BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangWakaf dan zakat dalam
perspektif Islam dapat dijadikan salah satu sarana untuk
pemberdayaan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat luas. Sekarang,
masih banyak kendala untuk pengembangan wakaf ke depan. Salah
satunya adalah pemahaman sempit tentang wakaf dan zakat . Wakaf dan
zakat sering dipahami sebagai entitas ibadah khusus (maah) semata.
Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan
kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan wakaf dan zakat
produktif menjadi sangat strategis. Disamping sebagai salah satu
aspek ajaran Islam yang berdimensi spiritual, wakaf dan zakat juga
merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi
(dimensi sosial) dan kesejahteraan umat. Untuk meningkatkan
kemanfaatan benda wakaf, tidak bisa tidak, pengelolaannya harus
dijalankan dengan melakukan kegiatan ekonomi. Karena wakaf
merupakan bagian dari Syari'ah Islamiyah, maka kegiatan ekonomi
dalam pengelolaan benda wakaf tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan dalam wakaf itu sendiri dan prinsip-prinsip
dalam ekonomi Syari'ah. Dari pernyataan ini memunculkan pertanyaan
bagaimana modelmodel pengelolaan benda wakaf dan zakat produktif
dan bagaimana teknis pengelolaannya atau penerapanya. Jika seluruh
potensi itu dikembangkan secara seksama, dirangkai dengan potensi
aqidah Islamiyah (tauhid), tentu akan diperoleh hasil yang optimal.
Pada saat yang sama, jika kemandirian, kesadaran beragama dan
ukhuwah Islamiyah kaum muslimin juga makin meningkat maka
pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan makin dapat
dipersempit.Zakat adalah suatu rukun Islam yang wajib di penuhi
oleh setiap muslim. Zakat memiliki hikmah yang di kategorikan dalam
dua dimensi: dimensi vertical dan dimensi horizontal. Dalam
kerangka ini, zakat menjadi perwujudan ibadah kepada Allah
sekaligus sebagai perwujudan dari rasa kepedulian social (ibadah
sosial). Bisa dikatakan seseorang yang menunaikan zakat dapat
mempererat hubungannya dengan Allah dan hubungan kepada sesama
manusia. Dengan demikian pengabdian sosial dan pengabdian kepada
Allah SWT adalah inti dari ibadah zakat.
B. Rumusan Masalah1. Pengertian Zakat2. Pemanfaatan Hasil Zakat
3. Pengertian Wakaf4. Pemanfaatan Wakaf Uang5. Badan Pengelolaan
Amil Zakat dan Wakaf
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian ZakatDilihat dari segi bahasa, kata zakat berasal
dari kata zaka (bentuk masdar), yang mempunyai arti : berkah,
tumbuh, Bersih, suci dan baik.[footnoteRef:2] [2: Asnaini. 2008.
Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar hlm. 23]
Adapun zakat menurut syara, berarti hak yang wajib (dikeluarkan
dari) harta. Mazhab Maliki mendefinisikannya dengan mengeluarkan
sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah
mencapai nishab (batas kuantitas yang wajib zakat) kepada
orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiqq)-nya. Dengan
catatan, kepemilikian itu penuh dan mencapai hawl (setahun) bukan
barang tambang dan bukan pertanian.[footnoteRef:3] [3: Wahbah
Al-Zuhayly. 2005. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung : Remaja
Rosdakarya. hlm: 83]
Firman Allah swt.(An-Nisa : 77)
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada
mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang
dan tunaikanlah zakat !" Setelah diwajibkan kepada mereka
berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik)
takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan
lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata : "Ya Tuhan kami,
mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami ? Mengapa tidak
Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada
beberapa waktu lagi ?" Katakanlah : "Kesenangan di dunia ini hanya
sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang
bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun (At-Taubah :
103)[footnoteRef:4] [4: Sulaiman Rasyid. 2007. Fiqih Islam. Bandung
: Sinar Baru. hlm : 194]
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka.
Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sabda Rasulullah
saw: : , , , , ( )Artinya : Islam itu di dirikan atas lima dasar
yaitu : bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan_Nya,
mengerjakan shalat mengeluarkan zakat, mengerjakan haji, dan
berpuasa dibulan Ramadhan.[footnoteRef:5] [5: Ibid.]
B. Pemanfaatan Hasil Zakat Menurut Pasal 16 Undang Undang
Pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut :1. Hasil pengumpulan
zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama.2.
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas
kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang
produktif.3. Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil
pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
keputusan menteri.Zakat bisa dimanfaatkan dan disalurkan bagi
orang-orang yang berhak menerimanya. Adapun orang yang berhak
menerima zakat berdasarkan firman Allah diatas adalah :1.
