Page 1
TERAPI KOMPLEMENTER: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DAUN
CANGKRING (ERYTHRINA FUSCA LOUR) SEBAGAI CAMPURAN AIR MANDI
TERHADAP PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA CACAR AIR
(VARICELLA SIMPLEX)
KARYA TULIS
DIAJUKAN DALAM LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT NASIONAL
“EVALUASI SERTA SOLUSI INDONESIA SEHAT 2010” YANG
DISELENGGARAKAN OLEH FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI, UNIVERSITAS
JENDRAL SOEDERMAN
Disusun oleh :
ARIF TRI SUBEKTI 22020110120056
CIPTANINGRUM MARISA P 22020110120011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2011
i
Page 2
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Karya Tulis Ilmiah : TERAPI KOMPLEMENTER: EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN DAUN CANGKRING (ERYTHRINA
FUSCA LOUR) SEBAGAI CAMPURAN AIR MANDI
TERHADAP PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA
PENDERITA CACAR AIR (VARICELLA SIMPLEX)
2. Bidang Ilmu : Kesehatan
3. Anggota Karya Tulis Ilmiah
Penulis I : Arif Tri Subekti
Penulis II : Ciptaningrum Marisa Prawarti
4. Dosen Pembimbing : Madya Sulisno, S.Kp.,M.Kes
Semarang, 4 Juni 2011
Penulis I Penulis II
Arif Tri Subekti Ciptaningrum Marisa P
NIM. 22020110120056 NIM. 22020110120011
Mengetahui,
Ka. Prodi Ilmu Keperawatan Dosen Pendamping
Meidiana Dwidiyanti, S.Kp.,M.Sc Madya Sulisno, S.Kp.,M.Kes
NIP. 196005151983632002 NIP. 19740505201012001
ii
Page 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Terapi
Komplementer: efektivitas penggunaan Daun Cangkring (Erythrina fusca Lour) sebagai
campuran air mandi terhadap pencegahan komplikasi pada penderita Cacar Air
(Varicella simplex)”. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis
Ilmiah “Evaluasi dan solusi Visi Indonesia Sehat 2010” yang diselenggarakan oleh
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jendral Soederman Purwokerto.
Keberhasilan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari dorongan
serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat yang berlimpah.
2. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan mendukung dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah.
3. Ibu Meidiana Dwidiyanti, S.Kp.,M.Sc selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
4. Bapak Madya Sulisno, S.Kp.,M.Kes selaku dosen pendamping.
5. Staff dan dosen pengajar PSIK FK UNDIP yang memberikan bekal kepada
penyusun dalam menulis karya tulis.
Penulis menyadari, Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kepentingan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Semarang, juni 2011
penulis
iii
Page 4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
I. 1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
I. 2. Rumusan Masalah................................................................................................................... 6
I. 3. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................... 6
I.3.1. Tujuan Umum ............................................................................................................. 6
I.3.2 Tujuan khusus ............................................................................................................. 6
I.3.3 Manfaat Penulisan....................................................................................................... 6
I.4. Metodelogi Penulisan............................................................................................................... 6
1.4.1 Sumber dan Jenis Data ................................................................................................ 6
I.4.2. Pengumpulan Data ...................................................................................................... 7
I.4.3 Analisis Data .............................................................................................................. 7
I.4.4 Penarikan Simpulan .................................................................................................... 7
I.5. Tinjauan Pustaka...................................................................................................................... 7
1.5.1 Cacar Air ..................................................................................................................... 7
1.5.2. Tumbuhan Cangkring (Erythrina fusca Lour.) ........................................................... 9
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................... 18
III.1.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 18
III.1.2 Saran.................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... vi
CURICULLUM VITAE .................................................................................................................. vii
iv
Page 5
DAFTAR GAMBAR
No Nama Gambar Halaman
1. Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour) 10
2. Biji Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour) 11
3. Daun Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour) 11
4. Bunga Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour) 12
v
Page 6
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Kesehatan pada hakekatnya adalah unsur yang tidak terpisahkan dari kesejahteraan
manusia, serta merupakan kondisi normal yang menjadi hak yang wajar dari setiap orang
yang hidup dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya.
Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah keluarga, terutama yang
berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka merupakan harta yang paling berharga sebagai
titipan Tuhan Yang Maha Esa, juga dikarenakan kondisi tubuhnya yang mudah sekali
terkena penyakit. Oleh karena itu, bayi dan anak merupakan prioritas pertama yang harus
dijaga kesehatannya. (Iriannie Wijaya, 2005).
Seperti yang telah diamanatkan dalam UUD 1945 hasil amandemen, dalam Pasal
28 H ayat (1) dikatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Di sini secara jelas diatur bahwa hidup secara sehat dan
memperoleh pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga negara dan hal ini menjadi
kewajiban bagi negara untuk merealisasikannya. Sebagai implementasinya, pemerintah
telah merumuskan program pembangunan kesehatan sebagai bagian dari program
pembangunan nasional dimana didalamnya terdapat enam program pembangunan
kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1059/MENKES/SK/IX/2004, salah satu pembangunan kesehatan nasional untuk
mewujudkan “Indonesia Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai
kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
1
Page 7
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2002).
Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma
Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)
dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Di Indonesia Penyakit Cacar Air (Varicella simplex) atau Chicken pox merupakan
penyakit yang berbahaya, karena dapat menyerang siapa saja terutama mereka yang belum
mendapat imunisasi. Bagi Masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi Cacar Air
beresiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan).3
Pada umumnya penyakit Cacar Air ini lebih banyak menyerang anak-anak usia 2-8
tahun.1,3 Sebab, sekitar 90% dialami anak usia kurang dari sepuluh tahun. Sedangkan
Penyakit ini dialami remaja dan dewasa sekitar 5% saja, mulai usia 15 tahun ke atas.5
Namun tidak menutup kemungkinan apabila di alami oleh orang dewasa bisa menjadi hal
yang serius.6
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, selama Periode Januari
hingga November 2007 sedikitnya 691 warga terkena penyakit Cacar Air. Kepala Bidang
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkuangan Dinkes mengatakan
terdapat lebih dari lima ratus penderita, akan tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan
tahun 2006. Data Dinkes tahun 2006 mencatat, jumlah penderita penyakit Cacar Air
sebanyak 1.771 orang.7
Varicella Simplex atau Penyakit Cacar Air adalah infeksi akut primer oleh virus
Varisela Zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Secara klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorfi, terutama dibagian sentral tubuh. Masa penularannya lebih kurang
7 hari dari timbulnya gejala.1 Penularannya melalui kontak langsung dan tidak langsung.
Kontak langsung dapat terjadi melalui cairan pernafasan dan kontak langsung dengan kulit
penderita. Sedangkan kontak tidak langsung dapat terjadi apabila kita menghirup udara
yang mengandung virus varisela zoster.4 Transmisi penyakit ini secara aerogen.1
2
Page 8
Penyakit ini dapat menimbulkan Komplikasi apabila tidak segera ditangani.
Komplikasi pada anak-anak jarang terjadi akan tetapi pada orang dewasa lebih sering
terjadi. Komplikasi tersebut berupa ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis,
hepatitis, kreatitis, konjungtivitis, otitis, arteritis, dan kelainan darah.1 Sehingga benar-
benar memerlukan pengobatan yang optimal dalam penyembuhan Cacar Air.
Pemerintah telah memberikan upaya preventif terhadap Penyakit Cacar Air yaitu
dengan pemberian Vaksin Varicella. Vaksin Varicella diberikan saat usia 12 bulan-13
tahun dengan memberikan 1 dosis dan usia 13 tahun hingga dewasa dengan memberikan 2
dosis.7 Selain itu, terdapat Upaya kuratif (penyembuhan) yaitu pengobatan medis.
Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik.1 Obat-obat tersebut
antara lain : obat anti-virus atau imunostimulator (misal, Asiklovir, famsiklovir,
valasiklovir), antibiotik berupa salep dan oral, Sedativa, Bedak yang mengandung zat anti
gatal dan Larutan antiseptic.1,2,3,5 Penggunaan obat tersebut efektif untuk proses
penyembuhan. Namun, lambat naun akan berdampak negatif pada tubuh kita.
Bagaimanapun Obat adalah bahan kimia, dan bahan kimia apabila masuk ke dalam tubuh
baik sedikit maupun banyak akan menimbulkan efek samping.
Di masyarakat ada beberapa mitos tentang Cacar Air yang mempengaruhi proses
penyembuhan. Salah satunya penderita Cacar Air tidak boleh terkena angin, hal tersebut
bermaksud agar penderita tidak dapat dengan mudah menulari orang lain dengan perantara
angin.4 Namun, ada mitos yang salah kaprah sehingga membuat proses penyembuhan
terhambat. Telah kita ketahui mitos itu adalah penderita Cacar Air tidak diperbolehkan
mandi, mungkin apabila penderita mandi bintik-bintik berair yang ada di sekujur tubuh
penderita bisa pecah sebelum waktunya tanpa disengaja sehingga Cacarnya bisa menyebar
ke seluruh tubuh. Dan sebagian besar masyarakat Indonesia mempercayai mitos tersebut.
Mitos tidak boleh mandi bagi penderita Cacar Air, tidak dibenarkan oleh dr Sawitri
sebagai Ahli penyakit kulit dan kelamin RSU dr Soetomo Surabaya dan ahli penyakit kulit
kelamin lain Prof Indropo Agusni SpK. Justru Penderita penyakit kulit, termasuk Cacar Air
dianjurkan mandi. Sebab, pada kulit selalu terdapat bakteri. Jika tidak dibersihkan, bakteri
akan cepat berkembang yang kemungkinan akan masuk ke luka Cacar. Untuk mandi,
dianjurkan menggunakan air hangat yang sudah diberi antiseptik yang bertujuan untuk
membunuh kuman/bakteri. Cara mandi dan mengeringkan badan pun harus diperhatikan
3
Page 9
agar lenting tidak pecah. Disarankan untuk menggunakan handuk yang halus. Selain itu,
disarankan pula untuk mengenakan baju yang longgar.5 Walaupun banyak para ahli
mengatakan bahwa aktifitas mandi diperbolehkan bagi penderita Cacar Air, masyarakat
tetap enggan untuk melakukannya. Disini terlihat masih kurang sosialisasi tenaga
kesehatan dan pihak terkait untuk meyakinkan masyarakat.
Sebenarnya, tidak cukup hanya menggunakan pengobatan medis untuk proses
penyembuhan Cacar Air. Pengobatan Tradisionalpun sudah terbukti mengobati Cacar Air.
Dalam hal ini, terapi Herbal dapat digunakan sebagai pengganti antiseptic untuk campuran
air mandi. Jadi pengobatan bukan hanya pengobatan medis saja. Pengobatan tradisional
yang dapat menjadi alternatif pengobatan medis maupun sebagai pendamping pengobatan
medis disebut Terapi Komplementer.8
Terapi Komplementer ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan
ilmu pengetahuan biomedik.9
Blackwelder (1998) menggabungkan cara terapi Medis dengan Alternatif menjadi
Complementary and Alternative Medicine(CAM). Keberadaan Terapi Komplementer
didukung oleh Permenkes RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007, salah satu terapinya adalah
: Terapi farmakologi dan biologi (Jamu, Herbal, Gurah).9
Diberbagai penelitian tentang Tanaman, Pohon Cangkring (Erythrina fusca lour)
atau biasa dikenal Pohon Dadap Cangkring telah lama digunakan sebagai obat tradisional.
