i LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho Provinsi Aceh 2. Nama Institusi : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh 3. Alamat : Jl. P. Nyak Makam No. 27 lampineung-Banda Aceh Telp. (0651) 7552077, Fax. (0651) 7551811 4. Sumber Dana : DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh 5. Status Kegiatan : Lanjutan 6. Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Gol. c. Jabatan : : : Dr. Rachman Jaya, S.Pi, M.Si. Penata Muda Tk.I (III/d) Peneliti Muda 7. Lokasi : Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh 8. Agroekosistem : Lahan kering, Iklim Basah 9. Tahun mulai : 2015 10. Tahun selesai : 2017 11. Output tahunan : Peningkatan produktivitas dan nilai tambah komoditas padi sawah ternak sapi serta mencetak pengusaha muda sektor pertanian di kawasan TTP Kota Jantho. 12. Output akhir : Peningkatan pendapatan petani dan ekonomi di kawasan TTP Kota Jantho 13. Biaya Kegiatan : Rp. 2.987.500.000 (Dua milyar sembilan ratus delapan puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) Koordinator program Penanggung Jawab Kegiatan, Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740503 200003 1 001 Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si. NIP. 19740503 200003 1 001 Mengetahui : Kepala Balai Besar Menyetujui Kepala Balai Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001 Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
58
Embed
LEMBAR PENGESAHAN - nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Lapkir TTP Kota Jantho 2016.pdf · B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho
Provinsi Aceh
2. Nama Institusi : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
3. Alamat : Jl. P. Nyak Makam No. 27 lampineung-Banda Aceh Telp. (0651) 7552077, Fax. (0651) 7551811
4. Sumber Dana : DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh 5. Status Kegiatan : Lanjutan 6. Penanggung Jawab
a. Nama b. Pangkat/Gol. c. Jabatan
: : :
Dr. Rachman Jaya, S.Pi, M.Si. Penata Muda Tk.I (III/d) Peneliti Muda
7. Lokasi : Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh
8. Agroekosistem : Lahan kering, Iklim Basah
9. Tahun mulai : 2015
10. Tahun selesai : 2017
11. Output tahunan : Peningkatan produktivitas dan nilai tambah komoditas
padi sawah ternak sapi serta mencetak pengusaha
muda sektor pertanian di kawasan TTP Kota Jantho.
12. Output akhir : Peningkatan pendapatan petani dan ekonomi di
kawasan TTP Kota Jantho
13. Biaya Kegiatan : Rp. 2.987.500.000 (Dua milyar sembilan ratus delapan
puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah)
Koordinator program Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740503 200003 1 001
Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si. NIP. 19740503 200003 1 001
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Untuk meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian ekonomi salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah membangun Taman Teknologi Pertanian (TTP). Sampai dengan tahun 2016 sedang dibangun 24 TTP di berbagai wilayah Indonesia, dimana salah satu diantaranya adalah TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Pemilihan lokasi ini dilakukan oleh Tim Pembangunan TTP Aceh melalui proses seleksi berdasarkan kriteria yang dikeluarkan dari Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPENAS). Ditetapkannya TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh oleh Tim berdasarkan pada data dukung dari hasil observasi lapang, wawancara dengan pihak Pemerintah Daerah dan dukungan data sekunder.
Keberadaan TTP merupakan wahana yang dapat digunakan untuk mempercepat arus penyampaian teknologi dari Badan Litbang Pertanian kepada para pengguna melalui kegiatan disseminasi dan pendampingan, sekaligus sebagai wahana bernuansa bisnis yang menghasilkan pengusaha baru (UMKM) di bidang pertanian dan bidang lain yang mendukung, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dalam kawasan TTP.
Berdasarkan data potensi dan permasalahan yang ada di kawasan TTP yang diperoleh melalui kegiatan Participatory Rural Appraisal (PRA), Focus Group Discussion (FGD), serta observasi dan penelusuran data sekunder akan dilakukan intervensi beberapa teknologi pertanian berbasis komoditas tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan hortikultura. Cakupan intervensi sesuai kebutuhan baik secara vertikal hulu-hilir dan horizontal antar komoditas.
