Top Banner

of 25

LCM.pdf

Mar 02, 2016

Download

Documents

rifdailahy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Leadership adalah pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain dan keadaan disekitarnya,

    bahkan mampu mengubah apa yang diyakini orang lain menjadi sama dengan apa yang

    diyakininya.

    1. Level 1 leadership karena jabatan position.

    (karena jabatan / otoritas)

    Anda menjadi leadership karena ada surat penunjukan bahwa anda menduduki posisi ini.

    Sebagai kekuatan ini berporos pada posisi, tertumpu pada jabatan.

    Pemimpin dengan level ini sering menggunakan isilah " Aku adalah pemimpin di bagian ini...

    aku

    adalah BOSS"

    Namun orang sering lupa pada posisi ini dan lupa mengembangkan kemampuan

    kepemimpinannya kelevel berikutnya, ini kebanyakan dengan memaksa dan berteriak,

    sedihnya para pekerja hanya mengikutinya dari belakang.

    Mereka dengan posisi ini melakukan tugas karena mereka harus melakukannya, bukan karena

    anda, bukan karena pengaruh anda, tetapi pengaruh dari Posisi yang sekarang yang anda jabat.

    Posisi bukan puncak dari Leadership.

    2. Level 2 leadership karena Permission - diijinkan untuk memimpin.

    (karena ada hubungan pribadi, kedekatan)

    Dipilih leadership karena kemampuan anda dalam mengemban jabatan, mengembangkannya

    dalam lingkungan sosial. Kemampuan belajar, membawa diri, kesantunan dan rasa hormat

    akan membawa kepada level hubungan yang lebih baik. Kondisi inilah yang memotivasi anda

    untuk dapat menjalankan tugas anda sebagai pemimpin. Rekan kerja akan merasa nyaman

    dengan anda.

    Bahkan mereka ragu atau tidak nyaman meninggalkan Anda sendiri menyelesaikan pekerjaan,

    mereka mau menunggu Anda dan pulang bersama. Karena Anda selalu mendahulukan

    Perhatian bagi para pengikut Anda. Anda selalu mengadakan komunikasi yang baik. Melakukan

    pendekatan sebagai pekerja dan manusia.Anda bisa mencintai dan menyayangi Mereka meski

  • Anda tidak memimpin Mereka, Tetapi Anda tidak mungkin bisa memimpin Mereka tanpa rasa

    sayang dan cinta untuk Mereka. Mereka melakukan pekerjaan Mereka, karena Mereka ingin

    melakukannya untuk Anda dan Mereka sendiri.

    3. Level 3 Leadership karena hasil kerja / production

    (Hasil yang telah diraih dari kinerja suatu perusahaan)

    Anda dipandan lebih dan memberikan pengaruh positif bagi anggota organisasi karena

    kemampuan anda dalam menghasilkan sesuatu.

    Team menjagokan anda untuk berhasil dan menghasilkan buat perusahaan. Team merasa

    senang, bila perusahaan maju dan mencapai hasil terbaiknnya. Atasan anda perlahan

    memberikan kepercayaan bagi anda dan team anda untuk menghasilkan sesuatu yang lebih

    baik. Anda bekerja bersama Team anda dan mereka dengan suka rela mendukung anda

    kepuncak pencapaian yang maksimal.

    Anda dilihat oleh Team anda, sebagai pribadi yang menghasilkan sesuatu, dan merupakan

    kebanggaan bagi mereka untuk menjadi tim kerja anda.

    4. Level 4 Leadership karena dicetak oleh pemimpin baru (people develompment)

    (Leadership karena dicetak oleh orang yang mendukung anda)

    Seorang pemimpin bertugas menciptakan pemimpin yang baru juga. Biasanya pemimpin ini

    salinan dari yang anda perbuat. Anda dididik mereka dari bawahan untuk menjadi pemimpin

    selanjutnya.

    Pelatihan, berbagi, medidik dan mengajari keutamaan dalam bekerja, kemampuan teknis dan

    manajemen merupakan pondasi untuk dapat bertumbuh bersama. Anda juga membuat

    lingkungan dan para pekerja tumbuh bersama, mencapai hasil yang optimal. Mereka tidak saja

    mendukung anda , tetapi loyal sekaligus menaruh rasa hormat kepada anda, karena peran

    anda dalam mengembangkan organisasi dan anggota team.

  • Ada cerita kesuka-citaan bersama, kesuksesan bersama dan kebersamaa dan dan mereka.

    Orang-orang yang ada disekitar anda akan selalu mendukung dan loyal kepada anda sebagi

    pemimpin. Mereka merasa menjadi pribadi yang lebih baik ada di dekat anda.

