-
IMPLEMENTASI METODOLOGI LEAN SIX SIGMA
PADA PROSES PENGECATAN PART PLASTIK COVER FRONT TOP
BLACK TIPE KWWX DI PT. X
Hanggar Pratama
21070112110093
Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
[email protected]
Abstrak
Perusahaan X merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di
bidang
otomotif. Perusahaan ini telah menghasilkan sepeda motor selama
lebih dari 30 tahun.
Namun, dalam proses produksinya, perusahaan X masih saja menemui
beberapa produk
cacat dalam proses yang memerlukan rework. Salah satunya yakni
ditemukan tingkat
cacat paling tinggi pada proses pengecatan part plastik cover
front top black tipe kwwx.
Dalam paper ini akan dibahas bagaimana implementasi metodologi
lean six sigma pada
proses pengecatan part plastik cover front top black tipe KWWX
di PT.X sebagai upaya
pengurangan tingkat produksi cacat, efisiensi perbaikan
produksi, dan minimalisasi
limbah.
Kata kunci: lean six sigma, efisiensi, perbaikan produksi,
minimasi limbah
Abstract
Company X is a manufacturing company engaged in the automotive
field. The
company has produced motorcycles for more than 30 years.
However, in the production
process, the company X still see some defects in processes that
require rework. One of
them is found the highest levels of disability in the process of
painting the plastic parts
front cover kwwx top black type. In this paper, we discuss how
the implementation of
lean six sigma methodology in the process of painting the
plastic parts front cover top
black type KWWX in PT.X as defect production rate reduction,
improvement of
production efficiency, and waste minimization.
Keywords: lean six sigma, efficiency, improvement of production,
waste minimization
mailto:[email protected]
-
PENDAHULUAN
Dalam pembuatan suatu produk, kualitas memegang peranan penting
dalam menarik
perhatian pelanggan. Semakin baik kualitasnya, maka peluang
untuk terbelinya barang
semakin besar. Oleh karena itu diperlukan pengendalian kualitas
untuk tetap mejaga
kualitas produk perusahan bersangkutan. Pengendalian kualitas
dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem yang digunakan untuk menjaga kualitas
barang atau jasa agar
berada pada tingkat kualitas yang diharapkan. Proses produksi
yang cepat disertai
dengan kualitas produk sesuai standar yang ditetapkan merupakan
keinginan setiap
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Metode lean six
sigma dapat
diterapkan untuk menjawab kebutuhan tersebut, terutama bagi PT.
X yang merupakan
perusahaan manufaktur motor dunia, dimana perusahaan tersebut
dituntut untuk
memproduksi motor dalam jumlah massal dan dalam waktu singkat
guna mencukupi
kebutuhan konsumen.
Lean six sigma merupakan sebuah metode yang mengkombinasikan
dan
mengintegrasikan dua konsep, yakni konsep Lean Manufacturing dan
Six Sigma. Dalam
pengertian singkatnya, Lean adalah metode untuk memunculkan
(mengetahui)
pemborosan yang terjadi dari sebuah sistem produksi dan six
sigma adalah metode
untuk menghilangkan pemborosan tersebut dengan konsep DMAIC
(Define, Measure,
Analyze, Improve, dan Control).
Dari hasil pengamatan dan wawancara, jumlah part reject yang
sangat banyak menjadi
masalah utama pada proses pembuatan part painting plastic. Part
reject tersebut tidak
hanya ditemukan pada hasil akhir proses produksi part painting
plastic, tetapi juga
ditemukan pada proses assembly unit selaku konsumen dari produk
tersebut. Selain itu
terjadi pemborosan pada pemakaian bahan baku cat, dan masih
menggantungkan
sebagian proses produksinya kepada subcon. Untuk mengurangi
bahkan menghilangkan
pemborosan tersebut, akan diambil satu jenis part painting
plastic sebagai contoh
penerapan metode lean six sigma. Part tersebut adalah Cover
Front Top Black tipe
KWWX yang diproduksi di Line F. Cover Front Top Black tipe KWWX
diambil
sebagai contoh karena mempunyai jumlah reject paling banyak pada
periode Maret
2011-Mei 2011.