Laporan akhir ini dibuat dengan tujuan sebagai tanggung jawab tim terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, serta sebagai informasi dan umpan balik proses yang dilakukan di TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar. Dengan demikian diharapkan pembangunan TTP dapat memberikan masukan dan berkontribusi langsung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Banda Aceh, Desember 2016
Tim Pembangunan TTP
Kota Jantho
iii
RINGKASAN
1. Judul RDHP : Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
3. Lokasi : Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar
4. Agro Ekosistem : Sawah Irigasi, Lahan Kering
5. Status : Baru
6. Tujuan : A. Melakukan pembangunan fisik di pusat TTP Kota Jantho.
B. Melakukan pembangunan fisik berupa jalan usaha tani dan
saluran irigasi di kawasan TTP Kota Jantho. C. Melakukan penerapan inovasi teknologi pada komoditas
padi, hortikultura dan ternak. D. Melakukan verifikasi, validasi dan legalisasi dokumen kerja
sama antara Balitbangtan dengan Pem.Kab. Aceh Besar.
E. Melakukan pelatihan teknis untuk petani pada komoditas komoditas padi, hortikultura dan ternak.
F. Menginisiasi pembentukan kelembagaan Koperasi Babah Pinto di TTP Kota Jantho.
G. Melaksanakan proses bisnis di TTP Kota Jantho.
7. Keluaran : A. Tersedianya fasilitas di pusat TTP Kota Jantho.
B. Tersedianya fasilitas jalan usahatani dan saluran irigasi di
kawasan TTP Kota Jantho. C. Teradopsinya inovasi teknologi pertanian pada komoditas
padi, hortikultura dan ternak. D. Terverifikasi, tervalidasi dan terlegalisasinya dokumen kerja
sama antara Balitbangtan dengan Pem.Kab. Aceh Besar.
E. Terlaksananya pelatihan teknis untuk petani pada komoditas padi, hortikultura dan ternak.
F. Terbentuknya kelembagaan Koperasi Babah Pinto di TTP Kota Jantho.
G. Terlaksananya aktivitas bisnis di TTP Kota Jantho.
8. Hasil : Pada pusat TTP Kota Jantho telah dibangun empat fasilitas
tambahan yaitu pagar disekeliling TTP, saluran drainase,
gapura dan tempat parkir. Dari aspek legalitas hukum, proses penyerahan aset dari Kementerian Pertanian, melalui Badan
Litbang Pertanian ke Pemerintah Daerah Aceh Besar untuk aset tahun 2015 telah dilaksanakan. Dari sisi penerapan inovasi
teknologi pertanian, telah dilakukan uji performa VUB padi
Varietas Inpari 30 dan 16, dengan dengan luas lahan 10 ha. Hasil ubinan menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 7.2 ton/ha,
meningkat dari 6.2 ton/ha. Selain itu juga dilakukan aktivitas untuk penangkaran benih padi sawah, dengan Varietas Inpari
32, dengan hasil calon benih 24 ton, 8 ton gagal mendapatkan
sertifikasi, sedangkan 14 ton menjadi benih dengan lebel biru, dan telah berhasil dijual dengan harga Rp. 8000/kg. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di kawasan TTP Kota Jantho telah berjalan.
Pada komoditas hortikultura kegiatan pembuatan demplot tanaman cabai merah dan jagung manis pada tahap
pemeliharaan (tanaman berumur 10-30 hari). Luas lahan yang
digunakan 2 ha yang tersebar pada delapan lokasi. Pada komoditas peternakan (sapi) pengembangan model kandang
komunal masih pada tahap perbaikan fasilitas fisik seperti perbaikan kandang, akses jalan ke lokasi, penanaman rumput
iv
dan leguminosa dengan luas lahan sekitar 2.5 Ha. Dari sisi peningkatan kapasitas SDM petani, telah dilakukan beberapa
pelatihan teknis seperti peningkatan kapasitas penangkar benih padi, pelatihan peningkatan kapasitas peternak sapi dan
pelatihan penggunaan agensia hayati pada komoditas hortikultura serta pelatihan teknik budidaya dan pembibitan
Jamur Merang.
9. Manfaat : A. Sebagai informasi bagi tim teknis pelaksana pembangunan TTP Kota Jantho untuk melakukan perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi dan umpan balik pada tahun kegiatan 2016. B. Sebagai informasi bagi tim legalisasi dokumen dari
Balitbangtan dan Pem. Kab Aceh Besar untuk segera
merampungkan dokumen hukum yang belum selesai, terutama untuk penyerahan aset kegiatan yang
dilaksanakan pada tahun anggaran 2016. C. Sebagai informasi teknis bagi seluruh stakeholder yang
terlibat untuk memberikan masukan kepada tim pelaksana teknis sesuai dengan hasil evaluasi dan umpan balik.