FakirFakir dalam persoalan zakat ialah orang yang tidak mempunyai
barang yang berharga, kekayaan dan usaha sehingga dia sangat perlu
ditolong.[footnoteRef:6] [6: Wahbah Ali Zuhayly : Op. cit. hlm.
125]
2. MiskinSedangkan pengertian miskin ialah orang yang mempunyai
barang yang berharga atau pekerjaan yang dapat ditutup sebagian
hartanya akan tetapi tidak mencukup kebutuhannya, dan tidak ada
orang yang menanggungnya3. Amil zakatAmil zakat ialah, orang yang
ditugaskan oleh imam atau kepala pemerintahan atau wakilnya, buat
mengumpulkan zakat.[footnoteRef:7] [7: Ibid]
4. MuallafYaitu golongan yang diusahakan merangkul dan menarik
serta mengukuhkan hati orang yang baru masuk Islam disebabkan belum
mantapnya keimanan mereka atau buat menolak bencana yang mungkin
mereka lakukan terhadap kaum muslimin.5. RiqabRiqab artinya mukatab
yang memiliki pengertian budak belian yang diberi kebebasan usaha
mengumpulkan kekayaan agar dapat menebus dirinya untuk merdeka.6.
GhariminGharim adalah orang-orang yang mempunyai hutang yang
dipergunakan untuk perbuatan yang bukan maksiat7. SabilillahJumhur
Uama berpendapat bahwa yang dimaksud Fisabilillah ialah berperang,
dan memperoleh bagian sabililah ini adalah tentara sukarelawan yang
tidak mendapat gaji dari pemerintah, meskipun mereka orang kaya.8.
Ibnu SabilIbnu sabil menurut jumhur ulama adalah kiasan untuk
musafir, yaitu orang-orang yang melintas dari satu daerah kedaerah
lain.[footnoteRef:8] [8:
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/uu_zakat/uu_zakat_babIV.htm]
Adapun manfaat zakat diantaranya:1. Sebagai sarana menghindari
kesenjangan sosial yang mungkin dapat terjadi antara kaum aghniya
dan dhuafa.2. Sebagi sarana pembersihan harta dan juga ketamakan.3.
Sebagi pengmbangan potensi umat.4. Dukungan moral bagi mualaf.5.
Sebgai sarana pemberantas penyakit iri hati bagi mereka yang tidak
punya.6. Zakat menjadi salah satu unsur penting dalam social
distribution .7. Sabagai sarana menyucikan diri dari perbuatan
dosa.8. Sebagai sarana dimensi sosial dan ekonomi yang penting
dalam Islam sebagai ibadah maaliyah.[footnoteRef:9] [9: Wahbah
Al-Zuhayly. 2005:111]
C. Pengertian Wakaf Wakaf dalam bahasa arab : , jamak: , awqf
adalah perbuatan yang dilakukan wakif (pihak yang melakukan wakaf)
untuk menyerahkan sebagian atau untuk keseluruhan harta benda yang
dimilikinya untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat
untuk selama-lamanya[footnoteRef:10] [10: Ibid ]
Wakaf dalam pengertian syara secara umum, wakaf adalah sejenis
pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan
(pemilikan) asal (tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya
berlaku umum. Dalam Undang-Undang no 41 Thn 2004 pasal 1 wakaf
adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah. Benda
yang menurut hukum Menurut Imam Abu Hanifah Wakaf adalah menahan
suatu, tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya
untuk kebajikan. Menurut Imam Malik Berpendapat bahwa wakaf itu
tidak melepaskan harta yang diwakafkan kepada pemilik wakif.Menurut
Imam SyafiI dan Ahmad bin Hambal Wakaf adalah melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur
perwakafan, wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta
yang diwakafkan.D. Pemanfaatan Wakaf Uang Dalam literature sejarah
islam, badan yang mengurusi wakaf adalah baitul maal. Namun seiring
dengan berkembangnya zaman yang semakin modern, diperlukan pola
kelembagan khusus yang menggurusi sector wakaf. Di Indonesia,
secara praktis penanganan wakaf di-handle oleh Badan Wakaf
Indonesia (BWI). BWI diharapkan dapat menyelenggarakan administrasi
pengelolaan wakaf nasional secara tepat dan benar. Untuk dapat
melakukan tugasnya dengan baik, BWI memerlukan SDM yang tepat dan
handal yang benar-benar mempunyai kemampuan dan kemauan dalam
pemberdayaan wakaf, berdidikasi tinggi dan memiliki komitmen dalam
, memahami wakaf, dan permasalahan yang berhubungan dengan wakaf.
