerna
sebagai Protein loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita
campak dengan diare, penderita kolera dan diare karena E. coli.
Melihat berbagai argumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa diare
mempunyai dampak negative terhadap status gizi penderita.
5) Perubahan ekologik dalam lumen usus dan mekanisme ketahanan isi
usus
Page 16
Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan kerusakan
mukosa usus keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan
karena deplesi enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis
nutrien yang kurang tercerna sehingga dapat menimbulkan
peningkatan hasil metabolit yang berupa substansi karbohidrat dan
asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah ekologi kimiawi isi
lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri tumbuh lampau,
yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri tumbuh lampau
akan memberi kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam empedu
sehingga terjadi peningkatan asam empedu yang dapat menimbulkan
kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula
disertai dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik
yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubaban
ekologi isi usus.
II. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai
berikut :
- Lekosit feses (stool leukocytes)
- Volume feses
- Mengukur berat dan kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam
- Lemak feses
- Osmolalitas feses
- Pemeriksaan parasit atau telur pada feses
- Pemeriksaan darah
- Biopsi usus halus
- Enteroskopi usus halus
- Protosigmoidoskopi dengan biopsi mukosa
- Rangkaian pemeriksaan usus halus
III. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
Page 17
1. Berikan Oralit
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a. Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
- Keadaan umum : baik
- Mata : normal
- Rasa haus : normal, minum biasa
- Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi, sbb :
- Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
- Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
- Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih :
- Keadaan umum : gelisah, rewel
- Mata : cekung
- Rasa haus : haus, ingin minum banyak
- Turgor kulit : kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg BB dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare Dehidrasi Berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
- Keadaan umum : lesu, lunglai, atau tidak sadar
- Mata : cekung
- Rasa haus : tidak bisa minum atau malas minum
- Turgor kulit : kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk diberi terapi infus.
Page 18
2. Berikan Zink
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut
hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna
sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua
anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
3. Pemberian ASI / Makanan
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
- Diare lebih sering
- Muntah berulang
- Sangat haus
- Makan/minum sedikit
- Timbul demam
- Tinja berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
Page 19
IV. Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan
cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat.
Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan
asidosis metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla et al, 2003)
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular
Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi
ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga
tidak tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001; Soewondo, 2002; Thielman
& Guerrant, 2004)
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain – Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah
infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain – Barre, 20 – 40 % nya menderita
infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita
kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot
pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain –
Barre tetap belum diketahui.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare
karenaCampylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia sp.
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
a. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
b. Syok
c. Kejang
d. Sepsis
e. Gagal Ginjal Akut
f. Ileus Paralitik
Page 20
g. Malnutrisi
h. Gangguan tumbuh kembang
V. Diagnosa
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d diare atau output berlebih dan
intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan skunder
terhadap diare
3. Resiko peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi skunder terhadap diare
VI. Intervensi
Dx 1. : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d diare atau output
berlebih dan intake yang kurang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan
nutrisi terpenuhi
KH : Nafsu makan meningkat
BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ serat tinggi, lemak, air terlalu panas atau dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan saluran usus
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tidak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ mengurangi pemkakaian energi yang berlebih
4. Monitor intake dan output dalam 24 jam
R/ mengetahui jumlah output dapat merencanakan jumlah makanan
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan terapi gizi : diet TKTP
rendah serat, susu
R/ mengandung zat yang diperlukan, untuk proses pertumbuhan
Dx. 2 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan
sekunder terhadap diare
Page 21
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
keseimbangan cairan dan elaktrolit dipertahankan secara maksimal
KH : TTV dalam batas normal (N : 60-120 x/menit),S : 36-37,50C, RR
<40x/menit)
Turgor elastis
Membran mukosa bibir basah
Mata tidak cowong
Konsistensi BAB lembek
Frekuensi 1x perhari
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit
2. Pantau intake dan output
R/dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran
tidak adekuat untuk membersihkan sisa metabolism
3. Timbang berat badan setiap hari
R/ mendateksi kehilangan cairan, penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 liter
4. Anjurkan keluarga untuk memberi minuman banyak pada klien, 2-3 liter/hari
R/ mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5. Kolaborasi untuk pemberian cairan perenteral
R/ mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat
Dx 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi sekunder terhadap
diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakna perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
KH : Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,50C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leisa)
Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (adanya infeksi)
Page 22
2. Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipiretik
R/ merangsang pusat pengatur panas di otak
Page 24
BAB V
PENANGGULANGAN DIARE
V.1 Diet dan Penanggulangannya
Pemberian diet pada diare harus dapat memenuhi tujuannya serta memperhatikan
faktor yang mempengaruhi keadaan gizi individu.
