Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Bumi merupakan tempat manusia hidup dan melakukan
berbagai aktivitas kehidupan. Bumi memberikan berbagai
fasilitas alami untuk menunjang segala keaktivitas
manusia. Namun bagaimanakah bumi kita terbentuk?
Pernahkan kita berpikir seperti itu? Apa sajakah yang
menyusun bumi kita? dan bagaimanakah strukturnya?
Bumi kita tersusun dari bagian-bagian yang disebut
litosfer, hidrosfer, dan astenosfer. Namun, dalam
pembahasan akan dibahas mengenai struktur bumi
khususnya tentang litosfer dan tenaga pembentuknya.
Makhluk hidup di planet bumi tinggal pada lapisan bumi
yang keras dan kaku yang disebut kulit bumi atau
litosfer. Litosfer ini terletak paling atas atau paling
luar dari bagian bumi, sehingga sering disebut dengan
kerak bumi Meskipun kita tidak merasakan gerakan dari
kerak bumi, tetapi kerak bumi memiliki sifat dinamis.
Litosfer bukan merupakan suatu lapisan yang kompak,
terutama kerak bumi, tetapi terpecah-pecah menjadi
beberapa lempeng.
Lempeng-lempeng ini dapat hanyut di atas
astenosfer, yang merupakan lapisan paling luar dari
mantel bumi. Lempeng berada dalam keadaan bergerak
kontinu, baik relatif terhadap yang lain maupun
1
Page 2
terhadap sumbu rotasi bumi. Aktivitas gempa, vulkanik,
dan barisan gunung berada di sekitar tepi lempeng dan
berkaitan dengan gerakan berbeda antara lempeng-lempeng
yang berdekatan
2.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, di dapatkan
rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimanakah struktur dari bumi?
2. Apa saja proses di dalam litosfer?
3. Apa itu lantai samudra?
4. Bagaimana geografis Gempa bumi?
5. Bagaimana teori tektonik lempeng?
2.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan struktur bumi?
2. Untuk mengetahui proses di dalam litosfer?
3. Untuk mengetahui lantai samudra?
4. Untuk menjelaskan geografis Gempa bumi?
5. Untuk menjelaskan teori tektonik lempeng?
2.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan mengenai Litosfer bagi
mahasiswa 6/C Jurusan Pendidikan Fisika
Universitas Pendidikan Ganesha.
2. Menambah modul pembelajaran mengenai litosfer.
2
Page 3
3. Memberikan tambahan wawasan mengenai litosfer.
3
Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Bumi
Seperti yang kita ketahui dalam susunan atau
struktur tata surya dimana bumi merupakan salah satu
dari planet tata surya yang bersama dengan planet
lainnya bergerak mengitari matahari. Pengaruh terbesar
untuk kehidupan makhluk hidup diatas permukaan bumi
ini berasal dari matahari dan bulan. Pengaruh tersebut
disebabkan oleh revolusi bumi mengitari matahari dan
kenyataan bahwa bumi menerima panas dari matahari.
Fenomena lainnya yang terdapat ialah adanya pasang
surut samudera yang disebabkan oleh adanya kombinasi
daya tarik matahari dan bulan terhadap bumi. Dengan
demikian untuk mendapat suatu pemahaman yang utuh, maka
kita perlu mempelajari bumi, samudera dan atmosfer
sebagai suatu system yang terpadu.
Berbagai pengalaman memberikan bukti bahwa bumi
ini bulat. Dari sejarah terbentuknya bumi dijelaskan
bahwa planet-planet tata surya bentuknya bulat yang
berasal dari kabut yang disebut nebula. Namun, fakta
terakhir yang ditemukan ialah bahwa bumi tidaklah bulat
sempurna melainkan lebih berbentuk lonjong dimana
permukaan bumi pepat pada bagian kutub-kutubnya dan
gembung pada daerah katulistiwanya dengan diameter
khatulistiwa adalah 12.751 km dan diameter kutub 12.714
4
Page 5
km. Bullen (dalam Bott, 1972: 10) menggambarkan
lapisan-lapisan tersebut seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur Bumi
Dari Gambar 1 memperlihatkan bahwa struktur bumi
terdiri atas 3 lapisan utama, yakni kerak bumi yang
merupakan lapisan bumi yang terluar yang sering disebut
litosfer, Astenosfer (mantel atau selubung) bumi dan
Barisfer (core atau inti) yang merupakan bagian dalam
bumi. Setiap lapisan memiliki ketebalan dan komposisi
kimianya masing-masing.
2.1.1 Kerak Bumi (Crust)
Kerak bumi merupakan lapisan bumi yang paling
tipis berwujud padat dengan ketebalan kira-kira 30 – 60
km, dan dengan massa ±0,4 % dari total massa bumi
(diperkirakan mengandung 81 unsur). Lapisan atas kerak
disusun dari batuan basa dan asam dengan berat jenis
batuan sekitar 2,7 gr m3, terutama terdiri dari
Silisium dan Aluminium sehingga disebut lapisan Sila.
Sedangkan lapisan bawah banyak mengandung Silisium dan5
Page 6
Magnesium sehingga disebut lapisan Sima. Di daerah
daratan kedalaman kerak antara 30 – 40 km, umumnya
berupa rangkaian pegunungan. Pada bagian inilah sering
terjadi pergerakan yang diakibatkan karena melelehnya
kerak bumi bagian bawah dan menerobosnya cairan silikat
kental panas melalui celah-celah kerak bumi. Cairan ini
dikenal dengan sebutan magma. Pergerakan magma inilah
yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Lapisan kerak
bumi merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal dan
banyat terdapat batuan. Kerak bumi terdiri atas dua
bagian, yaitu kerak samudra dan kerak benua.
Kerak samudera
Kerak samudera berada di bawah samudra. Kerak
samudera memiliki tebal abtara 5 – 11 km. Kerak
ini berumur lebih muda dibandingkan dengan
kerak benua. Tidak ada kerak samudera yang
berumur lebih tua dari 200 juta tahun.
Kepadatan kerak samudera mencapai 3.000 kg/m3
Kerak Benua
Daratan di bumi dapat dibagi menjadi 6 bagian
yang disebut dengan benua, yaitu Eurasia (Eropa
dan Asia), Afrika, Amerika Utara, Amerika
Sellatan, Antartika, dan Australia. Kerak benua
berada di bawah benua dengan ketebalan kira-
kira 30 – 55 km. Kerak benua berumur lebih tua
daripada kerak samudera, beberapa batuan di
6
Page 7
kerak benua berumur hingga 3,8 juta tahun.
Kerak benua memiliki kepadata 2.700 kg/m3.
Holmes melakukan pembagian kerak bumi sebagai
berikut:
Bagian atas mempunyai tebal 15 km dengan berat
jenis sekitar 2,7 gr./m3 dengan komposisi magma
granit.
Bagian bawah dengan tebal 20 km, berat jenisnya
3,5 gr/m3 serta berkomposisi magma peridotit dan
eklogit.
Batas antara kedua kerak ini disebut Conrad
Discontinuity, mempunyai ketebalan 25 km dengan
berat jenis 3,5 gr/m3 dan berkomposisi magma
basalt.
2.1.2 Astenosfer (mantel atau selubung)
Astenosfer yaitu lapisan yang terletak di bawah
kerak bumi. Batas antara keduanya disebut bidang “Moho”
(Mohorovicic Discontinuity). Ketebalannya sekitar 2.900
km berupa material cair kental berpijar dengan suhu
sekitar 3.000oC dan massanya ±68,2% dari total massa
bumi . merupakan campuran dari berbagai bahan yang
bersifat cair, padat dan gas bersuhu tinggi. Selubung
bumi dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu selubung
bumi bagian atas, selubung bumi bagian tengah, dan
selubung bumi bagian bawah.
