Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN “UJI KUANTITATIF KARBOHIDRAT” Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ANALISIS PANGAN Dosen Pembimbing: Dr.Ir.Sahirman,Mp Disusun Oleh: KELOMPOK II 1. Febian Tuwage (06) 2. Ghina Ganiah Zahra (07) 3. Hasan Basri Zulkhan (08) 4. Irpan Fauzi (09) 5. Mirna Nurliana (10) 6. Yohani Dewi Utami (22) TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI (TPG) DEPARTEMEN PENDIDIKAN DIPLOMA EMPAT (D4) PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) PERTANIAN/VEDCA CIANJUR JOINT PROGRAM POLITEKNIK NEGERI JEMBER TAHUN ANGKATAN 2012-2013
19

Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

Jul 06, 2015

Download

Education

Hasan Basry

laporan praktikum
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN

“UJI KUANTITATIF KARBOHIDRAT”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

ANALISIS PANGAN

Dosen Pembimbing:

Dr.Ir.Sahirman,Mp

Disusun Oleh:

KELOMPOK II

1. Febian Tuwage (06)

2. Ghina Ganiah Zahra (07)

3. Hasan Basri Zulkhan (08)

4. Irpan Fauzi (09)

5. Mirna Nurliana (10)

6. Yohani Dewi Utami (22)

TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI (TPG)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DIPLOMA EMPAT (D4)

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN (PPPPTK) PERTANIAN/VEDCA CIANJUR

JOINT PROGRAM POLITEKNIK NEGERI JEMBER

TAHUN ANGKATAN 2012-2013

Page 2: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat serta

karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini serta tepat waktu dengan judul

“Uji Kuantitatif Karbohidrat”

Keberhasilan penyusun di dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari dorongan

semua pihak yang telah membantu, baik saran maupun dukungan dan arahan serta do’a. Untuk

itu penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr.Ir.Sahirman, Mp

2. Orangtua dan semua pihak serta semua rekan seperjuangan yang telah memberi dukungan

kepada kami baik moril maupun materil sehingga penyusunan makalah ini dapat

berlangsung dengan lancar.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi

maupun tata letak, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

selalu kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cianjur, Maret 2013

Penyusun,

Page 3: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 1

1.3 Waktu dan tempat ................................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 2

2.1 Dasar Teori ......................................................................................................................... 2

BAB III METODE KERJA................................................................................................................ 6

3.1 Prinsip Kerja ........................................................................................................................ 6

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 6

3.3 Pembuatan Larutan ............................................................................................................... 7

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................................. 9

BAB V PENUTUP ............................................................................................................................. 14

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 14

5.2 Saran ..................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 15

Page 4: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh
Page 5: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam konteks ilmu gizi karbohidrat mempunyai fungsi yang cukup banyak, daiantaranya

adalah : a) sebagai sumber energi utama (1 gram = 4 kalori), b) ikut terlibat dalam

metabolisme lemak, (terikat dengan sintesis asam lemak) c) menghemat protein (protein

spater). Jika asupan karbohidrat mencukupi tubuh akan terhindar dari glukoneogenesis asam

amino, d) glukosa sebagai sumber energi utama bagi otak dan sistem syaraf, e) sebagai energi

cadangan dalam bentuk glikogen (glikogenesis) yang disimpan di hati dan otot, f) serat

berfungsi memperbaiki kinerja peristaltik usus dan pemberi muatan pada sisa makanan, punya

efek hipolipidemik, efek hipoglikemik dan lain sebagainya. Karbohidrat banyak terdapat

dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa maupun karbohidrat dengan

berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Salah satu metode yang

digunakan dalam analisa kuantitatif ( menghitung jumlah kadar karbohidrat) yaitu Metode

Luff Schoorl. Pada metode Luff Schrooll monosakarida akan mereduksikan CuO dalam

larutan Luff menjadi Cu2O. Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama

disebabkan oleh komposisi yang konstan.Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang

menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang

berbeda. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan

metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.