D. Sebagai informasi dan future work untuk melaksanakan
penelitian dan pengkajian yang sesuai dengan aspek teknis pada inovasi teknologi pertanian yang dikembangkan di
pusat dan kawasan TTP Kota Jantho. 10. Perkiraan
Dampak
: A. Peningkatan ekonomi wilayah di kawasan TTP Kota Jantho
sebesar 5-10%.
B. Peningkatan pendapatan petani di kawasan TTP Kota Jantho sebesar 10-20%.
11. Prosedur : Kegiatan pembagunan fisik dilakukan melalui lelang secara terbuka sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu penggadaan
barang dan jasa. Kegiatan yang bersifat inovasi teknologi pertanian dilakukan secara terstruktur (scientific based)
berbasis partisipatif. Kegiatan dilakukan di lahan milik petani di
kawasan TTP Kota Jantho dengan komoditas padi sawah, hortikultura dan peternakan.
12. Jangka waktu : Tiga Tahun 13. Biaya : Pada awalnya biaya pembangunan TTP Kota Jantho untuk
tahun 2016, adalah sebesar Rp. 4.000.000.000, akan tetapi
mengalami pemotongan hingga Rp. 3.022.500.000 (tiga milyar dua puluh dua juta lima ratus ribu rupiah)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data empiris menunjukkan adanya korelasi antara penguasaan teknologi
dengan kemajuan perekonomian suatu negara. Salah satu contoh nyata adalah
Tiongkok. Dalam kasus Indonesia, meskipun kinerja perekonomian Indonesia
relatif baik, namun kontribusi teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi masih
belum menggembirakan. Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada dua kendala
yang menjadi tantangan utama, yaitu: (1) keterbatasan kapasitas investasi
nasional di sektor industri hilir untuk mengolah bahan mentah atau bahan
setengah jadi menjadi produk jadi, dan (2) belum siapnya teknologi nasional untuk
menyokong tumbuh kembang industri hilir tersebut. Demikian juga yang terjadi di
Provinsi Aceh.
Pada konteks pertanian, sebenarnya inovasi yang dihasilkan secara oleh
institusi pencetak teknologi seperti Balitbang Pertanian dan perguruan tinggi sudah
cukup memadai. Balitbang Pertanian, melalui inovasi pertanian spesifik lokasi telah
menghasilkan paket teknologi spesifik lokasi yang secara teknis telah sesuai
dengan kebutuhan daerah yang dikaji. Namun fakta di lapangan menunjukkan
bahwa inovasi paket teknologi pertanian spesifik lokasi tersebut belum terlihat
nyata pada tataran industry pertanian yang berorientasi profit, sehingga diperlukan
wadah untuk menyatukan temuan inovasi tersebut dengan pengguna
(entrepreneur), sehingga dapat dirasakan dampaknya terhadap perekonomian
wilayah.
Taman Teknologi Pertanian (TTP) merupakan suatu kawasan berbasis
industri pertanian yang dikembangkan berdasarkan inovasi-inovasi pertanian
(Seonarso 2011) spesifik lokasi. TTP adalah kawasan Ipteks yang dibangun untuk
memfasilitasi percepatan alih teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang
pemerintah, perguruan tinggi dan swasta, sekaligus sebagai percontohan pertanian
terpadu bersiklus biologi (Tatsuno, 1996; Bozzo et al. 2002; Vila dan Pages, 2008).
Berkaca kepada kesuksesan beberapa negara lain dalam mengembangkan agro
tekno-park, seperti Amerika Serikat dengan Sillicon Valley high-tech, Daejon di
Korea Selatan, Zongguanchun Science Park di Cina, Andalusia techno-park di
Spanyol dan Tsukaba science di Jepang serta Kampung tekno-park di Jepara
2
(Raharjo, 2002). Tentunya tidak salah jika Indonesia, dalam hal ini adalah Provinsi
Aceh melalui Badan Litbang Pertanian yang di jalankan BPTP Aceh dapat
mengembangkan (TTP) berbasis inovasi-inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
yang telah dimiliki dengan bekerjasama dengan univeritas, pemerintah daerah dan
industriawan lokal.
Berdasarkan aspek kewilayahan, BPTP Aceh sebagai agensi Balitbang
Pertanian di Provinsi Aceh telah menghasilkan beberapa inovasi paket teknologi
pertanian spesifik lokasi, akan tetapi secara teknis dan bisnis paket teknologi
belum secara nyata dapat dirasakan oleh pelaku karena belum memberikan
manfaat ekonomi wilayah. Untuk itu diperlukan terobosan baru agar paket
teknologi tersebut dapat dikembangkan dalam skala industri, melalui
pembangunan TTP Kota Jantho. Dalam hal ini TTP Kota Jantho merupakan suatu
wahana yang didapat digunakan sebagai media transfer inovasi teknologi berbasis
bisnis (provit) dan juga dapat sebagai wahana diseminasi (show window) untuk
memperluas cakupan adopsi teknologi.
