HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN INFEKSI CACING ASCARIS DANTRICHURISPADA SISWA SDN BALANG BARU KELURAHAN. BALANG BARU KEC. T AMALATE KOTA MAKASSAR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Te knologi UIN Alauuddin Makassar Oleh : LISDAWATI NIM. 60300107016 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2011 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 1/96
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN INFEKSI CACING
ASCARIS DAN TRICHURIS PADA SISWA SDN BALANG BARU
KELURAHAN. BALANG BARU KEC. TAMALATEKOTA MAKASSAR
SkripsiDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains
Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauuddin Makassar
Oleh :
LISDAWATI
NIM. 60300107016
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2011
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 2/96
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau
dibuat orang lain, sebagaian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang
diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 05 Oktober 2011
( Lisdawati )
NIM: 60300107016
KATA PENGANTAR
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 3/96
Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah Rabb semesta alam yang
maha terpuji sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan judul: “Hubungan sanitasi lingkungan dengan
infeksi cacing Ascaris dan Trichuris pada siswa SDN Balang Baru Kelurahan
Balang Baru Kec. Tamalate Kota Makassar”.
Salawat dan salam penulis kirimkan kepada tauladan manusia Rasulullah
Muhammad Shallallahu alahi wa salam beserta keluarga dan para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman.
Secara khusus penulis haturkan rasa terima kasih dan penghargaan
teristimewa kepada Ayahanda Calatta dan Ibunda Rosmiati serta saudara-
saudaraku Abd. Rahman, Abd. Latif, Kasmawati S.Pd, Sukmawati S.Pd. dan
A.Ruswadi S.Si yang tiada henti memberi semangat serta kasih sayang dan
segenap harapan terbaiknya mengiringi langkah penulis dengan pengorbanan dan
untaian do’a-do’a mereka demi keberhasilan penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada akan senantiasa
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis juga menyadari
bahwa sejak awal sampai selesainya skripsi ini penulis banyak menemui
kesulitan, Namun berkat bantuan dan dukungan berupa dukungan moril dan
materil dari berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat terminimalisir dan
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 4/96
teratasi, karenanya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, MS. Selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
2. Bapak Dr. Muh. Khalifah Mustami, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
3. Ibu Fatmawati Nur K.S.Si.,M.Si. dan Ibu Hafsah S.Si., M.Pd, selaku Ketua
Jurusan dan sekretaris Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Alauddin Makassar.
4. Bapak Mashuri Masri, S.Si., M.Kes dan Ibu Cut Muthiadin, S.Si., M.Si,
selaku pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Syahribulan, S.Si., M.Si, Ibu Gemy Nastity Handayany, S.Si., M.Si, APt,
dan Bapak Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M.S, selaku tim penguji yang telah
memberikan bimbingan, saran dan masukannya kepada penulis.
6. Para Bapak/ Ibu Dosen dan para Staf Fakultas Sains dan Teknologi yang
uni, ancha, aris, anha, junet, dewi, yang selalu memberi dukungan dan
semangat kepada penulis.
8. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi khususnya teman-
teman Mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 5/96
tidak sempat penulis tulis satu per satu yang menaruh perhatian dan dukungan
hingga penyelesaian skripsi ini.
Semoga segenap bantuan dan partisipasinya bernilai ibadah dan mendapat
balasan yang berlipat disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Amien.
Makassar, Juni 2011
Penulis.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 6/96
ABSTRAK
Nama Penyusun : LisdawatiNim : 60300107016
Judul Skripsi : “Hubungan sanitasi lingkungan dengan infeksi cacing
Ascaris dan Trichuris pada siswa SDN Balang Baru
Kelurahan Balang Baru Kec. Tamalate Kota Makassar”
Permasalahan dalam penelitian ini adalah hubungan sanitasi lingkungan
dengan infeksi cacing Ascaris dan Trichuris pada siswa SDN Balang BaruKelurahan Balang Baru Kec. Tamalate Kota Makassar.
Jenis penelitian adalah analitik observasional yang bersifat cross-sectional.
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas I, II dan III sejumlah 180 siswa.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling kemudian besarsampel minimal diperoleh 25 siswa sebagai sampel. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah (1) uji laboratorium, (2) kuesioner. Data diperoleh (1)
uji laboratorium, dan (2) kuesioner. Data yang dianalisis dengan statistik uji
Chisquare dengan derajat kemaknaan (α=0,05). Berdasarkan analisis Chi-square hubungan sanitasi lingkungan dengan
infeksi cacing Ascaris dan Trichuri diperoleh bahwa tempat pembuangan tinja( p=0,033 dan 0,037), tempat pembuangan sampah p=0,043 dan 0,39), dan cara
pengaliran air limbah (P=0,023 dan 0,12). Hasil penelitian memperoleh bahwaada hubungan sanitasi lingkungan (tempat pembuangan tinja, tempat pembuangan
sampah dan cara pengaliran air limbah) dengan infeksi cacing Ascaris dan
Trichuris.
Kata Kunci : Sanitasi, Lingkungan, Penyakit, Cacingan.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 7/96
ABSTRACT
Name : LisdawatiNIM : 60300107016
Thesis : “Relation of Environmental Sanitation with Ascaris and Trichuris-
worm Infection at the Student of SDN Balang Baru Balang Baru
village Tamalate Subdistrict Makassar”
The problem in this research is the relation of environmental santiationwith Ascaris and trichuris-worm infection at the student of SDN Balang Baru
Balang Baru village Tamalate Subdistrict Makassar.
This research is abservational analityc that has cross-sectional character.
Population in this research are the student of the first, second and third class
ammount 180 students. The technique of sample taking using purposive samplingand then total sample taking from minimal 25 student as a semples.The
instruments in this research are (1) laboratory test, (2) Quetionare. The data is
taken from (1) laboratory test (2) quetionare. The data analyst by statistic chi-
square test with degree of significance (α = 0,05). Based on chi-square analisys relation of environmental sanitation with
ascaris and trichuri-worm found that excreta disposal ( p=0,033 and 0,037),
garbage disposal place( p= 043 and 0,39) and the way of flowing waste water
( p=023 and 0,12). From the result of the research, the explanation can be conclude
that there is a relation of environmental sanitation (garbage disposal place, excreta
disposal and the way of flowing waste water) with ascaris and trichuris-worm
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viiDAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Sanitasi Lingkungan .................................................. 8
B. Tinjauan Umum Tentang Infeksi Cacing .............................................. 23
1. Gejala, Penularan, dan Akibat Penyakit Cacingan ............................... 23
2. Pemberantasan Penyakit Cacing ................................ .......................... 38
C. Gambaran Umun Lokasi Penelitian ..................................................... 41
1. Jumlah Murid SDN Balang Baru ................................ ......................... 41
2. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................ ............... 41
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 43
E. Pola Pikir Variabel yang Diteliti ............................................................ 44
BAB III METODE PENELITAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 45
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 9/96
B. Variabel Penelitian ................................................................................. 45
C. Defenisi Operasional Variabel ................................................................ 45
D. Ruang Lingkup dan Batasan penelitian .................................................. 47
E. Alat dan Bahan .......................................................................................... 49
F. Tahap Pelaksanaan ..................................................................................... 50
G. Cara Kerja .................................................................................................. 50
H. Teknik Pengambilan Data .......................................................................... 51
I. Analisis Data ............................................................................................. 51
J. Analisis Univariat ...................................................................................... 52
K. Analisis Bivariat ........................................................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 53
1. Siswa SDN Balang Baru yang terinfeksi dan tidak terinfeksi
cacing Ascaris dan Trichuris ................................................................. 53
2. hubungan tempat pembuangan tinja, tempat pembuangan sampah
dan cara pengaliran air limbah dengan infeksi cacing Ascaris
dan Trichuris ........................................................................................ 59
B. Pembahasan ............................................................................................ 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 71
B. Saran ....................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 73
Indonesia memiliki banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,
dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang kesehatan dicantumkan
bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, melalui sanitasi lingkungan baik pada lingkungan tempat
maupun terhadap bentuk berupa fisik, kimia atau biologis termasuk perubahan
prilaku1.
