Top Banner
PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia pada zaman dahulu hingga sekarang, telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam setiap periode waktu yang telah dilewatinya. Salah satu perkembangan tersebut yaitu perkembangan di dalam sektor ekonomi dan kerjasama antar Negara. ASEAN merupakan salah satu wadah kerjasama yang diikuti oleh Indonesia dengan Negara-negara Asia tenggara. Salah satu tujuan dari kerjasama ini adalah memperkuat stabilitas ekonomi, hal ini direalisasikan dalam AFTA yaitu Asean Free Trade Area yang diterapkan pada tahun 2003. Namun pada tahun 2010, kerjasama tersebut diperkuat dengan masuknya Cina sebagai Negara yang kokoh perekonomiannya dalam kerjasama tersebut sehingga perjanjiannya berubah menjadi ACFTA yaitu Asean-Chinese Free Trade Area. Pada awal Januari 2010, pasar bebas Asean Cina (Asean-China Free Trade Area) ini mulai diberlakukan, dengan membebaskan bea masuk bagi produk Cina yang akan masuk ke pasar ASEAN termasuk Indonesia. Sehingga dalam tahun terakhir ini, perjanjian ACFTA menjadi topik hangat yang dibicarakan oleh publik. Sebab perjanjian ini telah mempengaruhi sendi-sendi perekonomian Negara dan telah 1
31

LKTI

Sep 16, 2015

Download

Documents

Umi Nadhofa

Lomba LKTI
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PENDAHULUANLatar BelakangBangsa Indonesia pada zaman dahulu hingga sekarang, telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam setiap periode waktu yang telah dilewatinya. Salah satu perkembangan tersebut yaitu perkembangan di dalam sektor ekonomi dan kerjasama antar Negara. ASEAN merupakan salah satu wadah kerjasama yang diikuti oleh Indonesia dengan Negara-negara Asia tenggara. Salah satu tujuan dari kerjasama ini adalah memperkuat stabilitas ekonomi, hal ini direalisasikan dalam AFTA yaitu Asean Free Trade Area yang diterapkan pada tahun 2003. Namun pada tahun 2010, kerjasama tersebut diperkuat dengan masuknya Cina sebagai Negara yang kokoh perekonomiannya dalam kerjasama tersebut sehingga perjanjiannya berubah menjadi ACFTA yaitu Asean-Chinese Free Trade Area.Pada awal Januari 2010, pasar bebas Asean Cina (Asean-China Free Trade Area) ini mulai diberlakukan, dengan membebaskan bea masuk bagi produk Cina yang akan masuk ke pasar ASEAN termasuk Indonesia. Sehingga dalam tahun terakhir ini, perjanjian ACFTA menjadi topik hangat yang dibicarakan oleh publik. Sebab perjanjian ini telah mempengaruhi sendi-sendi perekonomian Negara dan telah merugikan banyak pihak seperti turunnya devisa Negara akibat turunnya ekspor komoditas hortikultura yaitu kentang sehingga merugikan petani kentang , surutnya produksi industri nasional sampai 50 persen karena kalahnya persaingan akibatnya adalah sektor industri terpaksa memangkas jumlah tenaga kerja hingga 20 persen, hal ini berarti jumlah pengangguran meningkat. Serta mengancam kelangsungan berbagai sektor indrustri di Indonesia.Kondisi perekonomian Indonesia akibat ACFTA sangat berdampak pada industri. Hal ini terlihat saat industri pengolahan di pasar domestik yang selama ini menjadi penyelamat bagi sektor industri manufaktur yang kehilangan pasar ekspor. Produk yang paling terkena dampak ACFTA diantaranya industri tekstil dan sepatu, karena produk dari Cina memiliki harga yang sangat murah dibandingkan dengan produk dari dalam negeri sehingga industri lokal sulit untuk bersaing dengan Cina. Namun tidak seluruh sektor industri pengolahan mengalami ancaman langsung dari produk Cina, sektor otomotif masih mempunyai daya saing dan tidak terpengaruh oleh ACFTA. Selain itu industri yang berorientasi ekspor maupun pasar dalam negeri mengalami penurunan kinerja akibat ACFTA. Namun hanya beberapa sektor yang tetap tumbuh pesat yaitu sektor indusri makanan dan minuman yang meningkat sekitar 15% pada tahun 2010.Pemberlakuan ACTA dapat menjadi ancaman bagi beberapa sektor manufaktur jika tidak diantisipasi dengan baik. Oleh sebab itu diperlukan strategi yang inovatif dan solutif untuk meningkatkan daya saing industri lokal, yaitu salah satunya meningkatkan produksi makanan khas yang berpotensi untuk diekspor ke Negara-negara Asean. Sebab makanan khas merupakan salah satu bidang usaha yang menarik untuk dijadikan inovasi usaha baru dan memiliki prospek jangka ke depan yang bagus . Karena selera konsumen berubah dari waktu ke waktu sehingga menginginkan sesuatu yang beda dan unik untuk mereka konsumsi. Salah satunya adalah Suwar Suwir yang merupakan salah satu makanan ringan khas Jember. Suwar Suwir adalah dodol tape khas Jember dengan bahan dasar tape singkong. Meskipun terbuat dari tape, namun aroma tape yang menyengat tidak terasa. Selain tape singkong sebagai bahan utama, bahan pendukung lainnya dalam pembuatan suwar suwir yaitu telur ayam dan gula. Citarasa manis suwar suwir sederhana namun terdapat paduan rasa seperti rasa manis, legit, asam, dan lembut. Harmonisasi rasa inilah yang membuat rasa suwar suwir unik. Saat ini suwar suwir mulai dikembangkan dengan berbagai rasa, seperti nangka, nanas, durian, coklat, kelapa muda, kacang hijau. Suwar suwir ini dapat bertahan selama satu tahun sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai produk makanan ekspor.

Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas tentang betapa pentingnya suatu strategi industri yang inovatif-solutif melalui pemanfaatan UMKM makanan khas Jember maka perumusan masalah dari karya tulis ini adalah : 1. Bagaimana prediksi ke depan makanan khas Jember Suwar Suwir berpengaruh dalam perindustian UMKM Indonesia menghadapi ACFTA?2. Bagaimana ciri khas industri UMKM Suwar Suwir sehingga mampu menjadi strategi industri dalam peningkatan daya saing menghadapi ACFTA?

TujuanBerdasarkan uraian tentang permusan masalah di atas maka tujuan dari karya tulis ini adalah :1. Memprediksi pengaruh makanan khas jember Suwar Suwir terhadap perindustrian UMKM dalam menghadapi ACFTA. 2. Menjelaskan ciri khas industri UMKM Suwar Suwir sehingga mampu menjadi strategi industri dalam peningkatan daya saing menghadapi ACFTA.

ManfaatManfaat yang dapat diperoleh dari karya tulis ini adalah :1. Pihak UMKMKarya tulis ini diharapakan mampu menjadi informasi dan masukan yang berguna kepada pihak UMKM dalam menetapkan kebijakan dan menerapkan strategi yang inovatif-solutif dalam menghadapi ACFTA.

2. Pihak PemerintahKarya tulis ini diharapkan mampu menjadi informasi bagi pemerintah dalam upaya-upaya antisipatif menghadapi barang-barang dari ASEAN khususnya China yang murah namun memiliki kualitas yang bagus sehingga daya saing industri UMKM Indonesia dapat terus meningkat.3. Masyarakat LuasKarya tulis ini diharapkan mampu menambah wawasan mengenai ACFTA dan makanan khas Jember suwar suwir dalam peningkatan daya saing industri kepada masyarakat luas.

