Top Banner
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
15

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

Jun 06, 2019

Download

Documents

truongdan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Setiap manusia memiliki self (diri) yang didefinisikan sebagai identitas spesifik

dari individu. Self merupakan sebuah hasil konstruksi realitas yang merupakan

aspek penting yang memberi kontribusi bagi komunikasi interpersonal yang

dilakukan oleh setiap individu. Maka dari itu, individu perlu mengembangkan

dirinya karena self tidak muncul begitu saja ketika seseorang lahir tetapi di sisi lain

pembentukan self dalam diri individu dipengaruhi oleh proses komunikasi yang

dengan kata lain maka terdapat hubungan timbal balik antara komunikasi

interpersonal dan diri seseorang (self).

Diri seseorang terus berkembang sesuai dengan konstruksi dari lingkungan

soial yang ada di sekitarnya. Mengembangkan pemahaman mengenai diri ini

dilakukan melalui proses berkomunikasi dengan orang lain, yang mana proses

komunikasi membantu seseorang dalam mengenal dan memahami diri dengan

belajar mengenai pandangan dan perspektif orang lain. Menurut DeVito (2014, h.

59) disebutkan terdapat tiga aspek penting dari diri seseorang (self), yaitu self-

concept (konsep diri), self-esteem (nilai diri), self-awareness (kesadaran diri).

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 3: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

2

Ketiga bagian besar ini tidak terpisahkan dan memberikan kontribusi saat kita

memberikan persepsi serta kesan terhadap orang lain dan begitu juga sebaliknya.

Proses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga,

tempat di mana seseorang belajar mengenai orangtua, saudara, dan anggota

keluarga yang memandang dirinya. Kemudian berlanjut ketika seseorang keluar

dari lingkungan keluarga berinteraksi dengan guru dan teman sebaya, yang dari

proses tersebut akan menambahkan perspektif mengenai diri. Begitu juga

kelanjutan seterusnya ketika seseorang masuk dalam dunia kerja, yang belajar

bagaimana rekan kerja, atasan, pelanggan, klien melihat dirinya sebagai karyawan.

Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang hidup kita sebagai manusia berinteraksi

dengan orang di sekitar, maka kita akan menerima dan memasukkan banyak

perspektif ke dalam identitas diri, dan mereka orang lain yang berpengaruh tersebut

juga akan menjadi bagian dari diri, yang memberikan pandangan mengenai

bagaimana kita melihat diri kita (Wood, 2013, h. 44).

Menurut Griffin (2015, h. 6), kegiatan berkomunikasi merupakan kegiatan yang

sering ditemui baik berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal. Manusia

sebagai makhluk sosial berkomunikasi dengan sendirinya untuk pemenuhan

kebutuhannya. Komunikasi merupakan sebuah proses relasional dalam

menciptakan dan menafsirkan pesan yang didapat sebagai tanggapan atas pesan

yang kita pahami.

Komunikasi interpersonal merupakan salah satu jenis komunikasi yang paling

sering terjadi dan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 4: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

3

dapat membantu perkembangan kepribadian seseorang, yang melalui dialog-dialog

internal, dapat mengingatkan diri mengenai perspektif orang lain dan bagaimana

mereka melihat kita. Dijelaskan oleh Wood (2013, h. 13) bahwa komunikasi

interpersonal (interpersonal communication) merujuk pada komunikasi

antarmanusia yang terjadi secara langsung antara dua orang. Komunikasi

interpersonal ada sebagai rangkaian kesatuan mulai dari impersonal sampai sangat

personal.

Kemampuan komunikasi interpersonal adalah kunci dari efektivitas interaksi.

Komunikasi interpersonal adalah nyawa dari hubungan personal yang bermakna.

Salah satu faktor yang memengaruhi seseorang dalam berkomunikasi dan

berperilaku adalah konsep diri, yang merupakan sebuah persepsi kita tentang

bagaimana orang lain melihat diri kita yang terdiri dari perasaan dan pikiran kita

tentang: Kekuatan dan kelemahan kita, kemampuan dan keterbatasan kita, aspirasi

dan pandangan hidup (DeVito, 2014, h. 69).