Daunnya digunakan untuk mengobati gabag, cacar air, frambusia, gatal-gatal, ASI kurang
lancar (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985).10
Erythrina fusca lour berbatang kayu, berwarna keabu-abuan, permukaan kulit kasar
dengan cabang jarang, dilengkapi dengan duri tempel (Hutapea et al, 1994). Banyak
tumbuh di dekat muara sungai. Daun E. fusca lour mempunyai kandungan Tiap 100 gram
daun basah mengandung 60 kalori; 81,5 g air; 4,6 g protein; 0,8 g lemak; 11,7 g
karbohidrat total; 4,1 g serat; 1,4 g abu; 57 mg kalsium; 40 mg phosphor; 1,8 mg Fe; 2300
mg setara dengan beta karoten; 0,24 mg thiamin; 0,17 mg riboflavin; 6,54 ng niasin, 78 mg
asam askorbat (Duke, 1983).10
4
Page 10
Daun, kulit batang, dan akarnya mengandung saponin dan polifenol, sedangkan
akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1994). Ekstrak etanol daun dan kulit batang
Cangkring mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid (Meiyanto et al., 2003). Ekstrak
kloroform daun Cangkring (E. fusca) mengandung golongan senyawa flavonoid, fenolik,
dan terpenoid, efluen nomor 30 mengandung flavonoid dan fenolik (Wahyuningsih, 2004).
Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi ekstrak metanol daun Cangkring (E. fusca) mengandung
alkaloid, saponin dan terpenoid (Rahmawati, 2004).
Dari Hasil penelitian tersebut, zat-zat yang terkandung di Daun Cangkring
mengandung antiseptic yang dapat mendukung proses penyembuhan penyakit Cacar Air.
Bahkan sudah diakui secara Pengobatan Tradisional digunakan untuk mengobati penyakit
Cacar Air. Sehingga komplikasi Cacar Air dapat terhindarkan.
Namun, Masyarakat Indonesia masih belum mengetahui tentang hal tersebut,
sehingga mereka hanya menggunakan pengobatan medis untuk menyembuhkan Cacar Air.
Pemerintah juga belum optimal dalam menggunakan tanaman herbal untuk upaya kuratif.
Hal ini belum sesuai dengan tujuan program upaya pelayanan kesehatan yaitu
menggunakan cara pengobatan tradisional yang aman dan bermanfaat, baik secara
tersendiri maupun terpadu dalam jaringan pelayanan kesehatan paripurna.
Dari latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk membahas terapi
komplementer yang dapat diterapkan dalam pengobatan pacar air yaitu efektivitas
penggunaan Daun Cangkring (Erythrina fusca Lour) sebagai campuran air mandi terhadap
pencegahan komplikasi pada penderita Cacar Air (Varicella simplex). Karena Penulis
mempunyai pengalaman pribadi saat mengalami Cacar Air. Penulis, menggunakan Daun
Cangkring sebagai Campuran air mandi, dan hasilnya proses penyembuhan lebih cepat
serta tidak menyebar. Selama menderita Cacar Air Penulis tidak ketergantungan
menggunakan obat-obatn
Dari pembahasan ini, diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk menggunakan
pengobatan Tradisional. Dan tenaga Kesehatan mampu mengkombinasikan pengobatan
medis dengan pengobatan Tradisional. Dengan demikian, sasaran dari Pembangunan
Kesehatan dan Gizi Mayarakat tentang meningkatnya kemandirian masyarakat untuk
memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatan dapat tercapai (indikator Indonesia Sehat
2010)
5
Page 11
I. 2. Rumusan Masalah
1. Apakah Penggunaan daun Cangkring sebagai campuran air mandi, bermanfaat
untuk mencegah komplikasi pada Cacar Air?I. 3. Tujuan dan Manfaat
I.3. Tujuan dan Manfaat
I.3.1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan manfaat penggunaan daun Cangkring terhadap
pencegahan komplikasi Cacar Air .
I.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui kandungan daun Cangkring.
b. Mengetahui efektivitas kandungan daun Cangkring terhadap proses
penyembuhan Cacar Air.
c. Mengetahui cara penggunaan daun Cangkring sebagai campuran air
mandi.
I.3.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat memberikan informasi tentang pemanfaatan Daun
Cangkring (Erythrina fusca Lour) sebagai campuran air mandi terhadap
pencegahan komplikasi pada penderita Cacar Air (Varicella simplex).
2. Bagi tenaga kesehatan mengajak untuk menggunakan Daun Cangkring
sebagai terapi komplementer dalam proses penyembuhan Cacar Air
3. Bagi Peneliti mengajak untuk mengembangkan penelitian lebih luas lagi
tentang manfaat pohon Cangkring. Sehingga ada inovasi baru dalam
Pengobatan Tradisional.
I.4. Metodelogi Penulisan
1.4.1 Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam karya tulis ini bersumber dari berbagai
referensi atau literatur yang relevan dengan topik permasalahan yang dibahas.
Validitas dan relevansi referensi yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan.
Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif.
6
Page 12
I.4.2. Pengumpulan Data
Penulisan karya ilmiah ini digunakan metode studi pustaka yang didasarkan
atas hasil studi terhadap berbagai literatur yang telah teruji validitasnya,
berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian
atau analisis pembahasan.
