Linier Programing dengan Pendekatan GRAFIK dan ALOGARITMA SIMPLEKS E. G. Talakua, S.Pi, M.Si
Linier Programing dengan
Pendekatan GRAFIK dan
ALOGARITMA SIMPLEKSE. G. Talakua, S.Pi, M.Si
Linier Programing (LP)
Setiap organisasi/usaha bisnis berusaha mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan
keterbatasan sumber daya.
Teknik PENGAMBILAN KEPUTUSAN dalam permasalahan
yang berhubungan dengan pengALOKASIan SUMBER
DAYA secara OPTIMAL.
Prinsip EFISIENSI dalam ekonomi:
Menghasilkan output sebesar-besarnya dengan
sejumlah biaya tertentu = MAKSIMASI.
Menghasilkan output pada level tertentu dengan biaya
yang serendah-rendahna = MINIMASI.
Keduanya menganut prinsip OPTIMALISASI, yakni:
✓ Ada TUJUAN yang ingin dicapai.
✓ Ada KENDALA yang membatasi pencapaian tujuan.
BENTUK UMUM MODEL LP
MAKSIMISASI:
Max Z = Cj Xj
dengan kendala:
aijXj ≤ bi
Xj ≤ 0
Minimisasi:
Min W = bjYj
dengan kendala:
aij Yj ci
Yj 0
Asumsi dasar LP
Proportionality; Naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber daya
atau fasilitas yang tersediaakan berubah secara proporsional
terhadap perubahan tingkat kegiatan.
Linearity; Fungsi Tujuan maupun Fungsi Kendala bersifat linear, dan
kegiatan yang satu dengan lainnya tidak saling mempengaruhi.
Divisibility; keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan
dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z
yang dihasilkan
Homogeneity; Produk yang dihasilkan identik dan penggunaan
masing-masing sumber daya menghasilkan produktivitas yang
sama.
PENYELESAIAN LP SECARA GRAFIK Hanya dapat dilakukan untuk model dengan 2 decision variables.
Menggunakan bidang 2 dimensi untuk menggambarkan grafik fungsi kendala
dan Fungsi Tujuan(FT).
Gambarkan grafik semua fungsi kendala dan tentukan daerah yang memenuhi
semua batasan kendala (daerah kelayakan = feasible region)
Tandai dan namakan setiap titik sudut (extreem points) daerah kelayakan
tersebut.
Gambarkan grafik FT (Isoprofit) dengan slope yang diketahui pada sembarang
nilai.
Geser grafik FT secara paralel hingga menyentuh titik terluar yang
memaksimumkan daerah kelayakan (maksimisasi) atau meminimumkan daerah
kelayakan (minimisasi).
Titik terluar yang dilalui FT merupakan Titik Optimal yang memberikan solusi
optimal terhadap persoalan LP.
Cara lain untuk menentukan titik optimal adalah dengan menghitung nilai FT
pada setiap titik sudut daerah kelayakan.
Nilai FT yang terbesar pada suatu titik (maksimisasi) atau terkecil (minimisasi)
menunjukkan titik tersebut merupakan titik optimal yang memberikan solusi
optimal (Alamsyh, 2015).
CONTOH:
Maksiumkan
laba/keuntungan
(Z) = 8M + 6K
(satuan dalam Rp
000), dengan
kendala:
4M + 2K ≤ 60
2M + 4K ≤ 48
M, K 0
PENYELESAIAN:
Jika M = 0, maka K
= 60/2 = 30
(maka dibuat titik
K = 30)
Jika M = 0, maka K = 48/4 = 12
(maka dibuat titik K = 12)
Jika K = 0, maka M = 60/4 = 15
(maka dibuat titik M = 15)Jika K = 0, maka M = 48/2 = 24
(maka dibuat titik M = 24)
K
M
Keuntungan yang diperoleh adalah Z = 8(12) + 6(6) = 132 atau Rp 132.000,-.