Dengan demikian maka kami melaksanakan praktik uji kuantitatif karbohidrat

menggunakan metode Luff Schrooll pada sampel biskuit untuk mengetahui kadar karbohidrat

yang terkandung pada sampel (biskuit).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum unji kuantitatif karbohidrat pada biskuit adalah :

1. Dapat mengetahui kadar karbohidrat pada biskuit

2. Dapat menghitung kadar karbohidrat pada biskut

1.3 Waktu dan Tempat

Kegiatan uji kuantitatif karbohidrat pada biskuit dilaksanakan pada :

Hari dan Tanggal : Senin, 19 maret 2013

Tempat : Laboratorium kimia VEDCA Cianjur

Page 6: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani

σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling

melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,

terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada

tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada

tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah

karbon dioksida menjadi karbohidrat.

Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton,

atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat

mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil.

Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus

(CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul

air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada

pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.

Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana

yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat

merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang

panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan

selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua

monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).

Page 7: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

3

I. Klasifikasi karbohidrat

A. Monosakarida

Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri

atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat

lain. Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa

dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.

B. Disakarida dan oligosakarida

Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang

berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah

sukrosa, laktosa, dan maltosa. Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai 10

dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari 2 molekul disebut

disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut triosa. Bila sukrosa (sakarosa atau gula

tebu). Terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari molekul glukosa dan

galaktosa. Polisakarida Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang

dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik

kerjanya.

C. Polisakarida

Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai

monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah

selulosa, glikogen, dan amilum.

Luff Schrooll

Uji karbohidrat yang resmi ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01-2891-1992 yaitu analisis

total karbohidrat dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Pada tahun 1936, International

Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis mempertimbangkan metode Luff-

Schoorl sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menstandarkan analisis gula

pereduksi karena metode Luff Schoorl saat itu menjadi metode yang resmi dipakai di pulau

Jawa.

Seluruh senyawa karbohidrat yang ada dipecah menjadi gula-gula sederhana

(monosakarida) dengan bantuan asam, yaitu HCl, dan panas. Monosakarida yang terbentuk

kemudian dianalisis dengan metode Luff-Schoorl. Prinsip analisis dengan Metode Luff-

Page 8: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

4

Schoorl yaitu reduksi Cu2+ menjadi Cu1+ oleh monosakarida. Monosakarida bebas akan

mereduksi larutan basa dari garam logam menjadi bentuk oksida atau bentuk bebasnya.

Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi kemudian dikuantifikasi dengan titrasi iodometri (SNI

01-2891-1992). Reaksi yang terjadi :

Karbohidrat kompleks → gula sederhana (gula pereduksi)

Gula pereduksi + 2 Cu2+ → Cu2O(s)

2 Cu2+ (kelebihan) + 4 I- → 2 CuI2 → 2 CuI- + I2

I2 + 2S2O32- → 2 I- + S4O6

2-

Osborne dan Voogt (1978) mengatakan bahwa Metode Luff-Schoorl dapat

diaplikasikan untuk produk pangan yang mengandung gula dengan bobot molekuler yang

rendah dan pati alami atau modifikasi. Kemampuan mereduksi dari gugus aldehid dan keton

digunakan sebagai landasan dalam mengkuantitasi gula sederhana yang terbentuk. Tetapi

reaksi reduksi antara gula dan tembaga sulfat sepertinya tidak stoikiometris dan sangat

tergantung pada kondisi reaksi. Faktor utama yang mempengaruhi reaksi adalah waktu

pemanasan dan kekuatan reagen. Penggunaan luas dari metode ini dalam analisis gula adalah

berkat kesabaran para ahli kimia yang memeriksa sifat empiris dari reaksi dan oleh karena itu

dapat menghasilkan reaksi yang reprodusibel dan akurat (Southgate 1976).

Fungsi Pereaksi dalam Metode Luff-Schoorl

Pereaksi yang digunakan dalam metode Luff-Schoorl adalah CH3COOH 3%, Luff

Schrool, KI 20%, Na2S2O3 0,1 N, NaOH 30%, H2SO4 25%, dan HCl 3%. HCl digunakan untuk

menghidrolisis pati menjadi monosakarida, yang akan bereaksi dengan larutan uji Luff

Schoorl dengan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+. Setelah proses hidrolisis selesai

dilakukan, maka akan ditambahkan NaOH, yang berfungsi untuk menetralkan larutan sampel

ditambahkan HCl. Asam asetat digunakan setelah proses penetralan dengan NaOH dengan

maksud untuk menciptakan suasana yang sedikit asam. Dalam metode Luff-Schoorl, pH harus

diperhatikan dengan cermat. Suasana yang terlalu asam akan menimbulkanoverestimated pada

tahap titrasi sebab akan terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2 (Harjadi 1994).