Konsep diri memiliki sifat yang multidimensional karena terdapat banyak

dimensi dan aspek yang terkait seperti gambaran mengenai kondisi fisik,

kemampuan intelektual, kondisi emosional dan juga lingkungan sosial di mana kita

terlibat interaksi di dalamnya. Wood (2013, h. 56) mengatakan, konsep diri dalam

lingkungan sosial juga mencakup peran sosial yang kita jalankan, misalnya peran

sebagai anak, sebagai siswa, sebagai pekerja, sebagai orang tua, atau sebagai

pasangan suami istri. Sebagai manusia kita juga memiliki konsep moral yang terdiri

atas etika dan keyakinan spiritual. Dalam pengertian ini maka meski kita seringkali

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 5: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

4

menggunakan kata diri untuk merujuk pada kesatuan tunggal, pada kenyataannya

konsep diri terdiri atas banyak dimensi.

Salah satu pengaruh utama pada pembentukan diri adalah komunikasi yang

dilakukan dengan teman sebaya. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan

sekunder yang bagi anak-anak dan remaja yang sudah bersekolah, lingkungan yang

setiap hari dimasukinya selain rumah adalah sekolahnya. Komunikasi dengan

teman sebaya dapat banyak ditemui dan dilakukan ketika seorang berada di

lingkungan sekolah yang dibuktikan seperti seorang siswa yang sudah duduk di

tingkat SMP dan SMA, dan merujuk pada jam belajar sekolah di Indonesia, dalam

sehari siswa menghabiskan kurang lebih enam hingga tujuh jam untuk berada di

sekolah. Maka tidak mengherankan kalau sekolah memiliki pengaruh yang cukup

besar pada perkembangan diri anak atau remaja karena hampir sepertiga dari waktu

dalam sehari dihabiskan di lingkungan sekolah.

Stapel dan Blanton (2006, dikutip dalam Wood, 2013, h. 50) menjelaskan

bahwa ketika berinteraksi dengan teman sebaya, yang kita lakukan adalah kita

mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai bagaimana orang lain melihat kita

yang mana kita terlibat dalam social comparison (perbandingan sosial) yang

termasuk membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain untuk membentuk

penilaian tentang bakat, daya tarik, kemampuan, keterampilan kepemimpinan kita

dan sebagainya yang memengaruhi bagaimana kita melihat diri sendiri. Tentunya

begitulah juga yang terjadi ketika seseorang berada di sekolah yang mana siswa

berkompetisi untuk menjadi lebih baik atau lebih pandai dari siswa lainnya.

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 6: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

5

Berhubungan dengan komunikasi yang berada di lingkungan sekolah, pada

penelitian ini penulis akan meneliti bagaimana sekolah berperan efektif dalam

pembentukan diri melalui sebuah sistem pendidikan yang diselenggarakan. Di

Indonesia, dikenal terdapat dua jenis sistem pendidikan, yakni sekolah koedukasi

(heterogen) dan sekolah non koedukasi (homogen). Menurut Suhron,

Notosoedirdjo, dan Margono (2012, h. 88) sekolah koedukasi didefinisikan sebagai

sistem pendidikan yang memberikan pelajaran pada anak laki-laki dan perempuan

secara bersama-sama di dalam suatu ruangan. Sedangkan, sistem non koedukasi

dimengerti sebagai sistem pendidikan yang memberikan pelajaran kepada anak

laki-laki dan perempuan secara terpisah di dalam ruang yang berbeda.

Dari kedua sistem pendidikan ini menurut Hawadi dan Akbar (2008, h. 71),

antara sekolah non koedukasi (homogen) dan sekolah koedukasi (heterogen)

memang memiliki perbedaan, mulai dari situasi atau lingkungan belajar, pergaulan,

hingga kedisiplinan sekolah. Melihat dari perbedaan ini tentunya akan

memengaruhi gaya dan pola komunikasi yang terjadi di antara guru dengan siswa

dan antara siswa dengan siswa. Cara berkomunikasi yang berbeda antara sekolah

homogen dan sekolah heterogen dapat dilihat juga dari perbedaan jenis kelamin

(gender) dalam mengirimkan dan menerima pesan.

Hubungan perbedaan gender dan cara berkomunikasi ini ternyata juga pernah

diungkapkan dari teori yang dimiliki oleh Deborah Tannen mengenai gaya

komunikasi dari gender yang berbeda (genderlect style) disebabkan karena

perbedaan karakteristik dalam berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan.

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 7: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

6

Tannen menjelaskan bahwa perempuan berkomunikasi untuk sebuah hubungan

sedangkan laki-laki lebih memerhatikan status mereka. Ketika perempuan fokus

dalam mengolah perasaan ketika berhubungan, laki-laki sibuk untuk

mempertahankan sifat kebebasan mereka dalam berusaha mendapatkan posisi dari

prestasi dari situasi yang kompetitif. Bagi perempuan dalam berkomunikasi sangat

penting bagi mereka jika dapat diterima di lingkungannya, sedangkan laki-laki

sangat penting bagi mereka jika diri mereka dapat dihargai di lingkungannya.

