BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI MEDIS 1. DEFINISI Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara dapat pula yang bersifat permanen yang merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. ( Sarwono, P. 2005 ) Kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel mani pada waktu bersenggama sehingga tidak akan terjadi pembuahan dan kehamilan. (Farrer, 2001) Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi berupa alat atau obat-obatan. (Mochtar, 1998) Keluarga Berencana adalah suatu evaluasi alami gaya hidup kontemporer yang berorientasi pada upaya untuk menciptkan kesejahteraan. (Bobak, 2004) Keluarga berencana (KB) adalah keluarga yang direncanakan dan tujuanya untuk membantu individu atau pasangan membantu objek-objek tertentu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TEORI MEDIS
1. DEFINISI
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang bersifat sementara
dapat pula yang bersifat permanen yang merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
( Sarwono, P. 2005 )
Kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel
telur yang matang dengan sel mani pada waktu
bersenggama sehingga tidak akan terjadi pembuahan
dan kehamilan.
(Farrer, 2001)
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah
terjadinya konsepsi berupa alat atau obat-obatan.
(Mochtar, 1998)
Keluarga Berencana adalah suatu evaluasi alami
gaya hidup kontemporer yang berorientasi pada
upaya untuk menciptkan kesejahteraan.
(Bobak, 2004)
Keluarga berencana (KB) adalah keluarga yang
direncanakan dan tujuanya untuk membantu individu
atau pasangan membantu objek-objek tertentu
kemudian menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan.
(WHO)
Keluarga Berencana mandiri adalah masyarakat
yang memilih metode KB dengan biaya sendiri
melalui KB lingkaran biru dan KB lingkaran emas.
(Pedoman KB, 2000)
2. SASARAN KB
a. Sasaran Langsung
Yaitu pasangan usia subur (PUS) agar mereka
menjadi peserta keluarga berencana lestari
sehingga memberikan efek langsung pada
penurunan fertilitas.
b. Sasaran Tidak Langsung
Yaitu organisasi-organisasi kemasyarakatan,
instansi pemerintahan maupun swasta, tokoh-
tokoh masyarakat (Wanita dan Pemuda) yang
diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap
proses pembentukan sistem keluarga kecil
bahagia sejahtera.
(Mochtar, 1998)
3. CARA KERJA KONTRASEPSI
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah
meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum)
dengan sel mani (sperma) dengan cara :
a. Menekan keluarnya sel telur (ovulasi)
b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran
kelamin wanita sampai mencapai ovum
c. Menghalangi nidasi
(Sudarmo dkk, 2001)
4. TUJUAN KONTRASEPSI
Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu :
a. Tujuan Umum : pemberian dukungan dan pemantauan
penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.
b. Tujuan pokok : penurunan angka kelahiran yang
bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut,
ditempuh kebijaksanaan menggolongkan pelayanan
KB ke dalam 3 fase, yaitu:
1) Fase menunda kehamilan/kesuburan
Pasangan usia subur dengan usia kurang dari
20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya karena usia dibawah 20 tahun
adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai
anak terlebih dahulu karena berbagai alasan.
Metode yang dapat digunakan : Pil, IUD,
Implat, Suntik, Sederhana.
2) Fase menjarangkan kehamilan
Pada fase usia istri antara 20-35 tahun,
merupakan periode usia yang paling baik
untuk hamil dan melahirkan dengan jumlah
anak 2 orang dan jarak antar kehamilan 2-4
tahun yang dikenal sebagai catur warga.
Metode yang dapat digunakan: Suntik,
Minipil, Pil, Implant, IUD
3) Fase menghentikan/mengakhiri
kehamilan/kesuburan
Usia istri diatas 30 tahun, terutama di atas
35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan
setelah memiliki 2 anak. Alasan mengakhiri
kesuburan adalah karena alasan medis.
Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. Pil
oral kurang dianjurkan karena usia ibu
relatif tua dan mempunyai risiko kemungkinan
timbulnya efek samping dan komplikasi.
Metode yang dapat digunakan: Steril, IUD,
Implant, Suntikan, Pil
(Pinem, 2009)
5. LANGKAH-LANGKAH KONSELING KB
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi
calon klien KB yang baru, hendaknya dapat
diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan
kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU
tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan
karena petugas harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih
banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah yang lainnya. Kata
kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut :
a. SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka
dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada
mereka dan berbicara di tempat yang nyaman
serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk
membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b. T : Tanyakan pada klien informasi tentang
dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai
pengalaman keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta
keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh
klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan klien sesuai dengan kata-kata,
gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri
kita di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa
kita memahami. Dengan memahami pengetahuan,
kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat
membantunya.
c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya
dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling
mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis
kontrasepsi yang paling dia ingini, serta
jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang
ada. Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain
yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga
mengenai risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan
metode ganda.
d. TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya.
Bantulah klien berpikir mengenai apa yang
paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya
dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara
terbuka. Petugas membantu klien
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien
terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan
juga apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihan tersebut. Jika
memungkinkan diskusikan mengenai pilihan
tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya
yakinkan bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat. Petugas dapat
menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan
pilihan jenis kontrasepsi ? Atau apa jenis
kontrasepsi terpilih yang akan digunakan ?
e. J : Jelaskan secara lengkap bagaiman
menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah
klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya. Jelaskan bagaiman alat/obat
kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana
cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien
untuk bertanya dan petugas menjawab secara
jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang
manfat ganda metode kontrasepsii, misalnya
kondom yang dapat mencegah infeksi menular
seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang
penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji
klien apabila dapat menjawab dengan benar.
f. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.
Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien
akan kembali dan melakukan pemeriksaan lanjutan
atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.
Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.
(buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,
2006)
6. METODE KONTRASEPSI
a. Metode Perintang (Barrier)
1)Kondom
a) Macam-macam kondom :
(1) Kulit : terbuat dari membran usus
biri-biri, tidak meregang atau
mengkerut, menjalankan panas
tubuh sehingga dianggap tidak
mengurangi sensitifitas selama
senggama, lebih mahal dari
jumlahnya < 1 % dari semua jenis
kondom.
(2) Lateks : paling banyak
dipakai, murah dan elastis.
(3) Plastik : tipis, juga
menghantarkan panas tubuh, lebih
mahal dari kondom lateks.
(Hartanto, 2003)
b) Efektifitas :
Kegagalan kondom hanya bisa terjadi bila
kondom bocor atau robek, pemakaian kurang
teliti mematuhi petunjuk cara pemakaiannya.
Angka kegagalan adalah berkisar antara 15-
36 %.
(Mochtar, 1998)
c) Keuntungan :
Melindungi dari penyakit AIDS dan penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual
lainnya. Keuntungan lain dari kondom dapat
dibeli secara bebas di apotek-apotek dan
mudah digunakan, kondom juga memperkecil
penularan penyakit kelamin.
(Indriarti, 2006)
d) Efek samping :
Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama
beberapa waktu, menyebabkan wanita mengeluh
keputihan yang banyak dan amat berbau,
terjadi infeksi ringan. Pada sejumlah kecil
akseptor mengeluh alergi terhadap karet.
(Mochtar, 1998)
2)Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,
terbuat dari lateks (karet) yang di
insersikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks.
Dengan cara seperti ini, sperma tidak bisa
meneruskan perjalanan menuju rahim meskipun
sperma sudah masuk vagina.
(Uliyah, 2010; Saifuddin, 2003)
a) Jenis-jenis diafragma :
(1) Flat spring (flat metal band).
Flat spring (Diafragma pegas datar)
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan
disarankan untuk pemakaian pertama
kali. Memiliki pegas jam yang kuat
dan mudah dipasang.
(2) Coil spring (coiled wire).
Coil spring (Diafragma pegas kumparan)
Jenis ini cocok untuk wanita yang
vaginanya kencang dan peka terhadap
tekanan. Jenis ini memiliki pegas
kumparan spiral dan jauh
lebih lunak dari pegas datar.
(3) Arching spring (kombinasi metal
spring).
Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada
dinding vagina yang tampak kendur
atau panjang dan posisi serviks
menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini
merupakan kombinasi dari flat
spring dan coil spring, dan menimbulkan
tekanan kuat pada dinding vagina.
b) Cara Kerja :
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa
diagfragma ini mempunyai cara kerja
sebagai berikut :
(1) Mencegah masuknya sperma melalui
kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur (tuba fallopi)
(2) Sebagai alat untuk
menempatkan spermisida.
c) Manfaat:
(1) Manfaat kontrasepsi
- Efektif bila digunakan dengan benar.
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Tidak mengganggu hubungan
seksual karena telah dipersiapkan
sebelumnya.
- Tidak mengganggu kesehatan klien.