-
KAJIAN LITERATUR
Six Sigma merupakan salah satu metode dalam perbaikan proses
(process
improvement) yang belakangan ramai dibicarakan orang. Bahkan,
bagi sebagian
organisasi, Six Sigma bukan hanya sekadar metode tapi sudah
menjadi strategi bisnis
yang menjadi tulang punggung perusahaan tersebut. Dalam
penerapan Six Sigma terdiri
dari 5 tahapan yakni: Define, Measure, Analyze, Improve,
Control. Atau yang lebih
dikenal dengan sebutan DMAIC. Six sigma adalah suatu metodologi
sistematis yang
berfokus pada faktor kunci yang mengendalikan performansi suatu
proses, mengaturnya
pada tingkat yang paling baik dan menjaganya agar tetap pada
level tersebut.
Setiap tahap, mempunyai bagian-bagian yang mesti dilaksanakan
ataupun mempunyai
jenis- jenis konsep statistik yang bisa dipakai, walaupun
sebenarnya untuk penggunaan
statistik bisa cukup fleksibel.
Define: pada tahap ini team pelaksana mengidentifikasikan
permasalahan,
mendefiniskan spesifikasi pelanggan, dan menentukan tujuan
(pengurangan
cacat/biaya dan target waktu).
Measure: tahap untuk memvalidasi permasalahan,
mengukur/menganalisis
permasalahan dari data yang ada.
Analyze: menentukan faktor-faktor yang paling mempengaruhi
proses; artinya
mencari satu atau dua faktor yang kalau itu diperbaiki akan
memperbaiki
proses kita secara dramatis.
Improve: nah, di tahap ini kita mendiskusikan ide-ide untuk
memperbaiki
sistem kita berdasarkan hasil analisa terdahulu, melakukan
percobaan untuk
melihat hasilnya, jika bagus lalu dibuatkan prosedur bakunya
(standard
operating procedure-SOP).
Control: di tahap ini kita harus membuat rencana dan desain
pengukuran agar
hasil yang sudah bagus dari perbaikan team kita bisa
berkesinambungan.
Dalam tahap ini kita membuat semacam metrics untuk selalu
dimonitor dan
dikoreksi bila sudah mulai menurun ataupun untuk melakukan
perbaikan lagi.
Sedangkan Lean adalah suatu metodologi sistematik untuk
mengurangi
kompleksitas dan melancarkan proses dengan mengidentifikasi dan
mengeliminasi
-
sumber dari pembrosan (waste) dalam proses, karena pemborosan
bisa mengakibatkan
macetnya aliran.
Lean six sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six sigma
dapat
didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik
dan sistematik untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau
aktivitas-aktivitas yang tidak
bernilai tambah (non value added activities) melalui peningkatan
terus-menerus untuk
mencapai tingkat kinerja enam sigma, dengan cara mengalirkan
produk (material, work-
in-process, output) dari pelanggan internal dan external untuk
mengejar keunggulan dan
kesempurnaan berupa hanya memproduksi 3.4 cacat untuk setiap
satu juta kesempatan
atau operasi (3.4 DPMO).
Lean dan Six Sigma memang dua metodologi perbaikan yang beda
asal-
muasalnya. Namun pada dunia bisnis modern, para praktisi
seringkali menyatukan
keduanya untuk mendapatkan semua manfaat dari dua metodologi
tersebut: kecepatan
Lean dan kualitas Six Sigma. Melalui penyatuan tersebut,
terjadilah sinergi yang kini
kita kenal dengan sebutan Lean Six Sigma.
Untuk menerapkan Lean dan Six Sigma sekaligus, perusahaan harus
memahami
perbedaan-perbedaan tersebut. Perbedaan antara Lean dan Six
Sigma dijabarkan pada
tabel berikut:
Gambar 1 Perbedaan Lean & Six Sigma
Walaupun memiliki fokus yang berbeda, Lean dan Six Sigma berbagi
tujuan yang
sama, yaitu kepuasan pelanggan. Lean memenuhi kepuasan pelanggan
dengan
menghadirkan value, sedangkan Six Sigma melalui kualitas dari
produk dan jasa. Tabel
http://www.leanindonesia.com/2014/06/keuntungan-integrasi-lean-dan-six-sigma/http://www.leanindonesia.com/wp-content/uploads/2012/06/Screen-Shot-2012-06-06-at-10.38.30-AM.png
-
dibawah ini akan menjelaskan dengan lebih ringkas mengenai
perbedaan fokus Lean
dan Six Sigma yang mengarah kepada tujuan kepuasan pelanggan
tersebut:
Gambar 2 Perbedaan Fokus Lean & Six Sigma
Pendekatan Lean bertujuan untuk menghilangkan pemborosan,
memperlancar
aliran material, produk dan informasi serta peningkatan
terus-menerus. Sedangkan
pendekatan Six sigma untuk mengurangi variasi proses,
pengendalian proses dan
peningkatan terus menerus. Integrasi antara Lean dan Six sigma
akan meningkatkan
kinerja melalui peningkatan kecepatan dan akurasi (zero defect).