Islam mengajarkan kepada umat manusia agar senantiasa menjaga
lingkungan dengan tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat merusak
lingkungan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Ruum/30:41
yang berbunyi:
Terjemahnya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagiandari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
2.
Ayat ini menjelaskan tentang terjadinya kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh perbuatan manusia. Allah menciptakan alam semesta beserta
1Departemen kesehatan RI, Undang-undang Kesehatan (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006),
h. 15.2
Depertemen Agama RI, Al Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: CV. Penerbit J-ART,2005), h. 647.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 14/96
isinya untuk kepentingan dan kesejahteraan semua mahluk-Nya, khususnya untuk
manusia bukan merusak melainkan dimanfaatkan dan dipelihara. Keserakahan dan
perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia
itu sendiri. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada manusia supaya berbuat
baik dan tidak membuat kerusakan, hubungan ini dapat dilihat firman Allah SWT
dalam QS. Al- Qashash/ 28:77 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan
3.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari
segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah sehat, sakit atau kesehatan tersebut4.
Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif
bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi,
3 Depertemen Agama RI, Al Qur’an Dan Terjemahnya , op, cit., h. 623.
4 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2007), h. 165.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 15/96
tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-
nilai budaya bangsa. Prilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 yang diharapkan
adalah yang bersifat produktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat5.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut
antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah, rumah
hewan ternak, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan
lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan
lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya6.
Salah satu masalah kesehatan yang tidak kurang pentingnya di negara-
negara sedang berkembang khususnya di daerah tropis ialah penyakit cacing. Di
Indonesia, prevalensi cacing usus yang ditularkan melalui tanah (“soil
5 Depertemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia 2010
Elis Nurbaeti, Studi Lingkungan dan Investasi cacing pada Usia Sekolah Dasar diKecamatan Panakukang dan Kecamatan Mariso Kota Makassar (Makassar: Skripsi, 2001), h. 41.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 17/96
tanah, oleh karena anak usia tersebut masih senang bermain tanah dan kebersihan
tangan kurang diperhatikan. Di samping prevalensi yang tinggi ternyata derajat
infeksi (intensitasnya) juga tinggi dibanding kelompok umur lainnya10
.
Dampak yang diberikan infeksi cacing sangat merugikan kesehatan,
misalnya gangguan pencernaan, anemia dan menurunnya aktivitas anak. Padahal
sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi bila ada usaha untuk mencegah infeksi yang
terus menerus misalnya dengan pemutusan rantai daur hidup, menjaga kebersihan
atau dengan pemberian obat anti helmentik yang teratur. Pemerintah sendiri telah
memprogramkan pemberantasan penyakit ini sejak tahun 1975 dan sejak Pelita IV
(1984) program pemberantasan penyakit cacing ini termasuk program
pemberantasan penyakit diare11.
Golongan rawan infeksi cacing ini adalah anak usia sekolah terutama yang
tinggal di daerah dengan iklim tropis dan keadaan tanah yang mengandung
parasit. Anak usia sekolah merupakan golongan masyarakat yang diharapkan
dapat tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa akan datang
sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan untuk dapat tumbuh sempurna baik
fisik dan intelektualnya. Dalam hubungan dengan infeksi kecacingan, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak usia sekolah merupakan golongan yang
sering terkena infeksi kecacingan12
.
Hasil observasi peneliti yang melihat keadaan lingkungan di sekitar SDN
Balang Baru Kelurahan Balang Baru. Kec. Tamalate Kotamadya Makassar masih
10 Mira T Windy, loc. cit.
11 Hj Rosdiana safar, loc. cit.
12
Mira T Windy; loc. cit.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 18/96
jauh dari tahap lingkungan sehat, hal ini disebabkan karena perilaku, lingkungan
tempat tinggal, misalnya tidak tersedianya air bersih dan tempat pembuangan
feces yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dan merupakan daerah
perkampungan padat. Selokan, pekarangan rumah dan tempat-tempat MCK nya
tidak teratur dan tidak terpelihara sebagaimana mestinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan sanitasi lingkungan dengan infeksi cacing Ascaris dan
Trichuris pada siswa SDN Balang Baru Kelurahan Balang Baru Kec. Tamalate
Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada siswa SDN Balang Baru yang terinfeksi dan tidak terinfeksi
cacing Ascaris dan Trichuris?
2. Bagaimana hubungan tempat pembuangan tinja, tempat pembuangan sampah
dan cara pengaliran air limbah dengan infeksi cacing Ascaris dan Trichuris?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan, maka tujuan yang akan dicapai dari hasil
penelitian ini yaitu:
1. Diketahuinya siswa SDN Balang Baru yang terinfeksi dan tidak terinfeksi
cacing Ascaris dan Trichuris.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 19/96
2. Diketahuinya hubungan tempat pembuangan tinja, tempat pembuangan
sampah dan cara pengaliran air limbah dengan infeksi cacing Ascaris dan
Trichuris.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi anak sekolah dan masyarakat sekitarnya
sehingga mereka memperhatikan kesehatan agar terhindar dari penyakit
cacingan
2. Data yang diperoleh diharapkan menjadi masukan bagi instansi guna lebih
memberi dorongan dan bantuan pencegahan dan cara pengobatan dari
permasalahan kesehatan yang terjadi yang berhubungan dengan penyakit
cacingan demi meningkatkan status kesehatan masyarakat dalam program
PHBS.
3. Bagi peneliti merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dalam melakukan
penelitian .
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 20/96
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Sanitasi Lingkungan
Lingkungan hidup serta manusia dengan segala faktornya merupakan
bagian dari lingkungan kehidupan manusia. Lingkungan kehidupan antara
manusia dengan lingkungannya merupakan suatu sistem yang disebut ekologi. Di
dalam ekosistem tersebut manusia di satu pihak berusaha menciptakan lingkungan
yang nyaman untuk kehidupannya dengan cara mempengaruhi lingkungan.
Sedangkan di pihak lain manusia senantiasa terancam oleh lingkungan itu
sendiri13
.
Menurut UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang kesehatan, dikatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat yaitu faktor lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.14
.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-A’raaf/7:56
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
13 Depertemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
2010 (Jakarta: Depertemen Kesehatan RI, 1999), h. 55.14
Departemen kesehatan RI, Undang-undang Kesehatan (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006),h. 16.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 21/96
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”15
.
Ayat ini menerangkan kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap
lingkungan dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Informasi tersebut akan
memberikan teguran bahwa manusia harus selalu menjaga dan melestarikan
lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan menjadi punah, sebab apa
yang Allah SWT berikan kepada manusia semata-semata merupakan suatu
amanah.
Setiap orang akan tinggal dalam sebuah lingkungan hidup, lingkungan
hidup itu terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan biologi.