Selubung bumi bagian atas (upper mantle)
7
Page 8
Terletak pada zona 400 km diukur dari dasar
kerak bumi. Bagian ini mempunyai ketebalan
sekitar 400 km. Bagian ini disusun oleh suatu
material yang kental, atau batuan yang hampir
mencair. Keadaan ini dapat diketahui dari
kecepatan gelombang sekunder dan primer yang
rendah.
Selubung bumi bagian tengah (zona transisi atau
peralihan)
Terletak mulai dari kedalaman 400 km sampai
sekitar 700 km dari dasar kerak bumi. Jadi
ketebalan bagian ini sekitar 300 km. Zona
peralihan ini ditandai dengan peningkatan
kecepatan rambat gelombang-gelombang seismik
(gelombang S dan P).
Selubung bumi bagian bawah (lower mantle)
Terletak mulai kedalaman sekitar 700 km. Sampai
kedalaman 2900 km (puncak inti bumi). Bagian ini
disusun oleh material yang bersifat padat dan
sangat panas dengan temperatur mencapai sekitar
3000oC. Hal ini dapat diketahui dari dapat
merambatnya gelombang S melalui material
penyusunnya. Sedangkan membesarnya kecepatan
rambat gelombang seismik pada selubung bumi
semakin ke bawah kemungkinan disebabkan oleh
sebagian membesarnya tekanan pada bagian ini.
2.1.3 Barisfer (core atau inti)
8
Page 9
Barisfer merupakan bagian bumi paling dalam, yang
berada di bawah mantel bumi. Kedua lapisan ini dibatasi
oleh bidang Gutenberg (Gutenberg discontinuity). Inti
bumi tersusun atas nikel atau Niccolum dan besi atau
Ferrum sehingga sering disebut lapisan Nife. Lapisan
inti dapat pula dibedakan atas dua bagian yaitu inti
luar dan inti dalam.
a) Inti Luar (Outer Core)
Inti Luar adalah inti bumi yang ada di bagian
luar. Tebal lapisan ini sekitar 2.200 km,
tersusun dari materi besi dan nikel yang
bersifat cair, kental dan panas berpijar
bersuhu sekitar 3.900oC.
b) Inti Dalam (Inner Core)
Inti dalam adalah inti bumi yang ada di
lapisan dalam dengan ketebalan sekitar 2.500
km, tersusun atas materi besi dan nikel pada
suhu yang sangat tinggi yakni sekitar 4.800oC,
akan tetapi tetap dalam keadaan padat dengan
densitas sekitar 10 gram/cm3. Hal itu
disebabkan adanya tekanan yang sangat tinggi
di bagian – bagian bumi lainnya
Dari ketiga lapisan penyusun bumi, hanya kerak
bumi yang sudah banyak diketahui manusia. Bagian atau
zona lain dari bumi yang sudah banyak diketahui adalah
hidrosfer dan atmosfer.
2.2 Proses di dalam Litosfer
9
Page 10
Litosfer merupakan lapisan pertama sesudah
bagian dalam bumi sampai dengan kedalaman sekitar 1.200
kilometer, dimana lapisan ini berupa batuan. Litosfer
itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu litos
(batuan) dan sphaira (gulatan). Unsur-unsur penyusun
litosfer yang terbanyak adalah oksigen (46,6 %),
silikon (27,7 %), dan aluminium (8,1 %). Dengan suhu
litosfer relatif lebih dingin karena tekanannya
relative kecil
Tebal dari lapisan litosfer adalah 50-100 km.
Permukaan litosfer (kulit bumi) terdiri dari batuan
yang lebih kecil massa jenisnya dibandingkan dengan
batuan yang dibawahnya. Massa jenis rata-rata batuan
kerak bumi di darat adalah (2,9 gr/cm3) lebih kecil
dibandingkan dengan massa jenis rata-rata batuan kerak
bumi di lautan (3,0 gr/cm3)
Menurut Klarke dan Washington, batuan dipermukaan
bumi ini hampir 75% terdiri atas Silikon oksida dan
Aluminium silikat. Dengan dasar ini maka lapisan
litosfer sering disebut lapisan silikat. Lapisan
litosfer erat kaitannya dengan batuan, karena pada
lapisan ini penyusunnya kebanyakan berupa batuan. Unsur
silikon paling banyak menyusun lapisan litosfer disebut
pisau silikat. Lithosfer terdiri dari dua bagian utama,
yaitu :
a. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan
kulit bumi yang tersusun oleh logam logam silisium
10
Page 11
dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2 dan Mg O
lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar
dari pada lapisan sial karena mengandung besi dan
magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan
basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat
elastis dan mepunyai ketebalan rata rata 65 km .
b. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang
tersusun atas logam silisium dan alumunium,
senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3.
Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak,
bersifat padat dan batu bertebaran rata-rata
35km. Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian
yaitu :
Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri
dari batuan granit di bagian atasnya dan batuan
beku basalt di bagian bawahnya. Kerak benua
memiliki ketebalan 35 km, densitas rata-rata 2,8
gram/cm3, dan massanya 17,39 x 1021 kg.
Kerak samudera, merupakan benda padat yang
terdiri dari endapan di laut pada bagian atas,
kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan
yang paling bawah tersusun dari batuan beku
gabro dan peridolit. Kerak samudra memiliki
ketebalan sekitar 5 km, destinasi rata-rata 2,9
gram/cm3 7,71x1021kg. Kerak ini menempati dasar
samudra.
11
Page 12
2.3 LANTAI DASAR SAMUDRA
Bila kita melihat potret bumi kita yang diambil
dari angkasa luar, maka planet bumi didominasi oleh
lautan. Oleh sebab itu planet bumi sering disebut
sebagai planet biru (blue planet).Luas permukaan bumi
sekitar 510 juta km2. Dari luas tersebut sekitar 360
juta km2 atau sekitar 71% ditutupi oleh air (lautan
dan pantai). Sisanya , 29% atau sekitar 150 juta km2
merupakan daratan. Pembagian menjadi daratan dan
lautan tidak menunjukkan pembagian yang sama antara
bagian utara dan bagian selatan. Di bagian utara dari
bumi ini, 61% ditutupi oleh lautan sedangkan daratan
hanya sekitar 39%. Sedangkan di bagian selatan bumi
pembagiannya menjadi 81% merupakan lautan sedangkan
daratannya hanya 19%. Hal tersebut menjadikan bagian
utara bumi sering disebut sebagai hemisfer daratan
sedangkan bagian selatan disebut hemisfer air. Volume
dari daratan hanya sekitar 1/18 dari volume lautan.
Bila air yang menutupi permukaan bumi dikeringkan,
maka akan terlihat bukannya permukaan bumi yang rata
seperti yang dibayangkan, tetapi permukaan bumi
tersebut akan menunjukkan bentuk topografi yang sangat
bervariasi. Permukaan bumi tersebut akan menunjukkan
rangkaian pegunungan yang tinggi, lembah yang dalam,
dan juga dataran yang rata.