Cara menentukan titik optimal jika tidak menggunakan skala
dalam menggambar grafik:
Terlihat pada grafik titik potong terluar adalah pada titik B
perpotongan persamaan awal kendala adalah 4M + 2K = 60
dan 2M + 4K = 48. Samakan salah satu variabel M atau K. Kita
samakan variabel K, maka:
8M + 4K = 120
2M + 4K = 48
Kedua persamaan ini kemudian dikurangi menjadi:
6M = 72, maka M = 72/6 = 12.
Jika M = 12, maka masukan di salah satu persamaan awal,
menjadi 4 (12) + 2K = 60, maka: 48 + 2K = 60, maka: 2K = 60-48,
maka: 2K = 12, sehingga K =12/2 = 6. Diperoleh M = 12 dan K = 6.A
B
C
Garis isoprofit,
diperoleh dengan
patokan M = 6
dan K = 8
Lanjutan penyelesaian:
JIKA DIGAMBAR DENGAN SKALA MAKA TERDAPAT 3 TITIK DALAM
DAERAH KELAYAKAN, yakni:
TITIK A: dimana K = 12 dan M = 0, maka keuntungan yang diperoleh
adalah Z = 8(0) + 6(12) = 72 atau Rp 72.000,-.
TITIK B: dimana K = 6 dan M = 12, maka keuntungan yang diperoleh
adalah Z = 8(12) + 6(6) = 132 atau Rp 132.000,-.
TITIK C: dimana K = 0 dan M = 15, maka keuntungan yang diperoleh
adalah Z = 8(15) + 6(0) = 120 atau Rp 120.000,-.
Maka Titik dengan keuntungan atau laba yang terbesar adalah Titik
B yakni K = 6 dan M = 12
CONTOH:
MINIMUMKAN
Biaya (W) = 20M +
8K (satuan dalam
Rp 000), dengan
kendala:
4M + 2K ≤ 60
2M + 4K ≤ 48
M 2
K 4
PENYELESAIAN:
Jika M = 0, maka K
= 60/2 = 30
(maka dibuat titik
K = 30)
Jika M = 0, maka K = 48/4 = 12
(maka dibuat titik K = 12)
Jika K = 0, maka M = 60/4 = 15
(maka dibuat titik M = 15)Jika K = 0, maka M = 48/2 = 24
(maka dibuat titik M = 24)
K
M
Titik K = 4
Titik M = 2
A
B
D C
Garis isoprofit,
diperoleh dengan
patokan M = 8
dan K = 20
Lanjutan penyelesaian:JIKA DIGAMBAR DENGAN SKALA MAKA TERDAPAT 4 TITIK DALAM DAERAH KELAYAKAN,
yakni:
TITIK A, perpotongan garis kendala 2M + 4K = 48 dan M = 2, sehingga: jika M = 2 maka,
K = (48-4)/4 = 11. Maka titik A merupakan titik potong (2,11) atau M= 2 dan K = 11.
Keuntungan yang diperoleh pada titik ini adalah Z = 20(2) + 8(11) = 128 atau Rp
128.000,-.
TITIK B, perpotongan garis kendala 2M + 4K = 48 dan 4M + 2K = 60 (persaman awal),
sehingga: Kita samakan variabel K, maka:
8M + 4K = 120
2M + 4K = 48
Kedua persamaan ini kemudian dikurangi menjadi: 6M = 72, maka M = 72/6 = 12. Jika
M = 12, maka masukan di salah satu persamaan awal, menjadi 4 (12) + 2K = 60, maka:
48 + 2K = 60, maka: 2K = 60-48, maka: 2K = 12, sehingga K =12/2 = 6. Diperoleh M = 12
dan K = 6. Keuntungan yang diperoleh pada titik ini adalah Z = 20(12) + 8(6) = 288 atau
Rp 288.000,-.
Lanjutan penyelesaian:
JIKA DIGAMBAR DENGAN SKALA MAKA TERDAPAT 4 TITIK DALAM DAERAH KELAYAKAN,
yakni:
TITIK C, perpotongan garis kendala 4M + 2K = 60 dan K = 4, sehingga: jika K = 4 maka,
M = (60-8)/4 = 13. Maka titik C merupakan titik potong (13,4) atau M = 13 dan K = 4.
Keuntungan yang diperoleh pada titik ini adalah Z = 20(13) + 8(4) = 292 atau Rp
292.000,-.