Hal yang paling mendasar dari pembangunan TTP Kota Jantho pada tahun
2015 dan 2016 adalah adanya beberapa penyesuaian terhadap beberap core bisnis
yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil review dari tim monitoring dan
evaluasi (monev) Balitbangtan, faktor penciri dari TTP Kota Jantho adalah sistem
bio-industri berbasis padi-ternak, karena potensi yang besar (teknis dan pasar) dari
kedua komoditi tersebut. Pada tataran operasional, wujud dari sistem tersebut
adalah pengembangan bisnis Jamur Merang, baik pada sisi budidaya maupun pada
usaha penyediaan bibit Jamur tersebut. Dengan pengembangan komoditas ini
diharapkan akan meningkatkan nilai tambah dari aktivitas budidaya padi sawah,
selain fokus kepada penyediaan benih padi bersertifikat dan beras premium
dengan segmentasi pasar.
1.2. Dasar Pertimbangan
Dua dari sembilan agenda prioritas pembangunan atau Nawa Cita
pemerintahan Joko Widodo dan Yusuf Kalla tahun 2014-2019 adalah akan
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional (butir
keenam) dan akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik (butir ketujuh). Pada tahun 2015
Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembagan Pertanian
3
(Balitbangtan) menindaklanjuti agenda tersebut dalam program membangun 5 unit
Taman Sain Pertanian (TS) dan 16 unit Taman Teknologi Pertanian (TTP). Salah
satu diantaranya adalah TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Berikut diuraikan hal-hal yang terkait pada TTP, khususnya TTP Kota Jantho.
Visi pembangunan Indonesia dalam periode pemerintahan 2014 – 2019
adalah “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong”. Penjabaran program untuk tercapainya visi
tersebut dituangkan dalam 9 Agenda Prioritas atau disebut dengan Nawa Cita,
yang salah satunya adalah “Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional”, yang antara lain dijabarkan dalam program membangun
sejumlah Taman Sains (Science Park) danTaman Teknologi (Techno Park).
Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional mengagendakan untuk membangun Taman Sains (TS) di 34 provinsi dan
Taman Teknologi (TT) di 100 kabupaten dalam waktu 5 tahun yang dituangkan
dalam program quick win. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan
Litbang mendapat tugas untuk membangun 5 (lima) Taman Sains Pertanian (TSP)
di area Kebun Percobaan milik Badan Litbang dan 16 Taman Teknologi Pertanian
(TTP) di tingkat kabupaten/kota. Di samping itu, Kementan juga memiliki program
untuk mengembangkan Taman Sains dan Teknologi Pertanian Nasional (TSTPN)
yang dipusatkan di Cimanggu, Bogor.
Dari sisi kewilayahan, Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP)
Kota Jantho merupakan wujud dari salah satu dari program kolaborasi antara BPTP
Aceh, Perguruan Tinggi di Acehm seperti Universitas Syiah Kuala, Univeristas Al-
Muslim Bireuen, Universitas Malikulsaleh Aceh Utara dan Pemerintah Kabupaten
Aceh Besar serta beberapa wirausaha bidang pertanian dalam mendukung
pencapaian target peningkatan ekonomi wilayah, dalam hal masih terbatas pada
kawasan pembangunan TTP Kota Jantho. TTP Kota Jantho telah menjadi salah
satu ikon dari pembangunan pertanian di Kabupaten Aceh Besar, sehingga
beberapa program utama pembangunan pertanian di kabupaten ini dapat
disinkronan dengan aktivitas pembangunan TTP Kota Jantho.
4
1.3. Tujuan
• Membangun Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho berbasis komoditas
padi sawah, ternak, hortikultura.
• Membangun unit bisnis di kawasan TTP Kota Jantho berbasis penyediaan benih
sumber padi, beras Premium dan jamur merang.
• Meningkatkan pendapatan petani di kawasan TTP Kota Jantho.
1.4. Keluaran yang di harapkan
• Terbangunnya Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho berbasis
komoditas padi sawah, ternak, hortikultura dan perkebunan.
• Terbangunnya bisnis di kawasan TTP Kota Jantho berbasis penyediaan benih
sumber padi.