(Griffin, 2015, h. 432-433).

Selain itu ditambahkan juga oleh Louise Cherry Wilkinson melalui

penelitiannya yang meneliti perbedaan mengenai cara berkomunikasi laki- laki dan

perempuan. Penelitiannya ini dilakukan dengan subjek penelitian yakni dua orang

ibu dengan dua anak (laki-laki dan perempuan) yang dari hasil penelitian

ditemukan bahwa ketika subjek ibu berada pada sesi bermain dengan anak

perempuan, ibu tersebut cenderung lebih banyak berbicara, menanyakan sejumlah

pertanyaan, menggunakan kalimat-kalimat yang panjang, dan merespons komentar

anaknya dibandingkan dengan seorang ibu dengan anak laki-lakinya yang lebih

banyak menggunakan kalimat arahan untuk anaknya melakukan sesuatu. (Griffin

2015, h. 438).

Hasil penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa perbedaan cara

berkomunikasi terjadi karena laki-laki dan perempuan sesungguhnya berada pada

budaya yang berbeda. Hal ini berasal dari pembagian peran mendasar dan berbagai

pengalaman hidup yang dilalui seseorang laki-laki dan perempuan sejak kecil

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 8: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

7

ketika berinteraksi dengan orang tuanya. Pandangan dari penelitian tersebut juga

menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki penerimaan yang berbeda

yang oleh karena itu, menurut penulis bentuk pembagian kelas serta pemilahan cara

belajar untuk siswa laki-laki dan siswa perempuan dirasa dapat membantu dalam

pembentukan konsep diri dan self-esteem seseorang. Dituliskan oleh Grossberg

(2017, para. 1-2) bahwa sekolah homogen memiliki banyak pengaruh positif dan

keuntungan. Di sekolah homogen, para siswa dapat memiliki kepercayaan diri yang

lebih tinggi dan memengaruhi prestasi akademiknya serta mereka juga memiliki

pandangan yang lebih terbuka.

Hal tersebut menurut penulis dapat terjadi karena situasi tidak hadirnya lawan

jenis di dalam sekolah homogen yang membuat siswa tidak memiliki keterbatasan,

seperti siswa yang dapat bertanya di kelas tanpa rasa malu dengan siswa lainnya

sehingga timbul kesempatan siswa untuk bersikap lebih terbuka dan bebas

berekspresi yang membuat mereka lebih aktif dalam mengeksplorasi dirinya.

Menurut Ardiyanti (2014, h. 1) bahwa di sekolah homogen terdapat iklim belajar

yang kondusif yang didukung dengan adanya sosialisasi dan interaksi yang baik

antara satu siswa dengan yang lain. Sekolah juga membantu dengan mengadakan

kegiatan-kegiatan yang menunjang siswa untuk berinteraksi langsung dengan

masyarakat dan membentuk siswa untuk menjadi sosok yang mandiri, bertanggung

jawab. Oleh karena kondisi tersebut, siswa dapat semakin fokus dalam belajar dan

identitas gender pada dirinya dapat semakin didalami oleh setiap siswa.

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 9: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

8

Dalam penelitian ini, penulis memilih sekolah menengah atas (SMA) Kolese

De Britto, sebuah sekolah swasta homogen laki-laki yang berada di Yogyakarta.

SMA Kolese De Britto merupakan salah sekolah swasta Katolik di bawah payung

Kolese, sebuah lembaga pendidikan yang merupakan karya dan pembangunan yang

dikelola oleh Yesuit, sebutan bagi rohaniwan ordo Serikat Yesus (SJ) yang

memiliki tujuan untuk mendidik siswa memiliki kemampuan intelektual yang baik

dan siap menjadi pemimpin di masyarakat dengan hidup bersama Tuhan.

SMA Kolese De Britto yang telah berdiri sejak 1948 ini merupakan sekolah

dengan seluruh siswanya laki-laki. Sesuatu yang unik dari SMA Kolese De Britto

adalah mengenai pendidikan bebas yang pertama kali dicanangkan oleh Romo J.

Oei Tik Djoen, S.J. pada 1973 ketika menjabat sebagai rektor. Konsep pendidikan

bebas ini memiliki tujuan bahwa setiap siswa harus bisa berpendapat sendiri tanpa

mudah terpengaruh dan masuk ke dalam arus “ikut-ikut-an”. (“De Britto”, 2017,

para, 7). Diungkapkan juga bahwa pendidikan bebas yang dikenalkan oleh SMA

Kolese De Britto bukan sekedar istilah dan tidak timbul begitu saja, tetapi sebuah

proses yang terus-menerus yang didapatkan dari pengalaman dan pengamatan

terhadap gejala-gejala yang ada di masyarakat.