    5. Level 5 Leadership karena penghormatan (pemimpin yang sempurna)

    Menjadi level ini adalah Anugrah, karena tidak harus melewati level 1 sampe dengan 4.

    Kehadiran anda adalah kesempurnaan sebagai contoh dan teladan. Anda tidak sekedar

    memimpin, tetapi merupakan contoh hidup, manusia yang menjadi contoh baik spiritual

    maupun duniawi. Sering kali dikaitkan dengan level 5 ini dalam kegiatan spiritual atau

    pemimpin spriritual, karena keutamaan dan kesempurnaannya. Diikuti dan dituruti karena

    keutamaan sikap dan perilaku.

    Anda mau mengetahui level Leadership anda isi formulir berikut klik disini

    Bilamana anda mau membentuk leadership diperusahaan anda, daftarkan segera anda

    ataupun bawahan anda yang akan dididik untuk menjadi leadership yang terbaik diperusahaan

    anda.

    Dapatkan Seminar CD Audio Leadership gratis dengan menghubungi no telpon 021 583 583 33

    atau klik disini segera, terbatas 100 orang hari ini.

    Serta dapatkan Free Konsultasi Bisnis untuk bisnis dan dapatkan pelatihan leadership dengan

    klik disini.

    Diskon sampai 75 % untuk seminar-seminar dari PT Formula Bisnis Indonesia terbatas hari ini

    hanya 10 orang, daftar segera sebelum kuota habis.

  • Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) didasari pada

    keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk,

    bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme, teori

    kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau

    internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya,

    melalui pelatihan atau observasi.

    Pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola

    tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang

    sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari,

    hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat

    memimpin secara efektif. Namun demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini

    dipengaruhi oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan

    suatu kepemimpinan.

    Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa konsep sifat

    kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif, karena sifat

    sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk, menjelaskan

    bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4 bentuk perilaku, yakni 1) ada yang

    lebih menekankan pada tugas; 2) ada yang lebih mementingkan pada hubungan; 3) ada

    yang mementingkan kedua-duanya; dan 4) ada yang mengabaikan kedua-duanya.

    Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku pemimpin dengan

    orientasi bawahan ialah 1) penekanan pada hubungan atasan-bawahan, 2) perhatian

    pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya, dan 3) menerima

    perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam diri

    dari para bawahan.

    Dalam penjabaran lebih lanjut, analisis perilaku kepemimpinan ini menghasilkan

    beberapa teori kepemimpinan sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini secara

    lebih detail.

    C. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan Perilaku

    Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya

    menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana

    yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya

    kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu 1) yang berorientasi

    pada tugas (task oriented) dan 2) yang berorientasi pada bawahan atau karyawan

    (employee oriented).

  • Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas

    dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya.

    Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja

    keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi

    pada bawahan cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan

    lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat

    sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya

    kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha

    keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan

    tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

    1. High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi

    tugas yang tinggi juga.

    2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi,

    tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.

    3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan

    dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan

    Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan

    hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti:

    membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia

    berkonsultasi dengan bawahan

    4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga

    lemah.

    Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal akibatnya

    adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat

    ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang

    dipimpinnya tersebut.

    Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang

    terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio, studi

    Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.

    1. Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan,

    yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian

    mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.

    2. Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi perilaku

    kepemimpinan. Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu

    perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu, yang terdiri

    dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan perhatian. Struktur

  • pembuatan inisiatif menunjukkan pada pencapaian tugas. Perhatian

    menunjukkan perilaku pemimpin pada hubungan dengan bawahannya.

    3. Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan,

    yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang

    berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja

    dan menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin yang berorientasi pada

    produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.

    4. Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut Likert,

    pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participatif management. Gaya ini

    menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada

    bawahan dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam

    manajemen sebagai berikut:

    1. Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras)

    2. Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik)

    3. Cosultative (Konsultatif)

    4. Participatif (Partisipatif).

    Likert menyimpulkan bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan produktivitas

    kerja yang rendah, sedangkan penerapan sistem 3 dan 4 akan menghasilkan

    produktivitas kerja yang tinggi.

    Memahami gaya kepemimpinan seseorang sangatlah kompleks, sehingga memunculkan

    berbagai gaya yang bervariasi satu sama lain. Dari berbagai kombinasi gaya

    kepemimpinan lahir gaya kepemimpinan dasar yang terdapat pada diri seorang

    pemimpin (Hersey dan Blanchart, 1977) seperti dikutip oleh Nanang Fattah.