• Menghasilkan wirausaha muda berbasis sektor pertanian di kawasan TTP Kota
Jantho.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
• Meningkatnya produktivitas komoditas padi sawah, hortikultura dan populasi
ternak sapi di kawasan TTP Kota Jantho.
• Tersedianya benih sumber padi bersertifkat untuk kawasan TTP Kota Jantho.
• Tersedianya beras kualitas premium.
• Dihasilkannya wirausaha muda berbasis sektor pertanian di kawasan TTP Kota
Jantho
• Meningkatnya pendapatan petani di kawasan TTP Kota Jantho.
• Meningkatnya perekonomian regional di kawasan TTP Kota Jantho.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
Selama berkiprah lebih dari satu dasawarsa, BPTP Aceh telah menghasilkan
beberapa teknologi pertanian spesifik lokasi yang secara teknik dan bisnis layak
untuk dikembangkan. Teknologi pertanian spesifik lokasi untuk komoditi padi,
Anggota - Melakukan kegiatan peliputan, dokumentasi
25
12. Setia Budi* Suryani Novita
Anggota - Melaksanakan tata kelola keuangan
30
13. Ir. Basri A. Bakar, M.Si Ir. T. Iskandar, M.Si
Anggota - Melakukan bimbingan teknis dan advokasi
15
ket: *koordinator
5.2 Pagu dan Realisasi Anggaran
Pada tahun anggaran 2016, kegiatan TTP Kota Jantho awalnya mendapat
pagu anggaran Rp. 4.000.000.000, akan tetapi beberapa kali mengalami
pengurangan, yaitu melalui mekanisme pemotongan anggaran, sampai dengan
revisi terakhir pagu kegiatan TTP Kota Jantho adalah Rp. 2.980.500.000.
Sementara itu realisasi akhir anggaran kegiatan pembangunan TTP Kota Jantho
mencapai 99%.
40
VI. RENCANA TINDAK LANJUT TAHUN 2017
6.1 Komoditas Tanaman Pangan
Untuk komoditas padi sawah kegiatan selanjutnya fokus kepada
peningkatan kapasitas penangkaran benih padi sawah, dimana kapasitas produksi
benih padi harus ditingkatkan sampai 60 ton, hal ini sesuai dengan efektivitas
usaha bisnis. Berdasarkan hasil kegiatan pembangunan TTP Kota Jantho, tahun
2016, dimana produksi benih padi baru mencapai 14.887 ton, dengan tingkat
kegagalan sertifikasi mencapai 30%. Fakta ini menunjukan masih tingginya
kegagalan sertifikasi. Berdasarkan amatan, faktor utama kegagalan produksi benih
adalah pada asepek pasca panen, hal ini disebabkan oleh musim panen pada
periode basah terjadi pada musim penghujan, sehingga gagal produksi akibat
calon benih terlalu lama basah (fisik benih menjadi hitam). Untuk itu pada tahun
selanjutnya sangat diperlukan untuk pembangunan lantai jemur yang
representative untuk kegiatan perbenihan.
Selain itu, dengan peningkatan produksi sampai 2 kali lipat tentunya sangat
dibutuhkan juga manajemen penggelolaan bisnis benih padi, terutama bagi
pelaksana bisnis TTP Kota Jantho, yaitu Koperasi Babah Pintoe. Mekanisme yang
dapat ditempuh adalah melalui pelatihan teknis, karena jumlah petani penagkar
yang terlibat tentunya lebih banyak, dan belum semua petani tersebut memiliki
kapasitas sebagai penangkar, demikian juga lahan yang digunakan juga meningkat
sampai 3 kali lipat dari sekarang. Selain aspek teknis, hal yang sangat penting
untuk aktivitas bisnis benih padi adalah ekspansi pemasaran, perlu juga
pengembangan diseminasi/promosi ke cakupan yang lebih luas.
Ekspansi bisnis di TTP Kota Jantho, juga dilakukan melalui penyediaan
benih sumber padi gogo. Hal ini didukung dengan besarnya potensi/ceruk pasar
yang masih sangat luas bagi komoditas ini. Selain itu potensi pasar benih padi
gogo juga dapat dilihat dari besarnya wilayah lahan lahan kering yang dapat
dimanfaat untuk pengembangan padi gogo di Kabupaten Aceh Besar, termasuk
juga di Provinsi Aceh. Untuk pelaksanaan kegiatan ini, diperlukan juga
peningkatan kapasitas petani dan penyuluh dalam hal produksi benih padi gogo
melalui pelatihan serta penyediaan benih dasar (label putih) dari dari Balai Besar
41
Penelitian Padi sebagai penyedia benih dasar. Demikian juga pada aspek pasca
panen dan pemasaran.