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
(2) Manfaat non kontrasepsi
- Memberikan perlindungan
terhadap penyakit menular seksual.
- Dapat menampung darah menstruasi,
bila digunakan saat haid.
d) Keterbatasan :
Meskipun alat kontrasepsi diagfragma ini
mempunyai manfaat secara kontrasepsi
maupun nonkontrasepsi, tetapi alat ini
juga mempunyai keterbatasan. Adapun
keterbatasan diagfragma, antara lain :
(1) Efektifitas tidak terlalu tinggi
(angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama, bila
digunakan dengan spermisida).
(2) Keberhasilan kontrasepsi ini
tergantung pada cara penggunaan yang
benar.
(3) Memerlukan motivasi dari pengguna
agar selalu berkesinambungan
dalam penggunaan alat kontrasepsi ini.
(4) Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk
memastikan ketepatan pemasangan.
(5) Dapat menyebabkan infeksi saluran
uretra.
(6) Harus masih terpasang selama 6 jam
pasca senggama.
3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (surfaktan
nonionik) yang digunakan untuk menonaktifkan
atau membunuh sperma. Formulasi spermisida
terdiri dari supositoria, krim, jeli, busa
dan film.
(Uliyah, 2010; Saifuddin, 2003)
a) Jenis-jenis spermisida :
(1) Aerosol (busa).
(2) Tablet vagina, suppositoria atau dis
solvable film.
(3) Krim.
b) Cara Kerja :
(1) Menyebabkan sel selaput
sel sperma pecah.
(2) Memperlambat motilitas sperma.
(3) Menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.
c) Pilihan :
- Aerosol (busa) akan efektif setelah
dimasukkan (insersi).
- Aerosol dianjurkan
bila spermisida digunakan sebagai
pilihan pertama atau
metodekontrasepsi lain tidak sesuai
dengan kondisi klien.
- Tablet vagina, suppositoria dan film
sangat mudah di bawa dan disimpan.
Penggunaannya di anjurkan menunggu 10-
15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual.
- Jenis spermisida jeli biasanya
digunakan bersamaan dengan diafragma.
d) Manfaat :
(1) Manfaat kontrasepsi
- Efektif seketika (busa dan krim).
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Sebagai pendukung metode lain.
- Tidak mengganggu kesehatan klien.
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
- Mudah digunakan.
- Meningkatkan lubrikasi
selama hubungan seksual.
- Tidak memerlukan resep
ataupun pemeriksaan medik.
(2) Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan
terhadap penyakit menular
seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
e) Keterbatasan :
(1) Efektifitas kurang
(bila wanita selalu menggunakan sesuai
dengan petunjuk, angka kegagalan 15
dari 100 perempuan akan hamil setiap
tahun dan bila wanita tidak selalu
menggunakan sesuai dengan petunjuk maka
angka kegagalan 29 dari 100 perempuan
akan hamil setiap tahun).
(2) Spermisida akan jauh lebih efektif,
bila menggunakan kontrasepsi lain
(misal kondom).
(3) Keefektifan tergantung pada
kepatuhan cara penggunaannya.
(4) Tergantung motivasi dari pengguna
dan selalu dipakai setiap
melakukan hubungan seksual.
(5) Pengguna harus menunggu 10-15 menit
setelah spermisida dimasukkan sebelum
melakukan hubungan seksual.
(6) Hanya efektif selama 1-2 jam dalam
satu kali pemakaian.
(7) Harus selalu tersedia
sebelum senggama dilakukan.
b. Metode Hormonal
1. Kontrasepsi Oral (Pil)
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi berupa
pil dan diminum oleh wanita yang berisi
estrogen dan progesteron berkhasiat mencegah
kehamilan bila diminum secara teratur.
(Hartanto, 2010; Handayani, 2010)
Kontrasepsi pil ini terdiri atas dua jenis
yaitu pil kombinasi yang berisi hormon
sintesis estrogen dan progesteron, atau hanya
berisi hormon sintesis progesteron saja yang
sering disebut dengan minipil atau pil
progestin.
(Handayani, 2010)
Pada pil kombinasi daya guna teoritis
hampir 100%, tingkat kehamilan 0,1/100 wanita
pertahun. Daya guna pemakaian ialah 95-98%
efektif, tingkat kehamilan 0,7/100 wanita
pertahun. Pil kombinasi ini bekerja dengan
cara menekan ovulasi, mencegah implantasi,
mengentalkan lendir serviks dan pergerakan
tuba terganggu sehingga transportasi ovum
akan terganggu.
(Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010)
a) Macam-macam pil kombinasi :
(1) Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen
dan progestin dalam dosis yang sama dan
7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan
porsi hormonnya konstan setiap hari.
(2) Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen
dan progesteron dalam dosis yang
berbeda dan 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi setiap
hari.
(3) Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen
dan progesteron dalam tiga dosis yang
berbeda dan 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi setiap
hari.
(Proverawati, 2010; Handayani, 2010)
b) Manfaat :
(1) Memiliki efektivitas yang tinggi
(hampir menyerupai efektivitas
tubektomi), 1 kehamilan / 1000 wanita
dalam tahun pertama penggunaan.
(2) Resiko terhadap kesehatan sangat
kecil
(3) Tidak mengganggu hubungan sex
(4) Siklus haid menjadi teratur,
banyaknya darah haid berkurang
(5) Dapat digunakan jangka panjang
selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah
kehamilan
(6) Dapat digunakan sejak usia remaja
hingga monopause
(7) Mudah digunakan setiap saat
(8) Kesuburan segera kembali setelah
penggunaan pil dihentikan
(9) Dapat digunakan kontrasepsi darurat
(buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,2006)
c) Keterbatasan :
(1) Mahal dan membosankan karena harus
menggunakan setiap hari
(2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
(3) Spotting
(4) Pusing
(5) Nyeri payudara
(6) BB naik
(7) Amenorhea (jarang)
(8) Depresi
(9) Tidak mencegah IMS
(buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi,2006)
d) Indikasi :
Pada prinsipnya hampir semua boleh
menggunakan:
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak atau belum
(3) Gemuk atau kurus
(4) Menginginkan metode kontrasepsi
dengan efektivitas tinggi
(5) Setelah melahirkan dan tidak
menyusui
(6) Pasca keguguran
(buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi,2006)
e) Kontraindikasi :
(1) Hamil atau dicurigai hamil
(2) Menyusui eksklusif
(3) Perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya
(4) Hepatitis
(5) Perokok dengan usia > 35 tahun
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke,
hipertensi, DM
(7) Kanker payudara
(8) Epilepsi/riwayat epilepsi
(9) Tidak bisa menggunakan pil secara
teratur setiap hari
(buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi,2006)
f) Waktu Mulai Menggunakan :
(1) Setiap saat selagi haid untuk
meyakinkan kalau perempuan tersebut
tidak hamil
(2) Hari pertama sampai hari ke-7
siklus haid
(a) Setelah melahirkan
(b) Setelah 6 bulan pemberian ASI
eksklusif
(c) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
(3) Pasca keguguran (seberapa atau
dalam waktu 7 hari)
(4) Bila berhenti menggunakan
kontrasepsi infeksi dan ingin
menggantikan dengan pil, pil dapat
segera diberikan tanpa perlu menunggu
haid.
(buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi,2006)
Pil progestin atau biasa disebut
minipil yang berisi hormon sintesis
progesteron saja. Progestin yang terdapat
di dalam minipil terdiri dari dua
golongan, yaitu analog progesteron berupa
chlormadinone asetat dan megestrol asetat
yang saat ini tidak dipakai lagi, lalu
kedua derivat testosteron yang diketemukan
1970-an dan dipakai sampai saat ini,
meliputi norethindrone, norgestrel,
ethynodiol dan lynestrenol.
(Hartanto, 2010)
Cara kerja pil progestin dengan
menghambat ovulasi, mencegah implantasi,
memperlambat transportasi gamet atau ovum,
luteolysis dan mengentalkan lendir serviks
yang kental. Pil jenis ini sangat efektif
dapat mencapai 98,5%. Pengguna jangan
sampai lupa satu atau dua pil, jangan
sampai muntah, diare, karena kemungkinan
terjadinya kehamilan sangat besar.
(Handayani, 2010; Hartanto, 2010)
Keuntungan minipil, yakni dapat
diberikan untuk wanita yang menderita
keadaan tromboembolik, laktasi dan mungkin
cocok untuk wanita dengan keluhan efek
samping yang disebabkan oleh estrogen.
Minipil juga memiliki kerugian, terdiri
dari kurang efektif dalam mencegah
kehamilan dibandingkan pil oral kombinasi,
menambah insiden perdarahan bercak
(spotting), variasi dalam panjang siklus
haid dan yang tidak kalah penting bila
lupa minum satu atau dua tablet minipil
atau kegagalan dalam absorbsi minipil oleh
sebab muntah atau diare, sudah cukup untuk
meniadakan proteksi kontraseptifnya.