Pendekatan Lean akan
memperlihatkan non value added (NVA) dan value added (VA) serta
membuat value
added mengalir secara lancar sepanjang value stream process,
sedangkan six
sigma akan mereduksi variasi dari value added itu.
Gambar 3 Kunci menuju Lean six sigma
http://www.leanindonesia.com/wp-content/uploads/2012/06/Screen-Shot-2012-06-06-at-10.38.46-AM.pnghttp://qualityengineering.files.wordpress.com/2008/06/13.gif
-
Lean six sigma lebih memfokuskan pada perbaikan proses,
dengan
menggunakan data yang diperoleh maka dapat diketahui apa yang
salah dengan sistem
kerja perusahaan, sehingga bisa diidentifikasi letak dan
penyebab masalah dan dapat
dengan segera diambil tindakan untuk menghilangkannya.
Beberapa data dan ukuran yang digunakan acuan dalam Lean six
sigma :
Kepuasan pelanggan (a result measure) : data yang dibutuhkan
berupa data
hasil survey atau interview mengenai hal-hal yang diinginkan
pelanggan
terhadap produk atau jasa.
Financial Outcomes (a result measure) : digunakan untuk melihat
pengaruh
suatu masalah terhadap keuntungan, biaya, pendapatan dll.
Speed atau lead time (result or process measure) : digunakan
untuk
mengetahui seberapa cepat kerja yang dilakukan oleh perusahaan
untuk
menghasilkan produk atau jasa.
Kualitas/defect ( result or process measure) : data mengenai
seberapa banyak
kesalahan yang dibuat oleh perusahaan dalam menghasilkan barang
atau jasa,
karena produk yang dihasilkan perusahaan akan berpengaruh
terhadap
kepusan pelanggan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan jurnal ini adalah
kajian
literatur. Dimana penulis mengumpulkan data dari berbagai
literature yang relevan
dengan bahasan. Literatur yang digunakan dapat berbentuk jurnal,
skripsi, maupun tesis,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Berikut ini
diagram alir
metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian
-
Gambar 4 Diagram Alir Metodologi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Implementasi metodologi Lean Six Sigma terdiri dari 5 tahap,
antara lain : Define,
Measure, Analyze, Improve, Control. Tahapan-tahapan tersebut
dilakukan untuk
membantu dalam memperbaiki kecepatan proses kerja dan menurunkan
reject produk
Painting plastic.
Tahap Define
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang terjadi
didapat tujuan dan
target dari penelitian yang dilakukan. Dimana identifikasi
dilakukan dengan
menggunakan diagram alir proses produksi painting plastic,
diagram SIPOC dan VOC.
Diagram alir proses produksi painting plastic digunakan untuk
mengdentifikasi
bagaimana proses produksi di painting plastic. Diagram SIPOC
digunakan untuk
mengidentifikasi ruang lingkup penelitian, guna mengetahhui
pihak pihak yang terkait
dalam penelitian dan merasakan dampak dari peneltian. Berikut
ini diagram SIPOC
proses produksi painting plastic.
-
Gambar 5 Diagram SIPOC
Tahap Measure
Pada tahap ini dilakukan pengukuran data data yang terjadi dalam
proses painting
plastic yang akan digunakan untuk mengetahui apakah proses
produksi Painting Plastic
part CFT (Cover Front Top) Black tipe KWWX di Line F sudah lean
atau belum.
Proses produksi Painting Plastic di PT. X telah menggunakan
sistem conveyor
berupa hanger yang digantung pada rel. Dengan kecepatan konveyor
(v) = 1450
mm/menit dan jarak antar hanger (s)= 750 mm, didapat waktu
perpindahan tiap hanger
(t) = 750/1450 = 31 detik. Dalam 1 hanger, terdapat 2 buah CFT
Black tipe KWWX.
