LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H ARAH S. SITUMORANG NIM: 070707020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2011 Universitas Sumatera Utara
122
Embed
LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI ... · lembaga kesenian ria agung nusantara: deskripsi pengelolaan dan perrtunjukan seni . skripsi sarjana . dikerjakan . o . l . e
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
ARAH S. SITUMORANG
NIM: 070707020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara
LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
ARAH S. SITUMORANG
NIM: 070707020
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara
LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
ARAH S. SITUMORANG
NIM: 070707020
Pembimbing 1 Pembimbing 11
Drs . Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. Drs. Fadlin, M.A
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi di Fakultas Sastra USU Medan.
Medan
Hari :
Tanggal :
Fakultas Ilmu Budaya USU
Dekan
Dr .Syahron Lubis, M.A
NIP: 1951 1013197603 1 001
Panitia Ujian :
1. (……………….)
2. (……………….)
3. (……………….)
4. (……………….)
5. (……………….)
Universitas Sumatera Utara
DISETUJUI OLEH :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
MEDAN
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
Ketua ,
Drs . Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
pengetahuan, pengalaman, kekuatan serta kesempatan kepada penulis, sehingga karena kasih dan
rahmat-NYA penulis mampu menyelesaikan skripsi.
Skripsi ini berjudul ’’LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI
PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI’’, yang diajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana seni (S.Sn) pada Depertemen Etnomusikologi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari akan kemampuan penulis yang masih kurang dan terbatas dalam menulis
oleh karena itu, penulis merasa bahwa tulisan ini belumla sempurna karena masih banyak
kekurangan-kekurangan didalam tata cara penulisan, perbendaharaan kata ataupun makna yang
terkandung dalam tulisan ini. Dengan segala kerendahan hati penulis meminta maff dan
perhatian kepada para pembaca sebelumnya, agar dapat memberikan kritikan dan saran yang
bersifat membangun di dalam penyempurnaan tulisan ini.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat menyelesaikan dengan
sendiri, ada banyak pihak yang telah membantu dan mendukung agar terlaksana dengan baik.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepda pihak yang telah membantu didalam penyelesaian skripsi ini. Kepada:
1. Ibu dan Ayah yang sudah melahirkan, membesarkan, mendoakan, dan mendukung
mencukupi kebutuhan setiap hari hingga dapat hidup dan meraih gelar sarjana beserta
kakaku Jonner, Eni, Diman, dan Adiku Terbit dan Serta yang selalu ada pada waktu suka
dan duka.
Universitas Sumatera Utara
2. Dosen pembimbing 1 sekaligus Ketua Jurusan, Bapak Drs. Muhammad Takari, M. Hum,
Ph.D dan pembimbing 2, Bapak Drs. Fadlin M. A, yang paling banyak memberikan
masukan-masukan dan saran kepada penulis
3. Ibu Dra. Heristina Dewi M. Pd, selaku Dosen Wali, Ibu Arifni Netrirosa SST, M. A dan
Ibu Dra. Ritaony Hutajulu , M.A yang memberikan saran dan buku-buku pendukung
serta masukan-masukan yang mendukung akan skripsi ini.
4. Ibu adly S.S sebagai pegawai yang selalu membantu banyak mengenai administrasi dan
surat menyurat Penulis sebagai mahasiswa sehingga dapat berjalan dengan baik
5. Monang Butar-Butar S.Sn, selaku informan kunci serta para penari anggota dan juga
informan lainya yang pernah terlibat pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
yang sudah memberikan banyak informasi.
6. Kepada Rebecca dan Vanesia terma kasih buat bantuannya dalam mentranskripsi dan
menganalisis melodi yang penulis teliti. Kepada sahabat-sahabtku Imes, Dussel yang
selalu setia bersama di dalam perkuliahan, dan juga Rizky, Winka serta Kak Becca, Kak
Nova, Kak Eunika, Bang Jefri, Bang Junaedi, Bang Amran serta sahabat-sahabtku di
kosan Septian, Herman, Jonatan, Daniel, Natal yang selalu mengingtakan penulis dikala
penulis sedang malas dan selalu memberikan semangat.
Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis
khususnya.
Medan , 2011
Penulis,
Arah S. Situmorang
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………….…….1 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….…….1 1.2 Pokok Permasalahan……………………………………………...………….…....14 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………….…...14 1.3.1 Tujuan Penelitian………………………………………………….……14 1.3.2 Manfaat Penelitian………………………………………………….…..15 1.4 Konsep dan Teori ……………………………………………………………..…..15 1.4.1 Konsep…………………………………………………………….……15 1.4.2 Teori………………………………………………………………..……16 1.5 Metode Penelitian………………………………………………………………....19 1.5.1 Studi Kepustakaan………………………………………………….….20 1.5.2 Kerja Lapangan………………………………………………….….….20 1.5.3 Wawancara……………………………………………………….…….21 1.5.4 Observasi………………………………………………….……….…...22 BAB II SEJARAH LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA 2.1 Sejarah Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara…………………………….…...23 2.2 Jenis kesenian yang diproduksi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara………..29 2.3 Visi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara ………………………...…….……31 2.4 Misi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara………………………...………..…31 BAB III PENGELOLAAN LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA 3.1 Organisasi…………………………………………………………….…………….33 3.1.1 Struktur Organisasi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara….…….35 3.1.2 Sistem Pembagian Honor……………………………………………..…41 3.1.3 Penerimaan Anggota………………………………………………..…...42 3.1.4.Sistem pendanaan………………………………………………….….....44 3.2 Pelatihan………………………………………………………………………..…..45 3.2.1 Jadwal Latihan……………………………………………………….…..46 3.2.2 Tempat Latihan…………………………………………………….….…47 3.2.3 Pelatih…………………………………………………………………....49 3.2.4 Alat Musik yang digunakan ………………………………………..……50 3.2.5 Pemusik………………………………………………………………..…51 3.2.6 Penari……………………………………………………………….........53
3.3 Produksi…………………………………………………………………................57 3.3.1 Tahap-Tahap Produksi……………………………………………….….58 3.3.2 Produksi Musik ……………………………………………………...... 58 3.3.3 Pemasaran Produk ………………………………………………….…....59
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI PERTUNJUKAN SENI 4.1 Seni Pertunjukan………………………………………………………………63 4.2 Tari………………………………………………………………..……...........65 4.2.1 Deskripsi Tari yang sering dibawakan. …………………….………….66 4.2.1.1 Tari Persembahan Melayu………………………….…………..67 4.2.1.1.1 Kostum Tari Persembahan Melayu ………….….……..68 4.2.1.2 Tari Tortor Cawan……………………………...…...……..…...69 4.2.1.2.1 Kostum Tari Tortor Cawan…..…………………..……..70 4.2.1.3 Kostum Pemain Musik………………………………………….74 4.3 Musik ………………………………………………………...…………….…75 4.3.1 Deskripsi Musik yang sering dibawakan………………….………….76 4.4. Instrumen.…………………………………………………………...………..77 4.4.1 Ensambel Musik Gondang Hasapi (uning-uningan)………….. ... ... .79 4.5 Alat Musik Pengiring Tari………………………………………….…...…. 84 4.5.1 Alat Pengiring Tari Persembahan Melayu……………………….…...84 4.5.2 Alat Pengiring Tari Tortor Cawan……………...……………………86 4.6 Tempat Pelaksanaan Pertunjukan……………………………………………..92 4.7 Deskripsi Struktur Musik ………………………………….…………. .…….94 4.7.1 Proses dan Transkripsi………………………………………………..94 4.7.2 Melodi dan Analisis …………………………………………...……..95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….……..116 5.2 Saran……………………………………………………………………….…119 GAMBAR LAMPIRAN….…………………………………………….…………………......120 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… ...122 DAFTAR INFORMAN……………………………………………………...…….………….124
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam setiap kegiatan
bersosialisasi, mereka langsung atau tidak langsung selalu melibatkan orang lain. Dengan hal
itulah manusia membentuk kelompok-kelompok dan organisasi tertentu, guna melakukan
aktivitas yang mereka sepakati. Begitu juga halnya dengan organisasi yang mereka bentuk akibat
bersosialisasi. Setiap organisasi yang mereka ciptakan membutuhkan pengelolaan yang baik
demi kelangsungan organisasi manusia itu sendiri.
Pengelolaan atau manajemen ialah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok atau orang-orang ke arah tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata (Terry dan Rue 2000:1). Dengan kata lain, keberhasilan suatu
lembaga juga ditentukan oleh manajemen yang diterapkan oleh pengelola dan kemampuan untuk
mengelola, yang setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan berkesenian. Manusia yang terlibat di
dalamnya membutuhkan sistem pengolaan agar prosesnya terjadi secara teratur, terpadu, dan
mencapai sasaran yang tepat. Untuk mengkaji seni, manusia menggunakan berbagai disiplin ilmu
seperti antropologi tari, antropologi teater, musikologi, dan etnomusikologi.
Etnomusikologi adalah studi tentang musik sebagai peristiwa budaya (R.Supanggah
1995:64). Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu, merupakan fusi atau gabungan dari dua
induk ilmu yaitu etnologi (antropologi) dan musikologi. Penggabungan ini sendiri telah
menimbulkan dampak yang kompleks dalam perkembangan etnomusikologi. Jika kemudian ia
berfusi lagi dengan ilmu lain, katakanlah arkeologi, maka akan terjadi sesuatu perkembangan
yang menarik. Dalam konteks etnomusikologi, bidang musikologi selalu dipergunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan struktur musik yang mempunyai hukum- hukum internalnya sendiri--
sedangkan etnologi memandang musik sebagai bagian dari fungsi kebudayaan manusia dan
sebagai suatu bagian yang menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara eksplisit
dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.
Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has
always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4).
Dari kutipan paragraf di atas, menurut Merriam para pakar etnomusikologi membawa
dirinya sendiri kepada benih-benih pembahagian ilmu, untuk itu selalu dilakukan
percampuran dua bagian keilmuan yang terpisah, yaitu musikologi dan etnologi.
Kemudian menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka
mencampur kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan penekanan pada salah satu
bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini,
dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya seorang sarjana menulis secara teknis
tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih
untuk memperlakukan musik sebagai suatu bagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan
Universitas Sumatera Utara
sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Pada saat yang sama, beberapa
sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk
mengasumsikan kembali suatu aura reaksi terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teori-
teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks
etnologisnya. Di sini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding
dengan kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam
kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih
luas.
Hal tersebut telah disarankan secara tentatif oleh Nettl yaitu terdapat kemungkinan
karakteristik "aliran-aliran"etnomusiko-logi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya tidak
persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda, baik dalam
geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif
awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang
bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana
Amerika telah mempersem-hkan teknik analisis suara musik. Dari kutipan di atas tergambar
dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin dasar yaitu etnologi dan
musikologi, walau terdapat variasi penekanan bidang yang berbeda dari masing-masing
ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik dalam
konteks kebudayaannya.
Lebih jauh, perkembangan etnomusikologi sekarang cenderung mempergunakan pendekatan
multidisiplin dan interdisiplin ilmu. Selain fusi induknya dua ilmu yaitu musikologi dan etnologi,
etnomusikologi juga terbuka menerima ilmu-ilmu lain seperti linguistik, sosiologi, kimia,
Universitas Sumatera Utara
psikologi, dan dalam hal ini manajemen. Namun ilmu-ilmu bantu ini digunakan sesuai dengan
proyek penelitian yang dilakukan oleh para etnomusikolog.
Berangkat dari pengertian di atas, salah satu unsur kebudayan tersebut adalah kesenian, di
dalam melakukan kesenian itulah manusia memerlukan pengelolan atau yang disebut dengan
manajemen. Kesenian itu baik tradisional maupun modern harus dikelola dengan baik agar
menghasilkan produk yang baik juga, guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.
Kemudian, hasil atau produk tersebut misalnya musik, tari, teater, akan dipertunjukkan pada
masyarakat sesuai dengan fungsi dan kegunaan masing-masing sesuai permintaan pasar . Tujuan
dari sebahagian aktivitas berkesenian itulah adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi pelaku
kesenian. Namun terlepas dari hal materi, hasil dari berkegiatan berkesenian itulah yang
menjadikan etnomusikologi berkaitan dengan manajemen (pengelolaan) karena hasil akhirnya
dapat dipandang sebagai kajian etnomusikologi.
Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Lembaga yang
beralamat di Jl. Bahagia, No. 60. Teladan ini adalah salah satu lembaga non formal yang
menerapakan manajemen. Seperti 5 fungsi utama manajemen yaitu: (1) planning, atau dalam
bahasa Indonesia disebut perencanaan, yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
pada masa yang akan datang dan apa yang akan diperbuat agar dapat mencapai tujuan itu. (2)
organizing, atau dalam bahasa Indonesia disebut pengorganisasian, adalah pengelompokan, dan
menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan
itu. (3) Staffing, (penentuan sumber daya manusia) yaitu menentukan keperluan kerja. (4)
Motivating, yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan yang hendak
dicapai. (5) Contolling, yaitu pengawasaan kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan, menetapkan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan kreatif yang
diperlukan (lihat Takari 2008:43).