Dalam hal pengelolaan wakaf, perlu ada standar pengelolaan yang
yang dibakukan agar dana yang dkumpulkan dapat duberdayakan secara
maksimal. Dalam hal ini peran perbankan atau Lembaga keuangan
Syariah sangat di perlukan. LKS dapat berperan sebagi nazhir yang
mengumpulkan, meyalurkan dan mengelola dana wakaf. Untuk mendukung
keberhasilan pengembangan aspek produktif dari dana wakaf tunai,
perlu diarahkan model pengelolaan dana tersebut kepada sector usaha
yang produktif dengan lembaga usaha yang memiliki reputasi yang
baik. Seperti menjalin kerjasama (networking) dengan perusahan
modal ventura. Kerjasama ini juga dimaksudkan untuk mengaplikasikan
model pembiayaan mudharabah maupun musyarakah. Wakaf merupakan
salah satu ibadah yang bercorak sosial-ekonomi yang cukup penting
dalam Islam di samping zakat, infaq dan sadaqah (ZIS). Cukup banyak
ayat al-Quran dan Hadis Rasul yang menjelaskan signifikansi fungsi
wakaf baik dalam konteks hablum min Allah terlebih lagi dalam
kontekshablum min al-nas. Wakaf umat Islam saat ini yang
kebanyakannya dalam bentuk tanah dan bangunan belum sepenuhnya
produktif. Tanah-tanah wakaf hanya digunakan untuk kuburan,
madrasah, dan tempat-tempat ibadah. Akibatnya wakaf belum dapat
memberi nilai tambah ekonomis. Alih-alih untuk pemberdayaan, untuk
pemeliharaan tanah wakaf itu sendiri, para nazir wakaf kesulitan.
Untuk itulah beberapa tahun belakangan ini mulai digalakkan kembali
apa yang disebut dengan wakaf produktif.Penyebutan wakaf produktif
mengandung arti suatu upaya transformasi dari pengelolaan wakaf
yang alami menjadi pengelolaan wakaf yang professional untuk
meningkatkan atau menambah manfaat wakaf. Dengan kata lainwakaf
produktifadalah proses pengelolaan benda wakaf untuk menghasilkan
barang atau jasa yang maksimum dengan modal yang minimum. Dalam
bukunya Wakaf Produktif, Jaih Mubarak, jika yang dimaksudkan dari
istilah wakaf produktif adalah meningkatkan nilai tambah, maka
istilah yang paling tepat adalahwakaf operatif. Kata operatif dalam
ilmu manajemen mengandung arti aktifitas yang
mentransformasikaninputmenjadioutputyang bermanfaat berupa barang
dan jasa. Sedangkan kata produktif hanya mentransformasikan input
menjadi output yang bermanfaat berupa barang saja[footnoteRef:11]
[11: Jaih Mubarak: 2008:16]
Terlepas apapun namanya, wakaf produktif ataupun wakaf operatif,
intinya adalah bagaimana kita (khususnya para nazir) mengelola
harta (tanah) wakaf sehingga mampu memberi nilai tambah terhadap
manfaat yang dihasilkannya. Sampai di sini, kita perlu memiliki
nazir-nazir wakaf yang memiliki mental entrepreneurship. Jadi tidak
sebatas mental dai seoarang nazhir saja. .Untuk menjadikan harta
wakaf, khususnya tanah wakaf maka ada beberapa langkah yang harus
dilakukan. Pertama, Nazhir wakaf harus memiliki data yang lengkap
tentang potensi tanah wakaf yang dikelolanya. Hal ini penting
karena dalam rangka memproduktifkan tanah wakaf penting
diperhatikan lokasi tanah wakaf itu sendiri. Perlakukan dan
keputusan bisnis yang akan diambil tentu berbeda antara tanah
pedesaan, tanah perkotaan dengan tanah tepi pantai. Dengan kata
lain, lokasi tanah akan menentukan jenis usaha yang akan
dikembangkan.Sekedar untuk memberikan gambaran kepada kita jenis
usaha yang sangat bergantung Untuk tanah persawahan, usaha yang
menarik dikembangkan adalah pertanian dan tambak ikan atau udang.
Untuk tanah perkebunan, usaha yang dapat dikembangkan adalah
perkebunan tanaman keras dan home industri. Tanah yang berbentuk
padang rumput atau perladangan, jenis usaha yang ditumbuhkembangkan
misalnya tanaman palawija dan real estate. Bagi tanah rawa, usaha
yang dapat dilakukan adalah perikanan dan tanaman sayur-sayuran.
Sedangkan tanah perbukitan usaha yang cocok dilakukan adalah tempat
parawisata, tempat pelatihanout bonddan penyulingan air.Untuk
daerah perkotaan misalnya, tanah-tanah wakaf dapat dipilah menjadi
tanah yang berlokasi di pinggir jalan protocol. Untuk jenis tanah
seperti ini usaha yang tepat dilakukan adalah menyiapkan
perkantoran, pusat-pusat perbelanjaan, apartemen, hotel, penginapan
dan gedung pertemuan. Bagi tanah yang berlokasi di pinggir jalan
raya usaha-usaha yang dapat dikembangkan adalah membuat rumah
sakit, rumah makan, apotik, pom bensin, sarana pendidikan.