O2 + 4I- + 4H+ → 2I2 + 2H2O

Apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah

daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya

reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis). H2SO4 ditambahkan untuk mengikat ion

tembaga yang terbentuk dari hasil reduksi monosakarida dengan pereaksi Luff-Schoorl,

Page 9: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

5

kemudian membentuk CuSO4. KI akan bereaksi dengan tembaga sulfat membentuk buih

coklat kehitaman. Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode Luff Schoorl adalah titrasi

dengan natrium tiosulfat (Harjadi 1994).

Tahapan reaksi setelah penambahan asam sulfat, KI, dan titrasi dengan natrium tiosulfat :

R – COH + CuO → CuO2 + R – COOH

H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2KI → CuI2 + K2SO4

2CuI2 → Cu2I2 + I2

I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI

Titrasi

Reaksi dijalankan dengan titrasi yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit

demi sedikit, sampai jumlah zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Pada

saat titrant yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titrant harus

dihentikan , saat ini dinamakan titik akhir. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut

titrant, sedangkan larutan yang ditambahkan titrant disebut titrat.

Penentuan Titik Akhir Titrasi

Bila tidak digunakan alat sebagai indikator, maka titik akhir titrasi dilihat dari:

1. Perubahan warna, yakni larutan tidak berwarna menjadi berwarna tertentu, atau larutan

berwarna lenyap warnanya, atau larutan berwarna berubah menjadi warna lain.

2. Kekeruhan, yakni larutan yang jernih menjadi keruh, atau sebaliknya.

Bila titrasi dilakukan dengan menambahkan indicator, maka sering kali perubahan

warna atau kekeruhan terjadi karena reaksi antara indikator dengan titrant. Bila tidak

ditambahkan indicator, maka perubahan warna terjadi karena titrant dan/atau titrat mempunyai

warna, tetapi has il-hasil reaksi tidak berwarna atau sebaliknya. Caontoh titrant berwarna

ialah KMnO4 dan I2, sedangkan contoh titrat berwarna ialah I2 (dititrasi dengan Na2S2O3).

Untuk titrasi yang baik, maka perubahan warna atau kekeruhan harus terjadi tepat pada

saat titrant telah ekivalendenagn titrat. Pada umumnya, titika khir tidak tepat sama dengan titik

ekivalaen, sehingga terjadi kesalahan titrasi. Salah satu sebab ketidakcocokan titik akhir

dengan titik ekivalen ialah perlunya ada reaksi antara indicator dengan titrant sehingga

menyebabkan kesalahan positif (jumlah yang dipakai lebih dari yang sesungguhnya

diperlukan untuk ekivalen).

Page 10: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

6

BAB III

METODE KERJA

3.1 Prinsip Kerja

Hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu2+menjadi Cu+ dan

kelebihan Cu2+ dapat dititrasi dengan metode iodometri (tidak langsung).

3.2 Alat dan Bahan

No Alat Bahan

1. Erlenmeyer 500 ml, 250 ml Tepung Biskuit

2. Gelas ukur 1 L, 100 ml Aquadest

3. Corong butchner CH3COOH 3%

4. Bulp / pipet filler HCl 3%

5. Labu ukur 100 ml NaOH 30%

6. Corong gelas KIO3

7.. Spatula Kertas lakmus

8. Neraca analitik Larutan KI 20%

9. Pipet tetes Larutan H2SO4 25%

10. Pipet ukur Larutan H2SO4 2N

11. Pipet volume Larutan tiosulfat 0,1 N

12. Batu didih Indikator kanji/amilum 0,5%

13. Beaker glass Reagen Luff Schoorl

14. Pendingin tegak

15. Hot plate

16. Statif & Klem

17. Buret

18. Kertas saring

19. Es batu

Page 11: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

7

3.3 Pembuatan Larutan

a. NaOH 30%

1. Hitung NaOH yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH=0,3 x 100=30 gram.

2. Timbang dengan menggunaka gelas beacker 100 ml NaOH 30 gram.

3. Tambahkan sedikit aquades dengan hati-hati karena akan menghasilkan panas.

Setelah larut masukkan kedalam labu ukur 100 ml.