12
Page 13
Gambar 2. Topografi Permukaan Bumi
Meskipun kenampakan dasar samudera telah diketahui
sejak abad 15 dan 16, tetapi pemahaman tentang
topografi dasar samudera yang sangat kompleks baru
terkuak sekitar abad 19. Pemahaman ini baru terbuka
sejak adanya ekspedisi bawah laut sekitar 3.5 tahun
dari H.M.S. Challenger yang dimulai Desember 1872
hingga Mei 1876. Ekspedisi Challenger merupakan
ekspedisi pertama yang melakukan penelitian global
tentang dasar samudera. Ekspedisi ini telah melakukan
perjalanan di dasar samudera sekitar 110.000 kilometer
pada semua samudera kecuali laut Arctic. Meskipun
demikian, pemetaan dasar samudera baru bisa dilakukan
dengan baik setelah ditemukannya alat echo sounder,
yaitu peralatan electronik untuk megukur kedalaman
laut dengan teknologi bunyi.
Alat echo sounder bekerja dengan memancarkan
gelombang bunyi dari kapal ke dasar laut. Pantulan
gelombang bunyi dari dasar laut akan diterima oleh
13
Page 14
alat penerima dan dicata waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang tersebut untuk sampai ke alat penerima
(receiver). Dengan mengetahui kecepatan gelombang
bunyi di dalam air, maka kedalaman dapat diukur dengan
tepat. Sejak ditemukan alat echo sounder, maka
kenampakan yang lebih detil dri dasar samudera dapat
diketahui.
Ahli oseanografi (oseanografer) yang mempelajari
topografi dasar lautan membaginya menjadi tiga bagian
besar yaitu: tepi benua (continental margin), lantai
dasar samudera (ocean basin floor) dan pematang tengah
samudera (mid ocean ridges).
2.3.1 TEPI BENUA (CONTINENTAL MARGIN)
Tepi benua (continental margin) merupakan kawasan
tempat bertemuanya kerak benua dengan kerak samudera.
Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat labil. Tepi
benua dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu paparan
benua (contnental shelf), lereng benua (continental
slope), dan jendul benua (continental rise). Tepi benua
dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tepi benua yang
pasif (passive continental margin) dan tepi benua yang
aktif (active continental margin). Tepi benua pasif
dicirikan oleh pertemuan kedua lempeng yang tenang dan
merupakan kawasan yang relatif stabil. Sedangkan tepi
benua yang aktif dicirikan oleh adanya penunjaman kerak
samudera ke bawah kerak benua (zona subduksi).
14
Page 15
Gambar 3. Continental Margin
Paparan benua merupakan paparan dengan kemiringan
lereng yang landai mulai dari garis pantai ke arah laut
dalam. Paparan benua mempunyai ukuran lebar yang sangat
bervariasi tergantung dari tipe tepi benuanya. Pada
tepi benua yang pasif, rata-rata paparan benua ini
mempunyai lebar sampai 80 km dengan kedalaman mencapai
sekitar 130 meter sampai 200 meter pada bagian paling
tepi. Tetapi ada juga paparan benua yang lebarnya
mencapai 1500 km. Sedangkan pada tepi benua yang aktif
paparan benua mempunyai lebar yang relatif sempit.
Kemiringan lereng rata-rata dari paparan benua hanya 2
meter per kilometer. Kemiringan ini sangat landai
sehingga terlihat seperti suatu permukaan yang datar.
Paparan benua merupakan 7.5% dari luas total dasar
samudera. Luas ini setara dengan 18% dari luas total
daratan bumi. Kawasan paparan benua merupakan kawasan
yang sangat penting baik secara ekonomi maupun politik,
setelah pada kawasan ini ditemukan sebagai tempat
15
Page 16
deposit mineral yang penting, termasuk jebakan minyak
dan gas bumi, serta endapan pasir dan gravel yang
sangat besar. Selain itu pada kawasan ini merupakan
tempat berkumpulnya ikan-ikan dalam jumlah yang sangat
besar yang merupakan sumber makanan yang sangat
penting.
Bila dibandingkan dengan bagian dari lantai dasar
samudera yang dalam, paparan benua hanya merupakan
bagian yang sangat kecil. Meskipun demikian bukan
berarti paparan benua merupakan bagian yang relatif
halus. Kenampakan yang paling banyak dijumpai pada
paparan benua adalah lembah yang memanjang dari garis
pantai menuju ke laut dalam. Kebanyakan dari lembah-
lembah tersebut merupakan perpanjangan atau kelanjutan
dari lembah-lembah sungai yang ada di daratan. Lembah-
lembah tersebut terbentuk selama Kala Plistosen (zaman
peng-esan). Selama zaman tersebut sejumlah besar air
laut mengalami pembekuan dan berubah menjadi lapisan es
yang menutupi daratan. Hal ini menyebabkan turunnya
muka air laut hingga 90 sampai 120 meter, dan paparan
benua muncul ke permukaan. Hal ini mengakibatkan
sungai-sungai menjadi bertambah panjang dan banyak
fauna dan flora menempati lingkungan yang baru
terbentuk tersebut. Sekarang bagian tersebut telah
tertutupi kembali oleh air laut dan menjadi lingkungan
kehidupan bagi organisme laut.
16
Page 17
Kelanjutan dari paparan benua ke arah laut adalah
lereng benua (continental slope). Bagian ini melebar ke
arah laut dengan kemiringan lereng yang yang jauh lebih
terjal dibandingkan dengan paparan benua. Rata-rata
kemiringan lereng pada lereng benua adalah 70 m per
kilometer atau sekitar 4o sampai 5o. Pada tepi benua
yang aktif kemiringan lerengnya bisa mencapai 150 atau
lebih pada bagian dasarnya. Kedalamannya berubah dari
sekitar 100 sampai 200 meter hingga mencapai kedalaman
sekitar 5 kilometer. Lereng benua menandai batas antara
kerak benua dengan kerak samudera.
Gambar 4. Lereng Benua (continental slope)
Sepanjang beberapa rantai pegunungan, lereng benua
cenderung tiba-tiba menjadi palung laut dalam yang
memisahkan daratan dengan cekungan laut. Pada kasus ini
paparan benua sangat sempit atau bahkan tidak ada sama
sekali. Tebing dari palung laut dengan lereng benua
pada dasarnya menunjukkan kenampakan yang sama dan
17
Page 18
berubah menjadi pegunungan dengan puncak yang tingginya
mencapai ribuan meter dari permukaan air laut.
Kenampakan semacam ini dijumpai di sepanjang pantai
barat Amerika Selatan.
Di daerah dimana palung laut tidak terbentuk,
kemiringan lereng benua yang terjal akan naik secara
bertahap yang disebut dengan jendul benua (continental
rise). Pada jendul benua kemiringan lerengnya berkurang
menjadi 4 sampai 8 meter per kilometer. Sementara lebar
dari lereng benua rata-rata 20 kilometer, jendul benua
lebarnya mencapai ratusan kilometer. Pada tempat ini
terbentuk akumulasi sedimen yang tebal yang berasal
dari paparan benua yang bergerak ke bawah menuju lantai
dasar samudera yang dalam. Meskipun jendul benua
relatif tidak nampak, tetapi permukaannya sering
terdapat lembah bawah laut yang dalam (submarine
canyon) atau gunungapi bawah laut yang belum sepenuhnya
tertutup sedimen.Lembah yang dalam yang dibatasi oleh
tebing yang terjal dinamakan lembah bawah laut
(submarine canyon) yang berasal dari lereng benua dan
dapat mencapai kedalaman sampai 3 kilometer.