TINJAUAN PUSTAKAASEAN China Free Trade Area (ACFTA)ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) lahir pada tanggal 1 Januari 2010. Negara-negara ASEAN akan akan menarik keuntungan dari bea yang lebih rendah bagi barang-barang ekspor mereka ke China ,yang rata-rata adalah 8,9 persen di tahun 2007. ACFTA juga memiliki kemungkinan lebih besar untuk dapat membantu pertanian, makanan, dan komponen-komponen yang padat teknologi daripada barang-barang manufaktur berat. Perjanjian tersebut diperkirakan dapat menolong negara-negara seperti Indonesia dan Vietnam untuk mengurangi defisit perdagangan mereka dengan China dan menambah surplus perdagangan negara-negara seperti Thailand, Malaysia dan Filipina.(Kompas,2010:40)Beberapa kalangan menerima pemberlakuan ACFTA sebagai kesempatan, tetapi di sisi lain ada juga yang menolaknya karena dipandang sebagai ancaman. Dalam ACFTA, kesempatan atau ancaman (Jiwayana, 2010) ditunjukkan bahwa bagi kalangan penerima, ACFTA dipandang positif karena bisa memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Pertama, Indonesia akan memiliki pemasukan tambahan dari PPN produk-produk baru yang masuk ke Indonesia. Tambahan pemasukan itu seiring dengan makin banyaknya obyek pajak dalam bentuk jenis dan jumlah produk yang masuk ke Indonesia. Beragamnya produk China yang masuk ke Indonesia dinilai berpotensi besar mendatangkan pendapatan pajak bagi pemerintah. Kedua, persaingan usaha yang muncul akibat ACFTA diharapkan memicu persaingan harga yang kompetitif sehingga pada akhirnya akan menguntungkan konsumen (penduduk / pedagang Indonesia).Meskipun demikian, ACFTA menemui tantangan politik di Indonesia dan Negara-negara ASEAN lainnya. Pemerintah Indonesia rupanya telah berjanji untuk merundingkan kembali perjanjian perdagangan tersebut sebagai jawaban atas tekanan dari berbagai perserikatan perdagangan. Para pengusaha manufaktur Indonesia merasa kuatir bahwa mereka tidak akan mampu bersaing dengan barang-barang konsumen dan modal yang datang dari China.(Kompas,2010:41)

Dampak ACFTA Terhadap Perekonomian IndonesiaProduk dalam negeri dinilai belum dapat bersaing dengan produk-produk dari China karena biaya produksi di dalam negeri masih tinggi dan menyebabkan harga jualnya jauh di atas produk-produk China. Penerapan ACFTA tentu akan menyebabkan berubahnya peta perdagangan antara Indonesia, negara-negara ASEAN, dan China.( Ibnu Purna, 2010)Indonesia, Vietnam, dan Indonesia saat ini mengalami defisit perdagangan dengan China. Ketiga negara ini mengimpor barang-barang manufaktur dari China dan mengekspor terutama bahan-bahan mentah. Bagi ketiga negara ini masalahnya adalahbahwa dengan semakin cepatnya perubahan-perubahan terjadi pada semua tingkat di dalam rantai-rantai pemasokan itu, semakin sulit bagi mereka untuk menembus industri-industri komponen.Nilai impor Indonesia dari China sebagai berikut : 1. Impor terbesar terjadi pada subsektor hortikultura, seperti bawang putih segar, buah apel, pir, serta kwini Mandarin segar, dan komoditas buah lainnya sebesar US$ 434,4 juta; 2. Subsektor pangan berupa benih gandum dan gandum lainnya, gula kasar, kacang kupas, dan komoditas pangan lain sebesar US$ 109,53 juta;3. Subsektor peternakan yang umumnya berupa impor binatang hidup US$ 17,947 juta (Tempo, 19 Januari 2010). Menurut Dr. Alex Retraubun, Wakil Menteri Perindustrian sejak ditandatanganinya ACFTA, kinerja perdagangan Indonesia dengan RRT meningkat tajam, walaupun pada 2 tahun terakhir nilai ekspor Indonesia berada di bawah nilai impornya. Sedangkan nilai ekspor non-migas Indonesia terhadap RRT sejak ditandatanganinya kerjasama ACFTA berada di bawah nilai impornya dimana pada 2008 dan 2009 memiliki kesenjangan yang cukup besar. Penguasaan pasar seluruh produk dan produk non-migas Indonesia di RRT terus mengalami peningkatan. Meskipun peningkatan penguasaan pasar produk non-migas Indonesia di RRT belum mengalami peningkatan yang tajam atau sebanding dengan penguasaan pasar produk Indonesia secara keseluruhan (Vereditas Dei Vol.II, 2010)Data yang dimiliki Ditjen Bea dan Cukai menunjukkan fakta bahwa melalui layar sistem peringatan dini (early warning system/ EWS) yang dikembangkan pemerintah dapat diketahui tidak ada lonjakan impor yang mengkhawatirkan. Pertumbuhan ekspor sendiri pada tahun 2010 ini diprediksi masih akan cukup kuat dan cenderung meningkat dengan perkiraan sebesar 14,2 persen. Adapun pada tahun 2011 sekitar 11,3 persen-11,5 persen pada tahun 2011. Adapun untuk impor, diprediksi akan tumbuh 17,2 persen pada 2010 dan 12,5 persen-12,7 persen pada tahun 2011. Perhitungan Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu negara terbesar dari sisi PDB pada 2014. Pada tahun 2009, negara-negara maju masih menguasai perekonomian dunia. Namun pada tahun 2014 akan berubah secara signifikan, terutama dengan China sebagai yang terbaik. Adapun Indonesia akan berada di posisi 17. Demikian pula dengan perhitungan Goldman Sach, yang memperkirakan pada tahun 2025, Indonesia menduduki posisi ke-5 terbesar dengan PDB Rp 10.000 triliun.(Orin Basuki, 2010)