Lingkungan fisik adalah semua yang tak bernyawa terbuat dari tanah, air dan
udara. Misalnya bangunan, sampah, dan lain-lain. Lingkungan sosial adalah
hubungan antar manusia. Lingkungan biologi adalah semua makhluk hidup,
termasuk tumbuhan, kecuali manusia, karena manusia sudah masuk dalam
kategori lingkungan sosial. Di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
angka kesakitan (morbiditas) penyakit menular masih cukup tinggi. Hal ini antara
lain dipengaruhi oleh keadaan lingkungan fisik, biologis dan sosial ekonomi,
misalnya infeksi karena bakteri, virus, dan parasit yang umumnya tumbuh subur
pada iklim tropis yang lembab dan kotor16.
Tingkat kesehatan lingkungan dapat diukur dengan parameter sebagai
berikut:
15Depertemen Agama RI, Al Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: CV. Penerbit J-ART,
2005), h. 230.
16 Ircham Machfoedz, Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit Bagian
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu denganair itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)bagi kaum yang memikirkan”
28.
Allah SWT telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling mulia,
sedangkan bumi dan seisinya atau alam sekitar itu diciptakan Tuhan untuk
kepentingan manusia karena itu segala apa yang ada di dalam bumi ini
hendakklah diolah, diatur (bukan dirusak) dan dipelihara oleh manusia dengan
sebaik-baiknya untuk kesejahteraan hidup manusia.
Sampah padat yang kotor itu juga bisa menjadi sarang kecoak. Kecoak pun
seperti halnya lalat dapat menyebar luas bibit penyakit. Sampah padat yang
teronggok di atas tanah yang lembab, merupakan tempat yang baik bagi cacing-
cacing tertentu yang bisa membahayakan kesehatan pula seperti halnya cacing
cambuk (T. trichiura) dan cacing gelang ( A. lumbricoides)29.
Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Cacingan.
Peter J. Hotes (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor risiko ( Risk
factors) yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit cacingan yang
penyebarannya melalui tanah antara lain :
1. Lingkungan
Penyakit cacingan biasanya terjadi di lingkungan yang kumuh terutama di
daerah kota atau daerah pinggiran. Menurut Phiri (2000) yang dikutip Peter J.
Hotes bahwa jumlah prevalensi A. lumbricoides banyak ditemukan di daerah
28 Depertemen Agama RI, Al Qur’an Dan Terjemahnya, loc. Cit., h. 40.
29 Ircham Machfoedz, op. cit. h.71-72.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 33/96
perkotaan. Sedangkan menurut Albonico (2003) peter J. Hotes bahwa jumlah
prevalensi tertinggi ditemukan di daerah pinggiran atau pedesaan yang masyarakat
sebagian besar masih hidup dalam kekurangan30
.
2. Tanah
Penyebaran penyakit cacingan dapat terjadi melalui tanah yang
terkontaminasi dengan tinja yang mengandung telur T. Trichiura. Telur tumbuh
dalam tanah liat yang lembab dan tanah dengan suhu optimal ± 30◦C . Tanah liat
dengan kelembapan tinggi dan suhu yang berkisar antara 25◦C-30◦C sangat baik
untuk berkembangnya telur A. lumbricoides sampai menjadi bentuk infektif 31
.
3. Iklim
Penyebaran A. lumbricoides dan T. trichiura yaitu di daerah tropis karena
tingkat kelembabannya cukup tinggi. Lingkungan yang paling cocok sebagai
habitat dengan suhu dan kelembapan yang tinggi terutama di daerah perkebunan
dan pertambangan32
.
4. Perilaku
Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu yang ditularkan
lewat tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena
30 Peter J. Hotes, Soil Transmitted Helminth infection: The Nature, Causes and Burden of
the condition (WHO: Departemen of Mikrobiologi and Tropical Medicine The GeorgeWashington University: 2003), h. 17.
31 Srisasi Gandahusada, Dkk, Parasitologi Kedokteran Edisi 3 (Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2004), h. 11. 32
Jangkung Samidjo Onggowaluyo, Parasitologi Medik (Helmintologi) Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnostik dan Klinik (Jakarta: EGC: 2002), h. 24.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 34/96
biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi
tanpa mencuci tangan33
.
5. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya cacingan Menurut
Tshikuka (1995) dikutip Peter J. Hotes (2003) faktor sanitasi yang buruk
berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah34
.
6. Status Gizi
Cacingan dapat mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif ),
penyerapan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara keseluruhan
(kumulatif ), infeksi cacingan dapat menimbulkan kekurangan zat gizi berupa
kalori dan dapat menyebabkan kekurangan protein serta kehilangan darah. Selain
dapat menghambat perkembangan fisik,anemia, kecerdasan dan produktifitas
kerja, juga berpengaruh besar dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga
mudah terkena penyakit lainnya35.
B. Tinjauan Umum Tentang Infeksi Cacing
1. Gejala, penularan, dan akibat penyakit cacingan
Cacing memang bisa menyerang setiap orang. Penderita penyakit cacingan
di Indonesia boleh dikatakan masih cukup tinggi dan merata, tidak hanya di
33Peter J. Hotes, op. cit., h. 24.
34 Ibid., h. 22.35
Departemen Kesehatan R.I, Materi Pelatihan Dokter Kecil (Jakarta: Depkes R.I:2006), h. 6.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 35/96
lingkungan yang kumuh dan buruk sanitasinya saja. Oleh karena itu tidak aneh
jika ibu-ibu langsung menduga bahwa anaknya terkena cacingan, ketika melihat
anaknya lesu, kurang semangat dan mudah menangis. Oleh karena itu penyakit
cacingan jangan dianggap enteng, khususnya di daerah-daerah yang sanitasinya
masih kurang baik, cacing yang menganggu kesehatan pun bukan sekedar cacing
gelang, tetapi masih ada beberapa cacing lainnya yang juga dapat menganggu
kesehatan36.
Cacing-cacing itu masuk ke dalam tubuh kita melalui mulut dan kaki
telanjang. Makanan yang masuk ke dalam mulut kita harus bersih. Kita juga harus
memakai sandal atau sepatu sehingga kuman tidak akan masuk ke sela-sela jari-
jari kita, jika kuman masuk kedalam perut melalui aliran darah maka hal ini akan
mengakibatkan anak akan jatuh sakit37.
Cacing dipermasalahkan oleh manusia karena umumnya cacing
mengambil bahan makanan dari usus. Ukurannya wujudnya memang tidak
seberapa tapi kerugian yang disebabkan oleh hilangnya bahan makanan yang
dicuri cacing itu cukup besar. Selain cacing usus, cacing lainnya adalah cacing
cambuk dan cacing tambang. Infeksi cacing pada umumnya terjadi pada
penduduk yang tinggal di daerah kumuh, dibanding dengan di daerah lainnya
khususnya untuk cacing gelang dan cacing cambuk. Untuk menurunkan angka
penyakit cacingan, perhatian utama ditujukan pada anak-anak usia sekolah dasar
dan balita yang mengidap cacingan itu cukup tinggi jumlahnya. Selain itu
diberikan pengobatan pada anak sekolah. Juga dilakukan pengarahan secara terus-
36
Sitorus H Ronald, Pedoman Perawatan Kesehatan Anak (Bandung: Yrama Widya,
2008), h. 102 – 103.37 Tri Wagiyati, Bimbingan Kesehatan di Sekolah (Bandung: Medium, 2007), h. 86.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 36/96
menerus kepada anak sekolah, khususnya tentang tata cara menjaga kebersihan,
sebagai pangkal tingginya angka pengidap cacingan karena anak seusia itu dapat
membentuk norma38
.