I.4.3 Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan
menyusun secara sistematis dan logis. Teknik analisa data yang dipilih adalah
analisis deskriptif argumentatif, dengan tulisan yang bersifat deskriptif,
menggambarkan tentang terapi komplementer sebagai solusi untuk mengatasi
masalah kesehatan. Dalam pembahasan ini adalah efektivitas penggunaan Daun
Cangkring (Erythrina fusca Lour) sebagai campuran air mandi terhadap
pencegahan komplikasi pada penderita Cacar Air (Varicella simplex)
I.4.4 Penarikan Simpulan
Setelah proses analisis data, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun
dan menghubungkan rumusan masalah, tujuan penulisan, landasan teori yang
relevan serta pembahasan. Selanjutnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum
kemudian direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan
I.5. Tinjauan Pustaka
1.5.1 Cacar Air
Pengertian
Cacar Air atau Varicella simplex adalah infeksi akut primer oleh virus
varicella-zoster yang menyerang kullit dan mukosa, secara klinis terdapat gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorfi, terutama berlokasi di central tubuh.1
Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster.
Cacar Air (Varisela, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang
menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun
menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.11
7
Page 13
Etiologi
Virus Varicella-zoster. Infeksi primer ini menyebabkan penyakit Varisela,
sedangkan reaktivitas menyebabkan Herpes Zoster.1 Virus ini mempunyai amplop,
berbentuk ikosahedral dan memiliki DNA berantai ganda yang mengkode lebih dari
70 protein.7
Penyebaran
Penyebaran virus ini melaui kontak langsung dan tidak langsung. Kontak
langsung dapat terjadi melalui, melalui percikan ludah penderita, benda-benda yang
terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit, cairan pernafasan dan kontak
langsung dengan kulit penderita. Sedangkan kontak tidak langsung dapat terjadi
apabila kita menghirup udara yang mengandung virus varisela zoster.4
Transmisi penyakit ini secara aerogen. Tersebar kosmopolit, menyerang
terutama pada anak-anak.1
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi berlangsung 14-21 hari. Terdapat gejala prodromal berupa
demam tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala, disusul timbulnya erupsi
kulit berupa papul eritmatosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel dengan bentuk khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan
berubah menjadi pustul kemudian krusta. sementara proses ini berlangsung timbul
vesikel baru sehingga timbul gambaran polimorfi.
Mula-mula timbul di badan, menyebar secara sentrifugal ke wajah dan
ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas
atas. Pada infeksi sekunder kelenjar getah bening regional membesar. Penyakit ini
biasanya di sertai rasa gatal.
Komplikasi jarang pada anak-anak dan lebih sering pada dewasa, berupa
ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis, hepatitis, kreatitis,
konjungtivitis, otitis, arteritis, dan kelainan darah (beberapa macam purpura).
Infeksi pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada neonatus.
Penatalaksanaan
Varicellla simplex ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan
tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut
8
Page 14
mengalami panurunan daya tahan tubuh. Selain menjadi Cacar Air, Virus itu bisa
menjadi herpes Zoster.3,11. Pengobatan bersifat simtomasik dengan antipiretik dan
analgesik.
Upaya pencegahan dilakukan pemberian Vaksin Varicella diberikan saat
usia 12 bulan-13 tahun dengan memberikan 1 dosis dan usia 13 tahun hingga
dewasa dengan memberikan 2 dosis.7
Upaya Pengobatan yang dilakukan antara lain :
1. Penggunaan obat penurun demam asetaminofen.7
2. Penggunaan obat anti-virus misalnya asiklovir, famsiklovir, valasiklovir.1,2,3,7
3. Penggunaan obat antihistamin, bedak talk yang mengandung menthol untuk
mengurangi rasa gatal, sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit
sehingga kulit tidak banyak teriritasi.1
4. Penggunaan salep yang mengandung asiklovir 5%.1,3
5. Larutan antiseptic dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.3,11
6. Mengkonsumsi vitamin c, e untuk mengembalikan kembali kelembapan kulit.3
7. Mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi
obat.3
1.5.2. Tumbuhan Cangkring (Erythrina fusca Lour.)
Klasifikasi
1. Kingdonm : Plantae
2. Divisi : Spermatophyta
3. Anak divisi : Angiospermae
4. Kelas : Dicotyledonae
5. Bangsa : Rosales
6. Suku : Papilionaceae
7. Marga : Erythrina
8. Jenis : Erythrina fusca Lour.
(Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965).10
9
Page 15
Gambar 5.1. Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour)
Sumber: http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kae_erythrina%20_fusca_l.pdf
Nama Daerah
Galada ayer (Sumatera) Cangkring (Jawa), Rope (Sasak), Kane (Makasar),
Rase (Bugis), Ngareer (Samarinda), Cangkering, Dadap Cangkring, Dadap
rangrang, Dadap cucuk, Dadap duri (Heyne, 1987 and Mardisiswojo and
Rajakmangunsudarso, 1985).12
Morfologi Tumbuhan
Cangkring merupakan tanaman pepohonan yang berdaun rontok, tinggi 10-
20 m, berbatang kayu, berwarna keabu-abuan, permukaan kulit kasar dengan
cabang yang jarang, dilengkapi dengan duri tempel (Hutapea et al., 1994). E.
fusca Lour. mempunyai lebih banyak duri daripada Erythrina lithosperma (Heyne,
1987).
Batangnya tegak berkayu, bulat, percabangan simpodial, berduri tajam dan
berwarna putih kecoklatan. Daun majemuk beranak tiga, berbentuk bulat telur
dengan ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, panjang 20-30 cm, lebar 4-10 cm,
tangkai panjang 10-15 cm. Tulang daun menyirip, berwarna hijau mengkilap,
cabang samping anak daun berukuran lebih kecil daripada daun yang di ujung
tengah (Hutapea, 1994).