Usaha Pemerintah Hadapi ACFTAPemerintah bersama pihak dunia usaha telah melakukan kajian bersama secara mendalam untuk mengindentifikasi sektor-sektor mana yang diperkirakan akan mengalami pelemahan daya saing. Kajian tersebut telah berhasil mengidentifikasi sebanyak 228 pos tarif produk dalam kerangka ACFTA dan sebanyak 227 pos tarif produk dalam kerangka CEPT-AFTA. Pos-pos tarif dimaksud diupayakan untuk dinegosiasikan kembali dengan negara mitra dalam perjanjian tersebut. Produk dalam negeri dinilai belum dapat bersaing dengan produk-produk dari China karena biaya produksi di dalam negeri masih tinggi dan menyebabkan harga jualnya jauh di atas produk-produk China. Penerapan ACFTA tentu akan menyebabkan berubahnya peta perdagangan antara Indonesia, negara-negara ASEAN, dan China. (Ibnu Purna, 2010)Penguatan industri dalam negeri ini berpedoman kepada Kebijakan Industri Nasional (Perpres 28/2008), dimana selama 5 (lima) tahun ke depan bertujuan untuk memantapkan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan (sustainable) serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan. Faktor-faktor pendukung yang diperlukan untuk penguatan industri dalam negeri ini antara lain:1. menghilangkan ekonomi biaya tinggi2. perbaikan undang-undang tentang ketenagakerjaan3. penyediaan bunga bank yang bersaing dan percepatan utilisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)4. penyediaan listrik dan gas yang mencukupi dan bersaing5. peningkatan infrastruktur, jalan, pelabuhan dan kawasan6. penyediaan insentif untuk investasi serta kegiatan research and development (R&D)7. training yang bersaing dengan kawasan8. program link and match sekolah dan kebutuhan industri9. kemudahan dalam mendapatkan ijin lokasi, khususnya untuk agro industri pengolahan sumber daya alam lainnya, dll.Strategi Pengamanan Pasar Domestik mencakup tiga hal yaitu: Pertama, pengawasan di border dengan cara: meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam pelaksanaan FTA; menerapkan EWS untuk pemantauan dini terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor ; pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal (SKA) barang dari negara-negara mitra FTA; pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, label, ingredient, kedaluwarsa, kesehatan, lingkungan, security, dsb.; penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO (safeguard measures) terhadap industri yang mengalami kerugian yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor (import surges); penerapan instrumen antidumping dan countervailing duties atas importasi yang unfair; penerapan kewajiban sertifikasi halal. Kedua, pengawasan peredaran barang di pasar lokal dengan task force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri. Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia. Ketiga, promosi penggunaan produksi dalam negeri.Untuk menekan ancaman yang muncul seiring dengan pelaksanaan ACFTA tersebut pemerintah juga telah membuat langkah-langkah pengamanan antara lain: Pertama, dalam rangka monitoring transaksi impor terkait dengan implementasi ACFTA, Kemenperin bersama-sama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan membuat model early warning system (EWS) untuk 228 pos tarif yang diusulkan ditunda implementasinya pada ACFTA. Kedua, terkait dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap 228 pos tarif tersebut, Kemenperin berencana untuk meningkatkan kapasitas Balai-balai Besar dan Balai Riset dan Standarisasi Industri dengan menambah jumlah dan jenis peralatan yang ada. Ketiga, untuk mendorong diterapkannya penggunaan produk dalam negeri secara optimal sebagaimana diamanatkan Keppres 80/2003 dan Inpres 2/2009.Usaha lain yang dilakukan untuk pengamanan ACFTA, pemerintah melalui SK Menperin No. 49, 50 dan 102 tahun 2009 melakukan: Perumusan kebijakan, strategi dan program P3DN; sosialisasi menyeluruh mengenai P3DN; dan monitoring, evaluasi, dan penyelesaian masalah P3DN. Ketiga komponen ini selanjutnya menjadi kelompok kerja yang dikoordinir oleh Sekjen Kemenperin. (Vereditas Dei Vol.II, 2010)