6.2 Komoditas Hortikultura
Berdasarkan hasil dari Tim Monitoring dan Evaluasi, Badan Litbang
Pertanian, khusus untuk pembangunan TTP, dalam hal ini TTP Kota Jantho
dihasilkan bahwa untuk komoditas hortikultura lebih difokuskan kepada kegiatan
diseminasi, bukan pada aspek bisnis. Hal ini disebabkan oleh secara teknis, petani
yang ada dikawasan belum menguasai sistem budidaya hortikultura berupa
tanama sayuran, seperti cabai merah, mentimun kacang panjang. Selain itu
pangsa pasar yang ada di kawasan juga sangat terbatas sehingga sangat sulit
untuk meningkatkan aspek kegiatan menuju bisnis.
Akan tetapi, dengan perkembangan Kota Banda Aceh, tentunya permintaan
akan komoditas tanaman sayuran juga akan meningkat, di lain pihak dengan
harapan kemampuan teknis pelaku (petani) hortikultura meningkat seiring dengan
pendampingan teknis serta introduksi teknologi dan varietas baru Badan Litbang
Pertanian, dapat dicanangkan bahwa komoditas ini dapat ditingkatkan levelnya
menjadi bisnis pada tahun 2018. Fokus bisnis diarahkan kepada tanaman cabai
sebagai salah satu komoditas utama Kementerian Pertanian yang harus di kuasai
baik aspek teknis dan pasar. Komoditas ini memegang peranan penting dalam
menjaga inflasi regional maupun nasional, sehingga dengan kemampuan
penguasaan aspek teknis dan pasar harapanya kondisi inflasi yang disebabkan oleh
komoditas ini dapat terjaga. Tahap selanjutnya untuk komoditas hortikultura
adalah pengembangan beberapa tanaman sayuran seperti kacang panjang, cabai
merah, cabai rawit, mentimun dan gambas. Luas lahan yang digunakan sekitar 3
ha dengan melibatkan 4 petani kooperator. Secara teknis kegiatan akan dimulai
awal Bulan Januari 2017, yaitu dengan kegiatan pembersihan lahan dan
pengolahan tanah, serta persiapan persemaian. Pola tanam yang digunakan adalah
sistem budidaya tanaman sayuran berbasis Good Agriculture Practices (GAP) dan
Good Handling Practices (GHP).
42
6.3 Komoditas Peternakan
Pada tahap selanjutnya untuk kegiatan peternakan adalah model
penyediaan hijauan yang telah dikembangan dapat direplikasi di beberapa tempat
di kawasan TTP Kota Jantho. Selaint itu di inti TTP juga akan diintroduksi teknologi
biogas, bio urine, mineral blok dan beberapa produk olahan berbasis daging sapi.
Pada inti TTP sudah terdapat fasilitas infrastuktur kandang sapi dengan kapasitas
14 ekor, akan tetapi tim pembangunan TTP Kota Jantho tidak mengadakan ternak
sapi. Untuk mengatasi hal tersebut, mekanisme yang dapat ditempuh adalah
dengan melakukan kerjasama dengan petani setempat melalui Koperasi Babah
Pinto, sebagai penggelola inti TTP Kota Jantho. Model yang dikembangkan di inti
TTP adalah penggemukan (fattening) berbasis hijauan yang telah dikembangkan
pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil tim Monitoring dan Evaluasi Badan Litbang Pertanian,
khusus pembangunan TTP dihasilkan bahwa untuk kegiatan peternakan di
kawasan TTP Kota Jantho harus mencakup aspek penggemukan dan penyediaan
sapi bakalan berbasis pengembangan model penyediaan pakan ternak berbasis
hijauan (leguminosa). Hal lain yang menjadi sangat penting adalah aspek legalitas
lahan milik Pemerintah Aceh Besar seluas 2.5 Ha yang dapat digunakan sebagai
model kandang komunal sampai dengan saat ini masih proses penyelesaian
administrasi antara pemerintah Aceh Besar dengan klim kepemilikan oleh warga.
6.4 Aktivitas Fisik
Untuk tahun anggaran 2017, pembangunan fisik yang akan dilaksanakan di
TTP Kota Jantho hanya fokus kepada pembangunan fasilitas penunjang untuk
kegiatan bisnis yang dilakukan. Aspek bisnis yang akan dikembangkan menyangkut
penyediaan benih sumber padi sawah, penyediaan benih sumber untuk padi gogo,
jasa alsintan dan penyediaan jamur merang serta bibit jamur merang. Untuk itu
akan dibangun lantai jemur untuk prosesing benih padi, baik padi sawah maupun
padi gogo. Selain itu juga akan dibangun pos jaga untuk aspek keamanan dan
saung tani sebagai media pertemuan antar petani/kelompok tani dalam skala
terbatas.