Sedangkan tanah yang berada di dekat perumahan usaha-usaha bisnis
yang dilakukan adalah membuat klinik, outlet, warung, usaha
catering dan wartel atau warnet.Kedua,setelah memperhatikan lokasi
tanah dan jenis usaha yang tepat untuk dikembangkan, langkah
selanjutnya adalah mempersiapkan perencanaan bisnisnya dalam bentuk
proposal bisnis. Di dalam proposal itulah nazhir menjelaskan
analisis bisnisnya, yang memuat prospek bisnis, peluang dan
tantangan yang ada dan cara mengatasinya. Di dalam proposal itu
juga dijelaskancashflowuang masuk dan keluar serta
keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh. Tidak kalah pentingnya
di dalamnya juga harus dijelaskan pemanfaatan keuntungan tersebut.
misalnya, untuk bea siswa, modal usaha, dan kebajikan-kebajikan
lainnya. Dengan kata lain, di dalam proposal bisnis harus dapat
dipastikan bahwa bisnis yang akan dijalankan benar-benar
menguntungkan dan bermanfaat bagi umatKetiga, langkah selanjutnya
menyiapkan modal. Dalam berbagai kesempatan sosialisasi wakaf
produktif, masalah yang sering dipertanyakan peserta adalah
berkaitan dengan modal. Modal ini pulalah yang kerap dijadikan
alasan mengapa tanah wakaf sulit untuk diproduktifkan. Sesungguhnya
modal pengembangan wakaf poduktif dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Pertama, mencari investor yang bersedia membiayai proyek
usaha yang ingin dijalankan. Skim yang dipilih dapat saja dalam
bentukmudharabah(sahib al mal dengan mudharib) ataupunskim
musyarakah (kerjasama para pihak). Kedua, melakukan komunikasi dan
interaksi bisnis dengan lembaga perbankan syariah. Skim yang
dipakai dapat saja musyarakah ataupun mudharabah. Yang menjadi
persoalan di sini biasanya adalah ketika lembaga perbankan meminta
jaminan. Tentu saja perbankan tidak mau jika yang dijadikan jaminan
adalah harta wakaf atau tanah wakaf. sampai di sini, agaknya
satu-satunya alasan perbankan syariah bersedia bekerja sama jika
jenis usaha yang dikembangkan benar-benar menjanjikan
keuntungan.Ketiga,modal juga dapat diperoleh melalui wakaf uang.
Hanya saja untuk jenis yang ketiga ini, membutuhkan waktu yang
panjangSebabnya adalah, jika kita ingin memanfaatkan bagi hasil
dari wakaf uang, maka jumlah uang yang diwakafkan itu sangat besar
sehingga bagi hasil yang diterima juga akan besar. Uang wakaf itu
sendiri tidak dapat digunakan sebagai alat beli (tukar). Jadi yang
dimanfaatkan adalah bagi hasil dari wakaf uang itu
sendiri.Keempat,pelaksanaan wakaf produktif itu sendiri. Sebaik
apapun gagasan tentang pengembangan harta wakaf, jika tidak diikuti
dengan keinginan kuat untuk mewujudkannya, semuanya menjadi
sia-sia. Sosialisasi wakaf produktif yang selama ini sering
dilakukan oleh kementerian agama tidak membawa hasil karena para
peserta tidak menterjemahkan apa yang diperolehnya di dalam
sosialisasi tersebut dalam bentuk kerja-kerja nyata. Akhirnya
sosialisasi tinggal sosialisasi. Oleh sebab itu, keinginan yang
kuat untuk memproduktifkan harta wakaf harus menjadi kesadaran
batin setiap nazhir.Sejatinya, wakaf produktif tidak lagi sekedar
menjadi wacana dikalangan masyarakat muslim. Wakaf produktif harus
menjadi bagian dari program ummat ini dalam rangka memberdayakan
sesamanya. Para nazhir harus menyadari tugasnya bukan sekedar
menjaga harta wakaf tetapi lebih dari itu adalah memberdayakannya
sehingga memiliki nilai tambah yang tak terhingga.