Tingginya angka pengidap cacingan pada umumnya disebabkan karena
sanitasi lingkungan yang kurang baik, perilaku kebersihan yang kurang, debu
yang berterbangan, dan makanan jalanan yang kurang terjaga kebersihannya. Oleh
karena itu meski seorang anak berasal dari kalangan berada dan tinggal di tempat
yang baik lingkungannya tak jarang dijumpai penderita cacingan. Cacing masuk
ke dalam tubuh melalui telur yang tertelan. Mungkin tertelan bersama makanan
jajanan, atau juga bersama debu yang berterbangan. Telur cacing dapat juga
dibawa oleh binatang seperti: kecoak, tikus, lalat, dan binatang lainnya, selain
diterbangkan oleh angin. Meskipun suatu kelurga sudah memiliki WC
sebagaimana mestinya dan menjaga kebersihan lainnya, namun bila lingkungan
sekitar masih tetap hidup dengan pola lama, kurang memelihara kebersihan, maka
kemungkinan cacing pun masih akan tetap jadi masalah yang harus diwaspadai39
.
Kehilangan unsur makanan yang sangat dibutuhkan, jelas akan
menganggu proses pertumbuhan bagi anak-anak dan menghambat produktivitas
kerja bagi orang dewasa. Penderita cacingan secara berangsur-angsur akan
kekurangan gizi, akibatnya selain menyebabkan kurang gairah, juga daya tahan
tubuhnya akan menurun, mudah sakit, dan bagi anak-anak tentu akan mengalami
kesulitan untuk belajar secara optimal. Penyakit cacingan memang jarang
menyebabkan kematian namun, bukan berarti membiarkan cacing berkembang
38
Sitorus H Ronald, op. cit, h.103. 39 Tri Wagiyati, loc. cit
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 37/96
biak di perut tidak membahayakan. Sebenarnya gejala klinis cacingan ada yang
dapat menyebabkan penyumbatan usus dan mendatangkan kematian misalnya bila
seorang anak yang menderita cacingan itu suhu badanya panas maka sejumlah
cacing yang terdapat dalam perutnya akan lebih aktif sehingga bisa bergumpal di
dalam usus yang disebut abdomen akut. Kondisi yang lebih parah lagi terdapat
cacing yang sempat menggeroti otak karena larva cacing itu berkelana kemana-
kemana, sampai mencapai otak dan makanannya40.
Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang penting . Cacing yang paling sering
ditemukan adalah A. lumbricoides dan T. trichiuria.41
.
1. Ascaris lumbricoides
a. Hospes dan nama penyakit
Manusia merupakan satu-satunya hospes A. lumbricoides. Penyebab
penyakit ini disebut askariasis42
.
b. Distribusi geografis
Pada manusia yang paling umum dan tersebar luas (cosmopolitan) dan
insidennya yang tinggi terutama di daerah beriklim lembab dan panas. Prevalensi
infeksi secara geografis bervariasi, yaitu di Cina dan Asia Tenggara prevalensinya
tinggi, di negara-negara Asia Tengah, terutama di daerah lembab, Amerika
Tengah dan Selatan infeksi ditemukan rata-rata 45%. Di Eropa pada umumnya
rendah, Amerika serikat bagian selatan angka infeksinya sedang dan prevalensi
40 Sitorus H Ronald, op. cit., h.105-106.
41 Suhintam Pusarawati, Helmintologi Kedokteran (Surabaya: Airlangga University Press,
2007), h, 10.42
Srisasi Gandahusada, Dkk, Parasitologi Kedokteran Edisi 3 (Jakarta: FakultasKedokteran Universitas Indonesia, 2004), h. 8.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 38/96
cacing di Indonesia tinggi berkisar antara 20 – 90%, dimana sebelumnya telah
dilakukan penelitian pada murid-murid SD di daerah kumuh Kecamatan Mariso
Kota Makassar dengan hasil prevalensi infeksi cacing yang tinggi 2,31%43
.
c. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fhilum : Nematoda
Klas : Secernentae
Ordo : Acaridida
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Species : Ascaris lumbricoides44
d. Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa berwarna agak kemerah-merahan atau putih kekuning-
kuningan. Bentuknya silindris memanjang, ujung anterior tumpul memipih dan
ujung posteriornya agak meruncing. Terdapat garis-garis lateral yang mudah
dilihat, ada sepasang, warnanya agak putih sepanjang tubuhnya, cacing dewasa
yang jantan berukuran panjang 15 cm sampai 31 cm dengan diameter 2 mm
sampai 4 mm. sedangkan cacing betina panjangnya berukuran 20 cm sampai 35
cm, dan kadang-kadang sampai mencapai 49 cm dengan diameter 3 mm sampai 6
mm. Cacing jantan ujung ekornya melengkung ke arah ventral. Cacing jantan
mempunyai sepasang spikula yang bentuknya sederhana dan silindris, sebagai alat
kopulasi dengan ukuran panjang 2 mm sampai 3,5 mm dan ujungnya meruncing.
43Bariah Ideham, Helmintologi Kedokteran (Surabaya: Airlangga University Press,
2007), h. 11.44 Jasin M. Zoologi Invertebrata. (Surabaya: Sinar Surya Wijaya,1992). h. 34
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 39/96
Bagian kepala dilengkapi dengan tiga buah bibir yaitu, satu dibagian mediodorsal
dan dua lagi berpasangan di bagian lateroventral.
Gambar 2 Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides)
(Sumber: PARASITOLOGI\Mengenal Phylum Nemathelminthes « GuruNgeBlog_files Evi Yulianto, S.Si.)
Pada masing-masing bibir terdapat sepasang papila-papila, di bagian pusat
di antara ketiga bibir terdapat lubang mulut yang berbentuk segitiga. Pada bagian
posterior terdapat anus yang letaknya melintang. Cacing betina mempunyai vulva
yang letaknya di bagian ventral sepertiga panjang tubuh dari ujung kepala. Vagina
bercabang membentuk sepasang saluran genital. Saluran genital terdiri dari
seminal reseptakulum, oviduk, ovarium, dan salurannya berkelok-kelok menuju
bagian posterior tubuhnya yang dapat berisi 27 juta telur. Tiap hari seekor cacing
Ascaris betina dapat menghasilkan 200.000 telur. Telur berbentuk ovoid dengan
kulit yang tebal dan transparan, yang terdiri dari membrane lipoid vitelin yang
relatif tidak permeable, lapisan tengah tebal transparan dibentuk dari glikogen dan
pada lapisan luar terdapat tonjolan-tonjolan yang kasar, yaitu lapisan albumin
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 40/96
yang berwarna coklat terang. Membran vitelin berguna untuk melindungi
embrio45
.
Cacing betina bertelur, dan terdapat 4 macam telur:
Ajaran 2010 -2011. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data perorangan
dan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit cacingan
Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik
tentang sanitasi lingkungan dimana tempat pembuangan tinja, tempat
pembuangan sampah dan cara pengaliran air limbah.
I. Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Editing data dan kuesioner yang telah diisi.
2) Pengkodean jawaban dari responden.
3) Penentuan variabel yang akan dihubungkan.
4) Pengolahan data menggunakan program SPSS 17 dengan Uji Chi square untuk
melihat hubungan infeksi cacing dengan sanitasi lingkungan di SDN Balang
Baru Kelurahan Balang Baru Kec. Tamalate Kota Makassar.
A. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui gambaran
terhadap variabel yang diteliti.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilaukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi. Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan
membutikan hipotesis dua variabel. Uji statistik yang digunakan Chi- square
karena digunakan untuk menguji hipotesis bila populasi terdiri atas dua kelas,
data berbentuk nominal dan sampelnya besar.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 63/96
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siswa SDN Balang Baru yang terinfeksi dan tidak terinfeksi cacing
Ascaris dan Trichuris
a. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Balang Baru Kelurahan Balang Baru
Kec. Tamalate Kota Makassar dari tanggal 13 sampai 21 Desember 2010
dengan jumlah sampel 25 siswa.
b. Analisis Univariat
1) Distribusi Umur Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh frekuensi umur dari 25 siswa kelas
I, II, III SDN Balang Baru. Tahun 2010 yang berumur 9 tahun sebanyak 9
siswa (36%), berumur 8 tahun berjumlah 7 siswa (28%), 7 tahun sebanyak
7 siswa (28%), 6 tahun sebanyak 2 siswa (8%) (Table 2).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Umur
No Umur Frekuensi Presentase%
1. 6 2 8
2. 7 7 28
3. 8 7 28
4. 9 9 36
Jumlah 25 100
Sumber Data : Hasil Analisis Data Tahun 2010
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 64/96
Gambar 7. Histogram Distribus Presentase Umur
2) Distribusi Jenis Kelamin Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa frekuensi siswa yang
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 10 siswa (40%) dan yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 15 siswa (60%) (Tabel 3).
Tabel 3
Frekuensi Jenis Kelamin Siswa
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase%
1. Laki-laki 10 40
2. Perempuan 15 60
Jumlah 25 100
Sumber Data : Hasil Analisis Data Tahun 2010
Gambar 8. Histogram Distribusi Jenis Kelamin Siswa
3) Distribusi Pekerjaan Orang Tua Siswa
6 tahun
8%
7 tahun,28%
8 tahun,28 %
9 tahun
36 %
Presentase
laki-laki
40%
perempuan,60%
Presentase
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 65/96
Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi orang tua siswa yang
bekerja sebagai PNS sebanyak 4 siswa (16%), orang tua siswa yang
bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 13 siswa (52%), orang tua siswa
yang bekerja sebagai Buruh harian sebanyak 3 siswa (12%), orang tua
siswa yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 2 siswa (8%), dan orang
tua siswa yang bekerja sebagai sopir sebanyak 2 siswa (8%) (Tabel 4).
Tabel 4.Distribusi Pekerjaan Orang Tua Siswa
No Pekerjaan Frekuensi Presentase%
1. PNS 4 16
2. Wiraswasta 13 52
3. Buruh harian 3 12
4. Pedagang 2 8
5. Sopir 2 8
Jumlah 25 100
Sumber Data : Hasil Analisis Data Tahun 2010
Gambar 9. Histogram Distribusi Presentase Pekerjaan Orang Tua Siswa
1 PNS,16%
Wiraswasta,
52%
Buruh Harian,
12%
pedagang,
8 %
Sopir,8 %
Presentase
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 66/96
4) Distribusi Kejadian Penyakit Cacingan
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi siswa yang positif cacingan yaitu
terinfeksi cacing gelang ( Ascaris lumbricoides) dan cacing cambuk
(Trichuris trichiura) sebanyak 2 siswa (8%) dan yang negatif cacingan
sebanyak 23 siswa (92%) (tabel 5).
Tabel 5.
Distribusi Kejadian Penyakit Cacingan
No Kejadian
Penyakit
Cacingan
Jumlah telur cacing Frekuensi Presentase%
1. Positif Ascaris lumbricoides (2)
Trichuris trichiura (14)
2 8
2. Negatif - 23 92
Jumlah 25 100
Sumber Data: Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar 2010
Gambar 10. Distribusi Presentase Kejadian Penyakit Cacingan
2 positif,8 %
23 negatif92%
Presentase
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 67/96
5) Distribusi Tempat Pembuangan Tinja Siswa SDN Balang Baru
Kelurahan Balang Baru. Kec. Tamalate. Kota Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi menunjukkan tempat pembuangan
tinja yang digunakan di kebun/sungai sebanyak 2 siswa (8%), Jamban/WC
sebanyak 22 siswa (88%), dan sembarang tempat sebanyak 1 siswa (4%).
(Tabel 6).
Tabel 6.1
Distribusi Tempat Pembuangan Tinja Siswa SDN Balang BaruKelurahan Balang Baru. Kec. Tamalate. Kota Makassar
No Tempat
Pembuangan Tinja
Frekuensi Presentase%
1. Di kebun/Sungai 2 8
2. Jamban/WC 22 88
3. Sembarang Tempat 1 4
Jumlah 25 100
Sumber Data : Hasil Analisis Data Tahun 2010
Gam
bar
11. Histogram Distribusi Presentase Tempat Pembuangan Tinja
8%
88%
4%
Presentase
1 Dikebun/Sungai 2 Jamban/WC 3 Sembarang Tempat
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 68/96
6) Distribusi Tempat Pembuangan Sampah Siswa SDN Balang Baru
Kelurahan Balang Baru. Kec. Tamalate. Kota Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi menunjukkan tempat pembuangan
sampah yang ditumpuk kemudian dibakar sebanyak 2 siswa (8%), di
tempat sampah sebanyak 19 siswa (76%), dan sembarang tempat sebanyak
4 siswa (16%). (tabel 7).
Tabel 7.
Distribusi Tempat Pembuangan Sampah Siswa SDN Balang BaruKelurahan Balang Baru. Kec. Tamalate. Kota Makassar
No Tempat
Pembuangan
Sampah
Frekuensi Presentase%
1. Ditumpuk
kemudian dibakar
2 8
2. Di tempat sampah 19 76
3. Sembarang Tempat 4 16
Jumlah 25 100
Sumber Data : Hasil Analisis Data Tahun 2010
Gambar 12. Histogram Distribusi Presentase Tempat Pembuangan Sampah
7) Distribusi Cara Pengaliran Air Limbah Siswa SDN Balang Baru
Kelurahan Balang Baru. Kec. Tamalate. Kota Makassar.
8%
76%
16%
Presentase
1 Ditumpuk kemudian dibakar 2 Di tempat sampah 3 Sembarang Tempat
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 69/96
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi menunjukkan cara pengaliran air
limbah dialirkan kesuatu tempat sebanyak 20 siswa (80%), tidak dialirkan
sebanyak 5 siswa (20%). (tabel 8).
Tabel 8.
Distribusi Cara Pengaliran Air Limbah Siswa SDN Balang Baru
Kelurahan Balang Baru. Kec. Tamalate. Kota Makassar
No Cara Pengaliran Air
Buangan
Frekuensi Presentase%
1. Dialirkan kesuatu
tempat
20 80
2. Tidak dialirkan 5 20
Jumlah 25 100
Sumber Data : Hasil Analisis Data Tahun 2010
Gambar 13. Histogram Distribusi Presentase Cara Pengaliran Air Limbah
Siswa
2. Hubungan tempat pembuangan tinja, tempat pembuangan sampah dan
cara pengaliran air limbah dengan infeksi cacing Ascaris dan Trichuris
a. Analisis Bivariat
1
80%
2
20%
Presentase
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 70/96
Hasil analisis bivariat yang diperoleh mengenai hubungan infeksi cacing
dengan tempat pembuangan tinja, tempat pembuangan sampah dan tempat
car pengaliran air limbah disajikan sbb:.