Umur 1 th/<, BB < 8 kg Umur > 1th, BB > 8 kg
Jenis makanan :
Bentuk makanan :
Makanan yang boleh :
1. Sum
ber energi
2. Zat
pembangun :
3. Zat
pengatur :
a. ASI
b. PASI
khusus (pada malabsorpsi)
c. Mulai
dengan pisang
Makanan lumat/lembek
a. Bubur nasi (disaring/tidak)
b. Bubur/poding: Bahan:
tepung beras, maizena, havermut,
hunkwe, biskuit, kraker,kentang-
pure, gula, trigliserida rantai
menengah (MCT).
a. ASI/PASI sesuai keadaan
b. Telur rebus/diceplok, air,
daging, hari, tahu/tempe cincang
dikukus/ditim
a.Wortel, tomat masak, labu siam,
labu kuning cincang ditim, dibuat
sup,kalau perlu disaring
b. Pisang dihaluskan, apel
disetup dan dihaluskan
Kecap, garam, bawang merah,
bawang putih dalam jumlah
a. ASI
b. PASI khusus (pada
malabsorpsi)
Makanan lunak
a. Idem
b. Roti bakar
a. Idem
b. Kacang hijau dibubur,
dibuat sup
a. Idem
Page 25
4. Bum
bu
5. Min
uman
Makanan yang tidak
boleh:
1. Sumber energi :
2. Zat pembangun :
3. Zat pengatur :
4. Bumbu :
5. Minuman :
terbatas.
Teh, sirup, sari buah yang manis.
a.Nasi, ketan, jagung, mi, ubi,
singkong, talas.
b. Minyak goreng
biasa.
a.PASI yang menyebabkan
intoleransi/malabsorpsi
b. Lauk yang digoreng
a.Sayur-sayuran dengan gas
dan/serat tinggi: buncis, kacang
panjang, kol, lobak, kangkung
b. Buah durian, mangga dan
nangka.
Lada, lombok, cuka dan bumbu
lainnya yang merangsang
Mengandung soda, coklat, sari buah
yang asam.
b. Apel yang disetup dan
dihaluskan
Lada dalam jumlah terbatas.
Idem
a. Idem
b. Kelapa, santan
a. Idem
b. Susu sapi, kacang merah,
kedelai tolo dankacang
tanah kering
a. Idem
b. Buah yang asam:nenas,
mangga, belimbing,
rambutan
Lombok, cuka
Idem
Page 26
Penanggulangan dari Diare antara lain :
1. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan dan
umur.
2. Pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup
3. Penghentian makanan yang merangsang (bumbu tajam dan tidak menimbulkan gas
dan rendah serat)
4. Pemberian enteral nutrisi dengan formula khusus dengan laktosa
VII. Daftar pustaka
- Avikar, Anupkumar, dkk. 2008. Role of Escherichia coli in acute diarrhoea in
tribal preschool children of central India. Journal Compilation Paediatric and
Perinatal Epidemiology, No. 22, 40–46.
- Chakraborty, Subhra, dkk. 2001. Concomitant Infection of
Enterotoxigenic Escherichia coli in an Outbreak of Cholera Caused by Vibrio
cholera O1 and O139 in Ahmedabad, India.JOURNAL OF CLINICAL
MICROBIOLOGY Vol. 39, No. 9 p. 3241–3246.
- Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS
DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
- Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
- Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River Komite Medis RS. Dr. Sardjito.
2005. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito. Yogyakarta: MEDIKA
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Page 27
PENGKAJIAN FOKUS
I. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
II. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
III. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
V. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
Page 28
VII. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
VIII. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang
> 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
IX. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc / jamban /
sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber air minum ?
Page 29
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan / minuman
terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa / belum pernah
dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula, baru saja ganti susu, salah makan,
makan berlebihan, efek samping obat, jumlah cairan yang masuk selama diare,
makan / minum di warung ?