    1. Tiga dimensi gaya kepemimpinan menurut Reddin.

    Sedangkan menurut Reddin (1970) dalam bukunya Manajerial Effectiveness

    dijelaskan bahwa penambahan komponen efektivitas pada dua dimensi kepemimpinan

    yang sudah ada (dimensi tugas dan dimensi hubungan) sistem misi manajerial

    (manajerial Grid) dari Blake dan Mounton yang disarikan oleh Nanang Fatah (1996:94)

    mengidentifikasikan selang perilaku manajemen atas dasar berbagai cara yang membuat

    gaya berorientasi kepada tugas dan gaya yang berorientasi kepada karyawan, masing-

    masing dinyatakan sebagai suatu rangkaian kesatuan pada skala 1 sampai 9 yang

    berinteraksi satu sama lain tentang kisi-kisi manajerial (manajerial Grid).

    Gaya kepemimpinan yang dibawah tergolong pemimpin miskin (impoverished

    management) dengan perhatian yang rendah orang dan rendah terhadap tugas. Gaya

    kepemimpinan di atas adalah kekeluargaan (country club) perhatian yang tinggi kepada

    karyawan, tetapi rendah perhatian terhadap tugas. Gaya pemimpin di atas tapi keras

  • adalah manajemen tugas atau gaya otoriter yakni perhatian tinggi terhadap tugas, tetapi

    rendah perhatian pada orang. Gaya pemimpin landai/tengah-tengah adalah gaya

    manajemen jalan tengah (middle road) sedang-sedang saja pada tugas maupun pada

    orang. Gaya demokratis adalah gaya manajemen kelompok atau demokratis yakni

    perhatian yang tinggi baik kepada tugas maupun pada orang dan gaya ini biasanya lebih

    efektif dan mendapat dukungan kuat dari anggota organisasi.

  • Pemimpin jenis otokratis biasanya sangat perhatian terhadap efisiensi dan efektivitas kerja,

    tapi sayang meninggalkan perhatian pada peran anak buah dalam satu kesatuan gerak guna

    keberhasilan kepemimpinannya. Bagaimana tipe perilaku atau ciri pemimpin otokratis ? Untuk

    menggambarkan hal itu, maka tipe kepemimpinan otokratis dapat ditelusuri dari perilaku yang

    merinci ciri-ciri tipe pemimpin yang mempraktekkan kepemimpinan perilaku otokratis.

    Pemimpin otokratis dalam memimpin para pengikut menempatkan dirinya sebagai pusat

    kekuasaan. Perilaku memimpin akan menampakkan ciri kepemimpinannya antara lain :

    * Memegang kewenangan mutlak (bersikap adigang, adigung dan adiguna).

    * Kuasa dipusatkan pada diri pemimpin (aji mumpung).

    * Merumuskan sendiri ide, rencana dan tujuan.

    * Memilih kebijakan sendiri.

    * Menetapkan keputusan sendiri.

    Tipe perilaku pemimpin otokratis memimpin dirinya

    Perilaku seorang pemimpin otokratis tampak dari kegiatan perilakunya memimpin anak buah.

    Perilaku itu akan menunjukkan tipe kepemimpinannya, antara lain sebagai berikut :

    * Memraktekkan komunikasi satu arah (one way traffic of comunication)

    * Pengawasan kepada anak buah ketat.

    * Saran, pertimbangan, pendapat dari bahawan tertutup sama sekali.

    Tipe perilaku otokratis jika menghadapi bawahan

    Tipe pemimpin otokratis tampak dalam kegiatan membina bawahan, dan perilakunya antara

    lain berciri berikut dibawah ini. Namun demikian pada situasi dan kondisi tertentu pemimpin

    otokratis masih diperlukan. Adapun ciri pemimpin otokratis antara lain meliputi :

  • * Mementingkan tugas dibandingkan pendekatan kemanusiaan

    * Memaksa bawahan untuk patuh dan menuntut kesetiaan mutlak

    * Memaksa, mengancam, menghukum atau bahwkan mengintimidasi terhadap anak buah

    * Serba intruksi dan perintah

    * Kasar dalam pikiran, perasaan dan perbuatan

    * Kaku dalam pergaulan terutama kepada anak buah

    * Mencari perhatian ke atasan kalau ia pemimpin tingkat lini dan tingkat menengah

    * Lebih banyak kritik dari pada memuji bawahan

    Dan masih banyak lagi sumber yang menulis tentang tipe kepemimpinan otokratis.

    Berdasarkan ciri-ciri perilaku pimpinan otokrat dari beberapa ahli tersebut maka pemimpin

    otokratis memiliki ciri perilaku lebih mementingkan dirinya. Yang jelas mereka itu sangat

    mengandalkan kekuasaan dan kewenangannya. Berbeda dengan tipe kepemimpinan

    demokratis. Untuk lain waktu akan saya posting mengenai tipe kepemimpinan demokratis.

    emimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya sebagai indikator, hubungan

    dengan bawahannya bukan sebagai majikan terhadap pembantunya, melainkan sebagai

    saudara tua diantara temen-teman sekerjanya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha

    menstimulasi bawahannya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama.