1) Hubungan antara Kepemilikan Tempat Pembuangan Tinja dengan
Kejadian Penyakit Infeksi Cacing
Hasil penelitian memperoleh bahwa frekuensi siswa yang memiliki
tempat pembuangan tinja sebanyak 22 siswa (88%) dan siswa yang tidak
memiliki tempat pembuangan tinja sebanyak 3 siswa (12%). Siswa yang
tidak mempunyai tempat pembuangan tinja dan positif terkena penyakit
infeksi cacing sebesar 66,67% dan siswa yang negatif terkena penyakit
infeksi cacing sebesar 33,3% sedangkan yang memiliki tempat
pembuangan tinja 100% negatif tidak terkena penyakit. (Tabel. 9.)
Hasil uji chi-square antara faktor kepemilikan tempat pembuangan tinja
dengan kejadian penyakit infeksi cacing di dapatkan p-value sebesar
0,033< (0,05) untuk 2-sided dan 0,037 < (0,05) untuk 1-sided artinya ada
hubungan antara tempat pembuangan tinja dengan kejadian penyakit
infeksi cacing. (Lampiran 3).
Tabel 9.
Hubungan antara Kepemilikan Tempat Pembuangan Tinja dengan
Kejadian Penyakit Infeksi Cacing
No Kepemilikan
tempat
pembuangan
Kejadian penyakit infeksi cacing
TotalNegatif Posotif
n % n % n %
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 71/96
tinja
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak memenuhi 1 33,3 2 66,67 3 100
2 Memenuhi 22 100 0 0 22 100
Jumlah 23 92 2 8 25 100
Sumber Data: Hasil Analisis Statistik 2011.
Gambar 14. Histogram Distribusi Presentase Kepemilikan TempatPembuangan Tinja
2) Hubungan Tempat Pembuangan sampah dengan Kejadian Penyakit
Infeksi Cacing.
Hasil penelitian memperoleh bahwa frekuensi siswa yang memiliki
tempat pembuangan sampah sebanyak 19 siswa (76%) dan siswa yang
tidak memiliki tempat pembuangan sampah sebanyak 6 siswa (24%).
Siswa yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah dan positif
terkena penyakit infeksi cacing sebesar 33,3% dan siswa yang negatif
terkena penyakit infeksi cacing sebesar 66,67% sedangkan yang memiliki
tempat pembuangan sampah 100% negatif tidak terkena penyakit (Tabel
10).
3
22
Kepemilikan Tempat Pembuangan TinjaTidak memenuhi Memenuhi
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 72/96
Hasil uji chi-square antara variabel kepemilikan tempat pembuangan
sampah dengan kejadian penyakit infeksi cacing di dapatkan p-value
sebesar 0,043 < 0,05 untuk 2-sided dan 0,039 < 0,05 untuk 1-sided artinya
ada hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian
penyakit infeksi cacing.(Lampiran 3).
Tabel 10.
Hubungan Tempat Pembuangan sampah dengan Kejadian Penyakit
Infeksi Cacing
No Tempat
pembuangan
sampah
Kejadian penyakit infeksi
cacing Total
Negatif Posotif
N % n % n %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak memenuhi 4 66,67 2 33,3 6 100
2 Memenuhi 19 100 0 0 19 100
Jumlah 23 92 2 8 25 100
Sumber Data: Hasil Analisis Statistik 2011.
Gambar 15. Histogram Distribusi Presentase Tempat Pembuangan Sampah
3) Hubungan Pengaliran Air Limbah dengan Kejadian Penyakit Infeksi
Cacing.
6
19
Tempat Pembuangan Sampah
Tidak memenuhi Memenuhi
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 73/96
Hasil penelitian memperoleh bahwa frekuensi siswa yang memiliki
tempat pengaliran air limbah sebanyak 20 siswa (80%) dan siswa yang
tidak memiliki tempat pengaliran air limbah sebanyak 5 siswa (20%).
Siswa yang tidak mempunyai tempat pengaliran air limbah dan positif
terkena penyakit infeksi cacing sebesar 40% dan siswa yang negatif
terkena penyakit infeksi cacing sebesar 60% sedangkan yang memiliki
tempat pengaliran air limbah 100% negatif tidak terkena penyakit (Tabel
11)
Uji statistik chi-square antara variabel kepemilikan tempat pengaliran air
limbah dengan kejadian penyakit infeksi cacing di dapatkan p-value
sebesar 0,023 < 0,05 untuk 2-sided dan 0,012 < 0,05 untuk 1-sided yang
artinya ada hubungan antara tempat pengaliran air limbah dengan kejadian
penyakit infeksi cacing. (Lampiran 3).
Tabel 11.
Hubungan Pengaliran Air Limbah dengan Kejadian Penyakit Infeksi
Cacing
No Pengaliran air
limbah
Kejadian penyakit infeksi
cacing Total
Negatif Posotif
n % n % n %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak memenuhi 3 60 2 40 5 100
2 Memenuhi 20 100 0 0 20 100
Jumlah 23 92 2 8 25 100
Sumber Data: Hasil Analisis Statistik 2011.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 74/96
Gambar 16. Histogram Distribusi Presentase Pengaliran Air Limbah
B. PembahasanBerdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa siswa yang terinfeksi
cacing sebanyak 2 orang, 1 siswa duduk di kelas I yang berumur 7 tahun dan 1
siswa yang duduk di kelas II yang berumur 8 tahun, Anak yang berumur 7
sampai 8 tahun termasuk memiliki resiko tinggi tertular penyakit cacing, karena
anak usia tersebut masih senang bermain tanah dan kebersihan tangan kurang
diperhatikan. Dalam hubungan dengan infeksi cacing, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak 7 sampai 8 tahun merupakan golongan yang sering
terkena infeksi cacing karena sering berhubungan dengan tanah akibat rendahnya
tingkat kebersihan65.
Jumlah frekuensi jenis kelamin laki-laki yaitu 10 siswa (40%) dan
frekuensi jenis kelamin perempuan 15 siswa (60%) Berdasarkan frekuensi
pekerjaan orang tua siswa pada umumnya adalah wirsawasta sebanyak 13 orang
(52%), PNS 4 orang (16%), Buruh harian 3 orang (12%), dan pedagang 2 orang
(8%) dan supir 2 orang (8%).
65 Mira T Windy, loc. cit.
5
20
Pengaliran Air LimbahTidak memenuhi Memenuhi
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 75/96
Dari 25 siswa SDN Balang Baru Baru Kelurahan Balang Baru Kec. Tamalate
Kota Makassar dalam penelitian ini, ditemukan 1 siswa (4%) yang terinfeksi
cacing Ascaris (2) dan Trichuris (10), 1 siswa (4%) hanya terinfeksi cacing
Trichuris sebanyak (4) dan 23 siswa (92%) yang tidak terinfeksi cacing Ascaris
dan Trichuris. Angka ini lebih rendah dibanding penelitian yang dilakukan oleh
Novayanti dan Syafari66
di Kecamatan Mariso yang melaporkan bahwa jumlah
siswa yang terinfeksi cacing sebanyak 33% dan jumlah siswa yang tidak terinfeksi
sebanyak 34,7%. Peneliti yang sama dilaporkan oleh Hadju67 bahwa tidak
satupun siswa SD di pemukiman kumuh Kotamadya Ujung Pandang yang tidak
menderita infeksi cacing.
Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacing yaitu yang ditularkan
lewat tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena
biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi
tanpa cuci tangan68
. Tingginya angka pengidap cacing pada umumnya disebabkan
karena sanitasi lingkungan yang kurang baik, perilaku kebersihan yang kurang,
debu yang berterbangan, dan makanan yang dijual di jalanan yang kurang terjaga
kebersihannya. Oleh karena itu meski seorang anak berasal dari kalangan berada
dan tinggal di tempat yang baik lingkungannya namun tak jarang dijumpai
penderita cacingan. Cacing masuk ke dalam tubuh melalui telur yang tertelan.