43
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Sesuai dengan arahan dari tim monitoring dan evaluasi Badan Litbang
Pertanian, bahwa faktor penciri utama dari TTP Kota Jantho adalah sistem bio-
industri berbasis padi-ternak. Implementasi dari sistem tersebut salah satunya
adalah budidaya dan pembibitan jamur merang, disisi lain tidak semua kegiatan
ditujukan untuk kegiatan bisnis, terutama pada komoditas hortikultura yang fokus
kepada aspek diseminasi inovasi (show window) teknologi pertanian. Pembinaan
calon wirausaha muda ditekankan kepada peningkatan kapasitas penggelola
koperasi Babah Pinto dan magang bagi mahasiswa tingkat akhir dari universitas
Syiah Kuala, Al-Muslim, Malikulsaleh dan Universitas Teuku Umar. Secara
kelembagaan TTP Kota Jantho telah membentuk koperasi penggelola dengan
nama Babah Pinto serta sebagai site kunjungan peserta Pekan Pertanian Daerah.
Dari sisi pengembangan (inkubasi) bisnis, TTP Kota Jantho telah mampu
membangkitkan sisi bisnis usaha penyediaan benih sumber padi sawah yang
dilaksanakan oleh Koperasi Babah Pinto, dengan dukungan teknis dari BPTP Aceh
dan BPSB Aceh, sedangkan dari sisi adiminstrasi penyerahan aset, untuk
pengadaan tahun 2015, semua aset TTP Kota Jantho telah diserahkan kepada
Pemerintah Daerah Aceh Besar. Dukungan Pemerintah Daerah juga diarahkan
kepada perbaikan infrastruktur di kawasan TTP Kota Jantho, juga sharing
penggangaran penggelolaan inti TTP pada tahun 2017.
7.2 Saran
Fokus untuk tahun 2017 adalah pada penguatan sistem kelembagaan
Babah Pinto melalui peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan ekspansi
jenis usaha, demikian juga dengan kemitraan dengan Kementerian Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah serta Kementerian Desa Tertinggal, peningkatan
kapasitas inovasi teknologi dengan perguruan tinggi serta beberapa organisasi
kepemudaan sebagai media penyedia calon wirausaha muda.
44
DAFTAR PUSTAKA
Bozzo U, Gibson DV, Sabatelli R, Smilor RW. 1999. Sosioeconomic Development Through Technology Transfer: Technopolis Novus Ortus.
Biswas RR. 2004. Making a Technopolis in Hyderabad, India: The Role Of Government IT Policy. Technological Forecasting and Social Change, 71:823-835.
Carayannis EG, Rogers EM, Kurihara EM dan Allbritton MM. 1998. High-Technology Spin-Off from Government R&D Laboratories and Research Universities. Technovation in Press.
Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: meningkatkan mutu dan efektifitas manajemen.
Bogor: UIPB-Press.
FAO. 2009. Technology Parks, Incubation Centres, Centres of Excellence: Best
Practices and Business Model Development in North and Southern Africa.
Jaya, R., Machfud, Raharja, P., Marimin. 2014. Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan dengan Pendekatan Fuzzy. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 24 (1) : 61-71.
Jaya, R. 2015. Grand Design Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho. Belum dipublikasi.
Widodo, J., Kalla J. 2014. Visi, Misi dan Program Aksi. Jalan Perubahan Untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkpribadian. www.KPU.go.id. diakses 23 Juli 2015.
Leydesdorff, L., Etzkowitz, H. 1998. The Triple Helix as a Model for Innovation Study, Science & Public Policy, 25 (3): 195-203.
Lee, S., Yoon, B., Lee, C., Park, J. 2009. Business Planning Based on Technological Capabilities: Patent Analysis for Technology-Driven Roadmapping. Technological Forecasting & Social Change, 76 : 769–786.
Narasimhalu, AD. 2013. CUGAR: A Model for Open Innovation in Science and Technology Parks. World Technopolis Review (WTR) 2 (1): 1-11. Research Collection School of Information Systems.
Soenarso WH. 2011. Pengembangan Science and Technology Park Di Indonesia.