    Dalam tindakan dan usaha-usahanya, selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan

    kelompoknya, serta mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

    Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam

    organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat

    dari perilaku yang ingin memajukan dan mengembangkan organisasi. Di samping itu,

    diwujudkan juga melalui perilaku pimpinan sebagai pelaksana.

    Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin yang demokratis mau menerima bahkan

    mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-kritik yang dapat

    membangun dari para bawahan yang diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan

    pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.

  • Selain itu, pemimpin yang demokratis mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan

    menaruh kepercayaan pula pada bawahannya, mereka mempunyai kesanggupan bekerja

    dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk

    rasa kekeluargaan dan persatuan, senantiasa berusaha membangun semangat bawahannya

    dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Di samping itu, juga memberi

    kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan

    mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawabnya.

    Pemimpin yang demokratis menurut Purwanto memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

    1) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk

    yang termulia di dunia.

    2) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan

    kepentingan dan tujuan pribadi bawahan.

    3) Senang menerima saran, pendapat, dan kritikan dari bawahan.

    4) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.

    5) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya.

    6) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari dirinya.

    7) Selalu mengembangkan kapasitas dari pribadinya sebagai pemimpin.

  • Definisi Kepimpinan

    Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-

    prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan

    manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang

    masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

    Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahli

    Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan

    atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan

    orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan

    kelompok.

  • Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang

    didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk

    berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian

    khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

    Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan

    mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku

    bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang

    diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok

    Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

    1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian

    Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari

    dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si

    pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang

    telah diberikan.

    2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic

    Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara

    luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan

    sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan

    banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

    3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire

    Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang

    secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

    EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN DARI EMPAT MACAM KEPRIBADIAN

    Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :

    1. Gaya Kepemimpinan Karismatis

    2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis

    3. Gaya Kepemimpinan Otoriter

  • 4. Gaya Kepemimpinan Moralis

    GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATIS

    Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona

    dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya

    kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.

    Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan

    peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang

    kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang orang yang datang ini akan kecewa karena

    ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta

    pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

    GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATIS

    Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang

    seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi

    keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua

    sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.

    Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya,

    mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat

    keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi

    pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya

    meninggalkan si pemimpin.

    GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER

    Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun

    tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu

    tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah langkahnya

    penuh perhitungan dan sistematis.

    Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka

    sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan

    adalah prinsip hidupnya.

  • GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS

    Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan

    kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para

    bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini.

    Orang orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.

    Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak

    stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan

    bersahabat.

    TEORI MOTIVASI MASLOW

    Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya

    mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki

    tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai

    yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai

    berikut :

    1. Kebutuhan Fisiologis 2. Kebutuhan Keamanan 3. Kebutuhan Sosial 4. Kebutuhan Pengakuan 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

    Dalam teori ini saya mengambil daerah ibukota yaitu DKI Jakarta. Di Jakarta

    terbagi 5 wilayah, yaitu : Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan

    Jakarta Selatan.

    1. Kebutuhan Fisiologis

    Yaitu kebutuhan seperti makan, minum, tempat tinggal, dll. Merupakan kebutuhan

    yang dianggap sebagai titik awal kebutuhan manusia yang sering juga disebut sebagai

    tuntutan fisik. Dalam kebutuhan ini di daerah DKI Jakarta mungkin sudah tercapai

    karna dengan bantuan pemerintah yang mengadakan program Beras Miskin (RASKIN)

    kepada orang-orang yang kurang mampu. Dalam program tersebut pemerintah

    menggunakan produk beras BULOK (Buatan Lokal) yang harganya cukup murah untuk

    di konsumen kepada masyarakat di DKI Jakarta yang kurang mampu. Produk dalam

    kebutuhan fisiologis ini adalah bahan konsumsi pokok. Oleh sebab itu masyarakat di

    daerah DKI Jakarta kebutuhan fisiologis nya sudah hampir tercapai.

    2. Kebutuhan Keamanan

    Ketika kebutuhan fisiologis sudah terpuaskan, maka akan timbul suatu bidang

    kebutuhan yang secara garis besar dinyatakan sebagai kebutuhan akan keamanan. Di

    Jakarta sendiri kebutuhan ini dibilang masih kurang karna masih banyak kriminalitas

  • yang masih sering membahayakan, sehingga banyak orang-orang di Jakarta

    menggunakan jasa security (satpam). Jasa-jasa security sekarang banyak yang

    bermunculan akibat banyak nya permintaan. Jasa security ini biasanya digunakan di

    perkantoran, mall, rumah sakit, perumahan, dan tempat-tempat yang membutuhkannya.