VIII. Pola eleminasi
a. Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
b. Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
c. Pola aktifitas dan latihan : travelling
d. Pola tidur dan istirahat
e. Pola kognitif dan perceptual
f. Pola toleransi dan koping stres
g. Pola nilai dan keyakinan
h. Pola hubungan dan peran
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
j. Pola seksual dan reproduksi
Page 30
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : An. H Alamat : Panjang Jiwo I/6 Sby
Jenis kelamin : laki-laki Agama : Islam
Umur : 2 tahun MRS : 27. 05. 2002 jam 07.40
Nama ayah : Tn SS Diagnosa: diare akut dehidrasi sedang
Pendidikan ayah : SMA Sumber : orang tua klien
Pendidikan ibu : SMP
Pekerjaan ayah : Dagang Pekj. Ibu : ibu rumah tangga
Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Buang air besar > 10 x dalam sehari (± 1 cangkir/ BAB)
2) Riwayat Penyakit sekarang
3 hari sebelum MRS, klien mengeluh perutnya sakit, kemudian mencret, konsistensi
berak cair, warna kuning, tak ada ampas, ada lendir tak ada darah, bau amis. Klien
muntah setiap kali mencret, yang dimuntahkan air dan lendir kurang lebih 0,5 cangkir.
Klien juga panas.
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
1) Riwayat Penyakit Dahulu
2 minggu sebelum MRS klien juga mengalami diare/ mencret dan juga muntah,
kemudian dibawa ke dokter diberi obat dan sembuh
2) Riwayat Nutrisi
Sampai umur 2 tahun ASI masih tetap diberikan, Diberi PASI Dancow pada umur 5
bulan sampai sekarang, sejak umur 2 tahun klien mulai diberikan makanan seperti
Page 31
orang dewasa, jenis makan di rumah adala nasi, sayur, lauk dan makanan tambahan
seperti bubur kacang ijo, ketam hitam. Di rumah sakit, klien diberikan pedyalit 50
cc/mencret, diet TKTPRS, bubur kasar dan susu IT masuk ± 40 cc
3) Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang telah didapat adalah : BCG,campak, DPT I,II,III booster. Polio I,II,III dan
booster, Hepatitis I,II,III
4) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
BB : 10 kg, LK: 56 cm, LD : 49 cm, PB : 64 cm, LILA : 20 cm
Fontanel anterior : sudah menutup, tidak cekung.
Fontenel posterior : menutup
b. Perkembangan
Fase anal : Klien meminta pada ibunya saat klien ingin BAB/ BAK klien mau BAK/ BAB
hanya dikamar mandi atau tidak ditempat tidur (ngompol).
Autonomy Vs Shame and doundt : Klien sudah mau atau mampu memegang sendok
dan makan sendiri, klien dapat menyebutkan keinginannya pada ibunya.
Klien mampu berdiri dengan satu kaki tenpa berpegangan 2 hitungan (GK). Klien
mampu meniru membuat garis lurus (GH). Klien dapat menyatakan keinginannya
dengan 2 kata , contoh : “ Bu.. makan “ atau “Bu.. pipis..” .
Klien belum dapat memelpas pakaiannya sendiri (BM).
5) Dampak hospitalisasi
Klien tampak rewel, sering mengeluh sakit, ingin melepaskan infus di tangannya. Setiap
petugas yang ingin mendekati klien selalu menolak.
6) Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita diare.
o Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
Page 32
Pengelolaan makanan menggunakan air PAM, menyimpan makanan dilemari
makan, membuang sampah dilahan kosong dibelakang rumah, kebiasaan BAB di
WC pribadi (septic tank).
o Persepsi keluarga :
Keluarga mengira bahwa kondisi klien disebabkan oleh karena klien memakan
makanan seperti orang dewasa, seperti goreng-gorengan, ketam hitam.
7) Riwayat kesehatan lingkungan
Klien dan orang tua tinggal di rumah milik sendiri, sarana penyediaan air PAM dan air
sumur. Sertiap musim penghujan rumah selalu banjir, lantai terbuat dari tanah atau
plesteran. Air limbah pembuangan dari kamar mandi atau cuci piring tidak diselokan
melainkan dihalaman bebas.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan
RR : 23 x/mnt, melalui nasal, PCH tak ada, retraksi intercostalis tak ada, Rhonchi tak ada wheezing
tak ada
2) Sistem kardiovaskuler
Nadi ; 120 x/mnt, kuat dan teratur, S1 S2 tunggal.