Lembaga kesenian ini berdiri sejak tahun 1988 dengan nama awal Ria Agung, yang
beranggotakan 19 orang, yaitu 7 orang pemusik dan 12 orang penyanyi dan belum memiliki
badan hukum. Baru pada tahun 1990 Ria Agung berubah nama menjadi Lembaga Kesenian Ria
Agung Nusantara oleh Edward Silitonga (Edward Silitonga adalah pendana pada lembaga ini ).
Nama ini dibuat dengan tujuan untuk memberi kegembiraan pada siapa pun yang menikmatinya.
Menurut hasil wawancara yang berlangsung pada Senin, 13 Desember 2010, bertempat di
lembaga kesenianya, Monang Butar Butar S.Sn (lebih akrab dipanggil Bang Monang yang juga
merupakan alumni Etnomusikologi). Saat ini anak didiknya ada sebanyak 30 orang. Mereka yang
datang belajar pada lembaga kesenian ini mulai berumur 16 tahun sampai yang sudah tua (54
tahun) Marsius Sitohang yang juga pernah bergabung di dalam lembaga kesenian ini, yang saat
ini merupakan dosen luar biasa pada departemen Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara.
Setiap anak yang ingin masuk menjadi anggota pada lembaga kesenian ini tidak dipungut
biaya apa pun namun dituntut kesetiaan dan loyalitas dan yang tidak kalah pentingnya ialah
penampilan yang layak atau paras cantik bagi para penari wanita. Tidak ada syarat utama dalam
kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh setiap anggota yang ingin masuk, hanya saja
dituntut disiplin pada waktu latihan, loyalitas dan kesetiaan pada lembaga kesenian ini. Namun,
masalah diterima atau tidak selanjutnya tergantung pada ketua lembaga ini.
Aktivitas dimulai pada pukul 14:00 WIB bertempat di Jl. Bahagia. No. 60. Teladan
Medan, setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Masing-masing anggota tidak hanya latihan
untuk satu bidang saja tetapi juga diharapkan juga menguasai bidang lain misalnya penari
tidak hanya menari tetapi juga diharapkan bisa menyanyi dan memainkan alat musik demikian
Universitas Sumatera Utara
juga pemusik dituntut untuk dapat menari dan menyanyi. Dalam sistem pembagian pupur atau
uang terima kasih, uang capek, uang jalan dan sebagainya ialah 50% untuk anggota tergantung
tingkat kesenioritasnya, 30% untuk kas, dan 20% untuk biaya make-up dan kostum anggota.
Untuk sistem pengajaran, pada lembaga ini memberdayakan murid yang sudah mahir (biasanya
senior) untuk melatih murid yang masih dalam kemampuan dasar sedangkan untuk tahap
penyempurnaan sebelum memasuki materi baru, ketua langsung terjun untuk melatih.
Sedangkan murid yang belum menguasai materi akan diajarkan oleh senior sampai murid
tersebut mahir sebelum memasuki materi berikutnya.
Untuk anggota saat ini berjumlah 31 orang baik pemusik maupun penari, mereka yang
belajar dan menjadi anggota berasal dari latar belakang yang berbeda-beda Nandra misalnya,
anak seni Tari Universitas Medan ini sudah belajar dan menjadi anggota Lembaga Kesenian Ria
Agung Nusantara selama satu tahun sedangkan Willy anak SMA. N. 2 Medan masih 11 bulan.
Sejak tahun 1990 jumlah anggota tiap tahunnya sebanyak 40 orang. Hal ini disebabkan untuk
memenuhi anggota dipaduan suara pada lembaga ini sampai pada tahun 1999, awal tahun 2000
anggota sudah berkurang menjadi 30 Orang, sampai saat ini juga masih terjadi pergantian
anggota. Hal ini disebabbkan karena sebahagian anggota sudah sibuk dengan kegiatan masing-
masing.
Kepengurusan pada lembaga ini tiap tahunya tidak menentu hanya saja ketuanya dari
tahun 1988 sampai saat ini tetap Monang Butar Butar. Setiap anggota akan selalu diberi
kesempatan untuk tampil pada acara yang mengundang lembaga kesenian ini, baik lokal,
nasional maupun internasional tetapi dengan syarat menguasai materi. Kesenian yang sering
mereka bawakan adalah kesenian Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatra Barat yang dikemas
sedemikian menarik yaitu dengan konsep seni pertunjukann, baik materi yang sudah ada
Universitas Sumatera Utara
ataupun dibuat komposisi musik baru kembali tampa melibatkan alat musik modern atau barat,
misalnya lagu Soleram, Anakkon Hi do Hamoraon Diau, Dekke Jahir, Opio, Cindai, Tak Tong
Tong, dan juga lagu-lagu medley lainya lembaga ini memang biasanya membawakan kesenian
tradisional Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat tetapi lebih memperkuat dan lebih sering
membawakan kesenian Batak Toba sebagai spesifikasinya. Sementara untuk produksi tari
misalnya tarian massal yang dibuat sendiri oleh Monang Butar Butar.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan atau
keinginan manusia, yang berwujud ataupun tidak berwujud (Hjaslim, 1996:6) dalam hal ini
produk yang dimaksud adalah musik dan tari yang dipertunjukkan. Untuk memproduksi tarian
dan musik biasanya pertama yang dibuat adalah tarian yang sudah ada di olah kembali, diolah
dalam artian ditambah atau dibuat jadi berbeda dengan yang biasa, penambahan yang dimaksud
adalah geraknya. Setelah itu kemudian dibuat musiknya tetapi dengan penambahan variasi
misalnya menambahkan alat musik lainya. Barulah digabungkan antara musik dan tari.
Di dalam memproduksi musik dan tari, unsur tradisional sangatlah kuat, ”kami tidak
mencampurkan alat musik barat seperti keyboard untuk tarian dan musik yang akan kami
bawakan tetapi harus menggunakan alat musik tradisional jika kami membawakan secara live
atau langsung . Di sinilah letak keistimewaan kami disetiap panggung“ tuturnya di samping itu,
usaha setiap organisasi dapat berjalan dengan dengan baik dan dapat berkembang bila dapat
memberi kepuasan kepada konsumenya, dalam hal ini konsumen adalah yang mengundang
mereka.
Seperti yang dikemukan oleh Asiyanto:
Apapun jenis usaha suatu oraganisasi usaha (perusahaan), dapat berjalan dengan baik dan dapat berkembang bila dapat memberikan kepuasan kepada komsumenya. Konsumen selalu memberikan produknya, dan perusahan selalu berusaha untuk membuat produk yang
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan tersebut, dan memperoleh laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup usaha dan bahkan berkembang bila ia dapat mengembangkan produk yang terjual (2005:1).
Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara jika mereka
diundang untuk suatu acara, mereka akan membawakan pertunjukan lebih dari pada yang
diminta oleh sang pengundang (konsumen) sehingga diharapkan mereka akan tetap diundang
untuk acara selanjutnya. Selain memperbaiki hubungan dengan para mitranya, lembaga ini
mengembangkan ikatan yang lebih kuat dengan pelanggan akhirnya guna menjalin kelangsungan
lembaga ini. Lembaga kesenian yang sudah sering tampil keluar negeri ini, memiliki hubungan
baik dengan Pemerintah kota Medan, Sumatera Utara, Direktoral Pariwisata Jakarta dan KBRI
(Kedutaan Besar Republik Indonesia) sudah dimulai sejak tahun 1988 sejak awal berdirinya
lembaga kesenian ini. Ketua lembaga ini juga menambahkan bahwa untuk saat ini, setiap kali
mereka diundang untuk tampil ke luar negeri mereka tidak pernah membawa banyak alat musik,
disamping pihak pengundang telah menyediakan sebahagian alat musik, hal itu memberatkan
secara dana, walau dana yang membiayai mereka berasal dari pihak pengundang dimana
uangnya terlebih dahulu di transfer ke rekening pihak yang diundang dan disponsori oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara atau KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia). Ia juga
menambahkan, untuk menajemen waktu penampilan mereka di luar negeri mereka akan tampil 1
hari dan mempelajari lingkungan setempat selama 3 hari. ’’Jadi untuk mencapai eksistensi dan
kelangsungan suatu lembaga dibutuhkan pengelolaan yang baik dan cara pengelolaan yang tepat
sehingga dapat bertahan. Kami tidak hanya tampil tetapi, semaksimalnya menjalin hubungan
atau relasi yang baik’’ tuturnya.
Jenis kesenian yang mereka sering bawakan adalah kesenian yang berasal dari Sumatera
Utara tidak jarang juga membawakan tarian dari Aceh, dan Sumatra Barat. Seperti tari Cawan
Universitas Sumatera Utara
dari Sumatra Utara, Serampang Dua Belas dari melayu dan tari Saman dari Aceh serta Tari
Zapin Darah Medan yang diakui Monang Butar-Butar sebagai hasil karyanya. Kebanyakan Tari-
tarian yang sudah ada ini mereka buat dengan komposisi baru (komposisi baru disini mengarah
pada jumlah penari laki-laki dan perempuan serta kostum yang dipakai karena setiap sanggar
mempunyai keunikan yang berbeda-beda tetapi dengan gerak dan makna tari yang sama, tari
Cawan misalnya mereka hanya menggunakan 3 laki-laki saja lainya adalah perempuan,
sedangkan untuk tari Serampang Dua Belas dan tari Persembahan lebih sering hanya perempuan
saja atau tarian Gandang yang melibatkan perempuan dan laki-laki.
Walaupun kesenian Sumatera Utara mereka pelajari namum diantara kesenian Karo,
Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir dan Nias, Kesenian Batak
Toba menjadi kesenian yang sering mereka bawakan. Untuk para pemusik dan penari lembaga
ini juga kadang menggunakan sistem cabut dari luar sesuai kebutuhan. Hal ini juga dibenarkan
oleh Marsius Sitohang, Pemusik yang pernah tergabung di lembaga ini membenarkan hal itu:
”Sewaktu saya bergabung di lembaga kesenian itu, pemusik dan penari sebahagian
menggunakan sistem cabut dari Lembaga Kesenian lainya salah satunya dari Lembaga Kesenian
Cindai.
Cindai adalah Lembaga Kesenian milik gubernuran yang dibentuk oleh Gubernur
Tengku Rizal dimasa kepemimpinannay pada tahun 1999, dimana melibatkan Monang Butar-
Butar, Marsius Sitohang beserta kawan-kawan bergabung didalamnya. Di sinilah pimpinan
Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara semakin dikenal setelah sebelumnya bergabung
dengan Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara dan kemudian menjadi ketua pada
waktu itu di lembaga kesenian Cindai , besamaan dengan jabatanya sebagai ketua
Universitas Sumatera Utara
dilembaganya saat itu , yang dibentuk setelah adanya Lembaga Kesenian Ria Agung
Nusantara.
Hal itu disebabkan karena belum adanya anggota yang menetap dan cukup menguasai
materi, setelah saya tidak lagi bergabung, tetap menggunakan sistem cabut untuk sebahagian
pemusik alasanya karena pemusik yang berasal dari mahasiswa hanya sebahagian yang mampu
untuk membawakanya dengan baik dan berbeda ketika yang membawakanya materi musik itu
seniman tradisional karena bagaimanpun musisi tradisional lebih bisa menjiwai materinya
karena sudah akrab dengan materinya” tuturnya (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00
Wib). Untuk latihan dan dipanggung pertunjukan para penari menggunakan musik rekam juga
mereka membawakan musik secara langsung sesuai dengan keiginan pihak yang mengundang.
Sementara untuk ensambel yang sering dibawakan mereka menamakan ensambel gondang
sabangunan yang kadang ditambahkan dengan seruling sebagai kreasi baru, yang terdiri dari
Tagading, Gordang, Gong 4 buah yaitu (Oloan, Panggora, Ihutan dan Doal) Sarune Bolon dan
Hesek dan sebuah seruling.
Di setiap pertunjukan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara jarang membawakan
hanya tarian saja atau hanya bentuk ensambel saja tetapi menggabungkan keduanya tetapi jika
penampilan diluar negeri kadang kami sering membawakan Ensambel Gondang Sabangunan
dengan reportoar yang sering seperti Sitampar Api, Partahuak Ni Manuk serta Haro-Haro’’ tutur
Monang Butar-Butar. Disetiap pertunjukan kesenianya mereka didukung oleh musik, baik musik
yang digunakan untuk mengiringi tarian atau musik yang digunakan untuk mengiringi vokal
grup. Tarian yang sangat dipengaruhi oleh musik, dimana semakin cepat pemain musik
memainkan musiknya jika membawakan musik langsung atau live maka akan mempengaruhi
gerak tubuh para penari untuk mempercepat tarianya. Semua musik dan tari atau jika
Universitas Sumatera Utara
membawakan vokal grup yang dibawakan oleh lembaga ini didukung oleh musik. Tari dan
musik yang dibawakan dikemas dengan konsep seni pertunjukan yaitu bertujuan untuk
menghibur para penonton atau pihak pengundang. Pertunjukan yang mereka bawakan tidak
mengarah atau dinikmati untuk satu suku tertentu tetapi untuk umum.
Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang berpihak dengan pihak lain (Sunarto 2006:4) dalam hal ini bagaimana cara lembaga
ini untuk mempromosikan dan Untuk sistem pemasaran produk, selain membuat pamplet depan
lembaga kesenianya juga pada akun jejaring sosial facebooknya serta e-amil Monang Butar-
Butar, lembaga ini tidak membuat dalam bentuk kaset sehingga pemasaranya hanya melalui
teman keteman dan hubungan yang baik dari pihak ketika mereka pertama kali diundang,
sampai saat ini, tidak jarang ketika mereka selesai diundang mereka atau pimpinanya tetap
melakukan kontak salah satu pihak yang mengundang sehingga mereka berharap kerja sama bisa
terus berjalan. Tetapi terlepas dari apa yang didapat untuk saat ini, hal yang tidak bisa dilupakan
adalah ilmu yang didapat dari Departemen Etnomusikologi dan diterapakn dilapangan sehingga
dapat bertahan sebagai salah satu Lembaga Kesenian di Sumatera Utara.
Dengan latar belakang di atas, maka saya tertarik membuat peneliatian ini ke dalam sebuah
tulisan ilmiah dengan judul Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara: Deskripsi
Pengelolaan dan Pertunjukan Seni.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Pokok Permasalahan
Dari uraian di atas, maka penulis akan membuat batasan masalah dengan tujuan
menghindari terjadinya kesimpangsiuran di dalam pembahasan nantinya. Selain itu, juga agar
lebih mendapatkan kejelasan yang lebih akurat tentang pokok permasalahan.
Adapaun pokok permasalahannya adalah:
1. Bagaimana pengelolaan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara?
2. Bagaimana pertunjukan seni Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai pada ahirnya, sesuai
yang dikatakan oleh Mantle Hood tentang etnomusikologi dan Willi Apel (1969:298), yang
menyatakan bahwa etnomusikologi adalah suatu metode untuk mengajari musik apapun dari segi
musiknya, tetapi juga melihat hubunganya dengan konteks budaya. Maka berdasarkan pendapat
tersebut penulis membuat tujuan dari penelitian ini yaitu:
Adapaun tujuan dari penelitian ini meliputi:
a. Untuk mengetahui deskripsi pengelolaan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
b. Untuk mengetahui deskripsi pertunjukan seni yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian
Ria Agung Nusantara
Universitas Sumatera Utara
1.3.2 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat memberi mamfaat sebagai
berikut :
1. Sebagai masukan kepada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara dalam penerapan
pengelolaan lembaga
2.Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki ketertarikan
dengan topik penelitian.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati,
konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan
empiris. Maka dari itu penulis memberikan konsep dari beberapa kata yang ada dalam tulisan ini
sesuai dengan judul yang dibahas.
Dalam penelitian dan penulisan ini yang dimaksud dengan kata deskripsi, yaitu
pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci atau penyelidikan
dan penguraian terhadap satu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-sebenarnya serta
proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya ( Kamus Umum
Bahasa Indonesia : 1991). Dalam hal ini penulis akan mengambarkan atau memaparkan
pengelolaan serta pertunjukan seni yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung
Nusantara Dalam hal ini penulis akan megambarkan pengelolaan lembaga yang penulis teliti.
Manajemen berasal dari kata to manage (bahasa Inggris) yang artinya mengurus, mengatur,
mengelola. Menurut Terry dan Reu (2000:1) manajemen adalah suatu proses atau kerangka
Universitas Sumatera Utara
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang yang nyata.
Pertunjukan merupakan sesuatu yang memiliki waktu pertunjukan yang terbatas, awal dan
ahir, acara kegiatan yang terorganisir, sekelompok pemain, sekelompok penonton, tempat
pertunjukan, dan kesempatan untuk mempertunjukanya (Siger, 1996:165). Sedangkan seni
mempunyai arti suatu karya yang diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa, seperti musik,
ukiran, tari dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
1.4.2 Teori
Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-
masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir
dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen.
Menurut Snelbecker (1974:31) teori adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi
secara sintaksis (yaitu yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu
dengan yang lainya dengan data dasar yang diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk
meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (baca Lexi J.Moleong dalam buku yang
berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34).
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan untuk
untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini dan dianggap relevan serta
mendukung tulisan. Untuk mendeskripsikan pengelolaan lembaga kesenian Ria Agung
Nusantara, penulis menggunakan teori Georgi R Terry dan Leslie W Rue dalam bukunya yang
berjudul Dasar-Dasar Manajemen, ditulis bahwa: manajemen adalah suatu proses atau kerangka
Universitas Sumatera Utara
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-
tujuan oraganisasional atau maksud-maksud yang nyata
Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan yang pelaksanaanya adalah managing, atau
pengeloloan, sedangkan pelaksanaanya disebut manajer. Teori ini juga menggunakan lima
fungsi dari manejemen yaitu:
1. Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksanaan untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan
tindak dalam pelaksanaan dilapangan. Dikatakan juga bahwa pimpinan harus mengetahui secara
pasti tujuan jangka panjang, untuk kemudian rencana jangka panjang menegah dan di atas
perencanaan jangka panjang menegah ini pula, ia harus menentukan perencanaan jangka
pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana yang
harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta terencana melaksanakan tahap-tahap
berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi
untuk menyempurnakan langkah selanjutnya.
2. Kata organizing artinya mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dam
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
3. Penentuan sumber daya manusia yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya
manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
4. Motivasi yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan yang
hendak dicapai.
5. Pengawasan yaitu kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai dengan tujuan-
tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-
tindakan korektif yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk mendeskripsikan pertunjukan seni pada Lembaga Kesenian Ria
Agung Nusantara, maka penulis menggunakan teori yang dikatakan oleh Milton Singer (MSPI,
1996: 164-165) dalam Henry Situmorang, juga menjelaskan bahwa pertunjukan memiliki:
1. Waktu pertunjukan yang terbatas
2. Awal dan akhir
3. Acara kegiatan yang terorganisir
4. Sekelompok pemain
5. Sekelompok penonton
6. Tempat pertunjukan
7. Kesempatan untuk mempertunjukannya
Dalam hal ini penulis akan berusaha untuk mengambarkan pertunjukan yang sering
dibawakan oleh lembaga yang bersangkutan melalui video dukumentasi yang diperoleh oleh
penulis.
Untuk membahas aspek musik yang disajikan dan sering dibawakakan serta menjadi
sampel yang dibahas oleh penulis, maka penulis menggunakan teori Weighted Scale yang
dikemukan William P.Malm (1977:9) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan, yaitu: 1.
tangga nada, 2. nada dasar, 3. wilayah nada, 4. jumlah nada, 5. interval, 6. pola-pola kadensa, 7.
formula melodi, dan 8. kontur.
1.5 Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu
sesuai dengan disiplin ilmu masing masing, guna untuk mencari kebenaran. Metode penelitian
adalah cara-cara bekerja untuk dapat memahami objek penelitian dan merupakan bagian yang
Universitas Sumatera Utara
penting untuk diketahui oleh seorang peneliti. Metode penelitian memberikan ketentuan-
ketentuan dasar untuk mendekati suatu masalah dengan tujuan menentukan atau memproses hasil
yang benar-benar akurat. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif: Ucapan atau tulisan dalam perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu
sendiri (Arief Furchan 1992:21).
Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini, peneliti ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian umumnya berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka yang menunjukan kuantitas. Penelitian deskriftif mengumpulkan data, menentukan dan
melaporkan yang ada menurut kenyataan
1.5.1 Studi Kepustakaan
Sebelum penulis mengadakan penelitian, maka terlebih dahulu penulis melakukan studi
pustaka yaitu dengan cara mencari dan membaca buku-buku atau tulisan yang berhubungan
dengan objek penelitian sebagai kerangka landasan berfikir di dalam tulisan ini. Bahan tersebut
berupa literatur, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan
judul yang bersangkutan.
1.5.2 Kerja Lapangan
Penulis melakukan kerja lapangan dengan cara menonton video dokumentasi,
menganalisis vodeo you tube serta mengamati langsung ke tempat penelitian yaitu di Lembaga
Kesenian Ria Agung Nusantara yang beralamat di Jl. Bahagia. No. 60. Teladan Medan. Dalam
kerja lapangan ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber pendukung
(anggota yang pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara).
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Wawancara
Salah satu tehnik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan tehnik wawancara.
Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis berpedoman pada metode wawancara yang
dikemukankan oleh Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani (2004:73) dalam bukunya yang
berjudul “Observasi dan Wawancar” dimana disebutkan bahwa metode wawancara memiliki
empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur (wawancara tidak terpimpin), wawancara
terstruktur (wawancara terpimpin), wawancara bebas terpimpin (focused/semi-structured
interviews) dan wawancara pribadi dan kelompok tetapi, penulis juga melakukan wawancara
tidak berstruktur dan dengan sistem catat.
Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu
penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh informasi
sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang
dibahas oleh penulis. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan informan
kunci yaitu Monang Butar Butar.
Pada saat melakukan wawancara dengan informan kunci, penulis melakukan wawancara
bebas dimana pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan kepada informan berlangsung dari
satu masalah ke masalah lainya, namum tetap menyangkut pada pokok permasalahan. Sebagai
alat bantu wawancara, penulis menggunakan telepon seluler (hand phone) Samsung Star Wife
untuk merekam dan juga menggunakan sistem tulis.
Universitas Sumatera Utara
1.5.4 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan
menggunakan indera pengelihatan, yang berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan. Salah
satu tehnik dalam pengumpulan data yang cukup baik untuk diterapkan adalah observasi
langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam mengadakan observasi penulis secara langsung
ketempat Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang beralamat di Jl. Bahagia.No.60.
Teladan Medan. Observasi ini dilakukan oleh penulis sejak Bulan Oktober 2010 dan dilakukan
secara berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
SEJARAH LEMBAGA KESENIAN
RIA AGUNG NUSANTARA
2.1 Sejarah Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah lembaga yang dikelola dan dimiliki
perorangan. Lembaga Kesenian ini salah satu lembaga kesenian yang terdapat di kota Medan
dari sekian banyak lembaga kesenian yang berdiri, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
cukup lama bertahan yaitu sudah kurang lebih dari 22 tahun hingga saat ini. Lembaga ini
memiliki Akte Notaris, Farida Hanum, S,H,, Sp.N. SK. MENKEH DAN HAM RI TGL, 24
APRIL 2001. NO. C251 HT. 03. 01-2001, seperti pada Gambar 2.1.
Pada tahun 1988, beberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari beberapa
Fakultas, seperti Sastra, Hukum, Pertanian, Ekonomi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA) dan bahkan mahasiswa dari Universitas lainya seperti Nommensen yang memiliki bakat
dan kegemaran berseni ingin membentuk sebuah vokal grup, namum karena ketidakadaan tempat
dan ketua yang memiliki latar belakang seni menjadikan mereka susah untuk membentuk vokal
grup tersebut. Sebelum akhirnya menemukan Monang Butar-Butar yang sampai saat ini mejadi
ketua, beberapa mahasiswa ini sering berkunjung ke Jurusan Etnomusikologi. Dikarenakan pada
waktu itu Etnomusikolgi di bawah ketua Jurusan Rizaldi Siagian sangat cukup populer dan
cukup dikenal.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1
Akte Notaris Pendirian Ria Agung Nusantara Medan
Akhirnya pada suatu kegitan kampus yang dilaksanakan di Pendopo, Universitas
Sumatera Utara, yang pada saat itu melibatkan lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara
atau sering disebut LK-USU menjadi media atau penghubung hingga beberapa mahasiswa ini
bertemu dengan Monang Butar-Butar. Pada waktu itu beliau masih aktif pada Lembaga Kesenian
Universitas Sumatera Utara mulai dari tahun 1988 dan juga tercatat sebagai mahasiswa
Etnomusikologi stambuk 1988.