Suwar suwirWujud suwar-suwir hampir serupa dengan dodol. Bedanya, suwar-suwir memakai tape dari ketela pohon sebagai bahan utamanya dan berwujud lebih padat ketimbang dodol yang lunak dan kenyal. Kendati terbuat dari tape, namun kesan aroma tape yang menyengat nyaris tidak terasa. Selain menggunakan tape singkong, bahan-bahan pendukung lainnya dalam pembuatan suwar-suwir antara lain buah sirsak, telur ayam dan gula. Suwar suwir adalah makanan khas kota Jember, selain tape. Suwar-suwir sudah menjadi ikon kuliner Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.(Refaridwan, 2011)Umumnya, suwar-suwir dikenal dengan rasa legit dan bentuknya yang memiliki panjang sekitar 3-4 centimeter. Namun kini, beberapa produsen suwar-suwir mencoba berbagai terobosan dalam kemasannya untuk menambah daya tarik. Suwar-suwir pun hadir dalam aneka rupa dan rasa.(Wikipedia,2008)

METODE PENULISANPenulisan karya ilmiah ini menggunakan metode telaah pustaka. Metode telaah pustaka adalah kajian kritis atas pembahasan suatu topik yang sudah ditulis oleh para peneliti atau ilmuwan di dalam berbagai sumber. Sumber informasi bisa berupa buku, jurnal, media online, media cetak, internet, ataupun artikel ilmiah.

Langkah-langkah PenulisanLangkah-langkah penelitian yang telah ditempuh pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan DataPada tahap ini peneliti mengumpulkan berbagai sumber data baik dari buku maupun artikel-artikel pada majalah, koran dan internet. Tujuannya yaitu untuk menambah pengetahuan tentang materi-materi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Sehingga bisa merumuskan pertanyaan pada karya ilmiah ini.2. Analisis DataAnalisis data dilakukan sebagai suatu proses pengklasifikasian dan pengelompokan data yang selalu didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai pada suatu penelitian.

Teknik Pengumpulan DataPenulis dalam teknik pengumpulan data penelitiannya menggunakan metode analisis data. Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi dan mengelompokkan data.

PEMBAHASANDaya Saing (WEF) Indonesia 2009Peringkat baru daya saing tahun 2011-2012 negara-negara di dunia versi World Economic Forum (WEF) telah dirilis. Dalam rilis tersebut, peringkat Indonesia ternyata turun 2 peringkat dari 44 menjadi 46 .WEF melansir dalam websitenya terdapat beberapa indikator daya saing global yang mengalami penurunan, yaitu prasarana pelabuhan, birokrasi, dan ketersediaan listrik. Padahal berdasarkan laporan GCR 2010-2011 yang dilansir oleh World Economic Forum (WEF), daya saing Indonesia naik menjadi posisi 44 dari 144 negara dengan skor 4.43 dari posisi sebelumnya di 2009-2010 yaitu posisi 45. Indonesia berada dibawah langsung negara Barbados yang menempati posisi 43 dengan skor 4.45. (akuntanonline.com)Tabel 1. Sepuluh Negara Berdaya Saing Tertinggi Tahun 2011NEGARAPERINGKAT

