KENDALI MUTU LABORATORIUM GAFIK LEVY JENNING
Anggota Kelompok :1. Dewa Ayu Megarani(P07134012003)2. Nyoman
Bayu Disastra(P07134012006)3. A.A. Ngurah Gayatri
Agung(P07134012011)4. Yulistya Randi Putri(P07134012015)5. Komang
Riska Damara P.(P07134012020)6. Krisma Dyantika
Dewi(P07134012023)7. Kadek Manik Sugianti(P07134012028)8. Gst.
Ngurah Nym. Triadi(P07134012036)9. Pradnyawati Budi
Sunata(P07134012039)10. Gst. Ngurah Dahana Dinata(P07134012047)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASARJURUSAN ANALIS
KESEHATAN2014
GRAFIK LEVY JENNING
A. Kendali Mutu Pengendalian mutu (Quality Control), atau QC
untuk akronimnya, adalah suatu proses yang pada intinya adalah
menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari semua faktor yang
terlibat dalam kegiatan produksi. Terdapat tiga aspek yang
ditekankan pada pendekatan ini, yaitu:1. Unsur-unsur seperti
kontrol, manajemen pekerjaan, proses-proses yang terdefinisi dan
telah terkelola dengan baik, kriteria integritas dan kinerja, dan
identifikasi catatan.2. Kompetensi, seperti pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.3. Elemen lunak, seperti
kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi, motivasi,
semangat tim, dan hubungan yang berkualitas.Lingkup kontrol
termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk diperiksa
secara visual, dan biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan
mikroskop stereo untuk mendapatkan detail halus sebelum produk
tersebut dijual ke pasar eksternal. Seseorang yang bertugas untuk
mengawasi (inspektur) akan diberikan daftar dan deskripsi
kecacatan-kecacatan dari produk cacat yang tidak dapat diterima
(tidak dapat dirilis), contohnya seperti keretak atau kecacatan
permukaan. Kualitas dari output akan beresiko mengalami kecacatan
jika salah satu dari tiga aspek tersebut tidak tercukupi.Penekanan
QC terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang
cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan
pemilihan produk secara acak (menggunakan teknik sampling). Setelah
menguji produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada
manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau
ditolak. Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan
upaya untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan
proses-proses lainnya yang terkait) untuk menghindari, atau
setidaknya meminimalkan, isu-isu yang mengarah kepada
kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik. Untuk
pekerjaan borongan, terutama pekerjaan-pekerjaan yang diberikan
oleh instansi pemerintah, isu-isu pengendalian mutu adalah salah
satu alasan utama yang menyebabkan tidak diperbaharuinya kontrak
kerja.
B. Levy JenningSebuah grafik Levy Jennings adalah grafik yang
digunakan untuk mencatat informasi kontrol kualitas di dalam
laboratorium. Grafik ini secara visual menunjukkan jika percobaan
bekerja. Di sisi kiri dari grafik Anda dapat melihat data kontrol.
Sepanjang bagian bawah (sumbu x), Anda akan melihat tanggal bahwa
data itu dimasukkan ke dalam grafik. Di sinilah tanda dibuat untuk
menunjukkan seberapa jauh dari percobaan adalah dari hasil yang
diharapkan. Jarak ini off sarana disebut standar deviasi. Baris
akan di grafik menunjukkan di mana sarana seharusnya. Dengan
melihat grafik Anda dapat membandingkan mana sarana harus dan di
mana hasil aktual percobaan berada di Grafik Levey Jennings adalah
grafik bahwa data kontrol kualitas diplot untuk memberikan indikasi
visual apakah tes laboratorium bekerja dengan baik. Jarak dari mean
diukur dalam standar deviasi ( SD ). Hal ini dinamai S. Levey
Jennings dan ER yang pada tahun 1950 menyarankan penggunaan
individu Shewhart kontrol grafik di laboratorium klinis. Pada sumbu
x tanggal dan waktu, atau lebih biasanya jumlah kontrol run,
diplot. Tanda dibuat menunjukkan berapa jauh hasil sebenarnya dari
rata-rata (yang merupakan nilai yang diharapkan untuk kontrol).