Umumnya kontraindikasi absolut minipil
adalah sama dengan kontraindikasi absolut
pil oral kombinasi.
(Hartanto, 2010; Handayani, 2010)
2. Kontrasepsi Suntik (Injeksi)
a) Jenis kontrasepsi suntikan :
(1) Golongan progestin seperti depo-
provera, depo gestion, depo progestin
diberikan setiap tiga bulan sejak
suntikan pertama dan Noristerat
diberikan setiap dua bulan untuk
suntikan pertama sampai dengan suntikan
keempat, suntikan kelima dan
selanjutnya diberikan tiga bulan
sekali.
(2) Golongan progestin dengan campuran
estrogen propionat yaitu cyclofem
diberikan setiap bulan sekali.
(BKKBN, 1997)
b) Cara kerja :
Pemberian hormon progestin akan
menyebabkan pengentalan mukus serviks,
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma, hormon tersebut juga mencegah
pemotongan dan pelepasan sel telur. Selain
itu, pada penggunaan depo provera,
endometrium menjadi tipis dan atropi
dengan berkurangnya aktifitas kelenjar.
Sedangkan pada jenis suntikan kedua hormon
progestin dengan sedikit hormon estrogen
pada suntikan cyclofem akan merangsang
timbulnya haud setiap bulan.
(Depkes RI, 1998)
c) Efektifitas :
(1) Kombinasi : sangat efektif 0,1-0,4
kehamilan per 100 perempuan selama
tahun pertama penggunaan.
(2) Progestin : sangat efektif 0,3
kehamilan per100 perempuan pertahun
(Setyaarum,2009)
d) Keuntungan :
(1) Pemberiannya sederhana setiap 8
sampai 12 minggu
(2) Tingkat efektifitasnya tinggi
(3) Hubungan seks dengan suntikan KB
bebas
(4) Pengawasan medis yang ringan
(5) Dapat dipakai – diberikan pasca
persalinan, pasca keguguran atau pasca
menstruasi
(6) Tidak mengganggu pengeluaran
laktasi dan tumbuh kembang bayi
(7) Suntikan KB Cyclofem diberikan
setiap bulan dan peserta KB akan
mendapat menstruasi
(Manuaba, 1998)
e) Kerugian :
(1) Terjadinya perubahan pada pola haid
yang tidak teratur, perdarahan, bercak,
spoting.
(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara
ringan
(3) Ketergantungan klien terhadap
pelayanan kesehatan.
(4) Efektifitas berkurang apabila
digunakan bersama dengan obat-obatan
epilepsi
(5) Terhambatnya pemulihan kesuburan
setelah penghentian pemakaian
(Depkes RI, 1998)
f) Kontra indikasi :
Suntikan KB tidak boleh dipakai oleh :
Ibu yang menderita kanker payudara dan
kanker alat kelamin, ibu yang menderita
perdarahan pervaginam, ibu yang diduga
hamil, ikterus, penyakit hati akut, tumor
jinak, Diabetes militus, Epilepsi atau
Tuberkulosis, Hipertensi, Depresi.
(Depkes RI, 1998)
g) Efek samping :
Gangguan haid berupa amenore, spotting
(bercak darah) dan menoragia. Seperti
halnya dengan kontrasepsi hormonal
lainnya, maka dijumpai pula keluhan mual,
sakit kepala, pusing, menggigil, mastalgia
dan berat badan bertambah. Efek samping
yang berat jarang dijumpai. Kadangkala ibu
mengeluh libido berkurang.
(Mochtar, 1998)
h) Cara penggunaan :
(1) Suntikan KB yang pertama kali
sebaiknya diberikan pada hari kelima
haid untuk memastikan bahwa ibu tidak
sedang hamil, dengan cara disuntik
intramuskular (daerah pantat).
(2) Pemberian suntikan KB berikutnya
tergantung pada macam obat yang
digunakan, yaitu bisa setiap satu
bulan, dua bulan sekali atau tiga bulan
sekali. Macam suntikan yang digunakan
depo provera atau depo geston atau depo
progestin setiap vial mengandung 150
mg, depo medroksi progesteron asetat
(DPMA) san depo noristerat mengandung
200 mg norentindron enantat.
(BKKBN, 1997)
3. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang
disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah
dalam. Berbentuk kapsul silastik (lentur),
panjangnya sedikit lebih pendek daripada
batang korek api. Didalamnya terdapat hormon
Levonogestrel yang dapat mencegah terjadinya
kahamilan. Sebelum pemasangan Implan
sebaiknya kesehatan Ibu diperiksa terlebih
dahulu, maksudnya supaya tahu apakah Ibu bisa
memakai Implan atau tidak.
(BKKBN, 2008)
a) Efektifitas :
Efektifitasnya 0,2-1 kehamilan per 100
perempuan.
(Saifuddin A., 2003)
b) Macam-macam implant :
(1) Non Biodegrable Implan.
- Implan 6 kapsul, berisi hormone
Levomorgestrel daya kerja 5 tahun.
- Nortplan 2 kapsul, berisi hormone
Levomorgestrel daya kerja 3 tahun.
- Norplan 1 kapsul, berisi hormone 3
Ketodesogestrel, daya kerja 2,5-4
tahun.
Saat ini diuji coba di Indonesia,
Implan 1 kapsul dengan panjang 4 cm,
diameter luar 2 mm, terdiri dari suatu
intraeva (ethylinevinil acetate) berisi
60 mg 3 Ketodesogestrel yang
dikelilingi suatu Membrane eva berdaya
kerja 2-3 tahun.
(2) Biodegradable
Yang sedang diuji saat ini yaitu
Copronor PP, suatu kapsul polimer
berisi hormone Lemomorgestrel dengan
daya kerja 18 bulan.
c) Yang paling sering dipakai :
(1) Norplant
- Dipakai sejak tahun 1987.
- Terdiri dari 6 batang silastik yang
padat panjang tiap batang 40 mm,
diameter 2,4 mm.
- Sangat efektif untuk mencegah
kehamilan 5 tahun.
- Saat ini Norplan yang paling banyak
dipakai.
(2) Implanon
- Dipakai sejak tahun 1987.
- Terdiri dari 2 batang silastik yang
padat panjang tiap batang 40
mm, diameter 2,4 mm.
- Masing-masing batang diisi dengan 68
mg 3 ketodesogastrel di 2 matrik
batang.
- Sangat efektif untuk mencegah
kehaamilan 3 tahun.
(3) Jadena dan Indoplan
Terdiri dari 2 batang yang diisi
dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
d) Cara Kerja :
(1) Lendir servik menjadi kental
(2) Mengganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
(3) Mengurangi transportasi sperma.
(4) Menekan ovulasi.
e) Keuntungan KB Implant :
(1) Keuntungan kontasepsi
- Daya guna tinggi
- Perlindungan jangka panjang ( sampai
5 tahun)
- Pengembalian tingkat kesuburan yang
cepat stelah pencabutan
- Tidak memerlukan peperiksaan dalam
- Bebas dari pengaruh estrogen
- Tidak mengganggu kegiatan senggama
- Tidak mengganggu ASI.
- Klien hanya perlu kembali ke klinik
bila ada keluhan.
- Dapat dicabut setiap saat sesuai
kebutuhan.
(2) Keuntungan Nonkontrasepsi
- Mengurangi jumlah darah haid.
- Mengurangi nyeri haid.
- Mengurangi/ memperbaiki anemia.
- Melindungi terjadinya kanker
indometrium.
- Menurunkan angka kelainan jinak
kanker paudara.
- Melindungi diri dari beberapa
penyebab penyakit radang panggul.
- Menurunkan angka kejadian
Endometrios.
f) Kerugian :
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan
perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spotting) hipermenorea, atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan seperti:
(1) Nyeri kepala.
(2) Peningkatan/ penurunan berat badan,
(3) Nyeri payudara.
(4) Perasaan mual.
(5) Perubahan perasaan (mood) atau
kegelisahan (nervousness).
(6) Membutuhkan tindak pembedahan minor
untuk insersi dan pencabutan.
(7) Tidak memberikan efek protektif
teradap infeksi menular seksual
termasuk AIDS.
(8) Klien tidak dapat menghentikan
sendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai dengann keinginan, akan tetapi
harus pergi keklinik untuk pencabutan.
(9) Aefektifitasnya menurun bila
menggunakan obat-obat tuberculosis
(rifampisin) atau obat epilepsi
(fenitoin dan barbiturat).
(10) Terjadinya kehamilan ektopik
sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun).
g) Yang boleh menggunakan Implant :
(1) Usia reproduksi.
(2) Telah memiliki anak ataupun yang
belum.
(3) Menghendaki kontrasepsi yang
memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki mencegah kehamilan jangka
panjang.