TITIK D, perpotongan garis kendala M = 2 dan K = 4, maka titik D merupakan titik
potong (2,4) atau M = 2 dan K = 4. Keuntungan yang diperoleh pada titik ini adalah Z
= 20(2) + 8(4) = 72 atau Rp 72.000,-.
Maka Titik dengan biaya terendah adalah pada Titik D yakni M = 2 dan K = 4, dengan
biaya hanya Rp 72.000,-.
SOAL LATIHAN:
MAKSIMUMKAN KEUNTUNGAN
Z = 3E + 2L (satuan dalam Rp 000),
dengan kendala:
E + 2L ≤ 6
2E + L ≤ 8
Dengan:
E, L 0
Tugas Minggu Depan Kumpul...
(DIMINTA 1 ORANG YANG AKAN TERANGKAN DI DEPAN KELAS)
Adalah sauatu metode yang secara matematis dimulai
dari suatu pemecahan dasar yang feasibel atau layak
(basic feasible solution) kepemecahan dasar feasibel
lainnya dan dilakukan secara berulang-ulang (iteratif)
sehingga akhirnya diperoleh suatu pemecahan dasar
yang optimum.
PENYELESAIAN LP DENGAN METODE
SIMPLEKS
CONTOH:
Maksiumkan
laba/keuntungan
(Z) = 8M + 6K
(satuan dalam Rp
000), dengan
kendala:
4M + 2K ≤ 60
2M + 4K ≤ 48
M, K 0
LANGKAH 1: ubah model LP kedalam bentuk kanobik-
nya (semua fungsi kendala berupa persamaan)
dengan cara menambahkan slack variabel.
Dimana:
- setiap fungsi kendala mempunyai slack variabel.
- Jumlah slack variabel = jumlah fungsi kendala
- Nilai sebelah kanan semua kendala tidak boleh
negatif.
Maka:
4M + 2K + S1 = 60 atau S1 = 60 – 4M – 2K
2M + 4K + S2 = 48 atau S2 = 48 – 2M – 4K
Sehingga soal disamping menjadi:
Laba = 8M + 6K + 0S1 + 0S2
Dengan kendala:
4M + 2K + S1 + 0S2 = 60
2M + 4K + 0S1+ S2 = 48
M, K 0
CONTOH:
LANGKAH 2: membuat tabel simpleks AWAL.
BV CV M K S1 S2 RASIO
S1 60 4 2 1 0 60/4 = 15
S2 48 2 4 0 1 48/2 = 24
Zj 0 -8 -6 0 0
LANGKAH 3: penentuan baris dan kolom kunci serta nomor kunci sebagai dasar iterasi.o Kolom kunci ditentukan oleh nilai baris z NEGATIF TERBESAR.o Hitung rasio antara CV dan nilai pada kolom kunci.o Baris kunci ditentukan dari rasio CV dan nilai kolom kunci yang TERKECIL.o Kemudian diperoleh NOMOR KUNCI, angka perpotongan kolom kunci dan baris
kunci.
KOLOM KUNCI,
karena -8
merupakan
negatif terbesar
BARIS KUNCI,
karena 15
merupakan ratio
terkecil
NOMOR KUNCI,
karena 4 merupakan
angka pada
perpotongan kolom
kunci dan baris kunci
BV CV M K S1 S2 RASIO
S1 60 4 2 1 0 60/4 = 15
S2 48 2 4 0 1 48/2 = 24
Zj 0 -8 -6 0 0
CONTOH:
LANGKAH 4: ITERASI, dengan metode perhitungan Gauss-Jordan.
BV CV M K S1 S2 RASIO
S1 60 4 2 1 0 60/4 = 15
S2 48 2 4 0 1 48/2 = 24
Zj 0 -8 -6 0 0
➢ Persamaan pivot (S1 atau baris 1): dengan bagikan semua nilai/angka pada baris 1
dengan NOMOR KUNCI atau angka 4. Sehingga diperoleh:
KOLOM KUNCI,
karena -8
merupakan
negatif terbesar
BARIS KUNCI,
karena 15
merupakan ratio
terkecil
NOMOR KUNCI,
karena 4 merupakan
angka pada
perpotongan kolom
kunci dan baris kunci
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 60/4 = 15 4/4 = 1 2/4 = 0,5 1/4 = 0,25 0/4 = 0
CONTOH:
LANGKAH 4: ITERASI, dengan metode perhitungan Gauss-Jordan.