Garis berjalan di grafik di mean, serta satu, dua dan kadang-kadang
tiga standar deviasi kedua sisi dari mean. Hal ini membuat mudah
untuk melihat seberapa jauh hasilnya.Aturan, seperti aturan
Westgard dapat diterapkan untuk melihat apakah hasil dari sampel
ketika kontrol dilakukan dapat dilepaskan, atau jika mereka perlu
diulang kembali. Perumusan aturan Westgard didasarkan pada metode
statistik. Aturan Westgard biasanya digunakan untuk menganalisis
data dalam diagram kontrol Shewhart. Aturan Westgard digunakan
untuk mendefinisikan batas kinerja spesifik untuk alat tes tertentu
dan dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan baik acak dan
sistematis. Aturan Westgard diprogram untuk analisis otomatis untuk
menentukan kapan lari analitis harus ditolak. Aturan-aturan ini
harus diterapkan dengan hati-hati sehingga kesalahan benar
terdeteksi sementara penolakan palsu diminimalkan. Aturan
diterapkan untuk instrumen kimia volume tinggi dan hematologi harus
menghasilkan tingkat penolakan palsu yang rendah.
C. Membuat Grafik Levey-JenningsLangkah-langkah dalam membangun
grafik Levey-Jennings ditunjukkan di bawah ini. Hal ini diasumsikan
bahwa kontrol yang tepat telah dipilih.1. Tentukan apakah akan
menggunakan nilai kontrol untuk garis tengah pada grafik Levey
Jennings atau akan menggunakan rata-rata dihitung dari hasil
menjalankan kontrol dalam tes laboratorium.2. Tentukan apakah
memiliki standar deviasi yang dikenal untuk tes laboratorium atau
akan menggunakan standar deviasi dihitung dari hasil dari
menjalankan kontrol dalam tes laboratorium.3. Pilih frekuensi yang
data akan dikumpulkan (misalnya, sebelum setiap tes atau harian).
Data harus dikumpulkan dalam urutan di mana mereka dihasilkan.4.
Pilih jumlah titik data (k) untuk dikumpulkan sebelum batas kontrol
dihitung (setidaknya dua puluh). Anda dapat memulai grafik dengan
sesedikit enam poin. Menghitung ulang batas kontrol sampai Anda
memiliki dua puluh atau lebih poin. Semakin banyak poin data yang
Anda miliki, semakin baik estimasi variasi dalam tes
laboratorium.5. Jalankan kontrol dalam tes laboratorium dan
mencatat hasil individu.6. Plot hasil (X) pada grafik
Levey-Jennings.7. Hitung rata-rata keseluruhan proses (jika nilai
kontrol tidak digunakan untuk garis tengah) dimana k adalah jumlah
sampel kontrol dijalankan.8. Hitung standar deviasi (jika deviasi
standar yang dikenal tidak digunakan). Untuk lebih mudah dapat
menghitung ini di Excel menggunakan fungsi STDEV.9. Hitung batas
kontrol atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL).10. Plot garis
tengah sebagai garis yang dijual di chart Levey-Jennings dan label.
Plot batas kontrol di chart Levey-Jennings dan label.11.
Menafsirkan grafik.
D. Langkah-langkah pembuatan Grafik Levey-Jennings1. Memilih
bahan kontrol.Memperhitungkan beberapa faktor:a. Karakteristik
bahan kontol dengan sampel yang diperiksa.b. Stablitas bahan
kontrol.c. Variasi antar vial.d. Level bahan kontrol. 2. Memeriksa
bahan kontrol.Pemeriksaan dilakukan berulangkali trhadap bahan
kontrol untuk menentukan rerata dan simpangan baku.
3. Membuat grafik dengan batas-batas rerata dan simpangan bakua.
Menggunakan kertas grafik aritmetik.b. Sumbu X, beruapa harian.c.
Sumbu Y, berupa kadar kontrol.d. Selanjutnya dimasukkan rerata dan
batas + 1SD, + 2 SD, hingga + 3 SD ke dalam grafik tersebut.
E. Grafik Levey-JenningTerdapat tiga jenis kelainan yang mungkin
terjadi:1. Pergeseran sistematik ( systematic drift atau trend).2.
Peningkatan luas sebaran data (increased dispersion).3. Perubahan
pola yang mendadak (Shift atau abrupt change).
1. Pergeseran sistimatikMerupakan suatu bentuk kelainan pola
hasil pemeriksaan bahan kontrol cendrung menjauhi rerata secara
progresif kesatu arah dalam 3 hari/run. Termasuk kesalahan
sistimatik . Pengawasan terhadap kualitas bahan kontrol, reagen dan
diluen. Dapat terjadi, bila presisi pemeriksaan menurun.