(4) Menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi.
(5) Pasca persalinan dan tidak
menyusui.
(6) Pasaca keguguran.
(7) Tidak menginginkan anak lagi,
tetapi menolak sterilisasi.
(8) Riwayat kehamilan ekktoik.
(9) Tekanan darah < 180/ 110 mmHg,
dengan masalah pembekuan darah,atau
anemia bulan sabit (sickle cell).
(10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi
hormonal yang mengandung estrogen.
(11) Sering lupa menggunakan pil.
h) Yang tidak boleh menggunakan KB implant :
(1) Hamil atau diduga hamil.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum
jelas pentebabnya.
(3) Benjolan/ kanker payudara atau
riwayat kanker payudara.
(4) Tidak dapat menerima perubahan pola
haid yang terjadi.
(5) Miom uterus dan kanker payudara.
(6) Gangguan toleransi glukosa.
i) Waktu penggunaan KB implant :
(1) Setiap saat selama siklus haid ke 2
– ke 7.
(2) hendaknya menggunakan barrier 7
hari bila coitus. Bila saat setelah
hari ke 7 siklus haid.
(3) Hendaknya menggunakan barrier 7
hari bila coitus. Bila tidak haid, asal
tidak hamil.
(4) Hendaknya menggunakan barrier 7
hari bila coitus. Bila setelah 6 minggu
melahirkan dan telah terjadi haid
kembar.
(5) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah
kontrasepsi non hormonal (kecuali AKDR)
dan klien ingin menggantinya dengan
nonplant, insersi norplant dapat
dilakukan setiap saat, asal saja di
yakini tidak hamil. Tidak perlu
menunggu sampai datangnya haid
berikutnya.
(6) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah
AKDR dan klien ingin menggantinya
dengan implant, norplant dapat
diinsersikan pada saat haid ke – 7 dan
klien jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
AKDR segera dicabut.
j) Penanganan efek samping yang terjadi :
(1) Amenorhoea
- Pastikan hamil atau tidak, dan bila
tidak hamil, tidak memerlukan,
penanganan khusus , cukup konseling
saja.
- Bila klien tetap saja tidak dapat
menerima, angkat implant dan anjurkan
menggunakan kontrasepsi lain.
- Bila terjadi kehamilan dan klien
ingin melanjutkan kehamilan , cabut
implant dan jelaskan, bahwa progestin
tidak berbahaya bagi janin. Bila
diduga terjadi kehamilan , klien
dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan
obat hormon untuk memancing timbulnya
perdarahan
(2) Perdarahan bercak (spotting) ringan
Jelaskan bahwa perdarahan ringan
sering ditemukan terutama pada tahun
pertama. Bila tidak ada masalah dan
klien tidak hamil , tidak diperlukan
tindakan apapun. Bila klien tetap saja
mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implant dapat
diberikan pil kombinasi satu siklus,
atau ibuprofen 3x 800 mg selama 5 hari.
Terangkan kepada klien bahwa akan
terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Bila terjadi
perdarahan lebih banyak dari biasa,
berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-
7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan
satu siklus pil kombinasi. Atau dapat
juga diberikan 50 µg etinilestradiol
atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi
untuk14- 21 hari.
(3) Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa
apakah kapsul yang lain msih ditempat ,
dan apakah terdapat tanda- tanda
infeksi daerah insersi. Bila tidak ada
infeksi dan kapsul baru 1 buah pada
tempat insersi yang berbeda . Bila
adainfeksi cabut seluruh seluruh kapsul
yangadadan pasang kapsul baru
padalengan yang lain, atau anjurkan
klien menggunakan metode kontrasepsi
lain.
(4) Infeksi pada daerah insisi
Bila terdapat infeksi tanpa nanah,
bersihkan dengan sabun dan air, atau
antiseptic . Berikan antibiotic yang
sesuai untuk 7 hari. Implant jangan
dilepasdan klien diminta kembali satu
minggu . Apabila tidak membaik, cabut
implant dan pasang yang baru pada sisi
lengan yang lainatau cari metode
kontrasepsi yang lain. Apabila
ditemukan abses, bersihkan dengan
antiseptik, insisi dan alirkan pus
keluar, cabut implant, lakukan
perawatan luka, dan berikan antibiotic
oral 7 hari.
(5) Berat badan naik/ turun
Informasikan kepada klien bahwa
perubahan berat badan 1-2 kg adalah
normal. Kaji ulang dietklien apabila
terjadi perubahan berat badan 2 kg atau
lebih. Apabila perubahan Berat Badan
ini dapat diterima, Bantu klien mencari
metode lain.
(Saifudin, 2006: MK-54)
k) Pemasangan implant :
(1) Tanyakan kepada ibu apakan sudah
mengetahui prosedur tentang pemasangan
implant
(2) Tanyakan kepada ibu apakah mempunyai
alergi terhadap obat anastesi
(3) Minta ibu untuk mencuci lengannya yang
akan di pasang kapsul implant dengan
menggunakan sabun dan bilas dengan air
bersih kemudian keringkan dengan
handuk bersih
(4) Bantu klien untuk naik ke meja periksa
(5) Letakkan kain bersih dan kering di
bawah lengan ibu
(6) Tentukan tempat pemasangan yaitu 8 cm
dari epicondilus medialis
(7) Beri tanda pada pola pemasangan dengan
pola kaki segitiga terbalik untuk
pemasangan 2 kapsul implant
(8) Pastikan bahwa peralatan yang steril
sudah tersedia
- Satu set implant +
- Pinset sirurgi
- Klem lengkung
- 4 cucing (betadine, tempat implant,
depress, air DTT)
- Spuit 3 cc
- Ben aid/plester
(9) Cuci tangan dengan air sabun,
keringkan dengan air bersih
(10) Pakai sarung tangan steril, bila
sarung tangan di beri bedak maka hapus
bedak menggunakan air DTT
(11) Hitung jumlah kapsul untuk
memastikan lengkap 2 buah
(12) Usap tempat pemasangan dengan
larutan antiseptic, gerakan kea rah
luar secara melingkar 2-3 kali
(13) Pasang kain penutup/ doek steril
(14) Suntikkan anastesi local 0,3-0,5
pada kulit (intradermal) pada tempat
insisi yang telah di tentukan, lalu
suntikan ke masing-masing pola
sebanyak 1 cc (subdermal) sepanjang 4
cm.
(15) Uji efek anastesi
(16) Buat insisi dangkal selebar 2 mm
(17) Masukkan ujung trocar (tanda panah
menghadap ke atas) hingga mencapai
lapisan subdermal
(18) Ungkit kulit dan dorong trokar dan
pendorongnya sampai batas tanda 1
(19) Masukkan ujung pendorong (tanda
panah menghadap ke atas) hingga terasa
tahanan
(20) Putar searah jarum jam 180° lalu
lakukan withdrawal
(21) Kemudian tarik trokar sampai batas
tanda kedua lalu belokka ke pola
selanjutnya, hingga tanda batas 1
(22) Putar pendorong berlawanan jarum
jam 180° dan lakukan withdrawal,
kemudian raba kapsul, lalu keluarkan
trocar beserta pendorong
(23) Tekan pada daerah insisi dengan
menggunakan kassa, lalu dekatkan luka
insisi
(24) Plester luka insisi dengan
menggunakan ben aid lalu perban
(25) Bereskan semua alat
(26) Cuci tangan, kemudian
pendokumentasian
l) Konseling pasca pemasangan :
Kapsul implant sudah di pasang pada lengan
ibu. Kemudian cara merawat luka ibu yaitu:
(1) 2-3 hari perban boleh di lepas
(2) 5 hari plester boeh di lepas, jika
ibu tidak berani maka boleh datang ke
klinik
(3) 7 hari luka baru boleh terkena air
Implant yang sudah terpasang efektif dalam
waktu 24 jam, setelah 24 jam ibu baru
boleh berhubungan senggama dengan
suaminya.
Implant ini efektif sampai 3 tahun
pemasangan, jika ibu ingin memiliki anak
atau terdapat ketidaknyamanan, bias di
lakukan pencabutan sewaktu-waktu. Bila ada
tanda-tanda infeksi atau kapsul keluar
bisa langsung datang ke klinik
m) Kunjungan ulang
Implant ini efektif dalam jangka waktu 3
tahun, maka 3 tahun lagi ibu harus datang
ke klinik untuk di lakukan pencabutan.