Setelah beberapa kali melakukan pertemuan dan menceritakan niatnya, para mahasiswa
tersebut beserta Monang Butar-Butar sepakat untuk membentuk sebuah vokal grup. Setelah
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan itu terjadi baru, Pada akhirnya kelompok mahasiswa ini memberi nama Ria Agung
Vokal Grup Nusantara. Nama ini dibuat bertujuan untuk memberikan kecerian terhadap orang-
orang yang mendengarnya yang di ketuai oleh Monang Butar-Butar dan bendahara oleh Lidia
Purba dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan total keseluruhan anggota kurang lebih
dari 12 orang saja. Kelompok ini belum memiliki pembina dan karena sifatnya hanya untuk
menyalurkan minat dan bakat saja, bahkan visi dan misi belum ada pada waktu itu. Lagu-lagu
yang mereka bawakan merupakan lagu-lagu yang berasal dari Batak Toba seperti Dekke Jahir,
Opio dan beberapa lagu-lagu batak lainya dibawakan secara medley dengan alat musik yang
masih sederhana yakni gitar dan jimbe.
Walaupun kelompok ini berbentuk vokal grup, tetapi mereka dominan ingin belajar tari
juga, karena Monang Butar-Butar memiliki hubungan kerja sama dengan dosen etnomusikologi,
dosen luar biasa seperti Marsius Sitohang dan orang yang memiliki kemampuan berseni seperti
Janter Sagala, Dasa Manao, Martogi Sitohang, Jasa Tarigan, dan masih ada lagi yang lainnya,
serta masih aktif di Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara, membuat vokal grup ini
mulai berkembang. Perkembangan lembaga ini pada waktu itu juga terlihat dari sudah belajar
tari-tarian dan bukan hanya vokal grup saja. Tempat latihan pertama vokal grup ini adalah di
Jalan Bahagia No.40. Teladan. Medan, hal ini berlanjut sampai tahun 1990.
Ada hal yang menarik dari perjalanan lembaga ini, yaitu ternyata sebelum dibentuknya
lembaga ini, Monang Butar-Butar telah bergabung di Lembaga Kesenian Universitas Sumatera
Utara. Baru di tahun 1988 kelompok Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara dibentuk, tetapi
belum berbentuk lembaga hanya berbentuk vokal grup saja. Selang beberapa tahun, tepatnya
tahun 1999 Monang Butar-Butar, bergabung pada Lembaga Kesenian Cindai yang saat itu
dibawah naungan Gubernur Sumatera Utara dan menjabat sebagai ketua (dalam hal ini Monang
Universitas Sumatera Utara
Butar-Butar mengetuai dua Lembaga Kesenian secara bersamaan0. Baru di awal tahun 2000
diketuai oleh Anton Sitepu (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00 WIB dengan Marsius
Sitohang).
Memasuki tahun 1991, vokal grup ini berubah nama dari Ria Agung Vokal Grup
Nusantara menjadi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara dan resmi memiliki badan hukum
dengan Pembina Bapak Edward Silitonga, pemilik PT Tulung Agung dan masih diketuai oleh
Monang Butar-Butar dengan wakil Binahar Hutapea serta sekretaris Rina Tobing dengan jumlah
anggota sebanyak 40 Orang. Lembaga ini masih tetap beranggotakan mahasiswa yang
kebayakan berasal dari mahasiswa Universitas Sumatera Utara, sedangkan yang lainya dari
Universitas Nommensen dan dengan bantuan beberapa dosen luar biasa dan juga Bapak Rizaldi
Siagian dan vokal grup ini sudah membawakan tari Tortor Cawan. Di tahun inilah Lembaga
Kesenian ini pertama kali diundang ke luar negeri yaitu dimulai dari Hongkong, dengan
membawakan kesenian dari Batak Toba yaitu Tortor Cawan dan musik Gondang Sabangunan.
Konsep pertunjukan yang dibawakan merupakan konsep seni pertunjukan yakni
menghibur, bukan untuk acar ritual atau keagamaan dengan anggota yang mereka bawakan
sebanyak 21 orang. Sedangkan untuk sistem pendanaan lembaga ini sepenuhnya dibiayai oleh
Bapak Edward Silitonga dan tempat mereka latihan di Jalan Listrik Medan karena sudah
dipindahkan dari jalan Bahagia No 40. Medan, karena tempat tersebut akan dijadikan hotel oleh
Bapak Edward Silintonga. Para anggota dibiayai mulai dari ongkos latihan sampai biaya
keperluan lainya. Penerimaan anggota pada saat itu sudah melakukan target yang dibutuhkan
hanya 40 orang saja dikarenakan lembaga ini juga sudah membawakan Paduan suara, vokal
grup, tari, dan musik tradisional, tidak hanya sebatas vokal grup lagi. Hal itu berlanjut sampai
pada tahun 1993 akhir.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1994 awal, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara ini sudah memiliki misi
dan visi. Adapun visinya: memperkuat kemampuan berkesenian kepada muda-mudi di Kota
Medan. Adapun misinya: memberikan tempat untuk berkreasi bagi kaum muda mudi Medan,
dan menjadikan seni sebagai salah satu alat pemersatu. Setelah mampu berkarir karena sudah
sering diundang ke berbagai acara, seperti pesta pernikahan, ulang tahun Kodam Kota Medan,
dan sudah mulai terkenal.
Ketua mengusulkan untuk Bapak Edward Silintonga tidak perlu lagi membiayai anggota
kecuali jika dibutuhkan dana yang cukup besar. Namun masih tetap sebagai pembina, sampai
berlanjut pada tahun 2000. Bedanya di tahun 1997 tempat mereka latihan pindah lagi ke jalan
Kesaman Huddin. Pada tahun 2000 anggota berkurang menjadi 30 orang dengan pembina
masih tetap Bapak Edward Silitonga, penasehat Okto Simanjuntak, ketua Monang Butar-Butar,
dan bendahara Siska Uli Cempaka, yang merupakan istri dari Monang sendiri. Pergantian
pengurus terjadi karena banyaknya anggota yang sudah tamat dan sudah bekerja.
Sampai saat ini tempat latihan bertempat di Jalan Bahagia. No. 60. Teladan Medan.
Mulai dari tahun 1991 Lembaga Kesenian ini sudah sering ke luar negeri dimulai pada tahun
1991 kunjungan pertama mereka ialah Hongkong baru tahun-tahun berikutnya berlanjut ke
Korea, Jepang, Australia, Malaysia, Singapura, Belgia, Jerman, Belanda, Prancis, Spanyol,
Portugal, Thailand. Saat ini Lembaga ini tengah mempersiapkan kegiatan yang akan dibawakan
bulan Mei ke Inggris.
Pada saat ini jumlah anggota pada lembaga ini adalah sebanyak 31 orang. Jumlah
pemusik ada 6 orang sebagai pemusik saja dan penari, 25 orang terkadang penari juga
memainkan alat musik jika diperlukan. Namum untuk paduan suara tidak ada lagi hal mereka
hanya kadang membawakan vokal grup saja, anggota ini berasal dari latar belakang pendidikan
Universitas Sumatera Utara
yang berbeda-beda mulai dari yang Kuliah di Universitas Negeri Medan, Universitas Sumatera
Utara, SMA Negeri 2. Medan, SMA Bayangkara, SMA Muhammaddiah bahkan yang sudah
bekerja, begitu juga halnya dengan waktu bergabung ada yang sudah 2 tahun, 1 tahun dan
bahkan yang baru masuk. ” saya sudah lama bergabung di lembaga ini sudah 2 tahun, ada yang
masih 1 tahun juga ada yang sudah kerja tapi tetap masih anggota disini” tutur Nandra salah satu
penari perempuan. Berkurangnya anggota
hal ini disebabkan kurangnya minat kaum muda untuk mencintai tradisional karena zaman
sekarang sudah didominasi dengan musik barat.
2.2 Jenis Kesenian yang diproduksi oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
Setiap bentuk usaha apapun yang dikelola manusia memiliki tujuan yang pada akhirnya
adalah untuk menghasilkan keuntungan uang atau financial. Untuk menghasilkan keuntungan
tersebut manusia itu melakukan output yang akan dipasarkan dan dinikmati oleh masyarakat
banyak. Produksi merupakan proses atau prosedur yang digunakan untuk menciptakan barang
dan jasa yang bernilai. Proses tertentu dapat secara simultan mencakup aspek-aspek fisik, insan,
dan ekonomis. Proses itupun dirancang untuk mengubah seperangkat unsur-unsur input menjadi
seperangkat unsur-unsur output yang spesifik (Kumarruddin 1991:11).
Dalam hal ini proses input yang dimaksud oleh penulis pada Lembaga Kesenian Ria
Agung Nusantara adalah proses dari keseluruhan aktivitas setiap latihan mulai dari menyediakan
materi yang mereka latih misalnya tari Cawan, Serampang Dua Belas, lagu-lagu Opera dan yang
lainya serta penyediaan alat musik, tempat, dan proses latihan sampai kemampuan anggota
untuk mengetahui materi yang diajarkan dan proses output yang dimaksud oleh penulis adalah
Universitas Sumatera Utara
penguasaan materi sampai mereka mempertunjukan kesenian yang dibawakan dan di pertun
jukan untuk penonton atau audiens pada waktu mereka diundang dalam setiap acara.
Produk barang dan jasa yang dihasilkan ini diharapakan dapat membawa keuntungan
bagi para pelaku usaha yang begerak dibidangnya masing-masing. Khususnya dalam hal ini
pihak pengelola Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang bergerak di bidang kesenian
tradisional. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh akan tergantung pada pengelolaan
keseluruhan bagian dari lembaga mulai dari proses latihan, peguasaan materi bagi para anggota
dan kemampuan dipanggung serta kemampuan dalam mepromosikan atau marketing nama
lembaga.
Keberhasilan produk dan sistem pemasaranya sangat mempengaruhi keuntungan yang
didapat oleh pengelola usaha tersebut. Keuntungan yang banyak akan didapat oleh pelaku usaha
jika mereka memasarkan nya dengan baik dan mendapat respon baik dari masyarakat. Produk
atau dalam hal ini kesenian yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung
Nusantara adalah kesenian yang berasal dari Sumatera pada umumnya, khususnya Sumatera
Utara, tetapi tidak jarang juga dari Aceh dan kadang juga Sumatera Barat.
Jenis kesenian yang dibawakan memang sudah ada, seperti Tortor Cawan yang berasal
dari Etnis Batak Toba, Tolu Sahundulan dari Simalungun, Par Tu Aek dari Tapanuli Selatan,
Cindai, Serampang Dua Belas, Tari Biring Manggis Dari Kabupaten Tanah Karo namum dalam
hal ini, lembaga ini hanya membawakan kembali jenis kesenian yang sudah ada dengan konsep
seni pertunjukan, kecuali Zapin Dara Medan dari Melayu yang merupakan hasil yang diciptakan
oleh Ketua Lembaga itu sendiri. Musik dan tarian merupakan dua hal yang mereka padukan
sebagai salah salah satu karya yang mereka hasilkan untuk ditampilkan. Kesenian yang mereka
bawakan ini merupakan kesenian yang telah ada dan juga sudah sering dibawakan oleh lembaga
Universitas Sumatera Utara
kesenian lainya dikota Medan dengan berbagai variasi masing-masing sebagai ciri khas dari
lembaganya masing-masing, seperti lembaga ini dalam penampilannya tidak menggabungkan
alat musik moderen atau barat.
2.3 Visi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
Pada umumnya untuk mencapi suatu lembaga dapat bertahan lama serta dapat
menghasilkan keuntungan, lembaga itu harus memiliki visi dan misi untuk menjadikan lembaga
atau usaha itu sukses baik lembaga formal maupun non-formal, demikian halnya Lembaga
Kesenian Ria Agung Nusantara, walaupun lembaga ini sudah ada sejak tahun 1988 dengan nama
yang berbeda yaitu Ria Agung Vokal Grup Nusantara yang kemudian di tahun 1991 mengganti
nama yaitu Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara lembaga ini belum memiliki visi misi, baru
ditahun 1994 lembaga ini pun membuat visi dan misinya.
Visi yang diterapkan oleh lembaga kesenian ini ialah Untuk Melestarikan Kebudayaan
Indonesia khususnya Sumatera Utara. Dengan adanya misi yang dibuat, lembaga ini berharap
keseluruhan pertunjukan seni yang mereka lakukan merupakan pencintaan dan bentuk
melestarikan budaya Indonesia yang ada terkhusus budaya Sumatera Utara.
2.4 Misi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
Misi yang diterapkan oleh lembaga ini ialah memberikan tempat untuk berkreasi bagi
kaum muda mudi Medan karena salah satu alat pemersatu ialah seni. Dengan adanya misi ini,
mereka dalam hal ini Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara berharap anak-anak muda mudi
lebih bisa bersatu walau beda suku dan lebih bisa berkarya untuk menghasilkan hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
bernilai positif bagi mereka dan lingkunganya. Di samping hal itu juga semakin banyaknya kaum
muda mudi yang tidak lagi mengenal akan kebudayaannya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PENGELOLAAN LEMBAGA KESENIAN
RIA AGUNG NUSANTARA
3.1 Organisasi
Bisa dikatakan bahwa manusia selalu berhubungan dengan organisasi, bahkan sejak lahir
sampai dengan meninggal pun, hampir tidak pernah lepas dari organisasi baik organisasi kecil
maupun organisasi besar. Setiap lembaga atau usaha yang dibangun oleh manusia pastinya
memiliki tujuan yang ingin dicapai. Usaha-usaha yang dibagun oleh manusia itu sendiri
difungsikan juga untuk keperluan manusia itu sendiri.