4. Bilas gelas beacker tersebut dengan aquades sedikit demi sedikit dan masukkan

bilasan tadi kedalam gelas ukur.

5. Encerkan NaOH tersebut dengan menambahkan aquades sampai batas tanda dan

gojok hingga homogen.

6. Pindahkan kedalam botol reagen dan beri nama pembuatnya, tanggal dan tenda

tengan pembuat.

b. Pembakuan larutan tiosulfat 0,1 N

Timbang 0,1 Ngram KIO3 kedalam erlenmeyer dan larutkan dengan 25 ml aquades.

Tambahkan 5 ml larutan KI 20% dan 5 ml H2SO4 2N. Titrasi cepat dengan larutan

tiosulfat 0,1N sampai larutan berwarna kuning. Tambahkan 5 ml amilum 0,5% dan

lanjutkan titrasi sampai dengan larutan biru menjadi tidak berwarna.

Konsentrasi normalitas larutan NaS2O3

N = gram KIO3 x ekivalen

(BM/1000) x ml titrasi tio

= g KIO3

0,03567 x mL tio

c. Penentuan Karbohidrat

1. Timbang dengan seksama lebih kurang 5 gram cuplikan kedalam erlenmeyer 500 ml.

2. Tambahkan 200 ml larutan HCL 3% dan didihkan selama 3 jam dengan pendingin

tegak.

3. Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan kertas lakmus atau

phenolptalein) dan tambahkan sedikit CH3COOH 3% agar suasana larutan agak sedikit

asam.

Page 12: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

8

4. Pindahkan isinya kedalam labu ukur 500 ml dan impitkan hingga tanda batas dan

kemudian saring.

5. Pipet 10 ml saringan kedalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan 25 ml larutan luff

schoorl (dengan pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 ml aquades.

6. Panaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat

mendidih dalam waktu 3 menit (gunakan stopwach). Didihkan terus selama 10 menit

(dihitung dari saat mulai mendidih dan gunakan stopwach) kemudian dengan cepat

dinginkan dalam bak yang berisi air + es.

7. Setelah dingin tambahkan 15 ml larutan KI 20% dan 25 ml H2SO4 25% secara

perlahan.

8. Titar secepatnya dengan larutan tiosulfat 0,1N (gunakan petunjuk larutan kanji 0,5%).

9. Kerjakan juga blanko.

10. Perhitungan

mg gula x Ntio/0,1 x fp

Kadar karbohidrat = X 100% x 0,9

Ws x 1000

Ws = bobot cuplik (mg)

Mg gula = glukosa yang terkandung untuk ml trio yang diergunakan (mg ), dari

table

Luff schoorl.

Fp = Faktor pengenceran

Page 13: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

9

BAB IV

PEMBAHASAN

a. Standarisasi Larutan tiosulfat 0,1N

No. W KIO3 V Na2S2O3 (ml) N Na2S2O3 N rata-rata

1. 0,1052 31,2 ml 0,0945 0,09638 N

2. 0,1263 36,05 0,0982

Dari percobaan menentukan standarisasi Larutan tio sulfat didapatkan data :

Data 1 : W KIO3 = 0,1052 gr

V Na2S2O3 = 31,2 ml

N Na2S2O3 = gram KIO3 x ekivalen

(BM/1000) x ml titrasi tio

= g KIO3

0,03567 x mL tio

= 0,1052 gr

0,03567 x 31,2 ml

N Na2S2O3 = 0,0945 N

Data 2 : W KIO3 = 0,1263 gr

V Na2S2O3 = 36,05 ml

N Na2S2O3 = gram KIO3 x ekivalen

(BM/1000) x ml titrasi tio

= g KIO3

0,03567 x mL tio

= 0,1263 gr

0,03567 x 36,05 ml

N Na2S2O3 = 0,0982 N

Rata –rata N Na2S2O3 : N data 1 + N data 2 2 = 0,0945 N + 0,0982 N 2

= 0,09638 N

Page 14: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

10

b. Analisis sempel

Ws VNa2S2O3(ML) Mg gula % KH % Rata -

Blanko Sampel Dari tabel rata

5,005 gr 25,25 16,15 22,66mg 39,2722 %

c. Perhitungan

Mg gula x Ntio/0,1 x fp

Kadar karbohidrat = X 100% x 0,9

Ws x 1000

Ws = bobot cuplik (mg)