Penyebabnya terjadi kesalahan acak. Akibatnya teknik pemeriksaan
tidak konsisten maupun stabilitas instrumen, misalnya tidak
dilakukan homogenitas bahan kontol yang diperiksa, voltase listrik
tidak stabil.
2. Perubahan mendadak atau shiftPerubahan mendadak atau shift,
tanda-tanda kerusakan alat atau kesalahan teknik yan sifatnya
mendadak.
Westgard Multiules Quality ControlMerupakan aturan untuk
membantu evaluasi pemeriksaan grafik kontrol. Digunakan untuk satu
level kontrol, dua level kontol, dan tiga level kontrol. Pemetaan
dan evaluasi hasil dari dua level kontrol secara simultan akan
memberikannya shift dan trend lebih awal bila dibandingkan dengan
satu level. Pemilihan aturanPerlu ada pertimbangan antara lain:1.
Positif palsu :Perlu pengulangan prosedur kontrol kualitas,
akibatnya banyak biaya dan waktu.
2. Negatif palsu:Menyebabkan banyak mengeluarkan hasil yang
tidak valid.Aturan yang umum, adalah menggunakan satu atau dua
level kontrol yang masing-masing diperiksa satu atau dua kali
setiap run.1. Aturan ini merupakan aturan peringatan. Apabila 1
nilai kontrol berada diluar batas 2 SD, tetapi masih dalam 3 SD,
hasl itu perlu diwaspada (ada masalah di instrumen/malfungsi
metode) Bila menggunakan 2 level kontrol berbeda, apakah kontrol
level yang juga berada diluar 2 SD, apakah level kontrol yang lain
berada diluar 2 SD, harus dicari letak permasalahannya. Bila
kontrol yang lain berada didalam batas 2 SD, maka alat bisa dipakai
untuk pasien.
2. Aturan 2.2sAturan ini mendeteksi kesalahan sistimatik.
Kontrol dinyatakan keluar , apabila 2 nila kontrol pada 1 level
berturut diluar batas 2 SD. Kontrol juga dinyatakan keluar apabila
nilai kontrol pada 2 level apabila yang berbeda berada dilua batas
2 SD yang sama (berada diluar +2 SD atau -2 SD yang sama. Bila hal
itu terjadi berturut turut pada bahan kontrol dengan level yang
sama, kemungkinan kesalahan ada pada bahan kontrol semula. Bila hal
ini terjadi, pada bahan kontrol pada bahan kontrol dengan level
yang sama, kemungkinan permasalahan ada pada bahan kontrol yang
sama.
3. Aturan R.4sAturan ini dapat digunakan, apabila menggunakan 2
level kontrol, dan menggunakan konsep statistik rentang mendeteksi
kesalahan acak. Aturan ini menyatakan bahwa apabila dua nilai
kontrol level yang berbeda pada hari/run yang sama memiliki selisih
melebihi 4 kali SD. Contoh pada suatu run, nilai kontrol level 1
berada diluar SD dan nilai kontrol level 2 berada diluar +
SD.Keadaan ini tidak boleh dipakai untuk pelayanan pasien.
4. Aturan 4.1sAturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Aturan
ini dapat digunakan pada 1 level kontrol saja maupun lebih level
kontrol, kita perlu melihat 4 nilai kontrol yang berturut-turut
keluar dari 1 SD yang sama (selalu keluar dari + 1SD atau1SD).
Instrumen dapat dipakai, namun harus melakukan maintenance/kalibasi
kit/instrumen.
5. Aturan 10 XAturan ini menyatakan bahwa apabila nilai kontol
pada level yang sama maupun berbeda secara berturut-turut berada
disatu sisi yang sama terhadap rerata, kita perlu melakukan
maintenance terhadap instrumen.Aturan ini dapat mendeteksi adanya
kesalahan sistematik.
6. Aturan 10 XAturan 10 X ini dapat dimodifikasi menjadi aturan
8 x atau aturan 12x, dan modifikasi dapat dilakukan sesuai dengan
kondisi yang dihadap di laboatorium.
7. Aturan (2 of 3)2sApabila 2 dari 3 kontrol melewati batas 2 SD
yang sama, kita menyatakan bahwa kontrol tidak masuk, perlu
maintenance instrumen untuk pelayanan pasien.
8. Aturan 3.1sApabila 3 kontrol berturut-uut melewati batas 1 SD
yang sama, kita menyatakan kontrol tidak masuk, perlu maintenance
instrumen.