Mungkin tertelan bersama makanan jajanan, atau bersama debu yang
66Novayanti, RT, Syafari D.M. “ Hubungan Sosial Ekonomi dengan Infeksi Kecacingan
Pada Murid SDN Mattoangin I dan SDN Garuda, Kecamatan Mariso, Kotamadya Ujung
Pandang” .Terhadap Kualitas hidup Bangsa. Ujung Pandang. 1997.67
Hadju V. “ Kontribusi Penyakit Kecacingan terhadap Masalah Kekuramgan Gizi”,dalam kumpulan makalah Simposium Sehari Penyakit Kecacingan dan Kurang Gizi pada Anak,
Dampaknya Terhadap Kualitas Hidup Bangsa, Ujung Pandang. 1992.68 Peter J. Hotes , loc. cit.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 76/96
berterbangan. Telur cacing dapat juga dibawa oleh binatang seperti: kecoak,
tikus, lalat, dan binatang lainnya, selain diterbangkan oleh angin69
Siswa kelas I dan kelas II yang terinfeksi cacing menggunakan jamban
sebagai tempat pembuangan tinja dimana tidak memenuhi kriteria sanitasi
lingkungan yang bersih dan sehat. Yang memenuhi kriteria sanitasi lingkungan
yaitu dengan menggunakan tempat pembuangan tinja pada tipe leher angsa dan
tipe cemplung. .Meskipun suatu kelurga sudah memiliki WC sebagaimana
mestinya dan menjaga kebersihan lainnya, namun bila lingkungan sekitar masih
tetap hidup dengan pola lama yang kurang memelihara kebersihan, maka
kemungkinan cacing pun masih akan tetap jadi masalah yang harus diwaspadai.
Sebagian besar responden telah memiliki tempat pembuangan tinja, hal ini
terlihat sebanyak 22 (88%) dari 25 responden di kelurahan Tamalate memiliki
tempat pembuangan tinja keluarga, responden yang tidak memiliki tempat
pembuangan tinja keluarga memanfaatkan WC umum atau WC milik
keluarganya, mereka juga memanfaatkan sungai sebagai tempat membuang
tinja sebanyak 2 orang (8%), dan selokan besar yang mengalir ke sungai (1%).
Orang-orang yang bterkena penyakit infeksi cacing, dan membuang tinja di
sembarang tempat yang sering dikunjungi oleh orang lain, banyaknya tinja di
tempat-tempat terpencil di dekat rumah, biasa menyebabkan anggota keluarga lain
terinfeksi. Tempat pembuangan tinja adalah bangunan untuk tempat buang air
69 Tri Wagiyati, loc. cit.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 77/96
besar dan buang air kecil. Buang air besar dan air kecil harus di dalam jamban,
jangan di sungai atau di sembarang tempat karena dapat menimbulkan penyakit70
Sebanyak 19 responden (76%) mengelola sampahnya dengan baik dengan
cara membuang di tempat pembuangan sampah, sebanyak 2 responden (8%)
mengelola sampahnya dengan cara ditumpuk kemudian dibakar, dan 4 responden
(16%) membuang sampahnya di sembarang tempat. 2 responden dari 4 responden
yang membuang sampahnya di sembarang tempat adalah siswa yang duduk di
kelas I dan kelas II yang terinfeksi penyakit cacing Ascaris dan Trichuris.
Pengelolaan sampah yang tidak baik mempengaruhi sanitasi lingkungan.
Pengelolahan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengundang
beberapa parasit untuk berkembang. Apalagi dengan kelembapan tanah yang
tinggi merupakan tempat baik untuk perkembangan cacing terutama untuk A.
lumbricoides dengan T. trichura71.
Frekuensi menunjukkan cara pengaliran air buangan responden yang
dialirkan ke suatu tempat yang memenuhi syarat air buangan dialirkan ke septik
tank, air kotoran dapur, dan kamar mandi yang alirannya lancar sebanyak 20
(80%), dan sebanyak 5 (20%) responden yang tidak memenuhi syarat air
buangan. Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan
hidup terhadap pencemaran lingkungan, dimana air yang tergenang bisa
menimbulkan beberapa parasit untuk berkembang dengan baik.
Hasil analisis bivariat “Chi square” dimana melihat kriteria pengujian
hipotesis bila harga chi-square lebih kecil dari derajat kemaknaan (α = 0,05) maka
70Soekidjo, Notoatmodjo, Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar , (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1997), h. 159.71 Ibid., h. 162.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 78/96
H1 diterima dan jika lebih besar dari derajat kemaknaan(α = 0,05) maka Ho
diterima, setelah uji statistik diperoleh gambaran hubungan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan tempat pembuangan tinja dengan infeksi cacing Ascaris
dan Trichuris. Berdasarkan hasil penelitian dari 2 (8%) responden yang tidak
memiliki tempat pembuangan tinja terkena penyakit infeksi cacingan,
sedangkan banyaknya responden yang sudah mempunyai tempat pembuangan
tinja sebanyak 22 dari 25 responden (88%) Siswa yang tidak mempunyai
tempat pembuangan tinja dan positif terkena penyakit infeksi cacing sebesar
66,67% dan siswa yang negatif terkena penyakit infeksi cacing sebesar 33,3%
sedangkan yang memiliki tempat pembuangan tinja 100% negatif tidak
terkena penyakit.
Hasil uji statistik chi-square antara variabel kepemilikan tempat
pembuangan tinja dengan kejadian penyakit infeksi cacing di dapatkan p-
value < 0,05) yang artinya ada hubungan antara tempat pembuangan tinja
dengan kejadian penyakit infeksi cacing. Pertambahan penduduk yang tidak
seimbang dengan terjadinya area pemukiman menimbulkan masalah yang
berakibat kepada pembuangan kotoran manusia yang meningkat. Dilihat dari
kesehatan masyarakat, pembuangan kotoran manusia merupakan masalah
pokok yang harus diatasi karena kotoran manusia ( faeces) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multi kompleks.72
Hasil penelitian Elis Nurbaeti73
bahwa tidak terdapat hubungan tempat pembuangan tinja dengan infeksi
cacing, karena siswa SD Pulau Barang Lompo dimana sebagian besar
72
Soekidjo, Notoatmodjo, loc cit.73Elis Nurbaeti, op cit., h. 56.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 79/96
membuang tinja di pantai sehingga didaerah tersebut masih diabaikan untuk
memiliki tempat pembuangan tinja keluarga.
2. Terdapat hubungan antara faktor tempat pembuangan sampah dengan infeksi
cacing Ascaris dan Trichuris. Hasil penelitian diperoleh banyaknya responden
yang mengelolah sampahnya dengan baik, 19 responden (76%), sedangkan
dari 4 responden (16%) lainnya membuang sampahnya disembarang tempat.
Dari 4 responden tersebut 2 diantaranya terkena infeksi cacing Ascaris dan
Trichuris. Siswa yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah dan
positif terkena penyakit infeksi cacing sebesar 33,3% dan siswa yang negatif
terkena penyakit infeksi cacing sebesar 66,67% sedangkan yang memiliki
tempat pembuangan sampah 100% negatif tidak terkena penyakit . Hasil uji
chi-square antara variabel kepemilikan tempat pembuangan sampah dengan
kejadian penyakit infeksi cacing di dapatkan p-value < 0,05 yang artinya ada
hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian penyakit
infeksi cacing.