Organisasi atau usaha apapun didirikan memiliki tujuan dan manusia merupakan pihak
yang paling berkepentingan terhadap didirikanya sebuah organisasi atau sebuah lembaga.
Organisasi didirikan karena manusia sebagai mahluk sosial, sukar untuk mencapai tujuannya jika
dilakukan semuanya secara sendiri, sehingga ia harus membutuhkan sebuah usaha-usaha
tertentu. Di dalam melakukan usaha tersebutlah manusia itu harus bekerja sama dengan yang
lainya dengan tugas masing-masing yang sudah disepakati bersama sehingga membentuk
sebuah organisasi dan memerlukan organisasi guna mencapai tujuan yang di inginkan.
Berdasarkan pendapat Malayu S. P. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Organisasi
dan Motivasi (1996:26) mengatakan bahwa didalam sebuah manajemen, organisasi sangatlah
penting dikarenakan:
1. Organisasi adalah syarat utama adanya manajemen, tanpa organisasi manajemen tidak
ada.
Universitas Sumatera Utara
2. Organisasi merupakan wadah dan alat pelaksanaan proses manajemen dalam mencapai
tujuan.
3. Organisasi adalah tempat kerjasama formal dari sekelompok orang dalam melakukan
tugas-tugasnya.
4. Organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara sebagai sebuah lembaga yang bergerak
dibidang kesenian yang di mana di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas kesenian juga
melakukan kegiatan organisasi terbukti seperti yang dikemukan oleh Achmad Sobirin dalam
Budaya Organisasi. Dalam kiprahnya terhadap kehidupan manusia dan dalam upayanya agar
bisa diterima manusia (lingkungan masyarakat), organisasi dengan kemampuanya berusaha
menciptakan nilai tambah dan berbagai output yang diharapakan dapat memenuhi kebutuhan
beberapa kelompok orang yang berbeda kepentinganya. Secara umum proses penciptaan nilai
tambah terjadi dalam tiga tahap yaitu: masukan (input), proses transformasi (konversi) dan
keluaran (output).
Sesuai dengan pendapat yang dikemukan diatas, hal serupa juga dilakukan oleh Lembaga
Kesenian Ria Agung Nusantara, guna untuk memenuhi kebutuhan berbagai kelompok dalam hal
ini masyarakat, maka lembaga ini melakukan kegiatan atau penciptaan, ide-ide pimpinan, tempat
atau materi sebagai masukan (input), proses latihan, menjalin relasi atau hubungan sebagai
proses transformasi (konversi) dan pertunjukan atau kesenian yang dikemas dan di pertunjukan
dipanggung yang mengundang sebagai keluaran (output)
Universitas Sumatera Utara
3.1.1 Struktur Organisasi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia struktur adalah susunan atau bagunan. Dalam
pembahasan ini penulis akan menjelaskan bagimana susunan pengurus yang diterapkan oleh
Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Menurut S. P. Hasibuan dalam bukunya yang
berjudul Organisasi dan Motivasi (1996:26) struktur organisasi adalah suatu gambar yang
mengambarkan tipe organisasi atau bagan organisasi (organization chart), pendepertemenan
organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis
perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Dalam hal ini
yang penulis maksud adalah struktur kepengurusan dalam Lembaga Kesenian Ria Agung
Nusantara yang menggunakan tipe Piramid yaitu: Dimana bentuk bagan organisasi yang saluran
wewenangnya dari puncak pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah
disusun dari atas ke bawah, atau sebaliknya (2002:36).
Pada masa sekarang ini beberapa sistem pengelolaan atau manajemen dari budaya barat
diambil oleh kelompok-kelompok kesenian yang terdapat di nusantara. Seperti yang
dikemukakan oleh Muhammad Takari:
Bentuk organisasi kesenian banyak yang menggunakan sistem organisasi Barat, Seperti adanya ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, ketua bidang musik, ketua bidang tari, tata busana, make-up, manajer panggung, dan lain-lainya. Dalam kebudayaan barat sistem manajemen seperti inidisebut sebagai sistem organisasi bentuk garis (2008:23).
Struktur organisasi rancang dan dibangun sesuai dengan perkembangan organisasi dan sesuai
dengan sumber-sumber kemampuanya, biasanya disusun oleh pihak pimpinan.
Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Lembaga yang
sudah berdiri selama 22 tahun ini mengadopsi sistem yang berasal dari Barat, namum masih
Universitas Sumatera Utara
dalam tahap yang sederhana dan sistemnya dibuat sendiri oleh ketua lembaga. Hal itu terlihat
pada adanya ketua, bendahara, dan ketua bidangnya masing-masing seperti: penanggung jawab
penanggung jawab pemusik, penaggung jawab,anggota, dan administrasi.
Di samping itu sistem organisasi lembaga ini masih sangat sederhana. Sehingga lima
fungsi manejemen yaitu: (1) planning, atau dalam bahasa Indonesia disebut perencanaan, yaitu
menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada masa yang akan datang dan apa yang akan
diperbuat agar dapat mencapai tujuan itu. (2) organizing, atau dalam bahasa Indonesia disebut
pengorganisasian, adalah pengelompokan, dan menentukan berbagai kegiatan penting dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu. (3) Staffing, (penentuan sumber daya
manusia) yaitu menentukan keperluan kerja. (4) Motivating, yaitu mengarahkan atau
menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan yang hendak dicapai. (5) Contolling, yaitu
pengawasaan kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai dengan tujuan, menetapkan
sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan kreatif yang diperlukan (lihat Takari
2008:43).
Kurang efektif terlihat dari keseluruhan aturan dilakukan secara bersama-sama oleh
anggota dan kekuasaan utama di pegang oleh ketua lembaga kesenian.
(1) Planning atau perencanaan
Untuk mencapai tujuan supaya lebih sering tampil keluar negeri maka, manajer atau
ketua lembaga ini melakukan latihan yang rutin setiap hari Senin sampai dengan Jumat,
tidak menggabungkan alat musik barat disetiap kali pertunjukan disamping itu tidak
adanya pungutan apaun yang dikenakan terhadap anggota disisi lainya selalu melakukan
kontak dengan pihak-pihak pengundang yang dianggap mampu bekerja sama.
Universitas Sumatera Utara
(2) Organizing atau pengorganisasian
Pembagia tugas yang terjadi pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara bersifat
tertulis saja, hal ini terlihat karena keseluruhan anggota saling bekerja sama dan saling
menjagadengan yang lain untuk melakukan tugas-tugas tanpa harus menunggu anggota
yang lain yang merupakan bidang masing-masingnya. Walau memang ada penaggung
jawab dalam setiap bidang namun fungsinya hanya sebagai pegawas dimana tugas yang
dikerjakanya sedikit lebih banyak dibanding anggotanya untuk bertanggung jawab atas
bidangnya. Namum walau sebagai ketua penaggung jawab dalam bidangnya ia juga harus
membantu bidang lainya. Para pemusik dan penari bekerja sama untuk melakukan tugas-
tugas bersama karena sudah dianggap bagian dari satu keluarga.
(3) Staffing atau penentuan sumber daya manusia
Karena lembaga ini bukanlah lembaga yang besar atau seperti sebuah perusahaan maka
sistem yang digunakanpun untuk menentukan Sumber Daya Manusianya sangatlah
berbeda. Anggota tidak yang ingin bergabung didalamnya ditentukan oleh ketua lembaga
ini. Tidak ada kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anggota yang mau bergabung
namum mengenai keputusan diterima atau tidaknya diputuskan oleh manajer atau ketua
pimpinan.
(4) Motivating atau pengarahan
Untuk memotivasi para anggotanya ketua lembaga ini menggunakan sistem siapa yang
rajin, loyal dalam artian setia pada lembaga ini, maka ia akan lebih sering tampil pada
acara-acara yang melibatkan lembaga ini, walau kesempatan selalu diberikan pada
keseluruhan anggota.
Universitas Sumatera Utara
(5) Contolling atau pengawasan
Keseluruhan pengawasaan dilakukan oleh ketua lembaga yaitu Monang Butar-Butar
bersama bendahara Siska Uli Cempaka yang juga merupakan istri dari ketua lembaga ini.
Semua pengawasan mulai dari hal inventaris lembaga, pelatihan, atau masalah pada
waktu pertunjukan semuanya dipegang oleh ketua dan bendahara. Dan pengawasan
tersebut tidak bersifat tertulis atau sebuah laporan .
Struktur yang dibuat hanya sebagai syarat terpenuhinya sekumpulan orang untuk disebut
sebagai organisasi, yang pada kenyataan di dalamnya tidak dikenal namanya jalur perintah dan
laporan, saling tumpang tindih pekerjaan karena seluruh bagian dalam organisasi dituntut untuk
menjadi serba bisa. Pembagian tugas tersebut hanya bersifat diatas kertas saja khususnya para
bagian penaggung jawab. hal ini terjadi karena semua anggota dituntut juga untuk saling
menjaga dan tidak hanya mengurusi bagianya saja. hal ini juga terlihat dimana setiap penari atau
pemusik juga kadang mengurusi bagian lain misalnya penanggung jawab make-up kadang
mengangkat atau mengurusi pakian juga atau sebaliknya .
Berhubung anggota pada lembaga ini yang masih aktif dan bertahan berjumlah 31 Orang
maka pembagian tugas juga tidak begitu spesifik, tumpang tindih bagi para penanggung jawab
dan anggota sering terjadi. Masing-masing kepala satuan hanya sebagai Ketua masing-masing
bidang saja yang berfungsi sebagai ketua pengarah tidak memberi pertanggung jawaban atas
tugasnya kepada ketua lembaga karena keseluruhan tugas-tugas dikerjakan oleh keseluruhan
anggota dalam sistem gotong royong (Lebih lanjut lihat Gambar 3.1).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Sistem Pembagian Honor
Setiap usaha seseorang manusia hendaknya dihargai, penghargaan itu dapat berupa
materi atau sebagainya. Manusia yang bergabung dalam suatu organisasi atau lembaga yang
tujuan akhir dari lembaga tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan maka dia akan
menerima upah kerja kerasnya dari lembaga tempat ia bergabung.
Besar kecilnya penghargaan yang diterima khusunya untuk lembaga kesenian tradisional
yang kadang memakai jasa seniman lain atau yang bukan menetap menjadi anggota pada
organisasi atau lembaga tersebut biasanya dilihat dari seberapa terkenalnya seniman tersebut di
wilayahnya. Di sisi lainya jika dia anggota tetap juga dilihat dari seberapa lama dia bergabung
pada lembaga kesenian tersebut. Sementara untuk para penari cabutan pembagian upah
dilakukan juga berdasarkan besar kecilnya proyek yang diterima. Pembagian honor atau pupur
pada setiap kesenian tradisional biasanya tergantung besarnya proyek yang dijalankan dan
tingkat kesenioritasnya, biasanya diberikan setelah penampilan selesai atau tergantung cepatnya
pupur atau upah yang diberikan oleh pihak pengundang, tetapi berbeda jika ke luar negeri
biasanya pupur atau upah diberikan seminggu sebelum keberangkatan. Pembagian uang pupur
atau honor tidak dilakukan setiap bulan.
Pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara pembagian uang pupur, uang terimakasih,
uang capek, uang jalan, dan sejenisnya dikelola sendiri oleh ketua lembaga bersama bendahara
lembaga secara lebih pribadi artinya tidak dipublikasikan kepada anggota berapa bayaran yang
didapat dari hasil melakukan pertunjukan. Dalam sistem pembagian pupur yang diberlakukan
oleh lembaga ini ialah 50% untuk anggota tergantung tingkat kesenioritasnya, 30% untuk kas,
dan 20% untuk biaya make-up dan kostum anggota.
Universitas Sumatera Utara
3.1.3 Penerimaan Anggota
Anggota dalam sebuah organisasi merupakan bagian yang sangat penting. Tanpa adanya
anggota maka sistem yang diterapkan tidak akan berjalan dengan baik, tidak akan mungkin
seorang ketua akan menjalankan semua pekerjaan. Seorang yang akan mendirikan sebuah
organisasi apapun maka ia akan merencanakan anggota, tempat dan modal. Dalam hal ini
anggota yang bergabung dalam lembaga yang diteliti oleh penulis.