    Jasa security banyak di gunakan di Jakarta pusat dan selatan karna di sana banyak

    perkantoran, mall dan perumahan. Selain jasa security dalam kebutuhan keamanan juga

    membutuhkan jasa lain seperti : alarm perumahan, asuransi (kesehatan, jiwa,

    pendidikan), dan sekolah.

    3. Kebutuhan Sosial

    Ketika kebutuhan fisiologis dan keamanan sudah terpenuhi, maka akan timbul

    kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan kebersamaan. Kebutuhan ini di Jakarta sudah

    cukup maju sebab dengan perkembangan teknologi yang amat baik di Jakarta itu sendiri

    memudahkan masyarakat memperluas jaringan social antara manusia lain contonya

    internet. Dengan menggunakan internet manusia bisa bersosialisasi dan menumbuhkan

    rasa kebersamaan. Contohnya situs biro jodoh yang mempertemukan seseorang dan

    membantu mencari cinta. Di Jakarta sendiri banyak wilayah yang menggunakan wifi

    untuk para masyarakat bisa menggunakan internet secara gratis. Contoh produk

    kebutuhan social : biro jodoh, club, tempat rekreasi keluarga, chat line, dsb

    4. Kebutuhan Pengakuan

    Umumnya orang akan menginginkan kehidupan yang stabil dan kokoh, punya

    penilaian diri yang tinggi, harga diri, dan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini dibagi

    menjadi dua bagian, yaitu pertama adalah keinginan akan kemampuan, prestasi,

    penghasilan cukup, kenyamanan hidup, kebebasan dan berhak menentukan pilihan

    sendiri. Kedua adalah keinginan akan reputasi dan prestise, pengakuan, perhatian dari

    orang lain, dan penghargaan. Di Jakarta sendiri contohnya para anggota DPR, mereka

    mempunyai jabatan yang bagus, dihargai oleh masyarakat dan mempunyai kemampuan

    prestasi yang bagus untuk mengajak masyarakat untuk memilih beliau. Selain memiliki

    reputasi yang bagus Para DPR juga mendapat tunjangan rumah mewah, mobil mewah

    dan lain-lain. Contoh produk kebutuhan pengakuan : fashion, mobil mewah, rumah

    mewah, kosmetik, furniture, sekolah, dsb

    5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

    Setelah semua kebutuhan terpenuhi dan berada pada posisi nyaman, berkecukupan

    dan bekerja sesuai dengan keinginannya maka pada diri seseorang akan muncul

    kebutuhan akan aktualisasi diri. Dalam kebutuhan ini membuat kepuasan tersendiri

    kepada diri kita sendiri. Contohnya para pengusaha di Jakarta, mereka bekerja dengan

    suka cita untuk mendapatkan keuntungan yang berlimpah sehingga mereka akan

    mendapatkan kepuasan tersendiri dari pekerjaan yang mereka lakukan. Di Jakarta

    sendiri banyak pengusaha di daerah Jakarta pusat. Contoh produk kebutuhan aktualisasi

    diri : realisasi potensi diri, rasa puas diri, puncak karir, dll.

  • Teori-teori motivasi - Berikut ini berbagai teori motivasi menurut para pakarnya yaitu: Maslow

    (teori hierarki kebutuhan), McClelland (teori motivasi prestasi), Mc Gregor (teori X dan Y), teori

    motivasi Hezberg, dan Teori ERG Aldefer. Berikut penjelasannya:

    a. Teori Motivasi Maslow

    Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi kebutuhan

    manusia sebagai berikut:

    1. Kebutuhan Fisiologis

    Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan

    kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan

    sebagainya.

    2. Kebutuhan Rasa Aman

    Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua

    yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan

    perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan

    jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.

    3. Kebutuhan Sosial

    Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul

    kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat

    dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok

    kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.

    4. Kebutuhan Penghargaan

    Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang,

    pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.

    5. Kebutuhan Aktualisasi diri

    Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri

    berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.

    Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang.

    Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat

    karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan

    akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.

  • Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok

    (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi

    (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

    kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang.

    Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi

    motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk

    pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya

    lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi

    motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun

    kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya

    yang lebih kecil.

    b. Teori Motivasi Prestasi dari Mc. Clelland

    Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri

    manusia adalah motivasi prestasi menurut Mc Clelland seseorang dianggap mempunyai

    apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain pada banyak situasi

    Mc. Clelland menguatkan pada tiga kebutuhan menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996 :

    85) yaitu :

    1. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat dipertanggung

    jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar

    dapat memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.

    2. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat.

