dari pokok tanaman. Pupuk dimasukkan ke dalam lubang kemudian
ditutup dengan tanah.
Waktu pemberian :
) Umur tanaman sampai 1 minggu ZA 50 kg, TSP 50 kg dan KCL 50
kg.
)Umur tanaman 30-45 hari 100kg Urea.
d. Penyiangan
Sampai umur 50 hari tanaman Kapas harus bebas dari gangguan
gulma dan harus selalu gembur.e. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada tanaman yang terlalu subur/tinggi
yaitu pada umur tanaman 70-80 hari sehingga ketinggian tanaman
berkisar 100-125 cm. Bagian tanaman yang dipangkas adalah pucuk
tanaman anatar daun kedua dan ketiga dari atas.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dijelaskan dalam petunjuk pengendalian hama dan penyakit tanaman
kapas secara terpadu.
DISUSUN OLEH :Argo Judhiono,SP
I. PENDAHULUANPenerapan pola tanam kapas sistem tumpang gilir
dan tumpang sari merupakan metode yang efektif dalam pemanfaatan
lahan sempit yang yang sangat menguntungkan/meningkatkan pendapatan
petani.
Bagaimana pola tanam tersebut, akan kami uraikan sebagai berikut
:II. TUJUAN1. Pola Tanam
a) Pola tanam monokultur
Tanaman Kapas ditanam sebagai monokultur dengan agro input dan
jarak tanam sesuai anjuran.
b) Pola tanam tumpang gilir
Merupakan pola tanam dengan dua jenis tanaman yang ditanam pada
lahan yang sama dengan waktu tanam yang jauh berbeda. Untuk tanaman
jagung dengan Kapas berada diantara jagung maksimal 2 minggu
sebelum jagung dipanen.
c) Pola tanam tumpang sari
Merupakan pola tanam dengan dua atau tiga jenis tanaman ditanam
pada lahan yang sama dan waktu tanam masing-masing jenis tanaman
tersebut relatif bersamaan.
2. Penanaman
2.1. Waktu Tanam
a. Waktu penanaman Kapas diperhitungkan sedemikian rupa hingga
tanaman mendapatkan cukup air pada saat pertumbuhan / perkembangan
dan tidak ada hujan (musim kemarau) pada musim panen.
b. Waktu Pola tanam tumpang gilir antara jagung dengan kapas,
dimana tanaman kapas ditanam diantara tanaman jagung maksimal 2
minggu sebelum jagung dipanen.
2 Minggu
c. Pola tanam tumpang sari jagung, kapas dan palawija, dimana
jagung ditanam bersamaan dengan kapas, sedang palawija ditanam
relatif bersamaan atau 1 2 minggu sesudah penanaman kapas.
1 2 Minggu
2.2. Jarak Tanam
a. Tanah subur, jarak tanam kapas antara barisan 100-200 cm dan
dalam barisan 25-40 cm. Sedang pada tanah tidak subur, jarak tanam
antara barisan 70-90 cm dan dalam barisan 10-25.
b. Tumpang gilir jagung kapas. Kapas ditanam antara barisan
tanaman jagung, apabila jarak tanam jagung antara barisan 100 cm,
maka barisan kapas berada 50 cm dari barisan jagung.
c. Tumpang sari kapas jagung secara strip cropping dan tumpang
sari kapas palawija dengan ratio 80 % populasi kapas dan 20 %
populasi jagung/palawija. Hal ini dapat dilaksanakan dengan 2 pola
yaitu: 4 baris tanaman kapas diselingi 1 baris tanaman jagung.
16 baris tanaman kapas diselingi oleh 4 baris tanaman
jagung.Pola tanam kapas dan jagung ditanam bersamaan dengan jarak
tanam adalah 100 cm antar baris dan 25 cm diantara barisan, sedang
tumpang sari kapas dengan palawija adalah palawija ditanam ditngah
barisan kapas dengan jarak tanam 25 x 25 cm.
2.3. Cara menanam kapas
a. Tanah ditugal sedalam + 5 cm tiap lubang diisi 5 6 biji.
b. Tutup lubang tersebut dengan tanah yang gembur.
3. Pemeliharaan Tanamana. Sulaman
Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam
Menyulam dapat langsung dengan biji atau dengan tanaman yang
diambilkan dari lubang yang berkelebihan.
b. Penjarangan
Penjarangan tahap pertama saat tanaman berumur 2 minggu,
tinggalkan 2-3 tanaman yang terbaik.
Penjarangan kedua saat tanaman berumur 3 minggu, ditinggalkan 1
2 tanaman perlubang.
Penjarangan yang terlambat (setelah umur tanaman lebih dari 1
bulan) dapat menurunkan produksi 25-50 %.
c. Pemupukan
Secara umum dosis pupuk/Ha adalah Urea: 100 kg, ZA : 50 kg, TSP
: 50 kg dan KCL : 50 kg.