2.3.2 ARUS TURBIDIT
Arus turbidit atau sering disebut arus keruh,
adalah arus yang terbentuk akibat longsoran material
sedimen yang berada pada lereng benua. Proses ini
terjadi kemungkinan akibat adanya gempa bumi. Proses
18
Page 19
ini sama kejadiannya dengan longsoran yang terjadi di
daratan. Jadi faktor utama pembentuknya adalah gaya
gravitasi. Material yang longsor akan bercampur dengan
air dan membentuk arus yang keruh karena banyaknya
material yang tersuspensi di dalamnya. Karena air yang
bercampur material sedimen tersebut lebih berat dari
pada air yang berada di atasnya, maka material tersebut
akan mengalir ke bawah dan mengerosi dan akan
terakumulasi pada dasar laut yang lebih dalam. Proses
erosi yang dilakukan oleh material sedimen ini terus
terjadi selama proses terjadinya longsoran tersebut
sehingga kadangkala dapat membentuk lembah yang dalam.
Gambar 5. Arus Turbidid
Arus turbidit pada awalnya terjadi pada sepanjang
lereng benua dilanjutkan sampai memotong jendul benua .
Selanjutnya kecepatannya menurun kemudian material
19
Page 20
tersuspensi ini mulai terendapkan. Material yang
pertama kali terendapkan adalah material yang berukuran
pasir kasar selanjutnya berturut-turut material yang
berbutir halus, lanau dan lempung. Endapan ini disebut
endapan turbidit yang dicirikan oleh penurunan ukuran
butir dari bawah ke atas. Struktur sedimen demikian
disebut struktur sedimen lapisan bersusun (graded
bedding). Arus turbidit merupakan mekanisme terjadinya
proses erosi dan transportasi di bawah laut. Arus
inilah yang menyebabkan dijumpainya endapan sedimen
laut dangkal pada dasar laut yang dalam. Pada endapan
ini sering pula dijumpai sisa-sisa organisme yang hidup
pada laut dangkal di endapan laut dalam.
2.3.3 KENAMPAKAN LANTAI DASAR SAMUDERA
Diantara tepi benua dan pematang tengah samudera
terdapat lantai laut dalam. Kawasan ini berukuran
hampir 30% dari permukaan bumi. Pada kawasan ini
dijumpai adanya palung laut, yang merupakan alur yang
sangat dalam yang disebut palung-laut dalam (deep-ocean
trenches); daerah yang datar yang dikenal dengan
dataran abisal (abyssal plains); dan gunung berapi
dengan lereng yang terjal yang disebut gunung bawah
laut (seamount).
A. Palung-Laut DalamPalung-laut dalam
merupakan alur atau parit yang panjang dan relatif
sempit yang menggambarkan bagian terdalam dari20
Page 21
lautan. Beberapa diantaranya di bagian barat Samudera
Pasifik, palung laut ini mempunyai kedalaman lebih
dari 10.000 meter di bawah muka air laut.
Gambar 6. Palung Samudra
Meskipun palung laut merupakan hanya sebagian
kecil dari daerah dasar samudera, tetapi merupakan
fenomena geologi yang sangat menarik. Pada tempat ini
terjadi penunjaman lempeng-lempeng kerak bumi ke
dalam mantel bumi sehingga terjadi penghancuran dari
kerak tersebut. Fenomena ini yang menyebabkan
terjadinya gempa bumi. Aktivitas gunung api juga
berhubungan dengan proses pembentukan palung laut.
Pada laut yang terbuka, palung laut membentuk alur
yang sejajar dengan deretan pulau-pulau gunung api
(volcanic island arcs). Sedangkan deretan gunung api
kemungkinan dijumpai sejajar dengan palung laut yang
berdekatan dengan daratan. Aktivitas gunung api ini
21
Page 22
terjadi karena kerak bumi yang menunjam ke dalam
mantel bumi mengalami penghancuran dan mencairan yang
membentuk magma kembali.
B. Dataran Abisal (Abyssal Plains)
Dataran abisal merupakan kenampakan topografi yang
sangat datar, dan kemungkinan kawasan ini merupakan
tempat yang paling datar pada permukaan bumi. Dataran
abisal yang dijumpai di pantai Argentina mempunyai
perbedaan tinggi kurang dari 3 meter pada jarak lebih
dari 1300 kilometer. Topografi dataran ini kadang-
kadang di selingi dengan puncak-puncak gunung bawah
laut yang tertimbun.
Gambar 7. Dataran Abisal
Dataran abisal tersusun oleh akumulasi sedimen
yang sangat tebal. Kenampakan sedimen pada daerah ini
menunjukkan bahwa dataran ini dibentuk oleh endapan
sedimen yang telah megalami pengangkutan sangat jauh
oleh arus turbid. Endapan turbid ini berselingan
dengan material sedimen yang berukuran lempung yang
terus menerus terendapkan pada tempat ini.22
Page 23
Dataran abisal dijumpai sebagai bagian dari dasar
samudera pada semua lautan. Dataran ini akan lebih
luas apabila tidak dijumpai palung laut yang
berdekatan dengan daratan. Samudera Atlantik memiliki
dataran abisal yang lebih luas daripada samudera
Pacifik karena samudera Atlantik mempunyai palung
laut jauh lebih sedikit dibandingkan yang dijumpai
pada samudera Pasifik.
C. Gunung Bawah Laut (Seamounts)
Gunung bawah laut (seamount) merupakan puncak-
puncak gunung yang muncul pada dasar samudera dengan
ketinggian sampai beberapa ratus meter di atas
topografi sekitarnya. Puncak kerucut yang terjal ini
telah banyak dijumpai pada semua samudera di dunia
ini . Samudera Pasifik merupakan samudera dengan
gunung bawah laut yang terbanyak dibandingkan dengan
samudera lainnya.
Gambar 8 .Gunung Bawah Laut
Kebanyakan gunungapi bawah laut muncul pertama
kali dekat dengan pamatang tengah samudera, yaitu
tempat pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang
23
Page 24
divergen (saling menjauh). Selanjutnya gunung
tersebut terus bertumbuh seiring dengan pergerakan
dari lempeng-lempeng tektonik tersebut. Jika
pertumbuhan gunugapi tersebut cukup cepat, maka
gunung api tersebut akan membentuk suatu pulau.
Setelah gunung tersebut tumbuh sebagai pulau, gunung
tersebut akan mengalami proses erosi oleh aliran air
perukaan dan kerja ombak sehingga ketinggiannya
menurun sampai mendekati muka air laut.
2.3.4 PEMATANG TENGAH-SAMUDERA (MID-OCEANIC RIDGES)
Pematang tengah samudera dijumpai pada semua
samudera dan merupakan 20% dari permukaan bumi, dan
merupakan kenampakan topografi yang sangat menakjubkan
didasar laut. Topogarfi ini merupakan rangkaian
pegunungan yang memanjang sampai sekitar 65 000
kilometer. Meskipun demikian kenampakan pematang tengah
samudera sangat berbeda dengan rangkaian pegunungan
yang dijumpai di daratan. Kalau rantai pegunungan di
daratan disusun oleh batuan graniti dan andesitik
sertabatuan dan batuan metamorf yang megalami
perlipatan dan penesaran, maka pematang tengah samudera
disusun oleh lapisan-lapisan batuan beku basaltic yang
belum mengalami deformasi. Sebetulnya pemakaian kata
pematang tidak begitu tepat, karena kenampakan
topografi ini tidak sempit tetapi mempunyai lebar
antara 500 sampai 5000 kilometer. Puncak dari pematang
ditandai oleh adanya celah (rift) dan dibatasi oleh24
Page 25
pematang yang memanjang sampai ratusan kilometer. Sumbu
dari pematag ditandai oleh gempabumi yang terus menerus
dan dicirikan oleh aliran panas yang sangat tinggi dari
kerak bumi. Celah yang terdapat pada tengah pematang
merupakan tempat magma baru muncul dari astenosfer yang
secara menerus membentuk kerak samudera baru. Celah ini
menggambarkan batas kerak yang divergen tempat
terjadinya pemekaran lantai dasar samudera. (sea floor
spreading).
