PENGENALAN
Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah PutihLeukosit merupakan
unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh, yaitu berfungsi
melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah
putih berkisar dari 4.000 sampai 10.000/mm3. Berdasarkan jenis
granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih
digolongkan menjadi 2 yaitu : granulosit (leukosit
polimorfonuklear) dan agranulosit (leukosit
mononuklear).1GranulositGranulosit merupakan leukosit yang memiliki
granula sitoplasma. Berdasarkan warna granula sitoplasma saat
dilakukan pewarnaan terdapat 3 jenis granulosit yaitu neutrofil,
eosinofil, dan basofil. NeutrofilNeutrofil adalah garis pertahanan
pertama tubuh terhadap invasi oleh bakteri, sangat fagositik dan
sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan terinfeksi untuk
menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau agen penyebab
infeksi lainnya.Neutrofil mempunyai inti sel yang berangkai dan
kadang-kadang seperti terpisah- pisah, protoplasmanya banyak
bintik-bintik halus (granula). Granula neutrofil mempunyai afinitas
sedikit terhadap zat warna basa dan memberi warna biru atau merah
muda pucat yang dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah
Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak, mencapai
60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil merupakan sel berumur
pendek dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup
antara 1-4 hari dalam jaringan ikat, setelah itu neutrofil mati.
EosinofilEosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan
meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil
memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar. Sel granulanya
berwarna merah sampai merah jingga Eosinofil memasuki darah dari
sumsum tulang dan beredar hanya 6-10 jam sebelum bermigrasi ke
dalam jaringan ikat, tempat eosinofil menghabiskan sisa 8-12 hari
dari jangka hidupnya. Dalam darah normal, eosinofil jauh lebih
sedikit dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah putih.
BasofilBasofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya
yaitu kurang dari 1% dari jumlah sel darah putih. Basofil memiliki
sejumlah granula sitoplasma yang bentuknya tidak beraturan dan
berwarna keunguan sampai basofil memiliki fungsi menyerupai sel
mast, mengandung histamin untuk meningkatkan aliran darah ke
jaringan yang cedera dan heparin untuk membantu mencegah pembekuan
darah intravaskular.AgranulositAgranulosit merupakan leukosit tanpa
granula sitoplasma. Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit.1
LimfositLimfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah
neutrofil, berkisar 20-35% dari sel darah putih, memiliki fungsi
dalam reaksi imunitas. Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval
yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma yang sempit berwarna
biru.Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B.
Limfosit T bergantung timus, berumur panjang, dibentuk dalam timus.
Limfosit B tidak bergantung timus, tersebar dalam folikel-folikel
kelenjar getah bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons
kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen
sedangkan limfosit B, jika dirangsang dengan semestinya,
berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan
imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respons kekebalan
hormonal. MonositMonosit merupakan leukosit terbesar. Monosit
mencapai 3-8% dari sel darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam
di dalam darah. Intinya terlipat atau berlekuk dan terlihat
berlobus, protoplasmanya melebar, warna biru keabuan yang mempunyai
bintik-bintik sedikit kemerahan. Monosit memiliki fungsi fagositik
dan sangat aktif, membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen
sel, dan mikroorganisme.
Gambar 1 : neutrofil Gambar 2 : eusinofilGambar 3 : basofil
Gambar 4 : LimfositGambar 5 : Monosit
Gambar 6 : sel leukemiaGambar 7 : sel darah putih
Sel Leukemia2Pada orang dengan leukemia, sumsum tulang membuat
sel darah putih yang abnormal. Sel yang abnormal tersebut adalah
sel leukemia. Tidak seperti sel darah normal, sel leukemia tidak
mati saat waktunya tiba. Mereka malah memadati dan mendesak sel
darah putih normal, sel darah merah, dan platelet. Hal ini membuat
sel darah normal kesulitan dalam menjalankan fungsi normal
mereka.
DEFINISI 1Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow
sebagai darah putih pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik
yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk
hematopoetik.Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh
adanya akumulasi leukosit abnormal dalam sumsum tulang dan
darah.Sel-sel abnormal ini menyebabkan timbulnya gejala karena
kegagalan sumsum tulang (yaitu anemia, neutropenia,
trombositopenia) dan infiltrasi organ (misalnya hati,limpa,
kelenjar getah bening, meningens, otak, kulit, atau testis)Leukemia
merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi
neoplastik dari sel-sel organ hemopoetik, yang terjadi sebagai
akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang akan membentuk
suatu klon sel leukemia.1,3,Leukemia atau kanker darah juga
didefinisikan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai
oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari
sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid.
Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak
normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat
ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia
mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal
dan imunitas tubuh penderita.5
EPIDEMIOLOGI
Leukemia menurut usia didapatkan data yaitu, Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA) terbanyak pada anak-anak dan dewasa,
Leukemia Meiloblastik Kronik (LMK) pada semua usia, lebih sering
pada orang dewasa, Leukemia Meiloblastik Kronik pada semua usia
tersering usia 40-60 tahun, Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
terbanyak pada orang tua. Leukemia Mieoloblastik Akut (LMA) lebih
sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-anak (15%).
Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria
terserang sedikit lebih banyak dibandingkan wanita dengan
perbandingan 2 : 13
ETIOLOGIPenyebab leukemia belum diketahui secara pasti.
Diperkirakan leukemi tidak disebabkan oleh penyebab tunggal, tetapi
gabungan dari faktor resiko antara lain :1,3 Terinfeksi virus. Agen
virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia pada
hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1( human Tcell
lymphotropic virus type 1) yang menyerupai virus penyebab AIDS dari
leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma
kulit dan sejak saat itu diisolasi dari sampel serum penderita
leukemia sel T.
Faktor Genetik.Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan
kelihatannya memainkan peranan , namun jarang terdapat leukemia
familial, tetapi insidensi leukemia lebih tinggi dari saudara
kandung anak-anak yang terserang , dengan insidensi yang meningkat
sampai 20% pada kembar monozigot (identik).
Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti
Sindrom Down, kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20
puluh kali lipat.
Faktor lingkungan. Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi
disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian.
Zat Kimia, misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat
khusus nya agen-agen alkil. Kemungkinan leukemia meningkat pada
penderita yang diobati baik dengan radiasi maupun kemoterapi.
RadiasiOrang yang terekspos radiasi yang sangat tinggi lebih
memiliki kecenderungan untuk mengidap leukemia mieloblastik akut,
leukemia mielositik kronik,atau leukemia limfoblastik akut. Ledakan
bom atom: telah menyebabkan radiasi yang sangat tinggi (contohnya
seperti ledakan di jepang pada perang dunia kedua). Terjadi
peningkatan resiko mengidap leukemia pada orang-orang, terutama
anak-anak, yang selamat dari ledakan bom tersebut. Radioterapi:
radioterapi untuk kanker dan kondisi lainnya adalah sumber eksposur
radiasi tinggi lainnya. Radioterapi meningkatkan resiko leukemia.
X-rays: dental x-rays dan x-rays diagnostik lainnya (seperti
CT-Scan) mengekspos orang-orang terhadap level radiasi yang lebih
rendah. Belum diketahui apakah radiasi level rendah ini dapat
menghubungkan leukemia dengan anak-anak maupun orang dewasa.
Peneliti sedang mempelajari apakah melakukan banyak foto x-rays
dapat meningkatkan resiko leukemia. Mereka juga mempelajari apakah
menjalani CT-Scan ketika anak-anak dapat meningkatkan resiko
leukemia.
Benzene Terekspose benzene di tempat kerjadapat menyebabkan
leukemia mieloblastik akut. Selain itu benzene juga dapat
menyebabkan leukemia mielositik kronik atau leukemia limfoblastik
akut. Benzene banyak digunakan pada industri kimia. Benzene juga
ditemukan pada asap rokok dan gasoline.
Merokok Merokok dapat meningkatkan resiko leukemia mieloblastik
akut.
Kemoterapi Pasien kanker yang diterapi dengan beberapa tipe obat
pelawan kanker kadang akan mengidap leukemia mieloblastik akut atau
leukemia limfoblastik akut. Contohnya, diterapi dengan obat bernama
alkylating agen atau topoisomerase inhibitor dapat dihubungkan
dengan kemungkinan kecil berkembangnya leukemia akut.
Memiliki satu atau lebih faktor resiko tidak berarti seseorang
akan mengidap leukemia. Kebanyakan orang yang memiliki faktor
resiko tidak pernah berkembang menjadi leukemia.