➢ Persamaan pivot (S2 atau baris 2): dengan rumus [Persamaan Lama – (Persamaan
pivot baru baris 1 x koefisien/angka/nilai pada kolom kunci)]
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 15 1 0,5 0,25 0Persamaan pivot
baru dari baris 1
➢ Menjadi:
BV CV M K S1 S2 RASIO
S2 48 2 4 0 1
M 15 1 0,5 0,25 0
S2 48 –
(15x2) =
18
2 – (1x2)
= 0
4 –
(0,5x2) =
3
0 –
(0,25x2)
= -0,5
1 –(0x2)
= 0
Persamaan pivot
baru dari baris 1
Persamaan Lama
Persamaan BARU
Koefisien/angka/nilai
pada kolom kunci S2
adalah 2
CONTOH:
LANGKAH 4: ITERASI, dengan metode perhitungan Gauss-Jordan.
➢ Persamaan pivot (Zj atau fungsu tujuan): dengan rumus [Persamaan Lama –
(Persamaan pivot baru baris 1 x koefisien/angka/nilai pada kolom kunci)]
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 15 1 0,5 0,25 0Persamaan pivot
baru dari baris 1
➢ Menjadi:
BV CV M K S1 S2 RASIO
Zj 0 -8 -6 0 0
M 15 1 0,5 0,25 0
ZJ 0 – (15x-
8) = 120
-8 – (1x-
8) = 0
-6 –
(0,5x-8)
= -2
0 –
(0,25x-8)
= 2
0 –(0x-8)
= 0
Persamaan pivot
baru dari baris 1
Persamaan Lama
Persamaan BARU
Koefisien/angka/nilai
pada kolom kunci ZJ
adalah -8
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 15 1 0,5 0,25 0
S2 18 0 3 -0,5 1
Zj 120 0 -2 2 0
CONTOH:
LANGKAH 4: ITERASI, dengan metode perhitungan Gauss-Jordan.
➢ Hasil ITERASI Menjadi:
Kriteria Solusi Optimal Adalah Semua Nilai Pada Baris Zj TIDAK ADA
YANG NEGATIF.
Pada hasil iterasi di atas, masih ada nilai pada baris Zj yang bernilai
negatif yaitu variabel K dengan nilai -2.
Oleh karena itu belum optimal dan perlu dilakukan iterasi kembali,
sesuai langkah 2 hingga langkah 4 kembali.
CONTOH:
LANGKAH 2: membuat tabel simpleks AWAL.
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 15 1 0,5 0,25 0 15/0,5 =
30
S2 18 0 3 -0,5 1 18/3 = 6
Zj 120 0 -2 2 0
LANGKAH 3: penentuan baris dan kolom kunci serta nomor kunci sebagai dasar iterasi.o Kolom kunci ditentukan oleh nilai baris z NEGATIF TERBESAR.o Hitung rasio antara CV dan nilai pada kolom kunci.o Baris kunci ditentukan dari rasio CV dan nilai kolom kunci yang TERKECIL.o Kemudian diperoleh NOMOR KUNCI, angka perpotongan kolom kunci dan baris
kunci.
KOLOM KUNCI,
karena -2
merupakan
negatif terbesar
BARIS KUNCI,
karena 6
merupakan ratio
terkecil
NOMOR KUNCI,
karena 3 merupakan
angka pada
perpotongan kolom
kunci dan baris kunci
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 15 1 0,5 0,25 0 15/0,5 =
30
S2 18 0 3 -0,5 1 18/3 = 6
Zj 120 0 -2 2 0
CONTOH:
LANGKAH 4: ITERASI, dengan metode perhitungan Gauss-Jordan.