Sistem penerimaan anggota pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara untuk saat ini
tidak membuat target untuk jumlah anggotanya setiap tahun, lembaga ini juga tidak secara resmi
membuka pendaftaran untuk para anggota, artinya siapapun yang ingin bergabung dalam
lembaga ini bebas datang kapan saja, tetapi yang harus diperhatikan ialah ketekunan dalam
latihan dan kesetian pada lembaga dan yang tidak kalah penting ialah penampilan yang layak
atau paras cantik bagi para penari wanita. Karena lembaga ini merupakan lembaga kesenian
tradisional, terbukti dari aktivitas kesenian yang sering dibawakan yaitu kesenian tradisional
yang berasal dari Sumatera Utara pada khususnya, maka sebahagian para pemusik dan penari
kadang menggunakan sistem cabutan. Seperti yang dikemukan oleh Muhammad Takari (2008i:
Dalam rangka penentuan sumber daya manusia atau staffing, banyak kelompok seniman tradisional Nusantara, yang membentuknya berdasarkan seniman-seniman ”cabutan.” Maksud seniman cabutan dalam tanda kutip ini, adalah seniman dari kelompok lain atau seniman yang tak terikat oleh kelompok disatu-satukan untuk memenuhi permintaan kesenian dalam satu atau beberapa kali pertunjukan.
Demikian halnya yang terjadi pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, baik para pemusik
dan penari, kadang menggunkan sistem cabut dari lembaga kesenian lainya yang dianggap
pemusik dan penarinya sudah berpengalaman dibidangnya masing-masing. Hal terjadi karena
sebahagian dari pemusik tetap pada lembaga ini kurang menguasai materi dan juga bukan
Universitas Sumatera Utara
pemain musik yang sudah mahir seperti halnya seniman tradisional yang memang keseluruhan
hidupnya digunakan untuk bermusik.
Di sisi lain juga karena alasan para seniman, dimana para seniman juga ingin
memperbanyak keuangannya melalui banyaknya pertunjukan. Mereka tidak mau terikat dalam
satu organisasi kesenian saja juga dikarenakan karena jarang sebuah lembaga kesenian
membayar upah para senimanya setiap bulan dalam jumlah tertentu atau gaji d dalam perusahan
yang menetap tanggal terima dan jumlahnya, hal itu terjadi khususnya bagi para pemusik. ”Saya
pernah ikut menari di Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, memang baru sekali, entah apa
yang membuat mereka meminta saya untuk ikut menari pada sebuah acara waktu itu, tapi
dengar-dengar karena mereka kekurangan anggota, soalnya konsep untuk pertunjukan mereka
pada waktu itu menari sambil menyanyi pada acara 17 Agustus di rumah Gubernuran’’ tutur
Jerry yang merupakan mahasiswa Etnomusikologi (wawancara, Senin, 5 Juni 2011, pukul 11:00
Wib)
’’Saya bukan anggota tetap di situ (Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara), saya juga
bukan pemain dan anggota tetap di lembaga yang lain, tetapi saya cuma kadang dipanggil, untuk
mengisi acara yang mengatasnamakan lembaga itu. Jika sesuai dengan honorya, ya saya terima,
karena memang itulah pekerjaan saya’’ tutur Marsius Sitohang (wawancara, Rabu, 21 April
2011, pukul 10:00 Wib)
3.1.4 Sistem Pendanaan
Pada tahun 1990, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara mendapatkan pembiayaan
dana dari Bapak Edward Silintonga mulai dari tempat untuk latihan, biaya untuk make-up,
ongkos untuk para anggota juga masih dibiayai, hal itu berlanjut sampai awal tahun 1993 akhir,
Universitas Sumatera Utara
namun menjelang tahun 1994 mereka tidak lagi meminta dana dari Bapak Edward Silitonga, hal
ini disebabkan karena sudah mulai banyaknya tawaran yang diterima, sehingga mereka
menganggap khususnya ketua lembaga ini tidak perlu memberatkan Bapak Edward Silitonga dan
juga ingin mandiri, kecuali jika mereka membutuhkan dana yang cukup besar dan ada
keperluan mendadak.
Hal itu berlanjut sampai saat ini. Namum jika diundang atau mereka dibawa oleh
walikota medan keluar negeri yang membiayai sepenuhnya ialah wali kota dengan pihak yang
mengundang, mulai dari pengurusan pass vord, tiket serta akomodasi, uang saku dan biaya
makan semuanya ditanggung.
3.2 Pelatihan
Pelatihan merupakan kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan secara sistematis sesuai
dengan materi yang dibutuhkan. Di dalam melakukan latihan, materi yang dilatih bukan harus
materi yang diminta oleh sang pengundang saja, tetapi lain dari pada itu juga mempelajari materi
lain sebelum memasuki materi yang akan difokuskan hal ini dilakukan untuk memperbanyak
pengetahuan tari dan sebagai pemanasan.
Untuk tampil maksimal di dalam membawakan kesenian dipanggung maka dibutuhkan
pelatihan yang harus dikelola dengan baik, mengingat lembaga ini sudah sering tampil di dalam
dan di luar negeri. Pelatihan ini dilakukan guna membangun penguasaan terhadap materi yang
akan mereka bawakan oleh para anggota sehingga para anggota yang terlibat di dalam setiap
pertunjukan tidak hanya menguasai materi tapi juga dituntut prima. Baik pemusik didalam
menguasai alat musiknya terhadap materi yang akan dibawakan dan juga para penari didalam
menarikan tarian yang akan dibawakan, kelenturan tubuh, penguasan gerak, tempo dan
Universitas Sumatera Utara
penguasaan panggung pada saat pertunjukan adalah unsur yang dituntut harus dikuasai oleh para
anggota khususnya penari dan tempo serta penguasaan materi untuk pemusik.
Khusunya bagi para penari, hal ini disebabkan karena mereka tidak melihat panggung
secara langsung. Pada waktu pelatihan ini juga setiap anggota dibentuk mentalnya untuk siap
menerima kritikan dari pelatih dan teman jika melakukan kesalahan yang bertujuan untuk
membagun ke arah yang lebih baik. Sebelum dilakukan latihan terlebih dahulu para penari
melakukan pemanasan yaitu dengan lonjat-lonjat diatas tali, hal ini dilakukan sebagai syarat
utama sebelum melakukan latihan guna mencegah terjadinya keseleo pada kaki pada waktu
menari. Pemanasan dilakukan kurang lebih 10 menit sebelum memasuki latihan, dan hal wajib
dilakukan oleh setiap anggota setiap kali mengikuti latihan.
3.2.1 Jadwal Latihan
Aktivitas latihan biasa, dimulai pada pukul 00:14 WIB sampai pukul 00:16 WIB dari
Senin sampai Jumat, khususnya para penari. Untuk penampilan yang akan mereka terima dalam
waktu dekat biasa latihan dimulai pada pukul 00:14 WIB sampai pukul 00:19 WIB, tetapi jika
ada job (biasanya sebutan untuk perkerjaan atau panggilan manggung) keluar negeri jadwal
latihan di mulai pada pukul 00:16 WIB sampai pukul 00:22 WIB di tambah hari Sabtu, Tetapi
untuk para pemusik karena Lembaga ini kadang menggunakan pemusik dari luar atau sistem
cabut sehingga waktu latihan ditentukan atas kesepakatan bersama, kadang pemusik bergabung
dengan para penari sehari sebelum hari yang ditentukan untuk pertunjukan yaitu latihan terakhir,
khususnya jika mereka akan tampil di wilayah kota Medan, tetapi berbeda jika mereka akan
diundang keluar negeri, jadwal latihan biasanya lebih dipadatkan dari hari biasanya.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Tempat Latihan
Aktivitas latihan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara beralamat di JL. Bahagia. No.
60. Teladan. Medan. Tempat latihan ini merupakan rumah kediaman pribadi Monang Butar-bitar
dan keluarganya. Tempat latihan dilakukan di ruangan samping kanan rumah tersebut. Ruangan
ini berukuran 5 kali tujuh meter. Di dalam ruangan ini terdapat alat-alat musik miliki Ria Agung
Nusantara, yaitu seperangat taganing, ogung (oloan, ihutan, panggoran, doal), dan gendang
ronggeng Melayu. Alat-alat musik ini diletakkan berjajar di bagaian kanan ruangan tersebut.
Lihat denah ruangan latihan dan rumah kediaman Monang Butar-butar berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2
Denah
Keterangan gambar:
Tempat latihan Ruangan dapur
Tempat alat musik Ruang tamu
Ruang depan sebagai warnet Pintu masuk/gerbang
Teras rumah Ruang tidur
Jalan raya Tembok sekeliling rumah
Pekarangan rumah
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Pelatih
Untuk melatih anggota yang belum menguasai materi dibutuhkan pelatih yang memiliki
kemampuan lebih dari anggota sehingga para anggota mampu menerima materi yang diajarkan
dengan cepat. Di dalam melatih para anggota pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
khusunya tari dalam menguasai gerak dasar adalah Monang Butar-Butar, setelah semua anggota
mengetahui gerak dasar barulah ketua lembaga mempercayakan sebahagian pada anak didik
yang lebih menguasai materi dan biasanya lebih senioritas untuk melatih para anggota lain yang
belum menguasai materi dasar sebelum berlanjut untuk materi berikutnya.
Sedangkan untuk para pemusik kebanyakan dari mereka biasanya sudah saling
mengetahui materi yang mereka pelajari sehingga sesama pemusiklah yang menentukan dan
saling belajar sedangkan untuk vocal biasanya terlebih dahulu mereka mendengarkan lagu-lagu
yang akan dipelajari melalui kaset atau CD yang diputar tetapi semua perintah berasal dari
pimpinan lembaga. Untuk setiap latihan mereka hanya menggunakan kurang lebih 5 menit untuk
setiap istirahat, jika ada murid yang masih belum latihan padahal waktu latihan sudah mulai,
maka senior akan menegurnya. Sementara untuk murid yang akan telat datang haruslah memberi
pemberitahuan sebelumnya tetapi bagi mereka yang tidak hadir tampa pemberitahuan akan
ditegur besoknya.
3.2.4 Alat Musik yang Digunakan
Alat merupakan sebuah sarana yang membantu untuk meringankan segala pekerjaan.
Alat yang digunakan diharapakan dapat memberi kemudahan untuk manusia yang
menggunakanya. Apapun alat yang dugunakan oleh manusia itu bertujuan untuk mendukung
aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adapun alat musik
yang digunakan untuk setiap latihan adalah menggunakan musik rekaman, tape, cd berisi lagu-
lagu dan tari-tarian yang kadang disertai video atau bahkan hanya musiknya saja yang
merupakan milik lembaga ini. Musik rekaman inilah yang digunakan pada waktu latihan atau
bahkan ketika mereka tidak membawakan musik secara live atau langsung.
Hal ini dilakukan lebih efektif karena jika menggunakan musik langsung dengan pemusik
akan terlalu kewalahan karena biasanya terjadi pengulangan-pengulangan untuk satu tarian.
Pengulangan-pengulangan sering terjadi ketika para penari tidak hafal dengan gerak, sehingga
akan diulang atau kurangnya kekompakan pada setiap diri penari. Karena jika menggunakn
musik secara langsung maka akan memungkinkan para pemusik kewalahan sehingga mereka
menggunakan musik rekaman dimana musik yang sudah ada dalam bentuk kaset atau CD
tersebut memilik kemampuan yang tidak terbatas untuk diputar berulang-ulang.
Berbeda jika mereka meggunakan musik secara langsung (live) untuk latihan atau ketika
mereka sedang melakukan pertunjukan, hal itu tergantung dengan tarian serta musik yang
mereka bawakan misalnya ensambel gondang sabangunan yang terdiri dari tagading, gordang,
gong 4 buah yaitu (oloan, panggora, ihutan, dan goal) sarune bolon, dan hesek.
3.2.5 Pemusik
Jumlah pemain musik tetap untuk saat ini berjumlah 6 Orang, dimana semuanya pemusik
inilah yang memainkan semua musik yang akan dibawakan ketika mereka melakukan sebuah
pertunjukan secara langsung (live). Tetapi mereka juga tidak jarang melakukan sistem cabutan
dari lembaga lain atau pemusik yang sudah mereka kenal dan bisa diajak kerja sama, hal itu
Universitas Sumatera Utara
terjadi jika seorang pemain musik yang bersangkutan memiliki kendala disamping itu hal ini
terjadi karena sebahagian anggota khusunya pemusik kurang menguasai materi musik.
Biasanya para pemain pemusik cabutan ini lebih banyak dilakukan jika acara keluar
negeri atau nasional karena hal ini akan mempengaruhi nama lembaga kesenian yang diundang,
artinya untuk tampil di luar negeri persiapan dan berform atau pertunjukan lebih baik lagi
ketimpang dalam negeri karena di luar negeri melibatkan orang-orang luar negeri serta menjaga
nama baik lembaga. Disamping itu juga tergantung pada materi yang dibawakan, kadang penari
di saat menari membawa alat musik seperti rebab misalnya pada tarian Zapin.