Jika ibu ingin mempunyai anak lagi atau
mengalami keluhan, ibu dapat datang
langsung ke klinik.
n) Pencabutan implant
- Tanyakan kepada ibu apakan sudah
mengetahui prosedur tentang pencabutan
implant
- Tanyakan kepada ibu apakah mempunyai
alergi terhadap obat anastesi
- Minta ibu untuk mencuci lengannya yang
terpasang kapsul implant dengan
menggunakan sabun dan bilas dengan air
bersih kemudian keringkan dengan handuk
bersih
- Bantu klien untuk naik ke meja periksa
- Letakkan kain bersih dan kering di bawah
lengan ibu
- Tentukan letak implant yang terpasang di
lengan
- Beri tanda pada pola pencabutan
- Pastikan bahwa peralatan yang steril
sudah tersedia
Klem U
Pinset sirurgi
Klem lengkung
4 cucing (betadine, tempat implant,
depress, air DTT)
Spuit 3 cc
Ben aid/plester
- Cuci tangan dengan air sabun, keringkan
dengan air bersih
- Pakai sarung tangan steril, bila sarung
tangan di beri bedak maka hapus bedak
menggunakan air DTT
- Hitung jumlah kapsul untuk memastikan
lengkap
- Usap tempat pencabutan dengan larutan
antiseptic, gerakan kearah luar secara
melingkar 2-3 kali
- Pasang kain penutup/ doek steril
- Suntikkan anastesi local 0,3-0,5 pada
kulit (intradermal) pada tempat insisi
yang telah di tentukan, lalu suntikan ke
masing-masing pola sebanyak 1 cc
(subdermal) sepanjang 4 cm.
- Uji efek anastesi
Presentasi jepit
- Buat insisi di bawah kapsul implant
- Dekatkan kapsul implant ke dekat luka
insisi
- Jepit kapsul implant secara hati-hati
dengan menggunakan klem lengkung
- Bersihkan jaringan dengan pinset atau
depress
- Keluarkan kapsul implant secara hati-
hati
- Ulangi langkah yang sama untuk kapsul
selanjutnya
Finger pop out
- Dekatkan kedua kapsul ke pola luka
insisi
- Buat luka insisi di dekat kapsul
- Jepit kapsul implant dengan hati-hati
- Bersihkan sisa jaringan dengan pinset
atau depress
- Keluarkan kapsul implant dengan hati-
hati
- Ulangi langkah tersebut pada kapsul
selanjutnya
U Klasik
- Buat luka insisi di tengah kedua kapsul
implant secara vertical
- Masukkan klem U ke dalam luka insisi
- Jepit pada tengah-tengah kapsul
- Keluarkan dan bersihkan dari jaringan
- Keluarkan kapsul dengan pelan-pelan
- Lakukan langkah yang sama untuk kapsul
implant selanjutnya
- Tekan pada daerah insisi dengan
menggunakan kassa, lalu dekatkan luka
insisi
- Plester luka insisi dengan menggunakan
ben aid lalu perban
- Bereskan semua alat
- Cuci tangan, kemudian pendokumentasian
o) Konseling pasca pencabutan :
Kapsul implant sudah di pasang pada lengan
ibu. Kemudian cara merawat luka ibu
yaitu :
(1) 2-3 hari perban boleh di lepas
(2) 5 hari plester boeh di lepas, jika
ibu tidak berani maka boleh datang ke
klinik
(3) 7 hari luka baru boleh terkena air
Ibu sudah tidak terpasang alat kontrasepsi
apapun, secara otomatis ibu sudah kembali
ke masa subur.
c. Metode IUD
Intra Uterine Device (IUD) atau juga disebut Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah suatu
alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim
yang sangat efektif , reversibel dan berjangka
panjang.
(Handayani, 2010)
a)Jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara
lain adalah :
(1) Copper-T
IUD berbentuk T,terbuat dari bahan
polyethelen dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus.
Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek
anti fertilitas (anti pembuahan) yang
cukup baik.
(2) Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud
untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal
32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD
CopperT.
(3) Multi load
IUD ini terbuat dari plastik
(polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel.
Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6
cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2
untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis
ukuran multi load yaitu standar, small,
dan mini.
(4) Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene,
berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol,
dipasang benang pada ekornya. Lippes loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut
ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5
mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm
(benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm
dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini
adalah bila terjadi perforasi, jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.
b)Cara Kerja IUD
Cara kerja dari IUD antara lain yaitu :
(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk
ke tuba falopii.
(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai cavum uteri.
(3) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilisasi.
(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi
telur dalam uterus.
c)Keuntungan IUD
Adapun keuntungan dari penggunaan alat
kontrasepsi IUD yakni :
(1) Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).
(2) IUD dapat efektif segera setelah
pemasangan.
(3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi
dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
(4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
(5) Sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat-ingat.
(6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena
tidak perlu takut untuk hamil.
(7) Tidak ada efek samping hormonal dengan
CuT-380A.
(8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume
ASI
(9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan
atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
(10) Dapat digunakan sampai menapouse ( 1
tahun atau lebih setelah haid terakhir).
(11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
d)Kelemahan IUD
Sedangkan kelemahan dari penggunaan IUD yaitu
:
(1) Efek samping yang umum terjadi,
seperti : perubahan siklus haid (umumnya
pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan antar mensturasi, saat
haid lebih sakit.
(2) Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang
selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia, perforasi dinding uterus (sangat
jarang apabila pemasangan benar).
(3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
(4) Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan.
(5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP
dapat memicu infertilitas.
(6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan
pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD.
(7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting)
terjadi segera setelah pemasangan IUD.
Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
(8) Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan)
yang terlatih.
(9) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa
diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan)
(10) Perempuan harus memeriksa posisi benang
IUD dari waktu ke waktu.
e)Waktu Penggunaan IUD
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada
saat :
(1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang
dapat dipastikan klien tidak hamil.
(2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
(3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam
pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila
menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
(4) Setelah terjadinya keguguran (segera
atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
(5) Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama
yang tidak dilindungi.
f)Waktu Kontrol IUD
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya
kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang
IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD
yang harus diperhatikan adalah :
(1) 1 minggu pasca pemasangan
(2) 1 bulan pasca pemasangan
(3) 3 bulan kemudian
(4) 6 bulan berikutnya
(5) Setiap tahun berikutnya
(6) Bila terlambat haid 1 minggu
(7) perdarahan banyak atau keluhan istimewa
lainnya
d. Metode Operasi atau Sterilisasi
Metode ini bekerja dengan cara melakukan
pemutusan atau pengikatan saluran sel sperma
pada laki-laki (vasektomi) dan pemutusan atau
pengikatan saluran telur pada perempuan
(tubektomi).
(Uliyah, 2010; Handayani, 2010)
1) MOW (Medis Operatif Wanita)
Adalah suatu cara KB dengan melakukan
pembedahan dengan memotong dan mengambil
saluran telur atau membuat buntu saluran
dengan mengikatnya sehingga tidak terjadi
pembuahan atau ovulasi, dan dapat dilakukan
di rumah sakit pemerintah maupun swasta.
(Siswosudarmo, 2007)
a) Efektifitas
(1) Sangat efektif, angka kegagalan
sedikit lebih rendah
(2) Segera efektif post operatif
(Hartanto, 2003)
b) Keuntungan
Vasektomi tuba akan menghadapi dan
mencapai klimakterium dalam suasana alami.
(Manuaba, 1998)
c) Kontra Indikasi
(1) Peradangan dalam rongga panggul
(2) Peradangan liang senggama akut
(vaginatis-servisitis akut)
(3) Penyakit kardiovaskuler berat,
penyakit paru berat, atau penyakit paru
lain yang tidak memungkinkan akseptor
berada dalam posisi genupektoral.
(4) Obesitas berlebihan
(5) Bekas laparotomi
(Mochtar, 1998)
d) Efek samping
(1) Resiko trauma internal sedikit
lebih tinggi
(2) Kemungkinan infeksi serius sedikit
lebih tinggi
(3) Sedikit sekali kematian yang
berhubungan dengan anestesi
(Hartanto, 2003)
2) MOP (Medis Operatif Pria)
Adalah tindakan operasi ringan dengan
cara mengikat dan memotong saluran sperma
sehingga sperma tidak dapat lewat dan air
mani tidak mengandung spermatozoa, dengan
demikian tidak terjadi pembuahan, operasi
berlangsung kurang lebih selama 15 menit dan
pasien tidak perlu dirawat. Operasi dapat
dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas dokter ahli
bedah, pemerintah dan swasta, dan karena
tindakan vasektomi murah dan ringan sehingga
dapat dilakukan di lapangan.