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 15 1 0,5 0,25 0 15/0,5 =
30
S2 18 0 3 -0,5 1 18/3 = 6
Zj 120 0 -2 2 0
➢ Persamaan pivot (S2 atau baris 2): dengan bagikan semua nilai/angka pada baris 1
dengan NOMOR KUNCI atau angka 3. Sehingga diperoleh:
KOLOM KUNCI,
karena -2
merupakan
negatif terbesar
BARIS KUNCI,
karena 6
merupakan ratio
terkecil
NOMOR KUNCI,
karena 3 merupakan
angka pada
perpotongan kolom
kunci dan baris kunci
BV CV M K S1 S2 RASIO
K 18/3 = 6 0/3 = 0 3/3 = 1 -0,5/3 =
-0,167
1/3 = 0,33
CONTOH:
LANGKAH 4: ITERASI, dengan metode perhitungan Gauss-Jordan.
➢ Persamaan pivot (M): dengan rumus [Persamaan Lama – (Persamaan pivot baru
baris 1 x koefisien/angka/nilai pada kolom kunci)]
BV CV M K S1 S2 RASIO
K 6 0 1 -0,167 0,33Persamaan pivot
baru dari baris 2
➢ Menjadi:
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 15 1 0,5 0,25 0
K 6 0 1 -0,167 0,33
M 15 –
(6x0,5) =
12
1 –
(0x0,5) =
1
0,5 –
(1x0,5) =
0,25
0,25 –
(-0,167 x
0,5) = 0,33
0 –
(0,33x0,5)
= -0,167
Persamaan pivot
baru dari baris 2
Persamaan Lama
Persamaan BARU
Koefisien/angka/nilai
pada kolom kunci S2
adalah 0,5
CONTOH:
LANGKAH 4: ITERASI, dengan metode perhitungan Gauss-Jordan.
➢ Persamaan pivot (Zj atau fungsu tujuan): dengan rumus [Persamaan Lama –
(Persamaan pivot baru baris 1 x koefisien/angka/nilai pada kolom kunci)]
BV CV M K S1 S2 RASIO
K 6 0 1 -0,167 0,33Persamaan pivot
baru dari baris 2
➢ Menjadi:
BV CV M K S1 S2 RASIO
Zj 120 0 -2 2 0
K 6 0 1 -0,167 0,33
ZJ 120 –
(6x-2) =
132
0 – (0x-2)
= 0
-2 – (1x-
2) = 0
2 –
(-0,167 x-
2) = 1,67
0 –
(0,33x-2)
= 0,67
Persamaan pivot
baru dari baris 2
Persamaan Lama
Persamaan BARU
Koefisien/angka/nilai
pada kolom kunci ZJ
adalah -2
BV CV M K S1 S2 RASIO
M 12 1 0 0,33 -0,167
K 6 0 1 -0,167 0,33
Zj 132 0 0 1,67 0,67
CONTOH:
LANGKAH 4: ITERASI, dengan metode perhitungan Gauss-Jordan.
➢ Hasil ITERASI 2 Menjadi:
Kriteria Solusi Optimal Adalah Semua Nilai Pada Baris Zj TIDAK ADA
YANG NEGATIF.
Pada hasil iterasi 2 di atas, TIDAK ADA NILAI pada baris Zj yang bernilai
negatif lagi.
Iterasi SELESAI dengan solusi optimal: M = 12, K = 6 dan Z (Laba) sebesar
132 atau Rp 132.000,-.
SOAL LATIHAN SELESAIKAN DENGAN METODE SIMPLEKS:
MAKSIMUMKAN KEUNTUNGAN
Z = 3E + 2L (satuan dalam Rp 000),
dengan kendala:
E + 2L ≤ 6
2E + L ≤ 8
Dengan:
E, L 0
Tugas Minggu Depan Kumpul...
(DIMINTA 1 ORANG YANG AKAN TERANGKAN DI DEPAN KELAS)
Terima Kasih
Pustaka:
Alamsyh, Z. 2015. Riset Operasi. https://zalamsyah.files.wordpress.com/2015/12/riset-
operasi-pengantar2.pdf. Program Studi Magister Agribisnis Universitas Jambi.
Diakses tanggal 12 Mei 2019.