Semoga[footnoteRef:12] [12:
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=118240:perencanaan-dan-pengelolaan-wakaf-produktif&catid=33&Itemid=98]
E. Badan Pengelolaan Amil Zakat dan Wakaf Pendayagunaan yang
tepat akan mewujudkan fungsi utama dari pelaksanaan zakat itu
sendiri yang dapat dilihat dan dirasakan baik oleh yang memberinya
maupun yang menerimanya. Penggunaan zakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat merupakan aspek terpenting bagi pencapain
tujuan dari zakat tersebut. Oleh karenanya diperlukan suatu lembaga
atau badan yamg profesional di dalam mengelola dan mendayagunakan
dana zakat agar berguna bagi kehidupan masyarakat yang
membutuhkan.Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa lembaga
pengelola zakat di Indonesia terdiri atas dua kelompok institusi,
yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ
dibentuk oleh pemerintah sedangkan LAZ dibentuk oleh masarakat. Hal
ini sesuai perintah Allah bahwasannya perlu dengan adanya suatu
lembaga yang mengelola dana zakat, dalam surat at taubah ayat 103
yang artinya:Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan (dari kekikiran dan cinta berlebihan
kepada harta) dan menyucikan (menyuburkan sifat-sifat kebaikan
dalam hati) mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui.Arti ayat di atas menjelaskan bahwa
zakat itu diambil dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat
untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya
(mustahiq). Dalam khazanah hukum Islam, yang bertugas mengambil dan
yang menjemput zakat adalah para petugas zakat (amil). Menurut Imam
Qurthubi, amil adalah orang-orang yang ditugaskan untuk mengambil,
menuliskan, menghitung, dan mencatat atas harta zakat yang diambil
dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak
menerimanya.Amil zakat adalah profesi yang mulia. Karena profesi
mulianya itu, Allah SWT mencantumkan namanya di dalam Al Quran.
Kemuliaan amil bukan sekedar untuk mengelola amanah orang beriman,
namun amil juga menjadi media tercapainya keharmonisan antara si
kaya (muzakki) dengan si miskin (mustahik) dengan menjadi mediator
bagi sirkulasi zakat dari muzakki kepada mustahik. Harta yang
dimiliki, pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Allah-lah yang
kemudian melimpahkan amanah kepada para pemilik harta, agar dari
harta itu dikeluarkan zakatnya.Di sinilah sikap amanah dipupuk,
sebab seorang muslim dituntut menyampaikan amanah kepada ahlinya.
Sikap amanah, tidak hanya tumbuh dalam diri orang yang berzakat,
tetapi juga pada para petugas atau amil zakat. Yakni dalam membagi
dan menyalurkan seluruh harta zakat kepada yang berhak. Fungsi amil
tersebut akan lebih efektif apabila:1. Kondisi muzakki faham dan
sadar akan kewajiban dan kedudukan zakat dalam islam, untuk itu
diperlukan adanya penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat
khususnya para muzakki.2. Para amil zakat yang bekerja dalam
lembaga amil zakat faham benar mengenai zakat, infaq maupun
shadaqah. Untuk itu diperlukan para ulama yang kompeten yang
mengawasi lembaga tersebut.3. Lembaga tersebut dipercaya oleh
masyarakat terutama oleh para muzakki, untuk itu seyogyanya lembaga
tersebut berstatus formal dan para amil yang bekerja dalam lembaga
tersebut memilki kepribadian yang utuh.4. Lembaga tersebut memiliki
data secara lengkap mengenai siapa saja yang termasuk golongan
muzakki dan siapa yang termasuk golongan orang yang berhak menerima
zakat . Menurut pasal 1 Ayat (2) Keputusan Menteri Agama No 581
tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No 38 tahun 1999, yang dimaksud
dengan Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat
yang bergerak dibidang dawah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan
umat Islam. Badan amil zakat dan lembaga amil zakat mempunyai tugas
pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat
sesuai ketentuan agama (pasal 8 UU No. 38 tahun 1999).Lembaga Amil
Zakat (LAZ) mempunyai otoritas dalam menghimpun, mendistribusikan,
dan memanfaatkan zakat untuk khalayak umum berdasarkan syariah.