Berikut ini data Value Added dan Non-Value added Time pada
proses produksi
Painting Plastic Part CFT Black tipe KWWX di line F.
Tabel 1 data Value Added dan Non-Value added Time pada proses
produksi Painting Plastic
Part CFT Black tipe KWWX di line F
Waktu Waktu Jumlah Waktu Waktu Tidak Value Non Value
No Nama Proses Baku Add Tersedia MP/Part Terpakai Terpakai Add
Time (detik) Time
1 Loading 31 13,05 1 13,05 17,95 13,05 17,95
2 Transportasi ke Wipping b 2883 2883 0 2883 0 0 2883
3 Wipping b 31 14,77 0,5 29,54 1,46 29,54 1,46
-
4 Transportasi ke Wipping a 93 93 0 93 0 0 93
5 Wipping a 31 13,1 0,5 26,2 4,8 26,2 4,8
6 Transportasi ke Airblow 155 155 0 155 0 0 155
7 Airblow 31 13,09 0,5 26,18 4,82 26,18 4,82
8 Transportasi ke Undercoat 124 124 0 124 0 0 124
9 Undercoat 31 27,32 1 27,32 3,68 27,32 3,68
10 Transportasi ke Flash off 217 217 0 217 0 0 217
11 Flash off 310 310 0 310 0 310 0
12 Transportasi ke Topcoat 124 124 0 124 0 0 124
13 Topcoat 31 29,83 1 28,83 2,17 28,83 2,17
14 Transportasi ke Setting room 217 217 0 217 0 0 217
15 Setting room 837 837 0 837 0 837 0
16 Bake oven 1612 1612 0 1612 0 1612 0
17 Transportasi ke Unloading 124 124 0 124 0 0 124
18 Unloading 31 14,19 1 14,19 16,81 14,19 16,81
19 Transportasi ke Loading 496 496 0 496 0 0 496
Total 7409 - - - - 2924,31 4484,69
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa value added time yang
didapat adalah
2924.31 detik dan total lead time adalah 6896.19 detik sehingga
didapatkan Process
Cycle Efficiency sebesar 42.40%. Dari hasil Process Cycle
Efficiency yang didapat,
dapat disimpulkan bahwa Proses Painting Plastic di PT. X masih
berada pada kisaran
level Low End PCE for Assembly Continous/one piece flow, jika
dibandingkan dengan
World class PCE.
Untuk mengukur kualitas produk, dimulai penentuan CTQ (Critical
To Quality)
yang bertujuan untuk menentukan karakteristik kualitas yang
mempengaruhi suatu
produk, kemudian dilakukan dengan membuat peta kendali p dengan
tujuan agar
mengetahui pengerjaan pada proses produksi Painting Plastic part
CFT Black tipe
KWWX sudah berada dalam batas kendali. Setelah semua data berada
dalam batas
kendali, dilanjutkan dengan menghitung DPMO (Defect Per Million
Opportunities) dan
Level Sigma yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan yang dimiliki
oleh proses produksi Painting Plastic PT. X.
-
Gambar 6 Peta Kendali P pada Proses Produksi Painting Plactic
part CFT Black tipe KWWX di
Line F periode Maret 2011 Mei 2011
Perhitungan DPMO dan level sigma bertujuan untuk mengetahui dan
mengukur
sejauh mana kemampuan proses yang dimiliki oleh Line F dalam
menghasilkan part
Painting Plactic CFT Black tipe KWWX. Dari perhitungan, didapat
bahwa nilai DPMO
pada Line F untuk part CFT Black tipe KWWX adalah 12.101. Jadi
tingkat sigma pada
Painting Plastic Line F untuk part CFT Black tipe KWWX adalah
3,7539. Berdasarkan
hasil perhitungan DPMO dan level sigma, maka dapat dikatakan
bahwa Line F untuk
part CFT Black tipe KWWX perlu melakukan perbaikan dan
peningkatan kualitas,
sehingga dapat mengurangi jumlah produk reject atau jumlah
reject mendekati zero
defect.