Swiss1

Singapura2

Swedia3

Finlandia4

AS5

Jerman6

Belanda7

Denmark8

Jepang9

Inggris10

Sumber : WEF (2011), The Global Competitiveness Report 2011-2012

Tabel 2. Peringkat Daya Saing Beberapa Negara ASEAN dan China Tahun 2011NEGARAPERINGKAT 2011SKORPERINGKAT 2010PERUBAHAN

Singapura25.6331

Malaysia215.08265

Thailand394.5238-1

Indonesia464.3844-2

Vietnam654.2459-6

Filipina754.088510

China264.90271

Sumber: WEF (2011)Tabel 3. Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Lain Tahun 2011NEGARAPERINGKAT 2011SKORPERINGKAT 2010PERUBAHAN

Korea Selatan245.0222-2

China264.90271

Indonesia464.3844-2

Afrika Selatan504.34544

Brazil534.32585

India564.3051-5

Meksiko584.29668

Turki594.28612

Rusia664.2163-3

Sumber: WEF (2011)Pada tabel 1 bisa dilihat bahwa dari peringkat 1 sampai 10 adalah negara-negara maju. Di mana daya saing dari negara-negara tersebut memiliki efisiensi dan efektivitas yang luar biasa. Kalau dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, setelah Singapura, Malaysia menempati posisi teratas (peringkat ke 21), disusul oleh Thailand (39). Lihat Tabel 2. Vietnam dan Filipina berada di belakang Indonesia, pada peringkat ke 65 dan 75 bertururt-turut. Cukup mengejutkan adalah Filipina, yang naik 10 tingkat dari peringkat ke 85 tahun lalu. Kinerja daya saing Indonesia lebih buruk daripada Thailand, yang hanya turun satu tingkat padahal Thailand mengalami gejolak politik cukup lama. Malaysia mengalami kenaikan peringkat yang sangat besar (5 tingkat) melewati posisi Korea Selatan (24). China yang merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia saat ini memang belum masuk dalam peringkat 10 besar tetapi dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan yang cukup signifikan. China naik 1 peringkat dari peringkat 27 pada 2010 ke peringkat 26 pada 2011.Kalau dibandingkan dengan negara-negara setingkat BRICS, tingkat daya saing Indonesia lebih baik daripada Afrika Selatan (50), Brazil (53), India (56), Meksiko (58), Turki (59) dan Rusia (66). Lihat tabel 3.Dari data-data yang dikeluarkan oleh WEF membuktikan bahwa Indonesia masih kalah dalam hal daya saing global. Dibandingkan dengan China, Singapura, Malaysia (bahkan berada di atas Korea Selatan), dan Thailand, Indonesia masih kalah. Hal ini menjadi hal yang harus ditingkatkan lagi untuk menghadapi semua itu. Perlunya dilakukan kaji ulang terhadap kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Kementerian dan lembaga yang membidangi setiap pilar dan indikator yang mengalami penurunan peringkat perlu bekerja lebih dari biasa untuk menaikkan peringkat pada masing-masing indikator dan pilar daya saing tersebut.Ekspor-Impor Indonesia ke China dan Negara ASEANKegiatan ekspor-impor merupakan hal yang alamiah terjadi dalam perdagangan internasional. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan dukungan dari pemerintah seperti infrastruktur, kemudahan izin usaha serta pinjaman bank juga merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan ekspor-impor. Berikut tabel ekspor-impor Indonesia dengan negara-negara lain.

Tabel 4. Ekspor-Impor Indonesia ke Negara LainUS$ JutaNegaraEkspor NasionalImpor Nasional