Pemupukan dilakukan dengan cara menugal sedalam 5 cm, sejauh
10-15 cm
MENGELOLA USAHATANI PERKEBUNAN SESUAI METODE KONSERVASI
LAHAN
Disusun Oleh : H. Jumada, S.Hut
A. Latar BelakangTerjadinya erosi erat kaitannya dengan
pengggunaan dan pengelolaan lahan di suatu kawasan, tidak
terkecuali di bagian hulu (upstream) suatu daerah aliran sungai
(DAS). Untuk mencegah erosi masyarakat harus memperbaiki pola dan
praktek-praktek penggunaan lahan dan melakukan usaha-usaha
konservasi tanah dan air.
Konservasi lahan merupakan suatu tindakan atau perlakuan untuk
mencegah kerusakan tanah dan memperbaiki lahan yang telah rusak.
Metode konservasi tanah dibagi tiga teknik tindakan yaitu : (a)
metode vegetatif, (b) metode mekanik dan (c) metode kimia.
Konservasi tanah dengan metode mekanik salah satunya adalah
pembuatan teras. Jenis teras yang sering digunakan sebagai tindak
konservasi di Indonesia adalah teras bangku (bench terrace). Teras
mempunyai fungsi mengatasi panjang lereng dan menahan air sehingga
dapat mengurangi kecepatan dan jumlah aliran air permukaan (surface
run off), serta meningkatkan infiltrasi yang selanjutnya mengurangi
laju erosi.
Untuk memanfaatkan lahan-lahan usahatani yang kritis dalam
kawasan DAS hulu Jeneberang maka diperlukan pengelolaan usahatani
perkebunan sesuai metode konservasi. Salah satu teknik konservasi
yaitu pembuatan teras dapat meningkatkan produksi dan produktifitas
komoditi perkebunan seperti kopi dan kakao.
B. Permasalahan1. Kurangnya partisipasi dan kesadaran petani
dalam melakukan konservasi lahan di bagian hulu daerah aliran
sungai (DAS).2. Tingkat pengetahuan petani dalam mengelola
usahataninya sesuai konsep konservasi masih rendah
3. Terjadinya erosi, menambah lahan kritis di dalam kawasan
DAS.
4. Rendahnya peningkatan produksi dan produktifitas komoditi
kopi dan kakao.C. Kondisi Tahun 2008
Secara administrasi DAS Jeneberang Kabupaten Gowa seluas 98.060
Ha, Luas Cactment area DAS Jeneberang secara keseluruhan seluas
112.00 Ha dengan rincian :
1. Sub DAS Jeneberang hulu seluas 34.238 Ha.
2. Sub DAS Jenelata seluas 26.488 Ha.
3. Sub DAS Jeneberang Hilir seluas 24.169 Ha.
4. Sub DAS Malino seluas 27.105 Ha.
5. Areal DAS hulu (binaan) = 500 Ha
6. Areal DAS hulu (belum dibina) = 33.738 Ha
7. Jumlah petani yang terlibat = 850 OrangD. Pengertian
1. Konsevasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam
usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan
menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah agar lahan dapat
dipergunakan secara lestari.
2. Daerah Aliran Sungai (DAS) hulu adalah suatu daerah di hulu
yang dibatasi oleh pembatas tofografi berupa punggung-punggung
bukit atau gunung yang menampung air hujan yang jatuh di atasnya
dan kemudian mengalirkannya melalui anak sungai dan sungai ke laut
atau ke danau.
3. Terasering adalah bangunan konservasi tanah yang dibuat
sejajar garis kontur yang dilengkapi saluran peresapan, saluran
pembuangan air (SPA) serta tanaman penguat teras yang berfungsi
sebagai pengendali erosi.
4. Guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa pematang
dengan ukuran tinggi dan lebar tertentu yang dibuat sejajar garis
kontur/memotong arah lereng yang dilengkapi tanaman penguat teras
yang berfungsi sebagai pengendali erosi
5. Saluran pembuangan air adalah saluran dengan ukuran tertentu
yang dibuat tegak lurus kontur serta dilengkapi dengan bangunan
terjunan yang berfungsi menampung dan menyalurkan aliran
permukaan
6. Rorak/saluran buntu adalah suatu bangunan berupa got/saluran
buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah teras dan
sejajar garis kontur yang berfungsi untuk menjebak/menangkap aliran
permukaan dan juga tanah yang tererosi
7. Erosi adalah peristiwa pindahnya/ terangkutnya
tanah/bagian-bagian tanah ke suatu tempat oleh media alami terutama
air yang dapat berupa erosi lembar, erosi parit, atau bahkan erosi
parit8. Lahan kritis adalah lahan yang karena tidak sesuainya
penggunaan dengan kemampuannya telah mengalami atau dalam proses
kerusakan fisik, kimia dan atau biologi.