Bunga majemuk, berwarna jingga muda, terletak di ujung batang, tangkai
silindris, panjang 2-3 cm, kelopak berbentuk tabung, ujung bercangap, berwarna
hijau pucat; benang sari panjang kurang lebih 3 cm, berwarna merah, kepala sari
10
Page 16
berbentuk ginjal, berwarna kuning ; tangkai putik silindris, panjang 3 cm, berwarna
putih, kepala putik lonjong, berwarna kuning; mahkota berbentuk kupu-kupu,
berwarna merah. Bunga berbentuk polong, berwarna coklat. Akar tunggang,
berwarna putih kecoklatan (Hutapea, 1994).
Gambar 5.2. Biji Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour)
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Dadap
Gambar 5.3 Daun Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour)
Sumber : http://flickr.com/photos/naonik/page3
11
Page 17
Gambar 5.4 Bunga Pohon Cangkring (Erythrina Fusca Lour)
Sumber : http://wikipedia.org/wikipedia/commons/c/cf/erythrina_fusca.jpg
Habitat dan Penyebaran
Erythrina fusca Lour. tumbuh di hutan, tepi sungai dan tempat lain sampai
setinggi 700 m dari permukaan laut (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso,
1985). Juga hidup di daerah rawa-rawa dan di tepi aliran sungai (Backer and
Bakhuizen van den Brink, 1965). Tumbuhan ini tersebar hampir di seluruh Asia
Tenggara. Di Jawa ditemukan tumbuh di bawah 700 m di atas permukaan laut
(Heyne,1987).
Penyebaran tumbuhan ini diperkirakan dari daerah tropis kering ke arah
lembab melalui daerah subtropik kering ke daerah berhutan basah. Jenis ini
diperkirakan masih dapat hidup pada daerah berhujan sampai 10-40 dm pada suhu
20-280C dan pada pH 6-8. Jenis ini mampu bertahan pada kondisi yang bervariasi,
seperti di dataran rendah, tepi pantai, rawa, tanah yang rendah, sungai, tepi danau,
dan lain-lain (Croat, 1978).
Di Amerika, E. fusca tersebar dari Guatemala sampai ke Amazon Bason.
Sedangkan di Panama, spesies ini hanya dikenal sebagai tumbuhan yang berasal
dari tropik hutan basah, selalu tumbuh berawal dari daerah rawa (Croat, 1978).
12
Page 18
Kandungan Kimia
Tiap 100 gram daun basah mengandung 60 kalori; 81,5 g air; 4,6 g protein;
0,8 g lemak; 11,7 g karbohidrat total; 4,1 g serat; 1,4 g abu; 57 mg kalsium; 40 mg
phosphor; 1,8 mg Fe; 2300 mg setara dengan beta karoten; 0,24 mg thiamin; 0,17
mg riboflavin; 6,54 ng niasin, 78 mg asam askorbat (Duke, 1983).
Daun, kulit batang, dan akarnya mengandung saponin dan polifenol,
sedangkan akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1994). Ekstrak etanol
daun dan kulit batang Cangkring mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid
(Meiyanto et al., 2003). Ekstrak kloroform daun Cangkring (E. fusca) mengandung
golongan senyawa flavonoid, fenolik, dan terpenoid, efluen nomor 30 mengandung
flavonoid dan fenolik (Wahyuningsih, 2004). Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi
ekstrak metanol daun Cangkring (E. fusca) mengandung alkaloid, saponin dan
terpenoid (Rahmawati, 2004).
Manfaat Tumbuhan
Tumbuhan E. fusca telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Daunnya
digunakan untuk mengobati gabag, Cacar Air, frambusia, gatal-gatal, ASI kurang
lancar (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985). Kayu setelah diremas-
remas dapat diminum sebagai obat kencing darah atau kencing nanah (Heyne,
1987). Rebusan akar dan atau kulit batang dapat digunakan sebagai obat beri-beri
(Heyne, 1987 and Hutapea, 1994).
Penelitian yang telah dilakukan
Kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan cangkring yang
pertama kali diisolasi adalah alkaloid, termasuk erythroidine yang telah lama
digunakan sebagai suatu relaksan otot dalam pembedahan dan dalam pengobatan
schizophrenia (Heyne, 1987 and Hutapea, 1994).
Penelitian terhadap ekstrak etanol daun E. fuscamenunjukkan aktivitas
sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX) 2 pada sel Raji. Hambatan pada COX
akan menekan konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin (PGE2) sehingga
meningkatkan ketersediaan ceramide, induktor apoptosis yang poten. Selain itu,
13
Page 19
penghambatan ekspresi COX 2 akan menekan produksi PGE2 yang menurunkan
ekspresi onkogen antiapoptosis Bcl-2 (Werdhinindah, 2005).
Ekstrak metanol daun E. fusca memiliki kemampuan untuk menghambat
enzim topoisomerase II secara in vitro (Sismindari et al., 2001). Pada saat proses
perpanjangan replikasi dimana suatu saat helikase akan tidak mampu membuka
heliks DNA karena pada ujung-ujung dari fragmen yang dibuka akan terjadi lilitan
yang sangat ketat. Oleh karena itu, enzim topoisomerase DNA berfungsi untuk
menghindari berhentinya proses replikasi dengan jalan memotong DNA yang
berlilitan ketat kemudian memutar balik dan menyambungkannya kembali.
Penghambatan enzim topoisomerase II akan menghentikan proses replikasi DNA
sehingga dapat menghambat proliferasi sel (Sismindari, 2002).