Mg gula = glukosa yang terkandung untuk ml trio yang diergunakan (mg ), dari

table

Luff school.

Fp = Faktor pengenceran

Dik : Ws = 5,005 gr

Blanko = 25,25 ml

Sampel = 16,15

Mg gula : blanko – sampel

= 25,25 – 16,15

=9,10

*Lihat ditabel ketetapan gula menurut Luff Schrool

Pada Na2S2O3 0,1 N nomer 9 untuk gula inversinya adalah = 22,4mg

Pada Na2S2O3 0,1 N nomer 10 untuk gula inversinya adalah = 25,0mg

Selisih dari keduanya adalah 25,0mg – 22,4mg = 2,6 mg

=0,10 x 2,6 mg = 0,26mg

Mg gula : 22,4 mg + 0,26mg = 22,66 mg gula

FP = 500/5 = 100

Page 15: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

11

Mg gula x Ntio/0,1 x fp

Kadar karbohidrat (KH) = X 100% x 0,9

Ws x 1000

22,66 x 0,09638/0,1 x 100

Kadar karbohidrat (KH) = X 100% x 0,9

5,005 x 1000

= 39,2722 %

TABEL PENETAPAN GULA MENURUT LUFF SCHOORL

Na2S2O3 0,1N Glukosa, fruktosa, gula inversi

Laktosa mg

Maltose mg

1 2.4 3.6 3.9

2 4.8 7.3 7.8

3 7.2 11.0 11.7

4 9.7 14.7 15.6

5 12.2 18.4 19.6

6 14.7 22.1 23.5

7 17.2 25.8 27.5

8 19.8 29.5 31.5

9 22.4 33.2 35.5

10 25.0 37.0 39.5

11 27.6 40.8 43.5

12 30.3 44.6 47.5

13 33.o 48.4 51.6

14 35.7 52.2 55.7

1`5 38.5 56.0 59.8

16 41.2 59.9 63.9

17 44.1 63.8 68.0

18 47.0 67.7 72.2

19 50.0 71.1 76.5

20 53.0 75.1 80.9

21 56.0 79.8 85.4

Page 16: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

12

Pembahasan

Berdasarkan ketetapan SNI 01-2891-1992 Luff schrool merupakan metode yang dapat

digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat secara kimiawi. Sampel yang digunakan dalam

praktikum ini adalah biskuit.

Timbang kurang lebih 5 gram cuplikan kedalam erlenmeyer 500 ml.Sample yang

ditimbang dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan HCl 3% sebanyak 200 mL, penambahan

HCl dimaksudkan untuk menghidrolisis karbohidrat, polimer karbohidrat sulit untuk bereaksi

sehingga dengan penambahan asam, polimer akan terpecah menjadi monomer-monomer yang

akan lebih mudah untuk bereaksi dengan senyawa lain. Hidrolisis pada sample dapat

memisahkan karbohidrat dalam sample.

Setelah ditambahkan HCl, campuran sample dan HCl dipanaskan dengan

menggunakan pendingin tegak, selama 3 jam dalam suhu 250oC. Hal ini dilakukan supaya

jumlah komponen tidak berkurang karena air dan asam dalam sample tidak menguap (di

refluks). Setelah dipanaskan, sample dalam Erlenmeyer dinetralkan dengan larutan NaOH

30%, sampai sample dan campuran didalamnya netral, untuk mengetahui apakah larutan

sudah mencapai netral maka diperlukan uji kualitatif dengan menggunakan kertas lakmus

biru. Jika larutan tidak berubah warna maka larutan sudah netral. Setelah larutan netral,

kemudian ditambahkan CH3COOH atau asam lemah, penambahan asam asetat ini

dimaksudkan agar larutan dalam suasana sedikit asam.