Kenampakan yang menonjol dari pematang ini
disebabkan karena kerak samudera yang baru sangat
panas, dan mempunyai volume yang lebih besar daripada
kerak samudera yang dingin. Ketika kerak yang baru ini
bergerak menjauh dari pusat pemekaran, terjadi lah
proses pendinginan yang bertahap dan terjadi pula
kontraksi. Proses kontraksi panas ini semakin besar
semakin menjauhi pusat pemekaran. Dibutuhkan waktu
sekitar 100 juta tahun untuk terjadinya proses
pendinginan dan kontraksi yang menyeluruh. Sekarang
batuan yang terbentuk tersebut terletak pada dasar
samudera dan telah tertutupi oleh lapisan sedimen yang
tebal
2.2.5TERUMBU KARANG DAN ATOL (CORAL REEF & ATOLL)
Terumbu karang (coral reef) kenampakan yang sangat
menarik yang dijumpai di laut. Terumbu karang terutama
dibentuk oleh sisa-sisa rangka gampingan dan sejenis25
Page 26
ganggang. Istilah coral reef . Terumbu karang sangat
banyak dijumpai pada samudera Pacifik dan Hindia yang
mempunyai temperatur yang hangat, meskipun dapat juga
terbentuk dimana-mana. Karena karang tumbuh dengan
sangat baik pada temperatur sekitar 24o C, maka lokasi
pertumbuhannya sangat membutuhkan air yang hangat.
Selain itu pertumbuhan koral membutuhkan air yang
jernuh dan sinar matahari yang cukup, oleh sebab itu
koral tumbuh dengan baik pada kedalaman sekitar 45
meter.
Gambar 9. Atol
Charles Darwin pada tahun 1831 sampai 1836, dengan
menggunakan kapal Inggris melakukan ekspedisi
mengelilingi dunia. Salah satu hasil dari ekspedisi
selama 5 tahun tersebut adalah teori tentang proses
pembentukan pulau-pulau karang atau atol. Atol terdiri
dari terumbu karang yang melingkar seperti cincin yang
hampir utuh yang mengelilingi laguna (lagoon), Laguna
adalah laut yang tertutup, tetapi masih berhubungan
dengan laut lepas. Sejak itu sampai setelah Perang
26
Page 27
Dunia II, asal muasal dari terumbu karang menumbuhkan
keingintahuan orang.
Teori yang dicetuskan oleh Darwin berusaha
menjawab pertanyaan yang selama itu timbul, yaitu:
Bagaimana koral yang hanya tumbuh dengan baik pada air
hangat, laut dangkal, dan kedalaman tidak lebih dari 45
meter dapat membentuk bangunan yang mencapai ribuan
meter dari dasar laut? Pertanyaann tersebut dijawab
oleh Darwin dengan teorinya, bahwa koral tidak hidup
pada laut yang dalam, tetapi untuk hidupnya koral
membutuhkan suatu fondasi yang harus sudah ada. Fondasi
tersebut adalah gunung api bawah laut yang mengalami
penurunan. Kemudian koral tumbuh pada lereng-lereng
gunungapi tersebut. Ketika gunung api tersebut turun
dengan perlahan, koral terus tumbuh ke atas. Lama
kelamaan pertumbuhan koral tersebut akan membentuk
semacam cincin.
2.3.6. SEDIMEN DASAR LAUT
Tempat-tempat yang dekat dengan puncak dari
pematang tengah samudera, dasar samudera ditutupi oleh
endapan sedimen. Sebagian material sedimen tersebut
terendapkan oleh arus turbid, dan sisanya merupakan
material sedimen yang terendapkan perlahan-lahan dari
permukaan laut. Ketebalan dari endapan sedimen tersebut
sangat bervariasi. Pada beberapa palung laut, yang
merupakan cekungan sedimentasi untuk sedimen yang
27
Page 28
berasal dari tepi benua, ketebalannya dapat mencapai 10
000 kilometer. Tetapi pada umumnya ketebalan sedimen di
dasar laut kurang dari angka tersebut. Di Samudera
Pasifik ketebalan endapan sedimen yang belum mengalami
kompaksi mencapai sekitar 600 meter. Sedangkan di
Samudera Atlantik ketebalannya berkisar antara 500
hingga 1000 meter.
Material yang berukuran halus seperti Lumpur,
merupakan material yang dominan dijumpai pada dasar
laut dalam, meskipun di beberapa tempat dijumpai juga
endapan yang berukuran pasir. Material Lumpur (mud)
juga merupakan endapan sedimen yang dominan dijumpai
pada paparan benua dan lereng benua, tetapi endapan
sedimen di tempat tersebut relatif lebih kasar karena
kandaungan material yang berukuran pasir relatif lebih
banyak. Pasir pada umumnya diendapkan pada paparan
benua yag membentuk pesisir pantai. Pada beberapa
tempat sedimen yang berbutir kasar ini, yang biasanya
dijumpai pada atau dekat pantai, dijumpai pada laiut
dengan kedalaman yang lebih besar sampai ke batas tepi
paparan benua.
28
Page 29
Gambar 10. Sedimen Dasar Laut
Endapan sedimen dasar laut dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1) Sediment litogenous (berasal dari rombakan
batuan),
Sedimen litogenous merupakan sedimen yang
terutama terdiri dari butiran mineral yang
berasal dari hasil pelapukan batuan di daratan
yang mengalami pengangkutan ke laut. Sediment
asal daratan ini disebut juga sedimen terigen
(terigenous sediment).
2) Sedimen biogenous (berasal dari organisme)
Sedimen biogenous terdiri dari cangkang atau
rangka dari organisme laut. Rombakan ini
dihasilkan dari mikro organisme yang hidup
dekat atau pada permukan air. Rombakan cangkang
dan rangka organisme ini secara terus menerus
akan jatuh ke dasar laut.
3) sedimen hydrogenous (berasal atau dibentuk oleh
air).
Sedimen hidrogenous terdiri dari mineral hasil
kristalisasi langsung dari air laut. Contohnya
batugamping yang dibentuk dari kristalisasi air
yang banyak mengandung calcium carbonate
(CaCO3). Meskipun kebanyakan batugamping
disusun oleh sedimen biogenous.
29
Page 30
2.4 GEOGRAFIS GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah perisitiwa pelepasan energi dari
terakumulasinya gaya akibat stress (tekanan) dalam bumi
dalam bentuk gelombang seismik.Pusat gempa bumi,
merupakan titik (tepatnya area karena merupakan
luasan) di dalam bumi di mana gempa terjadi disebut
hiposenter dan titik di permukaan bumi tepat di atas
hiposenter disebut episenter .
Karena perambatan gelombang gempa merupakan
gelombang seismik maka alat untuk merekamnya disebut
seismograf dan hasil rekaman disebut seismogram. Dari
rekaman tersebut maka dapat disimpulkan penyebab
terjadinya, lokasi asalnya, kekuatannya, jenisnya serta
sifat-sifatnya. Bahkan dari gelombang gempa tersebut
dapat diketahui struktur bagian bumi.