Daftar nama-nama pemain musik
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Muller Turnip
Thomas Saragih
Monang Butar-butar
Bertua sitanggang
Alcoboy
Willy
Aby
Udur Jagar
Untuk tarian
Dara Zapin
keseluruhan
penari
perempuan
memainkan alat
musik marwas
yang dimainkan
pada waktu
menari
Universitas Sumatera Utara
Deskripsi masing-masing pemain musik:
Nama Keterangan
Muller Turnip menguasai instrumen : Sarune, Suling, Taganing, Garantung,Hasapi Toba
Monang Butar-butar Taganing Toba, Garantung, Hasapi Toba, semua alat musik Gendang budaya Sumatera, Gambus Melayu, Talempong, kalondang Pakpak Dairi, Piano, Organ
Bertua sitanggang seluruh instrumen Toba, Gendang Karo, seluruh alat musik tiup Budaya Sumatera.
Alcoboy alat musik Minangkabau, dan beberapa alat musik Sumatera Utara seperti Hesek dan Gong
Willy Talempong, seluruh alat musik Gong Sumatera, Gondang Sambilan
Aby Talempong, Gong, Doal, Guitar
Udur Jagar seluruh alat musik Gendang Sumatera, Guitar, Hasapi
3.2.6 Penari
Jumlah penari yang terdaftar untuk saat ini berjumlah 25 Orang, 8 laki-laki dan 17
Perempuan. Penari ini berasal dari latar belakang pendidikan, umur dan waktu bergabung.
tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas
( 18 tahun)
Puji Tan pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggiis, tari tor-tor Batak, Dara Zapin, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (19 tahun)
Nandra pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggiis, tari tor-tor Batak, Dara Zapin, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (20 tahun)
Elsa Grace pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (19 tahun )
Virza Isnaini dapat menari tarian Persembahan Melayu dan Biring Manggis (16 tahun)
Diana Hairani dapat menari tarian Persembahan Melayu dan
Universitas Sumatera Utara
Biring Manggis (17 tahun )
Wirda dapat menari tarian Persembahan Melayu dan Biring Manggis(18 tahun)
Malianti dapat menari tarian Persembahan Melayu dan Biring anggis (17 tahun)
Siti Sarah pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Saman, Serampang Dua Belas dan Si Hutur Sanggul (21 tahun)
Jesika dapat menari tarian Persembahan Melayu dan Biring Manggis ( 17 tahun)
Tria Rizky pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis,Tari Tortor Batak, Dara Zapin ,Si Hutur Sanggul, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (24 tahun)
Ainul Husni pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas dan Si Hutur Sanggul (22 tahun)
Martina Harahap dapat menari tarian Persembahan Melayu, Saman, Tortor Batak dan Biring Manggis (18 tahun)
Universitas Sumatera Utara
Pitri Ani Sopian dapat menari tarian Persembahan Melayu, Saman, Si Hutur Sanggul, Tortor Batak dan Biring Manggis dan Tarian yang berasal dari Sumatera Utara (18 tahun)
Siska Uli Cempaka Istri Monang Butar-butar pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, tari Saman, Tortor Batak, dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas dan tari Si Hutur Sanggul dan tarian yang berasal dari Sumatera Utara(35 tahun)
Nirna Marpaung dapat menari tarian Persembahan Melayu, Tortor Batak dan Biring Manggis (22 tahun)
Diana Septiana dapat menarikan tari Persembahan Melayu(18 tahun
Nova Rizky pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas dan
Si Hutur Sanggul dan tarian yang berasal dari Sumatera Utara (23 tahun)
Universitas Sumatera Utara
Nama Penari Laki-Laki Tarian yang dikuasai
Aby dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul dan Silat (20 tahun)
Willy dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul, Biring Manggis, Silat dan tarian yang berasal dari Sumatera Utara (17 tahun)
Alcoboy dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul, Biring Manggis dan Silat (19 tahun
Rizky dapat menarikan tarian Tortor batak (19 tahun)
Yono dapat menarikan tarian Tortor batak (21 tahun)
Wikky Prayoga dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul dan Silat (20 tahun)
Masri dapat menarikan tarian Biring Manggis (18 tahun)
Zikri dapat menarikan tarian Biring Manggis (19 tahun)
Universitas Sumatera Utara
Andi Gunawan dapat menarikan Tarian Biring Manggis dan Si Hutur Sanggul dan Serampang Dua Belas (22 tahun)
Sumber : facebook, 21 Agustus 2011
3.3 Produksi
Produksi setiap proses atau prosedur yang digunakan untuk menciptakan barang atau jasa
yang mempunyai kegunaan atau nilai. Proses tertentu dapat secara simultan mencakup aspek-
aspek fisik, insan, dan ekonomis. Proses itupun dirancang untuk mengubah seperangkat unsur-
unsur input menjadi seperangkat unsur-unsur output yang spesfik (Kumaruddin 1991:11) dalam
bukunya yang berjudul Asas Asas Menejemen Produksi.
Dalam hal ini produksi yang dimaksud oleh penulis ialah kesenian yang dibawakan
oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Dalam pertunjukannya. kesenian yang dibawakan
dan dipertontonkan untuk orang banyak merupakan sebuah produksi yang dihasilkan dari proses
latihan atau proses belajar, yang dimana keseluruhan hasil yang berupa kesenian itu memiliki
nilai dan kegunaan bagi masyarakat yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.1 Tahap-Tahap Produksi
Pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara kesenian (musik dan tari serta vokal)
yang sering mereka bawakan atau tampilkan ketika diundang untuk mengisi suatu acara adalah
jenis kesenian yang sudah ada dikemas kembali, seperti Gondang Hasapi misalnya, tarian
hexatonic (enam nada), heptatonic (tujuh nada). Yang dimaksu dengan tangga nada dalam
tulisan ini adalah nada-nada yang terdapat pada lagu Sitappar Api. Adapun tangga nada untuk
lagu Sitappar Api adalah:
yaitu: D, G, A, B.’, C’, D’.
Maka dilihat dari jenis nada yang dipakai maka lagu tersebut tergolong nada Hexatonic (enam
nada).
2 Nada Dasar
Menurut Nettl (1964 : 147) mengemukakan metode/pendekatan dalam mengemukakan
nada dasar. Salah satu yang diusulkan menjadi perhatian penting yaitu:
Melihat nada yang sering dipakai
Nada Jumlah Nada
D 4
G 54
Universitas Sumatera Utara
Nada Dasar
A 119
B 106
C’ 48
D’ 24
Berdasarkan tabel diatas, maka:
Nada yang sering dipakai adalah A dengan jumlah nada 119. Maka nada dasar pada lagu
Sitappar Api adalah: A
3. Jumlah Nada
Jumlah nada yang dipakai dalam lagu Sitappar Api adalah sebagai berikut:
Nada D sebanyak 4, E tidak ada, F tidak ada, G sebanyak 54, A sebanyak 119, B sebanyak
106, C’ sebanyak 48, D’ sebanyak 24.
4 .Wilayah Nada (Range)
Metode untuk menentukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang terdengar
secara alami ditentukan oleh suara penghasil bunyi itu sendiri, ialah dengan memperhatiakan
nada yang paling rendah hngga nada yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan melihat nada-nada yang ditranskripsikan maka lagu Sitappar Api yang diiringi oleh
gondang hasapai mempunyai wilayah nada seperti berikut:
5.Interval
Interval adalah jarak antara satu nada kenada berikutnya, naik maupun turun.pada komposisi
lagu interval penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau
melompat secara baik, turun maupun mendatar. Manoff (1991 : 84) membuat pengukuran yang
lebih akurat terhadap interval dengan ketentuan:
1 .interval berkualitas mayor dinaikkan setengah langkah , maka interval tersebut berkualitas
augmented, dan jika diturunkan setengah langkah maka intervalnya minor
2. interval berkualitas minor dinaikkan setengah langkah, maka interval itu akan menjadi mayor.
Sebaliknya bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished.
3. interval berkualitas perfect dinaikkan setengah langkah, maka interval tersebut menjadi
augmented, bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished.
Dari hasil transkripsi lagu Sitappar Api maka interval yang digunakan adalah sebagai berikut:
No Nama interval
Posisi Jumlah nada
1 Prime - 58
2 2m Naik 25
Universitas Sumatera Utara
2M
Turun
Naik
Turun
35
60
60
3 3m
3M
Naik
Turun
Naik
Turun
-
3
4
5
4 4P Naik
Turun
4
7
5 5P Naik
Turun
1
1
6 6M Naik
Turun
-
1
6. Formula Melodi (Bentuk)
Bentuk (form) yang disebut Malm (1976 : 8) dalam sebuah lagu adalah:
a. Repatitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang
b. Steratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan
kecenderungan pengulangan-pengulangan dalam seluruh nyanyian
c. Reverting yaitu bentuk nyanyian ynag terjadi pengulangan pada frase pertama setelah
terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi
d. Strofik yaitubentuk nyanyian yang pengulangan melodinya tetap sama tetapi teks
nyanyianya berbeda
Universitas Sumatera Utara
e. Progresif yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi
yang selalu baru.
Berdasarkan analaisis pada setiap bar maka:
a. bar 1-2 sama dengan bar 3-4 bentuk
b. bar 5-7 sama dengan bar 12-14
c. bar 8-11 sama dengan bar 15-18
d. bar 19-20 sama dengan bar 21-22
e. bar 23-25 sama dengan bar 26-28
f. bar 29-34 adalah akhir
Berdasarkan penjelasan diatas maka bentuk melodi lagu Sitappar Api adalah Repatitif.
7. Pola Kadensa
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas, maka lagu Sitappar Api memiliki pola kadensa Repatitif
yaitu:bentuk nyanyian yang diulang-ulang
8. Kontur
Universitas Sumatera Utara
Kontur adalah garis atau melodi sebuah lagu. Seperti yang dikemukakan oleh Malm (1964 : 8)
kontur dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Ascending yaitu garis melodi yang sifatnya menaik dari nada yang rendah menuju nada
yang lebih tinggi
2. Descending yaitu garis melodi yang sifatnya menurun dari nada yang lebih tinggi menuju
nada yang lebih rendah
3. Pendulous yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang lebih rendah ke
nada yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah atau sebaliknya
4. Terraced yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang (seperti anak tangga) dari nada
rendah ke nada yang tinggi, kemudian bergerak sejajar, kemudian bergerak lagi ke nada
yang lebih tinggi dan seterusnya
5. Statis yaiitu garis melodi yang sifatnya tetap bergerak dalam ruang lingkup yang terbatas
atau datar.
Berdasarkan penjelasan antara no 7 dan no 8, maka lagu Sitappar Api memiliki kontur:
a. A = Ascending - Descending
b. B = Ascending -Descending- Ascending
c. B = Ascending -Descending- Ascending- Descending
d. C = Ascending- Ascending
e. D = Ascending - Descending.
f. E = statis
Partahuak Ni Manuk
Universitas Sumatera Utara
G = do Transkrip oleh: Rebecca
Analisis melodi Partahuak Ni manuk
Universitas Sumatera Utara
1.Tangga Nada 2.Nada Dasar
Nada dasar
Nada Jumlah nada
D 3
E 4
F 4
G 25
A 63
B 114
C’ 35
D’ 59
E’ 3
Berdasarkan tabel diatas, maka:
Nada yang sering dipakai adalah B dengan jumlah nada 114. Maka nada dasar pada lagu Sitappar
Api adalah: B
Universitas Sumatera Utara
3. Jumlah Nada
Jumlah nada yang dipakai dalam lagu Sitappar Api adalah sebagai berikut:
Nada D sebanyak 3, E sebanyak 4, F sebanyak 4, G sebanyak 25, A sebanyak 63, B sebanyak
114, C’ sebanyak 35, D’ sebanyak 59, E’ sebanyak 3.