    3. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai

    pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba

    menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan

    kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.

    c. Teori X dan Y dari Mc. Gregor

    Teori motivasi yang menggabungkan teori internal dan teori eksternal yang dikembangkan

    oleh Mc. Gregor. Ia telah merumuskan dua perbedaan dasar mengenai perilaku manusia.

    Kedua teori tersebut disebut teori X dan Y. Teori tradisional mengenai kehidupan organisasi

    banyak diarahkan dan dikendalikan atas dasar teori X. Adapun anggapan yang mendasari teori-

    teori X menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996 : 87 )

  • a. Rata-rata pekerja itu malas, tidak suka bekerja dan kalau bisa akan menghidarinya.

    b. Karena pada dasarnya tidak suka bekerja maka harus dipaksa dan dikendalikan,

    diperlakukan dengan hukuman dan diarahkan untuk pencapaian tujuan organisasi.

    c. Rata-rata pekerja lebih senang dibimbing, berusaha menghindari tanggung jawab,

    mempunyai ambisi kecil, kemamuan dirinya diatas segalanya.

    Teori ini masih banyak digunakan oleh organisasi karena para manajer bahwa anggapn-

    anggapan itu benar dan banyak sifat-sifat yang diamati perilaku manusia, sesuai dengan

    anggapan tersebut teori ini tidak dapat menjawab seluruh pertanyaan yang terjadi pada

    orgaisasi. Oleh karena itu, Mc. Gregor menjawab dengan teori yang berdasarkan pada

    kenyataannya.

    Anggapan dasar teori Y adalah :

    a. Usaha fisik dan mental yang dilakukan oleh manusia sama halnya bermain atau istirahat.

    b. Rata-rata manusia bersedia belajar dalam kondisi yang layak, tidak hanya menerima tetapi

    mencari tanggung jawab.

    c. Ada kemampuan yang besar dalam kecedikan, kualitas dan daya imajinasi untuk

    memecahkan masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh pegawai.

    d. Pengendalian dari luar hukuman bukan satu-satunya cara untuk mengarahkan tercapainya

    tujuan organisasi.

    d. Teori Motivasi dari Herzberg

    Teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dan kelompoknya. Teori ini sering disebut

    dengan M H atau teori dua faktor, bagaimana manajer dapat mengendalikan faktor-faktor

    yang dapat menghasilkan kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja. Berdasarkan penelitian

    telah dikemukakan dua kelompok faktor yang mempengaruhi seseorang dalam organisasi,

    yaitu motivasi. Disebut bahwa motivasi yang sesungguhnya sebagai faktor sumber kepuasan

    kerja adalah prestasi, promosi, penghargaan dan tanggung jawab.

  • Kelompok faktor kedua adalah iklim baik dibuktikan bukan sebagai sumber kepuasan kerja

    justru sebagai sumber ketidakpuasan kerja. Faktor ini adalah kondisi kerja, hubungan antar

    pribadi, teknik pengawasan dan gaji. Perbaikan faktor ini akan mengurangi ketidakpuasan

    kerja, tetapi tidak akan menimbulkan dorongan kerja. Faktor iklim baik tidak akan

    menimbulkan motivasi, tetapi tidak adanya faktor ini akan menjadikan tidak berfungsinya

    faktor motivasi.

    e. Teori ERG Aldefer

    Teori Aldefer merupakan teori motivasi yang mengatakan bahwa individu mempunyai

    kebutuhan tiga hirarki yaitu : ekstensi (E), keterkaitan (Relatedness) (R), dan pertumbuhan

    (Growth) (G).

    Teori ERG juga mengungkapkan bahwa sebagai tambahan terhadap proses kemajuan

    pemuasan juga proses pengurangan keputusan. Yaitu, jika seseorang terus-menerus

    terhambat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan menyebabkan individu tersebut

    mengarahkan pada upaya pengurangan karena menimbulkan usaha untuk memenuhi

    kebutuhan yang lebih rendah.

    Penjelasan tentang teori ERG Aldefer menyediakan sarana yang penting bagi manajer tentang

    perilaku. Jika diketahui bahwa tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dari seseorang bawahan

    misalnya, pertumbuhan nampak terkendali, mungkin karena kebijaksanaan perusahaan, maka

    hal ini harus menjadi perhatian utama manajer untuk mencoba mengarahkan kembali upaya

    bawahan yang bersangkutan memenuhi kebutuhan akan keterkaitan atau kebutuhan

    eksistensi. Teori ERG Aldefer mengisyaratkan bahwa individu akan termotivasi untuk

    melakukan sesuatu guna memenuhi salah satu dari ketiga perangkat kebutuhan.