Tidak semua orang berhak mengelolanya dan tidak semua orang dapat
menikmatinya. Untuk mengelola dan mengembangkan zakat itu kita
harus memiliki potensi kepemimpinan yang berwibawa, dan
berpengaruh. Lembaga amil zakat harus mempunyai perencanan yang
terpadu dalam rangka mengentaskan kemiskinan secara sistematis.Yang
patut disyukuri oleh kita saat ini adalah masih banyaknya
orang-orang yang peduli terhadap derita yang dialami oleh
lingkungan sekitar kita. Saking besarnya kepedulian itu, maka
munculnya lembaga amil zakat di beberapa daerah, di masjid-masjid,
bahkan di lembaga pemerintah/swasta bagaikan cendawan yang tumbuh
di musim hujan. Pengumpulan harta zakat dari tahun ketahun semakin
bertambah seiring dengan pertambahan jumlah lembaga zakat yang
berdiri untuk menjadi pengelola harta zakat, meskipun masih jauh
dari potensiyang seharusnya bias terkumpul. Di satu sisi, hal ini
patut diapresiasi. Berarti negeri ini telah membantah kalau nilai
sosial masyarakatnya telah luntur dan hilang kepedulian. Namun di
sisi lain, menjamurnya lembaga amil zakat bisa menimbulkan tidak
efisiennya pengelolaan dan penyaluran dana zakat, infak dan
shadaqah. Oleh karena itu, pentingnya fungsi koordinatif,
konsultatif, dan informatif dalam penghimpunan dan penyaluran dana
harus dilakukan oleh badan yang diakui oleh seluruh Lembaga Amil
Zakat dan otoritas negara. Undang-undang No. 38/1999 tentang
Pengelolaan Zakat mengatur fungsi ini melalui BAZ (Badan Amil
zakat) yang ada di tiap-tiap tingkatan wilayah
.Keuntungan-keuntungan apabila zakat dipungut oleh Lembaga Amil
Zakat , yaitu :a. Para wajib zakat lebih disiplin dalam menunaikan
kewajibannya dan fakir miskin lebihterjamin haknya.b. Perasaan
fakir miskin lebih dapat terjaga.c. Pembagian zakat akan menjadi
lebih tertib.d. Zakat yang diperuntukkan bagi kepentingan umum
seperti sabillilah misalnya dapat disalurkan dengan baik karena
pemerintah lebih mengetahui sasaran pemanfaatannya . Sebuah lembaga
amil zakat harus mempunyai sifat yaitu:1. Independen, artinya
lembaga ini tidak mempunyai ketergantungan terhadap orang-orang
tertentu atau lembag lain. Sehingga akan lebih leluasa dalam
memberikan pertanggungjawaban kepada muzakki.2. Netral, lembaga ini
didominasi oleh masyarakat sehingga dalam menjalankan kegiatannya
tidak boleh hanya mementingkan golongan tertentu saja.3. Tidak
berpolitik praktis, harus dapat dipastikan bahwa lembaga ini tidak
terjebak dalam kegiatannya politik praktis serta tidak dapat
digunakan untuk kepentingan partai politik tertentu.4. Tidak
diskriminasi, dalam menyalurkan dana zakat lembaga tidak boleh
mendasarkan pada perbedaan suku dan golongan. Tetapi selalu
menggunakan parameter yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan
secara syariah.5. Legalitas dan struktur organisasi, bentuk badan
hokum lembaga amil zakat harus sesuai dengan yayasan yang terdaftar
pada akta notaris di pengadilan negeri. Untuk struktur organisasi
harus dibuat sebaik mungkin sehingga kinerja lembaga amil zakat
dapat efektif dan efesien. Suatu lembaga amil zakat harus mempunyai
sistem pengelolaan yang baik. Sedangkan unsur-unsur yang harus
diperhatikan adalaha. memiliki sistem, prosedur dan aturan yang
jelas.b. Manajemen terbuka.c. Mempunyai rencana kerja yang jelas.d.
Memilki komite penyaluran.e. Memiliki system akutansi dan manajemen
keuangan.f. Perbaikan secara terus-menerus. Umumnya zakat yang
diberikan kepada mustahiq merupakan dana konsumtif, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini kurang begitu membantu mereka
untuk jangka panjang, karena uang atau barang kebutuhan sehari-hari
yang telah diberikan akan segera habis dan meraka akan kembali
hidup dalam keadaan fakir atau miskin. Banyak sekali pendapat bahwa
zakat yang disalurkan kepada dua golongan ini dapat bersifat
produktif, yaitu untuk menambah atau sebagai modal usaha mereka.
