MATERI LEPTOSPIROSIS A. PENGERTIAN Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Leptospira yang pathogen. Gejala leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya. B. SEJARAH LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan sub tropis, dengan curah hujan yang tinggi dan kelembaban tinggi. Di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang diperhatikan terutama pembuangan sampah. Kuman leptospira akan mudah berkembang dan sehubungan dengan itu leptospirosis sering disebut sebagai penyakit pedesaan. Case-fatality rates bervariasi < 5% sampai 30 %, tetapi angka ini masih diragukan, karena pencatan,pelaporan morbiditas dan mortalitas penyakit kurang baik. International leptospirosis society menyatakan Indonesia sebagi negara insiden leptospirosis tinggi 1
46
Embed
LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MATERI LEPTOSPIROSIS
A. PENGERTIAN
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Leptospira yang
pathogen.
Gejala leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa,
meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam
virus lainnya.
B. SEJARAH LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA
Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah
beriklim tropis dan sub tropis, dengan curah hujan yang tinggi dan
kelembaban tinggi.
Di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang
diperhatikan terutama pembuangan sampah. Kuman leptospira akan mudah
berkembang dan sehubungan dengan itu leptospirosis sering disebut sebagai
penyakit pedesaan.
Case-fatality rates bervariasi < 5% sampai 30 %, tetapi angka ini masih
diragukan, karena pencatan,pelaporan morbiditas dan mortalitas penyakit
kurang baik.
International leptospirosis society menyatakan Indonesia sebagi negara
insiden leptospirosis tinggi dan peringkat ke tiga di dunia untuk mortalitas,
berdasarkan data semarang tahun 1998-2000. angka sebenarnya mungkin
lebih tinggi, karena leptospirosis ditemukan juga di propinsi jawa barat,
yogyakarta, lampung, sumatera selatan, bengkulu, riau, sumatera barat,
sumatera utara, bali, kalimantan barat, kalimantan timur. Faine menduga
kuman leptospirosis lebih lama hidup karena airnya bersifat basa. Sedangkan
di jawa airnya bersifat asam, seharusnya kuman leptospira cepat mati.
Banjir besar di jakarta tahun 2002 dari data sementara 113 pasien leptospirosis
diantaranya 20 meninggal.
1
Leptospirosis seringkali tidak terdiagnosis karena klinis tidaj spesifik dan
sulit dilakukan konfirmasi diagnosis tanpa uji laboratorium.
Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade terakhir di beberapa negara
telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk the
emergency infektion diseases. Mengingat hal tersebut diatas, akan bahaya
leptospirosis sehingga perlu suatu buku pedoman tatalaksana kasus dan
laboratorium leptospirosis di rumah sakit
Kuman leptospira yang bentuknya berpilin seperti spiral. Tipis, lentur
dengan panjang 10-20 mikron dan tebal 0,1 mikron serta memiliki 2 lapisan
membran. Kedua ujungnya memiliki kait berupa flagelum periplasmik dan
berputar pada sumbu panjangnya. Organisme ini termasuk dalam ordo
spirachaetales, family leptospiraceae, genus leptospira. Kuman lepr bersifat
aerob dan tumbuh optimal pada suhu 28 – 30 derajat celsius.dan menghasilkan
katalase dan oksidas. Media untuk pertumbuhannya adalah media dasar yang
diperkaya dengan vitamin dan asam lemak rantai panjang sebagai sumber
karbon dan garam amonium.
Kuman leptospira memiliki 2 sistem klasifikasi dan sering menimbulkan
Gambar kuman leptospira dilihat dengan mikroskop elektron. (sumber: Chi
KW, 2003 )
Keracunan. Sebelum tahun 1970, kuman leptospira dikelompokkan dalam
spesies kuman leptospira interogans yang terdiri dari bifleksa complex.
Sebagai kelompok kuman-kuman leptospira non patogen dan interrogans
complex untuk pathogen. Tahun 1978 diterpkan klasifikasi secara serologi
2
yang terdiri dari spesies patogen L Interrogans dan spesies non pathogen I
biflexa. Tahun 1978 ditetapkan secara genetik yang disusun atas dasar
kesamaan DNA sebesar lebih dari 70% dan perbedaan kurang atau sama
dengan 5%, yang mengklasifikasikan leptospira dalam berbagai
genomospecies. Secara taksonomi klasifikasi klasifikasi genetik benar, tapi
penerapannya sulit karena memerlukan teknologi molekuler.
Pengelompokkan serogroup tidak memiliki dasar taksonomi tapi dapat
diterpkan untuk tujuan diagnosis dan epidemiologi. Serogrup dapat ditulis
dengan awalan huruf besar misalnya serogrup isterohaemirhagiae termasuk
genomospecies. Satu serogrup dapat dimiliki oleh beberapa genomospecies
seperti Icterohaemorhagiae termasuk genonospecies L interogans sensu
stricho, L noguchi maupun L kirschneri. Klasifikasi genomospecies dan
korelasi dengan beberapa serogrup utama dapat dilihat pada tabel 3. pada
klasifikasi serologi, serogrup L interogans seneu lato adalah
Patogenesis leptospirosis belum dimengerti sepenuhnya. Kuman leptospira
masuk kedalam tubuh pejamu melalui luka iris/ luka abrasi pada kulit,
konjunctiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osophagus,
bronchus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksi dan
minum ait yang terkontaminasi.meski jarang dilaporkan penetrasi kuman
leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir.
Infeksi melalui selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam
lambung yang mematikan kuman leptospira.
7
Kuman leptospira yang tidak virulen gagal bermultiplikasi dan
dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1 atau 2 hari
terinfeksi. Organisme virulen mengalami multiplikasi di darah dan jaringan
dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan cerebrospinal pada
hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.
Gambar patogenesis leptospirosis
Sumber : Gasem MH, 2003
Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil sehingga
menimbulkan vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel.
Patogenesis kuman leptospira yang penting adalah perlekatannya pada
permukaan sel dan toksisitas selular. Lypopolysaccharide (LPS) pada kuman
leptospira mempunyai aktifitas endotoksin yang berbeda dengan endotoksin
bakteri gram negatif.dan aktifitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil
8
Masuk melalui luka di kulit, konjunctiva, selaput mukosa utuh
Multiplikasi kuman dan menyebar melalui aliran darah
Kerusakan endotel pembuluh darah kecil: ekstravasasi sel dan
perdarahan
Perubahan patologi di organ / jaringana. Ginjal : nefritis interstisial dampai nekrosis tubulus,perdarahanb. Hati : gambaran non spesifik sampai nekrosis sentrilobular
tifus, dengan komplikasi ganda, hemorhagic fever with renal falilure
demam berdarah virus lainnya dengan komplikasi.
THERAPI
Kuman leptospira sensitif terhadap sebagian besar antibiotika
terkenali vankomisin, rifampisin dan metronidazole.
Pasien azotemia prarenal dilakukan rehidrasi dan pemantauan fungsi ginjal
sedangkan pasien gagal ginjal segera lakukan dialisis peritoneal.
Pemantauan fungsi jantung perlu dilakukan pada hari pertama rawat inap.
Dengan mencakup aspek terapi kausatif, simtomatik dan supportif.
Prinsip umum dengan terapi suportif dan simptomatik meliputi
pemberian analgetik untuk rasa sakit. Bila perlu diberikan analgesik kuat
seperti morfin atau petidin. Nyeri kepala hebat dapat dihilangkan dengan
pungsi lumbal. Pada pasien yang gelisah diberikan penenang. Anemia
berat diperbaiki dengan tranfusi darah. Keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat diare dan muntah-muntah, memerlukan penanganan secara intensif
infus. Pada pasien gagal ginjal dan gangguan fungsi hati berat,
memerlukan terapi suportif intensif.
20
Terapi leptospirosis ringan.
1. Pemberian antipiretik , teruatama apabila demamnya melebihi 38 0 c
2. pemberian antibiotik-antikuman leptospira. Pada leptospirosis rngan
diberikan terapi :
o Doksisiklin 100 mg yang diberikan 2 kali sehari, selama 7 hari.
Pada anak diatas 8 tahun; 2 mg/kg/hari. (maksimal 100 mg) atau
o Ampicilin 500-750 mg yang diberikan 4 kali sehari oral atau
o Amoxicillin 500 mg yang diberikan 4 kali sehari per oral
Pemberian antibiotik tersebut dapat mengurangi masa demam,
komplikasi ginjal / hati. Hal yang penting dan perlu diketahui as
waktu pemberiannya. Pemberian antibiotik antikuman leptospira
yang paling tepat pada fase leptospiremia, yang diperkirakan pada
minggu-minggu pertama infeksi. Antibiotik diberikan tanpa
menunggu hasil laboratorium.
Pada leptospirosis ringan yang belum ada komplikasi perlu
dilakukan pirasi pemantuaan tekanan darah, suhu, denyut nadi dan
respirasi secara berkala tiap jam atau empat jam. Seseuai dengan
kondisi klinik pasien disertai dengan pencatatan produksi urin.
Terapi leptospirosis berat.
1. Antipiretik
2. nutrisi dan cairan
pemberian nutrisi perlu diperhatikan. Karena nafsu makan pasien
menurun. Sehingga asupan nutrisi kurang. Pemberian nutrisi yang
seimbang dengan kebutuhan kalori sehingga tidak membebani fungsi
hati dan ginjal yang menurun. Kalori diberikan
denganmempertimbangkan keseimbangan nitrogen dengan
perhitungan :
berat badan 0-10 kg : 100 kalori/ kgBB/ hari
21
berat badan 20-30 kg : ditambahkan 50 kalori/ kgBB/ hari
berat badan 30-40 kg : ditambahkan 25 kalori/ kgBB/ hari
berat badan 40-50 kg : ditambahkan 10 kalori/ kgBB/ hari
berat badan 50-60 kg : ditambahkan 5 kalori/ kgBB/ hari
Karbohidrat diberikan dalam jumlah cukup untuk mencegah
terjadinya ketosis protein. Protein yang mengandung asam amino
esensial, diberikan sebanyak 0,2-0,5 gram/kgbb/ hari. Pemberian
kalium dibatasi sampai 40mEq/hari, karena kemungkinan sudah terjadi
hiperkalemia. Kadar natrium tidak boleh terlalu tinggi pada fase
oliguria, maksimal 0,5 gram/hari. Pada fase oliguria pemberian cairan
dibatasi.
Hindari pemberian cairan terlalu banyak, karena akan membebani
kerja hati dan ginjal. Misalnya infus ringer laktat yang akan
membebani kerja hati. Pemberian cairan harus memadai dan tidak
berlebihan sehingga perlu dilakukan pemantauan keseimbangan cairan
secara tepat.
Pada pasien dengan muntah hebat atau tidak mau makan, diberi
makanan secara parenteral. (sekarang sudah tersedia kemasan cairan
infus yang praktis dan cukup mengandung nutrisinya.)
3. pemberian anti biotik
Prokain penisilina 6-8 juta unit sehari yang diberikan 4 kali sehari
intra muskuler
o Ampicilina 1 gram yang diberikan 4 kali sehari intravena atau
o Antibiotik pada anak:
o Prokain penisilin 50.000 IU/kg BB sehari intramuskular 2 juta IU
sehari yang diberikan 4kali sehari intramuskular atau
o Doksisiklin pada anak >8 tahun: 2 mg/KbBB: maksimal 100 mg
sehari yang diberikan per oral.
o Penelitian terakhir secara in vito menunjukkan bahwa antibiotik
golongan fluoroquiolone dan beta laktam (sefalosporin,
22
ceftriaxone) lebih baik diberikan dibandingkan dengan
konvensional tersebut diatas, meskipun masih perlu dibuktikan
keunggulannya secara invito tersebut.
Reaksi jarisch-herxheimer pada pemberian penisilin kadang timbul,
misalnya reaksi demam akut antara 37,8-38,4 0 c, sakit kepala disertai
mialgia dan hipotensi. Reaksi umumnya timbul dalam waktu 4-5 jam
setelah pemberian penisillin intravena.mekanisme terjadinya reaksi belum
sepenuhnya jelas. Diduga lisisnya kuman leptospira oleh karena antibiotik
akan melepaskan toksin yang menginduksi sitoksin. Penatalaksanaan
reaksi jerisch –herxheimer hanya supportif dan simtomatik, reaksi bersifat
sementara danberkurang dalam waktu 24 jam berikutnya.
Leptospirosis dengan kegagalan ginjal / ginjal akut yang merupakan
salah saru komplikasi berat leptospirosis,pada ginjal ditemukan nekrosis
tubular akut. Terjadi nekrosis tubular akut dapat diketahui dengan :
- Kadar natrium urin > 40mEq/L
- Rasio kreatinin urin dan plasma < 20
- index gagal ginjal > 1 (index gagal ginjal =
kadar nartrium urin X kadar kreatinin plasma/ kadar natrium urin. )
kegagalan ginjal akut pada leptospirosis dapat dibagi menjadi 2 bentuk
yaitu :
- Type oliguria
- Tipe non oliguria
Tipe oliguria mempunyai prognosis yang jelek, terutama bila fase
oliguria berlangsung lama, kurang respon pada pemberian diuretik, rasio
ureum urin: darah meningkat dan kadar ureum/ kratinin darah tetap tinggi.
Perlu pemantauan karena akan timbul hiperkalemia dalam kurun waktu 48
jam pertama sakit. Dan mendahului uremia.
Lamanya fase oliguria dan kecepatan katabolisme protein merupakan
faktor penentu untuk melakukan dialisis. Dialisis dilakukan pada fase
penentu untuk melakukan dialisis. Dialisis dilakukan pada fase oliguria
23
yang lama. Perlu pemantuaan yang baik tanpa kedua keadaan diatas,tidak
perlu dilakukan dialisis.
4. pengobatan terhadap infeksi sekunder
pasien leptospirosis sangat rentan terhadap infeksi sekunder
sebagai komplikasi penyakit sendiri atau akibat tindakan medik yang
dilakukan antara lain: brpn, infeksi saluran kemih, peritonitis
(komplikasi dalam dialisis peritoneal) dan sepsis
dilaporkan kelainan paru dalam leptospirosis sebesar 20-70 %.
Pengobatan disesuaikan dengan jenis komplikasi yang terjadi.
Pasien leptospirosis dengan sepsis/syok septikemia mempunyai angka
kematian yang tinggi.
5. penanganan khusus
a. Hiperkalemia
Merupakan keadaan yang harus segera ditangani karena
menyebabkan cardiac arrest. Sebagai tindakan darurat dapat
diberikan garam kalsium glukonas 1 gram atau glukosa insulin
(10-20 U reguler insulin dalam infus dekstrosa 40%)
b. Asidosis metabolik diberikan natrium bikarbonas dengan dosis
(0,3X kg BB x defisit HC03 plasma dalam mEq/L)
c. Hipertensi perlu diberikan anti hipertensi
d. Gagal jantung: pembatasan cairan, digitalis dan diuretik
e. Kejang dapat terjadi karena hiponatremia, hipokalsemia.
Hipertensi ensefalopati dan karena uremia. Kausa primer
diatasi, dipertahankan oksigenasi/ sirkulasi ke otak dan diberi
obat anti konvulsi.
f. Perdarahan diatasi dengan transfusi
Perdarahan merupakan komplikasi serius leptospirosis dan
terjadi akibat penumpukan bahan toksik dan trombositopati.
Manifestasi perdarahan bervariasi dari ringan sampai berat.
Perdarahan dapat terjadi saat melakukan dialisis peritoneal.
24
Gambar bagan tatalaksana leptospirosis
25
Diagnosis suspect ( hanya didukung oleh gejala klinis &riwayat pajanan) demam, conjuctival suffusion, kaku&nyeri otot(betis dan paha), ikterik, sakit kepala, menggigil, oliguria, anuria, kaku kuduk, dll. Ditambah riwayat pajanan dengan hewan/ lingkungan terkontaminasi urin hewan factor resiko transmisi leptospirosisDiagnosis probable: diagnosis suspect didukung test serologi penyaring positifDiagnosis confirmed: peningkatan titer serial? 4 atau serokonvulsi MAT atau ELISA IgM (+)
ikterik anikterik
azotemia Tidak/ ringan
A:Nutrisi, terapi suportif
pencegahan & komplikasi keseimbangan air dan
elektrolitYa/ berat
Non oliguria (poliuria) urinUrin > 600 ml/ hari
Oliguria Urin < 600 ml/hari
Seperti A ditambah dengan: pemantauan intensif keseimbangan air & elektrolit
Seperti A ditambah dengan:Hidrasi dengan cairan & elektrolitDopamine: meningkatkan perfusi ginjalDiuretic (ARF oliguria poliuria)Keseimbangan asam basa, dialysis bila ada indikasi dialysis :