4. Wilayah Nada (Range)
Dengan melihat nada-nada yang ditranskripsikan maka lagu Partahuak Ni Manuk yang diiringi
oleh gondang hasapai mempunyai wilayah nada seperti berikut:
5.Interval
Dari hasil transkripsi lagu Partahuak Ni Manuk maka interval yang digunakan adalah sebagai
berikut:
No Nama
interval Posisi Jumlah nada
1 Prime - 113
2 2m
Naik
Turun
26
20
Universitas Sumatera Utara
2M Naik
Turun
54
46
3 3m
3M
Naik
Turun
Naik
Turun
-
8
4
11
4 4P Naik
Turun
3
1
5 5P Naik
Turun
6
5
6 6M Naik
Turun
1
1
6.Formula Melodi (Bentuk)
Berdasarkan analisis pada setiap bar maka:
a Bar 1-4 saba dengan bar 5-9 bentuk 1
b Bar 9-12 sama dengan bar 13-16 bentuk 2
c Bar 17-20 sama dengan bar 21-24 bentuk 3
d Bar 25-26 sama bentuk 2 repetitif bridge
e Bar 27-31 bentuk 3 akhir
Berdasarkan penjelasan diatas maka bentuk melodi lagu Sitappar Api adalah Repatitif
7.Pola Kadensa
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas, maka lagu Sitappar Api memiliki pola kadensa Repatitif
yaitu:bentuk nyanyian yang diulang-ulang
8.Kontur
Berdasarkan penjelasan antara no 6 dan 7, maka lagu Sitappar Api memiliki kontur:
Universitas Sumatera Utara
a. A = Ascending - Descending
b. B = Ascending - Descending
c. C = Rest (diam )
d. D = Repetitif
e. E = Ascending – Descending (akhir)
Melodi Horo-Horo G = do
Transkrip oleh: Rebecca
Universitas Sumatera Utara
Analisis Melodi Horo-Horo
1.Tangga Nada
Universitas Sumatera Utara
Tangga nada G mayor ( 1 #) 2.Nada Dasar
Nada dasar
Nada Jumlah nada
D 4
E 0
F 0
G 11
A 24
B 53
C’ 20
D’ 12
E’ 10
F’ 4
G’ 10
Berdasarkan tabel diatas, maka:
Nada yang sering dipakai adalah B dengan jumlah nada 53. Maka nada dasar pada lagu Horo-
Horo adalah: B
3 .Jumlah Nada
Jumlah nada yang dipakai dalam lagu Horo-Horo adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Nada D sebanyak 4, E sebanyak 0, F sebanyak 0, G sebanyak 11, A sebanyak 24, B sebanyak
53, C’ sebanyak 20, D’ sebanyak 12, E’ sebanyak 10, F’ sebanyak 4, G’ sebanyak 10.
4. Wilayah Nada (Range)
Dengan melihat nada-nada yang ditranskripsikan maka lagu Horo-Horo yang diiringi oleh
gondang hasapai mempunyai wilayah nada seperti berikut:
5.Interval
Dari hasil transkripsi lagu Horo-Horo, maka interval yang digunakan adalah sebagai berikut:
No Nama interval Posisi Jumlah
Universitas Sumatera Utara
Nada
1 Prime - 62
2 2m
2M
Naik
Turun
Naik
Turun
12
10
14
15
3 3m
3M
Naik
Turun
Naik
Turun
4
4
8
4
4 4P Naik
Turun
2
4
5 5P Naik
Turun
-
3
6 6M Naik
Turun
1
-
7 7M Naik 1
Universitas Sumatera Utara
Turun -
6.Formula Melodi (Bentuk)
Berdasarkan analisis pada setiap bar maka:
a. Bar 1-2 sama dengan bar 9 -10
b. Bar 3-4 sama dengan bar 11-12
c. Bar 5 sama dengan bar 13 diam ( rest)
d. Bar 6-7 sama dengan bar 14 -15
e. Bar 8 sama dengan bar 16
f. Bar 17 – 18 sama dengan bar 26 – 27
g. Bar 19 – 21 sama dengan bar 28 – 30
h. Bar 22 – 25 sama dengan bar 31 – 34
7.Pola Kadensa
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas, maka lagu Horo – Horo memiliki pola kadensa Repatitif
yaitu:bentuk nyanyian yang diulang-ulang
8.Kontur
Berdasarkan penjelasan antara no 6 , maka lagu Horo – Horo memiliki kontur:
a . Bar 1-2 sama dengan Bar 9 -10 garis melodinya Ascending
b. Bar 3-4 sama dengan Bar 11-12 garis melodinya Ascending - Descending
c. Bar 5 sama dengan Bar 13 diam ( REST)
d. Bar 6-7 sama dengan Bar 14 -15 garis melodinya Ascending - Descending
e. Bar 8 sama dengan Bar 16 garis melodinya Ascending - Descending
f. Bar 17 – 18 sama dengan Bar 26 – 27 garis melodinya Descending
Universitas Sumatera Utara
g. Bar 19 – 21 sama dengan Bar 28 – 30 garis melodinya Ascending - Descending
h. Bar 22 – 25 sama dengan Bar 31 – 34 garis melodinya Ascending - Descending
BAB V
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis akan
membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Pengelolaan atau
manajemen adalah bagian dari kehidupan manusia baik disadari ataupun tidak, pengelolaan itu
sangat berkaitan dengan kehidupan manusia itu didalam melakukan kegiatanya baik pengelolaan
waktu atupun pengelolaan didalam hal lainya sehari-hari. Pengelolaan yang diterapkan oleh
setiap usaha, organisasi ataupun lembaga baik kecil atau pun besar sangat berpengaruhi
kelangsungan usaha tersebut kemasa yang akan datang.
Pengelolaan yang diterapakan oleh setiap usaha-usaha tersebut tergantung dari pihak
pengelola sebagai mana ia mengelola dengan baik, mulai dari ide-ide yang dihasilkan, sistem
pelatihan anggota, pemilihan anggota atau karyawan, sampai ide-ide tersebut dikemas sebagai
suatu karya namun yang tidak kalah penting ialah bagaimana ia mengelola sistem marketing
atau sistem pemasaranya sehingga karya-karya yang dihasilkan oleh suatu usaha, lembaga dapat
sampai kepada masyarakat dinikmati dan menguntungkan secar financial bagi pihak pelaku
usaha atau lembaga.
Demikian halnya dengan bidang seni yang dikelola oleh Lembaga Kesenian Ria Agung
Nusantara, lembaga kesenian ini sudah cukup lama bertahan sebagai salah satu lembaga kesenian
di kota medan, sejak tahun 1988 sampai saat ini sudah bertahan kurang lebih dari 22 tahun.
Bertahanya lembaga ini sebagai lembaga kesenian milik perorangan dimana ketua
lembaga ini mulai dari tahun 1988 sampai saat ini masing tetap Monang Butar-Butar tidak
terlepas dari sistem pengelolaan yang digunakan, mulai dari pemilihan anggota, pelatihan,
penguasaan materi sampai pada sistem pemasaranya, sampai pada Struktur yang dibuat, hanya
Universitas Sumatera Utara
sebagai syarat terpenuhinya sekumpulan orang untuk disebut sebagai organisasi, yang pada
kenyataan di dalamnya tidak dikenal namanya jalur perintah dan laporan, saling tumpang tindih
pekerjaan karena seluruh bagian dalam organisasi dituntut untuk menjadi serba bisa.
Walaupun pembagian tugas tersebut hanya bersifat diatas kertas saja khususnya para
bagian penanggung jawab, hal ini terjadi karena semua anggota dituntut juga untuk saling
menjaga dan tidak hanya mengurusi bagianya saja. Hal ini juga terlihat dimana setiap penari atau
pemusik juga kadang mengurusi bagian lain misalnya penanggung jawab make-up kadang
mengangkat atau mengurusi pakaian juga atau sebaliknya namun keberadaan lembaga ini tidak
dapat dipisahkan dari pengelolaan atau manajemen walaupun yang mengelola serta mengambil
keputusan berasal dari 1 Orang saja.
Banyak petualangan pertunjukan yang sudah dijalani oleh lembaga ini mulai dari tahun
1991 Lembaga Kesenian ini sudah sering ke luar negeri dimulai pada tahun 1991 kunjungan
pertama mereka ialah Hongkong baru tahun-tahun berikutnya berlanjut ke Korea, Jepang,
Australia, Malaysia, Singapura, Belgia, Jerman, Belanda, Prancis, Spanyol, Portugal, Thailand
dan Inggris serta saat ini sudah tanda tangan kontrak bulan 2, 2012 ke Qatar.
Melihat secara kualitas lembaga ini sama dengan lembaga kesenian lainya yang terdapat
di kota medan mulai dari sistem pertunjukanya dipanggung, pertunjukan yang mereka lakukan
dipanggung tidak berbeda dengan yang lainya hal ini disebabkan karena materi-materi yang
mereka bawakan juga sama dengan lembaga yang lainya yakni musik dan tarian yang sudah ada
dibawakan kembali namun tanpa menggunakan alat musik modern di setiap penampilanya.
Pertunjukan seni yang mereka lakukan jika diundang pada suatu acara membawakan
tradisi khususnya Sumatera Utara tapi juga tidak jarang dari Aceh dan Sumatera Barat yang
dikemas dalam konsep seni pertunjukan baik musik dan tari serta kadang vokal grup yang
Universitas Sumatera Utara
dibawakan, seperti halnya Ensambel Gondang Sabangunan, tarian Persembahan, tari Gandang,
Saman, Serampang Dua Belas, tari Tor-Tor Tunggal Panatuan, Tot-Tor Cawan serta lagu-lagu
seperti Soleram, Dekke Jahir, Opio atau lagu-lagu opera batak yang dibawakan secara medley
lembaga ini juga tidak memproduksi musik dan tarian dalam bentuk kaset, CD dan DVD.
Pemberian bonus di dalam setiap pertunjukan merupakan hal yang selalu mereka
lakukan, jika pihak pengundang meminta 2 tarian maka mereka juga akan memberikan 1
penampilan sebagai bonus dengan harapan kelak jasa mereka dipakai kembali serta akses dan
sistem pemasaran yang mereka lakukan tergolong unik yakni, lembaga ini hanya membuat
pamplet depan tempat latihan, dari teman keteman yang dikenal oleh lembaga ini sampai tetap
melakukan kontak dengan pihak pengundang terdahulu.
5.2 Saran Pengelolaan atau manajemen merupakan kunci utama dapat berkembang serta
bertahannya suatu usaha atau lembaga, baik lembaga besar ataupun lembaga kecil. Setiap
lembaga yang dikelola itu hendaknya menerapakan pengelolaan yang baik sehingga tujuan dari
usaha atau lembaga tersebut dapat tercapai ditengah banyak usaha atau lembaga yang bergerak
dibidangnya masing-masing, seperti halnya Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara sebagai
salah satu lembaga yang bergerak dibidang kesenian. Setiap lembaga yang bergerak dibidang
kesenian haruslah memperhatian pengelolaan pada lembaganya baik dari segi pengelolaan
struktur kepengurusanya sampai pada pengelolaan materi atau produk yang dihasilkan serta
kualitas sehingga dapat bertahan ditengah banyaknya lembaga kesenian yang terdapat di kota
Medan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar Lampiran
Gambar l.1 : Tempat latihan tampak luar
Gambar l.2 : Tempat latihan setiap hari
Tampak dari dalam
Universitas Sumatera Utara
Gambar l.3 : Pamplet Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara
Gambar l.4: Monang Butar-butar
Gambar l.5 : Bermain musik di lapangan Gambar l.6: Latihan sebelum
Pertunjukan
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi Untuk Jasa Kontruksi, Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Achmad, sobirin. 2007. Budaya Organisasi. Yokyakarta, Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Abdurrahmat, Fathoni. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Rineka Cipta Arief, Furchan. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional Irfan, 2004. Makna Atau Arti Yang Terdapat Pada Sistem Peralatan Gondang Dan Fase-Fase
Dalam Upacara Kematian Pada Batak Toba. Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara.
Jurnal Panggung, STSI Bandung No. xxx Tahun 2005 Kumaruddin .1991. Asas-Asas Menejemen Produksi Lexy J. Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Roksadakarya. Lowrimer, Lowrence T. et. Al. 1991. Grolier Encyclopedia Of Knowledge,Volume 1-20,
Grolier, Incorporated, Danburry, Connecticut. Muhammad Takari, Heristina Dewi. 2008. Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara.
Medan. USU Press. Muhammad, Takari. 2008. Manajemen Seni, Medan : Studi Kultura. Muhammad Takari, Fadllin, Heristina Dewi, Frida Deliana, Torang Naimborhu, Arifni Netriroza.
2008. Masyarakat Kesenian Di Indonesia. Medan, Studi Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Malayu S.P. H. Hasibuan, S.P..1996. Organisasi dan Motivasi, Jakarta : Bumi Aksara. Poerwadarminta, W.J.S., 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rahayu, Supanggah. 2008. Etnomusikologi, Yokyakarta : Yayasan Bentang Budaya. Sal, Murgyanto. 1996. Cakrawala Pertunjukan Budaya Mengkaji Batas-Batas Dan Arti Pertunjukan. Yokyakarta, Jurnal MSPI. Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia Dan Pariwisata.Bandung : Arti.Line.
Universitas Sumatera Utara
Sunarto. 2006. Manajemen Pemasaran. Yokyakarta : UST Press. Supardi, Syaiful Anwar. 2002. Prinsip Dasar Organisasi. Yokyakarta, UII Press. Tri Rahayu, lin, Ardi Ardani,Tristiadi. 2004. Observasi dan Wawancara, Malang,Jawa Timur :