Hasil penelitian lain membuktikan aktivitas penghambatan angiogenesis
ekstrak etanol daun cangkring pada membran korio alantois embrio ayam (CAM)
terinduksi bFGF (Nurbayani, 2003).
Angiogenesis memberikan suplai nutrisi dan oksigen pada jaringan baru.
Apabila terjadi penghambatan angiogenesis, maka sel kanker akan mengalami
kematian akibat kurangnya nutrisi bagi kelangsungan hidupnya. Kandungan
flavonoidnya juga memungkinkan efek antikanker dengan bereaksi langsung
dengan metabolit karsinogenik dan mendetoksifikasinya (Cassady et al., 1990).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh CCRC, ekstrak
petroleum eter daun cangkring mempunyai efek antiproliferatif terhadap sel HeLa
dengan IC50 sebesar 62,11 μg/ml (Setyowati, 2004), ekstrak metanol daun
cangkring mempunyai harga IC50 sebesar 73,88 μg/ml (Dhiani, 2004) dan
Puspitasari (2004) melaporkan harga IC50 ekstrak kloroform daun cangkring
terhadap sel HeLa adalah 16,11 μg/ml, sedangkan fraksi nomor 30 mempunyai
harga IC50 sebesar 5,00 μg/ml.
14
Page 20
BAB II
PEMBAHASAN
Demi Twerwujudnya Visi Indonesia Sehat 2010, Tujuan dari Pembangunan
Kesehatan dan Gizi Mayarakat adalah terwujudnya derajat kesehatan dan gizi Masyarakat
yang optimal. Pemerintah sudah melakukan upaya kesehatan dalam mengatasi berbagai
masalah kesehatan. Salah satunya tentang penanganan Penyakit Cacar Air (Varicella
Simplex)
Pemerintah mewajibkan setiap anak untuk mendapatkan imunisasi dasar terhadap
tujuh macam penyakit yaitu penyakit TBC, Difteria, Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis),
Polio, Campak (Measles, Morbili) dan Hepatitis B. Imunisasi lain yang tidak diwajibkan
oleh pemerintah tetapi tetap dianjurkan antara lain terhadap penyakit gondongan (mumps),
rubella, tifus, radang selaput otak (meningitis), HiB, Hepatitits A, cacar air (chicken pox,
varicella) dan rabies (Thoephilus, 2000).
Upaya preventif yang berupa Vaksinasi Varicella dirasa efektif bagi pencegahan
Virus Varicella saat usia dini. Kemudian, Upaya kuratif yang diberikan pemerintah pada
masyarakat yang mengalami Cacar Air adalah pengobatan medis. Dalam pelaksanaannya,
keduanya efektif untuk penyembuhan. Namun, selama proses penyembuhan sebagian besar
Penderita Cacar Air tidak melakukan aktivitas mandi seperti yang sudah kami jelaskan di
latar belakang. Mitos tersebut di Indonesia sangat kuat dalam kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu, perlu dilakukan sosialisasi yang gencar oleh pemerintah, khususnya tenaga
medis. Sosialisasi tersebut bertujuan untuk meluruskan fakta yang ada, memberikan
informasi yang benar dan lebih, dan mempermudah masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan dirinya sendiri.
Sebagian orang mungkin akan bertanya, mengapa aktivitas mandi pada penderita
Cacar Air harus gencar dipromosikan? telah kita ketahui, Apabila tidak mandi, bakteri
akan cepat berkembang dan masuk ke Cacar sehingga dapat memperparah keadaan. Dan
untuk mandi itu sendiri dianjurkan menggunakan air hangat yang sudah diberi antiseptik
yang bertujuan untuk membunuh kuman/bakteri.5
Larutan antiseptic terbuat dari bahan kimia. Apabila kita menggunakannya untuk
mandi, secara tidak langsung bahan kimia tersebut menempel di tubuh kita. Dan bahan
15
Page 21
kimia tersebut akan bereaksi terhadap tubuh kita, dengan begitu maka akan ada reaksi-
reaksi yang ditimbulkan. Telah kita ketahui, tubuh kita harus mendapatkan perlakuan
untuk meminimalkan menerima bahan kimia dari luar tubuh. Karena bahan kimia lambat
naun dapat berdampak negatif, misal ketergantungan akan obat, virus/bakteri menjadi
resisten terhadap obat yang kita gunakan, kinerja organ kita terganggu karena efek
samping yang ditimbulkan obat.
Setelah kita mengetahui dampak yang bisa ditimbulkan obat, kita dapat
menyimpulkan bahwa dalam melakukan proses penyembuhan bukan hanya dengan
pengobatan medis saja, dan tidak hanya cukup dengan pengobatan medis. Kita perlu
pengobatan komplementer untuk mengoptimalkan proses penyembuhan dan menghindari
dampak-dampak negatif.
Namun, ada beberapa hambatan dalam menggunakan pengobatan komplementer,
diantaranya Masyarakat masa kini masih belum mempercayai kinerja pengobatan
tradisional. selain itu, masih kurangnya informasi dan pengetahuan tentang pengobatan
tradisional, mulai dari bahannya, kegunaanya dan lain sebagainya. Pemerintah masih
belum optimal dalam menggencarkan penggunaan pengobatan tradisional. Dalam
pengobati seseorang, mereka (tenaga kesehatan) masih ketergantungan dengan adanya
obat.
Dalam penyembuhan Cacar Air, Larutan antiseptic dapat diganti dengan Daun
Cangkring. Kandungan yang ada di daun tersebut mengandung antiseptic untuk melawan
virus varicella. Sangat disayangkan, apabila masyarakat tidak menggunakan pengobatan
tradisional ini. Dari hasil penelitian, Tumbuhan E. fusca dapat digunakan sebagai obat
tradisional. Daunnya digunakan untuk mengobati gabag, Cacar Air, frambusia, gatal-gatal,
ASI kurang lancar (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985).