Januari 2009Desember 2009Januari 2010Januari 2009Desember 2009Januari 2010

China462,91208,81011,71035.71482,61408,0

Singapura580,7713,8701,5651,5784,9784,2

Malaysia281,7730,3600,4212,6298,2330,8

Thailand147,9274,3288,6291,1466,6482,7

Anggota ASEAN lainnya252,5436,2367,251,7136,0102,6

Total7280,113348,111574,76600,610299,9954,3

Sumber: BPS, dalam Bisnis Indonesia, Selasa 2 Maret 2010Dari tabel 4 bisa dilihat ekspor-impor Indonesia, di mana total ekspor Indonesia lebih besar dari total impor. Tetapi terhadap negara-negara seperti Singapura, Thailand, apalagi China nilai ekspor masih kalah jauh. China sebagai negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia sedari dulu terus membenahi tingkat perekonomiannya sehingga hasilnya dapat dilihat dari sekarang. Dari tabel bisa dilihat jika impor lebih besar dari ekspor maka dapat terjadi defisit perdagangan hal ini sangat berbahaya karena berefek jangka panjang. Masalah yang paling dikhawatirkan adalah pengaruh ACFTA terhadap keberlangsungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berkonsentrasi pada pasar dalam negeri sehingga diperlukan usaha-usaha yang memiliki ciri khas untuk menanggulanginya.

Produk-produk China yang menguasai pasar Indonesia dapat ditampilkan sebagai berikut:

Dari diagram lingkaran di atas bahwa peralatan-peralatan yang sering digunakan sehari-hari menjadi bahan yang paling banyak diimpor dari Indonesia. Hal tersebut menjadi tantangan yang luar biasa terhadap industri UMKM di Indonesia. Kebijakan-kebijakan dengan khas lokal dapt menjadi solusi dalam permasalahan ini. China Menjadi Mitra Dagang Terbesar ASEANNilai total perdagangan antara negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dengan China yang selama tahun 2010 mencapai 231,2 miliar dolar AS menempatkan posisi China sebagai mitra dagang terbesar ASEAN. Demikian dikatakan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar saat memberikan penjelasan mengenai pertemuan konsultasi ASEAN-China dalam pertemuan para menteri ASEAN ke-43 di Manado, Jumat. (ANTARA News)Selama tahun 2010 nilai total ekspor ASEAN ke China sebesar 113,5 miliar dolar AS atau naik 39,1 persen dari tahun sebelumnya.Sementara impor ASEAN dari negeri tirai bambu itu nilainya sebesar 117,7 miliar dolar AS atau naik 21,8 persen dari tahun 2009.

Meningkatakan Daya Saing Industri Lokal UMKMIndustri lokal UMKM melalui pemanfaatan makanan khas dalam meningkatkan daya saing merupakan suatu hal yang jarang diimplementasikan. sehingga perlu ikhtiar kolektif dari segala pihak untuk mengembangkannya. Hal tersebut tentu saja tidak bisa lepas dari Visi dari Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia yaitu : Bangsa Indonesia yang Berkualitas Hidup dan Bercitra Kreatif di Mata Dunia.Liberasi penuh dalam hal perdagangan membuat pemberdayaan industri UMKM perlu ditingkatkan. Pemberdayaan industi lokal merupakan strategi jitu dalam persaingan menghadapi ACFTA. Selera kosumen mengalami perubahan dari waktu ke waktu sehingga keunikan cita rasa dari makanan khas bisa menjadi nilai tambah (addes value). Ekspor makanan khas ke negara-negara ASEAN dan negara China merupakan hal yang perlu ditingkatkan untuk meningkatakn daya saing dalam bidang industri.Prediksi Ke Depan UMKM Suwar Suwir dalam Industri IndonesiaSuwar suwir merupakan makanan khas yang ada di kabupaten Jember provinsi Jawa Timur. Kekhasan dari suwar suwir walau terbuat dari tape rasa tape hampir tidak keliatan atau terasa. Manisnya sederhana tapi mengena, dan juga ada rasa agak legit, dan asam manis. Sesuatu yang khas seperti ini bisa menjadi konsumsi yang dapat dimanfaatkan dalam ekspor ke negara-negara lain sebagai ciri khas daerah untuk meningkatkan daya saing industri.