3) Sistem Pencernaan
Mukosa mulut tampak kering, klien mengeluh pada ibunya bahwa leher (tenggorokan) nya sakit jika
menelan makanan. Bising usus meningkat 45 x/mnt, ada kembung saat diperkusi, klien malas dan
menolak jika ibu klien menawari makan, makanan dari RS masih utuh, klien juga nampak malas
minum, kelihatan tidak haus.
4) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, tugor elastik, suhu 36,40 c, akral hangat.
5) Sistem muskuloskeletal
Klien nampak lemah, udema tak ada, keterbatasan gerak tak ada.
6) Sistem persyarafan
Kesadaran komposmentis, GCS 456, tak ada kejang, parese, mata tampak cowong, skelra tak ikterik,
konjungtiva tak anemis, ubun ubun besar tak cekung.
Page 33
7) Sistem Perkemihan
BAK warna kuning, jernih, testis sudah menurun, ruam ruam daerah perianal tidak ada.
4. Terapie
o Infus HSD 1000 cc/24 jam
o Pedialyt PO 10 cc/kgBB/mencret
o Vitamin A 1 x 200.000 Iu/IM
o Diet TKTP RS ; bubur kasar 3 x/ hari + susu IT 60 cc ad libt
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
S: Ibu mengatakan anak saya mencret ±
10 kali perhari, konsistensi cair, (± 1
cangkir/BAB), warna kuning tanpa
ampas , muntah air dan bercampur
lendir (± ½ cangkir)
O: BB : 10 kg, mukosa mulut kering, klien
malas minum dan tampak tidak haus,
UUB tidak cekung, klien lemah,
turgor elastik, mata cowong
Mal absorbsi KH,lemak,
Protein
Meningkatkan tekanan
osmotic
Pergeseran air dan
elektrolit kerongga usus
Meningkatnya isi rongga
usus
Diare
Kehilangan cairan dan
elektrolit melalui feses
Keseimbangan cairan dan
elektrolit
Page 34
S: Ibu mengatakan klien sering
mengeluh bahwa tenggorokannya
sakit jika makan.
O: Keadaan umum lemah, LILA 20 cm,
BB 10 kg, PB 64 cm, LD 49 cm, Lk 56
cm bising usus 45 x/mnt, kembung
saat diperkusi, klien malas dan
menolak makan, makanan dari RS
masih utuh
Faktor makanan
Toksin tak dapat diserap
Hiperparistaltik
Menurunya penyerapan
makanan di usus
Diare
Mual muntah
Nafsu makan menurun
Perubahan nutriri
Resiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Page 35
Diagnosa Keperawatan
1. gannguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan dampak sekunder
terhadap diare
2. resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan output yang berlebihan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit
Page 36
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak
aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1
lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
2. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
intake dan out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria : - Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan
Page 37
air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung
dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
R/ meringankan kerja lambung dan penambahan nutrisi
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan untuk proses pertumbuhan,
c. pemeriksaan lab Hb, PIT, Hct,
R/ mengetahui kekurangan nutrisi tubuh.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
DX
TGL / jam TINDAKAN EVALUASI
1 27.5. 2002
08.30 o Memantau tanda dan gejala dehidrasi : mata
cowong, UUB tidak cekung, turgor elastik,
mukosa bibir kering, suhu 36,4 0 c nadi 120
x/mnt
o Memonitor intake dan output ;
Tanggal 28.05.2002
S: ibu klien mengatakan
anaknya masih mencret, mulai
pagi sampai siang ini 7 x,
bentuk cair dengan lendir,
warna keruh, sedikit, tanpa
Page 38
2
09.00
09.10
10.05
12.09
27.05.2002
Intake HSD sisa 500 cc, pedialyt masuk 50 cc,
susu ± 40 cc
Output : BAB 1 cangkir ± 200 cc, muntah ±100 cc,
BAK 6 kali ± 120 cc
o Memonitor cairan oral dan parentral pedialyt
50 cc masuk / mencret, HSD 1000 cc/12 jam
(7 tetes/ menit) menetes lancar
o Memberikan pengertian pada ibu tentang
pentingnya cairan dan elektrolit bagi tubuh
o Mengukur suhu 36,80 c, nadi 124 x/mnt
o Menjelaskan pada keluarga tentang
pentingnya makanan bagi tubuh pada anak
o Mendiskusikan dengan keluarga tentang diet
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan untuk
klien yaitu diet TKTPRS bubur kasar yaitu
untuk memenuhi kebutuhan energi
o Memonitor intake dan output makanan,
ampas
O: turgor kulit baik, keadan
umum lemah, BB 9,5 kg, RR 28
x/mnt, suhu 36,80 c, nadi 119
x/mnt.