Daun, kulit batang, dan akarnya mengandung saponin dan polifenol, sedangkan
akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1994). Ekstrak etanol daun dan kulit batang
Cangkring mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid (Meiyanto et al., 2003). Ekstrak
kloroform daun Cangkring (E. fusca) mengandung golongan senyawa flavonoid, fenolik,
dan terpenoid, efluen nomor 30 mengandung flavonoid dan fenolik (Wahyuningsih, 2004).
16
Page 22
Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi ekstrak metanol daun Cangkring (E. fusca) mengandung
alkaloid, saponin dan terpenoid (Rahmawati, 2004).
Cara menggunakan Daun Cangkring sebagai campuran air mandi cukup mudah,
yaitu:
1. Mempersiapkan tempat untuk air mandi, beberapa helai daun Cangkring.
2. Membersihkan terlebih dahulu Daun Cangkring dengan air biasa
3. Mengisi tempat air mandi dengan air hangat bersamaan dengan memasukan
Daun Cangkring.
Apabila menginginkan Daun Cangkringnya digerus juga tidak masalah. Dengan
menggunakan bahan yang lebih alamiah, dapat memberikan efek yang baik dan tidak
menimbulkan efek samping.
Dalam Visi Indonesia Sehat 2010 dalam program upaya kesehatan, yang bertujuan
khusus untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan cara pengobatan tradisional
yang aman dan bermanfaat baik secara tersendiri ataupun terpadu dalam jaringan
pelayanan kesehatan paripurna.(indikator Indonesia Sehat 2010) Dari Kasus Penyakit
Cacar Air kami mendapatkan beberapa point evaluasi yang berkaitan dengan Visi
Indonesia Sehat 2010 tersebut.
1. Pemerintah belum optimal dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat
tentang terapi komplementer untuk Penyakit Cacar Air, dan kurangnya
informasi tentang penyakit Cacar Air itu sendiri, khususnya mengenai perlunya
mandi.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan Daun Cangkring
sebagai campuran air mandi bagi penderita Penyakit Cacar Air
3. Pemerintah masih belum optimal dalam menggencarkan penggunaan
pengobatan tradisional. Dalam pengobati seseorang, mereka (tenaga kesehatan)
masih ketergantungan dengan adanya obat.
4. Belum optimalnya kelanjutan tindakan dalam pemanfaatan Daun Cangkring
untuk Cacar Air
5. Belum adanya pembudidayaan Pohon Cangrkring, mengingat Pohon
Cangkring semakin langka..
17
Page 23
BAB III
PENUTUP
III.1.1 Kesimpulan
Daun Cangkring dapat menjadi terapi komplementer sebagai campuran air mandi
pada penderita Cacar air untuk mencegah komplikasi. Karena Daun Cangkring
mengandung saponin dan polifenol, sedangkan Ekstrak etanol daun mengandung
flavonoid, alkaloid dan terpenoid. Ekstrak kloroform daun Cangkring (E. Fusca)
mengandung golongan senyawa flavonoid, fenolik, dan terpenoid, efluen nomor 30
mengandung flavonoid dan fenolik Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi. Ekstrak metanol daun
Cangkring (E. Fusca) mengandung alkaloid, saponin dan terpenoid. Zat-zat yang dimiliki
oleh daun Cangkring mengandung Antiseptic. Secara tidak langsung dapat meminimalkan
penggunaan obat, dimana obat yang dikonsumsi terus menerus dapat merugikan tubuh
manusia.
III.1.2 Saran
Setelah penulis menyimpulkan dari hasil pembahasan efektivitas Daun Cangkring
sebagai campuran air mandi untuk mencegah komplikasi terhadap penderita Cacar Air,
maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Mengingat mandi sangat dianjurkan dalam proses penyembuhan Penyakit Cacar
Air, Maka sebaiknya masyarakat untuk menggunakan terapi komplementer Daun
Cangkring sebagai campuran air mandi.
2. Diharapkan pada Masyarakat dan pemerintah untuk membudidayakan pohon
Cangkring, supaya dapat terjaga kelestariannya dan dapat dimanfaatkan secara
optimal.
3. Diharapkan pada tenaga medis untuk mengkombinasikan Terapi Komplementer
dengan Pengobatan/terapi medis sehingga proses penyembuhan bisa optimal.
Kemudian menyarankan kepada keluarga penderita untuk menggunakan terapi
Komplementer.
4. Diharapkan pada peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pemanfaatan
pohon Cangkring ini. Sehingga munculnya inovasi-inovasi baru dalam dunia
kesehatan supaya dapat tercapai Indonesia Sehat.
18
Page 24
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer A., Suprohaita., Wardhani WI., Setiowulan W., editor. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid II. Jakarta: Falkutas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2000
2. Bartlett JG. 1999. Pedoman Terapi Infeksi. Jakarta : EGC
3. Cacar Air. http://Wikipedia.com diakses tanggal 31 Juni 2011.
4. Mengatasi cacar air dan bekas cacar dengan obat tradisional. 23 Maret 2010.
http://cerlangcemerlang.com/2010/03/23/mengatasi-cacar-air-dan-bekas-cacar-
dengan-obat-tradisional/ Di akses tanggal 1 Juni 2011.
5. Daya Tahan Tubuh Lemah, Cacar Air Menyerang. 9 April 2007
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/kesehatan/daya-tahan-tubuh-
lemah-cacar-air-menyerang-3.html diakses tanggal 1 juni 2011.
