This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Logam Berat di Laut dari IndustriLogam Berat di Laut dari
Industri
Written by Rizal Fadlan Abida Tuesday, 08 August 2017 07:50 - Last
Updated Tuesday, 08 August 2017 07:56
1 / 3
Logam Berat di Laut dari Industri
Written by Rizal Fadlan Abida Tuesday, 08 August 2017 07:50 - Last
Updated Tuesday, 08 August 2017 07:56
2 / 3
Written by Rizal Fadlan Abida Tuesday, 08 August 2017 07:50 - Last
Updated Tuesday, 08 August 2017 07:56 Dibutuhkan Koordinasi Lintas
Lembaga JAKARTA, KOMPAS — Pencemaran logam berat di perairan
laut bermula dari buruknyapengolahan limbah di kawasan hulu. Dalam
kasus pencemaran logam berat di Teluk Jakartaterutama disumbang
oleh industri di daerah Bogor dan Tangerang. Untuk mengatasi
persoalanini butuh koordinasi lintas kementerian, lembaga, dan
pemerintah daerah.“Dari penelitian kami, sungai-sungai penyumbang
logam berat di Teluk Jakarta terutamaberasal dari sungai-sungai di
sisi sebelah timur, yaitu Sungai Cilincing, Cipinang, dan
Cibinongyang menyatu di Kanal Timur. Tiga sungai ini berada di
wilayah Bogor, dan sekitarnya adaindustri kimia, pakaian, dan
sejumlah industri lain,” kata Tarsoen Waryono, dosen
DepartemenGeografi Universitas Indonesia, dalam pertemuan di
Kementerian Koordinator Kemaritiman, diJakarta, Senin (7/8). Selain
tiga sungai ini, menurut Tarsoen, pencemar utama juga berasal dari
Sungai Mookervartdi wilayah Tangerang. Sungai ini berujung ke
Sungai Angke. “Selain industri dari Bogor danTangerang, kawasan
industri Pulogadung (Jakarta Timur) juga berkontribusi
terhadappencemaran logam berat,” katanya. Tarsoen mengatakan,
pengukuran logam berat jenismerkuri (Hg), mangan (Mn), kadmium
(Cd), dan seng (Zn) di sungai-sungai di Jakarta dilakukansecara
berturut-turut pada 2009, 2010, 2011, dan 2013. “Kecenderungannya,
tingkatpencemaran logam berat terus naik dan dugaan saya sampai
sekarang,” ujarnya. Dari datatersebut, menurut Tarsoen, yang harus
dipantau adalah instalasi pengolahan air limbahsebelum masuk ke
sungai, termasuk juga pengawasannya. “Ini terutama tanggung jawab
didaerah-daerah,” katanya. Pencemaran logam berat di perairan
Indonesia, khususnya TelukJakarta, semakin mengkhawatirkan dan
diindikasikan telah terakumulasi ke dalam biota laut,terutama
kerang. Misalnya, riset Etty Riani dari Institut Pertanian Bogor
menemukan,konsentrasi merkuri (Hg) pada kerang hijau di Teluk
Jakarta pada 2014 mencapai 63,13miligram per kilogram (mg/kg) dan
timbal (Pb) 22,6 mg/kg. Padahal, batas aman Hg dan PB 1,0mg/kg.
(Kompas, 11 Juli 2017) Kemenko Kemaritiman mengundang sejumlah
kementerian,lembaga, dan perguruan tinggi guna mengatasi persoalan
ini. Asisten Deputi Lingkungan danMitigasi Bencana Maritim Kemenko
Kemaritiman Sahat Manaor Panggabean mengatakan,“Selain limbah
plastik, pencemaran logam berat di perairan ini menjadi masalah
serius yangharus diperhatikan.” Menurut Sahat, Peraturan Presiden
Nomor 59 Tahun 2017 tentangPembangunan Berkelanjutan telah mengatur
tentang pentingnya persoalan lingkungan ini.“Persoalan logam berat
ini sudah sangat lama, tetapi ternyata tidak teratasi, bahkan
cenderungmeningkat. Kami akan mendorong kementerian dan lembaga
terkait serius memperhatikan soalini,” ujarnya. Pendataan nasional
Dihubungi terpisah, Etty Riani mengatakan, dari berbagai penelitian
yang dilakukannya,pencemaran logam berat terjadi hampir di seluruh
perairan di Indonesia yang memiliki aktivitasmanusia tinggi,
utamanya yang ada industri besar. Selain di Teluk Jakarta, polusi
logam beratjuga ditemukan di Teluk Bayur (Sumatera Barat), Lampung,
Surabaya, dan Banten.“Masalahnya, data pencemaran logam berat
secara nasional belum. Kami memang melakukankajian, tetapi sifatnya
sporadis di beberapa wilayah. Kalau Kemenko Kemaritiman akanmembuat
kebijakan, seharusnya dimulai dengan pemetaan secara nasional,”
katanya. AchmadRiyadi, Kepala Seksi Status Mutu Direktorat
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisirdan Laut Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan, instansinya baru
mulaimelakukan survei cemaran logam berat di Teluk Jakarta, Teluk
Semarang, dan Teluk Benoapada 2016. Datanya masih dianalisis.
(AIK)Sumber berita: Harian Kompas 8 Agustus 2017
3 / 3