Mukosa mulut kering, mata
cowong, UUB tak cekung, klien
malas minum, tanpak tak haus,
infue HSD 1000 cc/12 jam
diberikan, pedialyt diberi
setiap kali mencret 0,5 gelas,
hasil laborat : Eritrocyt + 1-2
lq, lekosit + banyak, epitel + 1-
2 lq., kristal (-) silinder (-)
A: Tujuan belum tercapai
P: lanjutkan intervensi 1,2,3
S: Ibu klien mengatakan
anaknya masih belum mau
makanan dari RS tetapi
mau makan roti dari rumah
(kabin) sebanyak 2 sdm
A: k/u lemah, LILA 20 cm,
bising usus 40 x/mnt, kien
tidak kembung, klien tidak
muntah, makanan dari RS
Page 39
10.03
10.10
09.07
10.30
09.00
12.02
12.05
klien tidak mau makanan dari RS, makanan
masih utuh,klien hanya mau susu sedikit-
sedikit, klien masih BAB cair tidak ada ampas
o Menganjurkan klien untuk tidur bila tak ada
kegiatan yang perlu dikerjakan yaitu untuk
memenuhi kebutuhan klien dalam
beristirahat
o Melakukan kolaborasi pemberian anti biotic
ampicillin 3 x 300 mg, vitamin A oral, dan
pemeriksaan laborat HB, HCT, PLT.
o Memberikan injeksi vit A 200.000 IV/ IM
masih utuh, PASI susu IT 60
cc mau sedikit-dikit,
Pemeriksaaan laborat : Hgb
13,5 (N 4,3-10,3) eq/l, Hct
42,1 (N 40-47), PLT 751 . 10
(N 150-350x 10) eq/l
A: tujuan belum berhasil
P: lanjutkan intervensi 3,5,6
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa E V A L U A S I
1 Tanggal 29. 05. 2002
Page 40
S : Ibu klien mengatakan anaknya masih mencret 5 kali, bentuk cair berlendir,
warna keruh, jumlah sedikit.
O : k/u lemah, BB 9,5 kg, suhu 370 c, nadi 118 x/mnt, RR 27 x/mnt.
Turgor baik elastik, mukosa bibir kering, mata cowong, klien mau minum
sedikit-sedikit, pedialyt diberikan , klien mau minum 1,5 gelas, infus HSD
diberikan 100 cc/12 jam
A : Tujuan belum berhasil
P : Intervensi dilanjutkan no 1,2,3
Tanggal 30.05. 2002
S: ibu mengatakan anaknya masih mencret 3x sampai siang ini, ada ampas
ketan hitam, bentuk cair, jumlah banyak.
O: k/u lemah, turgor kulit elastis, mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
klien mau minum banyak, pedialyt diberikan setiap kali mencret, BB 10
kg, suhu 37 c, nadi 116 x/mnt, RR 28 x/mnt, infus aff.
A : tujuan berhasil sebagian
P : intervensi no 1,2,3
Tanggal 31 05 2002
S : Ibu mengatakan anaknya tidak mencret lagi,
O : K/u baik, klien tidak lemah, klien tanpak segar mau bermain di TT,
mukosa bibir basah, mata tidak cowong, klien mau minum banyak, klien
makan banyak satu porsi habis, pedialyt di stop, BB 10 kg, suhu 37 c, N
110 x/mnt, RR 24 x/mnt.
A : Tujuan berhasil
Page 41
P : Intervensi dihentikan
Tanggal 29.05.2002
S : ibu klien mengatakan anaknya sudah mau makan, sdikit-sedikit 3 x sehari
O : K/U lemah, Bising usus 38 x/mnt, pasi 60 cc diberikan, porsi dari RS
dimakan ¼ porsi, klien makan 4 sdm roti kabin yang sudah dihaluskan,
A : Tujuan belum berhasil
P : Intervensi dilanjutkan
Tanggal 30.05.2002
S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah mau makan
O: bising usus 35 x/mnt, tak ada kembung, tidak muntah, makanan dihabis ½
porsi habis dengan roti kabin 5 sdm .