6. Cacar Air. http://www.infosihat.gov.my/penyakit/kanak-
kanak/CacarAirKanak_kanak.php diakses tanggal 1 juni 2011
7. Kurniawan M., Dessy N., Tatang M. 2008. Varicela Zoster pada Anak.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/jurnal/31092331.pdf diakses tanggal 1 juni 2011
8. Tim redaksi. 2006. Seluk-beluk Terapi Alternatif dan komplementer. Jakarta :
PT.Buana Ilmu Populer
9. Pengobatan Komplementer Tradisional – Alternatif. http://buk.depkes.go.id/
diakses tanggal 22 Mei 2011
10. Admin CCRC Farmasi UGM. 24 Februari 2009. Daun Cangkring(Erythrina
Fusca Lour) http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com diakses tanggal 31 Juni 2011
11. Penyakit Cacar Air/ Varicella simplex. 24 September 2010.
http://www.akperppni.ac.id/sistem-integumen-kulit/penyakit-cacar-air-
varicella-simplex. diakses tanggal 30 Juni 2011
12. Erythrina Fusca Lour (Dadap Cangkring).
http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kae_erythrina _fusca_l.pdf diakses tanggal 1
juni 2011.
vi
Page 25
13. Gambar Pohon Dadap Cangkring. http://id.wikipedia.org/wiki/Dadap diakses
tanggal 30 Juni 2011.
14. Gambar Daun Cangkring. http://flickr.com/photos/naonik/page3 diakses
tanggal 1 Juni 2011
15. Gambar Bunga Pohon Cangkring.
http://wikipedia.org/wikipedia/commons/c/cf/erythrina_fusca.jpg diakses
tanggal 1 Juni 2011
vii
Page 26
CURICULLUM VITAEPenulis 1
Nama lengkap : Arif Tri Subekti
Tempat& tanggal lahir : Tegal, 06 Februari 1990
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Tinggi dan berat badan : 162 cm dan 55 kg
Agama : Islam
Alamat kost : Kost. Jl. Baskoro No. 86 RT 02/7 Tembalang, Semarang,
Jawa tengah.
Alamat rumah : Jl. Pintu Air No. 1 desa Bengle RT 16/02 Talang, Tegal
No HP : 085742141400
Hobi : Berenang, Menulis, Joging
Kepribadian : Bertanggungjawab, memiliki motivasi untuk maju dan
sanggup bekerja keras
Motto hidup : Be Yourself
Pendidikan Formal
2010-sekarang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, RIC’10 (Rintisan Class
International) Semester II
2006-2009 : SMA N 3 Tegal, Jurusan IPA
2003-2006 : SMP N 1 Talang
1997-2003 : SD N 1 Kaladawa
Karya Ilmiah yang pernah dibuat
1. Studi Deskriptif tentang pemanfaatan Jambu Biji sebagai Obat Pencegah Penyakit
DBD.
2. Studi Deskriptif tentang Proses Pembelajaran Bahasa Jawa pada Masyarakat
melalui Pendidikan Formal maupun Informal.
3. Keluarga Media Komunikasi Efektif dalam Mencetak Generasi Muda yang Sehat,
Bermoral, dan Berprestasi.
viii
Page 27
4. Studi Deskriptif tentang Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul terhadap
Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai Identitas Bangsa
5. Pemanfaatan Biji Kecipir (Psopocarpus Tetragonolobus) sebagai Bahan Baku
Pembuatan Susu Cair.
Prestasi
1. Juara I KIR Tk. Jawa Tengah Th. 2007
2. Juara II KIR Tk. Kota Tegal Th. 2007
3. Juara Harapan III Karya Tulis Tk. Jawa Tengah Th. 2008
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan jujur dan benar.
Semarang, 4 Juni 2011
Yang menyatakan,
Arif Tri Subekti
NIM. 22020110120056
ix
Page 28
Penulis II
Nama lengkap : Ciptaningrum Marisa Prawarti
Tempat& tanggal lahir : Sragen, 3 maret 1992
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Tinggi dan berat badan : 150 cm dan 47 kg
Agama : Islam
Alamat kost : Kost Aulia Gang Banyuputih 2 no. 16, Tembalang
Semarang, Jawa Tengah
Alamat rumah : Jalan Musi no 16 RT01/RW13 Cantel Wetan Sragen, Jawa
tengah
E-Mail : [email protected]
Hobi : Berorganisasi, Menyanyi, Membaca
Kepribadian : Selalu semangat, Bekerja yang optimal, Bertanggungjawab
dan Optimis
Motto hidup : If You Study More, You Can Get More.
Pendidikan Formal
2010-sekarang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, RIC ’10 (Rintisan Class
International) Semester II
2007-2010 : SMA N 1 Sragen
2004-2007 : SMP N 1 Sragen
1998-2004 : SD N 4 Sragen
1996-1998 : TK PERTIWI 01Sragen
Karya Tulis yang pernah dibuat
1. B-chaphone: Tempat Mungil nan Cantik di Kamar Mandi th. 2010
2. Kelas Prenatal untuk Mengurangi Tingkat Kematian pada Ibu Hamil di
Indonesia Th. 2011
Prestasi
1. Juara Lomba LT III Pramuka SMP se-Kab. Sragen
x
Page 29
2. Lomba festifal teater SMA se- Jawa tengah sebagai penyaji terbaik 2007
3. Lolos Pendanaan Dikti untuk PKM K tahun 2011 dengan judul usulan PKM “B-
chaphone: Tempat Mungil nan Cantik di Kamar Mandi”
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan jujur dan benar.
Semarang, 4 Juni 2011
Yang menyatakan,
Ciptaningrum Marisa P
NIM. 22020110120011
xi