(Siswosudarmo, 2007)
a) Efektifitas
(1) Sangat efektif, tetapi angka
kejadian rekanalisasi spontan dan
kehamilan sedikit lebih tinggi
(2) Efektif 6-10 minggu setelah operasi
(Saifuddin, 1996)
b) Keuntungan
(1) Teknik operasi kecil yang sederhana
dapat dikerjakan kapan saja dan dimana
saja
(2) Komplikasi yang dijumpai sedikit
dan ringan
(3) Hasil yang diperoleh (efektifitas)
hampir 100%
(4) Biaya murah dan terjangkau oleh
masyarakat
(5) Bila pasangan suami, istri, oleh
karena suatu sebab ingin mendapatkan
keturunan lagi, kedua ujung vas
deferens dapat disambung kembali
(operasi rekanalisasi)
(Mochtar, 1998)
c) Efek samping
(1) Hampir tidak ada resiko trauma
internal
(2) Infeksi serius sangat rendah
(3) Tidak ada kematian yang berhubungan
dengan anestesi
(Hartanto, 2003)
e. Metode Alami atau Sederhana
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
a) Pengertian
Menyusui eksklusif merupakan suatu
metode kontrasepsi sementara yang cukup
efektif, selama klien belum mendapat
haid dan waktunya kurang dari enam
bulan pasca persalinan. Efektifitasnya
dapat mencapai 98%. MAL efektif bila
menyusui lebih dari delapan kali sehari
dan bayi mendapat cukup asupan
perlaktasi.
(Saifuddin, 2006; Proverawati, 2010)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat
dipakai sebagai alat kontrasepsi,
apabila:
(1)Menyusui secara penuh (full breast
feeding), lebih efektif bila diberikan
minimal 8 kali sehari.
(2)Belum mendapat haid.
(3)Umur bayi kurang dari 6 bulan
b) Cara Kerja
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi
(MAL) adalah menunda atau menekan
terjadinya ovulasi. Pada saat
laktasi/menyusui, hormon yang berperan
adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin
sering menyusui, maka kadar prolaktin
meningkat dan hormon gonadotrophin
melepaskan hormon penghambat
(inhibitor). Hormon penghambat akan
mengurangi kadar estrogen, sehingga
tidak terjadi ovulasi.
c) Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar
98 persen apabila digunakan secara
benar dan memenuhi persyaratan sebagai
berikut: digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan, belum
mendapat haid pasca melahirkan dan
menyusui secara eksklusif (tanpa
memberikan makanan atau minuman
tambahan). Efektifitas dari metode ini
juga sangat tergantung pada frekuensi
dan intensitas menyusui.
d) Manfaat
Metode Amenorea Laktasi (MAL)
memberikan manfaat kontrasepsi maupun
non kontrasepsi.
(1) Manfaat kontrasepsi dari MAL antara
lain:
- Efektifitas tinggi (98 persen)
apabila digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan, belum
mendapat haid dan menyusui
eksklusif.
- Dapat segera dimulai setelah
melahirkan.
- Tidak memerlukan prosedur khusus,
alat maupun obat.
- Tidak memerlukan pengawasan medis.
- Tidak mengganggu senggama.
- Mudah digunakan.
- Tidak perlu biaya.
- Tidak menimbulkan efek samping
sistemik.
- Tidak bertentangan dengan budaya
maupun agama.
(2) Manfaat non kontrasepsi dari MAL
antara lain:
Untuk bayi
- Mendapatkan kekebalan pasif.
- Peningkatan gizi.
- Mengurangi resiko penyakit menular.
- Terhindar dari keterpaparan
terhadap kontaminasi air, susu
formula atau alat minum yang
dipakai.
Untuk ibu
- Mengurangi perdarahan post
partum/setelah melahirkan.
- Membantu proses involusi uteri
(uterus kembali normal).
- Mengurangi resiko anemia.
- Meningkatkan hubungan psikologi
antara ibu dan bayi.
e) Keterbatasan
Metode Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai
keterbatasan antara lain:
- Memerlukan persiapan dimulai sejak
kehamilan.
- Metode ini hanya efektif digunakan
selama 6 bulan setelah melahirkan,
belum mendapat haid dan menyusui
secara eksklusif.
- Tidak melindungi dari penyakit
menular seksual termasuk Hepatitis B
ataupun HIV/AIDS.
- Tidak menjadi pilihan bagi wanita
yang tidak menyusui.
- Kesulitan dalam mempertahankan pola
menyusui secara eksklusif.
f) Yang Dapat Menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat
digunakan oleh wanita yang ingin
menghindari kehamilan dan memenuhi
kriteria sebagai berikut:
- Wanita yang menyusui secara
eksklusif.
- Ibu pasca melahirkan dan bayinya
berumur kurang dari 6 bulan.
- Wanita yang belum mendapatkan haid
pasca melahirkan.
Wanita yang menggunakan Metode Amenorea
Laktasi (MAL), harus menyusui dan
memperhatikan hal-hal di bawah ini:
- Dilakukan segera setelah melahirkan.
- Frekuensi menyusui sering dan tanpa
jadwal.
- Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
- Tidak mengkonsumsi suplemen.
- Pemberian ASI tetap dilakukan baik
ketika ibu dan atau bayi sedang
sakit.
g) Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak
dapat digunakan oleh:
- Wanita pasca melahirkan yang sudah
mendapat haid.
- Wanita yang tidak menyusui secara
eksklusif.
- Wanita yang bekerja dan terpisah dari
bayinya lebih dari 6 jam.
- Wanita yang harus menggunakan metode
kontrasepsi tambahan.
- Wanita yang menggunakan obat yang
mengubah suasana hati.
- Wanita yang menggunakan obat-obatan
jenis ergotamine, anti metabolisme,
cyclosporine, bromocriptine, obat
radioaktif, lithium atau anti
koagulan.
- Bayi sudah berumur lebih dari 6
bulan.
- Bayi yang mempunyai gangguan
metabolisme.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak
direkomendasikan pada kondisi ibu
yang mempunyai HIV/AIDS positif dan
TBC aktif. Namun demikian, MAL boleh
digunakan dengan pertimbangan
penilaian klinis medis, tingkat
keparahan kondisi ibu, ketersediaan
dan penerimaan metode kontrasepsi
lain.
2) Metode suhu basal
Menghitung masa subur atau menghitung
ovulasi dapat pula dilakukan dengan mengukur
perubahan suhu basal tubuh. Suhu basal tubuh
adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh
selama istirahat atau dalam keadaan
istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah
bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas
lainnya.
Perubahan atau peningkatan suhu basal
tubuh pada masa subur terjadi karena hormon
progesteron. Peningkatan suhu basal tubuh
pada masa subur berkisar 0,2-0,5 derajat
Celcius, dimulai 1-2 hari setelah ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang
berupa termometer basal.
Termometer basal ini dapat digunakan
secara oral, per vagina, atau melalui dubur
dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang
sama selama 5 menit. Apabila grafik (hasil
catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa
subur/ovulasi sehingga tidak terjadi
kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi
dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya,
jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus
berlangsung setelah masa subur/ovulasi
kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila
sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus
luteum akan terus memproduksi hormon
progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap
tinggi.
3) Metode Kalender
Metode kalender adalah metode yang
digunakan berdasarkan masa dimana harus
menghindari hubungan seksual tanpa
perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19
siklus menstruasinya. Dasar berasal dari
ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15
sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula
terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan
datang.
(Handayani, 2010; Hartanto, 2010)
a) Menentukan Masa Subur
Menghitung masa subur dapat diketahui
dengan cara melihat dari perubahan
periode menstruasi, perubahan pada lendir
servik maupun perubahan pada suhu basal
tubuh.
b) Perubahan Periode Menstruasi
Cara menghitung masa subur atau
menghitung ovulasi melalui periode
menstruasi dikatakan efektif apabila
siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Adapula ahli yang berpendapat
antara 22-35 hari. Sehingga sel telur
keluar pada pertengahan siklus, sekitar
hari ke 14 sampai ke 16 dihitung dari
hari pertama menstruasi. Pendapat dari
dr. Knaus bahwa ovulasi terjadi tepat 14
hari sebelum menstruasi berikutnya.
Sedangkan dr. Ogino berpendapat bahwa
ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14
hari sebelum menstruasi, tetapi dapat
terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya.
c) Bila haid teratur (28 hari)
Siklus normal 28 hari, pertengahan
siklusnya hari ke-14 (28:2). Berarti masa
suburnya 3 hari sebelum hari ke-14, yaitu
hari ke-11 (14-3) dan 3 hari setelah hari
ke- 14, yaitu hari ke-17 (14+3). Jadi,
masa subur berlangsung antara hari ke-11
sampai hari ke-17 (7 hari) dari siklus
haid wanita normal.
Pendapat lain mengatakan hari pertama
dalam siklus haid dihitung sebagai hari
ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12
hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita mendapat haid mulai
tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-
12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari
ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi
masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret
hingga tanggal 24 Maret.
d) Bila haid tidak teratur :
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali
siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur.
Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus
haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari
terpendek – 18
Contoh:
Seorang wanita mendapat haid dengan
siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama
haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7
sampai hari ke-19.