Gelombang seismik sendiri adalah gelombang mekanis
yang muncul akibat adanya gempa bumi. Adapun pengertian
gelombang secara umum adalah fenomena perambatan
gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini
mula-mula terjadi secara lokal yang menyebabkan
terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-
partikel medium, osilasi tekanan ataupun osilasi rapat
massa. Dalam hal ini akan terjadi transportasi energi
karena perambatan getaran tersebut . Tipe-tipe
gelombang seismik yaitu:
1. Menurut cara bergetarnya :
30
Page 31
Gelombang longitudinal/gelombang primer :
Gelombang gempa yang dirambatkan dari
hiposentrum melalui lipatan litosfer secara
menyebar dengan kecepatan antara 7-14 km per
detik. Gelombang yang pertama kali tercatat
pada seismograf.
Gelombang transversal/gelombang sekunder :
Gelombang gempa yang dirambatkan dari
hiposentrum ke segala arah dengan kecepatan
4-7 km per detik
Gelombang panjang : Gelombang gempa yang
dirambatkan dengan kecepatan kurang dari 3.5
km/detik dan merupakan gelombang perusak
2. Menurut tempat menjalarnya :
Body wave atau gelombang tubuh, merambat
masuk medium
Surface wave atau gelombang permukaan.
Intensitas atau kekuatan gempa bumi didasarkan
pada amplitudo gelombang seismik yang terekam pada
seismogram dan dinyatakan dalam skala richter (SR).
Gempa bumi yang merusak biasanya mempunyai kekuatan
(magnitudo) lebih dari 6 SR, walau sebenarnya
ditentukan pula oleh kedalaman
hiposenternya.Berdasarkan proses terjadinya gempa bumi
di bagi menjadi :
Gempa pendahuluan, amplitudo kecil dan
terjadi sebelum gempa utama.
31
Page 32
Gempa utama, amplitudonya besar sehingga
dapat dirasakan oleh manusia.
Gempa susulan, terjadinya setelah gempa
utama, lemah tetapi terjadi berulang.
Berdasarkan kedalaman hiposenter , gempa bumi dibagi
menjadi :
Gempa dalam, kedalam hiposenter lebih dari
300 km yang dapat mencapai permukaan tetapi
amplitudonya menjadi kecil sehingga
intensitasnya melemah.
Gempa sedang, hiposenter antara 60 – 300 km.
Pada umumnya jarang menimbulkan kerusakan di
permukaan bumi.
Gempa dangkal, hiposenter kurang dari 60 km.
Pada umumnya menimbulkan kerusakan di
permukaan bumi karena amplitudo yang mencapai
permukaan besar sehingga intensitasnya masih
kuat.
Geografis gempa bumi
Bila episentrum gempa kita gambarkan sebagai titik
di dalam peta dunia,maka akan terlihat bahwa titik
tersebut tidak tersebar merata di permukaan bumi,tetapi
terletak di dalam beberapa daerah sempit
tertentu.Daerah sempit ini disebut sabuk seismik
32
Page 33
Titik episentrum jika dipetakan akan terlihat
terletak dalam beberapa daerah yang sempit yang di
sebut sabuk seismik. Secara umum sabuk seismik terbagi
menjadi :
a) Sabuk seismik Lingkar Pacifik, meliputi Lautan
Pacifik melewati Irian, sulawesi Utara, Filipina,
Jepang, Kepulauan Kuril, Kamchatka Timur,
Kepulauan Aleutan, Alaska Selatan , Pantai barat
Amerika Utara, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
daerah Kutub Selatan, Selandia Baru, Pulau-pulau
Tonga, Fiji, Salomon dan kembali ke Irian.
b) Sabuk seismik mediteran atau alpide. Membujur dari
Azores, melalui daerah mediteran termasuk Alpen,
33
Page 34
Kaukasus, Laut Kaspia, Iran, Himalaya, Birma,
Kepulauan Andaman, Nicobar, Sumatera, Jawa dan
Nussa Tenggara.
Kedua sabuk ini saling bertemu di Irian.Tiap tahun
lebih dari 80% energy gempa dilepaskan di sabuk
Lingkar-Pasifik,15% di sabuk mediteran,dan 5% lainnya
di daerah gempa lainnya.
Dari Gambar diatas diperhatikan,maka selain kedua
sabuk seismik tersebut.di atas terdapat pula sabuk
seismik yang melintasi lautan misalnya,Samudra
Atlantik.Sabuk seismik ini melintang dari utara ke
selatan,seolah-olah membelah Samudra Atlantik.Letak
sabuk ini juga berimpit dengan suatu gejala geografis
yang dikenal sebagai punggung Tengah-Atlantik.Punggung
ini merupakan barisan pegunungan yang memanjang di
dalam Samudra Atlantik.Punggung Tengah-Lautan serupa
terdapat pula di dasar lautan yang lain,seperti di
pasifik dan samudra Hindia.
Dari sejumlah pengamatan mengenai kecepatan jalar
gelombang gempa dan pengukuran jumlah panas yang keluar
dari punggung dapat disimpulkan bahwa sepanjang
pungggung,tengah-lautan keluarlah material temperature
tinggi dari bagian dalam bumi.Untuk dapat menerangkan
ini disusunlah hipotesis konveksi mantel yang terletak
dibawah kerak bumi.Mantel yang tebalnya sampai 2900 km
menyelubungi inti bumi.Hipotesis konveksi mantel
mengatakan bahwa karena temperature permukaan bumi34
Page 35
tinggi,maka panas dipindahkan dari inti bumi ke
permukaan bumi.Karena konduktivitas panas batuan kecil
sekali,maka cara perpindahan panas yang paling baik
adalah konveksi di dalam mantel bumi.Dalam konveksi ini
bahan yang panas bergerak ke atas.
Dampak bencana gempa bumi
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa rambatan
gelombang seismik yang berasal dari energi yang
dilepaskan dari hasil pergerakan lempeng dapat
menimbulkan bencana. Bencana yang disebabkan oleh
gempabumi dapat berupa rekahan tanah (ground rupture),
getaran tanah (ground shaking), gerakan tanah (mass-
movement), kebakaran (fire), perubahan aliran air
(drainage changes), gelombang pasang/tsunami, dsb.nya.
Gelombang gempa yang merambat pada masa batuan, tanah,
ataupun air dapat menyebabkan bangunan gedung dan
jaringan jalan, air minum, telepon, listrik, dan gas
menjadi rusak. Tingkat kerusakan sangat ditentukan oleh
besarnya magnitute dan intensitas serta waktu dan
lokasi epicenter gempa.
1. Rekahan / patahan di permukaan bumi (Ground
rupture)
Pada umumnya gempabumi seringkali berdampak pada
rekah dan patahnya permukaan bumi yang secara regional
dikenal sebagai deformasi kerakbumi. Deformasi
kerakbumi dapat mengakibatkan permukaan daratan rekah
dan terpatahkan hingga mencapai areal yang sangat luas.
35
Page 36
Salah satu bukti nyata terjadinya ground rupture adalah
gempa yang terjadi pada Februari, 1976 dimana areal
seluas 12.000 km2 yang terletak di jalur patahan San
Andreas, 65 km di sebelah utara kota Los Angeles
mengalami pengangkatan (uplifted) oleh pergeseran sesar
San Andreas. Contoh lain dari deformasi kerakbumi
adalah gempa bumi yang terjadi pada tahun 1964 di
Alaska yang menghasilkan suatu rekahan dan patahan
serta deformasi batuan di mana daerah seluas 260.000
km2 terdiri dari dataran pantai dan dasar laut secara
lokal terangkat setinggi 2 meter dan secara regional
mencapai 16 meter. Rekahan dan patahan yang terjadi di
permukaan bumi dapat berdampak pada bangunan-bangunan,
jalan dan jembatan, pipa air minum, pipa listrik,
saluran telepon, serta prasarana lainnya yang ada di
daerah tersebut.