  • A. Pengertian Motivasi

    Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak

    untuk memuaskan kebutuhan individu. Suatu kebutuhan (need), dalam terminologi berarti

    suatu kekurangan secara fisik atau psikologis yang membuat keluaran tertentu terlihat

    menarik (Robinns,S, 2002: 55).Motivating adalah keseluruhan proses pemberian motivasi

    (dorongan) kepada para pegawai agar mereka mau dan suka bekerja sehingga tujuan

    organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien (Wursanto, 2003: 267).

    B. Hubungan Antara Motivasi dan Perilaku

    Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi berikut (Sutarto,

    1984; 275):

    Sebuah perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi

    Sebuah perilaku dapat pula dilandasi oleh bebrapa motivasi

    Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama

    Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda

    Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama

    Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda

    C. Teori Teori Motivasi

    Teori Motivasi Awal

    Tahun 1950an merupakan periode perkembangan konsep-konsep motivasi. Tiga teori khusus

    diformulasikan selama periode ini, yang walaupun sekarang sangat dikecam dan validitasnya

    dipertanyakan, mungkin masih merupakan penjelasan-penjelasan yang terkenal mengenai

    motivasi karyawan:teori hierarki kebutuhan, teori X dan Y, dan teori motivasi higienis. Sejak

    itulah dikembangkan penjelasan-penjelasan yang lebih valid tentang motivasi.

  • Teori Hierarki Kebutuhan

    Pendekatan terkenal yang telah diterima secara luas berkaitan dengan motivasi adalah teori

    hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa dalam diri setiap

    manuasia terdapat lima tingkatan kebutuhan yaitu:

    Kebutuhan fisik: meliputi rasa lapar, haus, tempat bernaung seks, dan kebutuhan fisik

    lainnya.

    Kebutuhan rasa aman : meliputi keamanan dan perlidungan dari bahaya fisik dan emosi.

    Kebutuhan social: meliputi kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan, dan persahabatan.

    Kebutuhan penghargaan: meliputi factor-faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan

    persepsi, serta factor-faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan penghargaan.

    Kebutuhan aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi apa yang mampu dia lakukan ; meliputi

    pertumbuhan, pencapaian potensi diri, dan pemenuhan kebutuhan diri sendiri.

    Teori kebutuhan Maslow telah menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena

    teori ini logis secara intuitif. Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak

    memberikan bukti empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak

    menemukan pendukung yang kuat.

    3. Teori X dan teori Y

    Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer

    berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer

    mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa

    mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-

    asumsi tersebut.

    Asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X

    Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk

    menghindarinya.

  • Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau

    diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

    Karyawan akan mengindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah

    asumsi ketiga.

    Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan

    menunjukkan sedikit ambisi.

    Asumsi Teori Y

    Dalam teori Y, terdapat empat asumsi berlawana yang diyakini oleh manajer, yakni:

    Para karyawan memandang pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain.

    Seseorang byang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan

    pengendalian diri.

    Seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung

    jawab.

    Kreatifitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik di delegasikan kepada

    karyawan secara luas dan tidak harus berasal dari orang yang berada dalam manajemen.

    Teori X mengasumsikan bahwa kebutuhan tingkat rendah mendominasi individu. Teori Y

    mengasumsikan bahwa kebutuhan tingkat tinggi mendominasi individu. Mc.Gregor sendiri

    tetap percaya bahwa asumsi pada teori Y lebih valid daripada asumsi pada teoeri X. Oleh

    karena itu, ia mengajukan gagasan seperti partisipasi dalam pengambilan keputusan,

    pekerjaan yang menantang dan bertanggung jawab, dan hubungan yang baik dalam kelompok

    sebagai pendekatan yang akan memaksimalkan motivasi kerja karyawan.

    Sayangnya, tidak ada bukti yang menegaskan bahwa asumsi-asumsi tersebut bersifat valid.

    Juga tidak terbukti bahwa penerimaan terhadap asumsi teori Y yang diikuti oleh perubahan

    tindakan seseorang, akan meningkatkan motivasi para pekerja. Kelak akan terbukti, baik

    asumsi-asumsi teori X ataupun teori Y mungkin tepat dalam situasi tertentu.

    4. Teori Motivasi Higienis

  • Teori Motivasi Higienis (Motivation-Hygiene Theory) diajukan oleh ahli psikologi Frederick

    Herzberg. Dengan keyakinan bahwa hubungan individu dengan pekerjaan adalah sesuatu yang

    mendasar dan bahwa sikap seseorang terhadap pekerjaan akan sangat menentukan

    kesuksesan atau kegagalannya, Herzberg melakukan penelitian dengan pertanyaan, Apa yang

    diinginkan seseorang dari pekerjaannya? Dia meminta karyawan untuk menjelaskan dengan

    rinci situasi kerja yang membuat mereka merasa luar biasa baik atau buruk.