Disampaikan pada Seminar Nasional Kebijakan Iptek dan Inovasi Tanggal
26 Juli 2011, PAPPIPTEK-LIPI.
Parnell GS, Driscoll PJ, Henderson DL. 2011. Decision Making in System Engineering and Management. John Wiley and Son, Inc. New Jersey.
Wasson CS. 2006. System analysis, design, and development concepts, principles, and practices. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey
Oh DS. 1995. High-Technology and Regional Development Policy: An Evaluation of Korea’s Technopolis Programme. Habitat Int, 19 (3): 253-267.
Raharjo B. 2002. Kerangka Technopark di Perguruan Tinggi: Sebuah Pemikiran dan Rangkuman. Pusat Penelitian Antar Universitas Bidang Mikroelektrika (PPAUME). Instutut Teknologi Bandung, Bandung.
Raymond W, Smilor G, Kozmetsky dan Gibson G (eds). 1988a. Creating The Technopolis : Linking Technology Commercialization and Economic Development. Cambridge, Mass. Ballinger Publishing.
Roberts EB, Malone DE. 1996. Policies and Structure for Spinning Off New Companies From Research and Development Organization. R and D, 26 (1): 17-48.
Sheridan T. 1986. The Technopolis Strategy. Reading Mass. : Addison-Wesley Publishing.
Simatupang, P. 2014. Perspektif Sistem Pertanian Biondustri Berkelanjutan. Dalam Haryono, dkk (penyunting). Reformasi Kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press.
Smilor RW, Gibson DV, Kozmetsky G. 1988. Creating The Technopolis: High-Technology Development in Austin Texas. Journal of Business Venturing, 4: 49-67.
Spolidoro, RM., Cortes, P., Galian, CE. Cerione A., Inta, Zorzi, I. et al. 2011. Innovation Habitats and Regional Development driven by the Triple Helix: Perspectives from a South American School of Thought and Action
Stankovic, I., Gosic, M., Trajkovic, S., 2009. Forming of Science and Technology Park as an Aspect of Civil Engineering. Architecture and Civil Engineering, 7 (1) 57-64.
Steffensen M, Rogers EM, Speakmen K. 1999. Spin-Off from Research Centers at A Research University. Journal of Business Venturing, 15:93-111.
Tahir, R.Sintaningrum, Maulina, E., Rizal, M., Nurasa, H., Heryadi, RD., Bekti, H. 2015. Harmonization Of Global Governance Oriented Policies Through The Development Plan Science and Technology Park In Jatinangor of Education Strategic Area. Proceeding, International Conference on Democracy and Accountability (ICoDA). Surabaya, 10 November 2015.
Tatsuno S. 1986. The Technopolis Strategy. Reading, MA: Addison-Wesley Publishing Company.
Vila PG, Pages PL. 2008. Science and technology parks. Creating new environments favourable to innovation. Paradigames, 0:141-149.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1. Bangunan Fisik di TTP Kota Jantho
Salah satu item penggadaan untuk
fasilitas fisik di TTP Kota jantho,
Pembangunan Pagar sekeliling TTP.
Pembangunan Gapuran TTP Kota
Jantho
Pengecatan ulang bangunan-bangunan
di TTP Kota Jantho, sesuai dengan
arahan Irjen Kementan.
Kolam di model kandang komunal di
kawasan TTP Kota Jantho.
48
Salah satu site penangkaran benih padi
untuk bisnis usaha penyediaan benih
sumber padi sawah (Inpari 32).
Pembangunan aspek sosial, lokal
koordinator bersama dengan kepala BPP
Kota Jantho, saat pembersihan saluran
di kawasan TTP Kota Jantho.
Kunjungan tim Kementerian Koordinator
Bidang Pengembangan Manusia dan
Kebudayaan, untuk melihat progress
pemmbangunan TTP Kota Jantho.
Kepala Balai bersama dengan
Komandan Batalyon Kavaleri 112
sedang memanen jamur merang, wujud
kolaborasi dengan pihak TNI-AD.
49
Kunjungan Sekretaris Daerah dan
Kepala Dinas Penggelola Aset dan
Kekayaan Aceh Besar pada proses
penyerahan aset TTP Kota Jantho ke
Pemerintah Daerah Aceh Besar, tim
BPTP Aceh didampingi Irjen Kementan.
Dr. Iwan Saskiawan dari Pusat
Penelitian Biologi LIPI, sedang
memberikan materi pembibitan jamur
merang.
Kondisi pertanaman cabai di kawasan
TTP Kota Jantho.
50
Lampiran 2. Perhitungan R/C rasio bagian hortikultura
51
Lampiran 3. Cash-Flow Benih sumber dan jasa alsintan