2. Getaran / guncangan permukaan tanah (Ground
shaking)
Bencana gempa yang secara langsung terasa dan
berdampak sangat serius adalah runtuhnya bangunan-
bangunan yang disebabkan oleh getaran/guncangan gempa
yang merambat pada media batuan/tanah. Pada umumnya
bangunan-bangunan yang berada diatas lapisan batuan
yang padat (firm) dampaknya tidak terlalu parah bila
dibandingkan dengan bangunan-bangunan yang berada
diatas batuan sedimen jenuh. Contoh kasus dari getaran
gempa yang merusak kota San Francisco pada tahun 1906
36
Page 37
adalah gempa yang epicenter-nya berada di sepanjang
jalur patahan (sesar) San Andreas dan bagian dari
segmen lepas pantai yang terletak disisi luar Golden
Gate merupakan segmen yang bertanggung jawab terhadap
kerusakan kota San Francisco.
3. Longsoran Tanah (Mass Movement)
Berbagai jenis luncuran dan longsoran tanah
umumnya dapat terjadi bersamaan dengan terjadinya
gempa. Hampir semua longsoran tanah dapat terjadi pada
radius 40 km dari pusat gempa (epicenter) dan untuk
gempa yang sangat besar dapat mencapai radius 160 km
dan salah satu contoh adalah gempabumi Alaska tahun
1964 yang memicu terjadinya longsoran-longsoran tanah
yang terletak jauh dari epicenter gempa. Pada dasarnya
getaran gempa lebih bersifat sebagai pemicu terjadinya
longsoran atau gerakan tanah. Dalam hal ini gempa
bersifat meng-induksi terjadinya gerakan tanah,
sedangkan longsoran dan gerakan tanah baru akan terjadi
apabila daya ikat antar butiran lemah, kejenuhan
batuan/sedimen, porositas dan permiabilitas
batuan/tanah tinggi.
4. Kebakaran
Kerusakan yang utama dan sering terjadi pada saat
terjadinya gempabumi adalah bahaya kebakaran. Hampir
sembilan puluh persen kerusakan yang terjadi di kota
San Francisco pada tahun 1906 adalah disebabkan oleh
kebakaran yang berasal dari material bahan bangunan
37
Page 38
yang mudah terbakar, kerusakan peralatan yang berkaitan
dengan listrik serta pecah dan patahnya saluran pipa
gas, listrik, dan air. Pada umumnya gempa meng-induksi
api yang berasal dari putusnya saluran listrik, gas,
dan pembangkit listrik yang sedang beroperasi yang pada
akhirnya menyebabkan kebakaran.
5. Perubahan Pengaliran (Drainage Modifications)
Terbentuknya danau yang cukup luas akibat amblesnya
(subsidence) permukaan daratan seperti dataran banjir
(floodplain), delta, rawa, yang diakibatkan oleh
gempabumi merupakan suatu permasalahan yang cukup
serius. Perubahan pengaliran akibat penurunan permukaan
daratan yang disebabkan oleh gempa memungkinkan
terbentuknya danau–danau buatan dan reservoir baru
serta rusaknya bendungan. Contoh kasus terjadinya
perubahan pengaliran (drainage) adalah gempa yang
terjadi pada tahun 1971 di San Fernando, California
telah menyebabkan hancurnya bendungan Van Norman Dam,
sedangkan gempa Alaska yang terjadi pada tahun 1864
meruntuhkan 2 Bendungan tipe earth-fill yang berada di
selatan kota Anchorage. Kedua bendungan tersebut
dilalui oleh suatu rekahan dan patahan yang memotong
badan bendungan dan telah merubah pengaliran (drainase)
yang ada di wilayah tersebut.
6. Perubahan Air Bawah Tanah (Ground Water
Modifications)
38
Page 39
Regim air bawah tanah dapat mengalami perubahan oleh
perpindahan yang disebabkan oleh sesar atau oleh
goncangan. Contoh kasus dari perubahan air bawah tanah
adalah gempa yang terjadi disepanjang suatu patahan
yang mengakibatkan terjadinya offset batuan di kedua
sisi permukaan tanah dan aliran air bawah tanah di
wilayah Santa Clara County, California, yaitu suatu
wilayah yang terletak di bagian selatan teluk San
Francisco. Dalam kasus ini kipas aluvial yang sangat
luas yang terletak di Alameda Creek mengalami
offset/perpindahan sejauh 2 km ke arah barat
perbukitan. Gawir yang terbentuk oleh sesar setinggi 8
meter menutup saluran-saluran sungai yang menuju ke
teluk San Francisco sehingga membentuk kolam-kolam yang
sangat luas. Patahan ini juga berimbas pada air yang
berada dibawah tanah, offset yang terjadi pada batuan
yang berada di bawah tanah telah menyebabkan lapisan
batuan yang permeabel tertutup oleh lapisan batuan
impermeabel sehingga mengakibatkan daerah yang berada
diantara gawir dan perbukitan mendapat air bawah tanah
yang melimpah sebaliknya daerah yang lain sedikit
menerima air bawah tanah.
7. Tsunami
Tsunami adalah suatu pergeseran naik atau turun
yang terjadi secara tiba-tiba pada dasar samudra pada
saat terjadi gempabumi bawah laut, kondisi ini akan
menimbulkan gelombang laut pasang yang sangat besar
39
Page 40
yang lazim disebut “tidal waves”. Istilah tsunami
berasal dari bahasa Jepang yang telah digunakan secara
luas, baik untuk gelombang pasang (“tidal waves”)
maupun gelombang yang disebabkan oleh gempabumi atau
yang lebih dikenal dengan istilah “seismic sea waves”.
2.5 Teori Tektonik Lempeng
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli
geofisika Inggris, Mc Kenzie dan Robert Parker (1967).
Kedua ahli itu menjadikan teori-teori sebelumnya
sebagai satu kesatuan konsep yang lebih sempurna
sehingga diterima oleh para ahli geologi. Teori
lempeng tektonik diyakini oleh banyak ahli sebagai
teori yang menerangkan proses dinamika bumi, antara
lain gempa bumi dan pembentukan jalur pegunungan.
Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut
litosfer terdiri dari lempengan yang mengambang di atas
lapisan yang lebih padat yang disebut astenosfer. Ada dua
jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak benua.
Kerak samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa,
sedangkan kerak benua tersusun atas batuan yang
bersifat asam.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun,
akibat adanya aliran panas yang mengalir di astenosfer
menyebabkan kerak bumi pecah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng
kerak bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut
untuk selanjutnya menjadi sumber kekuatan terjadinya
40
Page 41
pergerakan lempeng. Lempeng tektonik merupakan dasar
dari “terbangunnya” system kejadian gempa bumi,
peristiwa gunung berapi, pemunculan gunung api bawah
laut, dan peristiwa geologi lainnya. Pergerakan lempeng
tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan
lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan
saling melewati.
a. Pergerakan lempeng saling mendekat
Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat
menyebabkan terjadinya tumbukan yang salah satu
lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng yang
lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung
yang dalam dan merupakan jalur gempa bumi yang kuat.
Sementara itu di belakang jalur penunjaman akan
terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya
cekungan pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini
di Indonesia adalah pertemuan Lempeng Indo-Australia
dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng
tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan
Pulau Jawa, jalur gunung api di Sumatra, Jawa, dan
Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra
dan Jawa. Batas antarlempeng yang saling mendekat
hingga mengakibatkan tumbukan dan salah satu
lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain
(subduct) disebut batas konvergen atau batas lempeng
destruktif.