9. Aturan 6xApabila enam kontrol berturut-turut selalu berada di
satu sisi yang sama terhadap rerata, kita menyatakan kontrol tidak
masuk, perlu pembenahan alat (kalibrasi). Apabila hasil kontrol
sebanyak 9 secara berturut turut berada pada posisi yang sama
terhadap rerata.
10. Aturan 7xApabila 7 kontrol berturutuut memiliki tren untk
menjauhi rerata ke arah yang sama kita nyatakan kontrol tiak masuk,
perlu pembenahan alat (dikalibrasi).
F. Pemeriksaan Bahan Kontrol untuk Pemeriksaan PPT (Plasma
Protrombin Time) di Laboratorium Patologi Klinik RSUP SanglahData
hasil nilai kontrol reagen PPT di laboratorium patologi klinik RSUP
Sanglah (plasma protrombin time) selama 20 hari.
Hari ke-xx - x'(x - x')^2
112-1.371.8769
213-0.370.1369
312-1.371.8769
4140.630.3969
513-0.370.1369
613-0.370.1369
712-1.371.8769
810-3.3711.3569
911-2.375.6169
1012-1.371.8769
11140.630.3969
12151.632.6569
1313-0.370.1369
14151.632.6569
1512-1.371.8769
1611-2.375.6169
1710-3.3711.3569
1813-0.370.1369
19140.630.3969
20151.632.6569
n = 20x = 254(x-x')^2 = 53.178
*keterangan : x = x bar
Menentukan nilai mean, simpangan deviasi, dan grafik kontrola.
MeanX = X = = 13,37
b. Simpangan deviasi (SD)SD = SD = SD = 1.672974SD = 1,67
c. Grafik kontrol
Keterangan :Pergeseran sistemik (pola hasil pemeriksaan bahan
kontrol cendrung menjauhi rerata secara progresif kesatu arah dalam
3 hari/run )Pelanggaran Aturan 6x, enam kontrol berturut-turut
selalu berada di satu sisi yang sama terhadap rerata, kita
menyatakan kontrol tidak masuk, perlu pembenahan alat
(kalibrasi).KESIMPULAN
1. Pengendalian mutu (Quality Control), atau QC untuk
akronimnya, adalah suatu proses yang pada intinya adalah menjadikan
entitas sebagai peninjau kualitas dari semua faktor yang terlibat
dalam kegiatan produksi.2. Grafik Levy Jennings adalah grafik yang
digunakan untuk mencatat informasi kontrol kualitas di dalam
laboratorium. 3. Beberapa langkah dalam membuat grafik
Levy-Jenning, yaitu : a. Memilih bahan kontrol.b. Memeriksa bahan
kontrol.c. Membuat grafik dengan batas-batas rerata dan simpangan
baku.4. Terdapat tiga jenis kelainan yang mungkin terjadi :a.
Pergeseran sistematik (systematic drift atau trend).b. Peningkatan
luas sebaran data (increased dispersion).c. Perubahan pola yang
mendadak (Shift atau abrupt change). 5. Dilakukan pemeriksaan bahan
kontrol untuk pemeriksaan PPT (Plasma Protrombin Time) di
Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah selama 20 hari, dengan
nilai mean sebesar 13,37 dan nilai Standar Deviasi (SD) sebesar
1,67, sehingga diperoleh grafik control seperti dibawah.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf. 2014. Grafik Levy-Jenning. Online. Available at
http://yusufekonug.mhs.unimus.ac.id/2014/06/02/grafik-levy-jenning/.
Diakses tanggal 2 Oktober 2014.Janti Tri H. 2013. Pemantapan Mutu
Intralaboratorium. Online. Available at
http://www.slideshare.net/pdspatklinsby/janti-pemantapan-mutu-intralaboratorium.
Diakses tanggal 2 Oktober 2014.Priyanto. 2012. Grafik Levey
Jenning. Online. Available at
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-efitanufit-7107-3-12.bab-a.pdf.
Diakses tanggal 2 Oktober 2014. Syarifah. 2012. Kendali Mutu.
Online. http://www.academia.edu/7588834/kendali_mutu. Diakses
tanggal 2 Oktober 2014.Depkes RI. 2004. Pedoman Praktek
laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice), Cetakan ke-3
Jakarta.Sukorini, U, Nugroho, D. K., riski, M., Hendriawan P. J.,
B. 2010. Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Klinik. Kanalmedika
dan Alfamedia Citra. Yogyakarta.