Tahap Analyze
Setelah dilakukan tahap measure, tahap selanjutnyayakni tahap
analyze. Pada
tahap Analyze dilakukan identifikasi penyebab cacat untuk dapat
meningkatkan
produktivitas. Berikut adalah diagram Pareto sebagai alat bantu
untuk mengetahui jenis
reject pada produksi Part CFT Black tipe KWWX yang tidak sesuai
dengan spesifikasi
yang kemudian diurutkan dari jenis reject yang memiliki jumlah
terbesar sampai jenis
reject yang memiliki jumlah terkecil, sehingga dapat diketahui
prioritas jenis reject
-
yang akan dianalisis dan diperbaiki. Perbaikan dilakukan pada
jenis reject yang
memiliki jumlah terbesar. Persentase reject part CFT Black tipe
KWWX di Line F bulan
Maret 2011- Mei 2011 dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 7 Diagram Pareto Reject part CFT Black tipe KWWX di Line
F bulan Maret 2011- Mei
2011
Berdasarkan diagram Pareto tersebut dapat diketahui bahwa jenis
cacat yang
dominan yakni reject tipis, meler, DLL, dan kotor. Dari ketiga
jenis reject tersebut,
dilakukan tahap analisis dengan menggunakan diagram sebab
akiibat dan FMEA.
Dimana diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui penyebab
dari ketiga jenis
reject tersebut, yang dilihat dari 5aspek (man, machine,
material, metode dan
lingkungan). Kemudian dari penyebab reject tersebut dilakukan
FMEA, yeng bertujuan
untuk mengidentifikasi permasalahan potensial yang mungkin
terjadi dan
menghilangkan atau meminimumkan permasalahan itu melalui deteksi
atau pencegahan.
Melalui FMEA akan ditentukan nilai-nilai pengaruh buruk
(severity), kemungkinan
kejadian (likelihood), dan efektivitas, serta nilai RPN (Risk
Priority Number) yang
merupakan perkalian antara severity, likelihood, dan
efektivitas.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan FMEA, maka didapatkan
nilai RPN
untuk masing-masing penyebab potensial dari jenis-jenis reject
yang memiliki jumlah
terbesar. Berdasarkan nilai RPN yang diperoleh, maka dapat
diketahui urutan
permasalahan yang dihadapi perusahaan, guna menurunkan reject,
khususnya pada CFT
Black tipe KWWX. Nilai RPN dari penyebab reject potensial dapat
dilihat di bawah ini
-
Tabel 2 Nilai RPN dari penyebab potensial
Mode Kegagalan Potensial Penyebab Potensial RPN
Viskositas cat tidak sesuai standar 9
Nozzle mampet 24
tipis/meler Penerangan membelakangi MP 36
Tidak ada OS dalam pengaturan keluaran spraygun 75
MP belum terampil 60
MP tidak mengecek hasil pengecatan 36
Penyaringan cat tidak sempurna 9
Pengeringan part lembab yang lama 75
Cap spraygun kotor 27
Kotor Udara dari ai rblow kotor 27
Hanger, jig, sub jig kotor 60
Wipping kurang bersih 18
Rinsing selang belum bersih 18
MP masuk dalam keadaan kotor 48
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab
potensial
pada jenis reject meler/tipis adalah tidak ada OS dalam
pengaturan keluaran spraygun,
dan man power yang belum terampil. Sedangkan untuk jenis reject
kotor, penyebab
potensial yang terjadi adalah pengeringan part lembab yang lama
dan hanger, jig, sub
jig yang kotor.