1. Meningkatkan partisipasi dan kesadaran petani dalam melakukan
konservasi lahan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS)
2. Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan, pendapatan serta
kesejahteraan petani.
3. Mengurangi erosi dan meningkatkan fungsi hidrologis kawasan
hulu.
4. Mengembalikan dan meningkatkan produktivitas lahan pada DAS
hulu Jeneberang.
Sasaran dari konservasi lahan perkebunan adalah lahan-lahan
kritis di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS), sedangkan rencana
lokasi konservasi DAS hulu tahun 2009 seluas 250 Ha yang akan
dikelola langsung oleh petani/kelompok tani atau Gapoktan.
A. Metode Konservasi Vegetasi
1. Reboisasi yaitu penanaman kembali di kawasan hutan dan
Penghijauan yaitu penanaman yang dilakukan di luar kawasan
hutan.
2. Pengelolaan penanaman (Crop Management) seperti countaur
cropping, multiple cropping, crop rotation, 3. Tanaman penghalang,
untuk mengurangi atau menahan laju aliran air permukaan (surface
run off) sehingga daya kikisnya berkurang.
4. Pemacu pertumbuhan, tanaman dipupuk sehingga cepat berfungsi
sebagai penutup lahan (cover crop) yang dapat mengendalikan run off
dan erosi
B. Metode Konservasi Mekanik1. Teras Saluran (Rorak)
Berbentuk saluran dengan lebar 30 cm
Jarak antara teras 5 10 meter
Dinding saluran dapat diperkuat dengan tanaman rumput
Run off akan tertampung didalam saluran
Endapan partikel tanah dikeruk secara priodik
Teras saluran sering disebut rorak penangkap atau saluran
buntu
2. Teras Guludang (Lip terrace)
Berfungsi seperti saluran tetapi berbentuk guludan
Guludan dibuat dari tanah, batu, sisa-sisa tanaman
Lebar dan tinggi guludan 30 cm
Jarak teras antara 5 10 meter
3. Teras Kredit (Ridge terrace)
Gabungan antara saluran dan guludan menjadi satu, untuk
memperbesar daya tampung air dan endapan.
Endapan diangkat ke atas saluran, lama-lama berbentuk teras
bangku secara berangsur-angsur atau kredit.
4. Teras Bangku (Bench terrace)
Terdiri dari saluran dan guludan (lip) yang dibuat terpisah oleh
bidang olah
Guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Aliran air terkumpul pada saluran peresapan dialirkan ke saluran
pembuangan outlet atau water way dan dilengkapi dengan bangunan
terjunan (drop structure)
Teras bangku dibuat pada daerah yang mempunyai kemiringan kurang
dari 40%.
5. Saluran Pembuangan (water way)
Erosi terjadi karena aliran air permukaan (surface run off)
Membuang air permukaan ke saluran pembuangan (water way)
Saluran dibuat tegak lurus garis kontur.C. Metode Konservasi
Kimiawi
1. Soil condisioner
Adalah bahan organik pemantap tanah yang merupakan bahan-bahan
polymers berguna untuk memperbaiki struktur/agregat tanah
Sasaran lahan miring yang strukturnya lepas, kandungan pasir
tinggi dan miskin hara tanaman.2. Hidro seeding Berupa bahan cair
yang terdiri dari campuran bahan kimiawi sebagai pemantap tanah
(soil conditioners) dan biji-bijian, kemudian disebarkan pada
lahan
Sasaran tebing-tebing sungai, saluran air baik alami maupun
buatan dengan permukaan tanah yang beragam.3. Mulch Bahan penutup
tanah baik organik maupun anorganik yang digunakan untuk
mengendalikan erosi dan run off dengan cara melindungi permukaan
tanah dari kikisan air hujan dan hembusan angin.
Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik atas partisipasi dan
kesadaran petani maupun generasi muda dalam melakukan konservasi
lahan, dan didukung oleh pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya
masyarakat.
Harapan ke depan adalah terciptanya pengelolaan sumber daya
alam, kelestarian dan keserasian ekosistem (lingkungan hidup) yang
berkelanjutan sehingga produksi dan produktifitas komoditi
perkebunan serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani.
V. PENUTUP
Gambar 2. Teras guludang
Guludan 30 cm
5 10 M
Gambar 1. Teras Saluran
Saluran 30 cm
5 = 10 M
IV. TEKNIK PELAKSANAAN
III. SASARAN KONSERVASI TAHUN 2009
II. TUJUAN
PALAWIJA
KAPAS
KAPAS
JAGUNG
KAPAS
JAGUNG
I. PENDAHULUAN