“Kalau SMA Kolese De Britto memberanikan diri memakai istilah pendidikan bebas,

yang dimaksud bukanlah suatu pendidikan ke arah anarki: suatu sistem yang bebas

dari peraturan yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat. Bukan pula suatu sistem

yang merestui segala penyelewengen dari nilai-nilai yang kami cita-citakan,

melainkan terutama adalah suatu sikap dalam usaha kami, para pendidik bersama

peserta didik, untuk bersama-sama mencari pengarahan dalam tindak-tanduk,

berlandas pada pengakuan bahwa karunia manusia yang paling asasi dan luhur

adalah kebebasannya yang harus diprioritaskan dalam proses pembentukan

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 10: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

9

kepribadian.”- Romo J. Oei Tik Djoen, S.J. (1976, dikutip dalam “debritto” (2017,

para. 1)

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan bebas tidak

dimaknai tanpa adanya tanggung jawab yang mengikuti karena setiap kebebasan

akan terbatasi juga dengan kebebasan orang lain. Kemudian, mengenai budaya

mendidik yang ada di SMA Kolese De Britto dituliskan juga dalam “DeBritto”

(2017, para. 2) bahwa para pengajar SMA Kolese De Britto tidak hanya mengajar,

tetapi sekaligus mendidik. Maksud dari hal ini adalah sikap yang harus mendasari

pendidik dalam mendidik adalah menolong, bukan mengambil alih melainkan

mencarikan pengarahan atau membimbing anak didik. Maka bagi SMA Kolese De

Britto dalam proses perkembangan seorang siswa yang terpenting bukan hanya

pada aspek akademis melainkan juga pada aspek pengolahan dan pembentukan diri.

Konsep “kebebasan” yang menjadi prioritas bagi SMA Kolese De Britto bagi

siswanya terlihat juga dari aspek kecil mengenai peraturan-peraturan yang tidak

sama dengan sekolah biasa yang bertujuan untuk memberikan pemahaman bahwa

manusia memang memiliki hakikat yang bebas dan pendidikan dapat diterima

tanpa harus menyeragamkan. Dalam penerapannya SMA Kolese De Britto juga

mengembangkan belajar mandiri sehingga siswa diharapkan mampu mencari dan

mencerna informasi yang diperlukan dan membiasakan diri siswa untuk proses

belajar seumur hidup.

Suatu hal menarik lain yang dapat ditemui di SMA Kolese De Britto antara lain

seperti setiap siswa diperbolehkan menggunakan pakaian bebas sopan dan tidak

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 11: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

10

selalu menggunakan seragam, laki-laki diperbolehkan berambut panjang, dan siswa

diharapkan berani berdemokrasi dengan mengungkapkan pendapat dirinya baik

secara individu maupun kelompok baik dengan sesama siswa maupun dengan guru.

Bentuk kebebasan yang diberikan tersebut tentunya tidak serta merta saja tetapi

siswa juga diajarkan untuk dapat patuh juga terhadap peraturan, peduli sesama dan

tetap mau bertanggungjawab menjalankan kewajiban sekolahnya demi

perkembangan dirinya. Keunikan yang ada ini menunjukkan SMA Kolese De

Britto memiliki pola komunikasi yang egaliter (kesetaraan), terbuka, dan rasional

yang tentunya dapat memberi pengaruh pada pembentukan self.

Berdasarkan situasi, nilai, dan budaya yang dimiliki oleh SMA Kolese De

Britto, sekolah ini menjadi pilihan sebagai objek penelitian penulis. Selain itu dari

sistem pendidikan non koedukasi/homogen dianggap akan ditemui cara

berkomunikasi yang berbebeda dengan komunikasi yang terjadi di sekolah

koedukasi/heterogen. Lalu, adanya ciri khas sistem pendidikan bebas juga akan

memberikan pandangan baru yang menarik dari segi komunikasi interpersonal

yang ada lingkungan sekolah.

Dalam penelitian ini, tipe komunikasi interpersonal yang menjadi fokus

penelitian adalah komunikasi antara pendidik dengan siswa dan komunikasi di

antara siswa itu sendiri. Pendidik dan teman menjadi seseorang yang memberikan

timbal balik dalam proses komunikasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan para

siswa di sekolah lebih banyak menghabiskan waktunya dengan para pendidiknya

dan teman-teman di sekitarnya.