41
Page 42
Gambar 11. Pergerakan lempeng saling
mendekat (konvergen)
b. Pergerakan lempeng saling menjauh
Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan
menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi
hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru
yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling
menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di
belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak
lempeng yang baru. Proses ini berlangsung secara
kontinu. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini
adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah
samudra di Samudra Pasifik dan Benua Afrika. Batas
antarlempeng yang saling menjauh hingga
mengakibatkan terjadinya perluasan punggung samudra
disebut batas divergen atau batas lempeng konstruktif.
42
Page 43
Gambar 12. Pergerakan lempeng saling menjauh
(divergen)
c. Pergerakan lempeng saling melewati
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi
karena gerak lempeng sejajar dengan arah yang
berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada
pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya
bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi
penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun,
gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan
kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat
menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari
pergerakan lempeng ini adalah patahan San Andreas di
Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk karena
Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan,
sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke arah utara.
Batas antarlempeng yang saling melewati dengan
gerakan yang sejajar disebut batas menggunting (shear
boundaries).
43
Page 44
Gambar 13. Pergerakan lempeng saling
melewati
Pergerakan lempeng tektonik tersebut ternyata
menimbulkan berbagai fenomena di permukaan bumi,
misalnya terjadinya gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi
akibat pergeseran lempeng tektonik disebut gempa bumi
tektonik. Gempa tektonik terjadi di daerah subduksi,
yaitu batas pertemuan lempeng yang bertumbukan.
Berlandaskan pada teori lempeng tektonik, kerak bumi
terpecah-pecah menjadi lempengan-lempengan yang
mengapung di atas lapisan yang lebih cair. Lempeng
tektonik tebalnya dapat mencapai 80 km, tetapi ada juga
yang lebih tipis dengan luas yang beragam. Jika
lempeng-lempeng tersebut bergerak saling bertumbukan,
maka akan terjadi penunjaman. Sesuai dengan hukum
fisika sederhana, lempengan yang berat jenis atau
massanya lebih besar akan menunjam dan menyusup ke
bawah lempeng yang lebih ringan. Pergerakan lempeng
tektonik tersebut sangat lambat, yaitu antara 1 dan 10
cm per tahun. Namun, pergerakan yang sangat lambat
44
Page 45
tersebut ternyata mengumpulkan energi yang sangat kuat
secara pelan-pelan di kedalaman sekitar 80 km. Apabila
tekanan dan regangan tumbukan lempeng mencapai titik
jenuh, biasanya akan terjadi gerakan lempeng tektonik
secara tiba-tiba. Gerakan tersebut menimbulkan getaran
di muka bumi yang disebut gempa.
Jika lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi
aktivitas magmatis yang mengakibatkan penambahan landas
samudra. Di daerah pemisahan tersebut terdapat rekahan-
rekahan yang menjadi jalan untuk keluarnya cairan dari
dalam bumi. Cairan yang keluar dari dalam bumi tersebut
kemudian mendingin menjadi batuan basalt. Banyaknya
basalt yang terus terbentuk mendorong lempeng tektonik
ke arah yang saling berlawanan. Akibatnya, lempeng
tektonik terpisah dengan jarak yang makin jauh. Salah
satu contoh lempeng yang saling memisah adalah antara
Lempeng Australia dan Antartika. Kedua lempeng tersebut
memisah hingga membentuk pematang tengah samudra.
Gerakan saling menjauh kedua lempeng tersebut
menyebabkan lempeng India-Australia terdorong ke arah
utara hingga bertumbukan dengan lempeng Eurasia.
Lempeng India-Australia yang merupakan lempeng samudra
selanjutnya menunjam dan menyusup ke bawah lempeng
Eurasia. Daerah sekitar penunjaman lempeng antara lain
terbentuk palung di selatan Pulau Jawa, jalur gunung
api Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta cekungan
45
Page 46
Sumatra dan Jawa. Daaerah penunjaman juga merupakan
jalur gempa bumi yang kuat.
Pada setiap daerah penunjaman, kira-kira pada
kedalaman 150 km, terjadi pelelehan batuan yang disebut
pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan terjadi
karena adanya gesekan batuan dengan massa yang sangat
padat dan berat secara terus menerus. Melalui rekahan
atau celah yang ada, lelehan tersebut akan menyusup dan
berusaha menembus kerak bumi. Jika lelehan tersebut
berhasil menembus kerak bumi berarti di tempat tersbut
muncul gunung api. Oleh karena itu, dapat diketahui
bahwa gunung api dapat muncul di daerah terjadinya
gesekan lempeng tektonik.
Gambar 14. Sebaran lempeng tektonik (garis kuning) dan
gunung api (segitiga merah) di dunia
Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal
berada di Sirkum Pasifik. Kawasan ini dikenal dengan
sebutan lingkaaran api Pacific (Ring of Fire) karena di sepanjang
46
Page 47
kawasan ini muncul serangkaian gunung api. Lingkaran
api Pasifik membentang di antara subduksi dan pemisahan
lempeng Pasifik dengan lempeng-lempeng India-Australia,
Eurasia, dan Amerika Utara, serta tumbukan lempeng
Nazca dengan lempeng Amerika Selatan.
Zona lingkaran api Pasifik ini sangat luas, yaitu
membentang mulai dari pantai barat Amerika Selatan,
berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke
Kanada, semenanjung Kamchatka, Kepulauan Jepang,
Indonesia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik
Selatan. Selain menjadi tempat munculnya gunung api,
zona subduksi di lingkaran api Pasifik juga merupakan
tempat terjadinya gempa bumi. Menurut United State
Geological Survey (USGS), sekitar 90% gempa bumi di dunia
terjadi di sepanjang jalur lingkaran api Pasifik. Gempa
bumi yang terjadi di lingkaran api Pasifik lebih sering
diakibatkan oleh gerakan lempeng tektonik daripada
aktivitas gunung apinya.
47
Page 48
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian materi pada pembahasan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. struktur bumi terdiri atas 3 lapisan utama,
yakni kerak bumi yang merupakan lapisan bumi
yang terluar yang sering disebut litosfer,
Astenosfer (mantel atau selubung) bumi dan
Barisfer (core atau inti)
2. Lithosfer terdiri dari dua bagian utama, yaitu
lapisan sima dan lapisan sial.
3. Ahli oseanografi (oseanografer) yang mempelajari
topografi dasar lautan membaginya menjadi tiga
bagian besar yaitu: tepi benua (continental
margin), lantai dasar samudera (ocean basin
floor) dan pematang tengah samudera (mid ocean
ridges).
4. Gempa bumi adalah perisitiwa pelepasan energi
dari terakumulasinya gaya akibat stress
(tekanan) dalam bumi dalam bentuk gelombang
seismik. Bila episentrum gempa kita gambarkan
sebagai titik di dalam peta dunia,maka akan
terlihat bahwa titik tersebut tidak tersebar
merata di permukaan bumi,tetapi terletak di
dalam beberapa daerah sempit tertentu.Daerah
sempit ini disebut sabuk seismik48
Page 49
5. Teori lempeng tektonik menerangkan proses dinamika
bumi, antara lain gempa bumi dan pembentukan jalur
pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi)
yang disebut litosfer terdiri dari lempengan yang
mengambang di atas lapisan yang lebih padat yang
disebut astenosfer. Pergerakan lempeng tektonik
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan
lempeng yang saling mendekat, saling menjauh,
dan saling melewati.
3.2 Saran
49