PATOGENESISPada keadaan normal, sel darah putih berfungsi
sebagai pertahanan kita dengan infeksi. Sel ini secara normal
berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh kita. Leukemia meningkatkan produksi sel darah
putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti
biasanya. Sel leukemia memblok produksi sel darah putih yang normal
, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga
merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel
darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen
pada jaringan.1,3Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik
menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang
terdapat pada pasien dengan leukemia,. Perubahan kromosom dapat
meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan
seluruh kromosom, atau perubahan struktur, yang termasuk
translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik,
dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya
proliferasi sel abnormal. Leukemia terjadi jika proses pematangan
dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan
menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom
(bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom
(translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari
pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan
menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah
yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya,
termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan
otak2,3.Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke
dalam tubuh manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur
antigen manusia. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan
struktur antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti pada
benda asing lain. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur
antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir
yang terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen
jaringan ). Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan
istilah HL-A (Human Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini
diturunkan menurut hukum genetika sehingga adanya peranan faktor
ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan.
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit
darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik
pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut
kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif
membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang
tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas
sel induk hematologis dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk
ini menghasilkan sel leukemia dan mengakibatkan penekanan
hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow hipoaktivasi,
infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan
organomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan
hiperkatabolisme.
KLASIFIKASI
Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :41. Maturitas sel :
Leukemia AkutLeukemia akut biasanya merupakan penyakit yang
bersifat agresif, dengan transformasi ganas yang menyebabkan
terjadinya akumulasi progenitor sumsum tulang dini, disebut sel
blast. Gambaran klinis dominan penyakit-penyakit ini biasanya
adalah kegagalan sumsum tulang yang disebabkan akumulasi sel blas
walaupun juga terjadi infiltrasi jaringan. Apabila tidak diobati,
penyakit ini biasanya cepat bersifat fatal, tetapi, secara
paradoks, lebih mudah diobati dibandingkan leukemia kronik.
Leukemia KronikLeukemia kronik dibedakan dari leukemia akut
berdasarkan progresinya yang lebih lambat. Sebaliknya, leukemia
kronik lebih sulit diobati.
2. Tipe-tipe sel asal4 Mieloblastik (Mieloblast yang dihasilkan
sumsum tulang) Limfoblastik (limfoblast yang dihasilkan sistem
limfatik) Normalnya, sel asal (mieloblast dan limfoblast) tak ada
pada darah perifer. Maturitas sel dan tipe sel dikombinasikan untuk
membentuk empat tipe utama leukemia :
1. LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT (LMA)4Leukemia Mieloblastik Akut
(LMA) atau dapat juga disebut leukemia granulositik akut (LGA),
mengenai sel stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid, monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil),
eritrosit, dan trombosit. Dikarakteristikan oleh produksi
berlebihan dari mieloblast. Semua kelompok usia dapat terkena
insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.1Gambaran klinis
LMA, antara lain yaitu terdapat peningkatan leukosit immature,
pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat, nafsu makan menurun,
anemia, ptekie, perdarahan , nyeri tulang, Infeksi,pembesaran
kelenjer getah bening,limpa,hati dan kelenjer mediastinum.
Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi ,khususnya pada
leukemia akut monoblastik dan mielomonositik. 1,4Pada tahun 1976
tujuh ahli hematologi dari Amerika,Perancis,dan Ingris melakukan
kerjasama dan mereka mengusulkan klasifikasi baru untuk leukemia
akut. Klasifikasi itu kemudian diterima dan dikenal sebagai
klasifikasi FAB ( French American British). FAB membagi LMA menjadi
6 jenis 4: M-1: Diferensiasi granulositik tanpa pematangan M-2:
Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium
promielositik M-3: Diferensiasi granulositik disertai promielosit
hipergranular yang dikaitkan dengan pembekuan intra vaskular
tersebar (Disseminated intravascular coagulation). M-4: Leukemia
mielomonoblastik akut: kedua garis sel granulosit dan monosit.
M-5a: Leukemia monoblastik akut : kurang berdiferesiasi M-5b:
Leukemia monoblastik akut : berdiferensiasi baik M-6: Eritroblast
predominan disertai diseritropoiesis berat M-7: Leukemia
megakariositik. 2. LEUKEMIA MEILOBLASTIK KRONIK (LMK)5 Leukemia
granulositik kronis (LMK), juga termasuk dalam keganasan sel stem
mieloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada
bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas
genetika yang dinamakan kromosom Philadelpia ditemukan 90% sampai
95% pasien dengan LMK. LMK jarang menyerang individu di bawah 20
tahun, namun insidensinya meningkat sesuai pertambahan usia.
5Gambaran menonjol5 adalah : Adanya kromosom Philadelphia kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel sel sumsum tulang. Krisis Blast
Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba dari jumlah
besar mieloblast. Temuan ini menandakan pengubahan LMK menjadi LMA.
Kematian sering terjadi dalam beberapa bulan saat sel sel leukemia
menjadi resisten terhadap kemoterapi selama krisis blast.
3. LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA)6 Leukemia Limfositik Akut
(LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan,dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun.
Setelah usia 15 tahun , LLA jarang terjadi. Manifestasi dari LLA
adalah berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang
dan tempat-tempat ekstramedular. Gejala pertama biasanya terjadi
karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah dalam
jumlah yang memadai, yaitu berupa lemah dan sesak nafas, karena
anemia (sel darah merah terlalu sedikit), infeksi dan demam karena
berkurangnya jumlah sel darah putih, perdarahan karena jumlah
trombosit yang terlalu sedikit. 2,6
Gambar 8 : sel pada LLAManifestasi klinis : Hematopoesis normal
terhambat Penurunan jumlah leukosit Penurunan sel darah merah
Penurunan trombosit
4. LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (LLK)7Leukemia Limfositik Kronik
(LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit (salah satu
jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran
kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari
60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering menyerang pria. Pada awalnya
penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar
getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya
mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan
menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan
penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah.
Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga
berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap
serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan
jaringan tubuh yang normal. Manifestasinya adalah3: Adanya anemia
Pembesaran nodus limfa Pembesaran organ abdomen Jumlah eritrosi dan
trombosit mungkin normal atau menurun Terjadi penurunan
jumlahlimfosit (limfositopenia)
MANIFESTASI KLINIS 1,2,3
Seperti semua sel darah lainnya, sel leukemia beredar di seluruh
tubuh. Gejala leukemia bergantung pada jumlah sel leukemia dan
dimana sel leukemia tersebut terkumpul dalam tubuh. Orang dengan
leukemia kronik dapat tidak memiliki gejala. Seorang dokter sering
menemukan penyakit tersebut dalam pemeriksaan darah rutin secara
tidak sengaja.Seseorang dengan leukemia akut biasanya pergi ke
dokter saat mereka merasa sakit. Jika otak telah terkena, mereka
mungkin mengalami sakit kepala, muntah, kehilangan kontrol otot,
atau kejang. Leukemia juga dapat mempengaruhi bagian tubuh seperti
saluran cerna, ginjal, paru, jantung, atau testis.Gejala leukemia
yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian
secara umum dapat digambarkan sebagai berikut6:1. Anemia. Penderita
akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah
merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang,
akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan
kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan.Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak
terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih,
maka penderita akan mengalami perdarahan salah satunya di jaringan
kulit (banyaknya bintik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung
daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita
Leukemia, sel darah putih yang dibentuk tidak normal (abnormal)
sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita
rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan
menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung
(meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai
akibat dari sumsum tulang (bone marrow) didesak padat oleh sel
darah putih.
5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi
gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ
ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada
organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat
berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Limfe. Penderita kemungkinan besar
mengalami pembengkakan pada kelenjar limfe, baik itu yang dibawah
lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar limfe bertugas menyaring
darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan
gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini
maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.
DIAGNOSIS3
Penegakan diagnosis leukemia dilakukan secara terperinci melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sehingga
dapat diperoleh data-data yang maksimal untuk mendukung diagnosis.
Terkadang diagnosis leukemia ditemukan secara tidak sengaja saat
pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.Pemeriksaan riwayat
penyakit yang lebih teliti dilakukan dan pasien dapat melaporkan
riwayat leukemia atau gejala dan faktor resiko yang ada. Pada
pemeriksaan fisik, dapat ditemukan gumpalan, atau abnormalitas lain
dan gejala dari leukemia. Pada pemeriksaan fisik biasanya akan
diperiksa ada tidaknya pembengkakan pada kelenjar getah bening,
limfe, dan hati 3,5. Pemeriksaan PenunjangJumlah
LeukositDifferential Leukosit
AkutRendah,normal,atau tinggiJika tinggi, maka sel blas akan
predominan, Jika normal atau rendah mungkin sel blast sangat
sedikit
KonikTinggiSel blast