Hal yang salah tidak sesuai dengan syariat Islam yang bisa terjadi
ketika dan zakat tersebut didayagunakan untuk usaha produktif
adalah1. Dana zakat yang terkumpul tidak langsung diberikan kepada
mustahiq melainkan berupa pinjaman untuk bantuan modal usaha dan
disimpan untuk penanganan bencana sehingga berakibat menumpuknya
dana zakat di badan amil zakat2. Hak mustahiq untuk mendapatkan
zakat menjadi sangat sulit, mereka harus mengajukan proposal
terlebih dahulu untuk mendapatkan bagiannya.Hal inilah yang sangat
dikhawatirkan dimana lembaga amil zakat menafikan hak-hak mustahiq
sebagaimana diungkapkan oleh wakil ketua lembaga bahtsul masail
PBNU KH Arwani Faishal menekankan pentingnya penyaluran zakat
secara langsung kepada para mustahiq atau pihak-pihak yang berhak
menerima zakat, terutama kalangan fakir miskin. Jangan sampai isu
pendayagunaan zakat justru menafikan hak mustahiq zakat itu sendiri
(dalam rapat dengar pendapat tentang RUU Pengelolaan zkat dengan
komisi VIII DPR di gedung DPR RI senayan, Jakarta tanggal 21 april
2010). Terdapat filosofi yang berbunyi berikan kailnya, bukan
ikannya, tentu saja pemberian zakat produktif sangat bagus untuk
kehidupan ekonomi jangka panjang mustahiq asalkan dijalankan sesuai
syariat dan ditangani oleh lembaga amil zakat yang berkompeten juga
dalam menangani usaha produktif yang akan dijalankan. Namun harus
diperhatikan pula kebutuhan konsumtif mustahiq saat ini. Jika suatu
hari mustahiq sangat membutuhkan ikan tetapi diberikan kail, maka
akan terjadi kelaparan. Jika dia tetap tidak mendapatkan makanan
untuk dikonsumsi, maka bisa jadi dia akan mati kelaparan. Yang
terbaik adalah memberikan kepada mustahiq ikannya hari ini dan
berikan kailnya untuk kehidupan ekonominya besok.Prosedur
pendayagunaan hasil pengumpulan zakat diatur dalam Keputusan
Menteri Agama Nomor 581/1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Pengelolaan Zakat Pasal 28 dan Pasal 29. Pendayagunaan hasil
pengumpulan zakat harus memenuhi syarat sebagai berikut :a. Hasil
pendataan dan penelitian mustahiq ashnaf yaitu: fakir, miskin,
amil, muallaf, riqab, ghorim, sabilillah dan ibnu sabil.b.
Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.c.
Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing. Hasil
pengumpulan zakat yang dapat didayagunakan untuk usaha yang
produktif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut sebelum
digunakan untuk hibah pemberdayaan :1. Apabila pendayagunaan zakat
untuk delapan ashnaf telah terpenuhi dan ternyata terdapat
kelebihan.2. Terdapat usaha-usah nyata yang berpeluang
menguntungkan.3. Mendapat persetujuan tertulis dari dewan
pertimbangan. Setelah memenuhi persyaratan tersebut, pendayagunaan
hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif harus melalui
prosedur sebagai berikut1. Melaksanakan studi kelayakan.2.
Menetapkan jenis usaha produktif.3. Melakukan bimbingan dan
penyuluhan.4. Melakukan pemantaun, pengendalian, dan pengawasn.5.
Mengadakan evaluasi.6. Memberi laporan . Bahtsul masail diniyyah
maulidiyyah atau pembahasan masalah keagamaan dalam muktamar NU
yang ke-28 di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta
pada 25-28 november 1989 memberikan arahan bahwa dua hal yaitu
zakat dengan metode konsumtif dan zakat dengan metode produktif
diperbolehkan asalkan dengan maksud untuk meningkatkan kehidupan
para mustahiq zakat. Namun, ada persyaratan penting bahwa para
calaon mustahiq sebelumnya harus mengetahui bahwa harta zakat yang
sedianya meraka terima akan disalurkan secara produktif atau
didayagunakan dan memberi izin atas penyaluran zakat dengan cara
seperti itu. Pengambilan dalil yaitu dari majmu ala syarhil
muadzdzab, juz VI, hal. 178. bahwa tidak boleh bagi petugas menarik
zakat dan imam/penguasa untuk mengelola harta-harta zakat yang
mereka peroleh kecuali para calon penerima zakat telah setuju atau
memberikan kuasa atas pengelolaan zakat itu untuk mereka. Para
ulama sangat berhati-hati kalau harta zakat itu tidak benarbenar
diketahui dan sampai pada mustahiqnya. Dengan kata lain, para
mustahiq zakat harus tentukan terlebih dahulu dan kemudian ada
kesepakatan antara pengelola zakat dengan mereka, baru kemudain
zakat bisa disalurkan secara produktif atau didayagunakan untuk
kepentingan mustahiqnya.\ Karena amil zakat adalah penghubung
antara muzakki dan mustahiq maka tanggung jawab lembaga amil zakat
adalah menjadi motor dalam penyadaran umat atas penting dan
perlunya berzakat. Hal ini tidaklah berlebihan, karena sebenarnya
idealnya penyadaran umat ini menjadi tugas negara melalui ketetapan
hukum negara (jika sistem pemerintahannya mengadopsi sistem
pemerintahan Islam yang mewajibkan bagi masyarakatnya untuk
berzakat), namun hal itu tidak dilakukan di Indonesia karena
Indonesia bukanlah negara Islam yang bisa memaksa bahkan memerangi