Dalam pengujian karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH larutan harus

diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam) akan menyebabkan

hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi reaksi oksidasi ion iodide

menjadi I2

O2 + 4I- + 4H+ 2I2 + 2H2O

Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih

rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu

terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis).

I2 + H2O HOI + I- + H+

4HOI + S2O3= + H2O 2SO4= + 4I- + 6H+

Setelah itu larutan dipindahkan dalam labu ukur 500 mL, dan ditambahkan aquadest sampai

tanda batas, dan saring. Proses penyaringan dilakukan dengan saring butchner vacuum,

sehingga proses penyaringan berlangsung cepat. Lalu kocok sampai larutan homogen. Setelah

itu larutan tersebut dipipet 5 mL dengan pipet volume dan dimasukan dalam Erlenmeyer 500

mL.

Page 17: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

13

Setelah sample dimasukan dalam Erlenmeyer 500 mL, kemudian ditambahkan larutan luff

schrool sebanyak 25 mL, dan 15 mL aquadest. Kemudian panaskan dengan pendingin tegak.

Larutan luff schrool akan bereaksi dengan sample yang mengandung gula pereduksi

R – COH + CuO Cu2O + R – COOH

Campuran tersebut ditambahkan batu didih untuk mencegah terjadinya letupan (bumping).

Proses pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan biarkan mendidih

selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat

tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit.

Agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+sehingga tidak ada

kelebihan Cu2+ yang dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam

waktu 3 menit.

Campuran tersebut kemudian didinginkan dalam bak yang berisi es. Agar pendinginan

berlangsung cepat, maka pendinginan dengan es perlu dilakukan. Setelah campuran dingin

kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 15 mL dan H2SO4 25% perlahan-lahan.

Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara kuprioksida menjadi

CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI.

Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan

tersebut kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan tio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N.

titrasi cepat dilakukan untuk menghindari penguapan KI.

Indicator yang dipergunakan adalah amilum. Penambahan indicator amilum dilakukan setelah

campuran mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi

maka amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak

terlihat tajam. Maka berdasarkan praktikum dan perhitungan, kadar karbohidrat dalam sample

biskuit adalah : 39,2722%. Dari data diatas menunjukkkan bahwa pengujian kualitatif

karbohidrat blm sempurna atau kurang dari 40% ini mungkin disebabkan karena dalam

pelaksanaan titrasi dengan tio sulfat0,1 N terlalu banyak.

Tahapan reaksi yang terjadi adalah :

R – COH + CuO CuO2 + R – COOH

H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2KI CuI2 + K2SO4

2CuI2 Cu2I2 + I2

I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI

Page 18: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

14

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan uji kualitatif karbohidrat ini dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Uji kualitatif karbohidrat dengan sampel biskuit dilakukan dengan metode luff

schroll dikarenakan sesuai dengan ketetapan SNI 01-2891-1992. Dan menurut

M.Verhaart di dalam penelitiannya dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl

merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat

kesalahan sebesar 10%.

2. Kita dapat mengetahui bagaimana caramenguji karbohidrat dengan metode luff

schroll

3. Dan juga berdasarkan praktikum dan hasil perhitungan maka karbohidrat total

yang terdapatpada sampel tersebut adalah 39,2722%

5.2 Saran

1. Sebelum malakukan praktikum harus benar-benar menguasai prosedur, alat, bahan,

dan lain yang diperlukan dalam praktikum.

2. Memakai jas laboratorium ketika melakukan praktikum.

3. Memakai alat pelindung diri jika memang diperlukan.

4. Tidak malakukan tindakan lain yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

5. Menggunakan fasilitas yang disediakan dengan baik dan benar.

6. Menbersihkan tempat dan ruangan praktikum setelah selesai melakukan praktikum.

Page 19: Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

15

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1994. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.

Sudarmadji, Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan & Pertanian. Yogyakarta : Liberty

Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia

http://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrat akses tanggal 27 maret 2013

http://bluishcaramelpillow.blogspot.com/2010/07/penetapan-karbohidrat-metode-luff.html