A: tujuan sebagian berhasil
P: Intervensi dilanjutkan 3,5,6
Tanggal 31.05.2002
S: Ibu klien mengatakan anak sudah makan banyak
O: bising usus 23 x/mnt, BB 10 kg, LILA 22 cm, makanan dihabiskan 1 porsi,
A: tujuan berhasil
P: intervensi dihentikan
BAB 4
PEMBAHASAN
Page 42
1. Pada pengkajian pada tinjauan teori bahwa pengkajian penyakit diare sering dialami oleh anak
usia 2 tahun pertama kehidupan, hal ini sesuai dengan hasil yang didapat kan yaitu umur klien
sekarang 2 tahun, pada sistem pernafasan pada teori dijelaskan bahwa pernafasan dapat
normal atau terjadi peningkatan > 40 x/mnt bila terjadi asidosis hal ini ditemukan juga pada
anak diare, yaitu pernafasan 23 x/mnt. Pada sistem kardiovaskuler pada teori dijelaskan bahwa
terjadi peningkatan pada nadi > 124 x/mnt, nadi kecil bila dehidrasi sedang. Sedangkan pada
kasus nadi yang ditemukan adalah 120 x/mnt kuat dan teratur. Sistem pencernaan antara
tinjauan teori dan kasus hampi tak ada perbedaan.
Pada sistem integumen pada teori dijhelaskan bahwa pada anak dengan dehidrasi sedang dapat
terjadi turgor menurun, kulit pucat, suhu meningkat >37 c , akral hangat, kemerahaa pada
perianal, hal ini tidak didapatkan pada klien oleh karena sudah ditangani dengan cepat dengan
memberikan rehidrasi cepat sesuai dengan kebutuhan klien, suhu tubuh normal kemungkinan
diare disebabkan oleh karena bukan faktor infeksi, perianal tidak ada hal ini dikarenakan
keluyarga mampu melakukan perawatan perianal seperti yang diajarkan perawat.
2. Pada tinjauan teori diagnosa yang muncul tidak semua didapatkan pada kasus hanya ditemukan
2 masalah yaitu gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan resiko gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkab karena keluarga belum
mampu melakukan rehidrasi secara benar dan penanganan anak diare. Resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan diangkat karena anak pada awalnya kurang terbiasa dengan menu yang
disajikan oleh rumah sakit dan anak masih marasa mual dan kadang muntah , hal ini terbukti
dari makanan yang tak pernah di makan, tetapi makanan dari rumah yaitu roti kabin klien mau
memakannya.
3. Pada intervensi anatra tinjauan terori dan kasus tidak banyak ditemukan perbedaan , pada
umumnya intervensi mampu dilaksanakan.
4. pada implementasi mampu dilakukan oleh perawat hal ini karena sudah dintervensikan secara
tepat dan sesuai dengan diagnosa yang diangkat, klien kooperatif dan mampu melakukan
intervensi dan inplementasi yang di jadwalkan.
5. Evaluasi didapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan criteria hasil yang di tentukan .
BAB 5
Page 43
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. pengkajian pada klien diare sering ditemukan pada anak usis 2 tahun, sistem yang
terganggu pada anak sesuai dengan teori yang ada walapun ada beberapa sistem tubuh
yang tidak sesuai dengan toeri yang ada , faktor yang menyebabkan diere pada kasus ini
adalah bukan dari faktor infeksi
2. Diagnosa yang muncul pada kasus ditemukan 2 masalah, yaitu ganguan keseimbangan
cairan dan elektrolit dan resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Intervensi pada kasus disesuaikan dengan intervensi pada teori dan mengacu pada
diagnosa yang ditemukan
4. implementasi keperawatan dapat dilakukan dangan baik karena sudah di intervensikan
sebelumnya, sehinga dapat dilakukan dan dengan menggunakan pendekatan yang
terapeutik,
5. pada evaluasi didapatkan hasil yang memuaskan, kerana sesuai dengan criteria hasil yang
sudah ditentukan
Saran
1. Dalam merawat anak dengan diare hendaknya diperhatikan masalah yang muncul dan
harus memperhatikan prioritas penanganan yang sesuai/ tepat
2. Hendaknya perawat selalu melakukan pengkajian fisik yang lengkap, sehingga dapat
dilakukan penanganan yang tepat dan sesuai dengan keadaan klein pada saat itu.