bagi mereka yang membangkang karena tidak mau membayar zakat. Oleh
karena itu jika otoritas negara tidak dalam posisi untuk
melakukannya, maka para amil dan dai yang memahami pentingnya
berzakat bagi pemberdayaan umat, harus menjadi motor penggerak
dalam penyadaran ini. Hal ini bisa kita lihat pada beberapa lembaga
amil zakat yang ada di Indonesia dalam mempromosikan zakat, infaq
dan shadaqah. Dalam sosialisasinya, para amil bukan sekedar
mengingatkan akan kewajiban berzakat sebagai suatu ketetapan
syariat yang harus dipatuhi, namun juga banyak kebaikankebaikan
bagi mereka yang mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah dan orang
yang menerimanya. Sosialisasi zakat seharusnya bukan hanya pada
saat bulan ramadhan seperti ini, karena pemahaman yang mungkin
masyarakat tangkap adalah bisa jadi hanya zakat fitrah-lah yang
wajib dikeluarkan. Yang tidak kalah pentingnya lembaga amil zakat
mempunyai semangat melayani secara profesional. Bayangkan bila
seorang amil dapat bekerja secara sangat profesional. Yang akan
muncul setelah itu adalah timbulnya kepercayaan terhadap lembaga
amil zakat. Kepercayaan yang tinggi terhadap lembaga yang dikelola
secara profesional pada gilirannya akan membuat gairah tersendiri
dalam menyalurkan zakat bagi para muzakki. Efek jangka panjangnya
adalah kemampuan menghimpun potensi zakat umat Islam yang luar
biasa besar itu. Selanjutnya, bila zakat berhasil dikumpulkan
dengan baik, dan berhasil dikelola dengan penuh amanah, maka
persoalan klasik umat yang selama ini tak kunjung selesai, yakni
hubungan harmonis si kaya dan si miskin akan dapat dijawab dengan
baik. Saat ini, bayangan itu semakin mendekati kenyataan. Namun,
sekali lagi, harapan luhur itu tak akan terjadi bila amil tidak
memiliki profesionalisme.
BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan Zakat adalah hak tertentu yang
diwajibkan Allah terhadap harta kaum muslimin yang di peruntukkan
bagi fakir miskin dan mustahik lainnya, sebagai tanda syukur atas
nikmat Allah dan untuk mendekatkan diri kepada Nya serta
membersihkan diri dari hartanya. Sedangkan, pajak menurut para ahli
keuangan ialah : kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak,
yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa
dapat prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai
pengeluaran pengeluaran umum disatu pihak dan untuk merealisir
sebagian tujuan ekonomi.Zakat dan pajak meski keduanya sama-sama
merupakan kewajiban dalam bidang harta, namun keduanya mempunyai
falsafah yang khusus dan keduanya berbeda sifat dan asasnya,
berbeda sumbernya, sasarannya, begian serta kadarnya, disamping itu
berbeda pula mengenai prinsip tujuan dan jaminannya.
B. SaranPenulis telah berusaha maksimal dengan kemampuan yang ia
punya, tentu masih banyak kekurangan yang tanpa sengaja, untuk itu
penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan penulisan-penulisan selanjutnya.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya untuk Allah SWT. Yang telah memberikan
taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat dan salam senantiasa dicurahkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dan segenap keluarganya serta orang-orang yang
meneruskan risalahnya sampai akhir zaman.Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kebaikan makalah ini sangat diharapkan dari
para pembaca. Akhir kata, semoga karya tulis sederhana ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu, 2015
Penulis
iDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUANA.
Latar Belakang1 B. Rumusan Masalah2C. Tujuan 2BAB II PEMBAHASANA.
Pengertian Zakat3B. Pemanfaatan Hasil Zakat 5C. Pengertian Wakaf7D.
Pemanfaatan Wakaf Uang8 E. Badan Pengelolaan Amil Zakat dan
Wakaf14BAB III PENUTUPA. Kesimpulan16B. Saran 16DAFTAR
PUSTAKAiii
iiMAKALAHBANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAHBadan Pengelolaan Amal
Dan Zakat
Disusun Oleh : Endang Pujio HastutiExsi Wijaya
EKONOMI ISLAM SYARIAH DAN EKONOMI ISLAMINTSITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) BENGKULU 2015
DAFTAR PUSTAKA
Asnaini. 2008. Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahbah Al-Zuhayly. 2005. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sulaiman Rasyid. 2007. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru.
Didid Hafidudhin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta
: Gema Insani
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/uu_zakat/uu_zakat_babIV.htm,
MAKALAHBANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAHBadan Pengelolaan Amil
Zakat dan Wakaf
DISUSUN OLEH :Reren Dwi SintaSiti RomlahWahyudi Akbar
Dosen Khairiyah El-WarDah, M.Ag
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAMFAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI
ISLAMINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIIAIN (BENGKULU)201ii4
27