Sampah padat yang bertumpuk di atas tanah yang lembab, merupakan
tempat yang baik bagi cacing-cacing tertentu yang bisa membahayakan
kesehatan pula seperti halnya cacing cambuk (T. trichiura) dan cacing gelang
( A. lumbricoides).
3. Terdapat hubungan antara cara pengaliran air buangan dengan infeksi cacing
Ascaris dan Trichuris. Hasil penelitian banyaknya responden 20 (80%) yang
mengalirkan air buangannya di suatu tempat yang memenuhi syarat sebanyak
20(8%) sedangkan siswa yang tidak memiliki tempat pengaliran air limbah
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 80/96
sebanyak 5 siswa (20%). Siswa yang tidak mempunyai tempat pengaliran air
limbah dan positif terkena penyakit infeksi cacing sebesar 40% dan siswa
yang negatif terkena penyakit infeksi cacing sebesar 60% sedangkan yang
memiliki tempat pengaliran air limbah 100% negatif tidak terkena penyakit.
Hasil uji chi-square antara variabel kepemilikan tempat pengaliran air limbah
dengan kejadian penyakit infeksi cacing di dapatkan p-value <0,05 yang
artinya ada hubungan antara tempat pengaliran air limbah dengan kejadian
penyakit infeksi. Disamping variable-variabel yang diteliti di atas, banyak
faktor lain yang turut berpengaruh pada tingginya prevalensi infeksi cacingan
ini. Misalnya penyediaan air bersih, sarana perumahan dan lain-lain, selain itu
dengan kebiasaan buruk masyarakat yang tidak membiasakan anak-anak
mereka menjaga kesehatan atau hygiene perorangan. Dari hal tersebut
diketahui masalah timbul karena kurangnya kesadaran anggota masyarakat
akan pentingnya perilaku sehat, oleh sebab itu peranan usaha-usaha
penyuluhan perlu dilakukan untuk menimbulkan kesadaran akan pentingnya
peranan lingkungan yang sehat bagi kesejahteraan anggota masyarakat.
Karena hal ini bukan usaha yang mudah, maka kerja yang sabar dan terus
menerus harus melibatkan pihak-pihak pemerintah termasuk petugas
kesehatan dan tokoh masyarakat. Dengan usaha yang sabar ini, harapan akan
tercapainya kesejahteraan kiranya bukan suatu hal yang mustahil.
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 81/96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai hubungan sanitasi lingkungan dengan infeksi
cacing Ascaris dan Trichuris pada siswa SDN Balang Baru Kelurahan Balang Baru
Kec. Tamalate Kota Makassar maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari 25 siswa pada siswa SDN Balang Baru Kelurahan Balang Baru Kec.
Tamalate Kota Makassar. Ditemukan 2 siswa (8%) terinfeksi cacing Ascaris
danTrichuris , sedangkan 23 siswa (92%) tidak terinfeksi Ascaris dan Trichuris .
2. Hasil chi-square menyebabkan adanya hubungan antara tempat
pembuangan tinja, tempat pembuangan sampah, dan cara pengaliran air
limbah p-value < 0,05 artinya ada hubungan antara tempat pembuangan
tinja, tempat pembuangan sampah dan cara pengaliran air limbah dengan
kejadian penyakit infeksi cacingAscaris dan Trichuris
B. Saran
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 82/96
1. Kepada pusat-pusat pelayanan kesehatan perlu meningkatkan kegiatan
penyuluhan kesehatan khususnya sanitasi lingkungan sehingga dapat
dicapai pemutusan rantai hidup cacing dalam program PHBS.
2. Memberikan pengobatan secara dini pada penderita utamanya anak-anak
sekolah dasar, baik untuk menghilangkan parasit dari dalam tubuh,
maupun menghilangkan gejala yang dit imbulkannya.
3. Peningkatan kerjasama antara kepala sekolah dan guru untuk memberi
bimbingan, pengarahan tentang higiene perorangan dan sanitasi
lingkungan kepada siswa dalam upaya menurunkan prevalensi penyakit
cacingan.
4. Diharapkan ada peran serta orang tua dalam usaha pencegahan dan
pengobatan penyakit cacingan
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 83/96
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Kesehatan RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia sehat 2010. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI. h. 55,56,
Depertemen Kesehatan RI. 2006. Undang-Undang Kesehatan. Jakarta: PustakaPelajar. h. 15,16
Departemen Kesehatan R.I. 2006. Materi Pelatihan Dokter Kecil, Jakarta: Depkes
R.I. h. 6
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi & Parasitologi. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti. h. 235.
Elis Nurbaeti, 2001 ,“Studi Sanitasi Lingkungan dan Investasi Cacing Pada Anak
Usia sekolah Dasar Dikecamatan Panakkukang dan kecamatan MarisoKota Makassar”.(Skripsi.Makassar.).h. 41.
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
2. Crosstab tempat pembuangan sampah responden
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 90/96
Kecacingan
TotalTidak Ya
Pembuangan Sampah Tidak memenuhi
Memenuhi
Total
CountExpected Count% within Pembuangansampah% withinKecacingan% of TotalCountExpected Count% within PembuanganSampah% withinKecacinganPembuanagan Sampah% of TotalCountExpected Count% within PembuanganSampah% withinKecacingan% of Total
44.5
66,67%
18%
16%19
19.0100%76%
76%23
23.092%
100%
92%
21.5
33,33%
6%
8%0
0.00%0%
0%2
0.08%
100%
8%
66.0
100%
24%
24%19
19.0100%76%
76%25
25.0100%
100%
100%
Uji Chi square tempat pembuanagan sampah dengan kejadian penyakit
cacingan
Chi-Square Tests
Value DfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Pearson Chi-SquareContinuityCorrection (a).Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
5.675(b)4.2704.348
3.22225
111
1
.044
.034
.047
.042
.043 .039
a Computed only for a 2x2 table1b 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.20.
Symmetric Measures
Value
Asymp.Std.
Error(a)
Approx.
T(b)
Approx.
Sig.
Nominal byNominalInterval byIntervalOrdinal byOrdinalN of ValidCases
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
3. Crosstab pengaliran air limbah responden
Kecacingan Total
5/14/2018 Lisdawati - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lisdawati 91/96
Tidak Ya
Pengaliran air limbah Tidak
ya
Total
CountExpected Count
% within Pengaliran air limbah% withinKecacingan% of TotalCountExpected Count% within Pengaliran air limbah% withinKecacinganPengaliran air limbah% of TotalCountExpected Count% within Pengaliran air limbah% withinKecacingan
% of Total
34.0
60%
16%
12%20
20.0100%80%
80%23
23.092%
100%
92%
21.0
40%
4%
8%0
0.00%0%
0%2
2.08%
100%
8%
54.0
100%
20%
20%20
20.068%80%
80%25
25.0100%100%
100%
Uji Chi square pengaliran air limbah dengan kejadian penyakit cacingan
Chi-Square Tests
Value DfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Pearson Chi-SquareContinuityCorrection (a).Likelihood Ratio
Fisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
5.543(b)4.7003.590
3.22325
111
1
.021
.012
.023
.025
.023 .012
a Computed only for a 2x2 table1b 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.20.
Symmetric Measures
Value
Asymp.Std.
Error(a) Approx.
T(b) Approx.
Sig.
Nominal byNominalInterval byIntervalOrdinal byOrdinalN of ValidCases