    Teori Reinforcement

    Sebuah dukungan terhadap teori goal-setting adalah teori reinforcement. Teori terdahulu

    menggunakan pendekatan kognitif menyatakan bahwa tujuan individu akan mengarahkan

    tindakannya. Dalam teori reinforcement kita memiliki pendekatan perilaku yang menyatakan

    bahwa refinforcement membentuk suatu perilaku. Dua teori tersebut jelas bertentangan

    secara filosofis para ahli reinforcement melihat perilaku sebagai akibat dari lingkungan

    peristiwa kognitif intenal bukan masalah yang perlu diperhatikan. Yang mengendalikan

    perilaku adalah reinforcer yakni setiap konsekuensi terhadap tanggapan yang diberikan,

    meningkatkan kemungkinan diulanginya perilaku tersebut.

    Teori reinforcement mengabaikan kondisi dalam diri individu dan berkonsentrasi semata-mata

    hanya pada apa yang terjadi pada seseorang ketika merangsang perilaku dari dalam, dan

    memberikan alat analisis yang tajam kepada faktor-faktor yang mengendalikan suatu perilaku

    Teori Equity

    Teory Equity (kewajaran) menyatakan bahwa membandingkan apa yang mereka berikan

    kedalam situasi kerja(input) terhadap apa yang mereka dapatkan dari pekerjaan

    tersebut(outcome) dan kemudian membandingkan rasio input-outcome mereka dengan rasio

    input-outcome mereka sama dengan orang lain, keadaan tersebut dianggap adil. Jika rasio

    tidak sama, rasa ketidakadilan muncul artinya bawahan cenderung melihat diri mereka sendiri

    kurang diberikan penghargaan. Bila ketidakadilan terjadi, bawahan akan berusaha untuk

    melakukan koreksi.

  • Teori equity pada intinya adalah bahwa bila karyawan merasakan suatu ketidakadilan mereka

    dapat membuat satu atau lebih dari lima pilihan tersebut:

    Mengubah input atau outcome mereka ataupun orang lain.

    Berperilaku sedemikian rupa sehingga menyebabkan orang lain mengubah input atau

    outcome mereka

    Berperilaku sedemikian rupa untuk mengubah input atau outcome mereka sendiri.

    Memilih acuan perbandingan yang berbeda.

    Keluar dari pekerjaan mereka

    Teori equity mengakui bahwa individu tidak hanya memperhatikan jumlah absolut dari

    penghargaan yang mereka terima atas upaya mereka, tetapi juga membandingkan jumlah itu

    dengan apa yang diterima oleh orang lain. Input: seperti upaya, pengalaman, pendidikan,

    kompetensi, dibandingkan dengan outcome seperti tingkat gaji, kenaikan gaji, pengakuan, dan

    faktor-faktor lain. Ketika orang merasa ketidakseimbangan antar rasio input-outcome terhadap

    orang lain, maka muncul suatu ketegangan ini memberikan dasar bagi motivasi, seperti ketika

    orang memperjuankan tehadap apa yang mereka anggap sebagai suatu kewajaran dan

    keadilan.

    Secara khusus teori tersebut menetapkan empat dalil yang berkaitan dengan penggajian yang

    tidak adil, yakni:

    Pembayaran diberikan berbasis waktu, karyawan yang diberikan penghargaan yang lebih

    akan berproduksi lebih banyak daripada karyawan yang dibayar menurut standar.

    Pembayaran menurut kuantitas poduksi, karyawan yang diberi penghargaan yang lebih akan

    memproduksi lebih sedikit unit namun berkualitas lebih tinggi daripada karyawan yang dibayar

    menurut standar.

    Pembayaran menurut waktu, karyawan yang diberi penghargaan kurang akan menghasilkan

    kualitas output yang lebih sedikit atau lebih buruk

    Pembayaran menurut kuantitas produksi, karyawan yang diberi penghargaan kurang akan

    memproduksi sejumlah besar unit yang berkualitas rendah dibanding dengan karyawan yang

    dibayar menurut standar.

  • Teori Ekspetasi

    Teori ekspektasi menyatakan bahwa kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak dengan

    cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan

    diikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil tersebut bagi individu.

    Teori ini menggunakan tiga variabel, yaitu:

    Daya tarik

    Pentingnya individu mengharapkan outcome dan penghargaan yang mungkin dapat dicapai

    dalam bekerja. Variabel ini mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu yang tidak

    terpuaskan.

    Kaitan kinerja-penghargaan

    Keyakinan individu bahwa dengan menunjukkan kinerja pada tingkat tertentu akan mencapai

    outcome yang diinginkan.

    Kaitan upaya-kinerja

    Probabilitas yang diperkirakan oleh individu bahwa dengan menggunakan sejumlah upaya

    tertentu akan menghasilkan kinerja.