4) Metode Mukosa Serviks
a) Fase Luteal
Fase luteal terjadi sejak hari ke-4
sesudah puncak (hari terakhir rasa licin
pada vulva), leher rahim tertutup dengan
gumpalan lendir kental yang mencegah sel
sperma masuk ke rongga rahim. Korpus
luteum dalam indung telur memproduksi
estrogen dan progesteron.
Bila tidak ada segala bentuk kontak
alat kelamin sejak awal titik perubahan
hingga awal harl ke-4 sesudah Puncak, maka
sel telur tidak mungkin dibuahi dan akan
hancur dalam saluran telur. Menstruasi
menyatakan akhir siklus biasanya 11-16
hari sesudah ovulasi, dan sekaligus
sebagai permulaan siklus yang berikutnya.
Tidak ada lagi gumpalan lendir pada leher
rahim sehingga darah menstruasi dapat
mengalir ke luar rahim. Kedua indung telur
kembali beristirahat.
b) Ovulasi Tertunda
Ovulasi tertunda disebabkan adanya
perpanjangan Fase Pra Ovulasi dan Pola
Dasar Tidak Subur. Ovulasi tertunda dapat
terjadi pada waktu stres, laktasi
(menyusui), atau masa pre menopause. Pola
dasar tidak subur merupakan unsur penting
Metode Ovulasi Billings. Pengenalan mengenai
pola tidak subur tidak berubahnya pada
fase pra-ovulasi memberi kebebasan kepada
suami-istri untuk melakukan hubungan
seksual tanpa menjadi hamil dalam fase
pra-ovulasi, panjang ataupun pendek.
Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang
sama sekali tidak berubah dan diamati
dalam waktu paling sedikit dua minggu,
contohnya:
- Tidak ada lendir (vulva kering).
- Munculnya lendir yang tetap sama pada
vulva yang disertai kadar estrogen
yang tetap rendah.
- Kombinasi dari butir 1) dan 2), bila
munculnya lendir tetap tidak berubah
dalam pengamatan selama 2 minggu dan
diselingi dengan hari-hari kering.
Pola Dasar Tidak Subur berdasarkan
pengeluaran cairan berasal dari vagina
(contoh 2 dan 3). Bila naiknya kadar
estrogen cukup tinggi untuk menimbulkan
reaksi pada leher rahim, maka pola
berubah dan menunjukkan kemungkinan
kesuburan. Naik turunnya kadar estrogen
bisa menimbulkan reaksi endometrium
(selaput dinding rahim) dengan
pendarahan breakthrough atau pendarahan
withdrawal.
Peraturan Pra-Ovulasi, bila
diterapkan pada Pola Dasar Tidak Subur
menjamin keamanan Metode Ovulasi Billings
dan memastikan perempuan mengenali
kesuburannya kembali dalam kasus
ovulasi tertunda yang dapat disebabkan
oleh berbagai alasan. Kegagalan Leher
Rahim dan Pola Dasar Tidak Subur (PDTS)
Leher rahim harus memproduksi lendir
yang bermutu supaya sperma dapat
berfungsi secara tepat. Dalam beberapa
situasi, misalnya menjelang menopause
dan sesudah pemakaian kontrasepsi,
leher rahim gagal untuk merespon
terhadap rangsangan estrogen. Akibatnya
juga menggagalkan fungsi cairan lendir
untuk menerima sel-sel sperma. Pada
saat ini, wanita tidak subur walaupun
dia berovulasi. Wanita akan mengenal
hal itu sebagai pola yang tidak berubah
misalnya:
- Pola dasar tidak subur kering.
- PDTS berlendir tetap sama.
- Kombinasi dari keduanya yaitu
kering dan munculnya yang tidak
berubah.
Peraturan pra-ovulasi digunakan kembali
sehingga kesuburan dapat diketahui.
Peraturan metode mukosa serviks atau
ovulasi billings adalah sebagai berikut:
- Untuk mencapai kehamilan.
Untuk menginginkan kehamilan
peraturan yang digunakan adalah
peraturan pra ovulasi. Cara ini
membantu untuk mengenali perubahan
pola kesuburan lendir. Hubungan
seksual dilakukan selama ada lendir
licin (vulva terasa licin) dan satu
atau dua hari sesudah Puncak.
- Untuk menunda atau menjarangkan
kehamilan.
Untuk menunda atau menjarangkan
kehamilan maka digunakan peraturan
Pra Ovulasi dan Peraturan Puncak.
Peraturan Pra Ovulasi
Ada tiga hal yang terdapat pada
peraturan Pra Ovulasi, yaitu:
Peraturan pertama: menghindari
hubungan seksual pada hari-hari
perdarahan deras selama menstruasi.
Peraturan kedua: hubungan seksual
boleh dilakukan pada setiap malam
hari kedua (selang-seling), apabila
hari ini sudah dikenal sebagai
tidak subur.
Peraturan ketiga: menghindari
hubungan seksual setiap hari ketika
lendir atau perdarahan menyelingi
Pola Dasar Tidak Subur. Hubungan
seksual baru boleh dilakukan lagi
bila 3-4 hari berturut-turut
dikenali sebagai PDTS.
Peraturan Puncak
Apabila hari puncak sudah
diketahui dengan pasti, mulai hari
keempat sesudah puncak sampai akhir
siklus boleh melakukan hubungan
seksual setiap hari pada setiap saat.
5) Coitus interuptus
Nama lain dari coitus interuptus adalah
senggama terputus atau ekspulsi
pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal
atau withdrawal methods atau pull-out method.
Dalam bahasa latin disebut juga interrupted
intercourse.
a) Pengertian
Coitus interuptus atau senggama terputus
adalah metode keluarga
berencana tradisional/alamiah, di
mana pria mengeluarkan alat kelaminnya
(penis) dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi.
b) Cara Kerja
Alat kelamin (penis) di keluarkan sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina, maka tidak ada pertemuan
antara sperma dan ovum, dan kehamilan
dapat di cegah. Ejakulasi di luar vagina
untuk mengurangi kemungkinan air mani
mencapai rahim.
c) Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif
apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-
27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Pasangan yang mempunyai pengendalian diri
yang besar, pengalaman dan kepercayaan
dapat menggunakan metode ini menjadi lebih
efektif.
d) Manfaat
Coitus interuptus memberikan
manfaat baik secara kontrasepsi maupun
non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
- Alamiah.
- Efektif bila dilakukan dengan benar.
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Tidak ada efek samping.
- Tidak membutuhkan biaya.
- Tidak memerlukan persiapan khusus.
- Dapat di kombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain.
- Dapat digunakan setiap waktu.
Manfaat non kontrasepsi
- Adanya peran serta suami
dalam keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi.
- Menanamkan sifat saling pengertian.
- Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
e) Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai
keterbatasan, antara lain:
- Sangat tergantung dari pihak pria dalam
mengontrol ejakulasi dan
tumpahan sperma selama senggama.
- Memutus kenikmatan dalam berhubungan
senggama (orgasme).
- Sulit mengontrol
tumpahan sperma selama penetrasi,
sesaat dan setelah interupsi coitus.
- Tidak melindungi dari penyakit menular
seksual.
- Kurang efektif untuk
mencegah kehamilan.
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
I.PENGKAJIAN
Tanggal Pemeriksaan :
Jam :
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama : untuk mengetahui siapa peserta
KB Implan dan memudahkan kita
dalam tindakan
Umur : kontrasepsi merupakan salah
satu kontrasepsi rasional dalam
fase menjarangkan kehamilan pada
umur 30 – 35 tahun. Dapat
digunakan pada wanita tua (diatas
35 tahun) kecuali cyclofem
(Hartanto, 2004 : 30).
Agama : untuk mengetahui apakah alat
kontrasepsi yang digunakan
bertentangan dengan agama yang
dianut atau tidak (Hartanto, 2004
: 31).
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat
pemahaman klien terhadap alat
kontrasepsi, pemberian konseling
dan pengambilan keputusan tentang
penggunaan alat atau metode
kontrasepsi yang akan
mempengaruhi kehidupan
fertilitasnya (Hartanto, 2004 :
208).
Pekerjaan : untuk mengetahui pekerjaan
peserta KB
Alamat : untuk mengetahui alamat klien
2. Alasan Kunjungan
Alasan mengapa klien datang ke pelayanan
kesehatan
3. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan klien saat
kunjungan
4. Riwayat Kesehatan
a.Riwayat Kesehatan Sekarang
Kontrasepsi Implan boleh diberikan pada
klien yang sedang mengalami penyakit
infeksi alat genital (sifilis, GO),TBC
pelvik, kanker alat genetalia, penyakit
radang panggul. Sedangkan metode
kontrasepsi implan tidak diperbolehkan
pada ibu/klien yang menderita penyakit
hepatitis, riwayat penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, memiliki mioma
pada rahim, terdapat benjolan abnormal
pada payudara, varises yang berat dan
nyeri pada tungkai, tromboflebitis,
rasa nyeri hebat pada betis, paha dada
atau tungkai bengkak, epilepsi, asma,
atau sedang mengkonsumsi obat-obatan
anti kejang (Hartanto, 2004: 208-209).
b.Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada ibu yang pernah menderita Infeksi
Menular Seksual, TBC pelvik, penyakit
radang panggul diperbolehkan untuk
menggunakan kontrasepsi implan.