Tahap Improve
Tahap improve bertujuan untuk menemukan solusi yang tepat untuk
mengatasi
masalah. Tahapan yang pertama dari improve adalah mencari solusi
yang potensial
untuk mengurangi pemborosan. Usulan dan pelaksanaan dirangkum
pada tabel di bawah
ini
Tabel 3 Usulan dan Pelaksanaan Perbaikan
No Permasalahan Usulan Perbaikan Pelaksanaan
Keterangan
Ya Tidak
Tidak ada OS dalam menentukan OS besar
Proses pengecatan dapat lebih
1 pengaturan keluaran keluaran dari spraygun terstandar
spraygun
2 MP belum terampil Training proses spray secara
dapat meningkatan keterampilan
reguler untuk operator MP
-
Penerangan mengganti lampu yang padam
membelakangi MP, Penggantian dilakukan saat libur
3 dan yang telah redup dengan ada lampu yang lebaran
lampu yang baru padam dan redup
memberikan spare nozzle
4 Nozzle mampet kepada teknisi masing-masing
Pemesanan nozzle agak lama line agar penanganan dapat
dilakukan lebih cepat
Pengeringan part
Menambah oven utuk
5 mempercepat proses oven masih dipinjam Painting steel lembab
yang lama
pengeringan
harus diuji terlebih dahulu
Hanger, jig, sub jig
Penambahan proses bagaimana metode pembersihan,
6 pembersihan hanger, jig, dan korelasi terhadap reject,
kotor
sub jig setelah unloading pembuangan limbah, dan
investasi/expense
mengaktifkan kembali
MP masuk dalam
blowroom untuk
7 membersihkan operator dari Dipertimbangkan keadaan kotor
debu sebelum masuk ke
spraybooth
8 Cap spraygun kotor penggantian cap spraygun
Boleh diimplementasikan tiap jam
memasukkan proses
9 Udara dari air blow maintenance air blow ke
Dipertimbangkan kotor dalam jadwal maintenance
regular
menjabarkan reject "DLL"
Banyaknya jumlah
pada Production Control
10 Painting Plastic dengan Boleh diimplementasikan reject
"DLL"
mengganti jenis reject yang
jarang terjadi
Tidak terdatanya part membuat visual display dan
11 Finish Good hasil mengganti tabel Production Boleh
diimplementasikan
repaint Control Painting Plastic
Banyak part NG yang
Membuat visual display
12. standard visual painting Boleh diimplementasikan lolos ke
customer
plastic
Tahap Control
Tahap control merupakan tahap pengukuran dan pengendalian
terhadap
implementasi yang telah dilakukan. Pada tahap control akan
diketahui apakah tindakan
perbaikan (improve) yang telah dilakukan dapat berjalan dengan
baik atau tidak. Karena
keterbatasan waktu, nilai KPI-Q setelah diadakan perbaikan tidak
dihitung.
Pemarkingan part di sanding sudah dapat berjalan, tetapi dalam
perekapan datanya
belum dapat dilaksanakan dengan baik karena MP harus tetap
mengisi data rekap yang
-
lama. Untuk pemecahan jenis reject DLL ke dalam beberapa jenis
reject telah
mengurangi jumlah reject DLL dalam 30 kali sampel, jadi dapat
dikatakan pemecahan
jenis reject DLL menjadi beberapa jenis reject dapat berfungsi
dengan baik.
KESIMPULAN
Dalam proses produksi Painting Plastic part CFT Black tipe KWWX
di Line F
memiliki nilai Process Cycle Efisiency (PCE) sebesar 42,40%
dengan level sigma 3,75.
Hal tersebut menunjukkan perlu adanya perbaikan dalam proses
produksi painting
plastic. Kemudian dilakukan analisa penyebab terjadinya reject
dengan diagram pareto.
Penyebab utama persentase jumlah reject part CFT Black Tipe KWWX
melebihi target
KPI-Q (Key Performance Indicator of Quality) adalah reject
tipis, reject meler, reject
lainnya,dan reject kotor. Yang kemudian dilakukan analisa
penyebabnya guna
perbaikan kualitas. Perbaikan yang dapat diterapkan antara lain
: 1)Penambahan Proses
Pembersihan Hanger Setelah Proses Unloading; 2)Penggantian Cap
Spraygun Tiap Jam;
3)Menjabarkan reject "DLL"; 4)Membuat Visual Display dan
Mengganti Tabel
Production Control Painting Plastic; 5)Membuat Visual Display
Standard Visual
Painting Plastic.
DAFTAR PUSTAKA
Harmando. Pendekatan Six Sigma Untuk Menganalisis Kualitas
Produk (Studi Kasus
PT Media Nusantara Press). Universitas Bina Darma, Palembang
Samadhi, Ary T.M.A, dkk. Penerapan Six Sigma Untuk Peningkatan
Kualitas Produk
Bimoli Classic (Studi Kasus : PT. Salim Ivomas Pratama Bitung).
Program
Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Unika De La Salle,
Manado
Valensia, Silvie, dkk. Analisa Efisiensi dan Kualitas Proses
Pengecatan Part Plastik
Cover Front Top Black Tipe KWWX di PT. X dengan Menggunakan
Metodologi
Lean Six Sigma. Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik
Mesin Fakultas
Teknik, Universitas Tarumanagara, Jakara Barat.