Gambar 1. Suwar suwir

Gambar 2. Suwar suwir

Dari segi penerapan sains teknologi maka suwar suwir sudah terimplemtasikan dalam proses pembuatanya. Artinya pembuatan suwar suwir sudah aplikatif terhadap teknologi modern. Tape yang akan dimasak dengan gula, terlebih dulu harus dipilih satu per satu dan dihilangkan seratnya. Membuat suwar-suwir dapat dari 30 kilogram tape dan gula. Jumlah itu, pada proses pembuatannya akan mengalami penyusutan sekitar 30 persen. Setelah jadi adonan, kemudian dicampur esens. Selanjutnya didiamkan untuk mengalami proses fermentasi beberapa saat agar adonan mengeras. Rasa tape pada suwar suwir hampir tidak ada. Inilah kekhasan dari suwar suwir.Prediksi ke depan dengan memanfaatkan kekhasan makanan lokal yang dalam hal ini suwar suwir maka daya saing industri Indonesia akan mengalami peningkatan disebabkan antara lain :1. Nilai tambah (added value) dari suwar suwir2. Aplikatif terhadap teknologi modern3. Selera konsumen berubah-ubah sehingga diperlukan ciri khas rasa4. Industri merupakan sektor yang terus berkembang pesatPENUTUPKesimpulanACFTA merupakan fenomena perdagangan internasional yang tidak bisa dielakan lagi. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam dan ditopang oleh banyaknya jumlah penduduk sudah sepantasnyalah mampu bersaing agar bisa meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomiannya. Selain itu khas lokal yang ada di Indonesia merupakan kekuatan juga yang mampu menjadi titik tolak perekonomian Indonesia dapat bersaing secara global.Makanan khas Jember suwar suwir yang memiliki cita rasa yang khas bisa dijadikan pemberdayaan industri UMKM dalam menghadapi fenomena ACFTA yang sangat kompetitif. Selera konsumen yang selalu berubah menjadi latar belakang betapa pentinggnya usaha makanan khas. Yang mana efek yang dirasakan adalah jangka panjang.Hasil dari analisis data melalui tinjauan pustaka terhadap berbagai sumber informasi bisa berupa buku, jurnal, media online, media cetak, internet, ataupun artikel ilmiah. Dari hasil WEF 2011-2012 Indonesia merupakan negara yang memiliki daya saing global rendah. Indonesia masih kalah dengan beberapa negara ASEAN dan juga China. Padahal perjanjian ACFTA telah disepakati sehingga jika Indonesia tidak bisa melakukan manuver-manuver yang strategis maka Indonesia akan semakin tertinggal dan kemakmuran rakyat menjadi sesuatu yang sulit terealisasikan.Nilai ekspor Indonesia juga masih kalah dengan impor dengan negara China. Padahal China merupakan negara yang termasuk dalam perjanjian ACFTA berserta negara-negara ASEAN lainnya. Jika impor lebih besar maka terjadi defisit perdagangan yang mana sangat berbahaya karena berefek jangka panjang.Dibutuhkan industri UMKM yang inovatif-solutif yaitu dengan memanfaatkan kekhasan lokal. Makanan khas merupakan strategi industri UMKM yang baik diimplementasikan sebagai peningkatan daya saing menghadapi ACFTA dan jika terus ditingkatkan bisa melonjak untuk bersaing di skala lebih luas lagi yaitu tingkat global. Suwar suwir sebagai makanan khas Jember bisa dijadikan industri UMKM dalam peningkatan daya saing menghadapi ACFTA dengan harmonisasi rasa di dalamnya. Karena konsumen menginginkan sesuatu yang khas dari makanan. Hal inilah yang senyatanya dapat menjadi peningkatan ekspor makanan khas dalam persaingan ACFTA. Manfaat yang dirasakan juga dapat terealisasikan kepada masyarakat lokal khususnya Jember karena suwar suwir merupakan makanan khas yang tidak bisa ditemukan dengan mudah di daerah lain di Indonesia apalagi negara-negara ASEAN dan China tidak mungkin ada. Dan juga suwar suwir sudah aplikatif dengan teknologi modern.SaranMengingat ACFTA merupakan perjanjian antar negara-negara ASEAN dan China yang sangat kompetitif. Maka inovasi pemikiran dan tindakan harus termanifestasikan secara konkret. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan sudah seharusnya mendukung dengan penyediaan infrastruktur, serta dukungan-dukungan moril. Selain itu ekspor makanan khas merupakan hal yang dinilai cukup baik dalam persaingan ACFTA sehingga harus didukung penuh oleh pemerintah.

17