Sedangkan metode kontrasepsi implan
tidak diperbolehkan pada ibu/klien yang
pernah menderita penyakit hepatitis,
riwayat penyakit jantung, hipertensi,
diabetes, memiliki mioma pada rahim,
terdapat benjolan abnormal pada
payudara, varises yang berat dan nyeri
pada tungkai, tromboflebitis, rasa
nyeri hebat pada betis, paha dada atau
tungkai bengkak, epilepsi, asma, atau
sedang mengkonsumsi obat-obatan anti
kejang (Hartanto, 2004: 208-209).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien tidak dianjurkan menggunakan metode
kontrasepsi implan bila memiliki riwayat
dalam keluarga seperti penyakit jantung,
tekanan darah tinggi (hpertensi),
diabetes, asma, kanker/keganasan.
(Hartanto, 2004: 209).
5.Riwayat Obstetri
a.Haid
Pada ibu/klien yang mengalami gangguan
menstruasi seperti nyeri pada saat haid
yang berlebihan (dismenorhea berat),
perdarahan haid yang banyak dapat
menggunakan metode kontrasepsi implan..
Implan dapat diberikan pada saat hari ke
2-7 menstruasi (Saifuddin, 2003 : MK-
73).
b.Riwayat Perkawinan
Dalam penggunaan kontrasepsi Implan
peserta disarankan tidak mempunyai
pasangan seks lain.
c.Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu
Diberikan pada peserta KB implan yang
dalam fase menjarangkan kehamilan dan
mengakhiri kesuburan
d.Riwayat KB
Jenis KB yang pernah digunakan, alasan
penggunaan, lama pemakaian, alasan
berhenti atau ganti cara, rencana KB
berikutnya dan apa tujuan peserta ikut
KB.
6.Pola Kebiasaan sehari-hari
a.Nutrisi
Untuk mengetahui apakah selama
penggunaan KB Implan ibu mengalami
peningkatan atau penurunan berat badan.
Menu sebelum KB dan selama KB yang
dikonsumsi (komposisinya 4 sehat 5
sempurna atau tidak, seberapa banyak
porsinya), konsumsi air putih?
(Hartanto, 2004 : 208).
b.Eliminasi menurut (Hartanto, 2004 : 220).
BAB : frekuensi, warna, konsistensi,
keluhan/gangguan? Bagaimana cara
bercebok ibu?
BAK : frekuensi, warna, konsistensi,
keluhan/gangguan?
c. Pola Istirahat
Kebiasaan tidur siang berapa jam, tidur
malam berapa jam, ada keluhan/gangguan
atau tidak
d.Pola Aktifitas
Pola aktivitas yang terlalu berat,
terutama bertumpu pada lengan kiri lebih
baik dibatasi.
e.Personal hygiene
Kebiasaan mandi berapa kali, berapa kali
ganti baju dan celana dalam, berapa kali
dan kapan gosok gigi, setelah BAK/BAB
cuci tangan/tidak (Saifuddin, 2003 : MK-
73)
f. Pola seksual
Frekuensi hubungan suksual sebelum dan
selama menjadi peserta KB ada
keluhan/gangguan baik dari istri/suami?
g. Pola kebiasaan lain
Ibu merokok/ punya suami/anggota
keluarga yang serumah yang merokok? Atau
minum alkohol atau memakai obat-obatan
psikotropika, suka minum jamu/ tidak?
Mempunyai binatang peliharaan/tidak.
7. Keadaan Psikososial dan Spiritual
a. Keadaan Psikososial
Apakah keikutsertaan ibu menjadi peserta
KB sukarela? Didukung oleh suami/tidak?
b. Keadaan Sosial
Hubungan dengan suami, hubyngan angguta
keluarga yang lain, hubungan dengan
petugas hamonis/tidak? Siapa pengambil
keputusan dalam kelurga.
c. Keadaan Spiritual
Pola dalam beribadah melakukan
sholat/berdoa sesuai agama dan keyakinan
pasien dilakukan teratur /tidak?
8. Latar belakang social Budaya
Kebiasaan yang dilakukan di lingkungan dan
keluarga yang bersifat mendukung maupun
yang menghambat yang berhubungan dengan
penggunaan KB misalnya masih adanyua
anggapan banyak anak banyak rejeki atau
suami menginginkan anak laki-laki padahal
sudah mempunyai banyak anak perempuan, dsb.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : compos
mentis/somnolens/koma
TTV : TD tidak boleh lebih dari
160/90 mmHg, nadi tidak
lebih dari 100 x/menit,
respirasi dan suhu dalam
batas normal.
BB sekarang : untuk mengetahui berat
badan ibu naik atau turun
selama menggunakan KB.
TB : Tinggi badan dalam batas
yang normal.
2. Pemeriksan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Kebersihan kulit kepala
perlu diperhatikan,
keadaan rambut yang
rontok, warna rambut,
penyebaran rambut tidak
mempengaruhi efektifitas
dari implan.
Muka : Pada klien yang mukanya
tampak kuning (ikterus)
maka tidak boleh
dilakukan pemasangan
implan. Pada klien yang
terdapat hiperpigmentasi
(chloasma gravidarum)
perlu dicurigai adanya
kehamilan dan tidak boleh
dilakukan pemasangan
implan,.
Mata : Apabila sklera tampak
kuning (ikterus) maka
merupakan salah satu
kontraindikasi pemasangan
implan. Sedangkan bila
konjungtiva tampak pucat
(anemis) diperbolehkan
menggunakan implan karena
dapat memperbaiki anemia.
Mulut : Keadaan dari lidah yang
bersih atau tidak, adanya
caries dentis, adanya
stomatitis, pembesaran
pada tonsil tidak
mempengaruhi bila
dipasang implan.
Telinga : Adanya serumen, serta
keadaan fungsi
pendengaran tidak
berpengaruh terhadap
efektifitas kerja implan.
Leher : Apabila terdapat
pembesaran kelenjar
tiroid (gondok) tidak
mempengaruhi efektifitas
dari implan, bila
terdapat pembesaran
kelenjar limfe (TBC)
tidak boleh menggunakan
implan, bila ada
bendungan vena jugularis
(kelainan pada jantung)
maka tidak boleh dipasang
implan.
Dada : Bila ditemukan
pernapasan retraksi otot
dada adanya wheezing
(asma) tidak boleh
dipasang implan.
Mammae : Pada payudara bila
terdapat benjolan
abnormal maka tidak boleh
dipasang implan. Bila
terdapat hiperpigmentasi
pada areola dan papilla
mammae maka dicurigai
adanya kehamilan (implan
tidak boleh di pasang).
Abdomen : Bila terdapat tanda
kehamilan seperti perut
yang teraba tegang
(dicurigai hamil)
pemasangan implan tidak
boleh dilakukan.
Genitalia : Adanya oedema,
varises, condiloma
matalata atau condiloma
akuminata, ada
pengeluaran keputihan
masih diperbolehkan
dipasang implan.
Ektremitas : Adanya varises, nyeri
pada tungkai, betis,
paha, adanya
tromboflebitis tidak
dianjurkan untuk
menggunakan implan.
II. DIAGNOSA DAN IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah biasa dihubungkan dengan bagaimana caranya
pasian menerima kenyataan mengenai diagnosanya.
Identifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan
data yang terkumpul dan interpretasi yang benar.
Diagnosa kebidanan, yaitu :
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
Standar Nomen Klatur (kartu nama) diagnosa
kebidanan.
Diagnosa :
Ny. ”.....”, umur ..... tahun, PAPIAH, peserta
KB ........(jenis KB), usia anak
terkecil .....tahun, lama pemakaian....., KU
ibu......ada /tidak kontraindikasi pemakaian.
Prognosa baik/buruk
Dengan didukung DS dan DO yang menunjang
Masalah :
Untuk mengetahui selama menjadi pengguna KB ibu
mempunyai keluhan/tidak. Misal (gangguan siklus
haid, nyeri kepala, nyeri perut, dll). Dengan
didukung DS dan DO yang menunjang.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Langkah ini bidan mengidentifikasi masalah.
Diagnosa potensial berdasakan diagnosa masalah
yang sudah teridentifikasi.
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lainnya berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sekarang hanya merupakan antisipasi
pencegahan bila mungkin menanti sambil waspada dan
bersiap-siap bila benar-benar terjadi langkah ini
penting agar asuhan aman.
IV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
Mencerminkan sifat kesinambungan dari proses
penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer
periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga