Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan metode RGEC yang
Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2012 – 2018
(Studi Kasus BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Mega
Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Panin Syariah)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh:
Saskia Amalia Tjahli
11140810000127
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis Tanggal 12 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Tujuh
Belas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama: Saskia Amalia Tjahli
2. NIM: 11140810000127
3. Jurusan: Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode
RGEC Terhadap
Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode
2012-2018 (Studi Kasus BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank
Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Panin Syariah).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan
yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan
bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi
kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Oktober 2017
1. Amalia, M.S.M( )
NIP. 197408212 009001 2 005Penguji 1
2. Faizul Mubarok, MM( )
NIDN. 2014058801Penguji 2
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Saskia Amalia Tjahli
NIM : 11140810000127
Jurusan: Manajemen (MIPS)
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulian skripsi ini,
saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang
lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab
atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya
saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat
dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya
telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syrarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 26 Maret 2020
Yang Menyatakan
(Saskia Amalia Tjahli)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama: Saskia Amalia Tjahli
2. Tempat/Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 6 Agustus 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama: Islam
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Alamat Asal: Jalan Pangkalan Jati 1 No.19 RT 03 RW 13,
Makasar, Cipinang Melayu, DKI Jakarta 13620
7. Alamat Sekarang: Jalan Lio Baru Perum Griya Anggraini
Blok E1 No. 19, Citeureub, Kab.Bogor,
Bogor, Jawa Barat 16810
8. Telepon: 081290454079
9. Email: [email protected] /
[email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK ISLAM AS-SYAFIIYAH 2 Tahun 2000 – 2001
2. SDS KARTIKA X – 7 Tahun 2001 – 2007
3. SMP Negeri 51 JakartaTahun 2007 – 2010
4. SMA Negeri 50 JakartaTahun 2010 – 2013
5. CCIT-FT Universitas Indonesia Tahun 2014 – 2015
6. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2015 – 2020
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Mandiri Amal Insani Foundation (2017-2018)
2. Anggota Karang Taruna Pangkala Jati Jakarta Timur
(2016-2018)
3. Anggota OSIS SMA Negeri 50 Jakarta (2011-2012)
4. Sekertaris Paskibra SMA Negeri 50 Jakarta (2011-2012)
5. Ketua Marchingband SMP Negeri 51 Jakarta (2008-2009)
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Mandiri Amal Insani Foundation Bagian Marketing Unit Kerja
Fundraising Tahun 2017 sampai Tahun 2018.
2. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bekasi Bidang Kesekretariat
Bagian Perencanaan Tahun 2018 hingga sekarang Tahun 2020.
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah: Lili Tjahli
Tempat/Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 3 Januari 1964
Pendidikan Terakhir : D3
2. Ibu : Dede Hotimah
Tempat/Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 10 Februari 1969
Pendidikan Terakhir : SLTA
3. Alamat : Jalan Lio Baru Perum Griya Anggraini Blok E1
No.19
Citeureub, Kab.Bogor, Bogor, Jawa Barat 16810
ABSTRACT
One of the benchmarks for the value of a bank's performance is
good bank health. Bank health is in the interest of all related
parties, including owners, bank management, the public who use bank
services, and Bank Indonesia as the banking and government
supervisory authority. Banking failures will adversely affect the
Indonesian economy.
This study aims to see whether there is an influence on the
soundness of banks on profit growth. This study looks at the
soundness of banks on profit growth. This study uses the Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital methods from
2012 – 2018 by using aspects of valuation namely, Finance to
Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Finance,
Return On Assets, Return On Equity, Net Operating Margin and
Operating Expenses against Operating Income on Profit Growth
contained in 6 Sharia Commercial Banks in Indonesia using purposive
sampling technique.
The results of this study indicate that partially the Finance to
Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio and Operating Expenses on
Operating Income have an insignificant and positive influence on
earnings growth. Non Performing Finance and Return On Assets have
insignificant and negative influence on earnings growth. Whereas
Return On Equity has no significant and negative influence on
earnings growth. And Net Operating Margin has a significant and
negative effect on earnings growth. While simultaneously it can be
concluded that all independent variables have a significant effect
on earnings growth in Islamic commercial banks in Indonesia for the
period 2012 – 2018.
Keyword: Bank’s Performance, RGEC method, Profit Growth
ABSTRAK
Salah satu tolak ukur nilai kinerja suatu bank yaitu kesehatan
bank yang baik. Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak
terkait, baik pemilik, manajemen bank, masyarakat pengguna jasa
bank, dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan dan
pemerintah. Kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap
perekonomian Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh
tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba. Penelitian ini
melihat tingkat kesehatan bank pada pertumbuhan laba. Penelitian
ini menggunakan metode Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earning, Capital dari tahun 2012 – 2018 dengan menggunakan aspek
penilaian yaitu, Finance to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio,
Non Performing Finance, Return On Asset, dan Return On Equity, Net
Operating Margin dan Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional terhadap Pertumbuhan Laba yang terdapat pada 6 Bank
Umum Syariah di Indonesia dengan menggunakan teknik purposive
sampling.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial
variabel Finance to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki pengaruh tidak
signifikan dan positif terhadap pertumbuhan laba. Non Performing
Finance dan Return On Asset memiliki pengaruh tidak signifikan dan
negatif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan Return On Equity
memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan laba.
Dan Net Operating Margin memiliki pengaruh signifikan dan negatif
terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara simultan dapat
disimpulkan seluruh variabel independen terdapat pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank umum syariah di
Indonesia periode 2012 – 2018.
Kata kunci: Tingkat Kesehatan Bank, Metode RGEC, Pertumbuhan
Laba
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Kuasa karena atas
rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC
yang Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah Di
Indonesia periode 2012 – 2018 (studi kasus BRI Syariah, BNI
Syariah, BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin dan
Bank Panin Syariah)”. Shalawat seta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi besar Muhammad SAW, sang teladan yang membawa kita ke
zaman penuh dengaan kebaikan ini dan ilmu pengetahuan yang berguna
bagi kehidupan manusia.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk
kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis banyak sekali memenuhi hambatan-hambatan akan tetapi
Alhamdulillah berkat doa, semangat, motivasi, bantuan dan dorongan
dari berbagi pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunianya yang telah
diberikan sehingga penulis bias mengerjakan penelitian akhir
ini.
2. Kedua orang tua, Papa Lili Tjahli dan Mama Dede Hotimah yang
senantiasa selalu memberikan doa, semangat, dan bantuan baik secara
moril, maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang
telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Aamiin Ya
Rabbal’alamin.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP., CRMP
selaku Deka Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
4. Ibu Murdiyah Hayati, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen yang
telah meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membantu
penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Amalia, SE.,MSM Selaku Sekretaris Jurusan Management yang
selalu siap untuk mahasiswanya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB selaku Dosen
Pembimbing yang selalu memberikan motivasi, arahan, saran, ilmu dan
bimbingan serta meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian
skripsi hingga penelitian ini selesai.
7. Ibu Dr. Ir. Muniaty Aisyah, MM selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan arahan serta bimbingan baik dari
aspek keilmuan yang sangat berarti sejak awal perkuliahan sampai
penyelesaian selama peneliti kuliah.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yangtelah mencurahkan dan mengamalkan
ilmu yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtias Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi
dan lain-lain.
10. Teh Eyi, Aa Adit, Teh Ati memberikan semangat dan motivasi
selalu, dan menginsipirasi saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
11. Keluarga besar, Paman, Uwa, Tante, Aa dan Sepupu-sepupu saya
yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan untuk mendapatkan
gelar sarjana.
12. Saudara Ipan Mardiansyah, Terimakasi atas doa, dukungan,
motivasi dan waktu luangnya yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga diberikan kesehatan, dimudahkan dan dilimpahkan rezekinya
dan selalu ada dititik manapun. Aamiin
13. Teman-teman seperjuangan bimbingan dari awal Winona Dwi
Putri dan Elok Berliana Haryanti yang selalu ada untuk mendukung,
memberikan semangat dan motivasi selalu, dan membantu peneliti
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
14. Seluruh teman-teman angkatan Manajemen 2014 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
terkhusus konsenterasi MIPS angkatan Manajemen 2014 yang telah
memberikan wawasan dan ilmu dalam belajar.
15. Teman-teman Sekolah Menengah Pertama Negeri Lima Puluh Satu
Jakarta terkhusus Abelara Fransisca, Alysa Destiani, Dina Ezra
Louvisa dan Dinda Aprilia yang telah selalu menyemangati dan
senantiasa mendukung proses penyelesaian skripsi ini
16. Teman-teman Sekolah Menengah Atas Negeri Lima Puluh Jakarta
terkhusus Tri Putriningtias, Ulfa Damayanti, Anggita Emyla Zahira
dan Nisrin Nur Aisyah yang telah selalu menyemangati dan senantiasa
mendukung proses penyelesaian skripsi ini.
17. Teman-teman Kantor di Mandiri Amal Insani Amel, Faisal,
Rashid, Mukhlas, Mba Riana, Alm. Mba Devi, Pak Hadi dan Pak Chalvin
yang telah mendukung saya dan menginsipirasi saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
18. Teman-teman Kantor di Dinas Pemadam Kebakaran Ayu, Ita,
Novika, Bu Dewi, Teh Dini, Teh Eka, Mas Chandra, Mas Ridwan, Mas
Hary, Bang Dizan Juna dan Ibu Erma selaku kasubbag di kantor yang
telah mendukung saya dan menginsipirasi saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
19. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan sampai
pengerjaan skripsi dan memberikan masukan serta inspirasi bagi
penulis. Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan kalian semua.
Aamiin YaRabbal’alamin
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
memperbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini mampu
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan
serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut oleh masyarakat dan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang
sejenis.
Wassalamu’alaikum, Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 26 Maret 2020
xii
xiv
Saskia Amalia Tjahli
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIFiiiLEMBAR PENGESAHAN UJIAN
SKRIPSIiiivLEMBAR PEERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAHvDAFTAR RIWAYAT
HIDUPviABSTRACTviiiABSTRAKixDAFTAR ISIxivDAFTAR TABELxviiDAFTAR
GAMBARxixDAFTAR LAMPIRANxxiBAB I1PENDAHULUAN1A.Latar
Belakang1B.Rumusan Masalah24C.Tujuan Penelitian24D.Manfaat
Penelitian24BAB II26TINJAUAN PUSTAKA26A.Landasan Teori261.Kinerja
Keuangan262.Laporan Keuangan283.Analisis Laporan Keuangan334.Rasio
Keuangan355.Pertumbuhan Laba396.Metode RGEC447.Perbankan
Syariah51B.Penelitian Terdahulu65C.Keterkaitan antar
Variabel77D.Kerangka Berfikir8989E.Hipotesis90BAB III91METODOLOGI
PENELITIAN91A.Populasi dan Sampel91B.Teknik Pengumpulan
Sampel92C.Teknik Pengumpulan Data94D.Metode Analisis
Data951.Statistik Deskriptif952.Uji Asumsi Klasik953.Uji Model
Regresi Data Panel1004.Uji Signifikansi1045.Persamaan Model Regresi
Data Panel107E.Operasional Variabel Penelitian1081.Variabel
Dependen1082.Variabel Independen108BAB IV116ANALISIS DAN
PEMBAHASAN116A.Ringkasan Deskripsi1161.Analisis Pertumbuhan
Variabel Pertumbuhan Laba (PL)117b.Analisis Pertumbuhan Variabel
Financing to Deposit Ratio (FDR)118c.Analisis Perrtumbuhan Variabel
Capital Adequancy Ratio (CAR)121d.Analisis Pertumbuhan Variabel Non
Performing Financing (NPF)123e.Analisis Perkembangan Variabel
Return on Assets (ROA)125f.Analisis Perkembangan Variabel Return on
Equity (ROE)127g.Analisis Perkembangan Variabel Net Operating
Margin (NOM)129h.Analisis Perkembangan Variabel Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)131B.Uji Asumsi
Klasik1341.Uji Normalitas1342.Uji Multikolinearitas1343.Uji
Heteroskedastisitas1354.Uji Autokorelasi135C.Uji Model Regresi Data
Panel1361.Common Effect Model1362.Fixed Effect Model1373.Uji
Chow1384.Random Effect Model1385.Uji Hausman140D.Uji
Signifikansi1401.Uji t1402.Uji F1433.Koefisien Determinasi
(Adjusted )144E.Model Regresi Data Panel144F.Interpretasi Hasil
Penelitian149BAB
V167PENUTUP167A.Kesimpulan167B.Keterbatasan168C.Saran168DAFTAR
PUSTAKA170
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Perkembangan Bank Umum Syariah dan Unis Usaha
Syariah3
Tabel 1. 2 Data Sampel Bank Umum Syariah6
Tabel 1. 3 Tabel Variabel Independendan Variabel Dependen23
Tabel 2. 1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank
Konvensional…………………..…………56
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu65
Tabel 3. 1 Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia92
Tabel 3. 2 Sampel Penelitian93
Tabel 3. 3 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan
FDR109
Tabel 3. 4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan
CAR110
Tabel 3. 5 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan
NPF111
Tabel 3. 6 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan
ROA112
Tabel 3. 7 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan
ROE113
Tabel 3. 8 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan
NOM114
Tabel 3. 9 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponan
BOPO115
Tabel 4. 1 Daftar Bank Umum Syariah……………………………………………….……116
Tabel 4. 2 Deskripsi Rata-rata Pertumbuhan Laba Bank Umum
Syariah117
Tabel 4. 3 Deskripsi Rata-rata FDR Bank Umum Syariah119
Tabel 4. 4 Deskripsi Rata-rata CAR Bank Umum Syariah121
Tabel 4. 5 Deskripsi Rata-rata NPF Bank Umum Syariah123
Tabel 4. 6 Deskripsi Rata-rata ROA Bank Umum Syariah125
Tabel 4. 7 Deskripsi Rata-rata ROE Bank Umum Syariah127
Tabel 4. 8 Deskripsi Rat-rata NOM Bank Umum Syariah129
Tabel 4. 9 Deskripsi Rat-rata BOPO Bank Umum Syariah131
Tabel 4. 10 Model Regresi Tiap Bank146
Tabel 4. 11 Hubungan Variabel Independen terhadap Pertumbuhan
Laba149
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Perkembangan Perubahan Laba7
Gambar 1. 2 Perkembangan Rasio FDR9
Gambar 1. 3 Perkembangan Rasio CAR10
Gambar 1. 4 Perkembangan Rasio NPF11
Gambar 1. 5 Perkembangan Rasio ROA12
Gambar 1. 6 Perkembangan Rasio ROE13
Gambar 1. 7 Perkembangan Rasio NOM14
Gambar 1. 8 Perkembangan Rasio BOPO15
Gambar 2. 1 Skema Sistem Operasional bank Syariah57
Gambar 2. 2 Fungsi Bank Syariah59
Gambar 2. 3 Produk dan Jasa bank Syariah61
Gambar 2. 4 Kerangka Berfikir89
Gambar 4. 1 Pertumbuhan Laba118
Gambar 4. 2 Pertumbuhan Financing to Deposit Ratio (FDR)120
Gambar 4. 3 Pertumbuhan Capital Adequancy Ratio (CAR)122
Gambar 4. 4 Pertumbuhan Non Performing Financing (NPF)124
Gambar 4. 5 Pertumbuhan Return on Assets (ROA)127
Gambar 4. 6 Pertumbuhan Return on Equity (ROE)129
Gambar 4. 7 Pertumbuhan Net Operating Margin (NOM)131
Gambar 4. 8 Pertumbuhan Beban Operasional terhadap Penapatan
Operasional133
Gambar 4. 9 Hasil Uji Normalitas Jarque-Bera134
Gambar 4. 10 Hasil Uji Correlation Matrix134
Gambar 4. 11 Hasil Uji White135
Gambar 4. 12 Hasil Uji Lagrange Multiplier (LM Test)135
Gambar 4. 13 Hasil Uji Common Effect Model136
Gambar 4. 14 Hasil Uji Fixed Effect Model137
Gambar 4. 15 Hasil Uji Chow138
Gambar 4. 16 Hasil Uji Random Effect Model139
Gambar 4. 17 Hasil Uji Hausman140
Gambar 4. 18 Hasil Uji t141
Gambar 4. 19 Hail Uji F143
Gambar 4. 20 Hasil Uji Koefisien Determinasi144
Gambar 4. 21 Uji Model Regresi Data Panel145
DAFTAR LAMPIRAN
Lampira I Pertumbuhan
Laba…………………………….………………….............…182
Lampiran II Rasio Keuangan Triwulan Bank Umum Syariah Tahun 2012
– 2018....188
Lampiran III Uji Stasioner……………………………….……………………………...194
Lapiran IV Uji Asumsi Klasik………………………….…………………....…………..202
Lapiran IV Hasil Kesehatan Bank.…………………….………………………………..202
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia tidak luput dari imbas dinamika pasar
keuangan global. Salah satu imbas dari dinamika ini adalah krisis
ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 yang berakibat pada sektor
Perbankan di Indonesia, terutama untuk Bank Konvensional. Hal ini
dikarenakan Bank Konvensional memiliki tingkat integritas yang
tinggi dengan sistem keuangan global. Dapat dilihat pada Oktober
tahun 2018 Bank Mandiri Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, dan Bank
Rakyat Indonesia Tbk, meminta bantuan likuiditas dari Bank
Indonesia. Berbeda dengan Bank Konvensional, Perbankan Syariah
tidak terlalu mengalami dampak negatif dari krisis ekonomi global
yang terjadi. Meski pada masa krisis keuangan tersebut Perbankan
Syariah dapat bertahan dan dapat mengatasi masalah-masalah yang
terjadi dalam kegiatan usahanya, namun Bank Syariah sebagai Lembaga
Keuangan yang berorentasi terhadap keuntungan tentu akan tetap
menghadapi berbagai risiko yang tidak menutup kemungkinan mengancam
eksitensinya (Ihsan, 2015).
Krisis keuangan tahun 2008 salah satunya dipicu oleh krisis
kredit perumahaan produk sekuritas (subprime mortage) dan
bangkrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat yang ikut
mempengaruhi perekonomian di Indonesia, salah satunya adalah sektor
perbankan. Bank yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan
kinerjanya lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya
dan akan mengalami kebangkrutan, demikian pula dengan perbankan
syariah. Oleh karena itu untuk mengantisipasi berbagai risiko yang
mungkin terjadi, diperlukan suatu tindakan sendiri mungkin untuk
mengukur kondisi serta tingkat kesehatan perbankan syariah itu
sendiri. Sistem peringatan dini (early warning system) untuk
memprediksi adanya keadaan kesulitan keuangan (financial distress)
yang menujuk ke arah kebangkrutan ada beberapa model analisis yang
sering digunakan, salah satunya yang terkenal adalah model Altman
Z-Score yang dikemukakan oleh Edward I. Altman pada tahun 1968
(Ramadhan, 2017).
Sejak dikeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah diberlakukan di Indonesia, banyak investor mulai
memilih untuk berinvestasi di bidang perbankan syariah. Berdasarkan
data statistik perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia (BI) mencatat bahwa industri perbankan syariah di
Indonesia mengalami perkembangan positif terutama Bank Umum Syariah
(BUS). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu
perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem
perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankkan atau
keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah
dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai
landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun
1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang
telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya.
Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya
institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan
yang sesuai dengan syariah (Wibowo, 2011).
Terbukti pertumbuhan perbankan syariah secara kuantitas telah
ditunjukkan dengan semakin banyaknya Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah yang dibuka oleh Bank Konvensional.
Tabel 1. 1 Perkembangan Bank Umum Syariah dan Unis Usaha
Syariah
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Bank Umum Syariah
717
1.226
1.412
1.756
2.009
2.163
2.002
1.882
1.889
1.912
1.933
Jumlah Bank
6
11
11
11
11
12
12
13
14
14
14
Jumlah Kantor
711
1.215
1.401
1.745
1.998
2.151
1.990
1.869
1.875
1.898
1.919
Unit Usaha Syariah
312
285
360
541
613
342
333
353
364
374
401
Jumlah Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha
Syariah
25
23
24
24
23
22
22
21
20
20
20
Jumlah Kantor
287
262
336
517
590
320
311
332
344
354
381
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Syariah – Otoritas Jasa
Keuangan Tahun 2010 – 2019
Dari table 1.1 terlihat perkembangan perbankan syariah di
Indonesia digambarkan dengan pertumbuhan jumlah BUS, UUS dan BPRS.
Pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 (enam) Bank Umum Syariah
bertambah 5 (lima) Bank Umum Syariah dimana 3 (tiga) Bank Umum
Syariah merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 (dua)
Bank Umum Syariah hasil spin off Unit Usaha Syariah sehingga di
tahun 2010 terdapat 11 (sebelas) Bank Umum Syariah dan 23 (dua
puluh tiga) Unit Usaha Syariah. Dari data Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah ini bisa dilihat pertumbuhan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah mengalami peningkatan yang terus menerus
dari tahun ke tahunnya yang memiliki potensi yang sangat tinggi
untuk berkembang. Meskipun pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia cukup pesat, namun market share perbankan syariah
terhadap perbankan nasional masih dikisaran angka 5%. Dengan
semakin ketatnya persaingan antara bank syariah dan bank
konvensional, maka bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja
yang baik agar dapat bersaing dalam memperebutkan pasar perbankan
nasional di Indonesia.
Sejak kehadiran Bank Syariah hingga saat ini, belum ada satu pun
Bank Syariah yang telah dinyatakan bangkrut. Bukan berarti
Perbankan Syariah tidak dapat mengalami kebangkrutan karena Bank
Syariah tetaplah sebuah perusahan dan perusahaan manapun bisa
mengalami kebangkrutan. Untuk Mengetahui kondisi suatu bank dan
potensi terjadinya kebangkrutan maka perlu dilakukan penilaian
terhadap kinerja dan kesehatan bank tersebut. Masalah kebangkrutan
pada suatu perusahaan termasuk bagi bank umum syariah merupakan
sebuah risiko yang tidak dapat dihindarkan, namun risiko ini dapat
diminimalisasi atau dicegah. Kebangkrutan sendiri merupakan akibat
dari hasil kinerja negatif yang dilakukan oleh bank umum syariah.
Untuk mengetahui kinerja bank umum syariah baik atau tidak dapat
dilihat dari tingkat kesehatan bank umum syariah tersebut.
Penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dapat menggunakan
model analisis RGEC berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah Dan Unit Usaha Syariah (Ihsan, 2015).
Berdasarkan POJK No.8/POJK.03/2014 dalam rangka meningkatkan
efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi
perubahan kompleksitas usaha, maka diperlukan penilaian tingkat
kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based
Bank Rating). Penilaian tingkat kesehatan yang dimaksud peraturan
tersebut adalah penilaian dengan menggunakan metode RGEC. Komponen
RGEC yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance
(GCG), Earning (Rentabilitas), dan Capital (Permodalan). Penilaian
tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC ini dinilai lebih
komprehensif karena selain menilai kinerja keuangan, metode ini
juga memperhatikan kualitas manajemen (Ramadhan, 2017).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah
bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan
kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi
intermediasi, dan dapat menjalankan fungsi sosial dan dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu lalu lintas
pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan
berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Namun kenyataannya di Indonesia dengan keberadaan berbagai
pengukuran kinerja yang ada saat ini seperti RGEC, balance
scorecars, Return On Investment (ROI) tidak mampu mengungkapkan
fungsi sosial suatu bank. Pengukuran kinerja saat ini hanya
menampilkan financial performance saja, sehingga diperlukan
pengukuran kinerja yang tidak hanya mampu mengungkapkan nilai-nilai
materialistiknya saja, namun juga mampu mengungkapkan nilai-nilai
spiritual dan sosial yang dimaksud adalah nilai-nilai tentang
keadilan, kehalalan dan kesucian.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio-rasio keuangan yang
membentuk kinerja perbankan model RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Govermance, Earning, Capital) yang terdiri dari Risk
Profile yang terdiri dari Net Performing Financing (NPF), Financing
to Debt Ratio (FDR), selain itu ada Earning yang diwakili oleh
Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Operating Margin
(NOM) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
dan yang terakhir Capital yang menghitung kecukupan modal dengan
cara dihitung oleh Capital Adequancy Ratio (CAR). Selain itu objek
dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang memenuhi
kriteria dalam proses penelitian ini, sebagai berikut:
Tabel 1. 2 Data Sampel Bank Umum Syariah
Sumber: Statistik Perkembangan Syariah – Otoritas Jasa Keuangan
Tahun 2010 – 2018
Dari table diatas dapat dilihat bahwa Bank Umum Syariah yang
digunakan sebagai objek penelitian yaitu ada enam Bank Umum Syariah
yaitu BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Panin
Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan BCA Syariah periode 2012 –
2018.
Kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada
saat periode tertentu bank menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun pengeluaran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank. Dalam menilai
kinerja perusahaan, analisis laporan keuangan dapat membantu para
pelaku bisnis baik pemerintah maupun swasta serta para pemakai
laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan lainnya.
Penilainan kinerja keuangan ini merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan oleh para pihak manajemen agar dapat memenuhi
kewjibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu bank, selain itu kinerja
keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan tercermini dari
informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income
statement (laporan laba rugi) dan cash flow statement (laporan arus
kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguatan
penilaian financial performace tersebut (Ramadhan, 2017).
Laba merupakan kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pos
pendapatan (gain) dan rugi, biaya tidak termasuk bunga, pajak dan
bagi hasil. Sedangkan perubahan laba merupakan perbedaan antara
pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan perubahan laba. Laba pada umumnya digunakan sebagai
alat ukur atas prestasi yang telah dicapai sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi dan untuk memprediksi perubahan
laba dimasa mendatang yang akan berpengaruh terhadap keputusan
investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan
modalnya ke dalam perusahaan. (Indayani, 2017).
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun
2012-2018
Gambar 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Laba
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Pertumbuhan Laba Bank Umum
Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini
dapat dilihat pertumbuhan laba terendah dan tertinggi terjadi pada
tahun 2012 dan 2014 yaitu pada BCA Syariah sebesar 21,23% dan
51,01%. Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan laba sehingga dapat diambil langkah
perbaikan kinerja untuk meningkatkan laba. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan laba adalah faktor fundamental perusahaan.
Untuk itu dapat diukur menggunakan analisa rasio keuangan yang
dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan
aktivitasnya secara efisien dan efektif dalam menghasilkan
keuntungan yang semaksimal mungkin.
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data
keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara
numerik, baik dalam presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio
ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank dan dapat
dijadikan tolak ukur untuk menilai kinerja pada periode tertentu.
Menurut Slamet (2004) rasio keuangan perbankan meliputi (1) Rasio
permodalan yaitu Capital Adequancy Ratio (CAR), (2) Aktiva
produktif yaitu Non Performing Financing (NPF), (3) Rasio
rentabilitas yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE),
Net Operating Margin (NOM), Beban Operasional Termasuk Pendapatan
Bunga (BOPO), (4) Rasio likuiditas yaitu Financing to Deposit Ratio
(FDR) (Slamet, 2004).
Financing to Deposit Ratio (FDR) dijadikan variabel yang
mempengaruhi Pertumbuhan Laba. Financing to Deposit Ratio (FDR)
merupakan rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima
oleh bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat menunjukkan
tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh
bank yang bersangkutan. Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio
(FDR) maka laba yang diperoleh bank tersebut akan meningkat.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei
1993, besarnya Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Apabila suatu bank
melebihi dari batas yang ditetapkan oleh BI, maka bank dalam hal
ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak
intermediasi (perantara) dengan baik.
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun
2012-2018
Gambar 1. 2 Perkembangan Rasio Financing to Deposit Ratio
(FDR)
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio
(FDR) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang
fluktuatif. Hal ini dapat dilihat Financing to Deposit Ratio (FDR)
terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu pada Bank BCA Syariah
sebesar 46,63% dan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu pada
Bank Mega Syariah sebesar 109,08%. Dalam perkembangan Financing to
Deposit Ratio (FDR) Bank Umum Syariah dari tahun 2012 hingga tahun
2018 ada yang melebihi batas yang sudah ditentukan oleh Bank
Indonesia yaitu 110%.
Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio penilaian untuk
mengukur kecukupan odal yang dimiliki perusahaan dalam menunjang
aktiva yang mengandung resiko. Capital Adequancy Ratio (CAR)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola modalnya untuk menutupi penurunan aktiva akibat aktiva
yang mengandung resiko baik, sehingga akan memacu kinerja
perusahaan dalam menghasilkan laba. Capital Adequancy Ratio (CAR)
ini merupakan rasio yang efektif digunakan saat bank mengalami
kerugian, karena dengan rasio ini dapat dilihat seberapa mampu bank
menutupi aktivanya yang mengalami penurunan sebagai akibat dari
aktiva yang beresiko atas kecukupan modal yang dimiliki bank.
Semakin besar nilai rasio Capital Adequancy Ratio (CAR), maka
menandakan semakin mampu bank dalam menanggung resiko atas
aktivanya yang berresiko.
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun
2012-2018
Gambar 1. 3 Perkembangan Rasio Capital Adequancy Ratio (CAR)
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Capital Adequancy Ratio
(CAR) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang
fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Capital Adequancy Ratio
(CAR) terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu pada Bank Syariah
Bukopin sebesar 11.1,10% dan tertinggi terjadi pada tahun 2016
yaitu pada Bank BCA Syariah sebesar 36,70%.
Non Performing Financing (NPF) merupakan pembiayaan bermasalah
yang terdiri dari pembiayaan berklasifikasi kurang lancar. Rasio
ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga resiko
kegagalan pengembalian pembiayaan. Besaran rasio Non Performing
Financing (NPF) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan
Peraturan BI Nomor 15/2/PBI/2013 adalah maksimal 5%. Jika melebihi
5%, maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang
bersangkutan.
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun
2012-2018
Gambar 1. 4 Perkembangan Rasio Non Performing Financing
(NPF)
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa Non Performing Financing
(NPF) Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang
fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Non Performing Financing
(NPF) terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu pada Bank BCA Syariah
sebesar 0,09% dan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu pada Bank
Panin Syariah sebesar 4,81%.
Dalam perkembangan Non Performing Financing (NPF) Bank Umum
Syariah dari tahun 2012 hingga tahun 2018 ada tiga bank yang
melebihi batas yang sudah ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu 5%,
yaitu Bank Syariah Bukopin pada tahun 2017 dan 2018 sebesar 7,85%
dan 5,71%, Bank BRI Syariah pada tahun 2017 dan 2018 sebesar 6.43%
dan 6.73% dan yang lebih besar melebihi pada Bank Panin Syariah
pada tahun 2017 sebesar 12,52%.
Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi
hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian
atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset
(Hery, 2015).
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun
2012-2018
Gambar 1. 5 Perkembangan Rasio Return on Assets (ROA)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Return on Assets (ROA)
Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang
fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Return on Assets (ROA)
terendah terjadi pada tahun 2017 dan 2018 yaitu pada Bank Syariah
Bukopin sebesar 0,02% dan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu
pada Bank BCA Syariah sebesar 12,72%.
Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur seberapa besar
jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total ekuitas. Semakin tinggi hasil
pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba
bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas
ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset
(Hery, 2015).
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun
2012-2018
Gambar 1. 6 Perkembangan Rasio Return on Equity (ROE)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Return on Equity (ROE)
Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang
fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Return on Equity (ROE)
terendah terjadi pada tahun 2017 yaitu Bank Syariah Bukopin sebesar
0,20% dan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu pada Bank Mega
Syariah sebesar 57,98%.
Net Operating Margin (NOM) adalah rasio yang berfungsi untuk
mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba
melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional
dengan rata-rata aktiva produktif. Nilai Net Operating Margin (NOM)
semakin tinggi semakin baik apalagi diatas 5% maka nilai Net
Operating Margin (NOM) disuatu bank dikatakan sangat sehat namun
jika nilai dibawah 0 atau minues maka nilai kesehatan pada Net
Operating Margin (NOM) tidak sehat.
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun
2012-2018
Gambar 1. 7 Perkembangan Rasio Net Operating Margin (NOM)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Net Operating Margin (NOM)
Bank Umum Syariah setiap tahunnya mengalami kondisi yang
fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio Net Operating Margin (NOM)
terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu Bank Panin Syariah sebesar
2,36 % dan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu pada Bank Mega
Syariah sebesar 13,94%.
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah
rasio yang berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Jika nilai Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
kurang dari 94% maka nilai Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) disuatu bank dikatakan sangat sehat namun jika
nilai melebihi nilai 97% maka nilai kesehatan pada Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak sehat.
Sumber: Website masing-masing Bank Umum Syariah Tahun
2012-2018
Gambar 1. 8 Perkembangan Rasio Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Umum Syariah setiap tahunnya
mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal ini dapat terlihat rasio
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terendah
terjadi Bank Bank Panin Syariah pada tahun 2012 sebesar 50,76 % dan
tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 217,40%.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank sangat
tergantung pada sumber dana dari masyarakat. Sebagai lembaga
kepercayaan, kelangsungan hidup perbankan sangatlah ditentukan oleh
kepercayaan masyarakat. Kesehatan bank harus dipelihara atau
ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat tetap
terjaga menurut PBI No.13/1/PBI/2011. Sesuai dengan Undang-undang
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah dilakukan
perubahan dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, dimana bank wajib
memelihara kesehatannya. Kesehatan bank yang merupakan cerminan
kondisi dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas
dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank.
Selain itu, kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak
terbaik, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat
pengguna jasa bank. Dalam mencapai kesehatan perbankan tersebut,
bank-bank yang ada di Indonesia akan diawasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sebagai pengatur dan pengawas terhadap kegiatan jasa
keuangan di sektor perbankan yang sebelumnya dijalankan oleh Bank
Indonesia. Kehadiran OJK sebagai pengawas perbankan baru
terealisasi pada tahun 2014 dengan dikeluarkannya Peraturan POJK
No.8/PJOK3/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Peraturan tersebut secara efektif
mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 2014. Namun, dalam penelitian
ini akan melakukan analisis pada periode 2012 – 2018 sehingga masih
mengacu pada Peraturan Bank Indonesia. Peraturan tersebut merupakan
penyempurnaan dari peraturan sebelumnya mengenai penilaian tingkat
kesehatan bank yang dibuat oleh Bank Indonesia. Perubahan Peraturan
Bank Indonesi (PBI) menjadi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
ini disebabkan karena adanya pembagian tugas oleh kedua lembaga
tersebut. Bank Indonesia bertugas sebagai mengawasi aspek
makroprudential, sedangkan Otoritas Jasa Keuangan bertugas
mengawasi aspek mikroprudential.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia membuat
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 mengenai penilaian
tingkat kesehatan Bank Umum dengan pendekatan Risk Profile, Earning
and Capital (RGEC) yang merupakan metode baru penguran tingkat
kesehatan bank. Berdasarkan POJK No.8/PJOK3/2014 dalam rangka
meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk
menghadapi perubahan kompleksitas usaha, maka diperlukan penilaian
tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk
Based Bank Rating). Penilaian tingkat kesehatan yang dimaksud
peraturan tersebut adalah penilaian dengan menggunakan metode RGEC.
Komponen RGEC yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Earning
(Rentabilitas) dan Capital (Permodalan). Penilainan tingkat
kesehatan bank dengan metode RGEC ini dinilai lebih komprehensif
karena selain menilai kinerja keuangan, metode ini juga
memperhatikan kualitas manajemen. Pada tahun 2014 ada penyempurnaan
terhadap Peraturan Bank Indonesia tersebut, ditandai dengan
beredarkannya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
No.10/SEOJK.03/2014 Syariah yang masih menggunakan pendekatan yang
sama. Tujuan dibuatnya Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan tersebut adalah agar bank dapat
mengidentifikasi permasalahan lebih dini, melakukan tindak lanjut
perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan prinsip
Good Corporate Govermance dan manajemen risiko yang lebih baik.
Permasalahan dalam penelitian ini membahas mengenai tingkat
kesehatan bank yang terdapat dari beberapa Bank Umum Syariah di
Indonesia dengan pendekatan Risk Profile, Earning and Capital
(RGEC) yang merupakan metode baru penggunaan tingkat kesehatan
bank. Dalan permasalahan penelitian ini juga diperkuat dengan
adanya research gap setiap variabel dari hasil penelitian
terdahulu. Pada penelitian Raifah (2015) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh
terhadap Perubahan Laba (PL). Pada penelitian Purnamasari (2018)
menujukan hasil bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).
Berbeda dengan penelitian Indayani (2017) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak
berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL) sama dengan hasil
penelitian Ramadhan (2017) dalam penelitiannya disebutkan bahwa
Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dalam penelitian Amalia (2018)
menujukkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki
pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL) dengan tingkat
signifikannya 5%.
Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat
pada perbedaan hasil penelitian variabel Capital Adequency Ratio
(CAR), seperti pada hasil penelitian Purnamasari (2018) menujukkan
hasil bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dalam penelitian
Aini (2013) menujukkan bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap Perubahan Laba (PL) dan pada
penelitian Lubis (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
Capital Adequency Ratio (CAR) memiliki pengaruh negatif dan
signifiikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).
Berbeda dengan hasil penelitian Dewanti (2016) menujukkan hasil
bahwa pada Capital Adequency Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Laba (PL). Dalam penelitian Emilda (2016) menujukkan
hasil bawah Capital Adequency Ratio (CAR) tidak berpengaruh
signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Hasil penelitian Setiawan
(2016) menyatakan bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) tidak
berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL), sama dengan hasil
penelitian Rafiqah (2017) menujukkan bahwa Capital Adequency Ratio
(CAR) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Pada
penelitian Astuti (2018) menunjukan hasil yang sama dengan
penelitian sebelumnya bahwa Capital Adequency Ratio (CAR) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL), sama
halnya dalam penelitian Amalia (2018) yang menujukkan bahwa Capital
Adequency Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba (PL) dengan tingkat signifikan 5%.
Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat
pada perbedaan hasil penelitian rasio Non Performing Financing
(NPF), seperti pada hasil penelitian Indayani (2017) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa Non Performing Financing (NPF)
berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL). Pada hasil penelitian
Amalia (2018) Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh
terhadap Pertumbuhan Laba (PL).
Berbeda dengan hasil penelitian Ramadhan (2017) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa Non Performing Financing (NPF)
tidak berpengaruh terhadap Perubahan Laba (PL). Pada hasil
Purnamasari (2018) menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF)
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan
Laba (PL).
Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat
pada perbedaan hasil penelitian rasio Return on Assets (ROA),
seperti pada hasil penelitian Indayani (2017) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap
Perubahan Laba (PL). Pada hasil penelitian Ramadhan (2017)
menujukkan bahwa Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dalam hasil penelitian
Cahyadi (2013) menyatakan bahwa Return on Assets (ROA) memiliki
pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL) sama seperti hasil
penelitian Dewanti (2016) yang menyatakan bahwa Return on Assets
(ROA) memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba(PL) dan
penelitian Amalia (2018) juga menujukkan hasil yang sama bahwa
Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba
(PL). Pada penelitian Purnamasari (2018) menyatakan bahwa Return on
Assets (ROA) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba (PL). Dan pada hasil Peneitian Marsellina (2017)
menujukkan bahwa Return on Assets (ROA) terdapat pengaruh positif
yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL).
Berbeda dengan hasil penelitian Wibowo (2011) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa pada hasil penelitian Return on
Assets (ROA) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Perubahan
Laba (PL). Dan pada hasil penelitian Chandra (2014) menyatakan
bahwa Return on Assets (ROA) tidak memiliki pengaruh positif
terhadap Pertumbuhan Laba (PL).
Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat
pada perbedaan hasil penelitian rasio Return on Equity (ROE),
seperti pada hasil penelitian Menurut Indayani (2017) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh
terhadap Perubahan Laba (PL). Hasil penelitian Dewanti (2016) yang
menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh terhadap
Pertumbuhan Laba (PL). Pada penellitian Pradani (2018) menyatakan
bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba (PL). Dan pada hasil penelitian Emilda (2016)
menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan
terhadap Perubahan Laba (PL).
Berbeda dengan hasil penelitian Wibowo (2011) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa Return on Equity (ROE) memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Pada
penelitian Marsellina (2017) menujukkan bahwa Return on Equity
(ROE) terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba (PL).
Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat
pada perbedaan hasil penelitian rasio Net Operating Margin (NOM),
seperti pada hasil penelitian Aini (2013) menyatakan bahwa Net
Operating Margin (NOM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Perubahan Laba (PL). Dan pada hasil penelitian Anggraenin (2014)
menyatakan bahwa Net Operating Margin (NOM) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Berbeda dengan hasil
penelitian Hidayatullah (2012) menyatakan bahwa Net Operating
Margin (NOM) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba (PL). Dan pada penelitian Ariyanti (2010)
menyatakan bahwa tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap Perubahan Laba (PL).
Permasalahan research gap dalam penelitian ini juga diperkuat
pada perbedaan hasil penelitian rasio Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), seperti pada hasil penelitian Astuti
(2018) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh secara signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba (PL). Penelitian Purnamasari (2018) menyatakan
bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba
(PL). Hasil penelitian Aini (2013) menyatakan bahwa Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
negatif signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Pada hasil
penelitian Lubis (2013) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Hasil penelitian Setiawan (2016)
menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Dan penelitian
Hidayatullah (2012) menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Pertumbuhan Laba (PL).
Berbeda dengan hasil penelitian Ramadhan (2017) menujukkan bahwa
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Pada
hasil penelitian Emilda (2016) bahwa Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) menyatakan tidak berpengaruh
signifikan terhadap Perubahan Laba (PL). Dan hasil penelitian
Raifah (2015) bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) menyatakan tidak berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Laba (PL).
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa variabel yang
berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Namun dari banyaknya
penelitian terdahulu, menujukan perbedaan hasil yang sangat berbeda
atau tidak kosisten pada hasilnya yang mengakibatkan pemahaman yang
beragam mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap Pertumbuhan Laba
(PL). Maka dari itu pada penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Dalam penelitian sebelumnya populasi dan sampel yang
digunakan berbeda dengan penelitian ini, pada penelitian ini
digunakan pendekatan penilaian kesehatan bank atau kinerja bank
lalu dilanjutkan dengan perhitungan untuk mengetahui seberapa
pengaruhnya tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode RGEC
yang berpengaruh dalam tingkat pertumbuhan laba. Dalam peneilitian
ini dilakukan pada Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia
dengan menggunakan metode RGEC yang terdiri dari risk profile,
earning, dan capital. Berikut ini variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini:
Tabel 1. 3 Tabel Variabel Independendan Variabel Dependen
Risk Profile
Risk Profile
1. Risiko Kredit
NPF (Non Performing Financing)
2. Risiko Likuiditas
FDR (Financing to Deposit Ratio)
Earning
1. ROA (Return On Assets)
2. ROE (Return On Equity)
3. NOM
(Net Operating Margin)
4. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
Capital
CAR (Capital Adequency Ratio)
Pertumbuhan Laba (PL)
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengetahui
kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan menggunakan metode RGEC
terhadap pertumbuhan laba Bank Umum syariah di Indonesia, maka
penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank
dengan Metode RGEC yang Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Laba Bank
Umum Syariah di Indonesia Periode 2012 – 2018 (Studi kasus BCA
Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, BRI Syariah, BNI
Syariah, dan Bank Panin Syariah)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di jelaskan di
atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earning
(ROA, ROE, NOM, BOPO), dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba
secara Parsial?
2. Apakah terdapat pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earning
(ROA, ROE, NOM, BOPO), dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba
secara Simultan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat di buat beberapa
tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earning (ROA,
ROE, NOM, BOPO), dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba secara
Parsial?
2. Menganalisis pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Earning (ROA,
ROE, NOM, BOPO), dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba secara
Simultan?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi seluruh bagian yang membaca penelitian ini, berikut manfaat
hasil penelitian ini:
1. Bagi Penulis
Agar dapat memperluas pengetahuan mengenai pengaruh antar
variabel penelitian yaitu antara rasio-rasio kinerja keuangan
dengan metode RGEC dan rasio-rasio kinerja bank dengan islamicity
performance index.
2. Bagi Akademik (ilmu pengetahuan)
Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai contoh studi
kasus nyata dalam perkuliahan disamping digunakan sebagai koleksi
hasil penelitian di perpustakaan.
3. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
yang harus diambil oleh perusahaan. Dengan ini diharapkan
perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan investory.
4. Bagi Investor
Penelitian dapat menjadikan informasi tentang bentuk atau
tingkat efisiensi finansial perusahaan sehingga dapat membantu
investor dalam membuat kebijakan investasinya.
25
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi
yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode
tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan secara efesien dan efektif, yang dapat diukur
perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap terhadap
data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kinerja
keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan keuanganya dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar. Kinerja keuangan juga merupakan suatu gambaran tentang
kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat
analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja
dalam periode tertentu (Hery, 2015).
Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibanya
terhadap para pemangku kepentingan dan juga untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun manfaat dari kinerja
keuangan adalah untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
keberhasilan pelaksanaan kegiatannya, digunakan untuk melihat
kinerja organisasi secara keseluruhan dan kontribusi suatu bagian
dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan dan
kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan, digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan
dimasa yang akan datang, untuk memberikan petunjuk dalam pembuatan
keputusan serta kegiatan organisasi dan sebagai dasar penentuan
kebijakan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas perusahaan (Fahmi, 2013).
Kinerja bank secara keseluruhan merupakan prestasi yang dicapai
bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek pemasaran,
keuangan, penghimpunan, dan penyaluran dana serta teknologi maupun
sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran
kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasa diukur
dengan indicator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas
bank (Wardiah, 2013).
Laporan Keuangan Bank adalah laporan keuangan yang menunjukkan
kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Laporan keuangan
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta ringkasan
dari transaksi keuangan yang disusun untuk menyediakan informasi
keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Dari laporan ini dapat diketahui bagaimana
kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekurangan dan keunggulan
yang dimiliki. Laporan ini menunjukkan kinerja manajemen bank
selama satu periode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak
manajemen dalam memperbaiki kekurangan yang ada serta
mempertahankan keunggulan yang dimiliki (Kasmir, 2010).
Informasi mengenai kesehatan bank dapat digunakan oleh
pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam
menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku dan menejemen risiko. Ketentuan penilaian tingkat kesehatan
bank digunakan sebagai bahan untuk menilai, menetapkan arah
pembinaan dan pengembangan bank agar bank-bank dapat dikelola
menjadi bank-bank yang layak dan sehat untuk terus berkembang di
dunia perbankan (Kasmir, 2014).
2. Laporan Keuangana. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat menunjukkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah:
Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) pengertian laporan keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) Laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara sebagai contoh, sebagai laporan arus
kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di
samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, sebagai contoh, informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga. Akan tetapi, laporan keuangan tidak mencakup item
tertentu seperti laporan manajemen, analisis dan pembahasan umum
oleh manajemen dan item serupa yang dapat termasuk laporan keuangan
atau laporan tahunan (Fahmi, 2013).
Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kondisi
suatu perusahaan dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan
sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan
keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan
atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat
informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan
perusahaan dan kinerja perusahaan (Hery, 2015).
Secara umum laporan keuangan dapat meliputi ikhtisar-ikhtisar
yang menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, arus kas serta
perubahan ekuitas sebuah organisasi dalam satu periode waktu
tertentu. Tiap ikhtisar tersebut dibuat dalam satu format sendiri
secara terpisah. Laporan keuangan berguna untuk mengetahui
perkembangan suatu perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Pada
dasarnya, laporan keuangan adalah hasil dari proses pencatatan,
penggolongan dan peringkasan dari kejadian-kejadian yang bersifat
keuangan dengan cara setepat-tepatnya sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan (Sofyan, 2016).
b. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Wiroso, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan
menurut Ai Nur Bayyinah, laporan keuangan dibuat dengan tujuan
untuk menyampaikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan
pada suatu saat tertentu kepada para pemangku kepentingan. Namun,
sejalan dengan perkembangan kepentingan kelompok pemakai informasi
maka pelaporan keuangan diperluas dengan tujuan sebagai berikut
(Wiroso, 2011):
1) Membuat keputusan investasi dan kredit. Informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk membuat keputusan investasi atau keputusan
kredit tanpa harus membuat lebih dari satu laporan keuangan untuk
satu periode akuntansi.
2) Menilai prospek arus kas. Informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai potensi arus kas di
masa yang akan datang.
3) Melaporkan sumber daya perusahaan, klaim atas sumber daya
tersebut, dan perubahan-perubahan didalamnya. Informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan menjelaskan kekayaan perusahaan,
kepemilikan dan pihak-pihak yang masih berhak atas sumber daya
tersebut.
4) Melaporkan sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas para
pemilik.
5) Melaporkan kinerja dan laba perusahaan. Laporan keuangan
digunakan untuk mengukur prestasi manajemen dengan selisih antara
pendapatan dan beban dalam periode akuntansi yang sama.
6) Menilai likuiditas, solvabilitas, dan arus dana. Laporan
keuangan dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
melunasi utang jangka pendek, jangka panjang, dan arus dana.
7) Menilai pengelolaan dan kinerja manajemen.
8) Menjelaskan dan menafsirkan informasi keuangan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menjelaskan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Menurut Kasmir
secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan bank adalah sebagai
berikut (Kasmir, 2014):
1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan
jenis-jenis aktiva yang dimiliki.
2) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan
jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka
panjang.
3) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan
jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu.
4) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari
jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank
tersebut.
5) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah-jumlah biaya
yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam
periode tertentu.
6) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.
7) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu
periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.
Dengan demikian, laporan keuangan di samping menggambarkan
kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen
bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi
patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan
kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan.
c. Jenis – jenis Laporan Keuangan
Menurut Ai Nur Bayyinah, jenis-jenis laporan keuangan Asuransi
Syariah sebagai berikut (Bayyinah, 2017):
1) Laporan posisi keuangan, mencakup aset, liabilitas, dana
peserta dan ekuitas.
2) Laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’, berisi
laporan laba rugi peserta dengan memperhatikan ketentuan PSAK yang
relevan.
3) Laporan perubahan dana tabarru’, mencakup surplus atau
defisit periode berjalan, bagian surplus yang didistribusikan ke
peserta dan atau pengelola, dan surplus yang tersedia untuk dana
tabarru’.
4) Laporan laba rugi, berisi pendapatan pengelola yang diperoleh
dan beban operasional yang dikeluarkan oleh pengelola atas
aktivitas usahanya.
5) Laporan perubahan ekuitas, menunjukkan perubahan modal
disetor, cadangan, dan saldo laba dana pengelola pada periode
tertentu
6) Laporan arus kas, memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna agar mengetahui bagaimana entitas menghasilkan kas dan
setara kas.
7) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, mengungkapkan
sumber zakat internal maupun eksternal dari entitas asuransi
syariah, kebijakan penyaluran zakat, dan proporsi dana yang
disalurkan.
8) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, berisi sumber
dana, serta alasan munculnya penerimaan dan penggunaan dana non
halal.
9) Catatan atas laporan keuangan dapat mengungkapkan:
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
dan transaksi yang penting.
b) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan
di laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana
zakat, dan laporan penggunaan dana kebajikan.
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
3. Analisis Laporan Keuangana. Definisi Analisis Laporan
Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun
data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat (Sofyan, 2016).
Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja
perusahaan, baik secara internal maupun untuk dibandingkan dengan
perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama. Hal ini
berguna bagi arah perkembangan perusahaan dengan mengetahui
seberapa efektif operasi perusahaan telah berjalan. Analisis
laporan keuangan sangat berguna tidak hanya bagi internal
perusahaan saja, tetapi juga bagi investor dan pemangku kepentingan
lainnya (Hery, 2015).
b. Teknik Analisis Laporan Keuangan
Adapun jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat
dilakukan menurut Hery adalah sebagai berikut (Hery, 2015):
1) Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik
analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dari dua
periode atau lebih untuk menunjukkan perubahan dalam jumlah maupun
dalam presentase.
2) Analisis Trend, merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan dan kinerja perusahaan,
apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3) Analisis Presentase per Komponen (common size), merupakan
teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui presentase
masing-masing komponen aset terhadap total aset; presentase
masing-masing komponen utang dan modal terhadap total passiva
(total aset), presentase masing-masing komponen laporan laba rugi
terhadap penjualan bersih.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal kerja selama dua periode waktu yang
dibandingkan.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis
yang digunakan untuk mengetahui kondisi kas dan perubahan kas ada
suatu periode waktu tertentu.
6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam
neraca maupun laporan laba rugi.
7) Analsis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui posisi laba kotor dari suatu periode ke
periode berikutnya, serta sebab-sebab terjadinya perubahan laba
kotor tersebut.
8) Analisis Titik Impas, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai
agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
9) Analisis Kredit, merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk menilai layak tidaknya suatu permohonan kredit debitor kepada
kreditor, seperti bank.
4. Rasio Keuangan a. Definisi Rasio keuangan
Rasio keuangan yaitu angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio
keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Dengan kata lain rasio keuangan ini hanya
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos
tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat
menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat
membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh
informasi dan memberikan penilaian dan akan terlihat kondisi
kesehatan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Sofyan, 2016).
Menurut James C. van Horne, rasio keuangan merupakan indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil
rasio keuangan ini akan kelihatan kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan (Kasmir, 2010).
Analisis rasio merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis
rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai
perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio
keuangan. Analisis rasio keuangan ini dapat mengungkapkan hubungan
yang penting antarperkiraan laporan keuangan dan dapat digunakan
untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan (Fahmi,
2013).
b. Hubungan Rasio Keuangan Dengan Pertumbuhan Laba
Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang
memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi
kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas,
bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
berlangsung. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan
pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz bahwa “To
evaluate the financial condition and performance of a firm, the
financial analyst needs certain yardstick. The yardstick frequently
used is a ratio, index, relating two pieces of financial data of to
each other”. Jadi untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan
perusahaan dapat digunakan rasio yang merupakan perbandingan
angka-angka yang terdapat pada pos-pos laporan keuangan. Gitman
mengatakan bahwa “Ratio analysis involves methods of calculating
and interpreting financial ratio to asses the firm’s performance.
The basic inputs to ratio analysis are the firm’s income statement
and balance sheet”. Yang berarti analisis rasio melibatkan metode
perhitungan dan menafsirkan rasio keuangan untuk menilai kinerja
perusahaan. Input dasar untuk analisis rasio adalah laporan laba
rugi perusahaan dan neraca. Dari pendapat di atas dapat dimengerti
bahwa rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang
erat (Fahmi, 2013).
Menurut Mamduh Hanafi dan Abdul Halim, rasio keuangan pada
dasarnya disusun dengan cara menggabungkan angka-angka di dalam
laporan keuangan antara laporan laba rugi dan neraca. Dari
macam-macam rasio yang ada, rasio-rasio tersebut berguna untuk
melihat prospek dan risiko perusahaan di masa yang akan datang.
Prospek dan risiko perusahaan dapat dilihat melalui pertumbuhan
laba perusahaan. Pertumbuhan laba tersebut dapat menunjukkan
kinerja perusahaan. Dan kinerja suatu perusahaan dapat dilihat
melalui rasio keuangan (Mamduh M, 2016).
Menurut Kasmir, contoh dari rasio likuiditas yakni current
ratio. Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang jangka pendeknya. Semakin tinggi current
ratio maka semakin besar kemampuan perusahaan dapat membayar hutang
jangka pendeknya. Sedangkan semakin rendah current ratio dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang rendah
karena perusahaan kekurangan modal (Kasmir, 2010).
Selain rasio likuiditas, terdapat rasio keuangan lain yakni
rasio solvabilitas (laverage) yang terdiri dari debt to equity
ratio dan debt ratio. Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur
seberapa nilai setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
utang. Semakin tinggi nilai debt to equity ratio dapat menunjukkan
semakin tinggi nilai pendanaan yang disediakan pemilik modal dan
akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan karena dapat
mengurangi pertumbuhan laba. Dan sebaliknya semakin rendah debt to
equity ratio menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik
sehingga tingkat pengembalian akan semakin tinggi dan mempengaruhi
tingkat pencapaian laba. Sedangkan debt ratio digunakan untuk
mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
hutang. Semakin tinggi rasio ini dapat menujukkan pendanaan oleh
hutang semakin banyak dan menimbullkan risiko jika perusahan tidak
mampu menutupi hutang-hutangnya sedangkan semakin rendah rasio ini
menujukkan kinerja yang semakin baik karena pendanaan perusahaan
semakin kecil yang dibiayai oleh hutang (Mamduh M, 2016).
Untuk rasio profitabilitas, jenis rasio yang digunakan yakni
ROI, ROE dan net profit margin. ROI digunakan untuk mengukur
pengembalian hasil atas jumlah aktiva yang digunakan. Semakin
tinggi rasio ini dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
baik karena perusahaan semakin efektif dalam mengelola investasinya
sehingga meningkatkan laba yang dimiliki. dan sebaliknya semakin
rendah nilai ROI maka kinerja perusahaan juga semakin buruk
sehingga tidak mampu meningkatkan laba perusahaan. ROE digunakan
untuk menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan manajemen dalam mengelola
perusahaan semakin baik sehingga pertumbuhan laba perusahaan
semakin baik. Dan sebaliknya jika semakin rendah ROE, maka
keberhasilan manajemen perusahaan juga akan rendah. Net profit
margin digunakan untuk pendapatan bersih yang diperoleh dai hasil
penjualan. Semakin tinggi laba yang diperoleh maka nilai rasio NPM
akan semakin tinggi dan akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan
laba. Sebaliknya jika laba yang diperoleh semakin rendah, maka akan
menurunkan nilai rasio NPM dan akan berpengaruh juga terhadap
pertumbuhan laba (Mamduh M, 2016).
5. Pertumbuhan Labaa. Definisi Pertumbuhan Laba
Tujuan utama perusahaan ialah dapat memaksimalkan laba. Laba
merupakan kelebihan pendapatan atas beban dan kerugian yang terkait
dalam operasi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba secara
operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi
yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Laba merupakan kelebihan
hasil (revenue) dari biaya seluruh pos pendapatan (gain) dan rugi,
biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil (Sujarwo,
2015).
Pertumbuhan laba adalah kenaikan laba yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba dapat
dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba
periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode
sebelumnya.
Menurut Harahap dalam Riza Hermanda laba merupakan angka yang
penting dalam laporan keungan karena berbagai alasan antara lain:
laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam
menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar
dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di
masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian
efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam
penilaian prestasi atau kinerja perusahaan (Harahap, 2007).
Laba menurut pendapat ulama-ulama fiqih adalah pertambahan pada
modal pokok perdagangan atau dapat juga diartikan sebagai tambahan
nilai yang timbul karena barter atau ekspedisi dagang. Laba yang
didapatkan harus halal secara zatnya maupun secara perolehannya.
Dalam artian laba yang diperoleh harus bebas dari riba. Riba secara
bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah riba
merupakan penambahan harta pokok (modal) secara bathil.
Terdapat beberapa surat yang mengatur tentang riba salah satunya
QS. Ali-Imran (3) ayat 130:
Yā ayyuhallażīna āmanụ lā ta`kulur-ribā aḍ'āfam muḍā'afataw
wattaqullāha la'allakum tufliḥụn.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130).
Berikut ini beberapa aturan mengenai laba dalam konsep
Islam:
1) Adanya harta (uang) yang dikhususkan untuk perdagangan.
2) Mengoperasikan modal tersebut secara interaktif dengan
unsur-unsur yang lain terkait untuk produksi, seperti usaha dan
sumber-sumber alam.
3) Memposisikan harta sebagai obyek dalam pemutarannya karena
adanya kemungkinan pertambahan atau pengurangan jumlah.
4) Selamatnya modal yang berarti modal bisa dikembalikan
b. Karakteristik Pertumbuhan laba
Chariri dan Ghozali menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikut (Ghozali, 2013):
1) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.
2) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan
prestasi perusahaan pada periode tertentu.
3) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran, dan pengakuan
pendapatan.
4) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapat pendapatan
tertentu.
5) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara
pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso dalam Jurnal Isnainah Laili Khatmi Safitri
pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
(Safitri, 2016):
1) Besarnya Perusahan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba
yang diharapkan semakin tinggi.
2) Umur Perusahan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3) Tingkat Leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka
manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi
ketepatan pertumbuhan laba.
4) Tingkat Penjualan
Tingkat pengualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi
tingkat penjualan di masa yang akan data sehingga pertumbuhan laba
semakin tinggi.
5) Perubahan Laba Masa Lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba
yang diperoleh di masa mendatang.
d. Analisis Pertumbuhan Laba
Ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal, tetapi dalam penelitian
ini analisis yang digunakan adalah analisis fundamental. Berikut
adalah penjelasannya (Safitri 2016):
a) Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan yang berhubungan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon
investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang
nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah
menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Analisis fundamental
adalah analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu
perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang
digunakan yaitu data historis, artinya data yang telah terjadi dan
mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis.
Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan
keuangan perusahaan yang salah satunya dengan rasio keuangan. Para
analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa
yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi pertumbuahan laba yang akan datang, yaitu kondisi
ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja
perusahaan. Hal ini pentingnya karena nantinya akan berhubungan
dengan hasil yang akan diperoleh investasi dan risiko yang harus
ditanggung.
b) Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya
data atau catatn pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini
berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan
datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu teknik ini
mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan.
6. Metode RGEC
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang
Penilaian Kesehatan Bank Umum, Bank di Indononesia diwajibakan
menggunakan metode penilaian kesetahan bank. Selain itu Tahun 2014
OJK engeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah, yang mewajibkan melakukan penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko
(Risk-Based Bank Rating) yang dimana indikator dari setiap
penilaian tersebut berdasarkan SE OJK Nomor 10/SEOJK.03/2014. Makan
dari itu penelitian ini menggunakan metode RGEC, yang dimana
meliputi Penilaian Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings, dan Capital.
a. Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian risk profile ini merupakan penilaian terhadap baik
buruknya penerapan manajemen resiko dan resiko inheren dalam
kegiatan opersional bank. Risiko yang wajib dinilai berdasarkan SE
OJK No.10/SEOJK.03/2014 terdiri atas 10 (sepuluh) jenis risiko
yaitu:
1) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak
lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian
yang disepakati. Risiko kredit pada umumnya melekat pada seluruh
aktivitas penanaman dana yang dilakukan oleh bank yang kinerjanya
bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit
(issuer) atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko kredit juga
dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada
debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan
usaha tertentu. Dalam penelitian ini risiko kredit dihitung dengan
menggunakan rasio NPF dengan rumus berikut:
2) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko
berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau
disewakan. Risiko pasar meliputi antara lain risiko benchmark suku
bunga (benchmark interest rate risk), risiko nilai tukar, risiko
ekuitas, dan risiko komoditas.
3) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut
juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko
likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank
melikuidasi asset tanpa terkena diskon yang material karena tidak
adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption)
yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar
(market liquidity risk). Perhitungsn risiko likuiditas dapat
menggunakan rasio FDR dengan perumusan sebagai berikut:
4) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko
operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia,
proses, sistem, dan kejadian eksternal.
5) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul
antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya
syarat sahnya perjanjian atau agunan yang tidak memadai.
6) Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber
risiko stratejik antara lain dapat berasal dari kelemahan dalam
proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan
strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. Sumber risiko
kepatuhan antara lain dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman
atau kesadaran hukum terhadap ketentuan, prinsip syariah, maupun
standar bisnis yang berlaku umum.
8) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
9) Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah,
karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank
dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana
pihak ketiga bank.
10) Risiko Investasi
Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat
bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam
pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan metode net
revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit and loss
sharing.
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan risiko kredit
(NPF), dan risiko likuiditas (FDR).
b. Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas
manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan
prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai Pelaksanaan GCG bagi bank umum dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank (SEBI No.
13/24/DPNP/2011).
Penilaian faktor good corporate governance bagi bank umum
syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas
pelaksan