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 12: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

11

Seperti yang diungkapkan di atas, maka kajian komunikasi interpersonal

mengenai konsep diri dan self-esteem di sekolah homogen penting untuk diteliti

karena lingkungan sekolah sebagai salah satu tempat seorang anak dan remaja

mengembangkan dirinya. Lingkungan sekolah dianggap dapat memberikan

individu persepsi atau gambaran terhadap dirinya yang didapat dari melakukan

perbandingan diri dengan individu lainnya. Fenomena sekolah homogen ini

dianggap unik karena tentu terdapat perbedaan pola komunikasi antara siswa di

sekolah heterogen dengan siswa di sekolah homogen yang di dalamnya siswa lebih

banyak berkomunikasi dengan siswa yang sesama jenis.

Untuk melihat fenomena tersebut, dalam penelitian ini penulis menggunakan

teori hubungan, yaitu equity theory (teori keadilan) yang mana menurut Hatfield

dan Rapson berbagai riset mendukung bahwa teori ini menunjukkan setiap orang

membutuhkan kesetaraan dalam menjalin hubungan interpersonal. Asumsi dasar

dari teori ini adalah ketika dalam hubungan seseorang mendapatkan sedikit manfaat

dari apa yang ia berikan maka ia akan merasa kecewa dan kurang puas, begitu juga

sebaliknya ketika seseorang mendapatkan sesuatu manfaat dari hubungan lebih dari

yang ia berikan maka ia akan merasa bersalah. (DeVito, 2014, h. 261).

Teori keadilan fokus pada sumber-sumber yang memberikan ketidakpuasan

seseorang ketika berada dalam hubungan interpersonal. Penulis menggunakan teori

untuk menganalisis mengenai kualitas hubungan dari komunikasi interpersonal

yang ada di sekolah homogen, apakah dari sistem pendidikan yang diterapkan di

SMA Kolese De Britto, setiap siswa memiliki hubungan yang setara dengan guru

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 13: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

12

dan di antara siswa lainnya dan mendapatkan pembentukan konsep diri dan self-

esteem yang positif.

Penelitian ini akan didukung dengan metode studi kasus yang dilakukan dengan

menggali suatu masalah di lapangan dengan batasan yang ditentukan, memproses

pengambilan data secara mendalam, dan dalam pembahasannya akan memyertakan

sumber informasi yang terkait. Pengumpulan data dalam penelitian studi kasus

akan penulis lakukan dengan wawancara mendalam dan studi pustaka/studi

literatur yang dimiliki SMA Kolese De Britto untuk menggali bagaimana

komunikator dan komunikan memberikan dan menerima pesan dalam ranah

komunikasi interpersonal yang dipengaruhi nilai-nilai yang dimilki sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, fokus masalah yang ingin

diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kualitas komunikasi

dan pola relasi interpersonal yang dipengaruhi kultur berkomunikasi di SMA

Kolese De Britto berkontribusi bagi pembentukan konsep diri dan self-esteem

siswa?”

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 14: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

13

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah “Untuk mengetahui bagaimana kualitas komunikasi dan pola

relasi interpersonal yang dipengaruhi kultur berkomunikasi di SMA Kolese De

Britto berkontribusi bagi pembentukan konsep diri dan self-esteem siswa.”

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan

Ilmu Komunikasi di Indonesia, khususnya konsep dan teori tentang diri

yang mendukung perkembangan kajian komunikasi interpersonal. Selain

itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat melengkapi sudut

pandang penelitian-penelitian sebelumnya yang melihat fenomena

mengenai sekolah dan pembentukan diri.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah

wawasan dan pengetahuan baru terhadap realitas yang ada di masyarakat

mengenai fenomena sekolah homogen/ sekolah non koedukasi. Selain itu

diharapkan penelitian ini bisa menjadi pengenalan dan gambaran bagi orang

luar bahwa komunikasi interpersonal yang terjalin antara guru dan siswa

dapat membantu perkembangan konsep diri dan penghargaan diri pada anak

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017

Page 15: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5285/7/BAB I.pdfProses berkomunikasi ini biasa pertama kali dimulai dari dalam keluarga, tempat di mana seseorang

14

remaja khususnya di tingkat SMA. Peneliti juga ingin memberikan

masukkan bagi dunia pendidikan di Indonesia bahwa pentingnya

pendidikan karakter bagi siswa sehingga perkembangan seorang anak

remaja tidak hanya pada aspek akademis saja.

Peran Komunikasi Interpersonal..., Felix Lidwino, FIKOM UMN, 2017